Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

INTEGRATED LABOLATORY (IL)


PRODI SI KEBIDANAN STIKES BAKTI UTAMA PATI
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Nama Mahasisiwa : Eka Nur Cahyani


NIM : 12110321004
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL
Jenis Kompetensi : Kala II dan Kala III
Perasat : Kala II dan Kala III
Semester / Kelompok : V/I1

A. Latar Belakang
KALA II
Persalinan merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap perempuan berupa
pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir yang dipengaruhi oleh beberapa
factor, yaitu passager (janin dan plasenta), passage (jalan lahir), powers (kekuatan ibu
mendorong janin keluar yang mencangkup his/kekuatan uterus, kontraksi otot dinding perut,
kontraksi ligamentum action), didukung oleh faktor penolong dan juga psychologic (psikologis
ibu). World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Menurut data hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI), Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, yaitu 359 per
100.000 kelahiran hidup (KH). AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian
ibu per 100.000 KH berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
(Pratamaningtyas, 2019).
Teori yang dikemukakan oleh Padila menyatakan bahwa usia reproduktif bagi seorang
wanita yaitu 21 – 35 tahun dimana organ – organ reproduksi yang dimiliki sudah sempurna
siap untuk menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia kurang dari 20 tahun rahim dan
panggul belum mencapai orang dewasa. Akibatnya apabila ibu hamil kurang dari 20 tahun
maka ibu akan mengalami persalinan lama atau macet. Hal ini disebabkan karena ukuran bayi
lebih besar sehingga tidak bisa melewati panggul. Sedangkan usia ibu yang lebih dari 35 tahun
kesehatan ibu sudah mulai menurun dan jalan lahir yang kaku (Pratamaningtyas, 2019).
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu proses yang alamiah. Transisi fisiologis dari
wanita hamil menjadi seorang ibu merupakan perubahan yang sangat besar bagi setiap wanita,
baik secara fisik maupun psikologis. Pada masa ini, setiap system di dalam tubuh mengalami
pengaruh dan perubahan, meskipun sayangnya perubahan tersebut tidak selalu menyenangkan
untuk semua orang, tetapi perubahan ini menunjukkan adanya peristiwa besar dalam
kehidupan seorang Wanita. Kekuatan fisiologis utama selama persalinan adalah kontraksi
uterus. His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus uteri, awal gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terdapat di dinding
uterus yang dalam keadaan normal mengarah ke daerah kanalis servikalis (jalan lahir) yang
membuka, untuk mendorong isi uterus keluar (Nisa, 2019).
Pada persalinan kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira- kira 2 sampai 3 menit
sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di
luar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum (Nisa, 2019).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kala II antara lain : power meliputi : his
(kontraksi otot rahim), kontraksi dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan
meneran, ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum, passanger meliputi janin, plasenta
dan ketuban, passage meliputi: jalan lahir lunak dan jalan lahir keras, psikis dan penolong.
Kekuatan fisiologis utama selama persalinan adalah kontraksi uterus. His adalah gelombang
kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri, awal
gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terdapat di dinding uterus yang dalam
keadaan normal mengarah ke daerah. kanalis servikalis (jalan lahir) yang membuka, untuk
mendorong isi uterus keluar (Nisa, 2019).
Persalinan dengan kala II memanjang dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain,
panggul sempit, janin besar, atau terdapat gangguan daya dorong akibat anastesia regional atau
sedasi kuat, akan mengalami proses kala II yang sangat ama. Faktor lain yang terjadi pada kala
II memanjang yaitu usia dan. Janin besar dan malpresentasi atau malposisi juga dapat
menyebabkan kelambatan persalinan Persalinan kala II memanjang dapat menyebabkan hasil
akhir yang kurang baik. Lamanya persalinan yang terjadi pada kala II merupakan fase tersulit
dari suatu persalinan, sehingga apabila berlangsung terlalu lama akan menyebabkaninfeksi,
kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan atau IUFD (Intra Uterin Fetal
Death). Komplikasi pada partus lama yaitu infeksi intrapartum, ruptur uteri, kaput
suksedaneum, cidera otot-otot panggul, moulage kepala janin, dan kematian janin, serta
dampak jika kala II memanjang yaitu dapat menyebabkan dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu
serta asfiksia dan IUFD pada janin. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian kala II
memanjang diantaranya usia, paritas, jarak kehamilan, janin besar dan letak janin (Nisa, 2019).

KALA III
Pembangunan Bidang Kesehatan bertujuan meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu
indikator keberhasilannya adalah menurunnya angka kematian bayi. Data dari World Health
Organization (WHO), Indonesia berada diperingkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu
di negara ASEAN. Peringkat pertama ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per
100.000kelahiran, sementara angka kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3
kematian per 100.000 kelahiran. Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia
masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Berdasarkan hasil
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu dari 228 pada 2007
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (Desi, 2023).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup diluar uterus
melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat- alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Persalinan
merupakan keadaan fisiologis yang dialami oleh ibu. Kelahiran seorang bayi merupakan
peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Ketika persalinan dimulai, peranan seorang ibu adalah
untuk melahirkan bayinya. Dalam hal ini peran tenaga kesehatan adalah memantau persalinan
untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu memberikan bantuan dan dukungan
pada ibu agar seluruh rangkaian Persalinan berlangsung aman baik bagi ibu maupun bagi bayi
yang dilahirkan (Desi, 2023).
Proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power dan penolong,
faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan persalinan. Dimana kecemasan atau
ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu
yang tidak menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari
dalam (intrapsikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama/partus lama atau
perpanjangan Kala II. Persalinan dengan tingkat kecemasannya sampai saat ini masih sangat
tinggi karena kurangnya perhatian dan motivasi dari tenaga kesehatan dan juga dukungan
keluarga yang masih kurang sehingga banyak ibu yang dalam menghadapi persalinan
mengalami tingkat kecemasan yang beragam tingkatannya (Desi, 2023).
Manajemen kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Manajemen aktif persalinan kala III merupakan intervensi yang
direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta dalam mencegah perdarahan post partum
dengan meningkatkan kontraksi Rahim sehingga menghindari terjadinya atonia uteri. Salah
satu uterotonika yang sering diberikan pada ibu saat memasuki kala III adalah suntikan
oksitosin. Hormon oksitosin diharapkan dapat merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta. Jika oksitosin tidak tersedia, merangsang putting payudara
ibu dapat dilakukan atau menyusukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah
(Triwidiyantari, 2021)
Salah satu upaya agar tidak terjadi HPP yakni manajemen aktif kala III dengan melakukan
intervensi untuk mempercepat lepasnya plasenta dengan intervensi pencegahan atonia uteri
dan peningkatan kontraksi rahim agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan. Komponennya
yakni :
1) menyuntikkan utero tonika dalam waktu 2 menit sesudah bayi lahir
2) memotong dan menjepit tali pusat setelah melahirkan
3) melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) sambil melakukan tekanan
perlahan kearah atas di perut secara bersamaan.
Kegiatan pelayanan kesehatan menjadi proaktif dan berinteraksi pada klien, hal tersebut juga
terjadi pada program kesehatan ibu, Dimana para pelaku program ini lebih memfokuskan pada
upaya pencegahan (membuat setiap kehamilam terjaga keamanannya, pengenalan dini
komplikasi kehamilan dan persalinan) melalui standar berkwalitas diantaranya
penatalaksanaan aktif kala III. kala III merupakan tahap ketiga persalinan dari berlangsungnya
sejak bayi lahir hingga plasenta lahir, persalinan kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban . Dampak jika kala III memanjang yaitu bisa
mengakibatkan perdarahan (Widiastutik, 2020).
B. Pengertian
KALA II
Persalinan kala II yaitu his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira- kira 2 sampai 3 menit
sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di
luar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum (Nisa, 2019).

KALA III
Persalinan kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Manajemen aktif persalinan kala III merupakan intervensi yang
direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta dalam mencegah perdarahan post partum
dengan meningkatkan kontraksi Rahim sehingga menghindari terjadinya atonia uteri. Salah
satu uterotonika yang sering diberikan pada ibu saat memasuki kala III adalah suntikan
oksitosin (Triwidiyantari, 2021).
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Ibu mampu untuk melakukan persalinan kala II dan kala III
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui definisi persalinan kala II
- Mengetahui definisi persalinan kala III
- Meningkatkan derajat kesehatan.
- Mengetahui komplikasi pada persalinan
- Mengetahui adanya komplikasi jika kala II memanjang
- Mengetahui adanya perdarahan jika kala III memanjang
- Mengetahui manfaat proses persalinan kala II dan III
- Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pada persalinan kala II dan III
- Memberikan asuhan yang memadahi selama proses persalinan.
D. Manfaat
Kala II : untuk kelahiran bayi, peningkatan sirkulasi darah, stimulasi hormonal, untuk
mengetahui penurunan resiko Kesehatan dan peningkatan keterlibatan emosional.
Kala III : sebagai pencegahan pada perdarahan postpartum, stimulasi kontraksi uterus,
peningkatan hormon oksitosin, pembersihan rahim serta peningkatan produksi ASI
E. Indikasi
Kala II : Ibu dengan pembukaan servik 10cm / lengkap, ibu dengan persalinan normal, ibu
yang tidak mempunyai riwayat komplikasi pada proses persalinan kala II
Kala III : Ibu bersalin normal, ibu yang sudah melahirkan bayinya, ibu yang tidak
mempunyai masalah komplikasi
F. Kontraindikasi
Kala II
1) Bagi ibu : Ibu bersalin SC, Cephalopelvic disproportion, plasenta abnormal, adanya
PMS, ibu hamil dengan HIV yang memiliki resiko penularan pervaginam, ibu hamil
dengan miopa tinggi
2) Bagi janin : janin kembar, adanya masalah komplikasi pada janin
Kala III
Ibu yang tidak melakukan persalinan normal
G. Persiapan Alat dan Bahan
Kala II
a. Baki
b. Alas Baki & Tutup
c. Celemek 1
d. Masker 1
e. Kacamata 1
f. Tutup kepala 1
g. Sepatu Booth sepasang
h. Handuk besar 2
i. Handscoon pendek sepasang
j. Handscoon panjang sepasang
k. Bengkok
l. Bak Instrumen + tutup
m. Kassa steril 5
n. Kapas 5
o. Perlak
p. Jarik
q. Lampu Sorot
r. Topi bayi
s. Kom kecil
t. Phantoom Panggul
u. Phantom Bayi
v. Klorin
w.Tempat Sampah basah & Kering
x. Kom kecil
y. Partus Set
z. Klem tali pusat
aa. Nail Puder
bb. Gunting tali pusat
cc. Gunting epis
dd. Pinset Anatomis
ee. Kateter logam
ff. Savety box
gg. Oksitosin
hh. Spuit 3cc
ii. Ember detergen
jj. ½ Kocker

Kala III
a. Alas Baki dan Tutup
b. Celemek 1
c. Masker 1
d. Kacamata 1
e. Tutup kepala 1
f. Sepatu Booth 1 pasang
g. Handuk besar 2
h. Handscoon pendek 1 pasang
i. Handscoon panjang1 pasang
j. Bengkok
k. Bak Instrumen dan tutup
l. Kassa steril 5
m. Kapas 5
n. Perlak
o. Jarik
p. Lampu Sorot
q. Kom kecil
r. Phantoom Panggul
s. Klorin
t. Tempat Sampah basah dan Kering
u. Kom kecil
v. Partus Set
w. Klem tali pusat
x. Kateter logam
y. Savety box
z. Oksitosin
aa. Spuit 3cc
bb. Ember detergen

H. Prosedur
TAHAP PRA INTERAKSI

1. Melakukan verifikasi data pasien

TAHAP ORIENTASI

1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
3. Melakukan informed consent
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan
5. Menjaga privacy klien
6. Menggunakan APD (celemek, topi, kacamata, masker,sepatu)
7. Mencuci tangan
8. Persiapan alat

TAHAP KERJA

Kala II

1. Meletakkan handuk diatas perut ibu


2. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
3. Membuka tutup partus set dan memeriksa kembali kelengkapan alat dan bahan
4. Memakai sarung tangan pendek pada kedua tangan
5. Menahan perineum
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm maka
6. Melahirkan kepala Bayi
7. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
8. Menunggu kepala bayi melalukan putaran paksi luar secara spontan*
9. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memegang biparietal dan
menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
10. Melahirkan bahu depan
Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan lahir
11. Melahirkan bahu belakang
Menggerakkan kearah atas dan distal sampai bahu belakang lahir
12. Sangga
Memindahkan tangan kanan untuk menyangga samping lateral tubuh bayi.
13. Susur
Memindahkan tangan kiri untuk menyusur pada lengan bayi, dada dan punggung
serta bokong, sampai kedua kaki, dilanjutkan dengan memegang kedua mata kaki
( masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing – masing mata kaki dengan
ibu jari dan jari – jari lainya)

14. Menilai bayi

Memposisikan kepala bayi 150 lebih rendah dari badan bayi untuk menilai bayi
(apakah bayi menangis, warna kulit, bayi bergerak aktif), dengan cara memegang
bayi, tangan kiri diantara kedua kaki bayi dan tangan kanan memegang kepala bayi.

15. Meletakkan bayi di atas perut ibu dan menutupi bayi dengan handuk kering

16. Membereskan alat-alat dan memasukkan dalam larutan clorin 0,5%, membuang
sampah dan membersihkan tempat tidur (dekontaminasi)

17. Membersihkan dan memposisikan ibu dengan meluruskan kaki, menutup bagian
genital dengan kain bersih
18. Membersihkan Celemek dengan menyemprotkan larutan klorin dan membersihkan
dengan waslap.
19. Mencuci tangan dalam larutan klorin 0,5 % dan lepas handscoen dalam keadaan
terbalik

Kala III

1. Melakukan palpasi abdomen


2 . Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan Injeksi Oksitoxin:
Dalam waktu ± 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10 IU
3. Menentukan lokasi penyuntikan pada 1/3 paha atas latera
4. Teknik penyuntikan dilakukan dengan tepat yaitu melakukan aspirasi dan posisi
jarum 900
5. Teknik setelah penyuntikan dilakukan dengan tepat yaitu spuit ditutup dengan one
hand technique dan diletakkan di bak instrument
6. Memindahkan klem 5 – 10 cm dekat vulva dengan terlebih dulu menekan ujung tali
pusat
7. Meletakkan tangan kiri diatas sympisis
8. Tangan kanan menegangkan tali pusat sejajar lantai dengan cara memegang klem
diantara jari telunjuk dan jari tengah dengan posisi genggaman dan telapak tangan
menghadap ke atas *
9. Dorsokranial dan PTT*
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
lain mendorong uterus ke arah dorsokranial secara hati – hati untuk mencegah
inversio uteri. Lakukan PTT setiap kali ada kontraksi 100 Memastikan tanda – tanda
pelepasan plasenta: uterus globuler, tali pusat bertambah panjang, dan adanya
semburan darah dari jalan lahir
11 Saat ada kontraksi lakukan penegangan tali pusat
terkendali dan mendorong uterus secara dorsokranial
sampai plasenta terlepas dari implantasi
12. Meminta ibu sedikit meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap
melakukan dorsokranial)
13. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak 5 – 10 cm dari
vulva dengan terlebih dahulu menekan ujung tali pusat dan lahirkan plasenta
14. Menangkap plasenta:
a) Setelah plasenta tampak di vulva, memegang plasenta dengan kedua tangan
dan memutar searah jarum jam untuk mengeluarkan plasenta
b) Melahirkan selaput dengan cara memilin
15. Masase Uterus
a) Segera setelah plasenta lahir, meletakkan plasenta pada tempat yang datar dan
melakukan masase uterus dengan telapak tangan secara sirkuler selama ± 15
detik.
16. Menilai kelengkapan plasenta dari sisi maternal maupun foetal
Membuka selaput dan memeriksa jumlah kotiledon dan menutupnya kembali,
serta kemungkinan plasenta sirkumfalata pada sisi foetal
17. Setelah selesai pemeriksaan plasenta, meletakkan plasenta pada wadah yang
sudah disediakan
18. Melakukan pemeriksaan vagina dan perineum, untuk memastikan bahwa tidak
terdapat laserasi yang menimbulkan perdarahan
19. Memeriksa kontraksi dan PPV
20. Membereskan alat-alat dan memasukkan dalam larutan clorin 0,5 %, membuang
sampah dan bersihkan tempat tidur (dekontaminasi)
21. Membersihkan dan memposisikan ibu dengan meluruskan kaki, menutup bagian
genital dengan kain bersih
22. Membersihkan Celemek dengan menyemprotkan larutan klorin dan mengelap
dengan waslap.
23. Mencuci tangan dalam larutan klorin 0,5 % dan lepas handscoen dalam keadaan
terbalik

TAHAP TERMINASI

1. Mengevaluasi hasil tindakan


2. Berpamitan dengan pasien
3. Mengembalikan dan membereskan alat
4. Melepaskan APD dan Mencuci sarung tangan ke dalam wadah klorin 0,5%
5. Mencuci tangan
6. Mendokumentasikan hasil tindakan
I. Kesimpulan
KALA II
Pada persalinan kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira- kira 2 sampai 3 menit
sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. (Nisa, 2019)
KALA III
Manajemen aktif persalinan kala III merupakan intervensi yang direncanakan untuk
mempercepat pelepasan plasenta dalam mencegah perdarahan post partum dengan
meningkatkan kontraksi Rahim sehingga menghindari terjadinya atonia uteri. (Triwidiyantari,
2021)

Anda mungkin juga menyukai