Anda di halaman 1dari 16

eJournal Pembangunan Sosial,2023, 11 (4):118-126

ISSN 0000-0000, ejournal.ps.fisip-unmul.ac.id


© Copyright 2023

PERAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA


HARAPAN (PKH) DALAM MENGATASI
KEMISKINAN DI KELURAHAN KARANG JOANG
KECAMATAN BALIKPAPAN UTARA

Frelly Kristy Ansyu, Muhammad Arifin

eJournal Pembangunan Sosial


Volume 12, Nomor 1, 2024
HALAMAN PERSETUJUAN PENERBITAN ARTIKEL EJOURNAL

Artikel eJournal dengan identitas sebagai berikut:

Judul : Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam


Mengatasi Kemiskinan Di Kelurahan Karang Joang Kecamatan
Balikpapan Utara

Pengarang : Frelly Kristy Ansyu

NIM : 1802035042

Program Studi : Pembangunan Sosial

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman

telah diperiksa dan disetujui untuk dionlinekan di eJournal Program Studi


Pembangunan Sosial Fisip Unmul.

Samarinda, 12 Februari 2024


Pembimbing I,

Dr. Muhammad Arifin, M.Hum


NIP. 19691027 199512 1 001

Bagian di bawah ini


DIISI OLEH ADMIN EJOURNAL PEMBANGUNAN SOSIAL

Identitas terbitan untuk artikel di atas

Nama Terbitan : eJournal Pembangunan Sosial


Koordinator Program Studi
Volume : Pembangunan Sosial

Nomor :
Tahun : 2024
Dr. Sukapti M.Hum
Halaman : NIP. 197102151 99512 2 002
eJournal Pembangunan Sosial,2023, 11 (4):118-126
ISSN 0000-0000, ejournal.ps.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2023

PERAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA


HARAPAN (PKH) DALAM MENGATASI KEMISKINAN DI
KELURAHAN KARANG JOANG KECAMATAN
BALIKPAPAN UTARA

Frelly Kristy Ansyu 1, Muhammad Arifin 2

Abstrak
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa peran pendamping sangat membantu jalannya
program keluarga harapan dalam mengatasi kemiskinan. Peran pendamping
sebagai fasilitator sudah terlaksana dengan baik, dapat dibuktikan dengan
sosialisasi dan pertemuan kelompok yang diberikan untuk membantu masyarakat
agar dapat memahami program keluarga harapan yang mereka ikuti. Peran
pendamping sebagai edukator juga sudah terlaksana dengan cukup baik, dapat
dibuktikan dengan adanya Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga
(P2K2) yang didalamnya diisi dengan pembelajaran melalui modul-modul yang
ada dan melalui pembelajaran yang diberikan itu sangat membantu masyarakat
untuk mendapat pengetahuan yang baru dan mengembangkan potensi yang ada.
Dalam peran pendamping sebagai advokator belum terlaksana dengan baik,
karena masih ada yang belum sesuai dengan peraturan dan keputusan yang ada,
seperti Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH yang tidak tepat sasaran
dimana keluarga yang mampu masih menerima bantuan, pencairan dana yang
sering tidak tepat waktu, dan masih ada yang tidak menggunakan dana program
sesuai dengan kebutuhannya. Kemudian peran pendamping sebagai broker sudah
berjalan dengan baik, dapat dibuktikan dengan pendamping yang melakukan
koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan Program
Keluarga Harapan (PKH). Selanjutnya dampak dari Program Keluarga Harapan
(PKH) bagi masyarakat miskin di Kelurahan Karang Joang yaitu Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) sangat terbantu dalam layanan pendidikan, kesehatan
dan bagi kesejahteraan sosial. Sehingga dengan adanya peran pendamping PKH
ini mampu membantu masyarakat yang kurang mampu untuk dapat mengakses
setiap bantuan sosial dan layanan lainnya.

Kata Kunci: Peran pendamping, Program Keluarga Harapan, Kemiskinan

1
Mahasiswa Program Studi Pembangunan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: nama_pengarang@gmail.com
2
Dosen Program Studi Pembangunan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman.
eJournal Pembangunan Sosial, Volume 11, Nomor 1, 2024: 1-7

Pendahuluan
Indonesia menghadapi masalah kemiskinan yang disebabkan oleh
rendahnya penghasilan, sehingga masyarakat miskin kesulitan memenuhi
kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan menjadi permasalahan umum
di negara-negara berkembang dan mengakibatkan berbagai kekurangan serta
menurunnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini berdampak negatif pada
produktivitas dan pendapatan masyarakat karena sulitnya mengikuti
perkembangan teknologi. Soekanto (2012:320) menggambarkan kemiskinan
sebagai ketidakmampuan masyarakat menggunakan kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022, terdapat 26,16
juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, atau sekitar 9,54
persen dari total penduduk. Di Kota Balikpapan, BPS tahun 2023 mencatat
penurunan jumlah penduduk miskin dari 18,53 ribu orang pada tahun 2021
menjadi 15,83 ribu orang pada tahun 2022, menunjukkan penurunan sebanyak 2,7
ribu orang. Persentase penduduk miskin di Kota Balikpapan pada tahun 2022
adalah 2,45 persen, turun 0,44 persen poin dari tahun sebelumnya. Namun,
tingkat ketimpangan di Kota Balikpapan meningkat menjadi 0,334 poin pada
tahun 2022 dari 0,009 poin pada tahun sebelumnya.
Penyebab naiknya tingkat kemiskinan pada tahun 2021 disebabkan oleh
pandemi COVID-19 yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan masyarakat,
kenaikan harga barang dan jasa, serta peningkatan setengah pengangguran dan
pengangguran akibat krisis. Namun, pada tahun 2022, jumlah penduduk miskin
mengalami penurunan karena membaiknya situasi pandemi dan upaya pemerintah
melalui program penanggulangan kemiskinan seperti program sembako dan
Program Keluarga Harapan (PKH).
Kementerian Sosial (Kemensos) RI memiliki program penanggulangan
kemiskinan, termasuk Program Keluarga Harapan (PKH) yang bertujuan untuk
mengurangi kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan
memutus rantai kemiskinan antar generasi. Program ini telah terlaksana di
Provinsi Kalimantan Timur, khususnya di Kota Balikpapan, sejak tahun 2013.
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) melibatkan pendamping
yang bertugas sebagai fasilitator untuk menjalankan dan memastikan kesuksesan
program tersebut. Pendamping memiliki peran penting sebagai penghubung
antara masyarakat penerima manfaat dengan lembaga terkait, serta dalam
pengembangan masyarakat.
Kelurahan Karang Joang merupakan salah satu daerah dengan tingkat
kemiskinan tinggi di Kecamatan Balikpapan Utara. Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di kelurahan ini
meningkat dari 11.569 orang pada tahun 2021 menjadi 11.618 orang pada tahun
2022. Masalah yang dihadapi termasuk penerima manfaat tidak tepat sasaran,
masih ada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang belum terdata dalam

2
Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (Frelly)

penerima bantuan PKH, serta kurangnya antusiasme masyarakat dalam mengikuti


program tersebut.
Melalui pendampingan dalam Program Keluarga Harapan (PKH),
diharapkan masyarakat yang kurang mampu dapat memperjuangkan hak-haknya
dan menjalankan kewajiban sesuai ketentuan program, sehingga dapat membantu
mengatasi masalah kemiskinan di Kelurahan Karang Joang. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana PeranPendamping Program Keluarga Harapan dalam Mengatasi
Kemiskinan di Kelurahan Karang Joang ?
2. Bagaimana Dampak dari Program Keluarga Harapan Bagi Masyarakat
Miskin di Kelurahan Karang Joang ?

Kerangka Dasar Teori


Peran
Soerjono Soekanto (2002:243) mendefinisikan peran sebagai aspek
dinamis kedudukan (status). Seseorang berperan ketika ia memenuhi hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.
Sementara status mengacu pada hak dan tanggung jawab seseorang, jika
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan posisinya, maka ia
menjalankan fungsi tersebut.
Sementara itu, menurut Boeree (2010:123), peran tersebut merupakan
harapan bersama yang melibatkan kegiatan berbasis masyarakat. Ada banyak
jenis peran yang berbeda, beberapa diantaranya formal dalam kelompok yang
lebih besar (organisasi dan masyarakat), memiliki gelar tertentu, dan diharapkan
dapat berfungsi sebagaimana yang menjadi harapan masyarakat.
Sedangkan peran ditafsirkan oleh Riyadi (2002:138) sebagai orientasi dan
konsep partisipasi suatu pihak dalam oposisi masyarakat. Aktor dalam posisi ini,
baik individu maupun organisasi, akan bertindak sesuai dengan sumber daya
manusia atau lingkungannya. Peran juga dapat digambarkan sebagai tuntutan
yang didefinisikan secara struktural (norma, harapan, tanggung jawab dan lain-
lain). Dimana ada tekanan dan kemudahan, pengawas menghubungkan dan
mendukung fungsinya dalam berorganisasi.
Berdasarkan peneliti terdahulu Fadhilah Isdayanti (2021), dengan judul
“Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Sebagai Fasilitator di
Kelurahan Tirta Siak Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru” yang merujuk
dari ASTD (1998) dalam M. Soim dan Achmad Ghazaliv Syafe’I (2018)
mengenai peran dan fungsi fasilitator terdapat empat fungsi utama peran
pendamping atau fasilitator kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu:
Narasumber (resource person); Pelatih (trainer); Mediator (mediasi); Penggerak.

3
eJournal Pembangunan Sosial, Volume 11, Nomor 1, 2024: 1-7

Penulis dapat menyimpulkan bahwa peran adalah suatu bentuk perilaku


yang dilakukan sesuai dengan kedudukan atau status seseorang yang merupakan
bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh seseorang atau kelompok.
Peran yang dimaksud disini adalah sebagai berikut:
1. Fasilitator: memfasilitasi dan mendukung kelompok yang diberdayakan
dengan menyediakan informasi, pengetahuan, pemikiran, dan sarana-sarana
yang dibutuhkan.
2. Edukator: membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
menggeali, serta mengembangkan potensi yang dimiliki oleh kelompok yang
diberdayakan.
3. Broker: sebagai penghubung atau mediator untuk menjalin mitra kerjasama
dengan Lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat.
4. Advokator: membantu memecahkan masalah, melindungi hak-hak kelompok
yang diberdayakan serta menyediakan pelayanan yang dibutuhkan.

Pendamping PKH
Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) memiliki peran yang
penting dalam membantu masyarakat dalam mengakses program pemberdayaan
sosial. Gardono (dalam Vidhyandika Moeljarto, 1996) mengungkapkan bahwa
pendamping memiliki fungsi sebagai fasilitator, komunikator, edukator, dan
advokator dalam membina kelompok masyarakat. Dalam konteks Program
Keluarga Harapan, pendamping memimpin pelaksanaan program di lapangan,
memfasilitasi akses peserta PKH ke layanan kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial, serta mengorganisir Pertemuan Peningkatan Kapasitas
Keluarga (P2K2) untuk mengubah perilaku menjadi lebih baik.
Kementerian Sosial merekrut pendamping PKH melalui seleksi terbuka
dengan syarat pendidikan minimal D3 dan bersedia ditempatkan di lokasi
program. Tugas dan fungsi pendamping PKH meliputi penyusunan rencana kerja,
sosialisasi kebijakan PKH, pemetaan kelompok penerima manfaat, verifikasi
calon penerima bantuan, edukasi penggunaan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS),
memastikan penyaluran bantuan sesuai prosedur, fasilitasi akses program
komplementer, pendampingan dalam perubahan perilaku, penyelesaian masalah,
serta pelaporan berkala.
Dengan demikian, pendamping Program Keluarga Harapan memiliki
peran yang multidimensional dalam membantu kelompok masyarakat penerima
manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan dan mandiri secara ekonomi dan
sosial.

Program Keluarga Harapan (PKH)


Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program perlindungan
sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM) berdasarkan syarat dan ketentuan yang ditetapkan dengan memenuhi

4
Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (Frelly)

kewajibannya. Program ini dikenal secara global sebagai program bantuan tunai
bersyarat atau program Conditional Cash Transfers (CCT), dan cukup efektif
dalam mengatasi masalah kemiskinan yang dihadapi oleh Negara-negara,
terutama masalah kemiskinan kronis.
Program Keluarga Harapan (PKH), sebagai program bantuan sosial
bersyarat, membuka kesempatan bagi keluarga miskin, khususnya ibu hamil dan
anak-anak, untuk memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan dan
pendidikan yang tersedia disekitar mereka. Dengan menjaga kesejahteraan sosial,
manfaat dari program keluarga harapan juga sudah mulai didorong untuk
mencakup penyandang disabilitas dan lansia.
Tujuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) adalah untuk memperbaiki
kondisi sosial ekonomi keluarga sangat miskin, meningkatkan taraf pendidikan
anak-anak, taraf kesehatan dan gizi (ibu hamil, ibu nifas anak dibawah 6 tahun)
bagi keluarga sangat miskin, serta meningkatkan akses dan kualitas layanan
pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi keluarga sangat miskin.
Penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) yang selanjutnya
disebut sebagai peserta program adalah rumah tangga sangat miskin yang
berdomisili dilokasi terpilih dan memiliki beberapa kategori Keluarga Penerima
Manfaat (KPM) yaitu :
Dengan kategori besaran penerima manfaat sebesar :
1. Ibu hamil/nifas Rp. 750.000 untuk setiap tahap atau Rp 3 juta pertahunnya
2. Anak usia dini Rp. 750.000 untuk setiap tahap atau Rp 3 juta pertahunnya
3. Lansia Rp. 600.000 untuk setiap tahap atau Rp 2,4 juta pertahunnya
4. Penyandang disabilitas Rp. 600.000 untuk setiap tahap atau Rp 2,4 juta
pertahunnya
5. Anak sekolah SD Rp. 225.000 untuk setiap tahap atau Rp 900 ribu
pertahunnya
6. Anak sekolah SMP Rp. 375.000 untuk setiap tahap atau Rp 1,5 juta
pertahunnya
7. Anak sekolah SMA Rp. 500.000 untuk setiap tahap atau Rp 2 juta
pertahunnya.

Kemiskinan
Kemiskinan adalah masalah multidimensi yang meliputi keterbelakangan,
ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS)
dan Todaro memberikan definisi tentang kemiskinan yang menekankan kegagalan
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Kemiskinan juga dikaitkan dengan terbatasnya sumber daya manusia, rendahnya
pendidikan, dan konsekuensi rendahnya produktivitas.
Faktor penyebab kemiskinan meliputi faktor internal seperti keterampilan
yang tidak memadai dan pendidikan rendah, serta faktor eksternal seperti krisis
ekonomi dan kurangnya kebijakan yang mendukung masyarakat miskin. World

5
eJournal Pembangunan Sosial, Volume 11, Nomor 1, 2024: 1-7

Bank mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan seperti


pendidikan, jenis pekerjaan, gender, akses terhadap layanan kesehatan dan
infrastruktur, dan lokasi geografis.
Di Indonesia, kemiskinan sering terkait dengan mahalnya biaya
pendidikan, sektor pekerjaan tertentu seperti pertanian dan sektor informal,
dimensi gender, kurangnya akses terhadap layanan infrastruktur dasar, dan posisi
geografis yang memengaruhi kondisi alam dan pemerataan pembangunan.

Indikator Kemiskinan
Indikator kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu sebagai
berikut :
1. Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan dengan menggunakan
konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (pendekatan kebutuhan
dasar). Dengan metode ini, kemiskinan didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok dari sudut
pandang ekonomi, bukan pangan yang diukur menurut garis kemiskinan.
2. Garis Kemiskinan (GK) dibagi menjadi dua komponen: Garis Kemiskinan
Pangan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Pangan (GKBM). Garis
Kemiskinan dihitung secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan.
3. Garis Kemiskinan Pangan (GKM) adalah nilai pengeluaran kebutuhan
sembako, yang meliputi 2100 kalori per kapita per hari. Paket komoditas
kebutuhan sembako terdiri dari 52 komoditi yang berbeda. (biji-bijian, umbi-
umbian, ikan, daging, telur, dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-
buahan, minyak dan lemak, dll.).
4. Garis Kemiskinan Kunci Global (GKBM) adalah minimum untuk perumahan,
pakaian, sekolah, dan perawatan kesehatan. Paket komoditasm kebutuhan
esensial non pangan tersebut meliputi 51 komoditas di perkotaan dan
komoditas di perdesaan.
5. Garis kemiskinan per rumah tangga ditentukan dengan mengalikan garis
kemiskinan per kapita dengan jumlah rata-rata anggota rumah tangga miskin.
6. Penduduk miskin meiliki rata-rata pengeluaran per kapita bulanan yang
kurang dari Garis Kemiskinan.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan


Pemerintah memiliki dua bagian besar dalam rencana untuk mengurangi
kemiskinan, melindungi individu dan masyarakat yang mengalami kemiskinan
secara sementara, serta membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan
dengan memberdayakan mereka dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.
Strategi penanggulangan kemiskinan termasuk kebijakan makro ekonomi,
pendekatan kewilayahan, dan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pendekatan
regional untuk mengatasi kemiskinan mencakup percepatan pembangunan dan
pembangunan perkotaan di daerah tertinggal, sementara pendekatan hak dasar

6
Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (Frelly)

mencakup memenuhi hak atas pangan, pendidikan, kesehatan, akses terhadap


sumber daya sosial dan ekonomi, serta kegiatan usaha produktif, perumahan, air
bersih, dan rasa aman.

Indikator Kesejahteraan
Badan Pusat Statistik (2005) mengemukakan mengenai indikator
kesejahteraan yaitu bahwa indikator yang bisa dipakai untuk mengetahui taraf
kesejahteraan terdapat tujuh yaitu kemudahan untuk masuk ke jenjang
pendidikan, kemudahan dalam menerima pelayanan kesehatan, fasilitas local
tinggal, konsumsi atau pengeluaran keluarga, kesehatan anggota keluarga,
keadaan tempat tinggal dan pendapatan.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menjelaskan Tingkat kesejahteraan keluarga dapat dikelompokkan menjadi lima
tahapan dengan indikatornya masing-masing yaitu :
1. Keluarga Prasejahtera (KPS) adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan akan pengajaran agama, sandang,
pangan, papan dan kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera 1, adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan
yang sangat mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi. Indikator yang digunakan yaitu: (1) Anggota keluarga melaksanakan
ibadah menurut agama yang dianut; (2) Pada umumnya seluruh anggota
keluarga makan 2 kali sehari atau lebih; (3) Seluruh anggota keluarga
memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan
bepergian; (4) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah; (5)
Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana
kesehatan.
3. Keluarga Sejahtera 2, yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat
memenuhi kriteria keluarga Sejahtera 1, harus pula memenuhi syarat sosial
psikologis 6 sampai 14 yaitu: (6) Anggota keluarga melaksanakan ibadah
secara teratur; (7) Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan
daging/ikan/telur sebagai luak pauk; (8) Seluruh anggota keluarga
memperoleh paling kurang satu stel penghuni baru per tahun; (9) Luas lantai
rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah; (10)
Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat; (11)
Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas
mempunyai penghasilan tetap; (12) Seluruh anggota keluarga yang berumur
10-60 tahun bisa membaca tulisan latin; (13) Seluruh anak berusia 5-15 tahun
bersekolah pada saat ini; (14) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang
masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
4. Keluarga Sejahtera 3, yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan
dapat pula memenugi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga
yaitu: (15) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama; (16)

7
eJournal Pembangunan Sosial, Volume 11, Nomor 1, 2024: 1-7

Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga;


(17) Biasanya makan Bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga; (18) Ikut serta
dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya; (19)
Mengadakan rekreasi Bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan;
(20) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah; (21) Anggota
keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan
kondisi daerah setempat.
5. Keluarga Sejahtera tahap 3 plus, yaitu keluarga yang dapat memenuhi kriteria
1 sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria 22 dan 23 kriteria
pengembangan keluarganya yaitu: (22) Secara teratur atau pada waktu
tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan social
masyarakat dalam bentuk materi; (23) Kepala Keluarga atau anggota keluarga
aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

Metode Penelitian
Menurut Mukhtar(2013:10) metode penelitian deskriptif kualitatif adalah
metode yang digunakan peneliti untuk menemukan pengetahuan atau teori tentang
penelitian pada saat tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif untuk memahami fenomena sosial dan masalah sosial terkait dengan
Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Karang Joang, Kecamatan
Balikpapan Utara. Penelitian akan difokuskan pada peran pendamping PKH
dalam mengatasi kemiskinan dan dampaknya bagi masyarakat miskin.
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan berbagai informan,
termasuk pendamping PKH, warga penerima manfaat PKH, dan pejabat terkait.
Sementara itu, data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen terkait program
PKH dan literatur terkait.
Teknik pengumpulan data meliputi observasi partisipatif, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.

Hasil Penelitian
Peran Pendamping di Kelurahan Karang Joang
Berdasarkan data di lapangan yang penulis peroleh, maka berikut adalah
hasil analisis terkait dengan peran apa saja yang dilakukan oleh pendamping PKH
di Kelurahan Karang Joang:

1. Peran Pendamping sebagai Fasilitator


Adapun hasil wawancara bersama Pendamping PKH, Plt. Koordinator
PKH Dinas Sosial, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dan Keluarga Penerima
Manfaat (KPM) PKH diatas terkait dengan peran Pendamping sebagai fasilitator
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendamping sudah melakukan

8
Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (Frelly)

pendampingan dengan memfasilitasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk


mengadakan pertemuan kelompok dan melakukan sosialisai.

2. Peran Pendamping sebagai Edukator


Adapun hasil wawancara bersama dengan pendamping PKH dan juga
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) diatas terkait dengan peran pendamping
sebagai edukator, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa peran pendamping
sebagai edukator telah berjalan cukup baik dalam memberikan edukasi melalui
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) yang dilakukan untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat didalam kehidupan sehari-
hari, agar masyarakat mampu mengembangkan potensi dalam dirinya. Namun
harapan dari Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yaitu sosialisasi ini dapat
dilakukan secara rutin sebulan sekali.

3. Peran Pendamping sebagai Advokator


Melihat hasil wawancara bersama dengan pendamping PKH terkait
dengan peran beliau sebagai advokator, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
peran pendamping dalam membantu masyarakat memecahkan masalah belum
terlaksana dengan baik, karena masih ada beberapa hal yang belum sesuai dengan
peraturan dan keputusan yang ada. Seperti Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
PKH yang tidak tepat sasaran, mengenai pencairan dana yang sering tidak tepat
waktu, dan masih ada yang tidak menggunakan dana program sesuai dengan
kebutuhannya.

4. Peran Pendamping sebagai Broker


Melihat dari hasil wawancara bersama dengan pendamping PKH terkait
dengan peran pendamping sebagai broker atau penghubung, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran pendamping sebagai penghubung sudah dilakukan
dengan baik, dapat dibuktikan dengan melakukan koordinasi antara pemerintah,
mitra-mitra pekerja sosial, dan juga masyarakat untuk memastikan pelaksanaan
Program Keluarga Harapan (PKH) berjalan dengan baik dan juga melihat kondisi
dari Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH, jika terjadi kendala dalam
pencairan dana program dan juga apabila ditemukan keluarga penerima manfaat
yang sudah pindah rumah maka hal tersebut akan dilaporkan ke Dinas Sosial
untuk di tindak lanjuti.

Dampak dari Program Keluarga Harapan Bagi Masyarakat Miskin di


Kelurahan Karang Joang
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan dilapangan maka
berikut dampak dari Program Keluarga Harapan (PKH) dalam mengatasi masalah
Kemiskinan di Kelurahan Karang Joang:

9
eJournal Pembangunan Sosial, Volume 11, Nomor 1, 2024: 1-7

1. Layanan Pendidikan
Melihat hasil wawancara bersama dengan para informan diatas maka
penulis dapat menarik kesimpulan yaitu dengan adanya layanan pendidikan yang
disediakan oleh pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) ini mampu
membantu masyarakat yang kurang mampu untuk dapat mengakses pendidikan
anak mereka dengan gratis dan tentunya melalui bantuan sosial ini juga Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) PKH mempu memenuhi kebutuhan sekolah anak
mereka. Dengan layanan pendidikan yang baik maka ini sangat membantu untuk
mengatasi masalah kemiskinan, agar generasi muda mampu mempersiapkan diri
untuk kehidupan yang lebih baik kedepannya.

2. Layanan Kesehatan
Bersadarkan hasil wawancara bersama dengan para informan diatas maka
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa layanan kesehatan yang disediakan oleh
pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) bisa dikatakan sudah baik,
dilihat dari ketersediaan fasilitas kesehatan seperti posyandu, puskesmas dan juga
program pemerintah yaitu BPJS dan KIS yang dapat membantu masyarakat
kurang mampu untuk bisa berobat dan meringankan beban mereka. Dengan
kondisi kesehatan baik maka masyarakat mampu melakukan aktifitas dan
pekerjaan mereka dengan baik, untuk memenuhi kebutuhan hidup lebih baik.

3. Kesejahteraan Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara bersama dengan para informan diatas maka
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa melalui Program Keluarga Harapan
(PKH) ini masyarakat hanya merasa terbantu saja tapi tidak mensejahterakan
kehidupan mereka, dimana mereka terbantu dalam hal pendidikan dan kesehatan.
Namun untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak cukup bagi mereka.
Kesimpulan yang bisa penulis tambahkan lagi sesuai dengan yang dikatakan oleh
informan SG sebegai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dimana masyarakat bisa
hidup sejahtera jika masyarkat mau berusaha untuk mengelola dana yang diterima
untuk membuat usaha, dari hal itu maka masyarakat mampu untuk bisa hidup
lebih baik lagi.

Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa peran pendamping dalam Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan
Karang Joang belum berjalan secara maksimal, dalam peran pendamping sebagai
Fasilitator sudah berjalan dengan baik dengan melakukan pendampingan
memfasilitasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk mengadakan pertemuan
kelompok dan sosialisai. Kemudian peran pendamping sebagai edukator sudah
berjalan cukup baik, dimana Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH mendapat

10
Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (Frelly)

pengetahuan yang baru dalam edukasi yang disampaikan oleh pendamping


melalui modul pembelajaran tentang ekonomi yang berisi pengelolaan uang dan
perencanaan usaha, kesehatan dan gizi, kesejahteraan sosial, serta pendidikan
anak dan perlindungan anak, namun harapan dari Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) dapat dilakukan
secara rutin.
Dalam peran pendamping sebagai advokator belum terlaksana dengan
baik, karena masih ada beberapa hal yang belum sesuai dengan peraturan dan
keputusan yang ada, seperti Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH yang tidak
tepat sasaran atau mengenai pencairan dana yang sering tidak tepat waktu, dan
masih ada yang tidak menggunakan dana program sesuai dengan kebutuhannya.
Kemudian peran pendamping sebagai broker sudah berjalan dengan baik, dimana
pendamping melakukan koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat dalam
pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH).
Selanjutnya dampak dari Program Keluarga Harapan (PKH) bagi
masyarakat miskin di Kelurahan Karang Joang yaitu Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) sangat terbantu dalam layanan pendidikan, kesehatan dan bagi
kesejahteraan sosial. Sehingga dengan adanya peran pendamping PKH ini mampu
membantu masyarakat yang kurang mampu untuk dapat mengakses setiap
bantuan sosial dan layanan lainnya.

Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait peran pendamping PKH di
Kelurahan Karang Joang :
a. Kepada pendamping PKH, saran penulis untuk kedepannya dapat selalu
meningkatkan perannya melakukan pengawasan dengan survei langsung ke
lapangan untuk melihat kondisi dari Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
PKH, selanjutnya membagi waktu dan membuat jadwal pertemuan kelompok
secara rutin untuk memberikan edukasi bagi Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) agar mampu meningkatkan potensi dalam diri masyarakat.
b. Kepada pemerintah, diharapkan lebih memperhatikan dan meningkatkan
jumlah pendamping PKH, serta memperhatikan juga validitas data penerima
manfaat agar bentuan yang disalurkan tepat sasaran dan pencairan dana
program bisa dilaksanakan tepat waktu.
c. Kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM), harapannya dapat memenuhi
kewajibannya sebagai penerima bantuan PKH dan menggunakan dana
program sesuai dengan ketentuannya, mampu mengembangkan potensi dalam
diri, terus membangun komunikasi dan juga kerja sama dengan pendamping
PKH agar permasalahan dapat tersampaikan.

11
eJournal Pembangunan Sosial, Volume 11, Nomor 1, 2024: 1-7

Daftar Pustaka
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). "Tingkat
Kesejahteraan Keluarga."
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan. (2023). Data Penduduk Miskin
Kota Balikpapan.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2005). "Indikator Kesejahteraan."
Badan Pusat Statistika (BPS). (2022, Maret). Data Kemiskinan Indonesia.
Boeree, C. G. (2010). Personality Theories. New York: Springer Publishing
Company.
Departemen Sosial. (2009). Peran Pendamping Sosial dalam Mewujudkan
Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Departemen Sosial RI.
Isdayanti, F. (2021). Peran Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)
Sebagai Fasilitator di Kelurahan Tirta Siak Kecamatan Payung Sekaki
Kota Pekanbaru. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, 10(2), 45-58.
Kementerian Sosial. "Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Program Keluarga
Harapan." Jakarta: Kementerian Sosial.
Mukhtar. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Riyadi. (2002). Peran dan Strategi Pendamping dalam Pembangunan Pedesaan.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soekanto, S. (2002). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Soekanto. (2012). Kemiskinan: Sebuah Pengantar Pemahaman Sosiologis.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Todaro, M. P. (1983). "Economic Development in the Third World." London:
Longman.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2017 tentang Penanganan Fakir Miskin.
Vidhyandika Moeljarto (1996). "Peranan Fungsional Lembaga Kesejahteraan
Sosial." Surabaya: Universitas Airlangga.

12

Anda mungkin juga menyukai