Hernia Diafragmatika adalah cacat lahir bawaan yang ditandai dengan adanya lubang yang
abnormal pada diafragma akibat penyatuan yang tidak sempurna dari struktur-struktur
diafragma selama perkembangan janin. Diafragma adalah struktur otot yang memisahkan
rongga dada dengan rongga perut dan mempermudah pernafasan. Pada hernia diafragmatika,
lubang yang terbentuk pada diafragma tersebut membuat organ-organ perut dapat memasuki
rongga dada, yang mana hal ini dapat menyebabkan kesulitan bernafas yang berat, kulit
berwarna kebiruan, denyut jantung dan nafas yang cepat ketika bayi lahir. Ada dua tipe
hernia diafragmatika yang utama, tergantung pada letak lubangnya. Hernia Bochdalek
ditandai dengan lubang yang dekat dengan bagian belakang dari diafragma, yang membuat
organ-organ, seperti lambung, usus halus, hati dan limpa bergerak ke atas masuk ke rongga
dada. Hernia Morgagni ditandai dengan lubang yang dekat dengan bagian depan dari
diafragma, yang membuat organ-organ, seperti hati dan usus halus dapat memasuki rongga
dada. Hernia diafragmatika adalah kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan
perawatan secepatnya karena hal ini benar-benar dapat mengganggu gerakan pernafasan
normal, mengurangi pasokan oksigen dan menyebabkan kematian pada bayi. Pada bayi-bayi
seperti ini biasanya dipasang ventilator mekanik untuk membantu pernafasan dan harus
menjalani pembedahan untuk memperbaiki diafragma.
Penggabungan yang tidak benar pada struktur yang membentuk diafragma selama
perkembangan janin
1. Perdarahan pervagina
Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum atau post partum hemorargi
atau hemorargi post partum atau PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc
atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.
Hemorargi post partum primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam
24 jam setelah kelahiran.
Penyebab:
a. Uterus atonik (terjadi karena misalnya: plasenta atau selaput ketuban
tertahan).
b. Trauma genetalia (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan
atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio
caesaria, episiotomi).
c. Koagulasi intravascular disetaminata.
d. Inversi uterus.
Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian PPH yang
terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab:
1. Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks,
vagina kandung kemih, rectum).
3. Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, ruptur uterus).
Penatalaksanaan:
Hemorargi post partum primer.
Hemorargi post partum atonik.
1. Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah.
2. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit, kesadaran,
kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah yang sudah keluar. Jika pasien
dalam kondisi syok, pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka, palingkan wajah
hilang.
3. Berikan oksitosin (oksitosin untuk 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui
IM apabila tidak bisa melalui IV).
4. Siapkan donor untuk tranfusi, ambil darah untuk cross cek, berikan NaCl 11/15
menit apabila pasien mengalami syok), pada kasus syok yang parah gunakan plasma
ekspander.
5. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
6. Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 iu oksitosin
dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetes/menit. Usahakan tetap
menyusui bayinya.
7. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan kompresi bimanual.
8. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap berkontraksi dengan baik, pastikan
laserasi jalan lahir.
9. Jika ada indikasi mungkin terjadi infeksi maka berikan antibiotik.
10. Lakukan pencatatan yang akurat.
Penatalaksanaan lanjutan:
Pantau kondisi pasien selama24-48 jam.
Bakteri endogen.
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan bahaya.
Bahkan jika tekhnik steril di gunakan dalam persalinan, infeksi ini masih dapat
terjadi akibat bakteri endogen. Bakteri endogen dapat membahayakan dan
menyebabkan infeksi jika:
a. Bakteri ini masuk kedalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui instrumen
pemeriksaan pelvik.
b. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ laserasi atau jaringan
mati.
c. Bakteri masuk sampai kedalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang lama.
Bakteri eksogen.
Bakteri ini masuk kedalam vagina dari luar yaitu:
a. Malalui tangan dan alat yang tidak steril.
b. Melaluui substansi.
c. Malalui aktivitas seksual.
3. Kelainan payudara.
1. Bendungan air susu ibu.
Selama 24-48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering
mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut
bendungan air susu atau “caked breast”, sering menyebabkan rasa nyeri yang
cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut
menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan penggembungan
limfatik dalam payudara, yang merupakan prekuser regular untuk terjadi laktasi.
Keadaan ini bukan merupakan overdestensi sistem lakteal oleh susu.
Penatalaksanaan:
a. Keluarkan ASI secara manual/ASI tetpa diberikan pada bayi.
b. Menyangga payudara dengan BH yang menyokong.
c. Kompres dengan kantong es.
d. Pemberian analgesik.
2. Mastitis.
Inflamasi perinkimatosa glandula mammaemerupakan komplikasi ante partum yang
jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumapi dalam masa nifas dan laktasi.
Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas
dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga atau keempat. Bendungan
yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa
menggigil atau gejala grigor yang sebenarnya, yang segera di ikuti oleh kenaikan
suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi
keras serta kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.
Gejala mastitis.
a. Gejala mastitis non-infeksius adalah:
1) Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut.
2) Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras didaerah nyeri tekan tersebut.
3) Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
Penatalaksanaan.
Bila payudara tegang dan kemerahan maka:
a. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
b. Sangga payudara.
c. Kompres dingin.
d. Bila diperlukan, berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
e. Ibu harus di dorong menyusui meskipun ada pus.
f. Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik untuk
mengurangi demam dan nyeri.
g. Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (>39 0C), periksa
kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal.
h. Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan
gejala berkurang.
i. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
KOMPLIKASI LAINNYA.....
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi
dan menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining yang
komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu
mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila
tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang
melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga
berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian
sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan
waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan
nifas.
Kunjungan pertama dilakukan setelah 2-6 jam setelah persalinan, jika memang ibu
melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin
keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan,
karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca
salin.
b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara
ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting
d. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
e. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut.
f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil .
g. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya,
adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak
h. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien
j. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi
k. Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun
2) Mengajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus,dan
Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa melakukan
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
b. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
c. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat,
d. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
e. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
f. Diet : makanan seimbang, banyak mengandung protein, serat dan air sebanyak 8-
10 gelas per hari untuk mencegah konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin
A.
g. Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan perineum.
h. Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu.
i. Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
k. Keluarga berencana melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas.
l. Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada tanda-
tanda bahaya,
1) Memantau tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan perdarahan
pervaginam.
sayuran dan buah-buahan dan minuman sedikitnya 3 liter air setiap hari.
3) Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
4) Menganjurkan ibu untuk menjaga payudara tetap bersih dan kering. Terutama putting susu.
5) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama
Untuk kunjungan yang ke empat lebih difokuskan pada penyulit dan juga keadaan laktasinya.
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
b. Tali pusat harus tetap kencang
c. Perhatikan kondisi umum bayi .
d. Memberikan konseling mengenai imunisasi, senam nifas serta KB secara
dini
Asuhan 6 minggu Masa Nifas
1) Memeriksa tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus dan pengeluaran pervaginam.
2) Memberitahukan pada ibu bahwa aman untuk memulai hubungan suami istri kapan saja ibu
siap.
3) Menganjurkan ibu dan suami untuk memakai alat kontrasepsi dan menjelaskan kelebihan,