Anda di halaman 1dari 52

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kehamilan

2.3.1. Fisiologi Kehamilan

Kehamilan ialah suatu proses proses alami dalam kehidupan

terjadinya pembuahan sel telur oleh sel spema di masa ovulasi yang

berproses menjadi janin dan selama kehamilan ibu harus diberikan

perawatan yang penting serta intervensi yang tepat (Homer, 2019; I. K.

Sari, 2015; World Health Organization, 2017). Ovulasi adalah proses

fisiologis yang ditandai dengan pecahnya dan pelepasan folikel dominan

dari ovarium ke tuba fallopi di mana ia berpotensi untuk dibuahi yang

terjadi pada 12-14 hari sebelum menstruasi yang diatur oleh fluktuasi kadar

hormon gonadotropik (FSH/LH). (Lord., 2020; Yulizawati et al, 2018).

Kehamilan sendiri di bagi menjadi beberapa tahapan yang di hitung per

triwulan terdiri dari triwulan satu atau trimester satu yang terjadi pada

minggu ke 0-12, triwulan dua atau trimester dua yang terjadi pada minggu

ke 13-28 dan terakhir menjelang persalinan triwulan tiga atau trimester tiga

yang terjadi pada minggu ke 29-49 (Putrono, 2016; Victor Trismajaya,

2019).

Selama proses kehamilan terdiri dari beberapa proses yaitu fertilisasi,

migrasi, implantasi dan terakhir plasentasi. Yang pertama fertilisasi

merupakan proses pembuahan yang terjadi di rahim tepatnya di tuba falofi

yang di sebabkan terj]dinya pertemuan antara sel telur dan sel sperma

sehingga sel sperma memasuki sel telur dan berfertilisasi dan mengalami

1
penetrasi sehingga sel telur membentuk zigot (Hartini, 2018; Persaud,

2016). Setelah terjadinya proses fertilisasi, fase kehamilan selanjutnya akan

berlanjut menuju fase migrasi dimana migrasi sendiri ialah suatu proses

dimana morula yang sudah dibuahi akan berjalan menuju tuba falopi

dengan tujuan menuju uterus (Mandriwati, 2016; Stephanie, 2019).

Selanjutnya terjadinya proses penempelan sel telur atau implantasi pada

uterus akan mengalami fase sekresi yaitu masa pasca menstruasi yang di

pengaruhi oleh hormon progresteron yang menyebabkan banyak

kelenjar selaput pada endometrium dan membentuk EPF (Early Egnancy

Factor) untuk mencegah terjadinya konsepsi (Yulizawati et al, 2018).

Proses akhir dari kehamilan adalah plasentasi yang merupakan proses akhir

terjadinya kehamilan yang dimana plasenta adalah bagian terpenting untuk

janin yang terbentuk pada 2 minggu setelah pembuahan (Fatmawati,

2019; Persaud, 2016).

2.3.2. Permasalahan dan Perawatan Selama Kehamilan dan perawatannya

Menurut (Narayan, 2017; I. K. Sari, 2015) tanda gejala kehamilan

meliputi sebagai berikut :

1. Mual dan muntah

Salah satu tanda gejala kehamilan yang sering terjadi pada ibu

hamil di awal kehamilan adalah mual dan muntah, hal ini terjadi di

karenakan pengaruh hormone estrogen dan progesterone yang

mengalami peningkatan sehingga dapat menyebabkan meningkatnnya

asam lambung yang membuat pengeluaran air liur (hipersalivasi),

daerah lambung terasa panas, terjadi mual muntah dan sakit kepala

2
terutama pada pagi hari atau sering disebut morning sickness (Heryani,

2019; I. K. Sari, 2015). Cara mengatasi mual muntah pada ibu

hamil dapat dilakukan dengan terapi farmakologi atau non-

farmakologi, dalam terapi farmakologi diberikan paling sering adalah

Vitamin B6 dan Antasida oleh dokter untuk mengurangi mual dan

muntah pada ibu hamil. (Widiasari & Trapika, 2017). Pada terapi non-

farmakologi terdiri dari berbagai macam salah satunya adalah

relaksasi dapat mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil, yang

terdiri atas latihan pernafasan dan pengelolaan emosi selain relaksasi

ibu hamil juga diharapkan dapat memenuhi nutrisi dengan cukup

selama kehamilan selain itu bisa dilakukan dengan pemberian

aromaterapi ginger oil (Fitri Dyna, 2020; Shakiba, Parsi, Pahlavani

Shikhi, & Navidian, 2019)

2. Amenorea

Pada wanita amenorea siklus menstruasi yang tidak teratur atau

tidak menstruasi hal ini disebabkan salah satunya ketidakseimbangan

hormon dan stress (Ezechi, 2016; Ghosh, 2018). Pada kehamilan

terlambat haid atau amenora merupakan tanda gejala kehamilan pasti

hal ini terjadi dikarenakan sel telur yang sudah matang di buahi

oleh sel sperma sehingga tidak terjadi peluruhan sel telur pada

dinding rahim (Suparman, 2017). Haid terakhir sering digunakan

menjadi acuan dalam penentuan usia kehamilan dan penentuan

perkiraan persalinan pada ibu hamil yang biasanya dihitung dengan

cara menghitung hari haid terakhir atau HPHT dengan

menggunakan rumus Neagle. (I. K. Sari, 2015).


3
3. Sinkope

Ibu hamil terkadang mengalami pusing yang berlebihan di

karenakan ketidak seimbangannya hormone sehingga dapat membuat

ibu hamil sering pingsan dan kehilangan kesadaran selain di sebabkan

oleh pusing pingsan juga di sebabkan karena ibu mengalami

penurunan nafsu makan secara hormone yang menyebabkan tubuh

ibu melemah (Narayan, 2017; I. K. Sari, 2015). Sinkope sendiri akan

mulai berkurang pada saat usia kehamilan lebih dari 16 minggu

dimana ibu sudah mulai beradaptasi dengan kehamilannya (Yulizawati

et al., 2017). Adapun cara mengatasi sinkope pada ibu hamil

dengan cara memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan menjaga ibu agar

ibu tidak stress semasa kehamilan (Mugianti, 2016)

4. Perubahan payudara

Perubahan fisik pada payudara selama kehamilan akan mengalami

pembesaran hal ini di karenakan perngaruh hormon estrogen yang

memancing ductus berkembang dan membuat payudara menjadi lebih

tegang hal ini bertujuan untuk mempersiapkan ibu dalam menyusui

bayi setelah kelahiran (Narayan, 2017; Shachar, 2018; Yulizawati et

al., 2017). Pada kehamilan biasanya payudara akan kencang dan sakit

hal ini dapat diatasi dengan memeriksakan dan merawat payudara

dengan tujuan untuk mengetahui lebih dini adanya kelainan,

sehingga diharapkan dapat dikoreksi sebelum persalinan.(Syull K

Adam, Martha D. Korompis, 2018). Perawatan payudara dapat

dilakukan pada setelah usia kehamilan 6 bulan dengan cara

4
pijat payudara

5
dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak

ke arah puting susu dan lebih berhati-hatilah pada area yang mengeras

dengan menggunakan baby oil atau minyak kelapa (A. Lestari, 2019).

2.3.3. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda pasti kehamilan menurut (Narayan, 2017; Yulizawati et al., 2017)

1. Terdapat detak jantung janin

Salah satu cara mendeteksi kehamilan adalah terdengarnya detak

jantung janin pada ibu yang bisa didengarkan melalui stetoskop

pada trimester pertama.

2. Palpasi dilakukan untuk outline janin untuk menentukan posisi

janin dan mengetahui gerakan janin. Palpasi dapat dilakukan

disekitar minggu ke 22-24 usia kehamilan.

Tanda tidak pasti kehamilan

1. Saat pemeriksaan kehamilan terdapat tanda hegar dan ballottment

Tanda hegar merupakan tanda tidak pasti kehamilan dimana

konstitensi rahim berubah menjadi lunak. Ballontment salah satu tanda

tidak pasti kehamilan dimana perut dipalpasi terjadi pantulan balik

2.3.4. Kehamilan Trimester I

2.1.4.1. Perkembangan Kehamilan Trimester I

Menurut (Nuryaningsih, 2017) trimester satu adalah awal mula

perkembangan janji terbentuk setelah melalui dari proses fertilisasi

atau pembuahan sampai proses terbentuknya plasenta yang terjadi

6
dari minggu 1-12 kehamilan. Di minggu pertama janin akan tumbuh

bagian tubuh pertama yaitu tulang belakang dan otak ukuran janin

pada minggu ini kurang lebih 0,49cm. Di minggu ke-8 janin

fungsi tubuh pada janin mulai berfungsi seperti proses sirkulasi di

mana jantung mulai memompa darah dengan ukuran janin sekitar

2,5cm (Homer, 2019; Putrono, 2016). Pada minggu ke-12 ibu

sudah bisa mulai mendengar detak jantung janin lewat

ultrasonografi dan melihat perkembangan janin, bentuk janin lewat

USG di minggu ini janin memulai gerakan pertamanya ukuran

janin pada minggu ini sekitar 9cm (Lord., 2020; Yulizawati et al,

2018).

2.1.4.2. Fisiologis Kehamilan Trimester I

Selama kehamilan ibu akan mengalami perubahan pada sistem

gastrointestinal terutama pada trimester awal yang di sebabkan oleh

pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan terjadinya

pengeluaran asam lambung berlebih sehingga ibu hamil akan sering

mengalami mual dan muntah terutama di pagi hari (Lord., 2020;

Nuryaningsih, 2017). Perubahan pada berat badan ibu selama

kehamilan akan mengalami peningkatan di setiap trimester kurang

lebih sekitar 1 sampai 2,5 kg pada trimester pertama (Persaud, 2016;

Putrono, 2016). Selama kehamilan vagina pada ibu akan meningkat

pHnya akan menjadi lebih asam dibandingkan dengan sebelum

kehamilan meningkat sekitar (5,2 sampai 6) selain itu uterus pada ibu

hamil juga akan mengalami pembesaran yang disebabkan oleh

meningkatnya di latasi pembuluh darah di uterus letak tinggi fundus


7
uterus pada trimester 1 pada 3 jari diatas simpisis pubis selain ibu

juga akan mengalami pembesaran pada payudara (I. K. Sari, 2015)

(Gambar 1 Kehamilan Trimester I)


(Nuryaningsih, 2017)
2.1.4.3. Psikologis Kehamilan Trimester I

Di trimester awal ibu cenderung merasakan perubahan mood dan

emosional yang menyebabkan munculnya perasaaan kecemasan

hingga depresi pada ibu terkadang ibu akan merasakan sedih dan

menangis tanpa sebab dan cenderung ingin di cintai dan mudah

marah. (Persaud, 2016; Sri Astuti, Ari Indra Susanti, 2017). Hal

ini disebabkan oleh perubahan hormon pada kehamilan kadar

hormon progesterone dan estrogen dalam kehamilan akan meningkat

dan ini akan menyebabkan ibu merasa tidak sehat sehingga

seringkali membenci kehamilannya. Pada trimester pertama

seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih

meyakinkan bahwa dirinya memang hamil (Homer, 2019; Illustri,

2018). Salah satu cara mengatasi masalah psikologis ibu hamil

pada trimester awal menyimak dan mencari informasi seputar

8
kehamilan agar ibu bisa

9
tenang terhadap kehamilannya, teratur melakukan konsultasi kepada

dokter ataupun bidan tentang kehamilan ibu baik perubahan

fisiologis maupun psikologis ibu, minta suami untuk selalu

menemani ibu serta mendukung ibu agar memberikan kesan

positif pada kehamilan ibu, menjalin komunikasi yang baik baik

dengan suami maupun keluarga, dan lebih sering melakukan

relaksasi seperti mendengarkan musik ataupun belajar

memusatkan pikiran (Huthwaite M., Moriarty H., Rogan C., Tester

R., 2021; Karo, 2018).

2.3.5. Kehamilan Trimester II

2.1.5.1. Perkembangan Kehamilan Trimester II

Trimester dua berlangsung selama minggu ke-16-24 di trimester

ini janin mulai berkembang dengan baik dan mulai berinteraksi

dengan ibu dengan cara melakukan gerakan didalam perut ibu. Di

minggu ke-16 trimester dua kehamilan bayi mulai menggenggam dan

menendang aktif bergerak dan berinteraksi didalam rahim ibu

ukuran janin pada minggu ini sekitar 16-18cm. (Persaud, 2016;

Putrono, 2016). Pada minggu ke-20 trimester dua janin semakin

aktif dan berkembang di minggu ini janin mulai tumbuh rambut, alis

dan mulu mata ukuran janin sekitar 25cm, ibu akan mulai mengalami

varises dan sering kram selain itu payudara ibu juga mulai

memproduksi kolostrum (Grégoire et al., 2018; Yulizawati et al,

2018). Pada minggu ke-24 kehamilan janin berkembang dengan

cepat pada kerangka tulang di minggu ini ibu akan lebih sering

10
mengalami sakit pinggang dan kram pada kaki selain itu kulit ibu

11
juga mengalami perubahan pigmen (Homer, 2019; Wahyuningsih,

2016).

2.1.5.2. Fisiologis Kehamilan Trimester II

Pada trimester II janin didalam perut ibu akan semakin

berkembang dan perut ibu akan semakin membesar postur tubuh

ibu akan semakin mencondong kedepan selama kehamilan trimester

ke II ibu hamil sudah merasa lebih nyaman biasanya mual muntah

mulai berkurang sehingga nafsu makan mulai bertambah maka pada

trimester II ini BB ibu hamil sudah mulai bertambah sampai akhir

kehamilan berat badan ibu pada trimester II mengalami peningkatan

hingga 400gr (Fatmawati, 2019; Huthwaite M., Moriarty H., Rogan

C., Tester R., 2021). Tinggi fundus uteri pada trimester II berada

setinggi pusat Pada ibu hamil akan mengalami perubahan pada

sistem intergumen atau kulit seperti mengalami pigmentasi pada

beberapa daerah tubuh seperti munculnya pigmen pada dahi, pipi,

hidung dan munculnya garis hitam pada perut ibu atau linea alba hal

ini di sebabkan karena pengaruh hormone MSH yang meningkat

(Fitriahady, 2017). Selama kehamilan perubahan pada sistem

metabolik dapat menyebabkan ibu menjadi mudah kelelahan dalam

melakukan aktifitas fisik dan cenderung merasa panas dan terjadi

peningkatan keringat yang di sebabkan oleh basal metabolism yang

meningkat 15-20% selama kehamilan (Persaud, 2016; Putrono,

2016).

12
Gambar 2 Kehamilan Trimester II
(Nuryaningsih, 2017)
2.1.5.3. Psikologis Kehamilan Trimester II

Pada trimester kedua ibu akan mengalami perubahan psikologis

yang berbeda dari trimester pertama ibu menjadi lebih stabil dan

menerima kehamilannya dan cenderung lebih waspada saat terjadi

pergerakan bayi di dalam rahim ibu akan merasakan bahagia dan

lebih memperhatikan perkembangan janin dan mempersiapkan diri

menjadi ibu untuk janin (Sri Astuti, Ari Indra Susanti, 2017).

Pada trimester II ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu

yang merasa terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti

yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan

meningkatnya libido (Shagana, Dhanraj, Jain, & Nirosa, 2018).

Ibu merasa lebih stabil, kesanggupan mengatur diri lebih baik,

kondisi atau keadaan ibu lebih menyenangkan, ibu mulai terbiasa

dengan perubahan fisik tubuhnya, janin belum terlalu besar

sehingga belum menimbulkan ketidaknyamanan. Ibu sudah mulai

13
menerima dan mengerti tentang

14
kehamilannya. Pada trimester II ibu harus mendapatkan dukungan

yang lebih dari keluarga dan suami serta menghindari stress berlebih

agar janin dapat berkembang dengan baik dan sehat (Nurdiyan et al.,

2016; Soma-Pillay, 2016)

2.3.6. Kehamilan Trimester III

2.1.6.1 Perkembangan Kehamilan Trimester III

Pada trimester tiga adalah trimester akhir kehamilan di mana

trimester ini ibu hamil menjelang waktu persalinannya di trimester

ini berkisar sekitar di minggu ke-29 sampai minggu 40 atau

persalinan di trimester ini janin mulai bernafas serta membuka mata

dan terus berkembang di trimester ini janin berukuran sekitar

35cm (Huthwaite M., Moriarty H., Rogan C., Tester R., 2021;

Nuryaningsih, 2017). Seiring berjalannya waktu ibu mulai merasa

sesak dan dan lebih sering menggunakan pernafasan dada hal ini

terjadi di karenakan perut ibu terus membesar dan berkembang

hal ini terjadi pada minggu ke-32 menjelang persalinan ibu mulai

mengalami kesulitan tidur dan dyspnia payudara pada ibu akan mulai

sakit. (Putrono, 2016). Di minggu ke-39 sampai 40 posisi janin

sudah di bawah dan tumbuh dengan baik dan sempurna perut ibu

akan lebih terasa penuh dan mulai mempersiapkan persalinan

(Yulizawati et al, 2018).

2.1.6.2 Fisiologis Kehamilan Trimester III

Selama kehamilan sistem kardiovaskular akan mengalami

perubahan hemodinamik yang drasistis sehingga terjadinya


15
perubahan yang menyebabkan curah jantung meningkat terutama

pada minggu ke-32 kehamilan. Saat trimester awal resistensi vaskluer

akan menurun dan terjadi peningkatan tenakan darah dan curah

jantung yang di sebabkan oleh kontraksi uterus (Defrin, 2016;

Narayan, 2017). Pada trimester III sistem pernafasan pada ibu

hamil akan mengalami perubahan akan sedikit lebih cepat di

bandingkan sebelum kehamilan sekitar 15-20% dan peningkatan

volume pada sistem pernafasan sekitar 30-40% yang di sebabkan

oleh terjadinya penekanan pada diagfragma seiring berjalannya

kehamilan waktu kehamilan yang terus berkembang dan menekan

diagfragma (Homer, 2019; Putrono, 2016). Selain itu pada trimester

III perubahan sistem renal pada ibu hamil yang paling menonjol

adalah ibu cenderung lebih sering buang air kecil yang di akibabkan

oleh perubahan hormon estrogen dan progresteron yang

menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem anatomis yang

membuat uretuer menjadi melebar dan penurunan otot pada

saluran kemih (Soma-Pillay, 2016; Wahyuningsih, 2016). Tinggi

fundus uterus pada kehamilan trimester III berada dipertengahan

pusat dengan prosesus xifoid dan mengalami kenaikan berat badan

sekitar

12.500 gr payudara ibu akan mengalami pembesaran dan mulai

mengeluarkan ASI untuk mempersiapkan ibu menyusui pasca

persalinan. (I. K. Sari, 2015; Shachar, 2018)

16
Gambar 3 Kehamilan Trimester
III (Nuryaningsih, 2017)
2.1.6.3 Psikologis Kehamilan Trimester III

Trimester tiga ibu mulai muncul rasa khawatir khawatir akan

persalinannya hal ini di karenakan ibu takut menghadapi persalinan

dan muncul pemikiran takut mengalami persalinan yang tidak

normal dan bayi mengalami kecacatan hingga kematian maternal dan

mulai mengalami citra diri yang rendah karena takut kehilangan

perhatian menjelang persalinan (Sri Astuti, Ari Indra Susanti, 2017)

2.2 Konsep Antenatal Care (ANC)

2.3.1. Definisi Antenatal Care (ANC)

Antenatal care adalah suatu prosedur pemeriksaan dan pelayanan

kesehatan pada ibu selama kehamilan yang dilakukan untuk melihat

perkembangan janin dan memantau kesehatan ibu dan janin kesehatan

ibu dan janin baik dari segi fisiologis maupun psikologis (Jolly et al., 2018;

Putrono, 2016). Antenatal sendiri merupakan rangkaian dari program

terencana yang terdiri dari observasi kehamilan , edukasi seputar

17
kehamilan dan membantu ibu mempersiapkan persalinannya di masa yang

akan datang (Tadesse, 2020; Tutik Ekasari, 2019). Pemeriksaan antental

adalah upaya yang di lakukan untuk mencegah terjadinya risiko kehamilan

yang merugikan seperti kematian maternal, kelainan dan keguguran

(Dharmayanti, Azhar, Hapsari, & H, 2019).

2.3.2. Tujuan Antenatal Care (ANC)

Antenatal care bertujuan untuk sebagai berikut : memastikan

kehamilan sehat baik ibu maupun janin, meningkatkan kesehatan ibu baik

dalam fisik maupun psikologis, membantu ibu dalam mengenali

perkembangan bayi selama kehamilan untuk mencegah terjadinya risiko,

membantu mempersiapkan persalinan dengan baik, membantu

mempersiapkan ibu dalam pemberian ASI ekslusif setelah persalinan.,

membantu mempersiapkan ibu hamil menjadi ibu agar bisa merawat

bayi yang sudah di lahirkan dengan baik. (Maharlouei et al., 2020;

Mappa, Distefano, & Rizzo, 2020; Tadesse, 2020)

2.3.3. Standar Pelayanan Antenatal Care (ANC) Semasa Pandemi

COVID-19

Selama pandemi COVID-19 standar pelayanan antenatal care

mengalami perubahan sebagai berikut :

1. Memodifikasi layanan antenatal dengan cara menerapkan sosial

distancing, memakai masker serta melakukan pengurangan jumlah

pengunjung guna mengurangi risiko penularan COVID-19.

18
2. Menurut WHO 2020 ibu hamil berisiko minimal mendapatkan asuhan

antenatal 8x. Perubahan layanan diperlukan untuk mengurangi

frekuensi ibu hamil keluar dari rumah untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan. Hal ini bisa dilakukan melalui konsultasi dan

pemeriksaan penunjang lain seperti USG dan laboratorium

dilakukan pada waktu dan tempat yang sama, atau melalui

konsultasi virtual.

3. Pemeriksaan antenatal tanpa melihat status zonasi minimal 6x tatap

muka tanpa selama kehamilan dianjurkan minimal 6x tatap muka dan

pada pemeriksaan selanjutnya menggunakan online atau telemedicine.

4. Pada pemeriksaan kehamilan pertama di trimester 1 melakukan

skrining faktor risiko yang di lakukan oleh dokter yang bertugas untuk

melihat status kesehatan ibu apabila terdeteksi tanda gejala covid

maka ibu akan di rujuk ke RS rujukan untuk melakukan

pemeriksaan rapid/swab untuk melihat ibu hamil terinfeksi

COVID-19 atau tidak. Pada kunjungan kedua pada trimester 3

sebelum tafsiran persalinan untuk mempersiapkan ibu dalam

persalinannya, melakukan penundaan di trimester 2 kecuali ada

komplikasi atau bahaya yang mengancam nyawa ibu.

5. Ibu di wajibkan mempelajari buku KIA secara mandiri dengan

bimbingan dokter atau bidan yang bertugas melalui via online atau

telemedicine.

6. Melakukan penelusuran terkait riwayat perjalanan ibu terkait riwayat

kontak, perjalanan, dan gejala klinis terkait COVID-18. Apabila

terdeteksi memiliki riwayat kontak maka ibu harus melakukan

19
penundaan pemeriksaan ANC dan melakukan isolasi selama 14 hari.

20
7. Ibu hamil disarankan untuk menghitung gerakan janin secara mandiri

pada kehamilan trimester ketiga > 28 minggu dengan metode

Cardiff/WHO (Minimal 10 gerakan dalam 2 jam, jika 2 jam

pertama gerakan janin belum mencapai 10 gerakan dapat diulang

pemantauan 2jam berikutnya sampai maksimal dilakukan hal tersebut

selama 6x (dalam 12 jam)). Bila belum mencapai 10 gerakan selama

12 jam, ibu harus segera datang ke fasyankes untuk memastikan

kesejahteraan janin.

8. Melakukan penundaan pada kelas hamil seperti kunjungan rumah,

posyandu dan senam hamil untuk mencegah terjadinya penularan

virus COVID-19.

9. Kebijakan screening ibu hamil tergantung kebijakan daerah masing-

masing.

(POGI, 2020)

2.3.4. Pencegahan dan Manajemen COVID-19 Selama Kehamilan

2.2.4.1. Pencegahan COVID-19 selama kehamilan

Selama kehamilan dimasa pandemi COVID-19 ibu hamil

diharapkan mampu mempersiapkan pengetahuan serta

pendampingan dan kesiapsiagaan terhadap kondisi darurat yang

tidak terduga. Menurut (Ermiati, 2020) berikut langkah-langkah

pencegahan COVID-19 pada ibu hamil yaitu menggali informasi

tentang virus COVID-19 dari berbagai sumber yang dapat dipercaya

dan mempelajari buku KIA, selalu menjaga kondisi dengan baik dan

tetap melakukan aktivitas fisik, melakukan diskusi terkait

21
kekhawatiran ibu selama pandemi COVID-19 dengan petugas

kesehatan, mencari informasi dan berdiskusi terkait pelayanan

antenatal selama pandemi COVID-19 agar tidak terpapar virus

selama melakukan antenatal care, memiliki persediaan obat-obatan

dan alat medis yang dapat digunakan untuk memantau status

kesehatan ibu dan janin seperti thermometer dan obat-obatan yang

diperlukan selama kehamilan, melakukan konsultasi dengan dokter

apakah memerlukan alat medis tiseperti tensimeter dan doppler

untuk memantau tekanan darah ibu serta detak jantung janin

(Argyro Pountoukidou, 2021; POGI, 2020)

2.2.4.2. Manajemen COVID-19 Selama Kehamilan

Selama pandemi COVID-19 tindakan ibu hamil saat

mendeteksi tanda dan gejala COVID-19 yang pertama mengenali

dan mempelajari tentang virus COVID-19, yang kedua

mengetahui bagaimana penyebaran virus COVID-19, yang ketiga

mengenali tanda dan gejala COVID-19. Adapun alur manajemen

COVID-19 pada kehamilan. (Ermiati, 2020; POGI, 2020)

22
Alur Manajemen Penanganan COVID-19 Pada Kehamilan

Wanita hamil dengan COVID-19


- Pemeriksaan
Memiliki klinis : Swab
riwayat perjalanan atau rapid
ke negara atau test pada
daerah nasofaring
terdampak dan faring
tinggi kasus COVID-19
14 hari sebelumnya
- Kontak erat dengan pasien yang terinfeksi COVID-19

Ada gejala
Demam, gangguan
penafasan

Tidak ada gejala Tidak ada ruang isolasi

Covid negatif
Covid negatif Covid positif

Isolasi dirumah 14 hari sesuai prosedur Monitoring di RS


Hentikan Monitoring dirumah
Ruang isolasi dan APD
pemantauan Suhu dan pernafasan Isolasi dirumah 14 hari Monitoring tanda klinis
lengkap

USG pantau perkembangan janin per 2 minggu


Covid positif Pengawasan RS
Pantau TTV
Rotgen dada
Pemeriksaan pada janin
Pantau DJJ min 1 kali sehari
Recovery Suntik pematangan paru betamethasone
IV antibiotic

Gambar 4 Alur Manajemen COVID-19 pada kehamilan

(Ermiati, 2020)

23
2.3.5. Komponen Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)

Menurut (Huthwaite M., Moriarty H., Rogan C., Tester R., 2021;

Putrono, 2016) adapun kebijakan program pelayanan antenatal care

dikatakan sesuai apabila memenuhi 14T :

1. Timbang berat badan (T1)

Menimbang berat pada untuk melihat perkembangan ibu dan

kenaikan berat pada pada kehamilan di katakana normal jika berat

badan tidak melebihi 0,5kg perminggu dari trimester dua.

2. Ukur tekanan darah (T2)

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengidentifikasi

terjadinya kasus preeklamsi pada ibu selama kehamilan. Tekanan

darah dikatakan normal pada ibu hamil jika tekanan darah ibu

hamil sekitar 110/80 hingga 140/90 mmHg tidak melebihi batas

normal.

3. Ukur tinggi fundus uteri (T3)

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan untuk mengetahui posisi

janin dan mengidentifikasi kelainan pada janin. Mengukur fundus

uteri bisa dilakukan dengan cara palpasi abdominal dan manuver

leopold yang terdiri atas :

a. Leopold I

Pemeriksaan leopold I bertujuan untuk menentukan usia

24
kehamilan dan posisi janin yang terdapat difundus uteri.

25
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meraba fundus uteri

dengan ujung jari kedua tangan untuk meraba kepala janin

untuk mengetahui posisi janin normal atau tidak normal.

Gambar 5 Pemeriksaan Leopold I


(Wahyuningsih, 2016)

b. Leopold II

Pemeriksaan leopold II dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui posisi punggung janin serta ekstermitas janin kaki

dan tangan janin. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara

meraba kedau sisi perut ibu dengan kedua tangan untuk

menentukan letak punggung janin.

Gambar 6 Pemeriksaan Leopold II

26
(Wahyuningsih, 2016)

27
c. Leopold III

Pemeriksaan leopold III dilakukan dengan tujuan untuk

melihat bagian bawah perut ibu posisi janin kepala atau

bokong. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meraba

dengan satu tangan pada bagian perut hingga bagian bawah

ibu untuk menentukan kepala atau bokong.

Gambar 7 Pemeriksaan Leopold III


(Wahyuningsih, 2016)
d. Leopold IV

Leopold IV dilakukan apabila posisi kepala janin sudah berada

dibawah pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang dilakukan

untuk mengonfirmasi ulang posisi kepala janin memasuki

panggul. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meraba

bagian perut bawah ibu dengan posisi pemeriksan menghadap

kaki pasien dan mengukur kedua jari ibu jari pemeriksa untuk

mengetahui kepala bayo sudah memasuki pintu panggul.

28
Gambar 8 Pemeriksaan Leopold IV
(Wahyuningsih, 2016)

4. Pemberian dan mengonsumsi tablet Fe (T4)

Mengonsumsi tablet Fe atau penambah darah di lakukan dengan

tujuan untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil tablet Fe

memiliki manfaat untuk meningkatkan zat besi dan kadar hemoglobin

di dalam darah. Ibu hamil diharuskan mengonsumsi tablet Fe agar

terhindar dari anemia dukungan petugas kesehatan dan suami

berpengaruh terhadap kepatuhan ibu dalam mengonsumsi tablet Fe

(Wisnu & Ngestiningrum, 2020)

5. Pemberian imunisasi TT (T5)

Ibu hamil dianjurkan melakukan imunisasi TT (Tetanus Toxic) yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu hamil

maupun janin. Vaskinasi ini diberikan dengan cara menyuntikan

vaksin TT dibahu ibu hamil.

6. Pemeriksaan Hb (T6)

29
Pemeriksaan Hb di lakukan dengan cara mengambil sample darah

pada ibu hamil yang kemudian di periksa di laboratorium untuk

mendeteksi kadar hemoglobin pada darah ibu untuk mengdiagnosis

terjadinya anemia.

7. Pemeriksaan VDRL (T7)

Pemeriksaan VDRL adalah pemeriksaan laboratorium di lakukan

dengan cara mengambil darah pada vena untuk mendeteksi adanya

penyakit menular seksual.

8. Perawatan payudara (T8)

Perawatan payudara merupakan tindakan untuk merawat payudara

untuk memperlancar ASI dan mempersiapkan ibu dalam menyusui.

Perawatan payudara bisa dilakukan sendiri oleh ibu dengan

didampingi petugas kesehatan baik bidan maupun perawat.

9. Senam hamil (T9)

Senam hamil dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu baik secara fisik

maupun psikologis dan mempersiapkan ibu untuk menghadapi

persalinannya. Senam hamil dilakukan sejak awal kehamilan, hingga

menjelang persalinan. Selama masa pandemi covid-19 senam hamil

dapat dilakukan secara virtual dilakukan secara mandiri didampingi

suami atau keluarga dalam melakukan senam hamil (POGI, 2020)

10. Konsultasi persiapan rujukan (T10)

Ibu hamil dan keluarga akan berkonsultasi dengan petugas

kesehatan terkait masalah persalinan ibu dan mempersiapkan


30
rumah sakit

31
rujukan jika terjadi keadaan gawat darurat. Konsultasi persiapan

persalinan direncanakan pada trimester 3 dan melakukan isolasi

mandiri selama 14 hari dirumah sebelum tafrisan persalinan untuk

persiapan persalinan.

11. Pemeriksaan protein urine pada ibu hamil (T11)

Pemeriksaan protein urine di lakukan untuk mendeteksi pre eklamsia

tingginya kadar protein dalam urine ibu hamil menandakan adanya

kondisi patologis pada ibu kehamilan.

12. Pemerikaan reduksi urine pada ibu hamil (T12)

Pemeriksaan reduksi urine di lakukan untuk mengidentifikasi diabetes

pada kehamilan dimana pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat

kadar gula pada ibu hamil dengan melakukan reaksi reduksi urine.

13. Pemberian kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)

Pemberian terapi kapsul dilakukan jika ibu tinggal di daerah endemis

gondok.

14. Pemberian terapi antimalaria untuk daerah endemis malaria (T14)

Ibu hamil di sarankan tetap menjaga dari gigitan nyamuk dengan cara

memakai kelambu, menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan

memakai lotion agar terhindar dari penyakit malaria dan demam

berdarah.

15. Vaksinasi COVID-19 pada ibu hamil

32
Ibu hamil merupakan kriteria ekslusi vaksinasi covid-19 hal ini

dikarenakan meliat risiko kehamilan, vaksinasi covid-19 yang berisi

antigen dan dapat menyebabkan reaksi dari nyeri hingga sinkope

hal ini sangat berisiko untuk ibu dan janin. (PB, 2020)

Komponen Pemeriksaan Antenatal

Usia Kunjungan Tipe Kunjungan Ultrasonografi Rincian


<12 Minggu Telpon/video 1. Anamnesis untuk
Jika diperlukan tatap skrining faktor
muka dapat dilakukan risiko, keluhan
berdasarkan faktor risiko yang berhubungan
dengan kehamilan
2. Konseling
pencegahan covid-
19
3. Konseling tanda
bahaya kehamilan
yang memerlukan
pemeriksaan lanjut
diRS
12 Minggu Tatap muka Konfirmasi usia Laboratorium rutin
kehamilan dan tafsiran
persalinan, skrining
aneuplodi (NT) jika ada
indikasi.
20-24 Minggu Tatap muka Anatomi janin Pemeriksaan laboratorium
pertumbuhan janin. DPL, UL, TTGO untuk
dibawa pada pemeriksaan
selanjutnya
28 Minggu Tatap muka Bila diperlukan Evaluasi hasil pemeriksaan
laboratorium dan
pertumbuhan janin
32 Minggu Tatap muka Pertumbuhan janin,
jumlah cairan ketuban
dari plasenta
36 Minggu Tatap muka ANC rutin
37-41 Minggu Tatap muka ANC rutin
Table 1 Komponen Pemeriksaan Antenatal
(POGI, 2020)

33
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Antenatal Care (ANC)

2.3.1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi ialah faktor yang mempengaruhi kepatuhan yang

berfokus pada kebiasaan seseorang atau masyarakat, faktor predisposisi

yang mempengaruhi antenatal care menurut (Rachmawati, Puspitasari, &

Cania, 2017) sebagai berikut :

1. Usia

Usia merupakan salah satu faktor mempengaruhi kepatuhan ibu

dalam melakukan kunjungan antental care, ibu dengan usia muda

cenderung belum matang dalam berpikir dan belum bisa rasional

di bandingkan ibu dengan usia dewasa menegah sekitar usia 20

hingga 30 tahun.

2. Status pekerjaan

Status pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi ibu dalam

melakukan kunjungan antenatal, hal ini terjadi dikarenakan ibu hamil

yang menjadi wanita karir cenderung sibuk dan sulit membagi waktu

di bandingkan dengan ibu hamil yang tidak bekerja.

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kunjungan antenatal care, ibu dengan pendidikan

34
yang tinggi lebih menjunjung tinggi status kesehatan ibu dan janin

dan lebih mengetahui tentang pentingnya melakukan kunjungan

antenatal.

4. Paritas ibu hamil

Jumlah kelahiran atau paritas pada ibu hamil merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi kunjungan antental hal ini di

karenakan ibu yang memiliki pengalaman dalam persalinan

kurang memperhatikan dalam kehamilannya dan tidak terlalu

khawatir di bandingkan ibu hamil di kehamilan pertama.

5. Pengetahuan ibu hamil

Tingkat pengetahuan ibu hamil adalah faktor yang mempengaruhi

tingkat kepatuhan dalam melakukan kunjungan hal ini di karenakan

tingginya pengetahuan selama tentang kehamilan maka semakin

besar potensi dan motivasi ibu dalam melakukan kunjungan hal

ini di karenakan ibu lebih cenderung lebih memperhatikan

kehamilannya.

6. Jarak kehamilan

Jarak kehamilan pada ibu merupakan faktor yang mempengaruhi

kunjungan antenatalsekaligus menjadi faktor risiko terjadinya

komplikasi kehamilan, jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat

menjadi faktor pemicu ibu tidak melakukan kunjungan.

7. Sikap ibu hamil

35
Respon ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan merupakan

salah satu sikap ibu yang mempengaruhi kepatuhan kunjungan

untuk melihat kepedulian ibu dengan kehamilannya.

2.3.2. Faktor Penguat

Adapun beberapa faktor penguat kepatuhan ibu dalam melakukan

kunjungan antenatal care sebagai berikut :

1. Dukungan suami

Suami adalah pendamping ibu yang berperan menjaga ibu dan

kehamilannya memberikan dukungan selama kehamilan hal ini

mempengaruhi motivasi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal

(Saragih & Nasution, 2018)

2. Dukungan keluarga

Peran keluarga adalah memberikan dukungan selama kehamilan dan

menjadi sosok yang membantu ibu dalam menjaga dan membantu

serta menemani ibu untuk memenuhi kebutuhan selama

kehamilan (Fitrayeni, Suryati, & Faranti, 2017)

3. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan bisa untuk memotivasi ibu dalam

melakukan kunjungan antenatal hal ini di karenakan petugas yang

cekatan dapat membuat ibu percaya dan merasa aman saat

pemeriksaan (Tasliah, Lasmono Widagdo, 2017)

36
2.3.3. Faktor Pemungkin

Adapun faktor pemungkin kepatuhan ibu dalam melakukan

kunjungan antenatal care, menurut (Rachmawati et al., 2017) sebagai

berikut :

1. Jarak tempat tinggal

Jarak tempat tinggal mempengaruhi kepatuhan ibu dalam melakukan

antenatal care, semakin jauh jarak tempat tinggal kefasilitas kesehan

maka semakin sulit, dan akan menurunkan motivasi ibu dalam

melakukan kunjungan antenatal care.

2. Penghasilan keluarga (Ekonomi)

Penghasilan keluarga mempengaruhi kepatuhan ibu dalam

melakukan kunjungan antenatal. Hal ini disebabkan rendahnya

pendapatkan keluarga membuat keluarga memenuhi kebutuhan

pokok saja. Sehingga kesehatan ibu hamil terabaikan yang membuat

ibu lebih memprioritaskan kebutuhan dibandingkan memeriksakan

kehamilan sehingga terjadi penurunan motivasi dalam melakukan

kunjungan.

3. Fasilitas kesehatan mempengaruhi kualitas pelayanan dalam

kunjungan antenatal care. Kurangnya fasiltas kesehatan dan

terbatasnya pelayanan hal ini dapat menyebabkan tidakpuasan dalam

memeriksakan kehamilan sehingga motivasi pada ibu cenderung

menurun dalam memeriksakan kehamilannya.

4. Media informasi

37
Media informasi dapat mempengaruhi kepatuhan ibu dalam

melakukan kunjungan antenatal care. Media informasi terdiri atas

informasi penting seputar kehamilan yang biasanya dikemas dalam

bentuk poster, koran, leaflet atau melalui media sosial. Media

informasi biasanya digunakan sebagai edukasi bagi ibu hamil untuk

meningkatkan motivasi dan pandangan ibu hamil agar melakukan

kunjungan antenatal care.

2.3.4.Faktor Risiko

Menurut (Maharlouei et al., 2020; PPNI, 2020; Shahriarirad, 2020)

efek COVID-19 pada kehamilan dan janin yaitu ibu hamil yang

memiliki penyakit jantung lebih mudah rentan tertular virus COVID-19,

ada kasus di Iran mengatakan bahwa ibu hamil yang menderita covid-

19 harus di pasang ventilator saat persalinan dan janin di nyatakan

meninggal, kehamilan mengubah sistem imun atau sistem kekebalan

pada ibu hamil sehingga ibu lebih rentan tertular COVID-19 dan

kemungkinan memiliki gejala lebih parah di banding wanita biasa.,efek

pada janin hingga sekarang belum ada penelitian lebih lanjut tentang efek

COVID-19 pada janin.

2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil

2.4.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu objek yang dapat di peroleh melalui

indera manusia seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba

perasa yang menjadi hasil atau mengetahui setelah melakukan

penginderaan yang dapat di rasakan oleh manusia melalui mata dan

38
telinga (Wawan A, 2017). Tingkat pengetahuan sendiri di pengaruhi oleh

pendidikan serta kesadaran

39
ibu hamil dalam melakukan kunjungan atau pemeriksaan ibu hamil selain

itu tingkat pengetahuan berpengaruh selama proses kehamilan dan nifas

(Utami, et al 2019). Semasa pandemi COVID-19 informasi tentang

COVID-19 pada kehamilan masih terbatas yang berdampak negative pada

ibu hamil, ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang COVID-19 dapat

menjaga diri agar terhindar dari covid-19 (Kamal et al., 2020; Mira Rizkia,

2020; Paschal Awingura Apanga. Kumbeni, 2021).

Adapun poin pengetahuan yang harus dimiliki ibu hamil semasa

pandemi COVID-19

1. Pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan COVID-19 pada

kehamilan selama pandemi ibu hamil banyak mencemaskan kehamilan

dan janin. Rendahnya pemahanan ibu hamil tentang upaya

pencegahan infeksi COVID-19 selama kehamilan dikarenakan masih

beredarnya informasi-informasi palsu di masyarakat luas mengenai

COVID-19 termasuk penularan, pengobatan dan pencegahan

tertularnya COVID-19 (Siregar, Aritonang, & Anita, 2020)

2. Pengetahuan ibu hamil seputar pentingnya melakukan antenatal care

selama pandemi Karena selama masa pandemi terjadi perubahan yang

signifikan pada pelayanan Kesehatan terutama ibu hamil banyak ibu

hamil yang terlalu khawatir tertular hingga takut melakukan

kunjungan (Mira Rizkia, 2020)

3. Pengetahuan ibu terkait risiko COVID-19 pada kehamilan masih

banyak ibu yang kurang mengetahui bahkan tidak tahu sama sekali

40
terkait risiko kehamilan jika ibu tertular COVID-19 (Ariestanti et al.,

2020)

4. Pengetahuan ibu seputar perawatan kehamilan, baik fisik maupun

psikologis ibu hamil seperti senam hamil, konsumi tablet

penambah darah maupun tetap menjaga ibu tidak stress dan panik

selama pandemi COVID-19 (POGI, 2020)

5. Persiapan persalinan pada kondisi covid baik persalinan normal

maupun persalinan caesar serta persiapan rujukan persalinan

(POGI, 2020)

2.4.2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo dalam (Doloksaribu, 2019) cara

mendapatkan pengetahuan dapat di peroleh dengan 2 cara yaitu :

1. Memperoleh pengetahuan dengan cara tradisional

Dalam memperoleh pengetahuan dengan cara tradisional dengan

cara yang pertama mencoba-coba cara ini di gunakan dalam

memecahkan masalah apabila gagal maka akan di coba lagi, cara

yang kedua dengan cara kekuasaan atau otoritas cara ini

mendapatkan pengetahuan dengan berdasarkan kekuasaan baik

dari pemerintah maupun ahli pengetahuan, cara yang ketiga belajar

dari pengalaman pribadi cara ini di lakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman dan memecahkan masalah di masa lalu.

2. Memperoleh pengetahuan dengan cara modern

41
Cara memperoleh pengetahuan dengan cara modern lebih tertata

sistematis, logis dan ilmiah atau biasanya cara ini di kenal sebagai

metodologi penelitian.

2.4.3. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut (Wawan A, 2017) kriteria pengetahuan dapat diinpretasikan

dengan skala sebagai berikut :

1. Baik : hasil presentase >50%

2. Cukup : hasil presentasi 50%

3. Kurang baik : hasil presentase <50%

Penelitian yang dilakukan oleh (Utami et al., 2019) mengatakan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil

menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor

yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Semasa pandemi

COVID-19 ibu hamil membutuhkan konsultasi antenatal dan perawatan

kehamilan akan tetapi terbatas dikarenakan pembatasan sosial untuk

mengendalikan penyebaran virus COVID-19, ibu hamil termasuk orang

dengan risiko COVID-19 hal ini juga mempengaruhi terhadap

pengetahuan ibu terhadap COVID-19 (Kamal et al., 2020)

2.5 Sikap Ibu Hamil

2.5.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi yang mencerminkan rasa senang, tidak senang

atau perasaan biasa biasa saja pada seseorang atau pada sesuatu seperti

situasi, kejadian atau pada benda, sikap dibagi menjadi sikap positif atau

42
sikap perasaan senang dan sikap negatif atau perasaan tidak senang

(Ramdani et al., 2019). Sikap sendiri adalah proses penilaian yang di

lakukan oleh seseorang untuk menilai suatu objek atau kondisi tertentu

yang di iringi dengan perasaan tertentu positif atau negatif, ibu hamil yang

memiliki sikap kuat akan memiliki perilaku yang berpengaruh dalam

pemeriksaan ANC pada ibu hamil (T. Lestari, 2015). Dalam situasi

COVID-19 sikap ibu hamil dalam melaksanakan pemeiksaan ibu hamil

masih banyak yang kurang mengerti seputar kehamilan semasa COVID-

19, sikap positif pada ibu hamil berpengaruh kepada risiko penularan

COVID-19 ibu menjadi khawatir dan lebih waspada agar tidak

terinfeksi COVID-19, sebaliknya apabila ibu bersikap negatif maka ibu

akan lebih mengabaikan kehamilan ibu baik kesehatan ibu sendiri maupun

kesehatan janin (Dewi et al., 2020; Lee, Loy, Yang, Chan, & Tan, 2020;

Shahriarirad, 2020).

Adapun ciri ciri sikap ibu :

1 Sikap favorable yang berarti memihak atau mendukung atau sikap

positif pada ibu hamil sikap favorable cenderung bersemangat

dan peduli terhadap baik terhadap kehamilan ibu maupun

kesehatan ibu sendiri seperti keikutsertaan ibu dalam melakukan

pemeriksaan kehamilan ataupun kegiatan lainnya (Mardha &

Panjaitan, 2020). Sikap favorable atau sikap positif pada ibu hamil

ibu hamil cenderung khawatir dan takut tertular COVID-19 di

masa pandemi COVID-19 dan lebih memperhatikan

kehamilannya lebih teliti (Maharlouei et al., 2020)

43
2 Sikap unfavorable yang berarti tidak mendukung pada ibu

hamil sikap unfavorable ibu cenderung tertutup baik terhadap

orang terdekatnya maupun petugas kesehatan, seperti ibu

enggan atau bersikap tidak perduli dengan kehamilannya.

(Mardha & Panjaitan, 2020). Sikap unfavorable atau sikap

negatif pada ibu hamil cenderung tidak perduli kepada

kehamilannya dan tidak khawatir menganggap pandemi adalah

hal yang biasa saja (Maharlouei et al., 2020).

2.5.2. Komponen Sikap

Komponen sikap menurut Secord & Backman dalam (Setiawan, 2017)

komponen sikap terdiri atas 3 komponen yaitu :

1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif atau pemikiran adalah komponen yang

berhubungan dengan kepercayaan terhadap suatu objek yang di

dapatkan dari pengalaman individu atau objek lain. Komponen

kognitif pada sikap ibu hamil seperti seorang ibu yang bersikap negatif

terhadap pemeriksaan kehamilan karena adanya kepercayaan bahwa

pelayanan kesehatan tidak berdampak apapun bagi ibu ibu

begitupun sebaliknya apabila ibu memiliki kepercayaan bahwa

pelayanan kesehatan berdampak bagi ibu makai ibu cenderung

bersikap positif terhadap kehamilannya (Witcahyo, 2015)

2. Komponen Afektif

Komponen afektif atau perasaan merupakan berkaitan dengan

rasa senang atau rasa tidak senang terhadap sesuatu, komponen ini

44
lebih menyangkut masalah emosional subyektif terhadap suatu objek

sikap. Komponen afektif pada sikap ibu hami meliputi kesadaran

dan kepedulian ibu terhadap kehamilannya dan kebutuhan ibu

selama kehamilan seperti kehamilan pertama ibu yang sudah lama

ibu cenderung peduli terhadap kehamilannya dikarenakan ibu

mencintai kehamilan pertamanya, sebaliknya ibu yang sudah

memiliki anak banyak karena sudah memiliki pengalaman dalam

merawat kehamilan dan merawat anak ibu lebih bersikap biasa saja

(Witcahyo, 2015)

3. Komponen Konatif

Komponen konatif (predisposisi tindakan) atau komponen

perilaku merupakan kecenderungan seseorang berperilaku tertentu

tergantung dari sikap seseorang, menunjukkan besar kecilnya

kecenderungan untuk bertindak. Apabila seseorang bersikap positif

maka akan cenderung mendukung sebaliknya jika seseorang bersikap

negatif maka ia akan cenderung mengganggu dan merusak objek.

Pada ibu hamil sikap komponen konatif ibu akan memiliki

kecenderungan bereaksi pada kehamilannya yang berkaitan dengan

perkembangan kehamilannya serta persalinan yang akan dihadapinya

dengan cara tertentu bereaksi positif atau reaksi negatif yang

menguntungkan atau merugikan ibu ataupun kehamilannya dan

bersikap sesuai kondisi tertentu (Witcahyo, 2015)

2.5.3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Menurut Lawrence Green dalam (Adventus, Jaya, & Mahendra,

2019) perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh :

45
1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terdiri dari umur, pekerjaan, pendidikan,

pengetahuan, sikap dan kepercayaan yang terdapat dalam diri individu

maupun masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.

2. Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin terdiri dari lingkungan dan jarak menuju

fasilitas kesehatan, untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan

sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku melakukan kunjungan

antenatal untuk memperoleh informasi seputar kehamilan.

3. Faktor Penguat

Faktor penguat terdiri atas dukungan keluarga, orang terdekat

atau masyarakat dorongan dari suami atau keluarga memperkuat

perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

2.6 Kecemasan

4.7.1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu respon yang tidak terfokus yag

meningkatnya kewaspadaan seseorang terhadap ancaman baik secara nyata

maupun pikiran, kecemasan memiliki perbedaan dengan ketakutan takut

merupakan reaksi terhadap ancaman yang terfokus sedangkan cemas tidak

terfokus (Amelia Kurniati, 2018). Kecemasan sering di deskripsikan

sebagai perasaan tertekan serta berpikiran tidak tenang kacau yang

dapat mengakibatkan reaksi tubuh mengalami perubahan seperti

menggigil, jantung berdetak kencang, berkeringat dingin, mual, badan

terasa lemas bahkan berefek seseorang sampai berimajinasi. (Enie

Noviestari, 2020).

46
Selama pandemi COVID-19 banyak memicu perubahan psikologis pada

47
kalangan masyarakat salah satunya ibu hamil banyak dari ibu hamil yang

mengalami kecemasan, perubahan yang terjadi di karenakan berubahnya

pola kehidupan masyarakat serta kebiasaan yang di batasi guna mengurangi

risiko tertular COVID-19. Kecemasan pada ibu hamil dapat menyebabkan

risiko preeklamsia, skor APGAR rendah, BBLR, pesalinan prematur

bahkan depresi (Akgor et al., 2021; Alipour, Ghadami, Farsham, &

Dorri, 2020; Ben-Ari, O. T., Chasson, M., Sharkia, S. A., & Weiss, 2020).

Ketidakpastian tentang durasi COVID-19 pandemi meningkatkan

tingkat kecemasan wanita hamil, namun belum ada informasi pasti tentang

pengaruh COVID- 19 tentang kesehatan mental wanita hamil

(Kahyaoglu Sut & Kucukkaya, 2020). Pandemi COVID-19 saat ini telah

menyebabkan meningkatnya kecemasan di kalangan ibu hamil. Karena

para wanita ini mengkhawatirkan anak mereka yang belum lahir dan

kondisi kesehatan mereka sendiri (Salehi et al., 2020). Permasalan

psikologi pada ibu hamil mengalami gejala depresif dan dan kecemasan

lebih tinggi saat adanya pandemi COVID-19 dibandingkan sebelumnya,

termasuk kecendungan ingin melukai dirinya sendiri sehingga

menimbulkan kondisi bahaya selama kehamilan sehingga dapat

berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan janinnya (Nurhasanah, 2020)

4.7.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kecemasan

Faktor penyebab terjadinya kecemasan ada 2 yaitu faktor internal dan

faktor ekternal, pada faktor internal yang terdiri atas yaitu kepercayaan

persalinan dan perasaan menjelang persalinan sedangkan faktor eksternal

48
terdiri atas informasi dari tenaga kesehatan dan dukungan suami (Rahmita,

2017)

4.7.3. Tingkatan Kecemasan

Menurut (Rahmita, 2017) tingkat kecemasan terdiri atas 4 tingkatan

yaitu :

1. Ansietas Ringan : merupakan suatu perasaan yang merasa ada sesuatu

yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus.

2. Ansietas Sedang : merupakan suatu perasaan yang menganggu dan

menyebabkan sedikit perasaan gugup.

3. Ansietas Berat : merupakan suatu perasaan yang di alami seseorang

yang merasa terdapat ancaman dan sesuatu yang berbeda yang

menyebabkan seseorang tidak berpikir tentang hal lain.

4. Ansietas Sangat Berat : merupakan suatu tingkat tertinggi dari

kecemasan atau ansietas yaitu dimana seseorang merasa di terror

dan menyebabkan respon fight dan tidak dapat merasakan apapun.

Menurut (Nursalam, 2015) tingkat kecemasan HARS (Hamiliton

Anxiety Rating Scale) penilaian kecemasan terbagi atas :

0 : tidak ada kecemasan (tidak ada gejala sama

sekali) 1 : ringan (hanya terdapat 1 gejala)

2 : sedang (separuh dari tanda gejala)

3 : berat (lebih dari separuh dari gejala yang

ada) 4 : sangat berat (semua gejala ada)

49
Menurut (Nursalam, 2015; Ramdan, 2019) komponen penilaian

HARS terdiri atas, perasaan, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, daya

ingat , depresi , ketegangan otot, gejala sensorik, gejala kardiovaskular,

gejala pernafasan, gejala gastrointestinal, gejala urogenetalia, gejala

vegetative

2.7 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan

Antenatal Semasa Pandemi COVID-19

Selama pandemi COVID-19 kunjungan antenatal mengalami

penurunan drastis hingga sampai saat ini, pengetahuan tentang infeksi

COVID-19 dalam hubungannya dengan kehamilan dan janin masih terbatas

dan belum ada rekomendasi spesifik untuk penanganan ibu hamil dengan

COVID-19. (Ariestanti et al., 2020). Berbagai upaya telah dilakukan

pemerintah dan lembaga lainnya untuk mensosialisasikan mengenai

COVID-19, tetapi masih banyak masyarakat yang belum memahaminya

secara keseluruhan. Hal tersebut juga disebabkan banyaknya informasi palsu

(hoax) yang beredar dan diyakini di tengah masyarakat mengenai informasi

COVID-19 mulai dari asal virus hingga kebijakan yang diambil oleh

pemerintah dalam pengendalian COVID-19 (Siregar et al., 2020).

Menurunnya tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap kepatuhan

ibu dalam melakukan kunjungan antenatal memiliki banyak keterbatasan

baik dari faktor pengetahuan hingga kesadaran ibu dalam melakukan

kunjungan (Kamal et al., 2020)

2.8 Hubungan Antara Sikap Dengan Kepatuhan Antenatal Semasa

Pandemi Covid-19

50
Sikap dapat mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan

keputusan termasuk keputusan dalam melakukan kunjungan antenatal,

Dengan terbentuknya sikap yang positif terhadap pentingnya ANC ibu

hamil dapat melakukan pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan

sehingga dapat memantau kondisi ibu dan janin, sehingga cakupan K1 dan K4

tercapai sesuai target. (Ariestanti et al., 2020). Sikap positif akan

melahirkan rasa tanggung jawab terhadap suatu tindakan. Perlu penekanan

kembali bahwa sikap yang positif akan melahirkan perilaku yang positif juga.

Ibu hamil yang memiliki sikap positif terhadap pencegahan COVID-19

akan mendapatkan manfaat besar, selain memperoleh informasi yang

cukup, juga dapat menerapakan tindakan tersebut dalam kehidupan sehari-

hari, sehingga hal ini akan berdampak positif bagi ibu hamil itu sendiri

yaitu dapat terhindar dari risiko COVID-19. (Dewi et al., 2020)

2.9 Hubungan Antara Kecemasan Dengan Kepatuhan Antenatal Semasa

Pandemi

Dalam situasi pandemi COVID-19 ini, banyak pembatasan hampir ke

semua layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.

Seperti ibu hamil menjadi enggan ke puskesmas atau fasiltas pelayanan

kesehatan lainnya karena takut tertular (Ariestanti et al., 2020). Batasan terkait

jarak sosial yang menghalangi komunikasi dengan kerabat, teman, dan orang

lain meningkatkan stres, kecemasan, dan depresi dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat pandemi COVID-19 saat ini telah menyebabkan meningkatnya

kecemasan di kalangan ibu hamil. Karena para wanita ini mengkhawatirkan

anak mereka yang belum lahir dan kondisi kesehatan mereka sendiri, maka

51
kecemasan COVID-19 juga dapat dianggap sebagai faktor yang berpengaruh

dalam kesehatan mental (Masjoudi, Aslani, Khazaeian, & Fathnezhad-

Kazemi, 2020)

2.10 Hubungan antara kepatuhan Antenatal Care (ANC) dengan

Masa Pandemi covid-19

Selama pandemi COVID-19 ibu harus waspada dan menghindari

kerumunan agar tidak tertular virus guna menghindari terjadinya risiko pada

persalinan (Pradana, Casman, & Nur’aini, 2020). Selama pandemi di

identifikasi adanya hubungan antara kepatuhan kunjungan antental dengan

pandemi COVID-19 yang di sebabkan karena menurunnya angka kunjungan

dan fasilitas kesehatan banyak yang tidak beroperasi hal ini menyebabkan

menurunnya motivasi dan kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan

antenatal (Nurmala Selly Saputri, Maudita Dwi Anbrani, Nina Toyamah,

2020)

52

Anda mungkin juga menyukai