Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN FISIOLOGIS


DI PUSKESMAS GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Stase Holistik Kehamilan Program


Pendidikan Profesi Kesehatan Jurusan Kebidanan Tahun 2022

OLEH :
NURHIDAYATI
NIM P07124222061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Fisiologis Holistik Kehamilan Asuhan


Kebidanan Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat di Puskesmas
Gunungsari Kabupaten Lombok Barat telah diperiksa dan disahkan pada tanggal
Oktober 2022.

Mataram, Nopember 2022

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

Hj.Haerun Fahni,S.ST Syajaratuddur Faiqah,S.SiT.,M.Kes

Nip. 196903181993022003 Nip.197608032003122002


TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan Trimester III
Kehamilan adalah keadaan dimana terdapat janin pada Rahim ibu, ini
merupakan sistuasi yang alami dan normal untuk melanjutkan keturunan
dengan diawali proses konsepsi atau pertemuan ovum dan sperma,
kemudian dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi dan implantasi (Kemenkes,
2012).
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang
terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan
spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot
kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta
dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 2015).
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Maka, dapat
disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan
sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi
dan plasenta melalui jalan lahir (Lily, 2019)
Trimester ketiga adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di
dalam tubuh pada 28 – 40 minggu. Pada trimester ketiga rasa lelah,
ketidaknyamanan, dan depresi ringan akan meningkat. Tekanan darah ibu
hamil biasanya meninggi, dan kembali normal setelah melahirkan
(Wardani, 2012).
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda gejala kehamilan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
a. Tanda dan gejala kehamilan tidak pasti
1) Ibu tidak menstruasi
Hal ini seringkali menjadi pertama kehamilan. Jika ini terjadi, ada
kemungkinan ibu hamil, tanda sebab berhentinya haid adalah
pertanda dibuahinya sel telur oleh sperma. Kemungkinan penyebab
tanda lain adalah gizi buruk, masalah emosi, atau menopause
(berhenti haid).
2) Mual atau ingin muntah
Banyak ibu hamil yang merasakan mual di pagi hari (morning
sickness), namun ada beberapa ibu yang mual sepanjang hari.
Kemungkinan penyebab lain dari mual adalah penyakit atau
parasit.
3) Payudara menjadi peka
Payudara lebih lunak, sensitif, gatal dan berdenyut seperti
kesemutan dan jika disentuh terasa nyeri. Hal ini menunjukkan
peningkatan produksi hormone esterogen dan progesteron.
4) Ada bercak darah dan keram perut
Adanya bercak darah dank ram perut disebabkan oleh implantasi
atau menempelnya embrio ke dinding ovulasi atau lepasnya sel
telur matang dari Rahim. Hal ini merupakan keadaan yang normal.
5) Ibu merasa letih dan mengantuk sepanjang hari
Rasa letih dan mengantuk umum dirasakan pada 3 atau 4 bulan
pertama kehamilan. Hal ini diakibatkan oleh perubahan hormone
dan kerja ginjal, jantung serta paru-paru yang semakin keras untuk
ibu dan janin. Kemungkinan penyebab lain tanda ini adalah
anemia, gizi buruk, masalah emosi dan terlalu banyak bekerja.
6) Sakit kepala
Sakit kepala terjadi karena lelah, mual, dan tegang serta depresi
yang disebabkan oleh perubahan hormone tubuh saat hamil.
Meningkatnya pasokan darah ke tubuh juga membuat ibu hamil
pusing setiap ganti posisi.
7) Ibu sering berkemih
Tanda ini terjadi pada 3 bulan pertama dan 1 hingga 2 bulan
terakhir kehamilan. Kemungkinan penyebab lain tanda ini adalah
stress, infeksi, diabetes, ataupun infeksi saluran kemih.
8) Sembelit
Sembelit dapat disebabkan oleh meningkatnya hormon
progesteron. Selain mengendurkan otot rahim, hormon itu juga
mengendurkan otot dinding usus, sehingga memperlambat gerakan
usus agar penyerapan nutrisi janin lebih sempurna.
9) Temperatur basal tubuh naik
Temperature basal adalah suhu yang diambil dari mulut saat
bangun pagi. Temperature ini sedikit meningkat setelah ovulasi
dan akan turun ketika mengalami haid.
10) Ngidam
Tidak suka atau tidak ingin makanan tertentu merupakan ciri khas
ibu hamil. Penyebabnya adalah perubahan hormone.
(Sutanto & Fitriana, 2019)
b. Tanda dan gejala pasti kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan pasti antara lain :
1) Ibu merasakan gerakan kuat bayi di dalam perutnya. Sebagian
besar ibu mulai merasakan tendangan bayi pada usia kehamilan
lima bulan.
2) Bayi dapat dirasakan di dalam Rahim. Semenjak umur kehamilan 6
atau 7 bulan.
3) Denyut jantung bayi dapat terdengar. Saat usia kehamilan
menginjak bulan ke5 atau ke-6 denyut jantung bayi terkadang
dapat didengar menggunakan instrument yang dibuat untuk
mendengarkan, seperti stetoskop atau fetoskop.
4) Tes kehamilan medis menunjukkan bahwa ibu hamil. Tes ini
dilakukan dengan perangkat tes kehamilan di rumah atau di
laboratorium dengan urine atau darah ibu.
(Sutanto & Fitriana, 2019)
c. Tanda kemungkinan kehamilan
1) Perut membesar.
2) Uterus membesar sesuai dengan usia kehamilannya.
3) Terdapat tanda Chadwick, yaitu warna kebiru-biruan pada serviks
dan vagina.
4) Terdapat tanda Hegar, yaitu segmen bawah rahim yang lebih lunak
dari bagian lain. Hal ini ditemukan pada usia kehamilan 6-2
minggu.
5) Terdapat tanda Piscaseck, yaitu adanya tempat yang kosong pada
rongga uterus karena embrio biasanya terletak disebelah atas,
dengan bimanual akan terasa benjolan yang asimetris.
6) Braxton Hicks, yaitu kontraksi-kontraksi kecil pada uterus.
7) Teraba Ballotement
8) Reaksi kehamilan positif
(Sutanto & Fitriana, 2019)

3. Tahapan Kehamilan
a. Konsepsi
Konsepsi atau biasa disebut fertilisasi terjadi ketika inti sel sperma
dari laki–laki memasuki inti sel ovum dari perempuan. Ovum yang
sudah dibuahi (dinamakan zigot) memerlukan waktu 6–8 hari untuk
berjalan ke dalam uterus. Perjalanannya di sepanjang tuba falopi
dibantu oleh kerja peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot yang
dilakukan oleh silia pada dinding tuba dan cairan yang dihasilkan oleh
epitelium bersilia. Sekitar 10 hari setelah terjadi fertilisasi, zigot
berkembang menjadi blastokist dan akan menanamkan dirinya dalam
endometrium. Implantasi/penanaman/nidasi biasanya terjadi pada pars
superior korpus uteri (bagian atas badan uterus) (Karjatin, 2016).

b. Nidasi
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium
blastula disebut blastokista (bastocys), suatu bentuk yang di bagian
luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner
cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan
berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista
diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblast. Trofoblas ini
sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan
nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas
bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan
kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon human
chorionic gonadotropin (HCG) dimulai, suatu hormon yang
memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseftif) dalam
proses implantasi embrio. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan
atau belakan uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi,
barulah dapat disebut kehamilan. Setelah nidasi berhasil, selanjutnya
hasil konsepsi akan tumbuh dan berkembang di dalam endometrium
(Saifuddin, 2014).
c. Plasentasi 
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada
manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah
fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi,
trofoblas invasif telah melakukan penetrasi kedalam pembuluh darah
endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-
ruangan yang berisi darah maternal dari pembulu-pembulu darah yang
dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-
ruangan interviler di mana villi korialis seolah-olah terapung-apung di
antara ruangan-ruangan tersebut sehingga terbentuknya plasenta
(Saifuddin, 2014).
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat di
identifikasikan dan dimulai pembentukan villi korialis. Sirkulasi darah
janin ini berakir di lengkungan kapilar (capillary loops) di dalam villi
korialis yang ruang intervilnya dipenuhi dengan darah maternal yang
dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Villi
korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu
plasenta (Saifuddin, 2014).

4. Perubahan Fisiologis Trimester III


Perubahan Anatomis dan fisiologis pada perempuan hamil sebagian
besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama
kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respons terhadap janin.
Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua perubahan ini
akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan
menyusui selesai (Prawirohardjo, 2016).
Dalam Kuswanti (2022) perubahan fisiologis ibu hamil trimester III
adalah :
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Pada Trimester III, isthmus lebih nyata menjadi bagian dari korpus
uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR).
Kontraksi otot-otot bagian atas uterus menjadikan SBR lebih lebar
dan tipis, tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih
tebal dan segmen bawah yang lebih tipis.
b. Sistem perkemihan
Keluhan sering kencing akan timbul lagi karena pada akhir
kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul dan kandung
kemih akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi
yang menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi pada pelvis kiri
akibat pergeseran uterus yang berat kanan akibat adanya kolon
rektosigmoid disebelah kiri. Perubahan ini membuat pelvis dan ureter
mampu menampung urin lebih banyak dan memperlambat laju aliran
urin. Menurut Marmi (2018) sering kencing adalah BAK lebih sering
4-8 kali/hari atau terbangun saat malam hari untuk BAK lebih dari
sekali.
c. Sistem musculoskeletal
Selama trimester ketiga, otot rektus abdominalis dapat memisah
menyebabkan isi perut menonjol digaris tengah. Umbilikus menjadi
lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan, tonus otot secara
bertahap kembali tetapi, pemisahan otot (diastasis recti) menetap.
Dilain pihak, sendi tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan
karena janin membesar dalam abdomen.
Untuk mengkompensasikan penambahan berat ini, bahu lebih
tertarik ke belakang, dan tulang belakang lebih melengkung, sendi
tulang belakang lebih lentur, dapat menyebabkan nyeri tulang
punggung pada wanita. Payudara yang besar dan posisi bahu yang
bungkuk saat berdiri akan semakin membuat kurva punggung dan
lumbal semakin menonjol. Pergerakan menjadi lebih sulit. Kram otot-
otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum selama kehamilan.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berhubungan dengan metabolisme
otot, atau postur yang tidak seimbang.
d. Sistem kardiovaskular
Aliran darah meningkat dengan cepat seiring dengan pembesaran
uterus. Pada umumnya, tekanan darah arterial turun mencapai titik
terendah selama trimester kedua atau awal trimester ketiga dan setelah
itu meningkat. Semua kenaikan tekanan darah yang menetap 30 mmHg
sistolik atau 15 mmHg diastolik dalam keadaan basal, merupakan
petunjuk kelainan dan yang paling mungkin adalah penyakit hipertensi
akibat kehamilan (Cunningham, 2014)
e. Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Cara menghitung Indeks Masa Tubuh adalah dengan
menggunakan rumus berat badan dibagi tinggi badan dalam meter
pangkat dua.
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik
dianjurkan menambah BB per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada
perempuan dengan BB kurang atau berlebih dianjurkan menambah BB
per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.
Tabel rekomendasi kenaikan BB selama hamil berdasarkan IMT
Kategori IMT Rekomendasi
Rendah < 19,8 kg/m2 12,5 – 18 kg
Normal 19,8 - 26 kg/m2 11,5 – 16 kg
Tinggi 26 – 29 kg/m2 7 – 11,5 kg
Obesitas > 29 kg/m2 ≤ 7 kg
Gemeli 16-20,5 kg

f. Sistem pernafasan
Pada umur kehamilan 32 minggu keatas, usus tertekan uterus yang
membesar kearahdiafragma, sehingga diafragma kurang leluasa
bergerak dan mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami
kesulitan bernafas.
g. Sistem Hematologi
Setelah 32-34 minggu kehamilan, hipervolemia yang telah lama
diketahui besarnya rata-rata adalah 40-45% diatas volume darah tak
hamil. Pada masin-masing wanita penambahan ini cukup bervariasi.
Pada sebagian hanya terjadi peningkatan ringan, sementara pada yang
lain volume darah hampir menjadi dua kali lipat. Volume darah ibu
bertambah sangat cepat selama trimester kedua. Kemudian
peningkatan ini jauh melambat selama trimester ketiga lalu mendatar
selama beberapa minggu terakhir kehamilan
5. Perubahan Psikologis Trimester III
Kehamilan trimester III merupakan periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Menurut Sulistyowati (2013) dalam Kuswanti (2022)
perubahan psikologis yang dapat terjadi pada kehamilan trimester 3 antara
lain:
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan
tidak menarik.
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu.
c. Takutakan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d. Khawatir bayi yang akan dilahirkannya dalam keadaan tidak normal.
Bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
f. Merasa kehilangan perhatian.
g. Merasa mudah terluka(sensitif).
h. Libido menurun
(Kuswanti, 2022)

6. Fisiologi Pertumbuhan Janin Trimester III


Fisiologi pertumbuhan janin trimester III, antara lain :
a. Minggu ke-28
Pada akhir minggu ke-28, panjang ubun-ubun bokong adalah sekitar
25 cm dan berat janin sekitar 1.100 gram. Masuk trimester ke-3,
dimana terdapat perkembangan otak yang cepat, sistem saraf
mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata mulai membuka
(Saifuddin, 2014). Surfaktan mulai dihasilkan di paru-paru pada usia
26 minggu, rambut kepala makin panjang, kuku-kuku jari mulai
terlihat (Varney, 2017).
b. Minggu ke-32
Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan
pemisahan bayi setelah lahir. Bayi sudah tumbuh 38-43 cm dan
panjang ubun-ubun bokong sekitar 28 cm dan berat sekitar 1.800 gr
Mulai menyimpan zat besi, kalsium, dan fosfor (Dewi, 2012). Bila
bayi dilahirkan ada kemungkinan hidup 50-70 % (Saifuddin, 2014).
c. Minggu ke-36
Berat janin sekitar 1.500-2.500 gram. Lanugo mulai berkurang, saat 35
minggu paru telah matur, janin akan dapat hidup tanpa kesulitan
(Saifuddin, 2014). Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa
bergerak atau berputar banyak (Dewi, 2012). Kulit menjadi halus tanpa
kerutan, tubuh menjadi lebih bulat lengan dan tungkai tampak montok.
Pada janin laki-laki biasanya testis sudah turun ke skrotum (Varney,
2017).
d. Minggu ke-38
Usia 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi
seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas
normal (Saifuddin, 2014).
Tabel Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
Usia Panjang Ciri khas
kehamilan janin
Organogenesis
4 minggu 7,5–10 mm Rudimeter : hidung, telinga dan mata
8 minggu 2,5 cm Kepala fleksi ke dada, hidung, kuping
dan jari terbentuk
12 minggu 9 cm Kuping lebih jelas, kelopak mata
terbentuk, genetalia eksterna terbentuk
Usia Fetus
16 minggu 16-18 cm Genetal jelas terbentuk, kulit merah tipis,
uterus telah penuh, desidua parietalis dan
kapsularis
20 minggu 25 cm Kulit tebal dengan rambut lanugo
24 minggu 30-32 cm Kelopak mata jelas, alis dan bulu tampak
Usia parietal
28 minggu 35 cm Berat badan 1000 gram,
menyempurnakan janin
40 minggu 50-55 cm Bayi cukup bulan, kulit berambut dengan
baik, kulit kepala tumbuh baik, pusat
penulangan pada tibia proksimal.

7. Ketidaknyamanan Dalam Trimester III Dan Cara Mengatasinya


Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu,
yang semuanya membutuhkan adaptasi, baik fisik maupun psikologis.
Meskipun normal, tetap perlu diberikan pencegahan dan perawatan.
Ketidaknyamanan tersebut diantaranya (Irianti, Bayu, dkk, (2013) dalam
Rini (2017)) :
No. Ketidaknyamanan Cara Mengatasi
1 Sering buang air a) Ibu hamil disarankan untuk tidak minum
kecil saat 2-3 jam sebelum tidur.
b) Kosongkan kandung kemih sesaat
sebelum tidur.
c) Agar kebutuhan air pada ibu hamil tetap
terpenuhi, sebaiknya minum lebih banyak
pada siang hari.
2 Pegal-pegal a) Sempatkan untuk berolahraga.
b) Senam hamil.
c) Mengkonsumsi susu dan makanan yang
kaya kalsium.
d) Jangan berdiri / duduk / jongkok terlalu
lama
e) Anjurkan istirahat tiap 30 menit.
3 Hemoroid a) Hindari konstipasi.
b) Makan-makanan yang berserat dan banyak
minum.
c) Gunakan kompres es atau air hangat.
d) Bila mungkin gunakan jari untuk
memasukan kembaliu hemoroid ke dalam
anus dengan pelan-pelan.
e) Bersihkan anus dengan hati-hati sesudah
defekasi.
f) Usahakan BAB dengan teratur.
g) Ajarkan ibu dengan posisi knee chest 15
menit/hari.
h) Senam kegel untuk menguatkan perinium
dan mencegah hemoroid.
i) Konsul ke dokter sebelum menggunakan
obat hemoroid.
4 Kram dan nyeri a) Lemaskan bagian yang kram dengan cara
pada kaki mengurut.
b) Pada saat bangun tidur, jari kaki
ditegakkan sejajar dengan tumit untuk
mencegah kram mendadak.
c) Meningkatkan asupan kalsium.
d) Meningkatkan asupan air putih.
e) Melakukan senam ringan.
f) Istirahat cukup.
5 Gangguan a) Latihan nafas melalui senam hamil.
pernafasan b) Tidur dengan bantal yang tinggi.
c) Makan tidak terlalu banyak.
d) Konsultasi dengan dokter apabila ada
kelainan asma dll.
6 Oedema a) Meningkatkan periode istirahat dan
berbaring dengan posisi miring kiri.
b) Meninggikan kaki bila duduk.
c) Meningkatkan asupan protein.
d) Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas
cairan sehari untuk membantu diuresis
natural.
e) Menganjurkan kepadaa ibu untuk cukup
berolahraga.
7 Perubahan libido a) Informasikan pada pasangan bahwa
masalah ini normal dan dipengaruhi oleh
hormon esterogendan atau kondisi
psikologis.
b) Menjelaskan pada ibu dan suami untuk
mengurangi frekuensi hubungan seksual
selama masa kritis.
c) Menjelaskan pada keluarga perlu
pendekatan dengan memberikan kasih
sayang pada ibu.

8. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III


Menurut Romauli (2011:202) tanda bahaya yang dapat terjadi pada
ibu hamil trimester III, yaitu:
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau
perdarahan antepartum.
b. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester
ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan. Bila
plasenta yang terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila
hanya sebagian disebut solusio plasenta parsialis atau bisa juga hanya
sebagian kecil pinggir plasenta yang lepas disebut rupture sinus
marginalis.
c. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya
pembukaanjalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak pada
bagian atas uterus.
d. Keluar cairan pervaginam
Pengeluaran cairan pervaginam pada kehamilan lanjut merupakan
kemungkinan mulainya persalinan lebih awal. Bila pengeluaran berupa
mucus bercampur darah dan mungkin disertai mules, kemungkinan
persalinan akan dimulai lebih awal. Bila pengeluaran berupa cairan,
perlu diwaspadai terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Menegakkan
diagnosis KPD perlu diperiksa apakah cairan yang keluar tersebut
adalah cairan ketuban. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
speculum untuk melihat darimana asal cairan, kemudian pemeriksaan
reaksi Ph basa.
e. Gerakan janin tidak terasa
Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia
kehamilan 22 minggu atau selama persalinan, maka waspada terhadap
kemungkinan gawat janin atau bahkan kematian janin dalam uterus.
Gerakan janin berkurang atau bahkan hilang dapat terjadi pada solusio
plasenta dan ruptur uteri.
f. Nyeri perut yang hebat
Nyeri perut kemungkinan tanda persalinan preterm, ruptur uteri,
solusio plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi pada ruptur uteri
disertai shock, perdarahan intra abdomen dan atau pervaginam, kontur
uterus yang abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada.
g. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
9. Penatalaksanaan Pada Kehamilan Trimester III
Antenatal Care / ANC sering disebut dengan perawatan kehamilan.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2014). Kunjungan antenatal
adalah kontak antara Ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi
pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan
(Kemenkes R1, 2015).
Pemeriksaan Antenatal Care terbaru sesuai dengan standar pelayanan
yaitu minimal 6 kali pemeriksaan selama kehamilan, dan minimal 2 kali
pemeriksaan oleh dokter pada trimester I dan III. 2 kali pada trimester
pertama (kehamilan hingga 12 minggu), 1 kali pada trimester kedua
(kehamilan diatas 12 minggu sampai 26 minggu), 3 kali pada trimester
ketiga (kehamilan diatas 24 minggu sampai 40 minggu) (Kemenkes RI,
2021).
Dalam memberikan asuhan/pelayanan maka bidan harus memenuhi
standar minimal 10T (Kemenkes RI, 2021), yaitu:
a. Timbang BB dan ukur TB
Tinggi badan yang normal untuk menentukan faktor risiko pada
ibu hamil adalah > 145 cm, sedangkan kenaikan berat badan yang
normal pada kehamilan adalah minimal 9. Tentukan IMT, untuk
mengetahui kenaikan berat badan yang direkomendasikan. (Kemenkes
RI, 2021).
IMT Pra-Kehamilan Rekomendasi peningkatan berat badan
<18,5 12,5-18 kg
10,5-24,9 11,5-16 kg
25,0-29,9 7-11,5 kg
≥30 5-9 kg
b. Ukur Tekanan Darah 
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 
140/90 mmhg, atau kenaikan systole ≥ 30 dan diastole ≥ 15).
Melakukan perhitungan MAP (Mean Arterial Presure) pada kehamilan
<20 minggu.
Rumus perhitungan MAP : ((2 X D) + S) : 3. Jika hasil ≥ 90
mmHg maka perlu diwaspadai (Kemenkes RI, 2021)
c. Nilai Status Gizi dengan Mengukur LILA 
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh
tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko KEK
(Kurang Energi Kronis), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Kemenkes RI, 2021).
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri 
Ukur tinggi fundus uteri dliakukan setiap kunjungan. (Kemenkes
RI, 2021) 
Tabel 1.2. Usia kehamilan dan tinggi fundus uteri. 
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
12 minggu 3 jari setinggi simfisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu  3 jari dibawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
32 minggu ½ pusat – prosesus xifoideus
36 minggu 3 jari dibawah prosesus xifoideus
40 Minggu ½ pusat - prosesus xifoideus

e. Tentukan presentasi janin dan dengarkan denyut jantung janin (DJJ)


DJJ normal adalah 120-160 x/menit. Presentasi janin normal
adalah kepala diatas symphysis. Menentukan presentasi janin
dilakukan setiap kali kunjungan. Presentasi janin bukan kepala segera
rujuk. (Kemenkes RI, 2021) 
f. Skrining TT dan Beri Imunisasi TT Bila Perlu
Skrining TT dilakukan pada kunjungan pertama. Selain akan
diketahui status TT pada saat kunjungan pertama juga akan diketahui
perlu/tidak diberikan suntik TT pada kehamilan yg sedang
berlangsung. (Kemenkes RI, 2021).
Status TT Interval Minimal Masa Perlindungan
T1 Langkah awal
pembentukan
kekebalan
T2 1 bulan setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 12 bulan setelah T3 10 tahun
T5 12 bulan setalah T4 Lebih dari 25 tahun

g. Pemberian Tablet Fe Selama Kehamilan 


Tablet tambah darah diberikan 270 tablet diminum 1 tablet setiap
hari yang perlu diingat :
1) Diminum sesudah makan malam atau menjelang tidur. 
2) Hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat
menganggu proses penyerapan. 
3) Hendaknya meminum dengan vitamin C, segera minum pil setelah
rasa mual, muntah menghilang. (Kemenkes RI, 2021)
h. Tes Laboratorium Rutin dan Khusus
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium
yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, Hb,
dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/ epidemi (malaria, HIV dll).
Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan
laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang
melakukan kunjungan antenatal. (Kemenkes RI, 2021)
i. Tata Laksana Kasus
Tatalaksana kasus dalam bentuk asuhan kebidanan dibuat secara
berkesinambungan untuk semua ibu hamil yang berkunjung
memeriksakan kehamilannya. Tatalaksana kasus hendaknya
dilaksanakan oleh semua bidan yang memberikan pelayanan kepada
ibu hamil. Apabila ditemukan masalah, segera ditangani atau dirujuk
(Kemenkes RI, 2021).
j. Temu Wicara (Konseling)
Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Temu
wicara dilakukan setiap kunjungan meliputi kesehatan ibu, perilaku
hidup sehat, maupun peran suami/keluarga dalam kehamilan.
(Kemenkes RI, 2021).

10. Kekurangan Energi Kronis


a. Pengertian KEK
Kehamilan merupakan suatu proses faali yang menjadi awal
kehidupan generasi berikutnya. Salah satu kebutuhan esensial untuk
proses reproduksi sehat adalah terpenuhinya kebutuhan energi, protein,
karbohidrat, vitamin, mineral dan cairan termasuk air serta serat yang
cukup baik kuantitas maupun kualitas. Kurangnya asupan energi yang
berasal dari zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun
zat gizi mikro terutama vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi,
seng, kalsium dan iodium dan zat mikro lain pada wanita usia subur
yang berkelanjutan (remaja sampai masa kehamilan), mengakibatkan
terjadinya Kurang Energi Kronik (KEK) pada masa kehamilan yag
diawali dengan kejadian risiko KEK dan ditandai oleh rendahnya
cadangan energi dalam jangka waktu cukup lama yang diukur dengan
Lingkar Lengan Atas (LILA)(Kemenkes, 2015)
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) adalah kurangnya asupan
energi yang berlangsung lama/kronik dengan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu. Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah
dengan mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan
melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada
pada kondisi yang baik. Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang
mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi
Kronis (KEK) dan Anemia gizi. Ibu hamil dengan ukuran Lingkar
Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm dinyatakan menderita KEK (Kemenkes
RI, 2015).
Cara mengukur LILA pada ibu hamil :
1) Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku
lengan kiri.
2) Lengan harus dalam keadaan bebas, artinya otot lengan tidak
tegang.
3) Alat ukur tidak kusut (permukaan rata).
4) Tetapkan letak bahu dan letak siku tangan.
5) Tetapkan titik tengah lengan atas. Caranya rentangkan pita dari
bahu ke arah siku, tentukan tengah-tengah lengan atas ibu.
6) Lengkarkan pita ukur tepat pada tengah-tengah lengan atas ibu.
7) Bacalah skalanya secara benar. Bila masih berada di bagian merah,
maka ibu tersebut tergolong sangat kurus atau menderita KEK.
b. Penyebab KEK
1) Penyebab langsung
Konsumsi gizi tidak cukup dan penyakit.
2) Penyebab tidak langsung
Persediaan makanan tidak cukup, pola asuh tidak memadai,
kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan tidak memadai.
Kurang pendidikan, pengetahuan dan keterampilan (Kemenkes RI,
2015).
c. Zat gizi ibu hamil
Saat hamil, kondisi fisiologis ibu berubah, seperti sel-sel darah
merah bertambah, jumlah plasma meningkat, uterus dan payudara
membesar serta berkembangnya janin dan plasenta. Pembentukan dan
perkembangan organ-organ vital janin, termasuk pembentukan kepala
dan sel-sel otak, terjadi pada trimester 1. Selama trimester II dan III,
semua fungsi organ janin mengalami pematangan dan penyempurnaan.
Selama masa ini, janin tumbuh sangat cepat, ditandai dengan
pertambahan berat badan ibu yang paling besar. Kekurangan gizi yang
terjadi selama ibu hamil trimester II dan III dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin terhambat. Oleh karena itu makanan dan minuman
ibu hamil yang dikonsumsi harus dapat memenuhi kebutuhan gizi
untuk menjamin kesehatan ibu dan janin (Wahida, 2017).
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber
daya manusia. Peran gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya
manusia telah dibuktikan dari berbagai penelitian. Gangguan gizi pada
awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya.
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Jika status gizi sebelum
dan selama hamil normal maka kemungkinan besar ibu akan
melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal
(Budhiharti, 2016).
Menurut Kemenkes RI (2015) Ibu hamil dan janin yang sehat
perlu memperhatikan 2 hal yaitu asupan makanan dan kenaikan berat
badan ibu untuk mencapai gizi optimal, asupan makanan sebaiknya
memenuhi prinsip gizi seimbang yaitu:
1) Meningkatkan asupan makanan yang mengandung sumber energi
atau tenaga contohnya nasi, jagung, kentang, ubi, singkong, tepung
terigu/beras dan produk olahannya (roti, biskuit, kue)
2) Sumber protein sebagai zat pembangun yang bisa didapatkan dari:
Protein hewani (ikan, ayam, daging, telur, susu)
3) Protein nabati (kacang kedelai, tempe, tahu, oncom, kacang merah)
4) Sumber vitamin dan mineral berupa buah-buahan dan sayur-
sayuran yang beragam.
5) Minum air paling sedikit 2 liter setiap hari, yaitu sebanyak 8 – 10
gelas sehari.
6) Menghindari mengkonsumsi minuman ringan, soda, alkohol, kopi
dan minuman kemasan lainnya.
7) Menghindari makanan yang banyak mengandung zat pewarna,
pengawet dan penambah rasa atau makanan kemasan.
Memantau kenaikan berat badan ibu selama hamil:
1) Kenaikan berat badan ibu selama hamil menandakan keadaan gizi
ibu dan sebagai salah satu tanda keadaan kesehatan ibu.
2) Kenaikan berat badan ibu hamil yang diharapkan adalah 0,5 kg
setiap minggu atau 2 kg setiap 1 bulan.
3) Jika kenaikan berat badan ibu hamil kurang dari 2 kg dalam 1 blan,
harap segera meminta kedapa bidan atau dokter untuk merujuk ke
ahli gizi terdekat, agar segera diperiksa dan mendapat bantuan
terkait masalah gizi ibu.
d. Akibat Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Dampak ibu hamil KEK berisiko menurunkan kekuatan otot yang
membantu proses persalinan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
partus lama dan perdarahan pasca salin, bahkan kematian ibu. Risiko
pada bayi dapat mengakibatkan terjadi kematian janin (keguguran),
prematur, lahir cacat, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) bahkan
kematian bayi, mengganggu tumbuh kembang janin yaitu pertumbuhan
fisik (stunting), otak dan metabolisme yang menyebabkan penyakit
tidak menular di usia dewasa KEK (Kemenkes RI, 2015).
Ibu yang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) selama masa
kehamilan akan berdampak negatif pada siklus kehidupan
keturunannya. Ibu KEK umumnya memiliki kenaikan berat badan
hamil yang rendah (tidak memadai untuk mendukung kehamilannya).
Akibatnya berat badan bayi yang dilahirkan rendah atau biasa disebut
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang ditandai dengan berat
badan lahir kurang dari 2.500 gram. (Fikawati, 2015).
Akibat lain yang ditimbulkan karena ibu menderita KEK saat
kehamilan adalah terus menerus merasa letih, kesemutan, muka
tampak pucat, kesulitan sewaktu melahirkan dan air susu yang keluar
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga bayi akan
kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui. Akibat pada janin yang
dikandung ibu adalah bisa menyebabkan keguguran, pertumbuhan
janin terganggu, perkembangan otak janin terhambat hingga
kemungkinan nantinya kecerdasan anak kurang, bayi lahir sebelum
waktunya (prematur) dan kematian pada bayi (Helena, 2013).

11. Anemia
b. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel
darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah
itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen
ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013).
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11 gr/dl% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <
10,5 gr/dl% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya
dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi, terutama pada
trimester 2 (Sarwono, 2009).

c. Tingkatan Anemia
Klasifikasi anemia berdasarkan usia kehamilan :
1) Trimester 1, Hb 11,0 g/dl
2) Trimester 2, Hb 10,5 g/dl
3) Trimester 3, Hb 11,0 g/dl (Sarwono, 2014)
Klasifikasi anemia dengan menggunakan Hb Sahli (Manuaba, 2010),
didapatkan hasil sebagai salah satu dibawah ini.
1) Normal, bila 11 gr%
2) Ringan, bila 9 - 10 gr%
3) Sedang, bila 7 - 8 gr%
4) berat, bila < 7 %

d. Etiologi
Anemia sering terjadi selama kehamilan, dikarenakan terjadi
peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan mengencerkan
darah (hemodilusi). Tubuh mengalami perubahan yang signifikan saat
hamil.Jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20-30%, sehingga
memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan zat besi dan vitamin untuk
membuat hemoglobin. Ketika hamil tubuh membuat lebih banyak darah
untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh mungkin memerlukan darah
hingga 30% lebih banyak dari pada ketika tidak hamil. Jika tubuh tidak
memiliki cukup zat besi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah
merah yang di butuhkan untuk membuat darah ekstra. Banyak wanita
mengalami defesiensi besi pada TM II dan TM III (Proverawati, 2011).

e. Patofisiologi anemia dalam kehamilan


Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45%-65% dimulai
pada trimester II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan
meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta
kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang 19 miningkatkan
volume plasma seperti laktogen plasma, yang
menyebabkan.Peningkatan sekresi aldesteron.Anemia selama
kehamilan akibat peningkatan volume darah merupakan anemia ringan
dan anemia sedang.Anemia yang lebih berat bisa meningkatkan resiko
tinggi pada bayi (Rukiyah, 2010).
f. Pencegahan dan penanganan anemia
1) Pencegahan anemia
Untuk mencegah terjadinya anemia ibu hamil harus melakukan,
pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,
yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa
sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka di lakukan
pemberian Fe sebanyak 90 tablet pada ibu hamil (Manuaba, 2010).
Nutrisi yang baik juga bisa mencegah terjadinya anemia pada
kehamilan, makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti
sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang
tanah). Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki
cukup zat besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27
mg zat besi setiap hari, pastikan bahwa wanita hamil dicek pada
kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia
(Proverawati, 2011).
2) Penanganan Anemia Ringan
a) Motivasi ibu untuk mengosumsi makanan zat besi seperti telur
dan sayuran hijau, serta makanan yang meningkatkan absorbsi zat
besi, seperti jus jeruk, dan memberikan informasi mengenai
nutrisi dan kehamilan.
b) Penderita anemia ringan harus di programkan untuk mendapatkan
pelayanan di unit spesialis (kolaborasi dengan dr. SpOG).
c) Penderita anemia ringan harus sering istirahat yaitu tidur pada
malam hari kurang lebih 7-8 jam, siang hari kurang lebih 1-2 jam
(Rukiyah, 2010).
d) Tablet Fe harus dikonsumsi satu jam sebelum makan atau sesudah
makan pada malam hari, dengan jus jeruk atau apel.
1) Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh,
susu dan kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi
dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
2) Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak
membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual,
susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.
3) Untuk mengurangi gejala sampingan, minum tablet besi setelah
makan malam menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah
minum tablet besi disertai makan buah-buahan seperti pisang,
pepaya dan jeruk.
4) Simpanlah tablet besi ditempat yang kering, terhindar dari sinar
matahari langsung, jaukan dari jangkauan anak, dan setelah
dibuka harus ditutup kembali dengan rapat, tablet besi yang
telah berubah warna sebaiknya tidak diminum.
5) Tablet besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau
kebanyakan darah.
e) Lakukan skrining Hb pada ibu saat pemeriksaan antenatal pertama
dan 28 minggu (proverawati, 2011).
f) Penderita harus menyediakan donor darah sesuai dengan golongan
darahnya untuk mengatasi jika terjadi komplikasi (Rukiyah,
2010). Peran bidan dalam menangani kehamilan dengan anemia
adalah memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil
dan keluarga supaya tidak berlanjut pada kompikasi pada ibu dan
janin. Salah satu usaha yang ditetapkan adalah pemeriksaan
kehamilan secara rutin (ANC/ Antenatal Care) (Padila, 2014).

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan SOAP merupakan cara
menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan kebidanan dengan
langkah yang terdiri dari Subyektif, Obyektif, Analisis, dan Penatalaksanaan.
Walaupun kelihatan sederhana, namun SOAP merupakan pendokumentasian
asuhan kebidanan yang memenuhi unsur-unsur penting dalam dokumentasi.
1. Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.
Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian data
dibagian data dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda
ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data
subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

2. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang
jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium
Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis.
3. Analisis
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan
pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi (kesimpulan) dari data
subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa
mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi
sangat dinamis.
Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien
akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus
diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah
melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis,
masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Spong, C. Y., & Dashe, J. S.
(2014). Williams obstetrics, 24e. Mcgraw-hill New York, NY, USA.
Dewi, V. N. L. (2012). Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta: Salemba
Medika, 30.
Karjatin, A. (2016). Keperawatan maternitas. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes, R. I. (2015). Pedoman penanggulangan kurang energi kronik (KEK)
pada ibu hamil. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2021). Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Kuswanti, I., Melina, F., & Tanebeth, M. O. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Antenatal Yoga dengan Sikap Ibu Hamil terhadap Antenatal
Yoga. Jurnal Publikasi Kebidanan, 13(1), 26–34.
Lily Yulaikhah, S. S. (2019). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Journal of Chemical Information and Modeling.
Manuaba, I. B. G. (2015). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga
berencana untuk pendidikan bidan.
Marmi, & Rahardjo, K. (2018). Asuhan Neonatus Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Pustaka Pelajar.
Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono.
RINI, I. U. S. (2017). ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA
KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS, DAN
PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) SUNTIK 3 BULAN
PADA NY. M UMUR 32 TAHUN DI PUSKESMAS II KEMBARAN, KEC.
KEMBARAN, KABUPATEN BANYUMAS. UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO.
Saifuddin, A. B. (2014). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Sutanto, V. A., & Fitriana, Y. (2019). Asuhan Pada Kehamilan (Panduan
Lengkap Asuhan Selama Kehamilan Bagi Praktisi Kebidanan). Pustaka
Baru Press. Yogyakarta.
Varney, H., Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Edisi 4 Volume 2. Jakarta: Egc, 672–788.
Wahida, Z. (2017). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap
Perubahan Status Gizi Ibu Hamil. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan,
7(1).
Wardani, R. P. (2012). Hubungan Antara Usia Kehamilan.
Yanti, D. (2017). Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Bandung: PT Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai