Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S DENGAN


DIAGNOSA KEBIDANAN G2p2002 40 MINGGU + LILITAN TALI
PUSAT DI RUANG VK BERSALIN RSUD MOH. ANWAR
SUMENEP

Disusun oleh:
FITRIA RISMAWATI
NRP. 33412001123

JURUSAN DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI MADURA
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ANTENATAL CARE

1. Pengertian

Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibuhamil baik

fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam

kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat da

nnormal (Padila, 2014). Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil

ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak wanita merasa dirinya hamil untuk me

ndapatkan pelayanan/asuhan antenatal (Padila, 2014).

2. Etiologi

Penyebab suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek :

1) Ovum

Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari

suatunucleus yang terapung – apung dalam vitelus dilingkari oleh zona

pellusidadan kromoson radiata.

2) Spermatozoa

Spermatozoa adalah berbentuk seperti terdiri dari kepala berbentuk

lonjongagak gepeng berisi inti leher yang menghubungkan kepala dengan

bagiantengah dan ekor yang dapat bergerak.


3) Konsepsi

Konsepsi adalah peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba

fallopi.

4) Nidasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalamendometrium.

5) Plasenta

Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk

pertukaran zat antara ibu, anaknya dan sebaliknya.

3. Tanda dan Gejala

Menurut Forrer (2009) beberapa tanda dan gejala antenatal yaitu :

1.Tanda Tidak Pasti/Tanda Mungkin Kehamilan

a. Persumtif Sign (subyektif);

1) Amenorhoe (tidak mendapat haid)

2) Mual muntah (morning sickness) merupakan respon awal

terhadaptingginya kadar progesterone dan menghilang setelah tiga

bulan.

3) Letih, sakit kepala

4) Merasakan gerakan janin terjadi sekitar 22 minggu gestasi atau 20

minggu pada wanita hamil pertama.


5) Perubahan pada mammae

6) Frekuensi berkemih meningkat karena adanya kongesti darah

padaorgan-organ pelvic sehingga meningkatkan sensitivitas

jaringan,tekanan uterus pada kandung kencing menstimulasi saraf

sehinggaBAK.

7) Lekore/keputihan peningkatan sekresi vaginal oleh efek stimulasi

hormone estrogen dan progesterone pada kelenjar dan

peningkatansuplay darah ke pelvic .

b. Probabilitas (Objektif)

1) Pembesaran uterus

a) Melunaknya daerah isthmus uteri (hegar sign) diketahui melalui

pemeriksaan bimanual dan mulai terlihat pada minggu ke 6

danmenjadi nyata pada minggu ke 7-8.

b) Servik terasa lebih lunak (tanda Goodell”s) diketahui melalui

pemeriksaan bimanual

c)tanda ballotemen : pantulan yang terjadi saat jari

pemeriksamengetuk janin yang mengapung dalam uterus,bayi

menjauhkemumudian ke posisi semula.

d)Kontraksi Braxton hicks yaitu kontraksi intermiten yangmungkin

terjadi selama hamil dan tidak terasa sakit.


2) Perubahan warna kulit oleh Chloasma: warna kulit yang kehitam-

hitaman pada dahi,punggung hidung dan kulit daerah tulang pipiterutama

pada warna kulit hitam hal ini disebabkan oleh stimulasiMSH (Melanosyt

Stimulating Hormone), dan Striaegravidarum;regangan kulit abdomen

terlihat garis tak teratur.

3) HCG ( Human Chronic Gonadotropin) meningkat.

2. Tanda positif kehamilan

a. Terdengar DJJ. DJJ dapat didengar dengan stetoskop laenec

padaminggu 17-18. Dengan stetoskop ultrasonik (doppler), DJJ

dapatdidengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12. Normal DJJ 120-

160kali permenit.

b. Adanya gerakan janin pada palpasi

c.Teraba bagian janin pada palpasi

d. Adanya kantong kehamilan (gestasional sac) dalam rongga uterus pada

pemeriksaan USG, adanya skelet janin pd gmbr X Ray.

3. Tes Kehamilan

Tes HCG (hormone chorionic gonadotropin) dilakukan dengan

mendeteksihormone hCG dalam urin. kadar terendah yang memberi hasil

positif yaitu0,5 hCG per ml urin, kadar tertinggi 500 SI HCG.


4. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Wanita hamil diperiksa urinnya untuk mengetahui kadar protein

glukosanya,diperiksa darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah,

Hb dan penyakit rubella

2. Pemeriksaan Rontgen

Dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum bulan

keIV rangka janin belum tampak.Pemeriksaan rontgen dilakukan pada kondisi-

kondisi:

a. Diperlukan tanda pasti hamiL

b. Letak anak tidak dapat ditentukan dengan jelas dengan palpasi

c.Mencari sebab dari hidraamniond.Untuk menentukan kelainan anak

3. Pemeriksaan USG

Kegunaannya:
a. Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan

b.Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal

c.Mengetahui posisi plasenta

d.Mengetahui adanya IUFD

e.Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin.(Marjati dkk,

2010)

5. Komplikasi saat hamil

1) Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum mirip dengan morning sickness, tetapi dengan

gejala yang lebih berat. Mual dan muntah pada hiperemesis gravidarum akan

berlangsung lebih lama, bahkan bisa sampai trimester kedua atau ketiga.

Keluhannya pun lebih parah hingga membuat ibu hamil mengalami dehidrasi

dan sulit untuk makan atau minum.

2) Keguguran

Keguguran diartikan sebagai kematian janin saat usianya belum

mencapai 20 minggu. Kondisi ini dapat ditandai dengan perdarahan melalui

vagina, kram perut maupun sakit punggung yang hebat, tubuh terasa lemas,

dan kadang disertai demam pada ibu hamil.

3) Anemia
Tubuh memerlukan zat besi, vitamin B12, dan asam folat untuk

membentuk hemoglobin, yaitu protein pada sel darah merah yang berfungsi

mengedarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Saat hamil, kebutuhan darah pada ibu hamil akan meningkat untuk

mendukung pertumbuhan janin. Namun, anemia bisa terjadi jika tubuh ibu

hamil tidak mampu memproduksi lebih banyak hemoglobin. Anemia saat

hamil umumnya ditandai dengan pucat, letih, pusing, sulit berkonsentrasi,

bahkan sesak napas.

4) Perdarahan

Sekitar 25–40% wanita hamil mengalami perdarahan di trimester

pertama. Perdarahan ini dapat disebabkan oleh proses melekatnya sel telur yang

telah dibuahi pada dinding rahim (implantasi).

Namun, perdarahan juga bisa menjadi komplikasi kehamilan yang

serius, seperti kehamilan ektopik. Hal ini terjadi jika perdarahan disertai dengan

nyeri atau kram perut yang hebat, hingga perdarahan banyak dari vagina.

5) Kurang cairan ketuban

Di dalam rahim, janin akan tumbuh dan berkembang di dalam kantung

berisi cairan ketuban. Fungsi cairan ini adalah melindungi janin dari benturan

dan infeksi, menjaga suhu rahim stabil, serta mengoptimalkan perkembangan

organ-organ janin.

Jumlah cairan ketubani akan terus berkurang mulai usia kehamilan 38

minggu hingga akhirnya janin lahir. Namun, penurunan volume cairan

ketuban yang terlalu cepat perlu diwaspadai. Hal ini bisa menyebabkan

komplikasi,
seperti perkembangan organ janin yang tidak sempurna dan persalinan

premature.

6. Patofisiologi

Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung

telur (ovulasi), yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam

seltelur, waktu persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta-

jutasel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur.

Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yangmengembang

oleh tuba falofi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yangmengeluarkan

ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian

pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah salah satu sel mani dankemudian

bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi =fertilitas).

Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak

(olehrambut getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi

(implantasi).Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu 6 – 7 hari. Untuk

menyuplaidarah ke sel-sel makanan bai mudligah dan janin, dipersiapkan uri

(plasenta) jadidapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum(sel

telur),spermat ozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi = fertilitas), nidasi dan plasenta.

(Handerson 2006).
Konsep Dasar Lilitan Tali Pusat

1. Pengertian

Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang dapat membentuk lilitan sekitar badan

,bahu, tungkai atas/ bawah dan leher pada bayi. Keadaan ini dijumpai pada air

ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan bayinya yang kecil. Tali

pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam

kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9

bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin. Tetapi begitu bayi lahir,

saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau

dijepit. (Sarwono, 2008). Janin bebas bergerak dalam cairan amnion, sehingga

pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Gerakan janin dalam

rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar kemungkinan dapat terjadi

lilitan tali pusat.

Tali pusat dapat membentuk lilitan sekitar badan, bahu, tungkai atas/ bawah,

leher. Keadaan ini dijumpai pada air ketuban yang berlebihan, tali pusat yang

panjang, dan bayinya yang kecil.Sebenarnya lilitan tali pusat tidaklah terlalu

membahayakan namun, menjadi bahaya ketika memasuki proses persalinan dan

terjadi kontraksi rahim (mules) dan kepala janin turun memasuki saluran

persalinan. Lilitan tali pusat bisa menjadi semakin erat dan menyebabkan

penurunan utero- placenter, juga menyebabkan penekanan/ kompresi pada

pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya suplai darah yang mengandung

oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi hipoksia.


2. Embriologi Tali Pusat

Pembentukan dinding anterior abdomen dan plasenta dimulai pada akhir

minggu ketiga pada tahap pembentukan trilaminar germ disc yang terdiri dari

lapisan endoderm, mesoderm, dan ektoderm. Cakram (disc) ini berada diantara

rongga kantung ketuban dan kuning telur dan merupakan cikal bakal pembentukan

tali pusat.

Perkembangan sistem pembuluh darah dimulai dengan pembentukan jaringan

di dalam mesodermal yolk sac dan korion pada hari ke-21 paska konsepsi. Dua

hari kemudian angiogenesis dimulai di dalam embrio mesoderm. Arteri 'allantoic'

muncul pada hari ke 21-22 paska konsepsi sebagai cabang anterior yang

berpasangan dengan aorta posterior. Bagian dari allantois akan membentuk suatu

kandung kemih disertai pembentukan arteri allantois. Setelah terjadi pembentukan

arteri umbilikalis dari aorta, sirkulasi peredaran darah embrio terbentuk sempurna

pada hari ke-22 sampai hari ke-23 paska konsepsi.12 Arteri umbilikalis akan

menyatu dengan arteri iliaka internal dan vena umbilikalis aknan menyatu dengan

ductus venosus yang memasuki vena hepatik serta salah satu vena umbilikalis akan

mengalami atrofi selama bulan kedua kehamilan.12,13 Tangkai penghubung yang

menghubungkan embrio awal dengan trofoblas mulai berkembang lalu pada hari

ke- 28 tangkai yang menghubungkan kantung yolk sac akan bergabung dan

membentuk sebuah tali pusat. Pada manusia yolk sac adalah organ dasar yang

memiliki fungsi sebagai penunjang nutrisi pada awal kehamilan. Yolk sac ditemukan

dalam rongga korion dan terhubung dengan tali pusat


3. Etiologi

1) Polihidramnion Jumlah air ketuban melebihi 2000 cc. Pada usia kehamilan

sebelum 8 bulan umumnya kepala janin belum memasuki bagian atas panggul.

Pada saat itu ukuran bayi relative kecil dan jumlah air ketuban berlebihan,

kemungkinan bayi terlilit tali pusat.

2) Tali pusat yang panjang Tali pusat dikatakan panjang jika melebihi 50 cm

dan dikatakan pendek jika kurang dari 30 cm. Tali pusat yang panjang

menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat rata-rata 30-50 cm, namun tiap bayi

mempunyai talipusat yang berbeda-beda

4. Anatomi tali pusat

Anatomi tali pusat merupakan bagian-bagian yang terdapat pada tali pusat.

Tali pusat bentuknya seperti tali. Biasanya melingkar-lingkar dan mempunyai

sekitar 40 puntiran spiral. Tali pusat terlihat mengilap dan bewarna kebiru-biruan,

yang menunjukkan bahwa terdapat pembuluh darah di dalamnya. Tali pusat

merentang dari umbilicus (pusar) janin ke permukaan plasenta dan mempunyai

panjang normal kurang lebih 50-55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm. Tali

pusat dianggap berukuran pendek, jika panjangnya kurang dari 40 cm. Tali pusat

yang terlalu panjang ataupun terlalu pendek mempunyai dampak yang kurang baik

bagi bayi. Jika tali pusat terlalu panjang, akan beresiko terjadinya lilitan disekitar

leher ataupun bagian tubuh janin lainnya. Hal ini tentunya akan berbahaya bagi

kesehatan janin. Sebaliknya, tali pusat yang terlalu pendek akan menyulitkan

ketika proses persalinan berlangsung, misalnya persalinan yang tidak maju,

terlepasnya plasenta
dari tempatnya (solusio placenta), dan efek samping pada bayi yang umumnya

menyebabkan hernia umbilicalis/ keluarnya organ dari tempat biasanya atau yang

dikenl dengan burut (Riksani, 2012:3).

Menurut Riksani (2012: 4-7) struktur tali pusat yaitu sebagai berikut:

a. Cairan Ketuban

Cairan ketuban atau dikenal dengan sebutan amnion menutupi tali pusat. Di

bawah balutan cairan amnion ini terlihat pembuluh-pembuluh darah

yang terdapat dalam tali pusat.

b. Pembuluh darah

Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut

darah ke seluruh tubuh. Tali pusat mengandung beberapa pembuluh darah yang

berperan menghubungkan antara janin dengan plasenta. Pembuluh darah

tersebut yaitu 2 pembuluh darah arteri dan 1 pembuluh darah vena. Ketiga

pembuluh darah ini membentuk pilinan di dalam tali pusat.

1) Pembuluh darah vena atau Vena Umbilicalis (Pembuluh darah vena yang

terdapat di tali pusat), berperan dalam membawa oksigen dan nutrisi ke

sistem peredaran darah janin dari peredaran darah ibu. Darah yang

diangkut oleh pembuluh darah vena merupakan darah yang sudah

dibersihkan dari plasenta ke janin.

2) Pembuluh darah arteri atau Arteri Umbilicalis (Pembuluh darah arteri yang

terdapat di tali pusat), berperan dalam mengembalikan produk sisa dari

janin ke plasenta. Dikatakan produk saja, karena oksigen dan segala nutrisi

yang
terkandung sudah diambil oleh janin, yang kemudian terdapat produk sisa

yang akan dikembalikan ke peredaran darah ibu untuk diekskresikan

(dikeluarkan dari tubuh).

c. Jeli wharton

Jeli wharton merupakan zat yang terasa lengket dan terbuat dari substansi

gelatinosa. Jeli wharton ini mengelilingi pembuluih darah, sekaligus melindungi

pembuluh darah tersebut dari tekanan. Sehingga,keberlangsungan pemberian

makanan dari ibu ke janin dapat terjamin dan membantu mencegah terjadinya

penekukan tali pusat. Saat jeliwharton terkena udara, ia akan mengembang.

Tebal atau tipisnya tali pusat, bergantung pada jumlah jeli wharton yang

melapisinya.

5. Tanda dan Gejala

Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:

1) Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah

janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai

adanya lilitan tali pusat.

2) Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan

usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula

adanya lilitan tali pusat.

3) Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG

3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.

4) Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya

dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal,

terutama pada saat kontraksi rahim.


5) Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )

6. Penatalaksanaan Medis

1) Memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan

masih akan berlangsung lama dengan DJJ akan semakin lambat (Bradikardia),

persalinan harus segera diakhiri dengan operasi Caesar.

2) Melalui pemeriksaan teratur dengan bantuan USG untuk melihat apakah ada

gambaran tali pusat disekitar leher. Namun tidak dapat dipastikan sepenuhnya

bahwa tali pusat tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai

erat atau tidaknya lilitan. Namun dengan USG berwarna (Coller Doppen) atau

USG tiga dimensi, dan dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau

tidak dileher, atau sekitar tubuh yang lain pada janin, serta menilai erat tidaknya

lilitan tersebut.( Conectique.com >> Pregnancy : Waspadai ,Janin Terlilit Tali

Pusat )

3) Dalam pimpinan persalinan terutama kala dua observasi, DJJ sangatlah penting

segera setelah his dan refleks mengejan. Kejadian distress janin merupakan

indikasi untuk menyelesaikan persalinan sehingga bayi dapat diselamatkan. Jika

tali pusat melilit longgar dileher bayi, lepaskan melewati kepala bayi namun

jika tali pusat melilit erat dileher, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem di

dua tempat, kemudian potong diantaranya, kemudian lahirkan bayi dengan

segera. Dalam situasi terpaksa bidan dapat melakukan pemotongan tali pusat

pada waktu pertolongan persalinan bayi.


6. Penatalaksanaan Sesuai Dengan Standar Operasional Prosedur Lilitan Tali

Pusat

1) Pemeriksaan Terhadap Pasien

2) Bicaralah dengan orang tua sebelum kelahiran tentang kemungkinan adanya

lilitan tali pusat

3) Selama kelahiran tak perlu melakukan apa_apa / do nothing

4) Jika ada lilitan tali pusat dan in menyebabkan bahu dan badan bayi susah atau

kesulitan turun dan lahir setelah kepala lahir (sangat jarang) menggunakan

‘teknik Koprol’ (Schorn & Blanco 1991) , Manuver “Salto/Koprol” atau disebut

tehnik Somersault tidak memerlukan peralatan, dapat dilakukan terlepas dari

berapa kali tali pusat yang melingkar di leher, dapat digunakan dengan ibu

dalam posisi persalinan apapun. manuver Somersault mungkin mengakibatkan

beberapa stres peregangan pada tali pusat, dan itu mungkin tidak berlaku untuk

semua kasus.

5) Tekhnik Manuver Somersault

Manuver Somersault adalah dengan cara memegang kepala bayi

tertekuk dan memandunya ke atas atau ke samping ke arah tulang kemaluan

atau paha, sehingga bayi melakukan “jungkir/salto,” berakhir dengan kaki bayi

terhadap lutut ibu dan kepala masih di perineum.

a. Setelah lilitan tal pusat ditemukan, bahu anterior dan posterior secara

perlahan dilahirkan di bawah kontrol tanpa memanipulasi talipusatnya.


b. setelah bahu dilahirkan, kepala tertekuk sehingga wajah bayi didorong

menghadap ke arah paha ibu.

c. Kepala bayi tetap dipertahankan di samping perineum sementara tubuh di

lahirkan dan melakukan periode “jungkir balik” saat keluar.

d. Tali pusar kemudian dibuka  dan dilanjutkan dengan manajemen yang

biasa terjadi kemudian. Gambar disesuaikan dengan izin dari Mercer et al.

e. Setelah tubuh bayi lahir seluruhnya, membuka lilitan (keluarga ibu / dapat

melakukan hal ini).

f. Jika kondisi bayi kurang bagus (pucat) saat lahir, dorong orang tua untuk

berbicara dengan bayi mereka sementara biarkan sirkulasi plasenta membantu

mengembalikan volume darah normal dan oksigen untuk bayi (jangan

memotong tali pusat bayi untuk resusitasi)

6) Pemeriksaan di vagina setelah kepala bayi lahir, untuk merasakan dan

memeriksa kabel nuchal.(**dengan menyelipkan 2 jari ke sela leher kepala dan

vagina)

7)Menarik dan melonggarkan tali pusat yang melilit leher dan melepaskan

lilitannya dengan melewati kepala bayi sebelum ‘kelahiran’ dari bahu, jika

Lilitan Tali Pusat nya longgar.

8)Mencoba untuk melonggarkan Lilitan Tali Pusat atau menjepit dan memotong

tali pusat sebelum kelahiran dari bahu, jika Lilitan Tali Pusat nya ketat.
7. Penyebab Bayi Meninggal Karena Tali Pusat

1) Puntiran tali pusat secara berulang-ulang kesatu arah. Biasanya terjadi pada

trimester pertama dan kedua. Ini mengakibatkan arus darah dari ibuke janin

melalui tali pusat terhambat total. Karena dalam usia kehamilan umumnya bayi

bergerak bebas.

2) Lilitan tali pusat pada bayi terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan, hal tersebut

menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami hipoksia /

kekurangan oksigen.
8. PATHWAY

Usia Kehamilan < 8 Bulan

Janin masuk atas panggul

Aliran nutrisi
terganggu
Bayi kecilAir ketuban berlebihan

Fetal distres

Tali pusar Perfusi O2


Ke
jaringan
MK : Ansietas sc Tali pusar terlilit

PO2 darah &


Insisi abdomen PCO2
Tali pusar terpuntir

Jalan
hipoventilasi
masuk Arus darah ke
organisme ibu janin
terhambat
MK : MK : Afiksia
Resiko MK : Resiko
infeksi gangguan hubungan
ibu janin

Anda mungkin juga menyukai