PENDAHULUAN
Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 yang dicanangkan oleh pemerintah,
kualitas dan kuantitas dari pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh keberhasilan
dalam memberikan pelayanan holistik pada klien dalam rangka memenuhi sasaran yang ingin
dicapai.
Posyandu diperkenalkan pada masyarakat Indonesia sejak tahun 1984, dan dalam
perkembangannya Posyandu tumbuh dengan pesat hingga sekitar tahun 1993, namun setelah
tahun 1993 Posyandu mengalami penurunan fungsi dan kegiatannya, padahal dalam
pembiayaan penyelenggaraan Posyandu tergolong relatif murah, namun dapat menjangkau
cakupan target yang lebih luas, sehingga Posyandu merupakan alternatif pelayanan kesehatan
yang perlu dipertahankan.
Dari data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, di Jawa Tengah terdapat 46.388
unit Posyandu. Untuk wilayah kabupaten Brebes terdapat 1.531 unit Posyandu, sedangkan
untuk wilayah kecamatan Sirampog terdapat sekitar 78 unit Posyandu, dan untuk wilayah
desa Mendala terdapat 5 (lima) buah Posyandu yaitu Posyandu Melati di dukuh Sabrang,
Posyandu Dahlia di dukuh Dukuh Lor, Posyandu Mawar di dukuh Karanganyar, Posyandu
Bunga Bangsa di Balai desa Mendala dan Posyandu Pancajaya di dukuh Padanama.
Berdasarkan study pendahuluan, didapatkan adanya penurunan jumlah kunjungan peserta
Posyandu di desa Mendala kecamatan Sirampog kabpaten Brebes dari 544 orang menurun
menjadi 104 orang bulan Maret 2006. Disamping itu dari 10 orang warga yang diwawancarai
secara acak tentang peran dan fungsi Posyandu, didapatkan sebagian besar tidak mengetahui
program kerja yang dimiliki Poyandu serta jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan
oleh Posyandu. Dari kelima posyandu tersebut kegiatan yang selama ini dilakukan adalah
pemeriksaan tumbuh kembang balita (penimbangan) dan pemeriksaan ibu hamil.
Dari data statistik desa Mendala kecamatan Sirampog kabupaten Brebes sebagian
besar masyarakatnya berpendidikan tamatan SD, (data bulan Desember 2005 87% lulus SD,
11% lulus SLTP dan 2% lulus SLTA dan Perguruan Tinggi.
Menurut Drs. Kodyat, MPA (1996), dalam kegiatan Posyandu terdapat bermacam
kegiatan kesehatan mulai dari pemeriksaan tumbuh kembang balita, sampai penyuluhan
tentang penatalaksanaan diare. Disamping kegiatan diatas, peran Posyandu mencakup
rujukan pasien ke Puskesmas dan kunjungan rumah, dimana kegiatan ini untuk mengetahui
bagaimana seorang penderita setelah mendapatkan pengobatan dari Puskesmas dan
perawatan apa saja yang masih diberikan,(2,9) sehingga Posyandu diharapkan dapat
memenuhi tuntutan masyarakat, yakni menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,
yang sesuai dengan harapan masyarakat.
a) Bagaimana gambaran partisipasi ibu yang memepunyai balita dalam mengukiti kegiatan
posyandu
b) Berapa rata-rata usia ibu yang mempunyai balita yang mengikuti kegiatan posyandu
c) Apa jenis pekerjaan ibu yang mempunyai balita yang mengikuti kegiatan posyandu
d) Apa pendidikan ibu yang mempunyai balita yang mengikuti kegiatan posyandu
e) Apa motivasi ibu yang mempunyai balita dalam mengikuti kegiatan posyandu
a) Untuk mengetahui gambaran partisipasi ibu balita yang mengikuti kegiatan posyandu
b) Untuk mengetahui berapa rata-rata usia ibu balita dalam mengikuti posyandu
c) Untuk mengetahui jenis pekerjaan ibu balita yang mengikuti posyandu
d) Untuk mengetahui jenis pendidikan ibu balita yang mengikuti posyandu
e) Untuk mengetahui motivasi ibu balita dalam mengikuti kegiatan posyandu
a) Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengalaman
yang nyata mengenai pengaruh tingkat pengetahuan tentang peran dan fungsi Posyandu
terhadap motivasi kunjungan masyarakat.
b) Bagi Puskesmas
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Puskesmas sebagai fasilitator
Posyandu dalam meningkatkan mutu pelayanan Posyandu terutama dalam memotivasi
kunjungan masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian partisipasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah hal turut berperan
serta dalam suatu kegiatan.Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta tau keterlibatan yang
berkitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro;1995).
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses
atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau
dalam bentuk materill (PTO PNPM PPK, 2007).
Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah proses ketika
warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut
mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan kebijakan yang
langsung mempengaruhi kehiduapan mereka. Conyers (1991) menyebutkan tiga alasan
mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama partispasi
masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan,
dan sikap masyarakata, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan
gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena
mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisiapsi umum di banyak
negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep
man-cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi perbaiakan nasib
manusia.
g) Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan Kegiatan pemantauan dan
evaluasi program dan proyek pembangunan sangat diperlukan. Bukan saja agar
tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk
memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam
pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta
perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan (Mardikanto, 2001).
h) Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan
i) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting yang
sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup
masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan
utama. Di samping itu, pemanfaaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan
dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program
pembangunan yang akan datang (Mardikanto, 2001).
2.1.4 Tingkat Kesukarelaan Partisipasi
Dusseldorp (1981) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan sebagai berikut:
a) Partisipasi spontan, yaitu peranserta yang tumbuh karena motivasi intrinsik berupa
pemahaman, penghayatan, dan keyakinannya sendiri.
b) Partisipasi terinduksi, yaitu peranserta yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya
motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar; meskipun yang
bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi.
c) Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peranserta yang tumbuh karena adanya
tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya,
atau peranserta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau norma
yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperanserta, khawatir akan tersisih
atau dikucilkan masyarakatnya.
d) Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peranserta yang dilakukan
karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh
bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.
e) Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peranserta yang dilakukan karena takut
menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan.
b). Kemampuan
Beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik itu antara lain
adalah:
1) Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah.
2) Kemampuan untuk memahami kesempatan-kesempatan yang dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
3) Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki
Robbins (1998) kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbins (1998) menyatakan pada hakikatnya kemampuan
individu tersuusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan
fisik
.
c). Kesempatan
Berbagai kesempatan untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh:
1) Kemauan politik dari penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam
pembangunan.
2) Kesempatan untuk memperoleh informasi.
3) Kesempatan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya.
4) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat guna.
5) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan mempergunakan
peraturan, perizinan dan prosedur kegiatan yang harus dilaksanakan.
6) Kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuhkan,
menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
Sementara Mardikanto (1994) menyatakan bahwa pembangunan yang partisipatoris tidak
sekedar dimaksudkan untuk mencapai perbaikan kesejahteraan masyarakat (secara material),
akan tetapi harus mampu menjadikan warga masyarakatnya menjadi lebih kreatif. Karena itu
setiap hubungan atau interaksi antara orang luar dengan masyarakat sasaran yang sifatnya
asimetris (seperti: menggurui, hak yang tidak sama dalam berbicara, serta mekanisme yang
menindas) tidak boleh terjadi. Dengan dimikian, setiap pelaksanaan aksi tidak hanya
dilakukan dengan mengirimkan orang dari luar ke dalam masrakat sasaran, akan tetapi secara
bertahap harus semakin memanfaatkan orang-orang dalam untuk merumuskan perencanaan
yang sebaik-baiknya dalam masyarakatnya sendiri.
Mardikanto (2003) menjelaskan adanya kesempatan yang diberikan, sering merupakan faktor
pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan sangat menentukan kemampuannya.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksu
perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003
hal 114).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon.
Skiner membedakan adanya dua proses.
a. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan –
rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena
menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat
menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan
sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar
berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan
mengadakan pesta, dan sebagainya.
b. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job
skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas
kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola
dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
Posyandu atau pos pelayanan terpadu, merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan tehnis
dari petugas kesehatan.
b). Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur.
• Pemeriksaan kesehatan umum
• Pemeriksaan kehamilan dan nifas
• Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah.
• Imunisasi TT untuk ibu hamil
• Penyuluhan kesehatan dan KB
• Pemberian alat kontrasepsi KB
• Pemberian oralit pada ibu yang menderita diare
• Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
• Pertolongan pertama pada kecelakaan.
KERANGKA PEMIKIRAN
a. Definisi : kehadiran, kedatangan dan peran serta ibu yang mempunyai balita dalam
mengikuti posyandu.
a. Populasi : Ibu yang mempunyai balita ( bayi dibawah lima tahun ) yang berada di wilayah
posyandu Kelurahan Pasir Kuda Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor.
b. Sampel : Ibu yang mempunyai balita ( bayi dibawah lima tahun ) yang berada di posyandu
wilayah RW XII Kelurahan Pasir Kuda Kecamatan Bogor Barat.
c. Jumlah : Cara pengambilan sampel dengan minimal 30 responden.
d. Kriteria :
a) Inklusi
Ibu yang mempunyai balita di wilayah RW XII Kelurahan Pasir Kuda Kecamatan Bogor
Barat Kota Bogor yang berpendidikan minimal SD berusia 20-35 tahun.
b) Eklusi
Ibu yang mempunyai balita di wilayah RW XII Kelurahan Pasir Kuda Kecamatan Bogor
Barat Kota Bogor yang berpendidikan minimal SD berusia 20-35 tahun namun pada saat
dilakukan penelitian ibu maupun balita yang berada di wilayah RW XII Kelurahan Pasir
Kuda Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor sedang sakit sehingga tidak dapat mengikuti
posyandu serta yang membawa balita itu bukan ibu kandung.
a. Data Coding
b. Data Editing
c. Data File
d. Data Entri
e. Data Cleaning
Analisis data yang digunakan yaitu univariat yang menganalisis data satu persatu
variable dimana untuk melihat factor yang paling dominan antara ibu yang berpartisipasi
maupun tidak berpartisipai dalam kegiatan posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
Harbandiyah. 2006.Perencanaan dan Evaluasi Pendidikan Kesehatan.Universitas
Diponegoro:Semarang
Arif Budiwan. 2004. Artikel Pengaruh Faktor Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku:Semarang
Soekidjo Notoatmojo.2000.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.PT.Rineka Cipta:Jakarta
G. Santoso R.2004.Statistik.ANDI.Yogyakarta