Sutikno 1, Eddy Setiadi Soedjono 2, Agnes Tuti Rumiati 1, dan Lantip Trisunarno 3
1 Jurusan Statistika Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas TSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
3 Jurusan Teknik Industri Fakultas TI Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Jalan Kampus ITS Sukolilo Tromol Pos 900 Surabaya Jawa Timur 60008 Telepon (031) 5937774, 5994251
Email: tikno@yahoo.com
Abstract: This research aims to compile the programs for poverty alleviation by community
empowerment model and review the determination program as effectiveness evaluation
poverty alleviation program which still can’t be worked properly. Stages the compiling
program of poverty alleviation is mapping the socioeconomic conditions of the poor, basic
infrastructure conditions, socio-cultural issues, and potential issues; identifying the hopes and
predicting the economic development opportunities; creating the poverty alleviation program
by SWOT analysis and planning implementation program with KPD. Based on the result of
SWOT and scoring analysis, the selected programs are training and assistance, the
establishment of cooperative saving and loans, clean water for poor households, rural
development with the utilization of clean water, household waste management, and package
education program A, B, and C.
Keywords: poverty alleviation, SWOT analysis, community empowerment, entrepreneurship
136 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 135-148
untuk memilih program pengentasan kemiskin- kan berbagai program penanggulangan kemis-
an di Desa Sumberdodol, Kecamatan Benjeng, kinan dan pembangunan pedesaan mengha-
Kabupaten Magetan dan Desa Metatu, Keca- dapi hambatan dalam pelaksanaannya (Listya-
matan Panekan, Kabupaten Gresik. ningsih, 2004).
Kemiskinan dan Program Kemiskinan. Beberapa langkah konkrit yang dilakukan
Potret tentang kemiskinan cenderung memper- pemerintah sebagai upaya percepatan penang-
lihatkan suatu kondisi yang kompleks, berdiri gulangan kemiskinan, dijabarkan dalam berba-
sendiri, ataupun yang berinteraksi antara faktor gai program yang diharapkan menjadi instru-
sosial, budaya, ekonomi, dan politik (Rachmat, men utama dalam kegiatan tersebut. Berbagai
1997). Dengan keluarnya Inpres No.5 Tahun program yang telah dilaksanakan termasuk
1993 diharapkan sebagai suatu kekuatan dan cakupan dalam program kelompok pertama
momentum pembangunan bagi masyarakat maupun kedua (Bappenas, 2007) di antaranya
dalam membantu percepatan pengurangan tampak dalam Tabel 1.
proses kemiskinan, khususnya di desa-desa Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdaya-
tertinggal (Bappenas, 1994). an adalah bagian dari paradigma pembangun-
Menurut BPS, kemiskinan adalah ketidak- an yang memfokuskan perhatiannya kepada se-
mampuan untuk memenuhi standar dari mua aspek yang prinsipil dari manusia di ling-
kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan kungannya yakni mulai dari aspek intelektual
makanan. Standar ini disebut sebagai garis (Sumber Daya Manusia), aspek material dan
kemiskinan, yakni kebutuhan dasar makanan fisik, sampai kepada aspek manajerial (Rahayu,
setara 2100 kalori energi per kapita per hari, 2008). Aspek-aspek tersebut bisa jadi dikem-
ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan bangkan menjadi aspek sosial-budaya, eko-
dasar bukan makanan yang paling pokok (BPS, nomi, politik, keamanan, dan lingkungan
2006). Strategi pembangunan yang bertumpu
Persoalan kemiskinan merupakan persoal- pada pemberdayaan dipahami sebagai suatu
an yang sangat kompleks. Banyak faktor yang proses transformasi dalam hubungan sosial,
berperan menjadi penyebab kemiskinan. Menu- ekonomi, budaya, dan politik masyarakat. Im-
rut Yasa (2007) ketidak-beruntungan yang plementasinya merupakan suatu konsukensi
melekat pada keluarga miskin, keterbatasan dari pergeseran paradigma pembangunan na-
kepemilikan aset (poor), kelemahan kondisi fisik sional yang mengarah pada tercapainya upaya
(physically weak), keterisolasian (isolation), keren- pembangunan yang berpusat pada manusia
taan (vulnerable), dan ketidakberdayaan (power- (people centered development). Pendekatan utama
less) adalah berbagai penyebab mengapa ke- dalam konsep pemberdayaan adalah masyara-
luarga miskin selalu kekurangan dalam meme- kat tidak dijadikan obyek, tetapi subyek dari
nuhi dasar hidup, seperti pangan, sandang, pembangunan. Pendekatan tersebut harus ter-
papan, kesehatan, dan pendidikan layak untuk arah (targetted), mengikutsertakan atau bahkan
anak-anaknya. Kondisi serba kekurangan dari dilaksanakan masyarakat sebagai sasaran, dan
masyarakat miskin tersebut menyebabkan menggunakan pendekatan kelompok.
mereka tidak dapat menjalankan fungsi sosial- Analisis SWOT. Analisis SWOT adalah
nya. Selain itu, kultur kemiskinan yang masih identifikasi berbagai faktor secara sistematis
kental dalam masyarakat dengan budaya untuk merumuskan strategi perusahaan. Ana-
tolong-menolong pada satu sisi dapat bersifat lisis ini didasarkan pada logika yang dapat
positif, namun di sisi yang lain juga dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan pe-
mengaburkan arti kemiskinan yang sebenar- luang (Opportunities), namun secara bersamaan
nya. Orang yang sebenarnya sangat miskin, dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses)
merasa tidak terlalu miskin karena bantuan dan ancaman (Threats). Proses pengambilan
sosial di sekelilingnya. Kondisi kemiskinan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
diperparah oleh kewajiban sosial yang ditang- pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebi-
gung keluarga miskin, seperti kewajiban me- jakan organisasi. Dengan demikian perencana
nyumbang. Situasi yang seperti ini menyebab- strategis harus menganalisis faktor-faktor stra-
tegis perusahaan dalam kondisi yang ada saat ngentasan kemiskinan di antaranya monitoring
ini. Hal ini sering disebut dengan analisis dan evaluasi Program Kompensasi Pengurang-
situasi atau kondisi. Model yang popular untuk an Subsidi Bahan Bakar minyak (PKPS BBM)
analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, tahun 2003 dan 2005. Program PKPS BBM
1997). berasal dari pemerintah pusat. Beberapa kesim-
Hasil Penelitian Sebelumnya. Program- pulan dari monitoring dan evaluasi program
program kemiskinan di Jawa Timur telah ba- tersebut adalah ragam program cukup banyak
nyak dilakukan oleh pemerintah, baik pusat sehingga efektivitas program masih belum
maupun daerah. Proses penentuan program optimal. Karena program bersifat top-down,
tersebut sebagian besar murni bersifat top-down, sehingga sebagian besar sasaran program
sehingga seringkali penerima sasaran program (keluarga miskin) menganggap program terse-
merasa tidak memiliki tanggungjawab terhadap but hibah dan tidak perlu dipertanggungjawab-
keberlanjutan program. Program-program pe- kan.
ngentasan kemiskinan yang telah dilaksanakan Tahun 2006, UP3D melakukan monitoring
sebagian besar keterukuran keberhasilan pro- evaluasi program PAM DKB, yaitu program
gram belum ada. Setelah program-program penanggulangan dampak kenaikan BBM yang
tersebut selesai dilaksanakan, keberlanjutannya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa
tidak jelas. Timur. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
Dengan demikian seringkali muncul pro- bahwa terdapat tumpang tindih program ke-
gram baru, namun sebenarnya sejenis. Di sam- miskinan dengan pemerintah pusat. Tingkat
ping itu program-program pengentasan kemis- efektivitas program yang rendah karena pene-
kinan bersifat seragam tanpa memperhatikan rima program merasa tidak diikutkan dalam
karakteristik masyarakat penerima program proses penentuan program. UP3D (2008; 2009)
(sasaran). Padahal setiap wilayah mempunyai telah melakukan penelitian tentang CSR (Corpo-
karakteristik baik masyarakat, budaya, dan rate Social Respinsibility) di wilayah Tuban
wilayah yang berbeda-beda. bekerjasama dengan PT. Holcim Indonesia. Pro-
Beberapa penelitian UP3D yang terkait ses penyusunan program diawali dari peme-
dengan monitoring dan evaluasi program pe- taan sosial dan penggalian informasi sumber
138 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 135-148
penghidupan serta aktivitas bisnis yang dilaku- (kuisioner, panduan wawancara mendalam),
kan oleh calon sasaran program. Di samping itu penyusunan disain sampling; (2) pengumpul-
digali permasalahan, persepsi, dan harapan an data primer, (survey) dan data sekunder; (3)
masyarakat. Beberapa permasalahan yang di- analisis data untuk menggambarkan kondisi
gali berkaitan dengan infrastruktur dasar (air yang ada serta analisis dalam pemilahan kebu-
bersih dan sanitasi), pendidikan, kesehatan, dan tuhan, penyusunan program, (4) diskusi kelom-
aktivitas bisnis. Selanjutnya disusun daftar pok terfokus (FGD) dan pembentukan Kelom-
masalah dan kebutuhan serta program-pro- pok Perwakilan Desa (KPD), (5) konfirmasi dan
gram yang sesuai dengan wilayah. Proses rencana implementasi program kemiskinan
penyusunan program masyarakat dilibatkan bersama KPD. Proses umum penelitian disaji-
(bottom-up), namun juga dilakukan top-down kan pada Gambar 1.
ketika penentuan prioritas program.
Lokasi dan Pengumpulan Data
Lokasi adalah di Desa Sumberdodol, Keca-
METODE PENELITIAN matan Benjeng, Kabupaten Magetan dan Desa
Metatu, Kecamatan Panekan, Kabupaten Gre-
Proses Umum sik.
Data yang dikumpulkan terdiri atas data
Secara umum proses pengembangan model
primer, data sekunder, serta Focus Group Dis-
pemberdayaan untuk pengentasan kemiskinan
cussion (FGD). Data sekunder mencakup data
terdiri atas 5 tahapan yaitu (1) studi literatur,
geografi dan monografi desa, serta monografi
penyusunan instrumen pengumpulan data
140 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 135-148
Manfaat yang telah dirasakan di antaranya tukan kebutuhan RTM dan program-program
meringankan pemenuhan kebutuhan sehari- yang sesuai. Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7
hari, menambah modal, beberapa fasilitas menjelaskan kebutuhan dan program potensial
umum menjadi lebih baik dan meningkatkan serta sasaran dan lokasi program.
kerukunan sosial antarwarga walaupun ada
beberapa masyarakat belum merasa terbantu Pemilihan Prioritas Program
secara keseluruhan. Berdasarkan hasil perhitungan score didapat-
kan pilihan program sesuai peringkat skor. Tiga
Strategi Pengembangan RTM dan
program yang terpilih berdasarkan nilai total
Pemilihan Program Analisis SWOT
skor tertinggi:
Analisis kebutuhan sebagai dasar pemilihan (1) Aspek sosial budaya: menciptakan usaha
program dilakukan didasarkan pada analisis produktif, pelatihan dan pendampingan wira-
potensi dan permasalahan, keinginan masya- usaha, dan program penidikan paket A, B, dan
rakat, dan analisis SWOT yaitu dengan mem- C.
perhatikan kekuatan, kelemahan, peluang dan (2) Aspek ekonomi: Pelatihan dan pendamping-
tantangan yang harus dihadapi. Aspek-aspek an untuk keterampilan dan wirausaha, pe-
yang diperhatian meliputi aspek sosial budaya, ningkatan keterampilan mencari peluang usa-
lingkungan, maupun aspek ekonomi. ha, dan pendirian koperasi simpan pinjam.
Adapun program-program yang dianalisis (3) Aspek lingkungan: pengadaan air bersih,
dengan metode SWOT berdasarkan aspek pengembangan desa dengan pendayagunaan
sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan disaji- air bersih, dan penanganan sampah rumah-
kan di Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. tangga.
Perhitungan skor disajikan di Tabel 8 , Tabel
Program Potensial dan Prioritas Program 9, dan Tabel 10.
untuk Pengentasan Kemiskinan
Berdasarkan hasil analisis SWOT, dapat diten-
Pemulung Banyak sampah Keterampilan pengolahan Adanya pembeli Persepsi negatif dari
rumah tangga sampah langsung masyarakat
Adanya usia produktif Adanya program
Terdapat kelompok Teknologi Tepat
pemulung Guna dari
Pengalaman memilih pemerintah
jenis sampah kabupaten
produktif
142 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 135-148
Tabel 4. SWOT Aspek Lingkungan
144 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 135-148
Tabel 7. Kebutuhan dan Program Potensial untuk Aspek Lingkungan
Air Limbah Kualitas ling- Membangun pola Penyuluhan pola RTM Sumberdodol
Rumahtangga kungan yang hidup sehat hidup sehat dan Metatu
bersih dan sehat
Penyediaan Subsidi fasilitas
fasilitas sanitasi sanitasi yang murah,
yang murah, bersih, dan sehat
bersih, dan sehat
Sampah Kualitas ling- Peningkatan Penanganan sampah RTM Sumberdodol
kungan yang kesadaran ling- rumahtangga dan Metatu
bersih dan sehat kungan
Pemanfaatan
sampah
Fasilitas pem-
buangan sampah
Program-program yang terpilih baik antar Program yang pertama adalah pelatihan
aspek maupun subaspek memiliki banyak dan pendampingan wirausaha. Dari program
kesamaan, dan hubungan yang saling mendu- ini, masyarakat RTM yang semula kurang
kung. Sehingga dipadukan menjadi beberapa terampil dalam berwirausaha diharapkan bisa
program yang dapat memenuhi harapan dan terampil dengan peningkatan skill mereka
kebutuhan RTM di semua aspek. Program- dalam produksi dan pemasaran pada khusus-
program tersebut disajikan pada Tabel 11 dan nya. Dengan meningkatnya kapasitas produksi
pola hubungannya pada Gambar 3. Dari pro- dan penjualan pada unit usaha mereka maka
gram-program yang telah dipilih maka di- keuntungan mereka akan meningkat. Jika keun-
harapkan program-program tersebut bisa ber- tungan mereka meningkat maka pendapatan
sinergi dan berkesinambungan dalam mening- mereka akan meningkat. Pendapatan yang
katkan tingkat kesejahteraan masyarakat RTM. mereka peroleh bisa digunakan untuk meme-
Dengan meningkatnya kesejahteraan masyara- nuhi kebutuhan atau meningkatkan kesejahte-
kat RTM maka diharapkan bisa menurunkan raan.
angka kemiskinan.
Di samping itu pendapatan pendapatan itu penting sekali peranannya dalam menyokong
bisa digunakan untuk tambahan modal usaha. usaha dari RTM. Ketersediaan modal yang
Peningkatan modal usaha akan meningkatkan rendah dan ketidakmampuan menjaminkan
kapasitas produksi sehingga ujungnya nanti agunan menjadi kendala bagi RTM dalam hal
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat permodalan. Dengan adanya koperasi simpan
RTM. pinjam maka RTM bisa mendapatkan modal
Program kedua adalah pendirian koperasi usaha dengan lebih mudah dan dengan suku
simpan pinjam. Koperasi simpan pinjam sangat bunga yang rendah. Dengan peningkatan
Total Score
No Sub Aspek Program
Terbobot
1 Air Bersih Pengadaan air bersih 3,40
2 Air Bersih Pengembangan desa dengan 3,35
pendayagunaan air bersih
3 Sampah Penanganan sampah rumah tangga 2,83
4 Air limbah rumah tangga Penyuluhan pola hidup sehat 2,55
5 Air limbah rumah tangga Subsidi fasilitas sanitasi yang bersih dan 2,43
sehat dengan harga yang murah
146 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 135-148
Tabel 11. Program Terpilih
No Program
1 Pelatihan dan pendampingan wirausaha
2 Pendirian Koperasi Simpan Pinjam
3 Pengadaan air bersih untuk RTM
4 Pengembangan desa dengan pendayagunaan air bersih
5 Penanganan sampah rumahtangga
6 Program paket A, B, dan C
modal usaha maka akan terjadi peningkatan bersih. Program pengadaan air bersih akan
kapasitas produksi yang ujungnya nanti akan meningkatkan ketersediaan air bersih dan juga
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan meningkatkan kebersihan dan kesehatan. Ke-
masyarakat RTM. tersediaan air bersih dalam keluarga RTM akan
Program ketiga adalah pendayagunaan air meningkatkan kesejahteraan mereka. Sedang-
bersih. Program pendayagunaan air bersih di kan kebersihan dan kesehatan akan berdampak
sini disesuaikan dengan kondisi di desa pada berkurangnya atau terhindar dari penya-
tersebut. Program ini bertujuan untuk dijadikan kit sehingga kesejahteraan pun meningkat.
sumber pendapatan masyarakat RTM dan juga Program kelima adalah penanganan sam-
di sisi lain juga digunakan untuk meningkatkan pah rumah tangga. Pengolahan sampah rumah
ketersediaan air bersih. Peningkatan pendapat- tangga akan menurunkan kuantitas sampah.
an tentu akan meningkatkan kesejahteraan Penurunan tersebut akan meningkatkan
masyarakat RTM. kualitas kebersihan dan kesehatan yang ujung-
Program keempat adalah pengadaan air nya akan berdampak pada kesejahteraan. Selain
Tingkat
kemiskinan
-
-
Kemampuan + Kesejahteraan
Program pelatihan +
Pendapatan RTM
& pendampingan wirausaha + +
-
+
+Pengetahuan
penduduk Keuntungan usaha ketersediaan air
+ bersih jumlah penyakit
+ +
+ -
Program pendayagunaan
Program kejar Kapasitas air bersih
paket A,B,C + + Produksi +
kemampuan program pengadaan
pekerja + + air bersih
148 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, Juni 2010: 135-148