Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Partisipasi dalam kesehatan reproduksi adalah bentuk nyata dari
kepedulian dan keikutsertaan suami dalam pelaksanaan upaya-upaya kesehatan
reproduksi. Asuhan kehamilan merupakan salah satu bentuk dari upaya
pemeliharaan reproduksi (BKKBN, 2000). Kesehatan reproduksi merupakan
suatu kesehatan dalam keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial, dan
lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya
(BKKBN,2001).
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia salah satunya juga
dikarenakan kurangnya perhatian dari laki – laki terhadap ibu hamil dan
melahirkan (Depkes RI, 2007). Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan
perinatal yang dialami sebagian besar negara berkembang, maka WHO
menetapkan salah satu usaha yang sangat penting untuk dapat mencapai
peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu
dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara
ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang
lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga
mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan
tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana proses
melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan mati seorang ibu, terutama
pada ibu primipara, dimana mereka belum memiliki pengalaman melahirkan. Rasa
cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk
dirinya dan bayinya (Bobak, Jensen & Lowdermilk, 2004).

3
Dukungan sosial sangatlah penting diberikan kepada ibu dalam proses
persalinan. Dukungan yang diberikan dapat dilakukan oleh suami, keluarga,
teman dekat, atau tenaga profesional kesehatan. Salah satu prinsip asuhan sayang
ibu yaitu mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi (Depkes RI, 2004). Pemerintah Indonesia melalui Departemen
Kesehatan mengkampanyekan program “Suami Siaga” pada tahun 1999 – 2000
dalam rangka meningkatkan peran suami dalam program “Making Pregnancy
Safer”. Tujuan dari program ini untuk meningkatkan pengetahuan, keterlibatan,
dan partisipasi suami terhadap pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
(Depkes RI, 2001). Dukungan yang terus menerus dari seorang pendamping
persalinan kepada ibu selama proses persalinan dan melahirkan dapat
mempermudah proses persalinan dan melahirkan, memberikan rasa nyaman,
semangat, membesarkan hati ibu dan meningkatkan rasa percaya diri ibu, serta
mengurangi kebutuhan tindakan medis (Nakita, 2004). Di negara berkembang,
beberapa RS besar terlalu dipadati oleh persalinan resiko rendah sehingga
dukungan personal dan privasi tidak dapat diberikan. Di Indonesia, tidak semua
RS mengizinkan suami atau anggota keluarga lainnya menemani ibu di ruang
bersalin. Hampir seluruh persalinan berlangsung tanpa didamping oleh suami atau
anggota keluarga lainnya. Pendamping persalinan hanya dapat dihadirkan jika ibu
bersalin di beberapa RS swasta, rumah dokter praktik swasta atau bidan praktik
swasta.
Banyak penelitian yang mendukung kehadiran orang kedua saat persalinan
berlangsung. Penelitian oleh Hodnett, 1994 ; Simpkin, 1992 ; Hofmeyr, Nikodem
& Wolmann, 1991; Hemminki, Virta & Koponen, 1990 yang dikutip dari Depkes
tahun 2001 menunjukkan bahwa ibu merasakan kehadiran orang kedua sebagai
pendamping dalam persalinan akan memberikan kenyamanan pada saat
persalinan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kehadiran seorang
pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap hasil
persalinan, dapat menurunkan rasa sakit, persalinan berlangsung lebih singkat dan
menurunkan persalinan dengan operasi termasuk bedah caesar (Astuti, 2006).

4
Penelitian lain tentang pendamping atau kehadiran orang kedua dalam
proses persalinan, yaitu oleh Dr. Roberto Sosa (2001) yang dikutip dari Musbikin
dalam bukunya yang berjudul Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan
menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang sahabat atau keluarga dekat
(khususnya suami) selama proses persalinan berlangsung, memiliki resiko lebih
kecil mengalami komplikasi yang memerlukan tindakan medis daripada mereka
yang tanpa pendampingan. Ibu – ibu dengan pendamping dalam menjalani
persalinan, berlangsung lebih cepat dan lebih mudah. Dalam penelitian tersebut,
ditemukan pula bahwa kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa
ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress dan kecemasan yang dapat
mempersulit proses kelahiran dan persalinan, kehadiran suami akan membawa
pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu
secara fisik (Musbikin, 2005).

B.     Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
pada makalah ini yaitu : Bagaimanakah peran suami dalam kehamilan dan
persalinan menurut sosial,budaya, dan agama?

5
BAB II
PEMBAHASAN

1.Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang saling berkesinambungan


dan terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum,
terjadi konsepsi dan partumbuhan zigot, terjadi nidasi (implementasi) pada uterus,
pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 1998).Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan
7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono, 2006).
Kehamilan adalah peristiwa penting bagi seorang wanita manapun,
diinginkan atau tidak wanita atau calon ibu hamil akan gelisah dengan
kesehatannya. Lazimnya berbagai upaya dilakukan untuk menjaga kesehatannya
(Solihah, 2010) ada ibu hamil memeriksakan kandungannya, yang diperiksa
semata-mata factor fisiknya saja, namun makin lama makin disadari bahwa aspek
psikis (kejiwaan) tidak dapat diabaikan dan dipisahkan dari masalah kesehatan
tubuh, termasuk kesehatan ibu hamil. Pada ibu hamil konflik batin yang dirasakan
bias beragam, apalagi sejak zaman dulu rasa nyeri pada persalinan sering menjadi
pokok pembicaraan di antara wanita sehingga banyak calon ibu muda, terutama
menghadapi kehamilan dan proses persalinannya dengan perasaan cemas dan
takut (Solihah, 2010).
 Proses kejiwaan pada masa kehamilan
Menurut Mochtar (2002, p.32), proses kejiwaan selama kehamilan meliputi :
1) Trimester I
Pada sebagian wanita, reaksi psikologis dan emosional pertama adalah kecemasn,
ketakutan, kepanikan dan kegusaran terhadap kehamilan. Mual, muntah, dan
pusing yang merupakan gejala hamil muda.

6
2) Trimester II
Ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu identifikasi abstrak, mulai
menyadari kenyatan bahwa kehamilan merupakan identifikasi nyata. Ibu mulai
menyesuaikan diri dengan kenyataan perut bertambah besar, terasa gerakan janin,
dan dokter telah mendengar suara denyut jantung janin. Ibu mulai mempersiapkan
kebutuhannya.

3) Trimester III
Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan tanggung jawab sebagai ibu pada
pengurusan bayi yang akan dilahirkan. Ada 3 golongan ibu yang mungkin merasa
takut:
a) Ibu yang mempunyai riwayat pengalaman buruk pada persalinan yang lalu.
b) Multipara yang usianya diatas 30 tahun, akan merasa takut terhadap janin dan
anaknya apabila terjadi sesuatu atas dirinya.
c) Primigravida yang mendengar tentang pengalaman nyeri dan menakutkan dari
orang lain.

2. Persalinan

Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur


sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan
ketuban) dari uterus kedunia luar melelui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2009).

Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2005). Peralinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimanajanin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir (Saifuddin, 2006). Persalinan normal adalah jika prosesnya terjadi pada

7
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit
(APN, 2008).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi


pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir sepontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin. Persalinan spontan adalah persalinan yang terjadi
karena dorongan kontraksi uterus dan kekuatan mengejan ibu (Sumarah, 2009).

 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


Menurut Sumarah (2009, p.23-45), factor- factor yang mempengaruhi persalinan
yaitu power, passage, passenger, posisi ibu dan psikologi. Menurut Bandiyah
(2009).factor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah power, passage,
passanger, psycian, psikologis.
(1) Power (Kekutan)
Kekutan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan
volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi involunter disebut juga kekutan primer, menandai dimulainya
pesalinan. Apabila servik berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong,
yang disebut kekutan sekunder, dimana kekutan ini memperbesar kekutan
involunter. Kekutan perimer berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada
penebalan lapisan otot di segman uterus bagian atas, Dari titik pemicu, kontraksi
di hantarkan ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi peride
istirahat singkat. Kekutan skunder terjadi segera setelah bagian peresentasi
mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar.
Sehingga wanita merasa ingin mengedan, usaha mendorong kebawah ini yang
disebut kekutan sekunder. Kekutan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks,
tetapi setelah dilatasi servik lengkap kekuatan ini penting untuk mendorong bayi
keluar dari uterus dan vagina. Jika dalam persalinan wanita melakukan usaha
volunteer (mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan
akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma pada serviks.

8
(2) Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul
ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus behasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu
ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

(3) Passenger (Janin dan Plasenta)


Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya.
Dari semua bagian janin, kepala merupakan bagian yang paling kecil mendapat
tekanan. Namun, karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain,
janin dapat masuk melalui jalan lahir asalkan tidak terlalu besar dan kontraksi
uterus cukup kuat (Llewelly, 2002, p.57).
Passenger atau janin, bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi
janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahhir, maka ia juga dianggap
sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin.

3. Peran suami
a. Pengertian suami
Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban
suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri
kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta
menyantuni dengan baik (Suparyanto, 2011).Kamus besar bahasa Indonesia
mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang
wanita (istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari
anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu
keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami
sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai

9
motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk
merencanakan keluarga (KBBI, 2008).Peran adalah perangkat tingkah yg
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008).
Peran juga merupakan suatu kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam
suatu posisi khusus, seperti seorang istri, suami, anak, guru, hakim, dokter,
perawat, rohanian, dan sebagainya (Suparyanto, 2011).

b. Peran suami dalam kehamilan

 Menurut Sosial :

Peran suami dalam sosial akan membuat ibu hamil merasa menjadi bagian dari
suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya.
Dengan begitu ibu hamil akan merasa memiliki teman senasib dan bisa merasakan
apa yang dirasakannya ketika menghadapi masalah.

 Menurut Budaya :

Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih


tradisioanal (Patrilineal), menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya
bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah
bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Peran suami yang
disinilah sangat penting untuk mematahkan anggapan seperti itu.

 Menrut agama :

Seorang wanita ketika sedang mengandung atau hamil, berhak mendapatkan


berbagai perlindungan dari suaminya. Islam telah menempatkan laki-laki (suami)
sebagai pemimpin dan pelindung dalam rumah tangga:

Ayat Allah SWT:

Artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan
hartanya. Maka perempuan yang shaleh adalah mereka yang taat (kepada Allah

10
SWt) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena allah telah menjaga
(mereka) (QS:An-Nisa : 34)

Sebagai pemimpin tentu saja seorang suami harus bertanggung jawab atas
keselamatan istrinya. Terutama ketika wanita dalam masa kehamilan yang
menyebabkan dirinya lemah dan semakin lemah secara fisik.

c. Peran suami dalam melahirkan

 Menurut Sosial :

Keadaan sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi proses pendampingan


suami ketika istri melahirkan, suami yang mempunyai tingkat sosial ekonomi
yang mapan akan lebih cenderung memperhatikan dan mendampingi istrinya pada
saat melahirkan, hal ini berbeda dengan suami yang mempunyai status sosial
ekonomi yang kurang mampu, suami lebih cenderung untuk kurang
memperhatikan istri pada saat bersalin, suami lebih sibuk untuk mencari biaya
persiapan persalinan bagi istrinya.
 Menurut Budaya :

Keadaan budaya mempengaruhi psoses pendampingan suami pada saat istri


melahirkan, ada beberapa budaya dan sistem religi yang tidak memperbolehkan
suami melihat istri melahirkan karena bertentangan dengan nilai budaya dan
sistem religi yang dianut oleh individu.
 Menrut agama :

1.Menyediakan biaya persalinan, kebutuhan hidup calon bayi, pemulihan


kesehatan ibu, hingga persiapan aqiqah calon bayi.

2.Suami pun bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan mental istri untuk


melahirkan.

11
4. Manfaat Dukungan Keluarga (Suami)
Dukungan suami, dukungan keluarga dan lingkungan sangat memberikan
motivasi dalam pemeriksaan ANC pada ibu hamil, Keluarga yang menerima
kehamilan akan memberikan pengaruh positif pada keadaan psikologis bayi yang
dikandung. Dukungan keluarga dibagi menjadi dua yaitu dukungan keluarga
internal dan eksternal. Dukungan keluarga internal yaitu dukungan suami, saudara
kandung, mertua, dukungan dari anak, sedangkan dukungan eksternal yaitu
sahabat, pekerjaan, tetangga, keluarga besar (Friedman, 1998).
Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa afek-efek
penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stress terhadap
kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi
akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga
dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan bisa jadi
bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya angka mortalitas, lebih mudah sembuh
dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi
(Friedman, 1998).

5. Bentuk Dukungan Persalinan


a.       Dukungan Bidan
1)      Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya dengan
baik.
2)      Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
3)      Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
4)      Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
5)      Mengatur posisi yang nyaman bagi ibu
6)      Memenuhi asupan cairan dan nutrisi ibu
7)      Keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
8)      Penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai
9)      Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran
bayinya.

12
10)  Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
11)  Penjelasan mengenai proses/ kemajuan/ prosedur yang akan dilakukan
12)  Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya seperti :
a)   Mengucapkan kata – kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.
b)   Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
c)   Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
d)  Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
e)   Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
b.      Dukungan Keluarga
Salah satu yang dapat mempengaruhi psikis ibu adalah dukungan dari
suami atau keluarga.  Dukungan minimal berupa sentuhan dan kata –kata pujian
yang membuat nyaman serta memberi penguatan pada saat proses menuju
persalinan berlangsung hasilnya akan mengurangi durasi kelahiran.
1)      Pendampingan
Pendamping merupakan keberadaan seseorang yang mendampingi atau
terlibat langsung sebagai pemandu persalinan, dimana yang terpenting adalah
dukungan yang diberikan pendamping persalinan selama kehamilan, persalinan,
dan nifas, agar proses persalinan yang dilaluinya berjalan dengan lancar dan
memberi kenyamanan bagi ibu bersalin (Sherly, 2009).
Pendampingan persalinan yang tepat harus memahami peran apa yang
dilakukan dalam proses persalinan nanti. Peran suami yang ideal diharapkan dapat
menjadi pendamping secara aktif dalam proses persalinan. Harapan terhadap
peran suami ini tidak terjadi pada semua suami, tergantung dari tingkat kesiapan
suami menghadapi proses kelahiran secara langsung. Ada tiga jenis peran yang
dapat dilakukan oleh suami selama proses persalinan yaitu peran sebagai pelatih,
teman satu tim, dan peran sebagai saksi (Bobak, Lowdermilk dan Perry, 2004).
Peran sebagai pelatih diperlihatkan suami secara aktif dalam membantu
proses persalinan istri, pada saat kontraksi hingga selesai persalinan. Ibu
menunjukkan keinginan yang kuat agar ayah terlibat secara fisik dalam proses
persalinan (Smith, 1999; Kainz dan Eliasson, 2010). Peran sebagai pelatih

13
ditunjukkan dengan keinginan yang kuat dari suami untuk mengendalikan diri dan
ikut mengontrol proses persalinan. Beberapa dukungan yang diberikan suami
dalam perannya sebagai pelatih antara lain memberikan bantuan teknik pernafasan
yang efektif dan memberikan pijatan di daerah punggung. Suami juga memiliki
inisiatif untuk lebih peka dalam merespon nyeri yang dialami oleh ibu, dalam hal
ini ikut membantu memantau atau mengontrol peningkatan nyeri. Selain itu
suami juga dapat memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa.
Hasil penelitian Kainz & Eliasson 2010 terhadap 67 ibu primipara di
Swedia menunjukkan bahwa peran aktif suami yaitu membantu bidan untuk
memantau peningkatan rasa nyeri, mengontrol adanya pengurangan nyeri, dan
mengontrol kontraksi. Selain peran tersebut, para suami juga memberikan bantuan
untuk menjadi advokat ketika ibu ingin berkomunikasi dengan bidan selama
proses persalinan. Pada persalinan tahap satu dan tahap dua, sering kali fokus
bidan ditujukan kepada bayi, sehingga ibu merasa kesulitan untuk berbicara
dengan bidan. Dalam kondisi ini, kehadiran suami akan sangat membantu jika
suami peka dengan apa yang ingin dikatakan istrinya dan berusaha
menyampaikannya kepada bidan.
Tingkatan peran yang kedua adalah peran sebagai teman satu tim,
ditunjukkan dengan tindakan suami yang membantu memenuhi permintaan ibu
selama proses persalinan dan melahirkan. Dalam peran ini suami akan berespon
terhadap permintaan ibu untuk mendapat dukungan fisik, dukungan emosi, atau
keduanya (Bobak, Lowdermilk, & Perry, 2004). Peran suami sebagai teman satu
tim biasanya sebagai pembantu dan pendamping ibu, dan biasanya suami
dingatkan atau diberitahukan tentang perannya oleh bidan. Smith (1999) dan
Kainz Eliasson (2010) menjelaskan bentuk dukungan fisik yang dapat diberikan
yaitu dukungan secara umum seperti memberi posisi yang nyaman, memberikan
minum, menemani ibu ketika pergi ke kamar kecil, memegang tangan dan kaki,
atau menyeka keringat yang ada di dahi ibu, dan membantu ibu dalam pemilihan
posisi yang nyaman saat persalinan. Bentuk dukungan fisik yang menggunakan
sentuhan, menunjukkan ekspresi psikologis dan emosional suami yaitu rasa

14
peduli, empati, dan simpati terhadap kondisi ibu yang sedang merasakan nyeri
hebat dalam proses persalinan (Smith, 1999).
Sementara itu, dukungan emosional yang dapat diberikan oleh suami
antara lain membantu menenangkan ibu dengan kata – kata yang memberikan
penguatan (reinforcement) positif seperti memberi dorongan semangat mengedan
saat kontraksi serta memberikan pujian  atas kemampuan ibu saat mengedan. Ibu
dapat merasakan ketenangan dan mendapat kekuatan yang hebat ketika suaminya
menggenggam tangannya (Kainz & Eliasson, 2010). Pengaruh psikologis inilah
yang menjadi salah satu nilai lebih yang mampu diberikan oleh suami kepada
istrinya. Oleh karena itu, kehadiran suami dalam proses persalinan perlu diberikan
penghargaan yang tinggi dan perlu mendapat dukungan dari bidan yang menolong
persalinan.
Suami yang hanya berperan sebagai saksi menunjukkan keterlibatan yang
kurang dibandingkan peran sebagai pelatih atau teman satu tim. Dalam berperan
sebagai saksi, suami hanya memberi dukungan emosi dan moral saja (Bobak,
Lowdermilk, & Perry, 2004). Biasanya suami tetap memperhatikan kondisi ibu
bersalin, tetapi sering kali suami hanya menunggu istri di luar ruang persalinan,
dan melakukan aktivitas lain seperti tertidur, menonton tv, atau meninggalkan
ruangan dalam waktu yang agak lama. Perilaku ini ditunjukkan suami karena
mereka yakin tidak banyak yang dapat mereka lakukan, sehinga menyerahkan
sepenuhnya pada penolong persalinan. Alasan suami memilih peran hanya sebagai
saksi karena kurangnya kepercayaan diri atau memang kehadirannya kurang
diinginkan oleh istri.
Ketiga peran suami dalam proses persalinan dapat diidentifikasi dari
keinginan dan pengetahuan suami tentang peran utamanya sebagai pendamping
persalinan. Sikap suami untuk menjadi pendamping persalinan dapat ditunjukkan
dengan tindakannya dalam antisipasi persalinan. Suami dapat mempersiapkan
sendiri sebelum hari persalinan, seperti mempersiapkan segala kebutuhan selama
mendampingi istri di rumah sakit atau tempat bersalin. Suami dapat meminta
informasi atau mengajukan pertanyaan kepada dokter, bidan, atau perawat untuk
mengatahui apa yang dapat diterima, dipertimbangkan atau ditolak.

15
2)   Manfaat Pendampingan
Bagi suami yang siap mental mendampingi istrinya selama proses persalinan
dapat memberikan manfaat seperti :

1. Ikut bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan mental istri dalam


menghadapi persalinan
2. Memberi rasa tenang dan penguat psikis pada istri
 Suami adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman
dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan.
Ditengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan pegangan,
dukungan dan semangat untuk mengurangi kecemasan dan
ketakutannya.
3. Selalu ada bila dibutuhkan
 Dengan berada di samping istri, suami siap membantu apa saja
yang dibutuhkan istri.
4. Kedekatan emosi suami – istri bertambah
 Suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan mati sang istri
saat melahirkan anak sehingga membuatnya semakin sayang
kepada istrinya.
5. Menumbuhkan naluri kebapakan
6. Suami akan lebih menghargai istri
 Melihat pengorbanan istri saat persalinan suami akan dapat lebih
menghargai istrinya dan menjaga perilakunya. Karena dia akan
mengingat bagaimana besarnya pengorbanan istrinya.
7. Membantu keberhasilan IMD
 IMD merupakan Inisiasi Menyusui Dini yang akan digalakkan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. IMD akan
tercapai dengan adanya dukungan dari suami terhadap istrinya.

16
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya yang berdasarkan
evidence based terkini, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi
yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu
upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Salah satu bentuk
evidence based dalam asuhan persalinan adalah dukungan persalinan. Jika dahulu
di Indonesia, tidak semua RS mengizinkan suami atau anggota keluarga lainnya
menemani ibu di ruang bersalin, saat ini telah dikembangkan asuhan kebidanan
dalam pemberian dukungan persalinan salah satunya adalah pendampingan suami/
anggota keluarga karena terbukti bermanfaat baik untuk ibu maupun pendamping
selama persalinan. Beberapa faktor penghambat peran pendamping adalah suami
tidak siap mental, suami sedang dinas dan tidak diizinkan pihak RS

B.     Saran
1. Selama proses persalinan sebaiknya seorang ibu didampingi oleh suami atau
seseorang yang yang dipercayainya.
2. Mengingat besarnya manfaat seorang pendamping selama proses persalinan
sebaiknya sebelum persalinan ibu sudah memutuskan siapa yang akan
mendampinginya nanti selama persalinan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2004). Asuhan Persalinan Normal. Edisi baru dengan
resusitasi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI. (2001). Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer
(MPS) Di Indonesia 2001 – 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Saifuddin, A. B, dkk. (2007). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ricci, S., & Kyle, T. (2009). Maternity & Pediatric Nursing. Philadelphia : Lippincott
William & Wilkins

Sholihah, Lutfiatus, 2004. Persiapan dan Strategi Menghadapi Persalinan Sehat dan
Alamiah. Jakarta : Diva Press.

Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan


Indonesia.

Bobak, I, M., Lowdwermilk. D. L, & Perry, S. E. (2004). Buku Ajar Keperawatan


Maternitas. (Maria A. Wijayanti & Peter I. Anugerah, Alih Bahasa). Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. (buku asli diterbitkan tahun 2003).

http://noviemightymax.wordpress.com/2012/05/01/peran-suami-sebagai-pendamping-
dalam-proses-persalinan-4-2/

http://diahsarlita.blogspot.com/2014/05/dukungan-persalinan-berdasarkan.html

http://penjagaquran.blogspot.com/2010/12/kewajiban-suami-ketika-istri-hamil-dan.html?m=1

http://belajaraskep.blogspot.com/2012/06/peran-suami-sebagai-pendamping.html

18
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=491:ajaran-islam-menghadapi-kelahiran-
seorang-bayi&catid=1:tanya-jawab

http://penjagaquran.blogspot.com/2010/12/kewajiban-suami-ketika-istri-hamil-dan.html

http://noviemightymax.wordpress.com/2012/05/01/peran-suami-sebagai-pendamping-
dalam-proses-persalinan-4-2/

http://www.sorasirulo.com/2014/03/22/peran-suami-dalam-proses-persalinan/

http://www.slideshare.net/septianraha/makalah-pandangan-islam-terhadap-kelahiran-dan-
persalinan

http://www.suryainside.com/index.php/securimage/img_iklan/img_iklan/?
mod=3&idb=534

19
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, senantiasa penulis panjatkan,


karena atas rahmat dan ridhonya makalah ini dapat disusun walaupun tidak
sempurna. Hal utama yang mendorong penulis untuk menyusun makalah ini tidak
lain karena adanya referensi yang berkaitan langsung dengan mata kuliah agama
dalam kebidanan

Makalah ini disusun dengan maksud untuk menyelesaikan tugas


yang diberikan dan sebagai bentuk perwujudan kewajiban kita sebagai mahasiswa
mengerjakan tugas yang diberikan.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat terbatas


dalam pengkajiannya, oleh karena itu berbagai kritik dan saran dari semua pihak
sangat diperlukan untuk mencapai kesempurnaannya.

Makassar,27 November 2014

Penulis

1
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR...........................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ........................................................................3


B. RUMUSAN MASALAH....................................................................5

BAB II. PEMBAHASAN

1. KEHAMILAN....................................................................................6
2. PERSALINAN...................................................................................7
3. PERAN SUAMI.................................................................................9
a. PENGERTIAN SUAMI...................................................................9
b. PERAN SUAMI DALAM KEHAMILAN........................................10
c. PERAN SUAMI DALAM MELAHIRKAN......................................11
4. MANFAAT DUKUNGAN KELUARGA (SUAMI) ......................12
5. BENTUK DUKUNGAN PERSALINAN........................................12

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN...............................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

2
PERAN SUAMI DALAM KEHAMILAN DAN PERSALINAN
MENURUT SOSIAL,BUDAYA DAN AGAMA

OLEH :

KELOMPOK 2

SOFIANA EVI SUHARNI

MARGARINA D. SABON PUTRI ANGGRAENI

FRANSISKA ASRI G. LUSIA KEREN KEBAN

MARLIA MARIA BENEDIKTA B.

MARIA ROSARI B.M.

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2014

Anda mungkin juga menyukai