Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN FISIOLOGIS

Untuk memenuhi tugas Stase Kehamilan


Dosen: Indria Astuti, M.Keb

Disusun Oleh:

Rosmauli Silaban 315221006

PROGAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb. Dengan menyebut nama Allah SWT yang


Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan tentang
Persalinan Fisiologis.
Laporan Pendahuluan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Pendahuluan tentang
persalinan fisiologis dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Bandung, 11 Januari 2022

penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan saat yang akan membahagiakan setiap keluarga
tetapi proses kelahiran ini akan dilalui seorang ibu dengan penuh rasa nyeri.
Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri
persalinan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terjadi
selama proses persalinan. Permasalahan yang akan timbul jika nyeri tidak
cepat teratasi akan menyebabkan gangguan proses persalinan pada ibu dan
bayi, karena nyeri menyebabkan pernafasan dan denyut jantung ibu akan
meningkat yang menyebabkan aliran darah dan oksigen ke plasenta
terganggu. Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I
fase aktif sangat penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu
bersalin dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri dengan suatu
tindakan dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan nyeri yang
sangat hebat (Hermawati, 2018). Kenyataan di lapangan masih banyak
terdapat ibu yang menginginkan untuk melahirkan secara cecar walaupun
sebenarnya ibu dapat bersalin secara normal, hal tersebut dikarenakan ibu
tidak mau merasakan nyeri selama proses persalinan. Secara fisiologi nyeri
persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif, pada
fase aktif terjadi pembukaan mulai dari 3-10 cm, persalinan kala II dimulai
dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primigravida, persalinan kala III dimulai segera
setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit dan persalinan kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama postpartum (Sarwono, 2019).
Menurut WHO (World Health Organization), menyatakan pada tahun
2013 dari 36 negara menemukan bahwa hanya 15% persalinan yang
berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri
sedang, 30% persalinan disertai nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri
yang sangat hebat (Yuliana, 2019). Sebuah studi pada wanita di Indonesia
dalam persalinan kala 1 menilai nyeri diperoleh 60 % nyeri sangat hebat, 30 %
nyeri sedang (Acute Pain Services, 2019).
Nyeri dan ketegangan emosional meningkatkan kadar kortisol dan
katekolamin, yang dapat mempengaruhi lama dan intensitas persalinan. Rasa
nyeri saat persalinan bisa meningkatkan tekanan darah, denyut jantung janin
meningkat dan konsentrasi ibu selama persalinan menjadi terganggu. Semua
itu akan berefek buruk terhadap kelancaran persalinan (Indriati, 2019).
Penyebab terjadinya ketidaklancaran ataupun nyeri dapat terjadi dalam
persalinan diantaranya faktor ibu, faktor lingkungan, kemampuan penolong.
Faktor dari ibu diantaranya adalah power, passanger, passage, faktor
lingkungan adalah suasana, keadaan lingkungan, faktor penolong adalah alat,
cara menolong (Sarwono, 2019). Rasa nyeri, tegang, rasa takut yang
mengganggu pada ibu hamil dapat menghasilkan sejumlah katekolamin
(hormon stress) yang berlebihan seperti ephinephrin dan norephinephrin.
Tingkat katekolamin yang tinggi dalam darah bisa memperpanjang
persalinan dengan mengurangi efisiensi kontraksi rahim dan dapat merugikan
janin dengan mengurangi aliran darah menuju plasenta. Keadaan ini dapat
mengakibatkan penatalaksanaan persalinan menjadi kurang terkendali dan
memungkinan terjadi trauma pada bayi (Astuti, 2019). Pada ibu
primigravida rasa sakit berlangsung 12-14 jam. Nyeri persalinan harus
diringankan atau dialihkan dengan efektif karena bila nyeri disertai reaksi
stress memiliki efek berbahaya terhadap ibu dan kemungkinan juga pada
janin (Danuatmaja, 2019). Nyeri yang tidak cepat teratasi dapat menyebabkan
kematian pada ibu dan bayi, karena nyeri menyebabkan pernafasan dan denyut
jantung ibu akan meningkat yang menyebabkan aliran darah dan oksigen
ke plasenta terganggu. Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama
pada kala I fase aktif sangat penting, karena ini sebagai titik penentu apakah
seorang ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri
dengan suatu tindakan dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan
nyeri yang sangat hebat (Hermawati, 2019).
Banyak cara yang dapat digunakan dalam mengalihkan rasa sakit
saat persalinan, cara tersebut antara lain dengan tindakan farmakologis
dan tindakan non farmakologis. Tindakan farmakologis yang digunakan
antara lain penggunaan analgesik, suntikan epidural, Intracthecal Labor
Analgesik (ILA), dan lain-lain. Tindakan-tindakan tersebut hampir semua
mempunyai efek samping pada ibu dan juga janin. Pada analgesik dapat
menembus plasenta sehingga menimbulkan efek terhadap pernapasan bayi.
Efek samping pada ibu adalah adanya perasaan mual dan pusing, serta
ibu menjadi tidak dapat mengandalkan otot perutnya dan mendorong
ketika terjadi kontraksi rahim, sehingga persalinan menjadi lebih lama
(Won, 2019). Berdasarkan alasan tersebut maka, tindakan nonfarmakologis
dalam manajemen nyeri merupakan trend baru yang dapat dikembangkan
dan merupakan metode alternatif dapat digunakan pada ibu untuk
mengurangi nyeri persalinan. Metode non farmakologis dapat memberikan
efek relaksasi kepada pasien dan dapat membantu meringankan ketegangan
otot dan emosi serta dapat mengurangi nyeri persalinan (Astuti, 2012).
BAB II
ISI

2.1 Definisi Persalinan


Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir
(Hartanto, 2019). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik,
dan janin turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sumarah et al. 2018).
Menurut Manuaba (2019), persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
2.2 Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan mengacu pada serangkaian perubahan posisi dan
sikap yang diambil janin selama perjalanannya melalui jalan lahir.
Mekanisame persalinan yang dijelaskan disini adalah untuk presentasi
verteks dan panggul ginekoid. Hubungan kepala dan tubuh janin dengan
panggul ibu berubah saat janin turun melalui panggul. Hal ini sangat penting
sehingga diameter optimal tengkorak ada pada setiap kala penurunan
(Sarwono, 2019).
Menurut Damayanti (2019), tahapan mekanisme persalinan ini
diantaranya:
a. Engagement
Kepala biasanya masuk ke panggul pada posisi transversal/ pada
posisi yang sedikit berbeda dari posisi ini sehingga memanfaatkan
diameter terluas panggul. Engagement dikatakan terjadi ketika bagian
terluas dari bagian presentasi janin berhasil masuk ke pintu atas penggul.
Engegement terjadi pada sebagian besar wanita nulipara sebelum
persalinan, namun tidak terjadi pada sebagian besar wanita multipara.
Bilangan perlimaan kepala janin yang dapat dipalpasi melalui abdomen
sering digunakan untuk menggambarkan apakah engagement telah
terjadi. Jika lebih dari 2/5 kepala janin dapat dipalpasi melalui abdomen,
kepala belum engaged.

Gambar 2.5 Proses masuknya bagian terbesar kepala janin kedalam pintu
atas panggul
b. Penurunan (Descent)
Selama kala I persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus
memberikan tekanan pada janin untuk turun. Proses ini dipercepat
dengan pecah ketuban dan upaya ibu untuk mengejan.

Gambar 2.6 Proses turunnya kepala janin didalam jalan lahir


c. Fleksi
Ketika kepala janin turun menuju rongga tengah panggul yang lebih
sempit, fleksi meningkat. Fleksi ini mungkin merupakan gerakan pasif,
sebagian karena struktur disekitarnya, dan penting dalam meminimalkan
diameter presentasi kepala janin untuk memfasilitasi perjalanannya
melalui jalan lahir. Tekanan pada akses janin akan lebih cepat disalurkan
ke oksiput sehingga meningkatkan fleksi.

Gambar 2.7 Fleksi Kepala Janin


d. Rotasi Internal
Jika kepala fleksi dengan baik, oksiput akan menjadi titik utama dan
saat mencapai alur yang miring pada otot levator ani, kepala akan
didorong untuk berotasi secara anterior sehingga sutura sagital kini
terletak di diameter anterior posterior pintu bawah panggul (diameter
terluas panggul). Resistensi adalah dinamika rotasi yang penting. Jika
janin mencapai engagement dalam posisi oksipitoposterior, rotasi internal
(putar paksi dalam) dapat terjadi dari posisi oksipitorposterior sampai
posisi oksipitoranterior. Rotasi internal yang lama ini, bersama dengan
diameter presentasi tengkorak janin yang lebih besar, menjelaskan
peningkatan durasi persalinan akibat kelainan posisi ini. Posisi ini
dikaitkan dengan ekstensi kepala janin yang akan meningkatkan diameter
presentasi tengkorak janin pada pintu bawah panggul. Posisi ini dapat
menyebabkan obstruksi persalinan dan memerlukan pelahiran dengan alat
bantu atau bahkan perlu dilakukan sectio caesaria.

Gambar 2.8 Putar Paksi Dalam


e. Ekstensi
Setelah rotasi internal selesai, oksiput berada di bawah simfisis pubis
dan bregma berada dekat batas bawah sakrum. Jaringan lunak perineum
masih memberikan resistensi, dan dapat mengalami trauma dalam proses
ini. Kepala yang fleksi sempurna kini mengalami ekstensi, dengan
oksiput keluar dari bawah simfisis pubis dan mulai mendistensi vulva.
Hal ini dikenal sebagai crowning kepala. Kepala mengalami ekstensi
lebih lanjut dan oksiput yang berada dibawah simfisis pubis hanpir
bertindak sebagai titik tumpu wajah, dan dagu tampak secara berturut-
turut pada lubang vagina posterior dan badan perineum. Ekstensi dan
gerakan ini meminimalkan trauma jaringan lunak dengan menggunakan
diameter terkecil kepala janin untuk kelahiran.

Gambar 2.9 Posisi Ekstensi Kepala Janin


f. Restitusi
Restitusi adalah lepasnya putaran kepala janin, yang terjadi akibat
rotasi internal. Restitusi adalah sedikit rotasi oksiput melalui
seperdelapan lingkaran. Saat kepala dilahirkan, oksiput secara langsung
berada dibagian depan. Segera setelah kepala keluar dari vulva, kepala
mensejajarkan dirinya sendiri dengan bahu, yang memasuki panggul
dalam posisi oblik (miring).
g. Rotasi Eksternal
Agar dapat dilahirkan, bahu harus berotasi ke bidang anterior –
posterior, diameter terluas pada pintu bawah panggul. Saat ini terjadi,
oksiput berotasi melalui seperdelapan lingkaran lebih lanjut ke posisi
transversal. Ini disebut rotasi eksternal.

Gambar 2.10 Posisi Rotasi Eksternal


h. Pelahiran Bahu dan Tubuh Janin
Ketika restutusi dan rotasi eksternal terjadi, bahu akan berada dalam
bidang anterior – posterior. Bahu anterior berada di bawah simfisis pubis
dan lahir pertama kali, dan bahu posterior lahir berikutnya. Meskipun
proses ini dapat terjadi tanpa bantuan, seringkali „traksi lateral ini
dilakukan dengan menarik kepala janin secara perlahan ke arah bawah
untuk membantu melepaskan bahu anterior dan bawah simfisis pubis.
Normalnya, sisa tubuh janin lahir dengan mudah dengan bahu posterior
dipandu ke atas, pada perinum dengan melakukan traksi ke arah yang
berlawanan sehingga mengayun bayi ke arah abdomen ibu.
2.3 Pembagian Proses Persalinan
a. TandaInpartu
Tanda inpartu sebagai berikut : (a) Rasa sakit atau his yang lebih
kuat,sering dan teratur. (b) Penipisan dan pembukaan serviks. (c)
Keluarnya lender bercampur darah, (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks (d) Ketuban pecah dengan sendirinya
(Wiknjosastro, 2019).
b. Kala dalam Proses Persalinan
Kala dalam proses persalinan di bagi menjadi 4 kala:
1) Persalinan kala I
Kala I merupakan pembukaan dari 1 sampai 10 cm (lengkap). Pada
kala pembukaan ditandai, dengan keluarnya lender bercampur darah
(bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar
(effacement) (Azwar, 2019). Proses pembukaannya serviks sebagai
akibat his dibagi dalam 2 fase :
(a) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran 3 cm.
(b) Fase aktif : Dibagi dalam 3 fase
1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm
3) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm
Fase-fase diatas hanya dijumpai pada primagravida dengan
multigravida tidak sama. Pada primagravida, osteum uteri akan
membuka lebih dahulu, sehingga servik akan mendatar dan menipis,
kemudian osteum uteri eksternum sudah sedikit terbuka disertai adanya
pendataran serta penipisan servik. Ketuban akan pecah dengan
sendirinya ketika pembukaan hampir lengkap (5 cm) atau sudah lengkap
(10 cm). Pada primigravida kala I berlangsung 13 jam, sedangkan pada
multigravida kira-kira 7 jam.
2) Persalinan Kala II
Persalinaan kala II merupakan proses pengeluaran bayi. Gejala
utama pada kala II adalah (Azwar, 2019):
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit. Dengan durasi
50 sampai 100 detik.
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhouser.
d) Kedua ketuban his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi:
1) Kepala membuka pintu
2) Sub oksiput bertindak sebagai hipomoklion berturut-turut lahir
ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan muka, dan kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung. Maka persalinan bayi di tolong
dengan jalan :
1) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu ditarik curam
ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk
melahirkan bahu ke belakang.
2) Setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
3) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
Pada primigravida kala II berlangsung 1,5 jam dan pada
multigravida berlangsung ½ jam.
3) Persalinan Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit. Setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah ± 100-200 cc (Sarwono, 2019).
Menurut tanda-tanda lepasnya plasenta: (a Uterus menjadi
globuler, (b) Perdarahan sepontan (c) Tali pusat yang lahir memanjang
(d) Fundus uteri naik
4) Persalinan Kala IV
Merupakan kala untuk melakukan observasi karena pendarahan
post partum paling sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan antara lain: (a) Setelah placenta lahir hendaknya plasenta
diperiksa dengan teliti apakah lengkap. (b) Bila darah keluar melebihi
500 cc menandakan adanya pendarahan post partum. (c) Bila fundus
uteri naik dan uterus mengembang, perlu dipikirkan adanya pendarahan
akibat atonia uteri (Sulisyawati, 2018).
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Persalinan
Menurut Proverawati (2019) faktor-faktor yang mempengaruhi proses
persalinan antara lain:
a. Passage (jalan lahir)
Passage (jalan lahir) adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh
janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar
janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka
jalan lahir tersebut harus normal. Rongga-rongga panggul yang normal
adalah pintu atas panggul hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan
melengkung, promontorium tidak menonjol kedepan, kedua spina
ischiadika tidak menonjol kedalan, sudut arcus pubis cukup luas (90-
100), ukuran conjungata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul
yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11cm, ukuran
diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm,
pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm. Ukuran
panggul yang sering dipakai dalam kebidanan:
1) Distansiaspinarum: Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS) Dextra
dan sinistra.
2) Distansia Cristarum: jarak terjauh antara Crista Iliaka kanan / kiri
3) Conjungata Eksterna: jarak pinggir atas simpisis dan ujung processus
spinosus tulang lumbal ke IV.
4) Lingkar paggul: dari pinggir atas sympisis kepertengahan antara
SIAS, trochanter mayor sepihak dan kembali ke tempat-tempat yang
sama dipihak lain.

Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat


menimbulkan hambatan pada persalinan apabila panggul sempit
seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul seperti corong, ada tumor
dalam panggul. Menurut Proverawati (2019) Bentuk panggul terbagi
menjadi 4 yaitu:

1) Panggul gynecoid

Panggul yang paling ideal. Diameter anteroposterior sama


dengan diameter tranversa bulat, ditemukan pada 45% wanita.

2) Panggul android

Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umum nya pada


panggul pria. Panjang diameter trasnversal dekat dengan sakrum.
Pada wanita ditemukan 15%.

3) Panggul anthropoid

Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang


diameter anteoposterior lebih besar daripada diameter transversa.
Jenis ini ditemukan 35% pada wanita.

4) Panggul platypoid

Merupakan panggul picak. Diameter transversa lebih besar


daripada diameter anteroposterior, menyempit arah muka belakang.
Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.
Gambar 2.11 Bentuk-Bentuk Panggul (Proverawati, 2019)

Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan,


untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas
dan mudah meregang apabila terdapat kekakuan pada jaringan maka otot-
otot ini akan mudah ruptur.Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya
disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder
dan serviks yang cacat atau skiatrik). Serviks gantung (Ostium Uteri
Eksternum terbuka lebar namun Ostium Uteri Internum tidak terbuka),
servik konglumer (Ostium Uteri Eksternum terbuka namun Ostium Uteri
Internum tidak terbuka), edema serviks (terutama karena kesempitan
panggul, sehingga serviks terhimpit diantara kepala dan jalan lahir dan
timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina
(Proverawati, 2019).
b. Power (kekuatan)
Power atau kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan
tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi
dan retraksi otot-otot rahim. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada
persalinan. Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot
rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian
syaraf simpatik. Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat
menetap setelah adanya kontraksi. His yang normal adalah timbulnya
mula-mula perlahan tetapi teratur bertambah kuat sampai kepada
puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi
lemah. His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai
dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan. His yang normal
mempunya sifat kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim,
kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar kesemua otot
rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim, otot rahim yang
berkontaksi tidak kembali kepanjang semula sehingga menjadi retraksi dan
pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat
diatur oleh parturient. Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau
tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan
pada saat kala 2 dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini
berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan
yang sangan membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul
(Proverawati, 2019).
Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik.
Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena
hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri. Menurut Proverawati
(2019), kelainan kekuatan his dan meneran, dapat disebabkan oleh:
1) Kelainan kontraksi rahim:

Inersia uteriprimer dan sekunder, tetania uteri dapat


mengakibatkan partus presipitatus, asfiksia intrauterin sampai
kematian janin dalam Rahim,inkoordinasi kontraksi rahim yang
disebabkan karena karena usia terlalu tua, pimpinan persalinan salah,
induksi persalinan, rasa takut dan cemas (Proverawati, 2019).

2) Kelainan tenaga meneran:


Kelelahan, salah dalam pimpinan meneran pada kala 2

c. Passanger

Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan


passenger utama, dan bagian janin yang paling penting adalah kepala,
karena kepala janin mempunya ukuran yang paling besar 90% bayi
dilahirkan dengan letak kepala. Kelainan-kelainan yang saling
menghambat dari pihak passenger adalah kelainan ukuran dan bentuk
kepala anak seperti hydrocephalus atau anencepalus, kelaian letak seperti
letak muka ataupun letak dahi, kelainan kedudukan anak, seperti
kedudukan lintang ataupun letak sungsang (Setyorini, 2018).

d. Psyche (psikologi)

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia


tidak memahami apa yang terjadi atau pada dirinya atau yang
disampaikan kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan mengutarakan
kekhawatirannya jika ditanya. Perilaku dan penampilan wanita serta
pasangannya merupakan petunjuk menghargai tentang jenis dukungan
yang akan diperluhkannya. Membantu wanita berpatisipasi sejauh yang
diinginkandalam melahirkan, memenuhi wanita akan hasil akhir
persalinannya, membantu wanita menghemat tenaga, mengendalikan rasa
nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi kecemasan
pasien. Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan membantu
memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan
mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana nyaman dalam
kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non
farmakologi, memberi analgesia jika diperluhkan dan yang paling penting
berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk dukungan psikologis. Dengan
kondisi psikologis yang positif proses persalinan akan berjalan lebih
mudah (Sumarah, 2019).
2.5 Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan Normal adalah suatu asuhan yang diberikan
kepada Ibu saat persalinan berlangsung yang berpedoman pada asuhan
yang aman dan bersih serta mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan
bayi baru lahir, baik setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi maupun awal
masa nifas. Langkah APN sebanyak 60 langkah atau dikenal dengan
sebutan 60 langkah APN. Menurut Sarwono (2017), secara terperinci
diuraikan berikut ini.:
MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERTAMA
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik).
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali /
menit ).
MENYIAPKAN IBU dan KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES PIMPINAN MENERAN
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
MENOLONG KELAHIRAN BAYI LAHIR KEPALA
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi:
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
LAHIR BAHU
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
LAHIR BADAN DAN TUNGKAI
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan
hati-hati membantu kelahiran kaki.

PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut
ibu dengan posisibkepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
PENANGANAN PLASENTA OKSITOSIN
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI (PTT)
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan
klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
MENGELUARKAN PLASENTA
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan
arah pada uterus.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

PEMIJATAN UTERUS
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau
tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
MENGEVALUASI PERDARAHAN VAGINA
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
EVALUASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan.
KEBERSIHAN DAN KEAMANAN
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54. Membuang bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendam dalam larutan
klorin 0,5% = 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
DOKUMENTASI
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir
(Hartanto, 2019). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik,
dan janin turun ke jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sumarah et al. 2018).
Mekanisme persalinan mengacu pada serangkaian perubahan posisi dan
sikap yang diambil janin selama perjalanannya melalui jalan lahir.
Mekanisame persalinan yang dijelaskan disini adalah untuk presentasi
verteks dan panggul ginekoid. Hubungan kepala dan tubuh janin dengan
panggul ibu berubah saat janin turun melalui panggul. Hal ini sangat penting
sehingga diameter optimal tengkorak ada pada setiap kala penurunan
(Sarwono, 2019). Kala dalam Proses Persalinan: Persalinan kala I, Persalinan
Kala II, Persalinan Kala III dan Persalinan Kala IV. Menurut Proverawati
(2019) faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan antara lain:
Passage (jalan lahir), Power (kekuatan), Passanger dan Psyche (psikologi)
Asuhan Persalinan Normal adalah suatu asuhan yang diberikan kepada
Ibu saat persalinan berlangsung yang berpedoman pada asuhan yang aman
dan bersih serta mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi baru
lahir, baik setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi maupun awal masa nifas.
Langkah APN sebanyak 60 langkah atau dikenal dengan sebutan 60 langkah
APN. Menurut Sarwono (2017), secara terperinci

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk
memberikan saran sebagai beikut:
1. Dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan tidak boleh membeda-
bedakan status klien.
2. Dalam melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan proses perlu
adanya pendekatan dengan klien yaitu; menjalin hubungan saling percaya
sehingga klien mau mengungkapkan apa yang dirasakan dan masalah yang
dihadapi dapat teratasi.
3. Bidan harus menjaga diri sendiri dengan menerapkan tehnik aseptik,
antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
4. Untuk meningkatkan mutu asuhan kebidanan khususnya pada kasus
persalinan fisiologis hendaknya bidan memiliki pengetahuan, wawasan
luas dan ketrampilan guna pengembangan serta perbaikan mutu pelayanan
kesehatan.
5. Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan persalinan fisiologis,
bidan diharuskan memiliki sikap sabar, sopan, teliti, cermat, mempunyai
pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan yang memadai sehingga
proses persalinan berlangsung aman dan ibu merasa nyaman tanpa
komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Sumarah et al. 2018. Perawatan Ibu Bersalin, Asuhan Kebianan pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta: Fitramaya.
Manuaba, 2019. Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC.
Hartanto, 2019. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Sarwono, 2019. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBPSP.
Damayanti. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin
dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Depublish
Wiknjosastro. 2019. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Proverawati. 2019. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN
PERIODE INTRANATAL

I. DATA SUBJEKTIF

A. Identitas / Biodata
Nama : Ny. Rizza Nama Suami : Tn. Firza
Umur : 26 thn Umur : 27 thn
Suku/Kebangsaan : WNI Suku/Kebangsaan ; WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah : Tipar Barat 4/6

B. Status Kesehatan
1. Datang pada tanggal : 31 Desember 2021 Pukul : 19.00 WIB
2. Alasan Kunjungan ini : Pertama Rutin  Ada keluhan
3. Keluhan – keluhan :
Kontraksi :
Pengukuran Pervagjnam : Lendir dan Darah merah
4. Riwayat menstruasi :
a. Siklus : 28 Hari

b. Keputihan : Ada, warna bening kadang putih susu,


gatal, tidak berbau/

5. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :


No Tgl/ Tempat Jenis Usia Penolon Penyulit Nifas Anak
Tahun pertolong persalin Kehamila g P/persalin J TB/ Umu
Persalina an an n an K BB r
n Saat
ini
1 Hamil Ini

6. Riwayat Kehamilan ini :


a. Hari 1 haid terakhir : 05 April 2021
b. Kehamilan yang Ke : 1
c. Taksiran persalinan : 12 Januari 2022
d. Usia Kehamilan : 32 minggu 2 hari
e. Keluhan – keluhan pada :
Trimester 1 : Mual
Trimester 2 : Tidak ada keluhan
Trimester 3 : Mulas
f. Pergerakan anak pertama kali : Pada usia kehamilan 16 minggu
g. Bila pergerakan sudah terasa, pergerakan anak dalam 24 jam
terakhir :
< 10x 10x – 20x > 20x
h. Keluhan yang dirasakan :
Rasa lelah : Tidak
Mual dan muntah yang lama : Tidak
Nyeri perut : Tidak
Panas menggigil : Tidak
Sakit kepala berat / terus menerus : Tidak
Penglihatan kabur : Tidak
Rasa nyeri / panas pada saat BAK : Tidak
Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : Tidak
Pengeluaran cairan pervaginam : Keputihan
Nyeri, kemerahan tegang pada tungkai : Tidak
Oedem : Tidak

i. Pola sehari – hari


No Pola Sehari - hari Sebelum Hamil Saat Hamil
1 Pola Nutrisi
a. Makan
frekwensi : 3 kali 3 kali
Jenis makanan : Nasi dan lauk pauk Nasi dan lauk pauk
Makanan pantangan : Tidak ada Tidak ada

b. Minum
Jenis minum : Air putih Air putih
Frekwensi : 7 gelas/hari 8-12 gelas/hari
2. Pola Eliminasi
a. BAK
Frekwensi : 4-5 kali 6-7 kali/hari
Warna : Bening Bening
b. BAB
Frekwensi : 1x/hari 1x/hari
Konsistensi : Normal Normal
Warna : Normal Normal

3. Pola istirahat dan tidur


Siang : jarang jarang
Malam : 7 jam 7 jam
4. Personal Hygiene
Mandi : 2x/hari 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari 2x/hari
Keramas : Seminggu 3x Seminggu 3x
Perawatan payudara : Jarang Seminggu 1x
Perawatan Vulva : Setiap hari Setiap hari
5. Pola aktivitas
6. Pola seksual Seminggu 3x Seminggu 1x

j. Imunisasi TT 1 tanggal : 06-09-21 TT2: Tidak terkaji


k. Kontrasepsi yang pernah digunakan : Ibu belum memakai
l. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat seperti
asma, jantung, DM, hipertensi maupun penyakit yang
berhubungan dengan organ reproduksi seperti kista, myom,
kanker cervix, keputihan abnormal, dll.
m. Riwayat penyakit keluarga:
Ibu mengatakan keluarga tidak memiliki Riwayat penyakit
genetic atau keturunan, penyakit menular dan menahun seperti
hipertensi, hepatitis, DM, asma, jantung, TBC, dll.
n. Riwayat Sosial.
Perkawinan : ke 1
 Kehamilan ini : Direncanakan Tidak
direncanakan
Diterima Tidak diterima
 Perasaan tentang kehamilan ini : senang
 Status perkawinan : Sah Kawin : 1 Kali
 Kawin 1 : Umur : 25 Tahun, dengan suami umur : 26 tahun
Lamanya : 1 Tahun, Anak : hamil anak pertama
o. Data Sosial
 Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan : Ibu sudah
mengetahui
 Persiapan perlengkapan persalinan : Ibu sudah
mempersiapkannya
 Persiapan komplikasi persalinan
Pendonor Darah: Suami dan keluarga
Persiapan biaya melahirkan: Biaya pribadi
persiapan transportasi untuk persiapan rujukan : Mobil
 Siapa penolong persalinan : Bidan
 Dimana tempat melahirkan : Klinik Bunda Nanie

II. DATA OBYEKTIF


Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda- tanda vital :
T/D : 110/80 mmHg N : 88x/mnt R : 19x/mnt S : 36.5°C
Tinggi Badan : 150 Cm
Berat badan : 60 Kg Berat badan sebelum hamil : 48 Kg
IMT :
2. Kepala
Rambut : Bersih
Muka : Oedem : Ada Tidak ada
Mata : Konjungtiva : merah muda Sklera mata : putih
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Mulut dan Gigi : Caries tidak ada
3. Leher
JVP : Tidak terkaji
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
3. Dada dan Payudara
a. Dada
Jantung : Normal
Paru : Normal
b. Payudara
Bentuk : Simetris kanan dan kiri
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : belum ada pengeluaran kolostrum
Rasa nyeri : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Keadaan : Baik

4. Pemeriksaan Kebidanan
a. Abdomen
Inspeksi :
Strie : Tidak ada
Bekas Luka : Ada Tidak
Oedem : Ada Tidak
Acites : Ada Tidak
Kelainan lain : Tidak ada
Palpasi : TFU :27cm
TBBJ : 2480 gram
Leopold I : teraba bulat, lunak, tidak melenting
(Bokong)
Leopold ii : sebelah kanan ibu teraba keras,
memanjang dan sebelah kiri ibu teraba
bagian kecil
Leopold iii : teraba keras, bulat melenting
Leopol iv : kepala sudah masuk pap ( divergen )
Djj : 140x/menit reguler

5. Ekstremitas Atas dan Bawah


Tidak ada kelainan
6. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
Data Penunjang
HIV : Non Reaktif
Sifilhis : Non Reaktif
HbSag : Non Reaktif
Hemoglobin : 14 gr/dl

III ANALISA/DIAGNOSA/INTERPRETASI DATA


Diagnosa : G1P0A0 parturien aterm kala 1 fase aktif janin tunggal hidup
Masalah : Tidak ada
Masalah / Diagnosa potensial : Tidak ada

IV. PENATALAKSANAAN/PLANNING IMPLEMENTED


Kebutuhan akan tindakan segera:
Kala I
Nama : Ny. Rizza
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tipar Barat 4/2
S:
a. Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dan belum pernah
keguguran
b. Ibu mengatakan HPHT tanggal 05-04-2021
c. Ibu mengatakan merasa mules sejak pukul 08.00 WIB
d. Ibu mengatakan tidak ada pengeluaran air dari jalan lahir
O:
Keadaan umum ibu baik
TD : 110/70 mmHg N: 82x/ menit R : 21x/menit S: 36.5 oC.
A:
G1P0A0 parturien aterm kala 1 fase aktif janin tunggal hidup
P:
a. Menganjurkan ibu untuk miring kiri dan kanan
b. Menganjurkan ibu untuk teknin relaksasi dan pengaturan nafas saat
kontraksi dengan cara ibu menarik nafas panjang melalui hidung
dan dikeluarkan lewat mulut dan ibu bersedia melakukannya
c. Mengnjurkan ibu untuk makan dan minum di sela-sela kontraksi.
Ibu mengerti
d. Mengobservasi His, nadi DJJ setiap 30 menit dan mengobservasi
VT 4 jam sekali.

Kala II
S : ibu mengatakan ingin BAB dan ibu mengedan
O: PD v/v tak Portio tidak teraba  10 cm ket (-), pres kep molage (-)
A : G1P0A0 Kala II
P : - Mendekatkan alat partus set
 Mempersiapkan diri
 Memimpin ibu untuk mengedan
 Bayi lahir spontan hidup pukul 21.34 WIB, jenis kelamin : Laki-
laki
 Lakukan penilaian sepintas apakh bayi menangis kuat, bernafas
tanpa kesulitan
 Bersihkan dan keringkan bayi
Kala III
S:
Ibu mengatakan sakit perut kagron bawah
O:
Bayi lahir spontan pukul 21.34 jk.laki-laki BB= 2900 gram PB=51
cm lk=21 cm
- Kontraksi uterus bark
A:
PAO kala III
P:
 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi didalam
uterus
 Memberitahu ibu bahwa akan disuntikan oksitosin
 Plasenta lahir pukul 21.40
 Lakukan masase pada fundu uterus
 Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina laserasi derajat III
 Melakukan penjahitan dengan subkutikuler
Kala IV
S:
Ibu menatakan nyeri pada luka jahitan
O:
Keadaan umum ibu baik
TD=110/80 N=80X/m RR=21X/m
A:
PIPO kala IV
P:
 Pemantauan kala IV, 15 menit pada jam pertama, 30 menit
pada jam kedua pasca persalinan .
 Mengajurkan ibu cara melakukan masase uterus .

FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN

PERIODE INTRANATAL

(PEMERIKSAAN LANJUTAN)

Nama Pasien : .....NY. RIZZA.......................... Umur : .....26 Tahun


Jenis Kelamin : ...........perempuan............
Ruangan : ................................................
No MR : ........................................................

N TANGGAL CATATAN BIDAN TT /


O / JAM PARAF
1. 31/12-2021 S : Ibu mengeluh mules-mules

19.00 WIB

O : TD=110/70 N=82 X /m RR= 21 X /m


S =36,5OC TFU=30 cm, PD ./.t.a.k. portio
tipis lunak 6 cm ket (-) Presentase kepala
molage (-)

A:

P:

ja Kegiatan / Monitoring Nama /


m Paraf
Pemeriks
a
N TANGGAL CATATAN BIDAN TT /
O / JAM PARAF
S:

O:

A:

P:

ja Kegiatan / Monitoring Nama /


m Paraf
Pemeriks
a

N TANGGAL CATATAN BIDAN TT /


O / JAM PARAF
S:

O:

A:

P:

ja Kegiatan / Monitoring Nama /


m Paraf
Pemeriks
a
N TANGGAL CATATAN BIDAN TT /
O / JAM PARAF
S:

O:

A:

P:

ja Kegiatan / Monitoring Nama /


m Paraf
Pemeriks
a

Anda mungkin juga menyukai