COVER
LEMBAR PENGESAHAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka diurut menurut Harvard (sesuai abjat)
Menggunakan referensi ter up to date, sesuai evidence based minimal 5 jurnal ilmiah dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir
3. Holistik kehamilan
Oleh:
___________
NIM P000000000000
_________________________________ ____________________________
NIP NIP
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Tahapan Kehamilan
a. Konsepsi
Konsepsi atau biasa disebut fertilisasi terjadi ketika inti sel sperma
dari laki–laki memasuki inti sel ovum dari perempuan. Ovum yang sudah
dibuahi (dinamakan zigot) memerlukan waktu 6–8 hari untuk berjalan ke
dalam uterus. Perjalanannya di sepanjang tuba falopi dibantu oleh kerja
peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot yang dilakukan oleh silia pada
dinding tuba dan cairan yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Sekitar 10
hari setelah terjadi fertilisasi, zigot berkembang menjadi blastokist dan akan
menanamkan dirinya dalam endometrium. Implantasi/penanaman/nidasi
biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri (bagian atas badan uterus)
(Karjatin, 2016).
b. Nidasi
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium
blastula disebut blastokista (bastocys), suatu bentuk yang di bagian luarnya
adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa
inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang
menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu
simpai yang disebut trofoblast. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan
kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon
kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal
ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi
hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dimulai, suatu hormon yang
memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseftif) dalam proses
implantasi embrio. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakan
uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut
kehamilan. Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan tumbuh
dan berkembang di dalam endometrium (Saifuddin, 2014).
c. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada
manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif
telah melakukan penetrasi kedalam pembuluh darah endometrium.
Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi darah
maternal dari pembulu-pembulu darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini
berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan interviler di mana villi
korialis seolah-olah terapung-apung di antara ruangan-ruangan tersebut
sehingga terbentuknya plasenta (Saifuddin, 2014).
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat di
identifikasikan dan dimulai pembentukan villi korialis. Sirkulasi darah janin
ini berakir di lengkungan kapilar (capillary loops) di dalam villi korialis
yang ruang intervilnya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh
arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Villi korialis ini akan
bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta (Saifuddin, 2014).
(6) Epilepsi
Seorang wanita penderita epilepsy idiopatik lebih besar
kemungkinannya melahirkan anak dengan epilepsy. Pada umumnya
frekuensi cacat bawaan, termasuk penyakit jantung, bibir sumbing, dan
mikrosefalia, lebih tinggi diantra bayi – bayi yang dilahirkan dari ibu – ibu
penderita epilepsy. Juga angka kematian perinatal lebih tinggi. Penderita
epilepsy dapat menderita pre-eklamsi dalam kehamilan (Saifuddin, 2011).
(7) Penyakit Menular seksual
Hasil konsepsi yang tidak sehat sering kali terjadi akibat PMS,
misalnya kemtian janin (abortus spontan atau lahir mati). Bayi berat lahir
rendah (akibat prematuritas atau retardasi pertumbuhan janin dalam
rahim) dan infeksi congenital atau perinatal (kebutaan, pneumonia
neonatus, dan retardasi mental) (Saifuddin, 2011).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan. Apakah dari keluarga ibu, suami /orang yang tinggal bersama
ibu hamil itu ada yang sakit. Mencangkup penyakit kanker, penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, penyakit jiwa, kelainan bawaan, kehamilan
ganda, TBC, epilepsi, penyakit darah, alergi, dan riwayat kehamilan kembar.) (Hani,
Ummi dkk, 2011)
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Haid
Data ini diperoleh untuk mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari
organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat haid
anatara lain sebagai berikut :
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita haid
pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun. (Sulistyawati, 2011). Hal ini
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim, dan
keadaan umum. (Walyani dan Elisabeth, 2015)
b) Siklus haid
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan haid berikutnya,
dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari. (Sulistyawati, 2011). Siklus
normal haid biasanya 28 hari. (Walyani dan Elisabeth, 2015)
c) Lamanya
Lamanya haid yang noral adalah ± 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari
berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit
yang mempengaruhi. (Walyani, Elisabeth, 2015: 120)
d) Volume/Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang dikeluarkan. Sebagai
acuan biasanya digunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Biasanya untuk
menggali lebih dalam pasien ditanya sampai berapa kali ganti pembalut dalam
sehari (Sulistyawati, 2011). Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah
menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid. (Walyani dan Elisabeth,
2015)
e) Dismenorea
Nyeri haid ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderitanya atau
tidak ditiap haidnya. Nyeri haid juga menjadi tanda bahwa kontraksi uterus
klien begitu hebat seingga menimbulkan nyeri haid. (Walyani dan Elisabeth,
2015)
Gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa dismenorea (rasa
nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram
ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.
Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenorea
primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat
kelamin. Dismenorea sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan
kelainan anatomis yang jelas, kelainan ini kemungkinan adalah haid disertai
infeksi, endometritis, mioma uteri, polip serviks, polip endometrial, pemakai
IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). (Manuaba,2012)
f) Leukorea
Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama
secara berlebihan. Leukorea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi,
juga terjadi melalui rangsangan seksual. Leukorea abnormal dapat terjadi pada
semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahi,
rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan
kelamin). (Manuaba,2012)
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Dikaji :
a) Gravida/Para
b) Usia Kehamilan
Menentukan usia kehamilan sangat penting untuk memperkirakan
persalinan (Manuaba,2012). Umur kehamilan dan tafsiran persalinan dihitung
dengan menggunkan rumus Neagle. HPL (hari perkiraan lahir) = HPHT (hari
pertama haid terakhir) + 7 dan bulan haid terakhir - 3. Tahun HPHT
ditambahkan 1 (jika bulan lSebih dari 1- 3). (Hani, Ummi,dkk, 2010)
c) HPHT
HPHT adalah hari haid pertama terakhir seorang wanita sebelum hamil.
Cara menentukan HPHT adalah dengan melakukan anamnesis pada ibu secara
tepat karena apabila terjadi kesalahan, maka penentuan usia kehamilan juga
menjadi tidak tepat. Haid terkhir tersebut harus normal, baik dari lamanya
maupun dari banyaknya. HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru
mengeluarkan darah menstruasi dengan frekuensi dan lama menstruasi seperti
biasa. (Hani,Ummi, dkk, 2010)
d) HPL
HPL adalah tanggal taksiran perkiraan persalinan ibu. Bisa ditentukan
setelah HPHT didapatkan. HPL = tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT
dikurangi 3, Tahun HPHT ditambahkan 1 (jika bulan lebih dari 4-12) HPL=
tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT dikurangi 3, Tahun HPHT
dikurangi 1 (jika bulan lebih dari 1-3) (Hani, Ummi, dkk, 2010)
e) Gerakan Janin
Diperkirakan terjadi gerakan pertama fetus pada usia kehamilan 16 minggu
terdapat perbedaan. Pada primigravida biasanya dirasakan pada usia 18 minggu,
sedangkan pada multigravida sekitar 16 minggu. Dengan mengetahui gerakan
janin maka perkiraan umur kehamilan dapat ditetapkan. Gerakan janin juga
diperlukan untuk mengetahui keadaan janin (masih hidup/mati). Berupa positif
jika ada, dan negatif jika belum ada(Hani,Ummi, dkk, 2010). Gerakan janin juga
bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi baru dapat dirasakan
oleh ibu pada usia kehamilan 16 – 20 minggu karena diusia kehamilan tersebut,
dinding uterus mulai menipis dan gerakan janin lebih kuat. (Saifuddin, 2011).
Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam ) (Saifuddin,
2011)
f) Masalah-masalah
Menanyakan kepada klien apakah ada masalah pada kehamilan trimester I
(hiperemesis gravidarum, anemia,dll), pada trimester II dan trimester III
tanyakan masalah apa yang pernah dirasakan pada kehamilan sebelumnya. Hal
ini untuk sebagai faktor persiapan kalau-kalau kehamilan sekarang akan terjadi
hal seperti itu lagi. (Walyani, Elisabeth, 2015)
g) Riwayat ANC
Menanyakan kepada klien asuhan kehamilan apa saja yang pernah ia
dapatkan selama kehamilan trimester I, trimester II dan trimester III.
Menanyakan kepada klien asuhan apa yang pernah ia dapatkan pada kehamilan
sebelumnya dan menanyakan bagaimana pengaruhnya terhadap kehamilan.
Apabila baik, bidan bisa memberikan lagi asuhan kehamilan tersebut pada
kehamilan sekarang. Tempat ANC juga ditanyakan untuk mengetahui dimana
tempat klien mendapatkan asuhan kehamilan tersebut. (Walyani, Elisabeth,
2015)
3) Riwayat Kebidanan yang lalu
Menanyakan:
a) Jumlah Kehamilan (Gravida/G)
Ditanyakan untuk mengetahui seberapa besar pengalaman klien tentang
kehamilan. Apabila klien mengatakan ini merupakan kehamilan pertama, maka
bidan harus secara maksimal memberikan pengetahuan kepada klien tentang
bagaimana merawat kehamilannya dengan maksimal. (Walyani, Elisabeth,
2015)
b) Jumlah anak yang hidup
Untuk mengetahui pernah tidaknya klien mengalami keguguran, apabila
pernah maka pada kehamilan berikutnya beresiko mengalami keguguran
kembali. Serta apabila jumlah anak yang hidup hanya sedikit dari kehamilan
yang banyak, berarti kehamilan ini sangat diinginkan. (Walyani, Elisabeth,
2015)
c) Jumlah kelahiran Premature
Untuk mengidentifikasi apakah pernah mengalami kelahiran premature
sebelumnya, jika ia maka dapat beresiko menimbulkan persalinan premature
berikutnya (Walyani, Elisabeth, 2015)
d) Jumlah keguguran
Menanyakan kepada klien apakah pernah mengalami keguguran atau
tidak. Sebab apabila pernah mengalami keguguran dalam riwayat persalinan
sebelumnya maka beresiko mengalami keguguran berulang. (Walyani,
Elisabeth, 2015)
e) Persalinan dengan tindakan (operasi sesar, vakum, forcep)
Untuk mengetahui catatan kelahiran terdahulu, apakah pervaginam,
melalui bedah sesar, dibantu forcep atau vakum. (Walyani, Elisabeth, 2015)
f) Riwayat perdarahan pada persalian atau pasca persalinan
Ditanyakan untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami perdarahan
pascapersalinan, perdarahan antepartum, atau intrapartum sebelumnya.
(Walyani, Elisabeth, 2015)
g) Berat bayi
Dikaji untuk mengidentifikasi berat bayi yang dilahirkan pada kehamilan
sebelumnya, apakah berat bayi kecil untuk masa kehamilan (BKMK) atau bayi
besar untuk masa kehamilan (BBMK), karena kondisi ini biasanya berulang.
Apabila persalinan pervaginam, berat lahir mencerminkan bahwa bayi dengan
ukuran tertentu berhasil memotong pelvis maternal. (Walyani, Elisabeth, 2015)
h) Masalah lain
Untuk mengetahui apakah sebelumnya kehamilannya mengalami
komplikasi sehingga dapat diketahui antisipasi terhadap komplilasi berulang.
(Walyani, Elisabeth, 2015)
4) Riwayat KB
Ditanyakan untuk mengetahui metode KB yang selama ini digunakan, lama
pemakaian kontrasepsi tersebut, dan ada masalah saat menggunakan kontrasepsi
tersebut atau tidak. (Walyani, Elisabeth, 2015).
c) Pernafasan
Pernafasan normal pada ibu hamil adalah 16-24x/menit. Tujuan
menghitung pernafasan pada ibu hamil adalah untuk mendeteksi secara
dini adanya penyakit yang berhubungan dengan pernafasan yang
kemungkinan sebagai penyulit kehamilan dan diprediksi akan
membahayakan keselamatan ibu dan janin selama kehamilan dan
menghambat jalannya persalinan(Sulistyawati, 2011).
d) Suhu
Peningkatan hormon progesteron yang disertai dengan peningkatan
metabolisme tubuh ibu hamil, jumlah panas yang juga dihasilkan juga
meningkat. Ibu hamil mengalami peningkatan suhu tubuh sampai 0,5%
meskipun pada tubuh ibu hamil sudah ada upaya kompensasi seperti
pengeluaran panas lewat pernafasan dan keringat. Suhu tubuh ibu hamil
normalnya 35,80C-370C, jika lebih dari 37,50C dikatakan demam, hal ini
mungkin ada infeksi dalam kehamilan(Sulistyawati, 2011).
e) Berat Badan
Kenaikan berat badan selama hamil rata-rata : 9 – 13,5 kg.
Kenaikan BB selama TM I : min 0,7-1,4 kg
Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg
Kenaikan BB selama TM I : 9,5 kg
(Pantiawati, Ika, 2010)
f) Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko bagi ibu
hamil/ibu bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145 cm kemungkinan
sang ibu memiliki panggul sempit. Tujuan pemeriksaan tinggi badan
adalah untuk mengetahui tinggi badan ibu sehingga bisa mendeteksi faktor
resiko. Faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan
tinggi badan adalah keadaan rongga panggul. Sering dijumpai pada ibu
yang pendek, rongga panggulnya sempit. Ada juga ibu hamil yang pendek
tapi rongga panggulnya normal. (Sulistyawati, 2011)
g) LILA
Tujuan pemeriksaan LILA adalah untuk mengetahui ukuran lingkar
lengan atas untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Normalnya 23,5-25
cm, bila kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi
yang kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), sedangkan bila LILA di atas 25 cm,
indikasi adanya janin besar karena obesitas (Sulistyawati, 2011)
h) IMT
IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan pengukurannya
direkomendasikan federal untuk mengklarifikasi kelebihan berat badan dan
obesitas. Cara mengukur IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg/m2) ( Manuaba,
2012 ).
a. Status Present
1) Kepala
Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala, kesimetrisan
wajah, lokasi struktur wajah (Sinclair, 2009)
2) Rambut
Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak (Sulisyawati, 2011)
3) Telinga
Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman pendengaran, letak
telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau tidak, ada rabas pada aurikula
dan autium atau tidak, edema atau tidak, ada lesi atau tidak, adanya
sumbatan atau benda asing pada saluran pendengaran eksterna atau tidak
(Sinclair, 2009)
4) Mata
Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda infeksi atau
tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan bentuk serta kesamaan
pupil (Sulistyawati, 2011).
5) Hidung
Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan, ukuran, letak,
rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip atau itak, ada tanda-
tanda infeksi atau tidak (Sulistyawati, 2011).
6) Mulut
Dikaji :
a) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab / kering )
b) lidah (warna, kebersihan)
c) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut) (Sulisyawati, 2011)
7) Leher
Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan ada/tidaknya
bendungan vena jugularis (Sulisyawati, 2011)
8) Ketiak
Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe. (Sulisyawati,
2011)
9) Dada
Dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan keimetrisan payudara,
bunyi/denyut jantung, ada/tidaknya gangguan pernafasan (auskultasi)
( Sulisyawati, 2011).
1) Ekstremitas
Dikaji adakah kelainan atau tidak, adakah edema dan varises serta
reflek patella pada kaki kanan dan kaki kiri(Hani,Ummi, dkk, 2010)
1) Genitala eksterna
a) Lihat adanya tukak/luka, varises, cairan (warna, konsistensi, jumlah,bau)
b) Uretra dan skene : adakah cairan atau nanah.
c) Kelenjar Bartholini adakah: pembengkakan, massa, atau kista, dan cairan
(Hani,Ummi, dkk, 2010)
2) Anus
Dikaji ada /tidaknya hemoroid dan kebersihan. (Sulisyawati, 2011)
a. Pemeriksaan Obstetrik
1) Muka
Dilihat ada/tidaknya edema dan cloasma gravidarum (Manuaba,2012).
2) Mammae
(a) Inspeksi: hiperpigmentasi areola dan puting susu, glandula montgomery
menonjol.
(b) Palpasi: tidak teraba massa, kolostrum keluar setelah 32 minggu
(Sulisyawati, 2011)
3) Abdomen
a. Inspeksi
Dilihat pada perut tampak membesar, ada/tidaknya linea nigra, linea
alba, striae gravidarum. (Hani, Ummi, dkk, 2010)
4) Palpasi leopold
(a) Leopold I
Tujuannya untuk menentukan umur kehamilan (berdasarkan TFU)
dan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di fundus. (Hana,Ummi,
dkk, 2010). Pengukuran TFU terutama > 20 minggu. Tinggi fundus yang
normal sama dengan usia kehamilan (Saifuddin, 2011).
(b) Leopold II
Tujuannya untuk menentukan bagian apa yang ada di bagian kanan
dan kiri perut ibu (Saifuddin, 2011).
(c) Leopold III
Bertujuan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bawah
dan apakah bagian bawah janin sudah atau belum terpegang oleh pintu
atas panggul (Saifuddin, 2011).
(d) Leopold IV
Bertujuan untuk menentukan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga panggul.
5) Auskultasi
Frekuensi DJJ rata – rata sekitar 140 denyut per menit (dpm) dengan
variasi normal 20 dpm diatas atau dibawah nilai rata – rata. Nilai normal
denyut jantung janin antara 120 – 160 dpm.(Saifuddin, 2011)
Jantung janin mulai berdenyut sejak awal minggu keempat setelah
fertilisasi, tetapi baru pada usia 20 minggu bunyi jantung jain dapat terdeteksi
dengan fetoskop. Dengan mengggunakan teknik ultrasound atau system
Doppler, bunyi jantung janin dapat didengar lebih awal (12 -20 minggu usia
kehamilan) (Saifuddin, 2011)
Tujuan pemeriksaan DJJ adalah untuk mengetahui bayi hidup atau mati .
Untuk menentukan area terdengarnya denyut jantung janin yang keras,
(puntum maximum) sehingga dapat dipastikan presentasi janin dalam
kandungan, apakah berada dibagian bawah kepala atau bokong atau janinnya
melintang. Disamping itu untuk mengetahui janin didalam kandungan tunggal
atau ganda (Manuaba,2012)
6) Pemeriksaan Penunjang
a) PP Test/Urine test
b) Pemeriksaan laboratorium:
(1) Pemeriksaan urine digunakan untuk mengetahui kadar urine protein dan
kadar glukosa
(2) Pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah,
Hb, dan penyakit rubella.
(3) Pemeriksaan Rontgen
Digunakan untuk mengetahui kepastian kehamilan, menentukan
hamil kembar, menentukan kelainan pada anak, menentukan bentuk
dan ukuran panggul. Pemeriksaan rontgen sebaiknya dilakukan pada
kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum bulan ke-4 rangka
janin belum tampak dan pada hamil muda pengaruh rontgen terhadap
janin lebih besar.
(4) Pemeriksaan USG
Digunakan untuk mendiagnosis dan konfirmasi awal kehamilan,
penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal, mengetahui
adanya IUFD, mengevaluasi pergerakan janin dan detak jantung janin,
dll (Hani, Ummi, dkk, 2010).
3. Analisa
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudaian dianalisa
dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah ibu.
a. Diagnosa kebidanan dan masalah
Dalam bagian ini yang dikumpulkan oleh bidan antara lain sebagai
berikut :
1) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan
dengan kehamilannya (jumlah kehamilan, dibedakan menjadi primigravida
(hamil pertama kali) dan multigravida (hamil yang kedua atau lebih).
(Sulistyawati, 2011)
2) Usia kehamilan dalam minggu
3) Keadaan janin
4) Normal atau tidak normal (Sulistyawati, 2011)
b. Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan “diagnosa”.
Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk
membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya
(Sulistyawati, 2011)
c. Diagnosa potensial dan antisipasi tindakan
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan, bidan
secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnosis potensial tidak
benar – benar terjadi (Sulistyawati, 2011)
d. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera, Konsultasi, Kolaborasi
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan, bidan
secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnose diagnose potensial
tidak benar – benar terjadi (Sulistyawati, 2011)
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konsseling, dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural, atau
masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut harus
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspekasuhan kesehatan.
(Hana,Ummi, dkk, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Afni, R. (2016). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I dengan Kejadian Abortus di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(2), 79–82.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol3.iss2.107
Ai Yeyeh, Rukiyah dkk. 2012. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : Trans Info Media
Andriani, D. (2016). Optimalisasi Perilaku Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Trimester
Satu Melalui Penyuluhan. Adi Husada Nursing Journal, 2(2), 17.
https://doi.org/10.37036/ahnj.v2i2.48
Coxon, K et al. (2020). The Impact of the Coronavirus (COVID-19). Pandemic on Maternity
Care in Europe. Elsevier Public Health Emergency Collection.
Dashraath, P et al. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pandemic and
Pregnancy. Am J Obstetrics Gynecology Vol. 202. No. 6 Elsevier Public Health
Emergency Collection.
Dewi, V. H. L. (2011) Asuhan Kebidanan Untuk Kebidanan. 1st edn. Jakarta: Salemba
Medika.
Fradkin, R. (2020). Providing Antenatal Care during COVID-19. PHN North Western
Melbourne an Australia Government Initiative.
Handayani. 2013. Pola Konsumsi Pangan Dan Konsumsi Susu Serta Status Gizi Ibu Hamil
Di Kota Bogor
Handayani, S. R., & Mulyati, T. S. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Kementerian Kesehatan
RI.
Hani, Ummi, dkkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika
Harahap, R. F., Alamanda, L. D. R., & Harefa, I. L. (2020). Pengaruh Pemberian Air
Rebusan Jahe Terhadap Penurunan Mual dan Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 8 (1), 84–95. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
JIK/article/download/18089/12857
Kemenkes RI (2010). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA), Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Bina Kesehatan Ibu, p. 1 of 76.
Mangkuji, B. et al. (2012) Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC.
Manuaba (2012) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC