Anda di halaman 1dari 5

Sosiohumaniora, Volume 17 No.

2 Juli 2015: 168- 169

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA
KABUPATEN TAKALAR PROPINSI SULAWESI SELATAN
Dahyar Daraba
Dosen IPDN Kampus Sulawesi Selatan
E-mail:dahyardaraba66@gmail.com
ABSTRAK, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat keberhasilan program    pemberdayaan masyarakat   miskin oleh para pihak (stakeholders)
melalui dana Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) di   Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah pengurus kelompok usaha
bersama (KUBE) yang terdiri atas 75 orang. Dari jumlah populasi tersebut diambil sampel sebanyak 63 orang dengan
teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuisioner, wawancara, dan dokumentasi. Data
dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif dengan menggunakan persentase, sedangkan pengujian hipotesis
penelitian menggunakan uji F dan uji t yang diolah dengan program SPSS versi 16. Hasil penelitian menjelaskan
bahwa tingkat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat miskin berada pada kategori baik (47,62%). Hasil uji
F (sig = 0.000 < 0.05) menunjukkan bahwa variabel komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif terhadap keberhasilan program pemberdayaan masyarakat miskin
dengan kontribusi sebesar 34,1%. Secara parsial variabel komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi
juga berpengaruh positif terhadap keberhasilan program pemberdayaan masyarakat miskin.
Kata Kunci: komunikasi, sumber daya, disposisi, struktur birokrasi.

FACTORS AFFECTING THE SUCCESS EMPOWERMENT PROGRAM OF THE POOR


IN THE DISTRICT OF NORTH POLONGBANGKENG DISTRICT TAKALAR
SOUTH SULAWESI PROVINCE
ABSTRACT This study aimed to analyze the factors that affect the success rate of empowerment of the poor
by the parties (stakeholders) through Social Empowerment Direct Assistance (BLPS) in the District of North
Polongbangkeng Takalar. This study uses a quantitative approach. The population of this study is the management
group together (KUBE) which consists of 75 people. Of the population of as many as 63 samples taken by random
sampling technique. The data collection was done by using questionnaires, interviews, and documentation. Data
were analyzed with descriptive statistical analysis techniques using percentages, while the research hypothesis
testing using the F test and t test were processed with SPSS version 16. The results explained that the level of
success of community development projects that are in the good category (47.62%). F-test (sig = 0.000 <0.05)
indicates that the variable communication, resources, disposition, and bureaucratic structures together have a
positive influence on the success of community development projects with a contribution of 34.1%. In partial
communication, resources, disposition, and bureaucratic structures also a positive influence on the success of
community development projects.
Key words: communication, resources, disposition, bureaucratic structure.

PENDAHULUAN Berdasarkan tolok ukur kemiskinan yang


dikemukakan di atas, Dinas Sosial Kebudayaan dan
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang
Pariwisata Kabupaten Takalar mengadakan pendataan
dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di
yang hasilnya menunjukkan bahwa penduduk miskin
dunia.  Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai
di Kabupaten Takalar tahun 2008 sebanyak 19.948
kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
orang, dan tahun 2009 sebanyak 16.416 orang.
hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis
Meskipun terjadi penurunan jumlah penduduk
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk
miskin, namun hal itu belum bisa menggembirakan
memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok
karena jumlah penduduk miskin tahun 2009 masih
seperti pangan, pakaian tempat berteduh dan lain-lain
memerlukan perhatian dan upaya dari pemerintah
(Salim, 1982:37). Tolok ukur kemiskinan yang lain
melalui program nyata dalam menanggulangi
menurut Sajogyo (1977) adalah:  (1) tidak memiliki
kemiskinan sebagaimana dikemukakan oleh Ginanjar
faktor produksi sendiri seperti, tanah, modal, dan
(1996) tentang perlunya program khusus bagi
keterampilan, (2) tidak memiliki kemungkinan untuk
masyarakat yang kurang berdaya.
memiliki aset produksi dengan kekuatan sendiri, (3)
Kabupaten Takalar, mendapat program Bantuan
tingkat pendidikan mereka rendah dan kebanyakan
Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) pada
membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan
pertengahan tahun 2008. Program ini dilaksanakan
hidupnya sehari-hari, (4) kebanyakan tinggal di desa
di sepuluh kelurahan/desa pada dua kecamatan
sebagai pekerja bebas dan berusaha, (5) banyak yang
yaitu Polongbangkeng Utara dan Galesong Selatan
tinggal di kota berusia muda dan tidak memiliki
yang meliputi 50 Kelompok Usaha Bersama
keterampilan.
165
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar Propinsi Sulawesi Selatan
Dahyar Daraba
(KUBE). Program ini didesain dalam bentuk dapat memberikan daya saing perusahaan/organisasi
kelompok guna meningkatkan interaksi antaranggota atas produktivitas, kualitas dan jasa pelayanan.
kelompok, antarkelompok dengan kelompok, (Robert, 2001:1). Olehnya itu, pembudayaan
serta antarkelompok dengan pemerintah. Dengan pendidikan guna meningkatkan kemampuan sumber
terjadinya interaksi multi arah diharapkan terjadi daya manusia sangat diperlukan (Tjokroamidjoyo,
proses pembelajaran yang optimal sebagaimana 2004:46). Selanjutnya, yang memengaruhi
dikemukakan oleh Mardikanto (2013: 248) bahwa keberhasilan implementasi suatu program adalah
proses pembangunan adalah proses interaksi semua disposisi (disposition). Disposisi atau sikap dan
pihak untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat. pelaksanaan kebijakan adalah faktor penting ketiga
Setiap kelompok usaha mendapatkan bantuan dana suatu kebijakan publik. Hubbeis, et.al. (2008:14)
sebesar Rp. 30.000.000, dan bantuan teknis dari mengatakan bahwa cara seseorang pemimpin dalam
pemerintah berupa pendampingan masyarakat. memberdayakan bawahannya adalah pemimpin
Program pemberdayaan masyarakat ini dapat berhasil mempercayai bawahannya untuk bisa melakukan lebih
jika didukung oleh komunikasi yang berlangsung dua banyak karena potensi yang dimilikinya. Menurut
arah antara pemberi bantuan dan penerima bantuan. Mortimer (2002:178) mengatakan cara mendorong
Asumsinya adalah masyarakat perlu diminta untuk orang atau bawahan adalah jangan rendahkan seorang
secara sukarela mengkomunikasikan apa-apa yang bawahan, jangan kritik bawahan di depan umum,
menjadi kebutuhannya. Selain itu, sebaik apapun beri perhatian penuh pada bawahan, dan selalu
program yang ditawarkan jika proses komunikasi terbuka pada hal-hal kecil. Makmur (2009:175-176)
tidak lancar maka dapat berakibat pada lancarnya kelangsungan hidup sebuah organisasi berkaitan
proses kegiatan pemberdayaan yang dilakukan. erat dengan proses perilaku manusianya yang dapat
Faktor pendukung lainnya adalah sumber daya memperkuat roh atau jiwa bagi kedinamisan sebuah
manusia dengan asumsi bahwa pengetahuan, sikap, struktur organisasi.
dan keterampilan yang dimiliki serta nilai-nilai Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian
yang dianut oleh para stakeholders kegiatan akan ini bertujuan menganalisis tingkat keberhasilan dan
berdampak kepada keberhasilan program. Hal ini faktor-faktor yang berpengaruh terhadap program
didukung oleh pendapat Edward III, G.C; ( 2007: pemberdayaan masyarakat miskin oleh para pihak
66-69) bahwa faktor-faktor yang berpengaruh (stakeholders) melalui dana Bantuan Langsung
terhadap program pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan Sosial (BLPS) di Kecamatan
adalah komunikasi (communication), sumber daya Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar Propinsi
(resources), disposisi (disposition), dan struktur Sulawesi Selatan.
birokrasi
METODE
Ada tiga indikator yang dapat dipakai dalam
mengukur keberhasilan variabel komunikasi yaitu: Disain penelitian ini merupakan penelitian
Transmisi, penyaluran komunikasi yang baik akan korelasional, yang bertujuan untuk mengkaji faktor-
dapat menghasilkan suatu implementsi yang baik pula. faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
Sering kali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi program pemberdayaan masyarakat melalui bantuan
adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi), langsung pemberdayaan sosial. variabel penelitian ini
hal tersebut disebabkan oleh komunikasi yang telah adalah komunikasi (X1), sumberdaya (X2), disposisi
melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga (X3), dan struktur birokrasi (X4) sebagai variabel
apa yang diharapkan terdistori di tengah jalan. independen, serta tingkat keberhasilan pogram
Kejelasan, komunikasi yang diterima oleh para pemberdayaan masyarakat miskin (Y) sebagai variabel
pelaksana kebijakan (street-level-bureaucrats) harus dependen. Indikator dari variabel komunikasi adalah
jelas dan tidak membingungkan (tidak ambigu/ transmisi, kejelasan, dan konsistensi informasi.
mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak Untuk variabel sumberdaya indikatornya adalah
selalu menghalangi implementasi, tetapi pada tataran penguasaan teknik/cara, kualitas layanan bimbingan,
tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dan ketersediaan sarana dan prasana pendukung
dalam melaksanakan kebijakan. Pada tataran yang kegiatan; Sementara untuk disposisi, indikatornya
lain, hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan adalah pengambilan keputusan mengutamakan
yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah kepentingan peserta KUBE dan adanya pengawasan
diterapkan. Konsistensi, perintah yang diberikan dari instansi terkait seperti Dinas Sosial dan Kepala
dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten Desa/Lurah. Indikator dari variabel strukrur birokrasi
dan jelas (untuk diterapkan atau dijalankan). Karena adalah terdapatnya Standard Operating Prosedures
jika perintah yang diberikan sering berubah- (SOP) dan pelaksanaan pragmentasi (penyebaran
ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi tanggungjawab). Selanjutnya, indikator tingkat
pelaksana di lapangan. keberhasilan usaha adalah terdapatnya kemajuan
Selain itu, yang mempengaruhi kaberhasilan usaha, kelangsungan usaha dan kemandirian para
implementasi kebijakan adalah sumberdaya manusia. anggota kelompok usaha bersama (KUBE).
Kebutuhan untuk profesionalisme sumber daya Sumber data dari Dinas Sosial sebanyak 2 orang,
manusia dan aktivitas yang mereka lakukan dapat Lurah/Kepala Desa 2 orang dan pengurus Kelompok
memberikan kontribusi pada suksesnya usaha dan Usaha Bersama (KUBE) sebanyak 63 orang yang
166
Sosiohumaniora, Volume 17 No. 2 Juli 2015: 168- 169

diambil 75 orang pengurus secara acak sederhana. Secara umum program pemberdayaan masyarakat
Dengan demikian jumlah sumber data keseluruhan miskin di Kecamatan Polongbangkeng Utara
sebanyak 67 orang. Pengumpulan data dilakukan Kabupaten Takalar tingkat keberhasilannya sesuai
dengan teknik kuisioner (angket), wawancara, jawaban responden berada dalam kategori baik
dan telaah dokumen. Angket adalah pengumpulan (47,62%), namun ada 19,05 % yang hanya berada
data yang berupa daftar pernyataan terkait dengan pada kategori cukup. Hal ini terjadi karena cenderung
pokok permasalahan dengan mengacu pada sub kepengurusan kelompok usaha bersama (KUBE) tidak
variabel penelitian. Angket disusun menggunakan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Kerjasama
skala Likert dengan lima alternatif jawaban. antara anggota di kelompok usaha ada yang tidak
Telaah dokumen yaitu digunakan untuk mencari berjalan. Mereka cenderung bekerja secara sendiri-
keterangan atau pengumpulan data sekunder yang sendiri, interaksi antaranggota dalam satu kelompok
berkaitan dengan pokok permasalahan mengenai tidak intensif, apalagi interaksi antarkelompok
pemberdayaan masyarakat miskin. Sedangkan untuk usaha ekonomi produktif tidak berjalan dengan
teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan lancar, padahal seperti yang diakui oleh Mardikanto
data terkait pelaksanaan program pemberdayaan (2013) bahwa proses pembangunan adalah interaksi
masyarakat miskin dengan sumber data dari para semua pihak untuk memperbaiki mutu hidup.
pelaksana program pemberdayaan masyarakat miskin Tukar informasi,keterampilan dan pengetahuan
pada Kantor Dinas Sosial Kabupaten Takalar dan antaranggota KUBE tidak berjalan secara optimal,
Kepala Desa/Lurah. Data dianalisis dengan teknik sehingga ketika menjumpai permasalahan sulit untuk
analisis statistik deskriptif dengan menggunakan mereka selesaikan dengan baik.
persentase, sedangkan pengujian hipotesis penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sekitar
menggunakan uji F dan uji t dengan program SPSS. 33% responden memberikan respon/jawaban berada
Lokasi penelitian ini bertempat di Kecamatan dalam kategori sangat baik. Hal ini terutama mereka
Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar Propinsi yang masuk kelompok usaha pertukangan. Usaha
Sulawesi Selatan. meubel ini memang sudah lama digemari oleh
masyarakat terutama di masyarakat di kelurahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manongkoki Kecamatan Polongbangkeng Utara
Aspek-aspek yang diselidiki dalam penelitian ini Kabupaten Takalar. Usaha pertukangan dapat dikatakan
adalah tingkat keberhasilan program pemberdayaan berkembang sangat luas. Daerah pemasaran tidak hanya
masyarakat miskin dan faktor-faktor yang secara lokal di Kabupaten Takalar sendiri, tetapi juga
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program telah dipasarkan keluar wilayah Takalar terutama
pemberdayaan masyarakat miskin yang terdiri dari ke kabupaten tetangga seperti Kabupaten Gowa dan
komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur Kabupaten Jeneponto Propinsi Sulawesi Selatan.
birokrasi. Oleh karena itu, variabel penelitian ini adalah Namun demikian jika dilihat dari komsumen yang
komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur memakai hasil produk meubel tersebut, mereka
birokrasi sebagai variabel independen, dan tingkat lebih banyak anggota masyarakat golongan ekonomi
keberhasilan pogram pemberdayaan masyarakat menengah ke bawah. Ini terjadi karena kualitas dari
miskin sebagai variabel dependen. produk meubel seperti lemari, meja makan, kursi, dan
Definisi operasional variabel penelitian ini lain-lain belum dapat menyamai produk dari hasil
adalah: (i) komunikasi (communication) yang ukiran Jepara.
dimaksud adalah kemampuan para stakeholders Jika usaha ekonomi produktif jenis pertukangan
menyalurkan informasi yang jelas dan konsisten dapat dikatakan mengalami perkembangan, lain
dalam rangka pelaksanaan program pemberdayaan halnya dengan usaha percetakan. Jenis usaha ini
masyarakat miskin melalui Bantuan Langsung dapat dikatakan kurang berhasil. Penyebabnya
Pemberdayaan Sosial di Kecamatan Polongbangkeng adalah karena hasil dari usaha percetakan tidak
Utara Kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan, jelas pemasarannya. Usaha ini hanya berjalan ketika
(ii) sumber daya (resources) yang dimaksud adalah terjadi musim pesta perkawinan atau pesta lainnya
kemampuan untuk mengelola kelompok usaha yang banyak memesan untuk dicetakkan undangan.
bersama (KUBE) dan usaha ekonomi produktif Untuk cetakan jenis yang lain misalnya kartu nama
(UEP) dengan segala sumber daya yang tersedia, atau sablon baju, kecenderungan masyarakat di
(iii) disposisi (disposition) yang dimaksud adalah sikap Takalar langsung memesan di Kota Makassar.
pemimpin/pendamping kegiatan/instansi terkait dalam Sehingga jenis usaha percetakan tersebut tidak
menggerakkan/memanfaatkan sumber daya yang berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sementara
ada, (iv) struktur birokrasi (bureaucratic structure) itu, untuk usaha pertukangan terus mengalami
yang dimaksud adalah kemampuan pelaksana untuk perkembangan. Sebanyak 85% dari kelompok usaha
mengelola/menjalankan kegiatan sesuai dengan ekonomi produktif jenis pertukangan mampu mandiri
bidang tugas, dan (v) tingkat keberhasilan program dan terus mengembangkan usahanya, walaupun tidak
pemberdayaan masyarakat miskin adalah kemajuan lagi mendapat suntingan modal dari pemerintah.
usaha dan kemandirian masyarakat miskin yang Jenis usaha ekonomi produktif lainnya yang
mendapat bantuan setelah mengikuti program dapat dianggap berhasil adalah usaha batu merah
pemberdayaan. dan menjahit. Usaha batu merah mempunyai tingkat
167
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar Propinsi Sulawesi Selatan
Dahyar Daraba
resiko gagal yang kecil. Dengan bermodalkan tanah terhadap keberlangsungan kegiatan usaha ekonomi
liat yang ada di sekitar rumah mereka usaha ini produktif juga menjadi faktor penting dari keberhasilan
dapat berjalan. Yang sulit kadang-kadang ditemui program kegiatan di setiap kelompok usaha. Demikian
oleh kelompok usaha bersama batu merah ini juga untuk variabel struktur birokrasi, dimana dengan
adalah sumber bahan bakar yang berasal dari kayu. ketersediaan Standard Operating Prosedures (SOP)
Selain harganya mahal juga sulit diperoleh. Tetapi maka tugas-tugas dan fungsi mereka menjadi jelas, baik
permintaan batu merah yang banyak dilakukan terhadap pendamping kegiatan, instansi terkait seperti
oleh masyarakat maka usaha tersebut dapat Dinas Sosial/Kepala desa/Lurah, para anggota dan Ketua
berkembang. Demikian juga usaha menjahit, dengan KUBE. Hal ini juga ditunjang oleh adanya fragmentasi
modal keterampilan yang telah mereka miliki atas tanggungjawab dari para stakeholders. Dengan adanya
bimbingan dari pendamping kegiatan, maka mereka penyebaran tanggung jawab menjelaskan bahwa para
dapat mengembangkan usahanya. Ini menjelaskan stakeholders memberikan kewenangan kepada anggota
bahwa keterampilan yang dimiliki oleh pendamping KUBE untuk melakukan lebih banyak atas potensi yang
kegiatan dapat ditransmisikan dengan baik terutama dimilikinya.
kepada jenis usaha penjahitan dan pertukangan. Dalam kepengurusan KUBE perlu mendapat
Demikian juga kejelasan dan konsistensi informasi perhatian adalah anggota KUBE itu sendiri terutama
yang disampaikan oleh pendamping kegiatan dalam hal kemampuannya untuk bekerja bersama,
kepada kelompok usaha penjahitan dan pertukangan kemampuan mereka untuk bermitra pengusaha atau
dapat berjalan dengan baik. Ini menunjukkan dengan instansi terkait. Keberhasilan suatu program
bahwa komunikasi dari para pendamping kegiatan pemberdayaan masyarakat, pada dasarnya ditentukan
menentukan keberhasilan program pemberdayaan. oleh partisipasi masyarakat, baik dalam pemberian
Fakta ini juga menjelaskan bahwa komunikasi input, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi, termasuk
yang diperoleh para anggota kelompok usaha tidak pemanfaatan hasil-hasil atau produk dari pemberdayaan
mengalami distorsi di tengah jalan walaupun isi dari itu sendiri. Karena itu, peran aktif dari semua anggota
komunikasi tersebut telah melalui beberapa tingkatan KUBE sebagai penerima manfaat sangat menentukan
birokrasi seperti dinas sosial ke pendamping kegiatan keberhasilan program.
dan selanjutnya ke anggota kelompok usaha bersama Hasil penelitian ini mendukung pendapat Edward III,
(KUBE). G.C (2007), bahwa ada empat faktor yang mendukung
Keberhasilan beberapa kelompok usaha keberhasilan program pemberdayaan masyarakat
sebagaimana dielaborasikan di atas, juga dipengaruhi yaitu komunikasi (communication), sumber daya
oleh penguasaan teknik atau cara mengelola (resources), disposisi (disposition), dan struktur birokrasi
pemberdayaan dari para pendamping kegiatan, (bureaucratic structure).
kualitas layanan bimbingan yang diberikan kepada
SIMPULAN
para anggota KUBE, termasuk dukungan sarana dan
prasarana yang tersedia. Kebutuhan untuk profesional Tingkatkeberhasilanprogrampemberdayaanmasyarakat
dari para pendamping untuk setiap aktivitas yang miskin berada dalam kategori sangat baik sebesar 33,33
mereka lakukan dapat memberikan konstribusi pada persen, kategori baik sebanyak 47,62 persen, dan sisanya
suksesnya usaha. Profesionalisme para pendamping 19,05 persen dalam kategori cukup. Komunikasi, sumber
kegiatan dan ketua KUBE dapat memberikan daya daya, disposisi, dan struktur birokrasi secara bersama-sama
saing organisasi atas produktivitas, kualitas dan jasa berpengaruh positif terhadap tingkat keberhasilan program
pelayanan. pemberdayaan masyarakat miskin yang ditunjukkan dengan
Peranan ketua KUBE dalam mengelola jenis usaha nilai sig = 0,000 pada derajat signifikansi sebesar 5 persen.
produktif yang dilaksanakan memberikan konstribusi Demikian pula secara parsial variabel komunikasi, sumber
yang berarti terhadap kemajuan usaha dari setiap daya, disposisi dan struktur birokrasi memberikan pengaruh
kelompok. Karena itu, keberhasilan suatu program positif terhadap keberhasilan program. Besarnya pengaruh
tidak hanya tergantung pada kualifikasi pemberdayaan variabel independen tersebut ditunjukkan oleh koefisien
masyarakat saja, tetapi juga sangat tergantung kepada regresi yaitu variabel komunikasi sebesar 0,471; sumber
kondisi faktor-faktor lain, misalnya mengenai “key daya = 0,149; disposisi sebesar 0,220; dan struktur birokrasi
individual” dalam struktur kekuasaan dari masyarakat sebesar 0,044.
penerima manfaat. Individu-individu yang masuk
DAFTAR PUSTAKA
dalam “key individual” ini adalah mereka tokoh-
tokoh informal seperti misalnya pemuka agama,
Edward III. G.C. 2007. Jurnal Administrasi Negara.
petani kaya, atau pedagang kaya. Kaitannya dengan
LAN. Jakarta.
penelitian ini adalah bahwa ketika ketua kelompok
ingin dibentuk maka yang perlu mendapat perhatian Ginanjar,K.1996. Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah
adalah mereka yang tergolong dalam kelompok “key Tinjauan Administrasi. Buletin Alumni SESPA.
individual” ini. Selain itu, disposisi atau sikap dari Edisi IV. Jakarta.
para stakeholders juga turut mendukung keberhasilan
Hubeis, M, Najib, M, (2008), Manajemen Strategik
program. Sikap para stakeholders yang terus
Dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi,
berupaya meningkatkan kemampuan para anggota
PT Gramedia, Jakarta.
kelompok usaha dan terus melakukan pengawasan
168
Sosiohumaniora, Volume 17 No. 2 Juli 2015: 168- 169

Makmur, 2009 Teori Manajemen Stratejik dalam Sajogyo, 1977. Golongan Miskin dan Partisipasi
Pemerintahan dan Pembangunan, PT Refika dalam Pembangunan Desa. dalam Prisma, 6 (3)
Aditama. . Maret. LP3ES: Jakarta.
Mardikanto, T. 2013. Pemberdayaan Masyarakat
Salim, Emil. 1982, Perencanaan Pembangunan
dalam Perspektif Kebijakan Publik, Penerbit
dan Pemerataan Pendapatan, Yayasan Idayu;
Alfabeta, Bandung.
Jakarta.
Mortimer. R. 2002. Psikologi yang Efektif untuk
STjokroamidjoyo, 2004. Penyelenggaraan Good
Manajer, Mitra Utama Jakarta.
Governance dan Perwujudan Masyarakat
Robert, L M. 2001. Manajemen Sumber Daya Madani, LAN. Jakarta.
Manusia, Salemba Empat.

169

Anda mungkin juga menyukai