Anda di halaman 1dari 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab

bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan

atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga

berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat)

(Jannah, 2012).

2.2 Masa Kehamilan

2.2.1 Proses kehamilan

Menurut (Yeyeh, dkk, 2011) Proses kehamilan merupakan mata rantai yang

berkesinambungan yang terdiri dari:

1. Ovulasi pelepasan ovum

2. Terjadinya migrasi spermatozoa dan ovum

3. Terjadinya konsepsi dan pertumbuhan zigot

4. Terjadi nidasi(Implantasi) pada uterus

5. Pembentukan plasenta

6. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm

Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14 pada

siklus menstruasi normal 28 hari siklus menstruasi berbeda pada setiap orang. Bila

masa subur terjadi hubungan seks, maka sperma akan ditampung pada liang

5
6

sanggama bagian dalam.Setiap mililiter sperma mengandung sekitar 34-40 juta

spermatozoa, sehingga setiap hubungan seks terdapat sekitar 110-120 juta

spermatozoa. Setiap spermatozoa membawa kromosom pembawa tanda 22 buah,

kromosom seks Y untuk anak laki-laki dan kromosom seks X untuk anak

perempuan. Pada ovum yang dilepaskan selalu membawa 22 pasang pembawa

tanda dan kromosom seks X. Pertemuan spermatozoa Y dan telur X menjadi zigot

laki-laki sedangkan spermatozoa X bertemu telur X maka jadilah zigot

perempuan. Pertemuan terlaksana setelah telur lepas sekitar 12 jam dan

spermatozoa melalui proses kapashasi disebut fertilizasi, atau pembuahan

"konsepsi" atau impregnancy.

Setelah masuknya kepala sperma kedalam telur (ovum) dengan

meninggalkan ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-masing

dengankromosom mencari pasangannya. Mula-mula terjadi pembedahan menjadi

dua dan seterusnya sehingga seluruh ruangan telur penuh dengan hasil

pembelahan sel dan disebut morula. Pembelahan berlangsung terus sehingga di

bagian dalam terbentuk ruangan yang mengandung cairan disebut blastokist.

Sementara itu bagian luar dinding telur timbul rumbai-rumbai yang disebut villi

yang akan berguna untuk menanamkan diri pada lapisan dalam rahim, yang telah

siap menerima dalam reaksi desidua. Hasil konsepsi dalam bentuk blastokist yang

mempunyai rumbai (Villi Korealis) dapat menanamkan diri pada dinding rahim

melalui proses Proteolitik-Enzimatik dan disebut nidasi atau implantasi. Sejak saat

terjadi konsepsi, fertilisasi, impregnancy sampai mampu menanamkan diri

diperlukan waktu sekitar 6-7 hari dan kehamilan sudah dimulai.


7

2.2.2 Diagnosa Kehamilan

1. lama kehamilahan

Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan (lunar

months). Kehamilan dibagi atas tiga trimester: kehamilan triwulan satu

antara 0-12 minggu, kehamilan triwulan dua antara 12-28 minggu dan

kehamilan triwulan tiga antara 38-40 minggu.

2. Tanda Presumtif (Tanda Tidak Pasti)

(1) Amenorhoe (tidak dapat haid)

Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorhoe

menandakan kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting

karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting

diketahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT), supaya dapat

ditentukan tuanya kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan

dengan memakai rumus dari Naegele: TTP (hari pertama HT +7)

dan (bulan HT +3).

(2) Nause (Mual) dan Emesis (Muntah)

Biasanya terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan

sampai akhir triwulan pertama disertai kadang-kadang oleh

muntah. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan

ini lazim disebut morning sickness. Dalam batas tertentu keadaan

ini masih fisiologis. Namun bila terlampau sering dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut dengan

hiperemesis gravidarum.
8

(3) Mengidam

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang dengan

makin tuanya kehamilan.

(4) Mamae Menjadi Tegang dan Membesar

Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron

yang merangsang duktus dan alveoli pada mamae, sehingga

glandula montglomery lebih jelas.

(5) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

Terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan

akan timbul lagi.

(6) Sering kencing (miksi)

Terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama

kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada

triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus

yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan

gejala bisa timbul kembali karena janin mulai masuk ke rongga

panggul dan menekan kembali kandung kencing.

(7) Obstipasi

Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh

hormon steroid.

(8) Pigmentasi kulit

Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung, dan

dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan,


9

dikenal sebagai closma gravidarum (topeng kehamilan). Areola

mamae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen

yang berlebihan. Daerah leher menjadi lebih hitam dan linea alba.

Hal ini terjadi karena pengaruh hormon kortiko sterois plasenta

yang merangsang melanofor dan kulit.

(9) Epulis

Suatu hipertrofi papilla ginggivae. Sering terjadi pada triwulan

pertama.

(10) Varises

Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis dan

vulva biasanya dijumpai pada trimester akhir.

3. Tanda-tanda kemungkinan hamil

(1) Uterus membesar

Terjadi perubahan, besar, dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan

dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin

bundar bentuknya.

(2) Tanda hegar

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjasi lunak, terutama

daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami

hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama

mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Sehingga kalau

kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan satunya pada
10

dinding perut diatas simpisis maka ismus ini tidak teraba seolah-olah

korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus.

(3) Tanda chadwick

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak

lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Warna porsiopun tampak livide.

Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.

(4) Tanda piscaseck

Uterus mengalami pembesaran. Kadang-kadang pembesaran tidak

rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini

menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan pembesaran

tersebut.

(5) Tanda braxton hicks

Bila uterus dirangsang akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi atau

pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi keras karena

berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.

(6) Goodell sign

Diluar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita

merasa ukung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada

perabaan selunak vivir atau ujung bawah daun telinga.

(7) Reaksi kehamilan positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic

gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi
11

hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnisa kehamilan

sedini mungkin.

4. Tanda pasti ( tanda positif)

(1) Terasa gerakan janin

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada

kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16

minggu karena telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada

bulan IV dan V janin itu kecil jika dibandingkan dengan banyaknya air

ketuban, maka kalau rahim didorong atau digoyangkan, makan anak

melenting didalam rahim. Ballottement ini dapat ditentukan dengan

pemeriksaan luar maupun dengan jari yang meloakukan pemeriksaan

dalam. Ballottement diluar rahim dapat ditimbulkan oleh tumor-tumor

bertangkai dalam acites seperti fibroma ovarii. Karena seluruh badan

janin yang melenting maka ballottement semacam ini disebut

ballottement in toto untuk membedakan dengan ballottement yang

ditimbulkan oleh kepala saja pada kehamilan yang lebih tua.

(2) Teraba bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa

dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua.

(3) Denyut jantung janin

Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa

dengan menggunakan doppler.

(4) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen


12

(5) USG

Dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran kantong janin,

panjangnya janin, dan diameter biparetalis hingga dapat diperkirakan

tuanya kehamilan (jannah, 2012).

2.2.3 Perubahan Fisiologi Wanita Hamil

Menurut Jannah (2012), ada beberapa perubahan yang fisiologis pada

wanita hamil yaitu:

1. Sistem Reproduksi

1) Uterus

(1) Ukuran

a) Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uters adalah 30 x 25 x 20 cm

dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc.

b) Hal ini rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos

rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higgroskopik dan

endometrium menjadi desidua.

Tabel 2.1 TFU Menurut Penambahan Per Tiga Jari

Usia Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Kehamilan

(Minggu)
12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari di bawah simfisis
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
36 1 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
13

40 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)


Sumber: Prawirohardjo, 1999

(2) Posisi Rahim Dalam Kehamilan

a) Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofleksi.

b) Pada bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis.

c) Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam

pembesarannya dapat mencapai batas hati.

d) Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga

abdomen kanan atau kiri.

(3) Berat

Tabel 2.2 bentuk uterus bersarkan usia kehamilan

Usia kehamilan Bentuk dan konsistensi uterus


Bulan pertama Seperti buah alpukat. Ismust rahim menjadi

hipertropi dan bertambah panjang sehingga bila

diraba terasa lebih lunak (tanda hegar)


2 bulan Sebesar telur bebek
3 bulan Sebesar telur angsa
4 bulan Berbentuk bulat
5 bulan Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, rahim

terasa tipis. Itulah sebabnya mengapa bagian-

bagian janin ini dapat dirasakan melalui perabaan

dinding perut.
Sumber : Jannah, 2012

(4) Vaskularisasi
14

Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan

anak-anak cabangnya, pembuluh darah vena mengembang dan

bertambah.

(5) serviks uteri

bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang disebut

tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan

banyak cairan mucus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran

pembuluh darah, warnanya menjadi livid dan ini disebut dengan tanda

chadwick.

2) Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai

terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran estrogen dan

progesteron.

3) Vagina

Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hopervaskularisasi pada vagina dan

vulva sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan,

kondisi ini disebut tanda chadwick.

2. Payudara

Karena adanya peningkatan suplai darah dibawah pengaruh aktivitas

hormon, jaringan glandular dari payudara membesar dan puting menjadi lebih

efektif walaupun perubahan payudara dalam bentuk yang membesar terjadi


15

pada waktu menjelang persalinan. Estrogen menyebabkan pertumbuhan

tubulus lactiferous dan ductus juga menyebabkan tumbuhnya lobus, alveoli

lebih dan glakokortikoid juga mempunyai peranan penting dalam

perkembangan ini. Prolaktin merangsang produksi kolostrum dan air susu ibu.

3. Sistem Metabolisme

1) Metabolisme basal naik sebesar 15 % sampai 20 % dari semula, terutama

pada trimester ketiga.

2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 meq per liter

menjadi 145 meq perliter disebabkan hemodulusi darah dan kebutuhan

mineral yang dibutuhkan janin.

3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan

laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0.5 gr/kg bb atau

sebutir telur ayam sehari.

4) Kebutuhan kalori di dapat dari karbohidrat, lemak dan protein.

5) Kebutuhan zat mineral bagi ibu hamil:

a) Kalsium 1,5 gram setiap hari, 30 sampai 40 gram untuk

pembentukan tulang janin.

b) Fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari.

c) Zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari.

d) Airibu hamil memerlukan cukup air yang banyakdan dapat terjadi retensi

air.

4. Perubahan pada organ dan sistem lainnya


16

1) Sistem sirkulasi darah

(1) Volume darah

Volume dan darah total dan volume palsma darahj naik pesar akhir

trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25%

dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung

(cardiac output) yang meningkat sebanyak kurang lebih 30%.

Akibat hemodilusi yang mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan,

bulan, ibu yang menderita penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan

dekompensasio kordis. Kenaikan plasma darah dapat mencapai 40% saat

mendekati cukup bulan (Prawirohardjo, 1999).

(2) Nadi dan tekanan darah

Tekanan darah arteri cenderung ,menurun terutama selama trimester

kedua dan naik lagi seperti pada prahamil. Denyut vena dalam batas

normal.

(3) Jantung

Pompa jantung mulai naik kira-kira 30%. Setelah kehamilan 3 bulan dan

menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan.

2) Sistem pernapasan

Wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas. Hal ini disebabkan

oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim.


17

Kapasitas vitasl paru meningkat sedikit selama hamil. Seorang wanita hamil

selalu bernapas dengan pernafasan dada.

3) Saluran pencernaan (traktus digestivus)

4) Tulang dan gigi.

5) Kulit

(1)Pada kulit tertentu terjadi hiperpigmentasi.

(2)Muka cloasma gravida.

(3)Payudara: puting susu dan aerola payudara.

(4)Perut: linea nigra strie

(5)Vulva

6) Kelenjar endokrin

(1)Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit.

(2)Kew\lenjar hpofise: dapat memsar terutama lobus anterior

(3)Kelenjar adrenal: tidak begitu berpengaruh

(4)Metabolisme

2.3 Antenatal Care (ANC)

2.3.1 Pengertian

Antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

hamil yang sesuai dengan 10 T yaitu Timbang berat badan, Ukuran tekanan darah,

Nilai status gizi, Tinggi fundus uteri, Denyut jantung janin, Tetanus toxoid, Tablet

besi, Testlabotarium,Tatalaksana kasus dan Temu wicara ( (Prawirohardjo,2010).


18

2.3.2 Tujuan ANC

1. Memantau kemajuan persalinan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial

serta bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakitsecara umum,

kebidanan atau pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu dengan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

asiekslusif.

6. Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal (Jannah, 2012).

2.3.3 Konsep Pelayanan ANC Terintegrasi

Menurut MOU (2016) sesuai standar 10T terdiri dari :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat

badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1

kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.


19

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk

menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang

dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic

Disproportion).

2. Ukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada

kehamilan dan preeklamsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai

bawahdan atau proteinurine).

3. Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan atas/LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester I untuk skrinning ibu hamil beresiko KEK. Kurang

energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi

dan telah berlangsung lama(bebrapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari

23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir

rendah (BBLR).

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan

kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran

menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


20

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan

untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin

bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan

letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada

akhir trimester I dan selanjutnya setiap kunjungan antenatal. DJJ lambat

kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160

kali/menitmenunjukkan adanya gawat janin.

6. Skrinning Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat

imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrinning status

imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan

satus imunisasi TT ibu saat ini..

Tabel 2.3 Skrining Imnusisasi TT

Riwayat imunisasi ibu Imunisasi yang didapat Status imunisasi

hamil
Imunisasi Dasar DPT-Hb1 T1 & T2

Lengkap DPT-Hb2

DPT-Hb3
Anak Sekolah kelas 1 DT T3

SD
Kelas 2 SD Td T4
Kelas 3 SD Td T5
Calon Pengantin, Masa TT - Jika ada status T diatas

Hamil yang tidak berpenuhi


21

- Lanjutkan urutan T

yang belum terpenuhi

- Perhatikan interval

pemberian

7. Berika Tablet tambah darah (tablet besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet

tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama

kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan

laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah

pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu

golongan darah, hemoglobin darah, protein urine, dan pemeriksaan spesifik

daerah endemis/epidemi (malaria, IMS, HIV, dll).

9. Tatalaksana/penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukanm pada ibu hamil harus

ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan bidan. Kasus-kasus yang

tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10. Temu wicara (konseling)


22

Temu wicara (konseling)ndilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami/keluarga

dalam kehamilan dan perencanaa kehamilan, tanda bahaya pada kehamilan,

asupan gizi seimbang.

Menjadwalkan kunjungan berikutnya.

Jadwal pemeriksaan kehamilan (Asuhan antenatal)

1. 1-14 minggu 1 kali kunjungan.

2. 14-28 minggu 1 kali kunjungan.

3. 28-36 minggu 2 kali kunjungan (36 minggu dan lebih

dari 36 minggu).

2.3.4 Pencacatan dan Pelaporan

Pencatatan (recording) dan pelaporan (reporting) berpedoman kepada sistem

pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP). Beberapa pengertian dasar

dari SP2TP menurut depkes RI (1992) adalah sebagai berikut :

Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas adalah kegiatan

pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan

kesehatan di puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang ditetapkan melalui

surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.63/Menkes/SK/II/1981.

Batasan dari pencatatan dan pelaporan kegiatan adalah sebagai berikut :

1) Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan

adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga

kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang berwenang


23

berupa laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan format

yang ditetapkan.

2) Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah melakukan

pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan dan

melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulan kepada

instansi yang berwenang dengan menggunakan format yang ditetapkan.

3) Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan yang diselenggarakan setiap

triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam

satu triwulan dan satu tahun berjalan serta melaporkan data tersebut dalam

bentuk rekapitulasi data kegiatan triwulan dan tahunan kepada instansi yang

berwenang dengan menggunakan format yang telah ditetapkan.

Pengelolaan Pencatatan

Semua kegiatan pokok baik didalam maupun diluar gedung puskesmas,

puskesmas pembantu, dan bidan di desa harus dicatat. Untuk memudahkan dapat

menggunakan formulir standar yang telah ditetapkan dalam SP2TP. Jenis formulir

standar yang digunakan dalam pencatatan adalah sebagai berikut :

1. Rekam kesehatan keluarga (RKK)

Rekam kesehatan keluarga atau yang disebut family folder adalah himpunan

kartu-kartu individu suatu keluarga yang memperoleh pelayanan kesehatan

dipuskesmas. Kegunaan dari RKK adalah untuk mengikuti keadaan kesehatan

dan gambaran penyakit di suatu keluarga. Pengguna RKK diutamakan pada

anggota keluarga yang mengidap salah satu penyakit atau kondisi, misalnya
24

penderita TBC paru, kusta, keluarga resiko tinggi yaitu ibu hamil resiko tinggi,

neonatus resiko tinggi (BBLR), balita kurang energi kronis (KEK). Dalam

pelaksanaannya keluarga yang menggunakan RKK diberi alat bantu kartu

tanda pengenal keluarga (KTPK) untuk memudahkan pencarian berkas pada

saat melakukan kunjungan ulang.

2. Kartu rawat jalan

Kartu rawat jalan atau lebih dikenal dengan kartu rekam medik pasien

merupakan alat untuk mencatat identitas dan status pasien rawat jalan yang

berkunjung ke puskesmas.

3. Kartu indeks penyakit

Kartu indeks penyakit merupakan alat bantu untuk mencatat identitas pasien,

riwayat, dan perkembangan penyakit. Kartu indeks penyakit diperuntukan

khusus penderita penyakit TBC paru dan kusta.

4. Kartu ibu

Kartu ibu merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan,

dan riwayat kehamilan sampai kelahiran.

5. Kartu anak

Kartu anak adalah alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan,

pelayanan preventif-promotif-kuratif-rehabilitatif yang diberikan kepada balita

dan anak prasekolah.

6. KMS balita, anak sekolah


25

Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas, pelayanan, dan pertumbuhan

yang telah diperoleh balita dan anak sekolah.

7. KMS ibu hamil

Merupakan alat untuk mengetahui identitas dan mencatat perkembangan

kesehatan ibu hamil dan pelayanan kesehatan yang diterima ibu hamil

8. KMS usia lanjut

KMS usia lanjut merupakan alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara

pribadi baik fisik maupun psikososial, dan digunakan untuk memantau

kesehatan, deteksin dini penyakit, dan evaluasi kemajuan kesehatan usia lanjut.

9. Register

Register merupakn formulir untuk mencatat atau merekap data kegiatan

didalam dan di luar gedung puskesmas, yang telah dicatat di kartu dan catatan

lainnya.

Ada beberapa jenis register sebagai berikut :

1) Nomor indeks pengunjung puskesmas

2) Rawat jalan

3) Register kunjungan

4) Register rawat inap

5) Register KIA dan KB

6) Register kohort ibu dan balita

7) Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi

8) Register penimbangan batita

9) Register imunisasi
26

10) Register gizi

11) Register kapsul beryodium

12) Register anak sekolah

13) Sensus harian: kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi, dan penyakit.

Mekanisme Pencatatan

Pencatatan dapat dilakukan di dalam dan diluar gedung. Di dalam gedung,

loket memegang peranan penting bagi seorang pasien yang berkunjung pertama

kali atau yang melakukan kunjungan ulang dan dapat Kartu Tanda Pengenal .

kemudian pasien disalurkan pada unit pelayanan yang akan dituju. Apabila diluar

gedung pasien dicatat dalam register dengan pelayanan yang diterima.

Mekanisme Pelaporan

1) Tingkat puskesmas

Laporan dari puskesmas pembantu dan bidan di desa disampaikan ke

pelaksana kegiatan di puskesmas

Pelaksana pelaksana merekapitulasi yang dicatat baik didalam maupun diluar

gedung serta laporan yang diterima dari puskesmas ppembantu dan bidan di

desa. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan dimasukkan ke formulir laporan

sebanyak dua rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP Hasil

rekapitulasi pelaksanaan kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk tindak

lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja kegiatan.

2) Tingkat Dati II

Pengolahan data SP2TP di Dati II menggunakan perangkat lunak yang

ditetapkan oleh depkes


27

Laporan SP2TP dari puskesmas yang diterima dinas kesehatan Dati II

disampaikan kepada pelaksana SP2TP untuk direkapitulasi / entri data.

Hasil rekapitulasi dikoreksi, diolah, serta dimanfaatkan sebagai bahan untuk

umpan balik, bimbingan teknis ke p[uskesmas dan tindak lanjut untuk

meningkat kinerja program.

Hasil rekapitulasi data setiap 3 bualn dibuta dalam rangkap 3 (dalam bentuk

soft file) untuk dikirimkan ke dinas kesehatan Dati I, kanwil depkes Provinsi

dan Departemen Kesehatan.

3) Tingkat Dati I

Pengolahan dan pemanfaatan data SP2TP di dati I mempergunakan perangkat

lunak sama dengan Dati II

Laporan dari dinkes Dati II, diterima oleh dinas kesehatan Dati I dan Kanwil I

dalam bentuk soft file dikompilasi / direkapitulasi.

Hasil rekapitulasi disampaikan ke pengelola program dati I untuk diolah dan

dimanfaatkan serta dilakukan tindak lanjut, bimbingan dan pengendalian.

4) Tingkat Pusat

Hasil olahan yang dilaksanakan Ditjen Binkesmas paling lambat 2 bulan

setelah berakhirnya triwulan tersebut disampaikan kepada pengelola program

terkait dan Pusat Data Kesehatan untuk dianalisis dan dimanfaatkan sebagai

umpan balik, kemudian dikirimkan ke Kanwil Depkes Provinsi.

2.3.5 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)


28

Melalui Program Perencanaan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan

stiker yang ditempel di rumah ibu hamil, maka ibu hamil akan tercatat, terdata,

dan terpantau secara tepat.

7 indikator penting yang diperlu diperhatikan, yakni:

1. Persentase desa yang melaksanakan P4K dengan stiker.

2. Persentase ibu hamil mendapatkan stiker

3. Persentase ibu hamil berstiker mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.

4. Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan

5. Persentase ibu hami, bersalin, dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi

tertangani.

6. Persentase menggunakan KB pasca bersalin.

7. Persalinan ibu bersalin di tenaga kesehatan yang mendapatkan pelayanan nifas.

2.4 Masa Persalinan

2.4.1 Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses

ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan

perubahan servik secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta

(Sulistyawati, 2012).

Menurut rohani (2011), Bentuk persalinan berdasarkan definisi sebagai

berikut:
29

1. Persalinan spontan: bila seluruh persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri.

2. Persalinan buatan: bila persalinan berlangsung dengan batuan tenaga dari luar.

3. Persalinan anjuran: bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang.

2.4.2 Tujuan

Tujuan asuhan persalinan normal adalah untuk menjaga kelangsungan hidup

dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Walaupun dengan intervensi

yang minimal, namun upaya yang terintegrasi dan lengkap tetap harus dijaga agar

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan optimal.

2.4.3 Etiologi

1. Teori penurunan hormone: 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi

penurunan, kadar hormon estrogen dan progesterone. Progesteron

bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan

tegangnya pembuluh darah sehingga akan timbul his bila kadar

progesterone turun.

2. Teori plasenta menjadi tua, akan menyebabkan turunnya kadar estrogen

dan progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah

hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.


30

3. Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang

menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi

utero plasenter.

4. Teori iritasi mekanik, dibelakang serviles terdapat ganglion

servikale(fleksus frankenhauser).Bila ganglion ini digeser dan ditekan,

misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

5. Induksi partus. Partus juga dapat ditimbulkan dengan jalan:

1) Ganggang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis

servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankehhauser.

2) Amniotomi: pemecahan ketuban.

3) Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus

(Rohani, 2011).

2.4.4 Tanda-tanda permulaan persalinan

Menurut Rohani (2011), dengan penurunan hormone progesterone

menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim dapat

menimbulkan:

1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.

2) Perutkelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3) Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh

bagian terbawah janin.


31

4) Perasaan sakit dibagian perut dan pinggang oleh adanya kontraksiku ntraksi

lemah dari uterus, kadang-kadang disebut "false labor pains".

5) Serviks menjadi lembek,' mulai mendatar, dai sekresinya bertambah bias

bercampur darah (bloody show).

2.4.5 Tanda-tanda inpartu

1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara

nulipara dan multipara.

1) Nulipara, biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-

60% dan pembukaan sampai 1 cm dan dengan dimulainya persalinan,

biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%,

kemudian mulai terjadi pembukaan.

2) Multipara, pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal

persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara

serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan penipisan.

5. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit).


32

2.4.6 Tahap persalinan

Menurut Prawirohardjo (2010), ada 4 tahap dalam persalinan, yaitu:

1. Kala I atau kala pembukaan

Yaitu kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai

pembukaan lengkap. Lamanya kala I untuk primigrávidaberlangsung 12 jam

sedangkan multigravida berlangsung sekitar 8 jam. Kala pembukaan dibagi

atas 2 fase, yaitu:

1) Fase laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai

pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.Selama fase laten persalinan

semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Kondisi ibu

dan bayi harus dicatat secara seksama, yaitu:

1. Denyut jantung janin: setiap 1/2 jam

2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap l/2 jam.

3. Nadi: setiap 1/2 jam.

4. Pembukaan serviks: setiap 4 jam.

5. Penurunan: setiap 4 jam.

6. Tekanan darah dan temperature tubuh: setiap 4 jam.

7. Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam.

2) Fase aktif: berlangsung selama selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase:

1) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

2) Periode dilatasi maksimal: selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm

3) Periode deselarasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam


33

pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.

Pencatatan selama fase aktif persalinan dengan menggunakan

partograf. Hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan,

termasuk :

(1) Informasi tentang ibu: nama, umur, gravida, para, abortus, nomor

catatan medis, tanggal dan waktu mulai dirawat, serta pecahnya

selaput ketuban.

(2) Kondisi janin: DJJ, warna dan adanya air ketuban serta

penyusupan kepala janin.

(3) Kemajuan persalinan: pembukaan serviks, penurunan

bagianterbawah janin atau presentasi janin, garis waspada dan

garis bertindak dilakukan pemeriksaan tiap 4 jam

(4) Jam dan waktu: waktu mulainya fase aktif persalinan, waktu

actual saat pemeriksaan atau penilaian.

(5) Kontraksi uterus: frekuensi dan lamanya tiap 30 menit.

(6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan: oksitosin, obat-obatan

lainnya dan cairan IV yang diberikan.

(7) Kondisi ibu : Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, urin

(volume, aseton atau protein).

(8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya dicatat dalam

kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan

persalinan.

2. Kala II (Pengeluaran bayi)


34

Persiapan-persiapan pada kala dua persalinan

1) Persiapan penolong persalinan meliputi sarung tangan dan

perlengkapan perlindungan pribadi.

2) Periapan tempat persalinan, peralatan dan bahan.

3) Persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi.

4) Persiapan ibu dan keluarga meliputi asuhan sayang ibu.

5) Kebersihan perineum ibu, pengosongan kandung kemih

Penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan didasarkan pada prinsip

bahwa kala dua merupakan peristiwa yang normal yang akan diakhiri dengan

kelahiran normal tanpa adanya intervensi. Saat pembukaan sudah lengkap,

anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan yang alamiahnya, dan

beristirahat diantara kontraksi, jika diinginkan ibu dapat mengubah posisinya,

posisi berdiri atau jongkok, dapat mempersingkat kala dua persalinan. Biarkan ibu

untuk mengeluarkan suara selama proses kelahiran berlangsung. Dalam

penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan, ibulah yang mengendalikan dan

mengatur saat meneran dan bukan penolong persalinan.

Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)

1) Lihat adanya tanda dan gejala kala dua persalinan yaitu:

(1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

(2) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau

vaginanya.

(3) Perineum terlihat menonjol.

(4) Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka.


35

2) Pastikan kelengkapan peralatan dan obat-obatan (klem, gunting, benang

tali pusat, penghisapan lendir, semua pakaian, handuk, selimut dan kain

untuk bayi dalam kondisi bersih dan hangat. timbangan, pita ukur,

stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan bersih).

3) Memakai APD

4) Lepaskan semua pehiasan lalu cuci kedua tangan dengan menggunakan

sabun dan air mengalir lalu keringkan dengan handuk

5) Pakai sarung tangan steril untuk pemeriksaan dalam

6) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin

10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set

7) Bersihkan vulva dan perenium dari depan ke belakang dengan kapas atau

kasa yang di basahi air DTT

8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

serviks sudah lengkap

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin

0,5%

10) Periksa denyut jantung janin segera setelah kontraksi

11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baiK

12) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

13) Melakukan pipmpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan ingin

meneran
36

14) Anjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman

15) Meletakkan handuk bersih diatas perut ibu ketika kepala sudah membuka

vulva 5-6 cm

16) Memasang underpad di bawah bokong ibu

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan dan bahan

18) Pakai sarung tangan steril pada kedua tangan

19) Setelah kepala 5-6 cm membuka vulva letakkan satu tangan di perenium

dan satu tangan menahan kepala agar kepala bayi tidak melakukan

defleksi dan memmbantu lahirnya kepala

20) Setelah kepala bayi lahir, periksa adanya lilitan tali pusat

21) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang kepala bayi secara

bipariental kemudian lahirkan bahu depan dengan mengarahkan kepala

ke bawah dan bahu belakang

23) Setelah tubuh dan lengan lahir lanjutkan penelusuran tangan yang berada

di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi

24) Melakukan penilaian selintas

25) Mengeringkan tubuh bayi, taruh di atas perut ibu

26) Bila tidak ada tanda asfiksia lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal

keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu

27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak bayi lain dalam uterus

3. Kala III
37

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi

baik

29) Dalam 1 menit setelah bayi lahir, injeksikan oksitosin 10 IU secara IM

30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat

dengan menggunakan klem. Pada sekitar 3 cm dari pusat bayi dari sisi

luar klem penjepit, dorong isi pusat urut kearah ibu dan lakukan

penjepitan kedua pada jarak 2 cm dari klem pertama.

31) Potong dan lakukan pengingakatan benang tali pusat, lepaskan klem

32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit

33) Selimuti bayi dan ibu meggunakan kain kering, pasangnya topi pada

kepala bayi

34) Pindahkan klem pada tali pusat yang memanjang hingga 5-10 cm

didepan vulva,

35) Letakan satu tangan diatas kain yang berada diatas perut ibu tepat di tepi

atas simfisis setelah uterus berkontraksI akukan peregangan tali pusat dan

dorso kranial hingga plasenta lepas.

36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil

tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso kranial secara berhati-

hati.

37) Lakukan penegang dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas,

lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar

lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan

tetap melakukan tekanan dorso kranial.


38

38) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta

dengan menggunakan kedua tangan

39) Setelah plasenta dan selaput lahir, lakukan masase uterus dengan

meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan

melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi.

40) Periksa kedua sisi plasenta dan pastikan bahwa selaput lengkap dan utuh.

41) Evaluasi adanya laserasi.

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidal lebih dari 30 menit.

4. Kala IV

42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Mulai IMD

44) Timbang dan ukur bayi, beri bayi salep mata, suntikkan vitamin k1,

pastikan suhu bayi normal

45) Satu jam setelah pemberian vitamin k1, berikan suntikkan imunisasi

hepatitis B pada paha kanan.

46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan

pervaginam.

47) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.


39

49) Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15

menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selam

jam kedua pascapersalinan.

50) Periksa kembalikondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5)

51) Tempatkan semua peralastan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi.

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Batu ibu memakai pakaian

yang bersih dan kering.

54) Pastikan ibu merasa nyaman.

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam klorin 0,5% selama 10 menit.

57) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu keringkan dengan

handuk.

58) Lengkapi partograf

Laserasi dapat diklasifasikan berdasarkan luas robekan :


40

1. Derajat satu : luka pada mukosa vagina dan kulit perineum. Penjahitan tidak

perlu dilakukan jika tidak ada perdarahan dan jika luka teraposisi secara

alamiah.

2. Derajat dua : luka mukosa vagina, kulit perineum dan ototperineum.

Dilakukan penjahitan perineum.

3. Derajat tiga : luka pada mukosa vagina, kulit perineum, ototperineum dan

otot spingter ani eksternal.

4. Derajat empat : luka poada mukosa vagina, kulit perineum, otot-otot

perineum, otot spingter ani dan dinding rectum anteriol.Pada derajat tiga dan

empat tidak boleh dilakukan penjahitanperineum, segera lakukan rujukan

karena laserasi inimemerlukan teknik dan prosedur khusus.

2.5 Masa Nifas

2.5.1 Pengertian

Masa nifas (peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan

akan pulih dalam waktu 3 bulan (Eka, 2014).

2.5.2 Tujuan

Menurut Eka (2014) tujuan dari asuhan nifas adalah sebagai berikut :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis.


41

2. Melaksanakan skrening yang komprehensif, mendetekt.i masalah,

mengobati dan merujuk bisa terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian

imunisasikepadabayinya dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

2.5.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Uterus sesecara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

2. Bekas implantasi uri: plasenta bed mengecil karena kontraksi dan

mengecil ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2

minggumenjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm, dan akhirnya

pulih.

3. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh

dalam 6-7 hari.

4. Rasa sakit, yang disebut after pains, (merian atau mules-

mules)disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca

persalinan.

5. Lochia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.


42

(1)Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,

selaput desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2hari

pasca persalinan.

(2)Lochia sanguhiolenta: bewarna merah kuning berisi darah dan lender,

hari ke 3-7 pasca persalinan.

(3)Lochia serosa: bewarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke

7-14 pasca persalinan.

(4)Lochia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

(5)Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

(6)Lochiostasis: lochia tidak lancar keluarnya.

6. Serviks: Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti

corong bewarna kemerahan.

7. Ligament-ligamen: Setelah melahirkan ligament dan fasia yang

meregang saat persalinan akan menciut seperti semula(Maryunani, 2009).

2.5.4 Perawatan dalam masa nifas

Menurut Eka (2014) perawatan masa nifas meliputi mobilisasi dini, nutrisi,

defekasi, perawatan payudara, laktasi dan pemerikasaan pasca persalinan.

1. Mobilisasi.

2. Nutrisi, makanan yang bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan

makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-

buahan.
43

3. Defekasi dan miksi dapat diatur sehingga kelancaran kedua system tersebut

dapat berlangsung dengan baik

4. Perawatan payudara

Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan memelihara hygine

payudara, memperbanyak/memperlancar produksi ASI, dan meransang sel-sel

payudara. Teknik perawatannya yaitu:

1). Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak

2). Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara

3). Dengan menggunakan telapak tangan, payudara diurut dari bagian tengah

ke atas melingkar ke kiri-kanan menuju ke bawah kiri-kanan.

4). Selanjutnya dari arah bawah/samping menuju ketengah. Pada saat ini

posisi telapak tangan diurutkan kearah depan dan payudara diangkat,

kemudian dilepas perlahan-lahan

5. Laktasi

Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan ransangan psikis

yang secara refleks mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise.

Produksi air susu (ASI) akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah

involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping ASI merupakan makanan

utama bayi yang tidak ada bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk

menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya. Ibu dan bayi dapat

ditempatkan dalam satu kamar (rooming in), dimana keuntungannya yaitu

mudah menyusukan bayi, setiap saat ada kontak antara ibu dan bayi, dan

sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya. Tanda ASI cukup :
44

1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai

kuning muda.

2) Bayi sering bung air besar bewarna kekuningan "berbiji".

3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan

tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik.

4) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.

5) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui.

6) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai

menyusui.

7) Bayi bertambah berat badannya.

Kesulitan-kesulitan dalam menyusui:

1) Sikap ibu dalam pemberian ASI jarang akan membawa hasil

yangmemuaskan jika ibu bersikap antagonis terhadap

gagasanmenyusui. Ibu-ibu cenderung membutuhkan ketenangan

bantuan yang menentramkan pada saat mereka menyusui bayinya

2) Kesehatan umum ibu

3) Puting yang retak-retak hal ini dapat terjadi akibat mulut bayi tidak

memegang puting dengan benar tetapi menggigit ujung puting,

pengisapan puting terlalu kuat dan penggunaan pompa payudara yang

dilakukan secara sembrono. ASI dapat dikumpulkandengancara manual

dan cara pompa ASI . Hal ini dilakukan jika payudara ibu terasa penuh

sehingga dapat mengurangi rasa sakit. Pembengkakan payudara dapat

hilang dalam 24-36 jam saja tentunya dengan berbagai tindakan.


45

4) Pemeriksaan pasca persalinan

Pemeriksaan pasca persalinan dapat dilakukan dengan frekuensi

kunjungan masa nifas yang dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan.

2.5.5 Komplikasi Masa Nifas

Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang

disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia pada waktu

persalinan dan nifas (Maryunani, 2009).

Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah :

a. Infeksi nifas

b. Perdarahan dalam masa nifas

c. Infeksi saluran kemih

d. Patologi menyusui

2.6 Masa Bayi Baru Lahir

2.6.1 Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42

minngu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Maryunani, 2008).

2.6.2 Ciri-ciri bayi baru lahir

Menurut Mitayani (2010) ciri-ciri baru lahir normal adalah sebagai berikut:

1. Lahir aterm antara 37-42 minggu

2. Berat badan 2.500-4000 gram


46

3. Panjang badan 48-52 cm

4. Lingkar dada 30-38 cm

5. Lingkar kepala 33-35 cm

6. Lingkar lengan 11-12 cm

7. Frekuensi denyut jantung 120x/i-160x/i

8. Pernapasan ± 40-60 x/i

9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya sudah sempurna

11. Kuku agakpanjang

12. Nilai APGAR >7

13. Gerakaktif

14. Bayilahir langsung menangis kuat

15. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan

daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

16. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

17. Refleks grasping (mengenggam) sudah baik

18. Refleks moro (gerakan memeluk jika dikagetkan) sudah baik

19. Genetalia

20. Pada laki-laki ditandai dengan testis yang berada pada skrotumdan penis yang

berlubang

21. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang

berlubang,serta adanya labia mayora dan minora


47

22. Eliminasi baikyang ditandai dengan keluarnya meconium dalam 24 jam

pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

2.6.3 Tujuan masa bayi baru lahir

1. Mengetahui derajat vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap

tindakan resusitasi.

2. Memberikan perawatan segera setelah lahir, membersihkan jalan nafas,

memotong dan mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi yang

cukup, dan pencegahan yang cukup, dan pencegahan infeksi.

2.6.4 Kelainan-kelainan pada bayi baru lahir

1. Labioskiziz dan labiopalatoskiziz

2. Atresia esofagus

3. Atresia rekti adan anus

4. Hirschprung

5. Obstruksi billiaris

6. Omfalokel

7. Hernia diafragmatika

8. Meningokel, ensefalokel

9. Hidrosefalus

10. Fimosis

11. Hipospadia
48

2.7 Manajemen Asuhan Kebidanan Dan Dokumentasi

2.7.1 Pengertian Dokumentasi Kebidanan

Menurut Sudarti (2010)Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode

atau pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan. Untuk SOAP dalam pendokumentasian ini

mengandung arti:

S = Subyektif

- Informasi / data subyektif yang diperoleh dari apayang dikatakan klien

dan keluarganya.

- Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa .

O = Obyektif

- Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan yang diperiksa oleh bidan

saat melakukan pemeriksaan, hasil pemeriksaan laboratorium serta hasil

pemeriksaan penunjang lainnya.

- Pendokumentasian hasil pemerikasaaan fisik klien, hasil lab dan tes

diagnostic lain yang dirumuskan dalm data focus untuk mendukung

asuhan.

A=Assessment

- Kesimpulan yang dibuat berdasarkan interpretasi yang benar tehadap

data subyektif atau obyektif yang dikumpulkan atau Menggambarkan


49

pendokumentasian hasil analisa dan interpretrsi data subyektif dan

obyektif dalam satu identifikasi.

P = Planning

- Rencana pelaksanaan asuhan sesuai dengan hasil assessment yang telah

dilakukan.

- Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi

perencanaan berdasarkan assessment.

Anda mungkin juga menyukai