Anda di halaman 1dari 44

Lampiran Format Laporan Pendahuluan.

COVER

LEMBAR PENGESAHAN

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan teori Medis


1. Pengertian
2. Tanda Gejala
3. Tahapan/patofisiologis klinis
4. Perubahan fisiologis
5. Perubahan psikologis
6. Penatalaksanaan
7. Dst (menyesuaikan)
B. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan
1. Pengkajian (Subyektif dan Objektif)
2. Analisa data
3. Penatalaksanaan
4. Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka diurut menurut Harvard (sesuai abjat)
Menggunakan referensi ter up to date, sesuai evidence based minimal 5 jurnal ilmiah dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir

1. Holistik pada remaja dan pra nikah

2. Holistik pada masa prakonsepsi dan perencanaan kehamilan sehat

3. Holistik kehamilan

4. Holistik persalinan dan BBL

5. Holistik nifas dan menyusui

6. Holistik neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN FISIOLOGIS
KUNJUNGAN AWAL DI PUSKESMAS………
KOTA ……

Untuk memenuhi persyaratan Stase Holistik Kehamilan

Oleh:
___________
NIM P000000000000

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Fisiologis Holistik Kehamilan Asuhan Kebidanan


Kehamilan Fisiologis Kunjungan Awal di ………………… Kota …………….. telah
diperiksa dan disahkan pada tanggal September 2021.

Mataram, September 2022

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

_________________________________ ____________________________
NIP NIP
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Kehamilan Kunjungan Awal


1. Pengertian Kehamilan Trimester I
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri
dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa
(sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi
(penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm) (Manuaba, 2015).
Federasi Obstetric Ginekologi Internasional dalam Prawirahardjo (2010)
kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Sedangkan menurut Kemenkes
(2012) kehamilan adalah keadaan di mana terdapat janin pada rahim ibu, ini
merupakan situasi yang alami dan normal untuk melanjutkan keturunan dengan
di awali proses konsepsi atau pertemuan ovum dan sperma, kemudian di
lanjutkan dengan fertilisasi, nidasi dan implantasi.
Wiknjosastro (2016) juga menjelaskan kehamilan trimester I dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu).

2. Tanda dan Gejala Kehamilan


Tanda dan gejala kehamilan menurut Manuaba (2015) dibagi menjadi 3
bagian, yaitu :
a. Tanda Dugaan Kehamilan
1) Amenore (tidak dapat haid), gejala ini sangat penting karena umumnya
wanita hamil tidak haid dengan diketahuinya tanggal hari pertama
menstruasi terakhir adalah penanda untuk menentukan tanggal taksiran
persalinan.
2) Mual dan muntah Biasa terjadi pada bulan pertama hingga bulan
terakhir trimester pertama. Sering terjadi pada pagi hari atau sering
disebut “morning sickness”.
3) Mengidam (ingin makanan khusus), sering terjadi pada bulan pertama
kehamilan akan tetapi akan menghilang dengan semakin tuanya usia
kehamilan.
4) Anoreksia (tidak ada selera makan) hanya berlangsung pada triwulan
pertama tetapi akan menghilang dengan semakin tuanya kehamilan.
5) Mamae menjadi tegang dan membesar jarena pengaruh hormon
esterogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli
payudara.
6) Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh
uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan
kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini bisa kembali terjadi
dikarenakan kandung kemih tertekan oleh kepala janin.
7) Konstipasi atau obstipasi terjadi karena tonus otot usus menurun yang
disebabkan oleh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan
buang air besar.
8) Pigmentasi (perubahan warna kulit) pada areola mamae, genital,
chloasma, serta linea alba akan berwarna lebih tegas, melebar, dan
bertambah gelap pada bagian perut bagian bawah.
9) Epulis yaitu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah) hal ini sering
terjadi pada trimester pertama.
10) Varises (pemekaran vena-vena) karena pengaruh hormon esterogen dan
progesteron yang menyebabkan pembesaran pembuluh vena.
Pembesaran pembuluh vena pada darah ini terjadi di sekitar genetalian
eksterna, kaki, dan betis serta payudara.
b. Tanda Kemungkinan Hamil
1) Perut membesar dapat dijadikan kemungkinan kehamilan bila usia
kehamilan sudah memasuki lebih dari 14 minggu karena sudah adanya
massa.
2) Uterus membesar karena terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan
konsistensi dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa
uterus membesar dan bentuknya semakin lama akan semakin
membesar.
3) Tanda Hegar, konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi
lunak terutama daerah isthmus. Pada minggu-minggu pertama, isthmus
uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi isthmus pada
triwulan pertama mengakibatkan isthmus menjadi panjang dan lebih
lunak.
4) Tanda Chadwick, perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan
pada vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh
pengaruh hormon esterogen.
5) Tanda Piscaseck, uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang
pembesaran itu tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat
tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu
bagian.
6) Tanda Braxton Hicks adalah tanda apabila uterus dirangsang mudah
berkomunikasi. Tanda braxton hicks merupakan tanda khas uterus
dalam kehamilan. Tanda ini terjadi karena pada keadaan uterus yang
membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri tanda
braxton hicks tidak ditemukan.
7) Teraba Ballotement merupakan fenomena bandul atau pantulan balik.
Hal ini adalah tanda adanya janin di dalam uterus.
8) Reaksi kehamilan positif, ciri khas yang dipakai dengan menentukan
adanya human chlorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air
kencing pertama pada pagi hari. Tes ini dapat membantu menentukan
diagnosa kehamilan sedini mungkin.
c. Tanda Pasti Kehamilan
1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa, atau diraba juga bagian-bagian
janin.
2) Denyut jantung janin bisa didengar dengan stetoskop monoral leanec,
dicatat dan didengar dengan alat doppler dicatat dengan fotoelektro
kardiograf, dan dilihat pada ultrasonografi.
3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

3. Tahapan Kehamilan
a. Konsepsi
Konsepsi atau biasa disebut fertilisasi terjadi ketika inti sel sperma
dari laki–laki memasuki inti sel ovum dari perempuan. Ovum yang sudah
dibuahi (dinamakan zigot) memerlukan waktu 6–8 hari untuk berjalan ke
dalam uterus. Perjalanannya di sepanjang tuba falopi dibantu oleh kerja
peristaltik tuba, gerakan mendorong zigot yang dilakukan oleh silia pada
dinding tuba dan cairan yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Sekitar 10
hari setelah terjadi fertilisasi, zigot berkembang menjadi blastokist dan akan
menanamkan dirinya dalam endometrium. Implantasi/penanaman/nidasi
biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri (bagian atas badan uterus)
(Karjatin, 2016).
b. Nidasi
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium
blastula disebut blastokista (bastocys), suatu bentuk yang di bagian luarnya
adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa
inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang
menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu
simpai yang disebut trofoblast. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan
kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon
kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal
ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi
hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dimulai, suatu hormon yang
memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseftif) dalam proses
implantasi embrio. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakan
uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut
kehamilan. Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan tumbuh
dan berkembang di dalam endometrium (Saifuddin, 2014).
c. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada
manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.
Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif
telah melakukan penetrasi kedalam pembuluh darah endometrium.
Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi darah
maternal dari pembulu-pembulu darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini
berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan interviler di mana villi
korialis seolah-olah terapung-apung di antara ruangan-ruangan tersebut
sehingga terbentuknya plasenta (Saifuddin, 2014).
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat di
identifikasikan dan dimulai pembentukan villi korialis. Sirkulasi darah janin
ini berakir di lengkungan kapilar (capillary loops) di dalam villi korialis
yang ruang intervilnya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh
arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Villi korialis ini akan
bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta (Saifuddin, 2014).

4. Perubahan Fisiologis Trimester I


a. Uterus
Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi
konsepsi intrauterin. Hormon Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan,
hormon progesteron berperan untuk elastisitas/kelenturan uterus (Tyastuti,
2016). Tyastuti (2016) menyebutkan taksiran kasar pembesaran uterus pada
perabaan tinggi fundus trimester I, yaitu :
1) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g).
2) Kehamilan 8 minggu : telur bebek.
3) Kehamilan 12 minggu : telur angsa.
Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit
ditentukan pada kehamilan trimester I memanjang dan lebih kuat. Berat
uterus perempuan tidak hamil adalah 30 gram, pada saat mulai hamil maka
uterus mengalami peningkatan sampai pada akhir kehamilan (40 minggu)
mencapai 1000 gram (1 kg) (Tyastuti, 2016).
b. Vagina dan Vulva
Pada vagina dan vulva terjadi peningkatan vaskularisasi menghasilkan
warna ungu kebiru–biruan pada mukosa vagina dan cervix (chadwick sign).
Leukorrhea adalah lendir putih kental, cairan yang kental dan banyak ini
terjadi karena respon rangsangan serviks oleh progesteron & estrogen.
Kondisi pH sekresi vagina berkisar 3,5–6 selama kehamilan. pH vagina
yang asam dapat menghambat pertumbuhan bakteri namun candida albicans
dapat tumbuh pada pH asam ini. Hal ini yang menyebabkan ibu hamil
berisiko terjadi kandidiasis (Karjatin, 2016).
c. Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus
luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya
plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas
dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormon korionik
gonadotropin yang mirip dengan hormon luteotropik hipofisis anterior
(Manuaba, 2015).
a. Payudara
Kehamilan akan menyebabkan peningkatan jumlah estrogen dan
progesteron, mulanya diproduksi oleh korpus luteum dan kemudian
plasenta, meningkatnya aliran darah ke payudara, prolaktin meningkat, yang
diproduksi oleh pituitary anterior. Tanda klinis dan gejala yang dapat
muncul pada payudara antara lain ketegangan, perasaan penuh, dan
peningkatan berat payudara sampai 400 gram. Selain itu ibu juga dapat
merasakan pembesaran payudara, puting susu, areola, dan folikel
Montgomery (kelenjar kecil yang mengelilingi puting susu). Ibu akan
memiliki striae, karena penegangan kulit payudara untuk mengakomodasi
pembesaran jaringan payudara. Pada permukaan payudara akan tampak vena
karena meningkatnya aliran darah (Karjatin, 2016).
e. Endokrin
1) Progesteron
Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh corpus
luteum dan setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh plasenta. Kadar
hormon ini meningkat selama hamil dan menjelang persalinan
mengalami penurunan. Produksi maksimum diperkirakan 250 mg/hari.
Aktivitas progesterone diperkirakan akan menurunkan tonus otot polos
sehingga mengakibatkan motilitas lambung terhambat sehingga terjadi
mual, aktivitas kolon menurun sehingga pengosongan berjalan lambat,
menyebabkan reabsorbsi air meningkat sehingga ibu hamil mengalami
konstipasi, tonus otot menurun sehingga menyebabkan aktivitas menurun
dan tonus vesica urinaria dan ureter menurun sehingga terjadi statis urine.
Progesteron juga dapat menurunkan tonus vaskuler: sehingga tekanan
diastolic menurun dan terjadi dilatasi vena, meningkatkan suhu tubuh,
meningkatkan cadangan lemak, memicu over breathing : tekanan CO2
(Pa CO2) arterial dan alveolar menurun serta memicu perkembangan
payudara (Tyastuti, 2016).
2) Esterogen
Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah ovarium.
Selanjutnya estrone dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan kadarnya
meningkat beratus kali lipat, out put estrogen maksimum 30–40 mg/hari.
Kadar terus meningkat menjelang aterm. Aktivitas estrogen adalah :
memicu pertumbuhan dan pengendalian fungsi uterus, bersama dengan
progesterone memicu pertumbuhan payudara, merubah konsitusi
komiawi jaringan ikat sehingga lebih lentur dan menyebabkan servik
elastic, kapsul persendian melunak, mobilitas persendian meningkat,
retensi air, dan menurunkan sekresi natrium (Tyastuti, 2016).
3) Kortisol
Pada awal kehamilan sumber utama adalah adreanal maternal dan
pada kehamilan lanjut sumber utamanya adalah plasenta. Produksi harian
25mg/hari. Sebagian besar diantaranya berikatan dengan protein sehingga
tidak bersifat aktif. Kortisol secara simultan merangsang
peningkatanproduksi insulin dan meningkatkan resistensi perifer ibu pada
insulin, misalnya jaringan tidak bisa menggunakan insulin, hal ini
mengakibatkan tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak insulin. Sel-
sel beta normal pulau Langerhans pada pankreas dapat memenuhi
kebutuhan insulin pada ibu hamil yang secara terus menerus tetap
meningkat sampai aterm. Ada sebagian ibu hamil mengalami
peningkatan gula darah hal ini dapat disebabkan karena resistensi perifer
ibu hamil pada insulin (Tyastuti, 2016).
4) HCG
Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil muda
hormon ini diproduksi oleh trofoblas dan selanjutnya dihasilkan oleh
plasenta. HCG dapat untuk mendeteksi kehamilan dengan darah ibu
hamil pada 11 hari setelah pembuahan dan mendeteksi pada urine ibu
hamil pada 12–14 hari setelah kehamilan. Kandungan HCG pada ibu
hamil mengalami puncaknya pada 8-11 minggu umur kehamilan. Kadar
HCG tidak boleh dipakai untuk memastikan adanya kehamilan karena
kadarnya bervariasi, sehingga dengan adanya kadar HCG yang
meningkat bukan merupakan tanda pasti hamil tetapi merupakan tanda
kemungkinan hamil. Kadar HCG kurang dari 5mlU/ml dinyatakan tidak
hamil dan kadar HCG lebih 25 mlU/ml dinyatakan kemungkinan hamil.
Apabila kadar HCG rendah maka kemungkinan kesalahan HPMT, akan
mengalami keguguran atau kehamilan ektopik. Sedangkan apabila kadar
HCG lebih tinggi dari standart maka kemungkinan kesalahan HPMT,
hamil Mola Hydatidosa atau hamil kembar. HCG akan kembali kadarnya
seperti semula pada 4-6 mg setelah keguguran, sehingga apabila ibu
hamil baru mengalami keguguran maka kadarnya masih bisa seperti
positif hamil jadi hati–hati dalam menentukan diagnosa, apabila ada ibu
hamil yang mengalami keguguran untuk menentukan diagnosa tidak
cukup dengan pemeriksaan HCG tetapi memerlukan pemeriksaan lain
(Tyastuti, 2016).
5) Human Placental Lactogen.
Kadar HPL atau Chorionic somatotropin ini terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan plasenta selama kehamilan.Hormon ini
mempunyai efek laktogenik dan antagonis insulin.HPL juga bersifat
diabetogenik sehingga menyebabkan kebutuhan insulin pada wanita
hamil meningkat (Tyastuti, 2016).
6) Relaxin
Dihasilkan oleh corpus luteum, dapat dideteksi selama kehamilan,
kadar tertinggi dicapai pada trimester pertama. Peran fisiologis belum
jelas, diduga berperan penting dalam maturasi servik (Tyastuti, 2016).
7) Prolaktin dan oksitosin
Peningkatan prolaktin dan oksitosin memfasilitasi laktasi,
menstimulasi kontraksi uterus (Karjatin, 2016).
8) Hormon Hipofisis
Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama kehamilan,
namun kadar prolaktin meningkat yang berfungsi untuk menghasilkan
kholostrum. Pada saat persalinan setelah plasenta lahir maka kadar
prolaktin menurun, penurunan ini berlangsung terus sampai pada saat ibu
menyusui. Pada saat ibu menyusui prolaktin dapat dihasilkan dengan
rangsangan pada puting pada saat bayi mengisap puting susu ibu untuk
memproduksi ASI (Tyastuti, 2016).
a. Kardiovaskuler
Hemodelusi (volume darah meningkat 40–50%), volume plasma
meningkat, hemoglobin menurun) atau anemia fisiologis kehamilan.
Peningkatan volume darah mengakibatkan peningkatan curah jantung
sehingga jantung memompa dengan kuat dan terjadi sedikit dilatasi.
Progesteron menimbulkan relaksasi otot polos dan dilatasi pembuluh darah
yang akan mengimbangi peningkatan kekuatan jantung sehingga tekanan
darah mendekati normal dan mudah terjadi hipotensi supinasio karena vena
cava inferior tertekan oleh isi uterus. Tekanan pada vena iliaka dan vena
cava inferior oleh uterus menyebabkan peningkatan tekanan vena dan
mengurangi aliran darah ke kaki terutama pada posisi lateral sehingga
menyebabkan edema, varises vena dan vulva, hemoroid (Karjatin, 2016).
b. Respirasi
Terjadi peningkatan konsumsi oksigen 15–20 %, gejala dan tanda
klinis yang timbul berupa peningkatan tidal volume 30–40 %, dan dispnea
(Karjatin, 2016).
c. Imun/Kekebalan
Pada ibu hamil terjadi perubahan pH pada vagina, sekresi vagina
berubah dari asam menjadi lebih bersifat basa sehingga pada ibu hamil lebih
rentan terhadap infeksi pada vagina. Mulai kehamilan 8 minggu sudah
kelihatan gejala terjadinya kekebalan dengan adanya limfosit–limfosit.
Semakin bertambahnya umur kehamilan maka jumlah limfosit semakin
meningkat. Dengan tuanya kehamilan maka ditemukan sel–sel limfoid yang
berfungsi membentuk molekul imunoglobulin. Imunoglobulin yang
dibentuk antara lain : Gamma–A imunoglobulin: dibentuk pada kehamilan
dua bulan dan baru banyak ditemukan pada saat bayi dilahirkan. Gamma–G
imunoglobulin: pada janin diperoleh dari ibunya melalui plasenta dengan
cara pinositosis, hal ini yang disebut kekebalan pasif yang diperoleh dari
ibunya. Pada janin ditemukan sedikit tetapi dapat dibentuk dalam jumlah
banyak pada saat bayi berumur dua bulan. Gamma–M imunoglobulin:
ditemukan pada kehamilan 5 bulan dan meningkat segera pada saat bayi
dilahirkan (Tyastuti, 2016).
i. Perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter
membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering
(poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69 %. Dinding saluran
kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I
dan III, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara.
Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun
hal ini dianggap normal. Wanita hamil trimester I dan III sering mengalami
sering kencing (BAK/buang air kecil) sehingga sangat dianjurkan untuk
sering mengganti celana dalam agar tetap kering (Tyastuti, 2016).
j. Gastrointestinal
Peningkatan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dan perubahan
metabolisme karbohidrat dapat menyebabkan mual muntah pada trimester I.
Peningkatan progesteron menyebabkan penurunan tonus otot dan
memperlambat proses digestif sehingga menyebabkan konstipasi dan
pengosongan lambung menjadi lambat. Perubahan mengecap dan membaui
sehingga menyebabkan mual (Karjatin, 2016). Ibu hamil trimester pertama
sering mengalami nafsu makan menurun, hal ini dapat disebabkan perasaan
mual dan muntah yang sering terjadi pada kehamilan muda (Tyastuti, 2016).
k. Muskuloskeletal
Peningkatan estrogen menyebabkan peningkatan elastisitas dan
relaksasi ligament sehingga menimbulkan gejala nyeri sendi. Sedangkan
peregangan otot abdomen karena pembesaran uterus menyebabkan diastasis
recti (Karjatin, 2016).
l. Persarafan
Perubahan persarafan pada ibu hamil belum banyak diketahui. Gejala
neurologis dan neuromuskular yang timbul pada ibu hamil adalah: Terjadi
perubahan sensori tungkai bawah disebabkan oleh kompresi saraf panggul
dan stasis vaskular akibat pembesaran uterus. Posisi ibu hamil menjadi
lordosis akibat pembesaran uterus, terjadi tarikan saraf atau kompresi akar
saraf dapat menyebabkan perasaan nyeri. Edema dapat melibatkan saraf
perifer, dapat juga menekan saraf median di bawah karpalis pergelangan
tangan, sehingga menimbulkan rasa terbakar atau rasa gatal dan nyeri pada
tangan menjalar kesiku, paling sering terasa pada tangan yang dominan.
Posisi ibu hamil yang membungkuk menyebabkan terjadinya tarikan pada
segmen pleksus brakhialis sehingga timbul akroestesia (rasa baal atau gatal
di tangan). Ibu hamil sering mengeluh mengalami kram otot hal ini dapat
disebabkan oleh suatu keadaan hipokalsemia. Nyeri kepala pada ibu hamil
dapat disebabkan oleh vasomotor yang tidak stabil, hipotensi postural atau
hipoglikemia (Tyastuti, 2016).
m. Integumen
Peningkatan estrogen dan progesterone merangsang peningkatan
penyimpanan melanin sehingga menyebabkan linea nigra, cloasma
gravidarum, warna areola, putting susu, vulva menjadi lebih gelap. Striae
gravidarum/ stretch marks terjadi akibat kulit perut, payudara, pantat
teregang sehingga serabut kolagen mengalami rupture (Karjatin, 2016).
5. Perubahan Psikologis Trimester I
Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron
dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan secara
fisiologis pada ibu misalnya mual, muntah, keletihan, dan pembesaran pada
payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi sebagai berikut :
a. Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan, dan kesedihan.
b. Mencaritahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali memberitahukan
orang lain apa yang dirahsiakannya.
c. Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang
meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada
wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu
kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami.
Banyak wanita hamil yang merasakan kebutuhan untuk dicintai dan
mencinta, tetapi bukan dengan seks. Sedangkan, libido yang sangat besar
dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan,
dan kekuatiran. Sedangkan bagi suami seringkali membatasi hubungan
suami istri karena takut mencederai istri dan calon bayinya. Hal ini perlu
komunikasi lebih lanjut jika dihadapkan dengan istri yang mempunyai libido
yang tinggi atau meningkat.
d. Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan, tetapi
bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah bagi
keluarga. (Hani dkk, 2010)

6. Fisiologi Pertumbuhan Janin Trimester I


Umur janin yang sebenarnya, harus dihitung dari saat fertilisasi atau
karena fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi sekurang-kurangnya dari
saat ovulasi. Sesuai dengan tingkat pertumbuhannya berbagai nama diberikan
pada anak yang dikandung itu. Dari 0-2 minggu setelah fertilisasi disebut
ovum. 3-5 minggu disebut embrio (mudigah). Pada saat ini belum dapat
dibedakan dari mudigah binatang lain. Pembentukan alat-alat badan dalam
bentuk dasar sudah terjadi. Lebih dari 5 minggu disebut fetus atau janin yang
sudah mempunyai bentuk manusia (Manuaba, 2012).
Di bawah ini pertumbuhan janin pada akhir tiap bulan (4 minggu) :
a. Akhir bulan pertama
Badan bayi sangat melengkung, panjangnya 7,5-10 mm. Kepalanya 1/3 dari
seluruh mudigah. Saluran yang akan menjadi jantung terbentuk dan sudah
berdenyut. Dasar-dasar traktus digestivus sudah nampak, permulaan kaki
dan tangan berbentuk tonjolan.
b. Akhir bulan kedua
Mukanya sudah jelas berbentuk muka manusia dan sudah mempunyai
lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki. Alat kelamin sudah
nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjang kurang lebih
2,5 cm.
c. Akhir 3 bulan
Panjang 7-9 cm, sudah ada pusat-pusat pertulangan, kuku sudah ada dan
jenis kelaminnya sudah dapat ditentukan. Janin sudah bergerak tapi
sedemikian halusnya pergerakan ini hingga belum dapat dirasakan oleh ibu.
Ginjal sudah membentuk sedikit air kencing (Dewi, 2011).

7. Penatalaksanaan pada Kehamilan Trimester I


Menurut (Manuaba,2012) masalah umum yang terjadi pada kehamilan
trimester I adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Masalah Umum Pada Ibu Hamil Trimester I
Ketidaknyamanan Fisiologi Intervensi
Perubahan payudara: Hipertrofi kelenjar, Memakai bra yang
rasa nyeri, lembek, dan hipervaskularisasi, memakai penyerap,
rasa geli. pigmentasi ukuran dapat dipakai pada
payudara, dan puting malam hari. Perawatan
serta areola bertambah, payudara dengan air
yang semuanya akibat hangat dan pertahankan
hormonal keadaan kering. Beri
tahu bahwa payudara
lembek sifatnya
sementara.
Sering kencing dan Gangguan fungsi Upayakan kencing
tidak bisa ditunda kandung kemih akibat teratur, latihan Kegel,
perubahan vasikuler kurangi minum
yang berhubungan sebelum tidur. Pakai
dengan hormonal pembalut dan lapor
Volume kandung kepada petugas
kemih mengecil akibat kesehatan bila perlu.
terdorong rahim serta
presentasi janin
Rasa letih,lesu,lemah Sulit diterangkan Istirahat cukup
(biasanya pada awal mungkin peningkatan Diet seimbang
kehamilan) hormon progesteron,
estrogen dan HCG
Mual dan muntah Tidak diketahui Jaga agar tidak terlalu
(50%-75%) terjadi mungkin perubahan lapar/kekenyangan.
syok, mulai kehamilan hormonal HCG, Tidak merokok, bangun
2-8 minggu perubahan emosi pagi makan biskuit,
ambivalen, penolakan berbaring sebentar
kehamilan sampai keluhan
berkurang.
Minum teh rendah
kafein hangat.
Makan sedikit-sering
dalam porsi kecil.
Hindari makanan yang
menyengat dan
berbumbu.
Hipersalivasi (dapat Peningkatan estrogen Kumur dengan obat
terjadi 2-3 minggu I sehingga terjadi kumur, sering
kehamilan) proliferasi jaringan ikat mengunyah permen,
Stomatitis yang dan vaskularisasi. diet seimbang, sayur-
menghilang spontan 1- Malas menelan karena buah. Sikat gigi
2 bulan postpartum emesis. baerhati-hati. Jaga
kebersihan mulut, kalau
perlu kedokter gigi.
Hidung tersumbat Hiperemia mukosa Pakai inhaler, hindari
kadang-kadang terjadi mulut karena trauma. Irigasi dengan
mimisan peningkatan estrogen cairan garam fisiologis
atau spray.
Keputihan Serviks terangsang Sulit dicegah. Biarkan,
(sering/kadang selama oleh hormon sehingga pakai pembalut, jaga
kehamilan menebal, hiperaktif, kebersihan vulva.
berlangsung) dan mengeluarkan Sering ganti pakaian
banyak lendir. dalam. Kalau gatal,
berbau, perubahan
warna lendir, segera
periksa.

Dalam memberikan asuhan/pelayanan maka bidan harus memenuhi


standar minimal 10T (Kemenkes RI, 2010), yaitu :
a. Timbang BB
Tinggi badan yang normal untuk menentukan faktor risiko pada ibu hamil
adalah > 145 cm, sedangkan kenaikan berat badan yang normal pada
kehamilan adalah 9-12,5 kg. (Kemenkes RI, 2010).
b. Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90
mmhg, atau kenaikan systole ≥ 30 dan diastole ≥ 15). (Kemenkes RI, 2010).

c. Nilai Status Gizi dengan Mengukur LILA


Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko KEK (Kurang
Energi Kronis), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan
gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA
kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR).(Kemenkes RI, 2010)
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Ukur tinggi fundus uteri dliakukan setiap kunjungan. (Kemenkes RI,
2010)
Tabel 1.2. Usia kehamilan dan tinggi fundus uteri.
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
12 minggu 3 jari setinggi simfisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 3 jari dibawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
32/ 40 minggu ½ pusat – prosesus xifoideus
a) Minggu 3 jari di bawah prosesus xifoideus
(Saminem, 2009)
e. Tentukan presentasi janin dan dengarkan denyut jantung janin (DJJ)
DJJ normal adalah 120-160 x/menit. Presentasi janin normal adalah
kepala diatas symphysis. Menentukan presentasi janin dilakukan setiap kali
kunjungan. Presentasi janin bukan kepala segera rujuk. (Kemenkes RI,
2010)
f. Skrining TT dan Beri Imunisasi TT Bila Perlu
Skreening TT dilakukan pada kunjungan pertama. Selain akan
diketahui status TT pada saat kunjungan pertama juga akan diketahui
perlu/tidak diberikan suntik TT pada kehamilan yg sedang berlangsung.
(Kemenkes RI, 2010).
g. Pemberian Tablet Fe Selama Kehamilan
Tablet tambah darah diberikan 90 tablet diminum 1 tablet setiap hari
yang perlu diingat :
1) Diminum sesudah makan malam atau menjelang tidur.
2) Hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat menganggu
proses penyerapan.
3) Hendaknya meminum dengan vitamin C, segera minum pil setelah rasa
mual, muntah menghilang. (Kemenkes RI, 2010)
h. Tes Laboratorium Rutin dan Khusus
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium
yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, Hb, dan
pemeriksaan spesifik daerah endemis/ epidemi (malaria, HIV dll).
Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan
laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang
melakukan kunjungan antenatal. (Kemenkes RI, 2010)
i. Tata Laksana Kasus
Tatalaksana kasus dalam bentuk asuhan kebidanan dibuat secara
berkesinambungan untuk semua ibu hamil yang berkunjung memeriksakan
kehamilannya. Tatalaksana kasus hendaknya dilaksanakan oleh semua bidan
yang memberikan pelayanan kepada ibu hamil. (Kemenkes RI, 2010)
j. Temu Wicara (Konseling)
Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Temu wicara
dilakukan setiap kunjungan meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup sehat,
maupun peran suami/keluarga dalam kehamilan. (Kemenkes RI, 2010).

B. Tinjauan Teori Mual Muntah


1. Pengertian
Emesis gravidarum (mual muntah) adalah gejala yang sering terjadi pada
kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
terjadi setiap saat dan malam hari (Wiknjosastro, 2009). Emesis gravidarum
merupakan gejala yang wajar dan sering didapatkan pada ibu hamil trimester I,
keluhan ini biasanya akan timbul 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2010).
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual ini mulai
dialami sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering disebut
morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat.
Pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan trimester kedua dan
ketiga, tapi ini arang terjadi (Ratna, 2011).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak dapat
diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa perasaan mual disebabkan
oleh karena meningkatnya hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) dalam serum (Wiknjosastro, 2009). Kadar hormon estrogen
yang tinggi saat hamil, mungkin merupakan penyebabnya, wanita yang hamil
untuk pertama kalinya dan wanita yang bertubuh besar, memiliki hormon
estrogen yang bersirkulasi lebih tinggi dan cenderung mengalami gangguan
kehamilan. Dalam kehamilan terjadi relaksasi jaringan otot dalam sistem
pencernaan sehingga pencernaan menjadi kurang efisien, dan kelebihan asam
lambung. Akan tetapi, tidak semua ibu hamil mengalaminya (Kusmiyati, Yuni,
2009). Pola makan calon ibu sebelum maupun pada minggu-minggu awal
kehamilan, serta gaya hidup juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis
gravidarum ini. Studi membuktikan bahwa calon ibu yang makan-makanan
yang berprotein tinggi namun berkarbohidrat dan mengandung Vitamin B6
berpeluang lebih rendah mengalami mual. Keparahan mual pun berkaitan
dengan gaya hidup calon ibu, kurang makan, kurang tidur, atau istirahat dan
stress dapat memperburuk rasa mual (Niven, 2013).
3. Tanda dan Gejala
Menurut Manuaba tahun 2012, tanda-tanda emesis gravidarum adalah :
a) Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
b) Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi dipagi hari
tetapi dapat pula terjadi setiap saat
c) Nafsu makan berkurang
d) Mudah lelah
e) Emosi yang cenderung tidak stabil.
4. Pengaruh Emesis Gravidarum pada Ibu
Keluhan mual dan muntah ini merupakan suatu yang normal, akan tetapi
dapat menjadi tidak normal apabila mual dan muntah ini terjadi terus-menerus
sehingga mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh.
Pengaruh emesis gravidarum bagi ibu adalah :
a) Mual dan muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang,
sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi)
b) Sirkulasi darah ke jaringan terhambat, jika hal ini terjadi makan konsumsi
O2 dan makanan ke jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan makanan dan
O2 ke jaringan akan menimbulkan keruskaan jaringan yang dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya
(Admin, 2010).
c) Lemas, apatis, kulit mulai jelek, lidah kotor dan kering
d) Dapat terkena dehidrasu sehingga akan menimbulkan gangguan pada
kehamilannya
e) Kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh, dapat pula
terjadi robekan kecil pada selaput lendir esofagus dan lambung atau
syndrome mallary weiss akibat perdarahan gastrointestinal (Wiknjosastro,
2009).
Menurut Yuni tahun 2009, tanda–tanda dehidrasi adalah :
a) Berat badan menurun
b) Denyut nadi meningkat (120x/menit dan terus naik)
c) Tekanan darah menurun (diastolik 50 mmHg dan terus turun)
d) Mata cekung
e) Elastisitas kulit menghilang
Apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada ibu hamil maka harus
segera mendapatkan pertolongan bidan atau tenaga kesehatan lainnya.
Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologi pada awal kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tetapi sering (Kusmiyati, Yuni, 2009).
5. Patofisiologi
Peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan
kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal
mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan
lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung dan
penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkonstribusi terhadap terjadinya
mual dan muntah. Manifestasi klinis yang timbul apabila emesis gravidarum ini
tidak mendapatkan penanganan yang sesuai akan menimbulkan hiperemesis
gravidarum.
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi pada hamil muda, bila
terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit disertai alkalosis hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Oksidasi lemak
yang tidak sempurna menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya asam
asetoasetik, asam hidroksi buturik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida dalam darah maupun dalam urine turun, selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke jaringan
berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga
dapat merusak hati.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan
berat badan yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit.
Pencernaan serta absorbsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adequat
mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan panas dan
energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak akan digunakan untuk
menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari metabolisme
lemak terdapat dalam darah dan urine (terdapat atau kelebihan keton dalam
urine).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen,
asam urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1,
B6, dan B12 mengakibatan terjadinya neuropati perifer dan anemia, dan pada
kasus berat kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya wernicke
enchephalopati (Manuaba, 2012; Niven, 2013). Pernyataan tersebut didukung
oleh Manuaba tahun 2012 dan Wiknjosastro 2009 yang menyatakan bahwa
wernicke enchepalopati dapat timbul akibat defisiensi tiamin (Wiknjosastro,
2009; Manuaba, 2012).
6. Penatalaksanaan
Penanganan Emesis Gravidarum menurut Yuni tahun 2009 adalah :
a) Hal-hal yang harus dilakukan dalam mengatasi emesis gravidarum
(Nonfarmakologis)
1) Makanlah sesering mungkin dalam porsi kecil, siang hari untuk porsi
besar dan malam hari cukup porsi kecil.
2) Lebih banyak istirahat, hal ini akan membantu mengurangi keletihan
yang dapat menimbulkan rasa mual
3) Simpanlah beberapa makanan kecil seperti coklat atau cracker untuk
dimakan sebelum turun dari tempat tidur di pagi hari.
4) Bangun tidur perlahan-lahan, luangkan waktu untuk bangkit dari tempat
tidur secara perlahan-lahan.
5) Berolahraga dan hiruplah udara segar dengan melakukan olahraga ringan,
berjalan kaki atau berlari-lari kecil akan membantu mengurangi rasa mual
dan muntah di pagi hari.
b) Menu makanan yang banyak mengandung protein juga memiliki efek positif
karena bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual (Niebyl, 2010).
c) Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala mual
(Lacasse et al., 2008; Jueckstock, Kaestner and Mylonas, 2010; Niebyl,
2010).
d) Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk
penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber
officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek
yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan
seluruh galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+
yang sering menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan
bahwa ekstrak jahe lebih efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama
dengan vitamin B6. Efek samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan
pada beberapa penelitian, tetapi tidak ditemukan efek samping signifikan
terhadap keluaran kehamilan (Fantasia, 2013; Maltepe and Koren, 2013).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wiraharja, dkk tahun 2011 yang menyatakan bahwa jahe dapat digunakan
untuk mengurangi gejala mual dan muntah dalam kehamilan. Selain itu,
berdasarkan kepustakaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan jahe yang aman dan efektif untuk mengatasi mual dan muntah
dalam kehamilan adalah 1 gram per hari, serta bentuk sediaan yang dapat
digunakan bervariasi tergantung keinginan dan kondisi ibu hamil.
a) Penatalaksanaan Farmakologis
Pada emesis gravidarum, obat-obatan diberikan apabila perubahan pola makan
tidak mengurangi gejala, sedangkan pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan
diberikan setelah rehidrasi dan kondisi hemodinamik stabil (Niebyl, 2010).
Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien
buruk.Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin),
antihistamin dan agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg
doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan
efektif (Niebyl, 2010). Dalam sebuah randomized trial, kombinasi piridoksin dan
doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan.
Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
berat hiperemesis, yaitu Wernicke’s encephalopathy. Komplikasi ini jarang terjadi,
tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai dengan gejala
okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan ekstraokular (Maltepe and
Koren, 2013).
b) Sementara hal-hal yang harus dihindari adalah :
1) Hindari mengkonsumsi makanan berminyak atau digoreng karena lebih sulit
untuk dicerna.
2) Hindari minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan minuman bersoda
(cola).
3) Hindari menyikat gigi begitu selesai makan, bagi beberapa ibu hamil menyikat
gigi menjadi hal yang problematik karena hanya dengan memasukkan sikat gigi
dalam mulut membuat mereka muntah, sehingga pilihlah waktu yang tepat untuk
menggososk gigi.
4) Hindari bau-bau yang tidak enak atau sangat menyengat, bau menyengat akan
menimbulkan rasa mual dan muntah.
5) Hindari mengenakan pakaian ketat, pakaian yang terlalu ketat dapat memberikan
tekanan yang tidak nyaman pada perut dan dapat memperburu rasa mual itu
sendiri.
C. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan
1. Data Subyektif
a. Alasan Kunjungan
Dikaji untuk mengetahui alasan wanita datang ke tempat bidan/ klinik, yang
diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Hani,Ummi, dkk, 2010).
Tujuan kunjungan biasanya untuk mendapatkan diagnosis ada/tidaknya
kehamilan, mendapatkan perawatan kehamilan, menentukan usia kehamilan dan
perkiraaan persalinan, menentukan status kesehatan ibu dan janin, menentukan
rencana pemeriksaan/penatalaksanaan lainnya. (Walyani, Elisabeth, 2015)
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan. Dituliskan
sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien serta menanyakan sejak kapan hal
tersebut dikeluhkan klien. Mendengarkan keluhan klien sangat penting untuk
pemeriksaan. (Walyani dan Elisabeth, 2015)
c. Riwayat kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda (warning
akan adanya penyulit masa hamil). Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa
hamil yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang
mengalami gangguan.
Riwayat kesehatan meliputi :
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Penyakit menular
(1) TBC
Pada kehamilan dengan infeksi TBC risiko prematuritas, IUGR dan
berat badan lahir rendah meningkat, serta resiko kematian perinatal
meningkat 6 x lipat. Keadaan ini terjadi akibat diagnosa yang terlambat,
pengobatan yang tidak teratur dan derajat keparahan lesi di paru maupun
infeksi ekstrapulmoner. Infeksi TBC dapat menginfeksi janin yang dapat
menyebabkan tuberculosis congenital (Saifuddin, 2011).
(2) Hepatitis
Jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa mengakibatkan
terjadinya hepatitis fulminant yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi
pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat menimbulkan abortus dan terjadi
perdarahan pascapersalinan karena adanya gangguan pembekuan darah
akibat gangguan fungsi hati (Saifuddin, 2011).
(3) Malaria
Komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan ada hipoglikemia
sebagai gejala klinik malaria karena takikardia, berkeringat, an pusing.
Hipoglikemia pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya gawat janin
tanpa diketahui penyebabnya, edema paru lebih sering terjadi pada trimester
II dan III, tetapi bisa juga terjadi segera pasca persalinan, anemia berat
sering terjadi pada malaria dalam kehamilan. (Saifuddin, 2011)
Selain itu, resiko malaria terhadap janin adalah fungsi plasenta
menurun, abortus, prematuritas, lahir mati,dan pertumbuhan janin
terlambat. (Saifuddin, 2011 )
(4) HIV / AIDS
Transmisi HIV dari ibu ke janin dapat terjadi intrauterin (5-10%), saat
persalinan (10-20 %) dan pasca persalinan (5-20 %). Kelainan yang dapat
terjadi pada janin adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati, partus
preterm, dan abortus spontan. (Saifuddin, 2011)
b) Penyakit menurun
(1)Jantung
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan
janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil
konsepsi dapat menderita pula dan mati, kemudian disusul oleh abortus.
Apabila konseptus lahir terus, anak dapat lahir premature atau lahir cukup
bulan akan tetapi dengan berat badan rendah (dismatiritas). Selain itu janin
dapat menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan, sehingga
neonates lahir mati atau dengan nilai Apgar rendah. Ditemukan komplikasi
prematuritas dan BBLR pada penderita penyakit jantung pada kehamilan
32 minggu dan partus kala I yang lebih rendah (Sinclair, 2009)
(2) Hipertensi
Ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi atau sedang menderita
hipertensi kronik berisisko terjadi sousio plasenta, dan risisko terjadinya
solusio plasenta 2 – 3 kali dan superimposed preeklamsi. Sedangkan
dampak pada janin ialah pertumbuhan janin terhambat atau fetal growth
restriction, intra uterine growth restriction (IUGR) (Saifuddin, 2011).
(3) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus pada ibu hmil dapat menyebabkan resiko terjadinya
preeklampsia, seksio sesarea sedangkan pada janin meningkatkan terjadinya
makrosomia, hiperbilirubinemia, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia neonatal, sindrom distress respirasi (RDS) serta
mortalitas atau kematian janin. (Saifuddin, 2011)
(4) Asma
Ada hubungan antara keadaan asma sebelum hamil dan morbiditasnya
pada kehamilan. Pada asma ringan 13 % mengalami serangan pada
kehamilan, pada asma moderat 26 %, dan asma berat 50 %. Sebanyak 20 %
daari ibu dengan asma ringan dan asma moderat mengalai serangan inpartu,
serta peningkatan risiko serangan 18 kali lipat setelah persalinan dengan
seksio sesarea jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Terdapat
komplikasi preeklamsi 11 % IUGR 12 %, dan prematuritas 12 % pada
kehamilan dengan asma. Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi
sebelum hipoksia pada ibu terjadi. (Saifuddin, 2011 )
2) Riwayat kesehatan yang lalu
a) Riwayat yang pernah atau sedang diderita
(1) Jantung
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan
janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil
konsepsi dapat menderita pula dan mati, kemudian disusul oleh abortus.
Apabila konseptus lahir terus, anak dapat lahir premature atau lahir cukup
bulan akan tetapi dengan berat badan rendah (dismatiritas). Selain itu
janin dapat menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan,
sehingga neonates lahir mati atau dengan nilai Apgar rendah. Ditemukan
komplikasi prematuritas dan BBLR pada penderita penyakit jantung pada
kehamilan 32 minggu dan partus kala I yang lebih rendah (Saifuddin,
2011).
(2) Hipertensi
Ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi atau sedang menderita
hipertensi kronik berisisko terjadi sousio plasenta, dan risisko terjadinya
solusio plasenta 2 – 3 kali dan superimposed preeklamsi. Sedanagkan
dampak pada janin ialah pertumbuhan janin terhambat atau fetal growth
restriction, intra uterine growth restriction (IUGR) (Saifuddin, 2011)
(3) Diabetes mellitus
Diabetes mellitus pda ibu hamil dapat menyebabkan resiko terjadinya
preeklampsia, seksio sesarea sedangkan pada janin meningkatkan
terjadinya makrosomia, hiperbilirubinemia, hipokalsemia, polisitemia,
hiperbilirubinemia neonatal, sindrom distress respirasi (RDS) serta
mortalitas atau kematian janin. (Saifuddin, 2011)
(4) Asma
Ada hubungan antara keadaan asma sebelum hamil dan morbiditasnya
pada kehamilan. Pada asma ringan 13 % mengalami serangan pada
kehamilan, pada asma moderat 26 %, dan asma berat 50 %. Sebanyak 20
% daari ibu dengan asma ringan dan asma moderat mengalai serangan
inpartu, serta peningkatan risiko serangan 18 kali lipat setelah persalinan
dengan seksio sesarea jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
Terdapat komplikasi preeklamsi 11 % IUGR 12 %, dan prematuritas 12 %
pada kehamilan dengan asma. Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi
sebelum hipoksia pada ibu terjadi. (Saifuddin, 2011)
(5) Hepatitis
Jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa mengakibatkan
terjadinya hepatitis fulminant yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi
pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat menimbulkan abortus dan terjadi
perdarahan pascapersalinan karena adanya gangguan pembekuan darah
akibat gangguan fungsi hati. (Saifuddin, 2011)

(6) Epilepsi
Seorang wanita penderita epilepsy idiopatik lebih besar
kemungkinannya melahirkan anak dengan epilepsy. Pada umumnya
frekuensi cacat bawaan, termasuk penyakit jantung, bibir sumbing, dan
mikrosefalia, lebih tinggi diantra bayi – bayi yang dilahirkan dari ibu – ibu
penderita epilepsy. Juga angka kematian perinatal lebih tinggi. Penderita
epilepsy dapat menderita pre-eklamsi dalam kehamilan (Saifuddin, 2011).
(7) Penyakit Menular seksual
Hasil konsepsi yang tidak sehat sering kali terjadi akibat PMS,
misalnya kemtian janin (abortus spontan atau lahir mati). Bayi berat lahir
rendah (akibat prematuritas atau retardasi pertumbuhan janin dalam
rahim) dan infeksi congenital atau perinatal (kebutaan, pneumonia
neonatus, dan retardasi mental) (Saifuddin, 2011).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan. Apakah dari keluarga ibu, suami /orang yang tinggal bersama
ibu hamil itu ada yang sakit. Mencangkup penyakit kanker, penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, penyakit jiwa, kelainan bawaan, kehamilan
ganda, TBC, epilepsi, penyakit darah, alergi, dan riwayat kehamilan kembar.) (Hani,
Ummi dkk, 2011)
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Haid
Data ini diperoleh untuk mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari
organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat haid
anatara lain sebagai berikut :
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita haid
pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun. (Sulistyawati, 2011). Hal ini
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim, dan
keadaan umum. (Walyani dan Elisabeth, 2015)
b) Siklus haid
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan haid berikutnya,
dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari. (Sulistyawati, 2011). Siklus
normal haid biasanya 28 hari. (Walyani dan Elisabeth, 2015)
c) Lamanya
Lamanya haid yang noral adalah ± 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari
berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit
yang mempengaruhi. (Walyani, Elisabeth, 2015: 120)
d) Volume/Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang dikeluarkan. Sebagai
acuan biasanya digunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Biasanya untuk
menggali lebih dalam pasien ditanya sampai berapa kali ganti pembalut dalam
sehari (Sulistyawati, 2011). Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah
menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid. (Walyani dan Elisabeth,
2015)
e) Dismenorea
Nyeri haid ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderitanya atau
tidak ditiap haidnya. Nyeri haid juga menjadi tanda bahwa kontraksi uterus
klien begitu hebat seingga menimbulkan nyeri haid. (Walyani dan Elisabeth,
2015)
Gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa dismenorea (rasa
nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram
ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.
Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenorea
primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat
kelamin. Dismenorea sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan
kelainan anatomis yang jelas, kelainan ini kemungkinan adalah haid disertai
infeksi, endometritis, mioma uteri, polip serviks, polip endometrial, pemakai
IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). (Manuaba,2012)
f) Leukorea
Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama
secara berlebihan. Leukorea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi,
juga terjadi melalui rangsangan seksual. Leukorea abnormal dapat terjadi pada
semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahi,
rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan
kelamin). (Manuaba,2012)
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Dikaji :
a) Gravida/Para
b) Usia Kehamilan
Menentukan usia kehamilan sangat penting untuk memperkirakan
persalinan (Manuaba,2012). Umur kehamilan dan tafsiran persalinan dihitung
dengan menggunkan rumus Neagle. HPL (hari perkiraan lahir) = HPHT (hari
pertama haid terakhir) + 7 dan bulan haid terakhir - 3. Tahun HPHT
ditambahkan 1 (jika bulan lSebih dari 1- 3). (Hani, Ummi,dkk, 2010)
c) HPHT
HPHT adalah hari haid pertama terakhir seorang wanita sebelum hamil.
Cara menentukan HPHT adalah dengan melakukan anamnesis pada ibu secara
tepat karena apabila terjadi kesalahan, maka penentuan usia kehamilan juga
menjadi tidak tepat. Haid terkhir tersebut harus normal, baik dari lamanya
maupun dari banyaknya. HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru
mengeluarkan darah menstruasi dengan frekuensi dan lama menstruasi seperti
biasa. (Hani,Ummi, dkk, 2010)
d) HPL
HPL adalah tanggal taksiran perkiraan persalinan ibu. Bisa ditentukan
setelah HPHT didapatkan. HPL = tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT
dikurangi 3, Tahun HPHT ditambahkan 1 (jika bulan lebih dari 4-12) HPL=
tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT dikurangi 3, Tahun HPHT
dikurangi 1 (jika bulan lebih dari 1-3) (Hani, Ummi, dkk, 2010)
e) Gerakan Janin
Diperkirakan terjadi gerakan pertama fetus pada usia kehamilan 16 minggu
terdapat perbedaan. Pada primigravida biasanya dirasakan pada usia 18 minggu,
sedangkan pada multigravida sekitar 16 minggu. Dengan mengetahui gerakan
janin maka perkiraan umur kehamilan dapat ditetapkan. Gerakan janin juga
diperlukan untuk mengetahui keadaan janin (masih hidup/mati). Berupa positif
jika ada, dan negatif jika belum ada(Hani,Ummi, dkk, 2010). Gerakan janin juga
bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi baru dapat dirasakan
oleh ibu pada usia kehamilan 16 – 20 minggu karena diusia kehamilan tersebut,
dinding uterus mulai menipis dan gerakan janin lebih kuat. (Saifuddin, 2011).
Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam ) (Saifuddin,
2011)
f) Masalah-masalah
Menanyakan kepada klien apakah ada masalah pada kehamilan trimester I
(hiperemesis gravidarum, anemia,dll), pada trimester II dan trimester III
tanyakan masalah apa yang pernah dirasakan pada kehamilan sebelumnya. Hal
ini untuk sebagai faktor persiapan kalau-kalau kehamilan sekarang akan terjadi
hal seperti itu lagi. (Walyani, Elisabeth, 2015)
g) Riwayat ANC
Menanyakan kepada klien asuhan kehamilan apa saja yang pernah ia
dapatkan selama kehamilan trimester I, trimester II dan trimester III.
Menanyakan kepada klien asuhan apa yang pernah ia dapatkan pada kehamilan
sebelumnya dan menanyakan bagaimana pengaruhnya terhadap kehamilan.
Apabila baik, bidan bisa memberikan lagi asuhan kehamilan tersebut pada
kehamilan sekarang. Tempat ANC juga ditanyakan untuk mengetahui dimana
tempat klien mendapatkan asuhan kehamilan tersebut. (Walyani, Elisabeth,
2015)
3) Riwayat Kebidanan yang lalu
Menanyakan:
a) Jumlah Kehamilan (Gravida/G)
Ditanyakan untuk mengetahui seberapa besar pengalaman klien tentang
kehamilan. Apabila klien mengatakan ini merupakan kehamilan pertama, maka
bidan harus secara maksimal memberikan pengetahuan kepada klien tentang
bagaimana merawat kehamilannya dengan maksimal. (Walyani, Elisabeth,
2015)
b) Jumlah anak yang hidup
Untuk mengetahui pernah tidaknya klien mengalami keguguran, apabila
pernah maka pada kehamilan berikutnya beresiko mengalami keguguran
kembali. Serta apabila jumlah anak yang hidup hanya sedikit dari kehamilan
yang banyak, berarti kehamilan ini sangat diinginkan. (Walyani, Elisabeth,
2015)
c) Jumlah kelahiran Premature
Untuk mengidentifikasi apakah pernah mengalami kelahiran premature
sebelumnya, jika ia maka dapat beresiko menimbulkan persalinan premature
berikutnya (Walyani, Elisabeth, 2015)
d) Jumlah keguguran
Menanyakan kepada klien apakah pernah mengalami keguguran atau
tidak. Sebab apabila pernah mengalami keguguran dalam riwayat persalinan
sebelumnya maka beresiko mengalami keguguran berulang. (Walyani,
Elisabeth, 2015)
e) Persalinan dengan tindakan (operasi sesar, vakum, forcep)
Untuk mengetahui catatan kelahiran terdahulu, apakah pervaginam,
melalui bedah sesar, dibantu forcep atau vakum. (Walyani, Elisabeth, 2015)
f) Riwayat perdarahan pada persalian atau pasca persalinan
Ditanyakan untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami perdarahan
pascapersalinan, perdarahan antepartum, atau intrapartum sebelumnya.
(Walyani, Elisabeth, 2015)
g) Berat bayi
Dikaji untuk mengidentifikasi berat bayi yang dilahirkan pada kehamilan
sebelumnya, apakah berat bayi kecil untuk masa kehamilan (BKMK) atau bayi
besar untuk masa kehamilan (BBMK), karena kondisi ini biasanya berulang.
Apabila persalinan pervaginam, berat lahir mencerminkan bahwa bayi dengan
ukuran tertentu berhasil memotong pelvis maternal. (Walyani, Elisabeth, 2015)
h) Masalah lain
Untuk mengetahui apakah sebelumnya kehamilannya mengalami
komplikasi sehingga dapat diketahui antisipasi terhadap komplilasi berulang.
(Walyani, Elisabeth, 2015)
4) Riwayat KB
Ditanyakan untuk mengetahui metode KB yang selama ini digunakan, lama
pemakaian kontrasepsi tersebut, dan ada masalah saat menggunakan kontrasepsi
tersebut atau tidak. (Walyani, Elisabeth, 2015).

5) Pola kebiasaan sehari- hari


a) Nutrisi
Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan bagaimana pasien
mencukupi asupan gizinya selama hamil sampai dengan masa awal persalinan.
(Sulistyawati, 2011). Untuk memenuhi tambahan kebutuhan zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur diperlukan tambahan konsumsi makanan sehari –
hari.
b) Eliminasi
(1) BAB
Dikaji frekuensinya (BAB nya teratur atau tidak, jika mengatakan
terlalu sering dan feses cair bisa dicurigai mengalami diare, dan jika terlalu
jarang BAB serta feses kering dan keras, dicurigai klien mengalami
konstipasi), warnanya (normalnya warna feses berwarna kuning kecoklatan)
(Walyani, Elisabeth, 2015).
(2) BAK
Dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih dalam sehari.
Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan
yang masuk, atau juga karena adanya tekanan dinding vesika urinaria.
Apabila ternyata wanita hamil kesulitan berkemih berarti bidan harus segera
mengambil tindakan,misal memasang kateter),warna urine (normalnya urine
berwarna bening, jka urine berwarna keruh dicurigai klien menderita DM
karena urin keruh disebabkan adanya penumpukan glukosa), bau urine (bau
urine normalnya seperti bau Amonia (NH3) (Walyani, Elisabeth, 2015)
c) Personal Hygine
Kebersihan jasmani sangat penting karena saat hamil banyak berkeringat
terutama di daerah lipatan kulit. Mandi 2-3x sehari membantu kebersihan badan
dan mengurangi infeksi. Pakaian sebaiknya dari bahan yang dapat menyerap
keringat, sehingga badan selalu kering terutama di daerah lipatan kulit.
(Manuaba, 2012)
Rambut harus sering dicuci. Gigi, harus benar-benar mendapat
pemeliharaan karena kerusakan gigi dapat mengakibatkan komplikasi seperti
nefritis, septicemia, sepsis puerpuralis oleh karena infeksi dirongga mulut.
(Manuaba, 2012),
Kebersihan alat genetalia juga harus ditingkatkan karena saat hamil
frekuensi berkemih menjadi sering sehingga menyebabkan situasi basah dan
jamur mudah tumbuh dan menyebabkan rasa gatal. Kebersihan bisa dijaga
dengan memakai celana dalam yang selalu bersih. (Manuaba, 2012).
d) Hubungan Seksual
Dikaji pola hubungan seksual, frekuensi berhubungan, kelainan dan
masalah seksual dan lain-lain. Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa
kehamilan jika dilakukan dengan hati – hati (Hani, Ummi, dkk, 2010).
e) Istirahat
Jadwal istirahat perlu diperhatikan karena istirahat dan tidur yang teratur
dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk perkembangan dan
pertumbuhan janin (Manuaba, 2012).
f) Aktifitas Fisik
Data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang
biasa dilakukan pasien di rumah. Aktivitas yang terlalu berat dapat
menyebabkan abortus dan persalinan prematur. Olahraga sangat bermanfaat
bagi ibu hamil karena tubuh akan meningkatkan volume darah, meningkatkan
volume sekuncup, memperkuat otot jantung, dan meningkatkan vaskularisasi
sehingga memperbesar hantaran oksigen dan nutrisi (Manuaba, 2012).
6) Riwayat Psikologi-Spiritual
a) Riwayat Pernikahan
Ditanyakan :
1) Menikah
Ditanya status klien, apakah sudah menikah atau belum, pernikahan
yang keberapa dan istri keberapa dengan suami sekarang. Penting dikaji
untuk mengetahui status kehamilan tersebut apakah dari hasil pernikahan
resmi atau tidak atau hasil dari kehamilan yang tidak diinginkan. Status
pernikahan berpengaruh pada psikologis ibu saat hamil.
2) Usia saat menikah
Ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menikah di usia muda atau
tidak. Jika klien menikah usia muda dan saat kunjungan ke bidan tidak lagi
usia muda dan merupakan kehamilan pertama, kemungkinan kehamilan ini
sangat diharapkan. Hal ini akan berpengaruh pada bagaimana asuhan
kehamilannya
(3) Lama pernikahan
Ditanyakan sudah berapa lama menikah, jika klie mengatakan sudah
lama menikah tapi baru bisa mempunyai keturunan, kemungkinan kehamilan
ini sangat diharapkan (Walyani, Elisabeth, 2015)
b) Respon dan Dukungan keluarga
Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan, hal ini perlu ditanyakan
karena keluarga selain suami klien juga sangat berpengaruh besar bagi kehamilan
klien. Tanyakan bagaimana respon dan dukungan keluarga lain, misalnya anak,
orang tua, serta mertua.
c) Pengambilan keputusan
Pengambil keputusan perlu ditanyakan karena untuk mengetahui siapa yang
diberi kewenangan klien mengambil keputusan apabila ada hal kegawat-
daruratan.
d) Menanyakan data spiritual:
Data spiritual klien perlu ditanyakan apakah keadaan rohaninya saat itu
sedang baik ataukah sedang stress karena suatu masalah. Apabila sadang stress,
bidan harus pintar memberikan konseling untuk membantu memecahkan masalah
kleien tersebut dan meminta suami klien terus memberikan dukungan.
Mengingat, wanita yang sedang hamil dan keadaan rohaninya sedang tidak stabil,
hal ini sangat berpengaruh terhadap kehamilanya.
e) Menanyakan data sosial budaya:
Tradisi yang mempengaruhi kehamilan, hal ini ditanyakan karena bangsa
Indonesia mempunyai beraneka ragam suku bangsa yang tentunya dari setiap
suku bangsa mempunyai tradisi khusus bagi wanita hamil. Tugas bidan
mengingatkan tradisi-tradisi tersebut diperbolehkan selagi tidak merugikan
kehamilnnya.
f) Data Pengetahuan
Perlu dikaji dengan berbekal pengetahuan maka pasien akan lebih mudah
diajak memecahkan masalah yang mungkin terjadi. (Hani, Ummi, dkk, 2010).
2. Data Obyektif
Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
2. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai berikut :
a) Baik
Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan
dalam berjalan. (Sulistyawati, 2011)
b) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan oang lain, dan
pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. (Sulistyawati,
2011)
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan komposmentis
(kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan
sadar). (Sulistyawati, 2011)
3) Tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik. Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15
mmHg diastolik diatas tensi sebelum hamil, menandakan toxaemia
gravidarum (keracunan kehamilan). (Hani, Ummi,dkk 2009)
b) Nadi
Denyut nadi meternal sedikit meningkat selama hamil sejak usia
kehamilan 4 minggu sekitar 80-90x/menit, kondisi ini memuncak pada
usia 28 minggu (Sulistyawati, 2011).

c) Pernafasan
Pernafasan normal pada ibu hamil adalah 16-24x/menit. Tujuan
menghitung pernafasan pada ibu hamil adalah untuk mendeteksi secara
dini adanya penyakit yang berhubungan dengan pernafasan yang
kemungkinan sebagai penyulit kehamilan dan diprediksi akan
membahayakan keselamatan ibu dan janin selama kehamilan dan
menghambat jalannya persalinan(Sulistyawati, 2011).
d) Suhu
Peningkatan hormon progesteron yang disertai dengan peningkatan
metabolisme tubuh ibu hamil, jumlah panas yang juga dihasilkan juga
meningkat. Ibu hamil mengalami peningkatan suhu tubuh sampai 0,5%
meskipun pada tubuh ibu hamil sudah ada upaya kompensasi seperti
pengeluaran panas lewat pernafasan dan keringat. Suhu tubuh ibu hamil
normalnya 35,80C-370C, jika lebih dari 37,50C dikatakan demam, hal ini
mungkin ada infeksi dalam kehamilan(Sulistyawati, 2011).
e) Berat Badan
Kenaikan berat badan selama hamil rata-rata : 9 – 13,5 kg.
Kenaikan BB selama TM I : min 0,7-1,4 kg
Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg
Kenaikan BB selama TM I : 9,5 kg
(Pantiawati, Ika, 2010)
f) Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko bagi ibu
hamil/ibu bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145 cm kemungkinan
sang ibu memiliki panggul sempit. Tujuan pemeriksaan tinggi badan
adalah untuk mengetahui tinggi badan ibu sehingga bisa mendeteksi faktor
resiko. Faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan
tinggi badan adalah keadaan rongga panggul. Sering dijumpai pada ibu
yang pendek, rongga panggulnya sempit. Ada juga ibu hamil yang pendek
tapi rongga panggulnya normal. (Sulistyawati, 2011)

g) LILA
Tujuan pemeriksaan LILA adalah untuk mengetahui ukuran lingkar
lengan atas untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Normalnya 23,5-25
cm, bila kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi
yang kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), sedangkan bila LILA di atas 25 cm,
indikasi adanya janin besar karena obesitas (Sulistyawati, 2011)
h) IMT
IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan pengukurannya
direkomendasikan federal untuk mengklarifikasi kelebihan berat badan dan
obesitas. Cara mengukur IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg/m2) ( Manuaba,
2012 ).
a. Status Present
1) Kepala
Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala, kesimetrisan
wajah, lokasi struktur wajah (Sinclair, 2009)
2) Rambut
Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak (Sulisyawati, 2011)
3) Telinga
Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman pendengaran, letak
telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau tidak, ada rabas pada aurikula
dan autium atau tidak, edema atau tidak, ada lesi atau tidak, adanya
sumbatan atau benda asing pada saluran pendengaran eksterna atau tidak
(Sinclair, 2009)
4) Mata
Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda infeksi atau
tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan bentuk serta kesamaan
pupil (Sulistyawati, 2011).
5) Hidung
Dikaji ada nafas cuping hidung atau tidak, kesimetrisan, ukuran, letak,
rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip atau itak, ada tanda-
tanda infeksi atau tidak (Sulistyawati, 2011).
6) Mulut
Dikaji :
a) bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab / kering )
b) lidah (warna, kebersihan)
c) gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut) (Sulisyawati, 2011)
7) Leher
Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya
pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan ada/tidaknya
bendungan vena jugularis (Sulisyawati, 2011)
8) Ketiak
Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe. (Sulisyawati,
2011)
9) Dada
Dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan keimetrisan payudara,
bunyi/denyut jantung, ada/tidaknya gangguan pernafasan (auskultasi)
( Sulisyawati, 2011).
1) Ekstremitas
Dikaji adakah kelainan atau tidak, adakah edema dan varises serta
reflek patella pada kaki kanan dan kaki kiri(Hani,Ummi, dkk, 2010)
1) Genitala eksterna
a) Lihat adanya tukak/luka, varises, cairan (warna, konsistensi, jumlah,bau)
b) Uretra dan skene : adakah cairan atau nanah.
c) Kelenjar Bartholini adakah: pembengkakan, massa, atau kista, dan cairan
(Hani,Ummi, dkk, 2010)
2) Anus
Dikaji ada /tidaknya hemoroid dan kebersihan. (Sulisyawati, 2011)
a. Pemeriksaan Obstetrik
1) Muka
Dilihat ada/tidaknya edema dan cloasma gravidarum (Manuaba,2012).

2) Mammae
(a) Inspeksi: hiperpigmentasi areola dan puting susu, glandula montgomery
menonjol.
(b) Palpasi: tidak teraba massa, kolostrum keluar setelah 32 minggu
(Sulisyawati, 2011)
3) Abdomen
a. Inspeksi
Dilihat pada perut tampak membesar, ada/tidaknya linea nigra, linea
alba, striae gravidarum. (Hani, Ummi, dkk, 2010)
4) Palpasi leopold
(a) Leopold I
Tujuannya untuk menentukan umur kehamilan (berdasarkan TFU)
dan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di fundus. (Hana,Ummi,
dkk, 2010). Pengukuran TFU terutama > 20 minggu. Tinggi fundus yang
normal sama dengan usia kehamilan (Saifuddin, 2011).
(b) Leopold II
Tujuannya untuk menentukan bagian apa yang ada di bagian kanan
dan kiri perut ibu (Saifuddin, 2011).
(c) Leopold III
Bertujuan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bawah
dan apakah bagian bawah janin sudah atau belum terpegang oleh pintu
atas panggul (Saifuddin, 2011).
(d) Leopold IV
Bertujuan untuk menentukan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga panggul.
5) Auskultasi
Frekuensi DJJ rata – rata sekitar 140 denyut per menit (dpm) dengan
variasi normal 20 dpm diatas atau dibawah nilai rata – rata. Nilai normal
denyut jantung janin antara 120 – 160 dpm.(Saifuddin, 2011)
Jantung janin mulai berdenyut sejak awal minggu keempat setelah
fertilisasi, tetapi baru pada usia 20 minggu bunyi jantung jain dapat terdeteksi
dengan fetoskop. Dengan mengggunakan teknik ultrasound atau system
Doppler, bunyi jantung janin dapat didengar lebih awal (12 -20 minggu usia
kehamilan) (Saifuddin, 2011)
Tujuan pemeriksaan DJJ adalah untuk mengetahui bayi hidup atau mati .
Untuk menentukan area terdengarnya denyut jantung janin yang keras,
(puntum maximum) sehingga dapat dipastikan presentasi janin dalam
kandungan, apakah berada dibagian bawah kepala atau bokong atau janinnya
melintang. Disamping itu untuk mengetahui janin didalam kandungan tunggal
atau ganda (Manuaba,2012)
6) Pemeriksaan Penunjang
a) PP Test/Urine test
b) Pemeriksaan laboratorium:
(1) Pemeriksaan urine digunakan untuk mengetahui kadar urine protein dan
kadar glukosa
(2) Pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah,
Hb, dan penyakit rubella.
(3) Pemeriksaan Rontgen
Digunakan untuk mengetahui kepastian kehamilan, menentukan
hamil kembar, menentukan kelainan pada anak, menentukan bentuk
dan ukuran panggul. Pemeriksaan rontgen sebaiknya dilakukan pada
kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum bulan ke-4 rangka
janin belum tampak dan pada hamil muda pengaruh rontgen terhadap
janin lebih besar.
(4) Pemeriksaan USG
Digunakan untuk mendiagnosis dan konfirmasi awal kehamilan,
penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal, mengetahui
adanya IUFD, mengevaluasi pergerakan janin dan detak jantung janin,
dll (Hani, Ummi, dkk, 2010).
3. Analisa
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudaian dianalisa
dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah ibu.
a. Diagnosa kebidanan dan masalah
Dalam bagian ini yang dikumpulkan oleh bidan antara lain sebagai
berikut :

1) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan
dengan kehamilannya (jumlah kehamilan, dibedakan menjadi primigravida
(hamil pertama kali) dan multigravida (hamil yang kedua atau lebih).
(Sulistyawati, 2011)
2) Usia kehamilan dalam minggu
3) Keadaan janin
4) Normal atau tidak normal (Sulistyawati, 2011)
b. Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan “diagnosa”.
Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk
membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya
(Sulistyawati, 2011)
c. Diagnosa potensial dan antisipasi tindakan
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan, bidan
secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnosis potensial tidak
benar – benar terjadi (Sulistyawati, 2011)
d. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera, Konsultasi, Kolaborasi
Berdasarkan diagnosa potensial yang telah dirumuskan, bidan
secepatnya melakukan tindakan antisipasi agar diagnose diagnose potensial
tidak benar – benar terjadi (Sulistyawati, 2011)
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konsseling, dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural, atau
masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut harus
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspekasuhan kesehatan.
(Hana,Ummi, dkk, 2010)

DAFTAR PUSTAKA

Afni, R. (2016). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I dengan Kejadian Abortus di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(2), 79–82.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol3.iss2.107
Ai Yeyeh, Rukiyah dkk. 2012. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : Trans Info Media
Andriani, D. (2016). Optimalisasi Perilaku Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Trimester
Satu Melalui Penyuluhan. Adi Husada Nursing Journal, 2(2), 17.
https://doi.org/10.37036/ahnj.v2i2.48
Coxon, K et al. (2020). The Impact of the Coronavirus (COVID-19). Pandemic on Maternity
Care in Europe. Elsevier Public Health Emergency Collection.
Dashraath, P et al. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pandemic and
Pregnancy. Am J Obstetrics Gynecology Vol. 202. No. 6 Elsevier Public Health
Emergency Collection.
Dewi, V. H. L. (2011) Asuhan Kebidanan Untuk Kebidanan. 1st edn. Jakarta: Salemba
Medika.
Fradkin, R. (2020). Providing Antenatal Care during COVID-19. PHN North Western
Melbourne an Australia Government Initiative.
Handayani. 2013. Pola Konsumsi Pangan Dan Konsumsi Susu Serta Status Gizi Ibu Hamil
Di Kota Bogor
Handayani, S. R., & Mulyati, T. S. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Kementerian Kesehatan
RI.
Hani, Ummi, dkkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika
Harahap, R. F., Alamanda, L. D. R., & Harefa, I. L. (2020). Pengaruh Pemberian Air
Rebusan Jahe Terhadap Penurunan Mual dan Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 8 (1), 84–95. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
JIK/article/download/18089/12857
Kemenkes RI (2010). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA), Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Bina Kesehatan Ibu, p. 1 of 76.
Mangkuji, B. et al. (2012) Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC.
Manuaba (2012) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai