OLEH :
NURHIDAYATI
NIM P07124222061
3. Tahapan Kehamilan
a. Konsepsi
Konsepsi atau biasa disebut fertilisasi terjadi ketika inti sel sperma
dari laki–laki memasuki inti sel ovum dari perempuan. Ovum yang
sudah dibuahi (dinamakan zigot) memerlukan waktu 6–8 hari untuk
berjalan ke dalam uterus. Perjalanannya di sepanjang tuba falopi
dibantu oleh kerja peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot yang
dilakukan oleh silia pada dinding tuba dan cairan yang dihasilkan oleh
epitelium bersilia. Sekitar 10 hari setelah terjadi fertilisasi, zigot
berkembang menjadi blastokist dan akan menanamkan dirinya dalam
endometrium. Implantasi/penanaman/nidasi biasanya terjadi pada pars
superior korpus uteri (bagian atas badan uterus) (Karjatin, 2016).
b. Nidasi
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium
blastula disebut blastokista (bastocys), suatu bentuk yang di bagian
luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner
cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan
berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista
diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblast. Trofoblas ini
sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan
nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas
bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan
kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon human
chorionic gonadotropin (HCG) dimulai, suatu hormon yang
memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseftif) dalam
proses implantasi embrio. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan
atau belakan uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi,
barulah dapat disebut kehamilan. Setelah nidasi berhasil, selanjutnya
hasil konsepsi akan tumbuh dan berkembang di dalam endometrium
(Saifuddin, 2014).
c. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada
manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah
fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi,
trofoblas invasif telah melakukan penetrasi kedalam pembuluh darah
endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-
ruangan yang berisi darah maternal dari pembulu-pembulu darah yang
dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-
ruangan interviler di mana villi korialis seolah-olah terapung-apung di
antara ruangan-ruangan tersebut sehingga terbentuknya plasenta
(Saifuddin, 2014).
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat di
identifikasikan dan dimulai pembentukan villi korialis. Sirkulasi darah
janin ini berakir di lengkungan kapilar (capillary loops) di dalam villi
korialis yang ruang intervilnya dipenuhi dengan darah maternal yang
dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Villi
korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu
plasenta (Saifuddin, 2014).
f. Sistem pernafasan
Pada umur kehamilan 32 minggu keatas, usus tertekan uterus yang
membesar kearahdiafragma, sehingga diafragma kurang leluasa
bergerak dan mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami
kesulitan bernafas.
g. Sistem Hematologi
Setelah 32-34 minggu kehamilan, hipervolemia yang telah lama
diketahui besarnya rata-rata adalah 40-45% diatas volume darah tak
hamil. Pada masin-masing wanita penambahan ini cukup bervariasi.
Pada sebagian hanya terjadi peningkatan ringan, sementara pada yang
lain volume darah hampir menjadi dua kali lipat. Volume darah ibu
bertambah sangat cepat selama trimester kedua. Kemudian
peningkatan ini jauh melambat selama trimester ketiga lalu mendatar
selama beberapa minggu terakhir kehamilan
5. Perubahan Psikologis Trimester III
Kehamilan trimester III merupakan periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Menurut Sulistyowati (2013) dalam Kuswanti (2022)
perubahan psikologis yang dapat terjadi pada kehamilan trimester 3 antara
lain:
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan
tidak menarik.
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu.
c. Takutakan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d. Khawatir bayi yang akan dilahirkannya dalam keadaan tidak normal.
Bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
f. Merasa kehilangan perhatian.
g. Merasa mudah terluka(sensitif).
h. Libido menurun
(Kuswanti, 2022)
11. Anemia
b. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel
darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah
itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen
ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013).
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11 gr/dl% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <
10,5 gr/dl% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya
dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi, terutama pada
trimester 2 (Sarwono, 2009).
c. Tingkatan Anemia
Klasifikasi anemia berdasarkan usia kehamilan :
1) Trimester 1, Hb 11,0 g/dl
2) Trimester 2, Hb 10,5 g/dl
3) Trimester 3, Hb 11,0 g/dl (Sarwono, 2014)
Klasifikasi anemia dengan menggunakan Hb Sahli (Manuaba, 2010),
didapatkan hasil sebagai salah satu dibawah ini.
1) Normal, bila 11 gr%
2) Ringan, bila 9 - 10 gr%
3) Sedang, bila 7 - 8 gr%
4) berat, bila < 7 %
d. Etiologi
Anemia sering terjadi selama kehamilan, dikarenakan terjadi
peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan mengencerkan
darah (hemodilusi). Tubuh mengalami perubahan yang signifikan saat
hamil.Jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20-30%, sehingga
memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan zat besi dan vitamin untuk
membuat hemoglobin. Ketika hamil tubuh membuat lebih banyak darah
untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh mungkin memerlukan darah
hingga 30% lebih banyak dari pada ketika tidak hamil. Jika tubuh tidak
memiliki cukup zat besi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah
merah yang di butuhkan untuk membuat darah ekstra. Banyak wanita
mengalami defesiensi besi pada TM II dan TM III (Proverawati, 2011).
2. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang
jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium
Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis.
3. Analisis
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan
pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi (kesimpulan) dari data
subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa
mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi
sangat dinamis.
Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien
akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus
diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah
melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis,
masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Spong, C. Y., & Dashe, J. S.
(2014). Williams obstetrics, 24e. Mcgraw-hill New York, NY, USA.
Dewi, V. N. L. (2012). Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta: Salemba
Medika, 30.
Karjatin, A. (2016). Keperawatan maternitas. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes, R. I. (2015). Pedoman penanggulangan kurang energi kronik (KEK)
pada ibu hamil. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2021). Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Kuswanti, I., Melina, F., & Tanebeth, M. O. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Antenatal Yoga dengan Sikap Ibu Hamil terhadap Antenatal
Yoga. Jurnal Publikasi Kebidanan, 13(1), 26–34.
Lily Yulaikhah, S. S. (2019). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Journal of Chemical Information and Modeling.
Manuaba, I. B. G. (2015). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga
berencana untuk pendidikan bidan.
Marmi, & Rahardjo, K. (2018). Asuhan Neonatus Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Pustaka Pelajar.
Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono.
RINI, I. U. S. (2017). ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA
KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS, DAN
PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) SUNTIK 3 BULAN
PADA NY. M UMUR 32 TAHUN DI PUSKESMAS II KEMBARAN, KEC.
KEMBARAN, KABUPATEN BANYUMAS. UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO.
Saifuddin, A. B. (2014). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Sutanto, V. A., & Fitriana, Y. (2019). Asuhan Pada Kehamilan (Panduan
Lengkap Asuhan Selama Kehamilan Bagi Praktisi Kebidanan). Pustaka
Baru Press. Yogyakarta.
Varney, H., Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Edisi 4 Volume 2. Jakarta: Egc, 672–788.
Wahida, Z. (2017). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap
Perubahan Status Gizi Ibu Hamil. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan,
7(1).
Wardani, R. P. (2012). Hubungan Antara Usia Kehamilan.
Yanti, D. (2017). Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Bandung: PT Refika
Aditama.