Anda di halaman 1dari 199

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian kehamilan

Menurut Mandang (2016:77), kehamilan adalah proses dimana sel sperma

menembus ovum terjadilah konsepsi dan fertilisasi dengan lamanya masa

kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan) dihitung dari Haid

Pertama Haid Terakhir (HPHT).

Proses kehamilan adalah proses bertemunya sel sperma pria dengan sel telur

matang dari wanita sehingga terjadinya konsepsi dan fertilasi yang

membutuhkan energi yang banyak dan asupan gizi yang tepat akan membantu

tumbuh kembang janin yang masih berada di dalam kandungannya selama

hamil normal 280 hari sampai janin lahir (Mandang, 2016:77).

2. Tanda-tanda kehamilan

Menurut Dartiwen (2019:74), tanda-tanda kehamilan sebagai berikut :

a. Tanda tidak pasti (Presumtif)

1) Amenorrhea (terlambat datang bulan)

Terlambat datang bulan disebabkan oleh dinding dalam uterus

(endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenorrhea atau tidak

datangnya haid dianggap sebagai tanda pasti kehamilan. Hal ini tidak

dianggap sebagai tanda pasti kehamilan karena dapat juga terjadi pada

beberapa penyakit kronik, tumor-hipofise, perubahan faktor-faktor


lingkungan, malnutrisi dan yang paling sering gangguan emosional

terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau mereka yang ingin

sekali hamil (pseudocyesis atau hamil semu).

2) Mual dan muntah

Mual muntah biasanya disebut dengan morning skicness yang

merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak enak sampai muntah

biasanya disebabkan oleh makanan yag bau nya menusuk atau menyengat

dan dapat juga emosi penderita yag tidak stabil. Untuk mengatasinya bisa

diberikan makanan yang ringan dan mudah di cerna dan apabila sudah

berlebihan dapat diberikan obat-obatan anti muntah.

3) Mostadonia

Mostadonia adalah rasa kencang pada payudara disebabkan payudara

membesar. Vaskularisasi bertambah asinus dan duktus berpoliferasi

karena pengaruh estrogen dan progesterone.

4) Quickening

Gerakan janin pertama biasanya bisa dirasakan pada kehamilan 16- 20

minggu.

5) Sering buang air kencing

Frekuensi kencing bertambah dan biasanya pada malam hari

disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus

ke cranial. Hal ini terjadi pada trimester kedua , keluhan ini hilang karena

uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan,
gejala timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan

kembali kandung kemih.

6) Konstipasi

Konstipasi ini terjadi karena efek relaksasi hormon progesterone atau

dapat juga karena perubahan pola makan.

7) Perubahan berat badan

Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan karena

nafsu makan menurun serta mual muntah. Pada bulan selanjutnya, berat

badan akan selalu meningkat sampai stabil menjelang aterm.

8) Perubahan warna kulit

Perubahan ini antara lain cloasma, yakni warna kulit yang kehitam-

hitaman pada pipi, biasanya muncul setelah kehamilan 16 minggu. Pada

daerah areola dan putting susu warna kulit menjadi kehitaman. Perubahan

ini disebabkan stimulasi melanocyte stimulating hormone (MSH). Pada

kulit didaerah adomen dan payudara dapat mengalami perubahan yang

disebut striae gravidarum, yaitu perubahan warna seperti jaringan parut.

9) Perubahan payudara

Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan,

akan tetapi hal ini bukan petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat

terjadi pada pengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau

ovarium, penggunaan obat penenang dan penderita hamil semu


(psedocyesis) sebagai akibat stimulasi prolactin dan HPL. Payudara

menskresi kolostrum, biasanya kehamilan lebih dari 16 minggu.

10) Mengidam

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama mengandung. Ibu

hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu, terutama pada

trimester pertama, akan tetapi akan segera menghilang dengan makin

tuanya kehamilan.

11) Pingsan

Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai yag sesak dan

padat dan sering pingsan ini akan hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

Tidak dianjurka untuk pergi ke tempat ramai pada bulan-bulan pertama

kehamilan.

12) Lelah (Fatique)

Kondisi lelah disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolik Rate

(BMR) dalam trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya

aktivitas metabolic produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya

usia kehamilan, maka rasa lelah yang terjadi selama trimester pertama

akan berangsur-angsur menghilang dan kondisi ibu hamil akan menjadi

segar.

13) Varises

Varises sering dijumpai pada kehamilan lanjut, yang dapat dilihat pada

daerah genetalia eksterna, kaki, dan betis. Pada multigravida, kadang-


kadang varises ditemukan pada kehamilan yang lalu, timbul kembali pada

trimester pertama. Terkadang timbulnya varises merupakan gejala

pertama kehamilan muda.

14) Epulis

Epulis merupakan suatu tumor atau benjolan yang tumbuh pada gigi.

Hal ini sering terjadi pada trimester pertama.

b. Tanda-tanda kemungkinaan kehamilan (Dugan hamil)

1) Perubahan pada uterus

Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk, dan konsistensi.

Uterus berubah menjadi lunak bentuknya globuler, teraba balotemen,

tanda ini muncul pada minggu ke 16-20, setelah rongga rahim megalami

obliterasi dan cairan amnion cukup banyak. Balotement adalah tanda ada

benda terapung atau melayang dalam cairan.

2) Tanda Piskacek’s

Uterus membesar secara simetris menjauhi garis tengah tubuh

(setengah bagian terasa lebih keras dari yang lainnya) bagian yang lebih

besar tersebut terdapat pada tempat melekatnya (implantasi) tempat

kehamilan. Sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan, pembesaran

uterus menjadi semakin simetris. Tanda piskacek’s, yaitu dimana uterus

membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol ke jurusan pembesaran

tersebut.
3) Suhu basal

Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara 37,2 0C-37,8
0
C adalah salah satu tanda akan adanya kehamilan.

4) Perubahan – perubahan pada serviks

a) Tanda hegar

Tanda ini berupa pelunakan pada daerah istmus uteri sehingga

daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan

uterus mudah difleksikan dapat diketahui melalui pemeriksaan

bimanual. Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke- 6 dan akan

menjadi nyata pada minggu ke 7-8.

b) Tanda goodell’s

Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks terasa lebih

lunak, penggunaan kontrasepsi oral juga dapat memberikan dampak

ini.

c) Tanda chadwick

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak

lebih merah, agak kebiru-biruan (lividea). Tanda-tanda ini disebut

tanda chadwick. Warna portio tampak livide. Pembuluh-pembuluh

darah alat genetalian interna akan memebesarn hal ini karena

oksigenasi dan nutrisi meningkat.


d) Tanda Mc Donald

Fundus uteri dan serviks bias dengan mudah difleksikan satu sama

lain dan tergantung pada lunak atau tidaknya jaringan ithsmus.

5) Pembesaran abdomen

Pembesaran perut menjadi nyata setelah minggu ke-16, karena pada

saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ rongga

perut.

6) Kontraksi uterus

Tanda ini muncul belakangan dan ibu mengeluh perutnya kencang

tetapi tidak disertai rasa sakit.

7) Pemeriksaan tes biologis kehamilan

Pada pemeriksaan ini hasilnya positif biasanya menggunakan alat test

pack.

c. Tanda pasti kehamilan

1) Denyut jantung janin (DJJ)

DJJ dapat didengar dengan stetoscope laenec pada usia kehamilan

minggu 17-18. Dengan dopler DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi,

sekitar minggu ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa juga

mengindenfikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti bunyi bising tali pusat,

bising uterus, dan nadi ibu.


2) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu,

akan tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20

mingg pada usia tersebut ibu dapat merasakan gerakan halus hingga

tendangan kaki bayi. Pada usia kehamilan 20 minggu Bagian-bagian janin

dapat dipalpasi dengan mudah

3) Terlihat bagian-bagian janin pada pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG dapat terlihat adanya gambaran janin. USG juga

memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan (gestasional sac)

pada minggu ke-5 hingga ke-7. Pergerakan jantung biasanya bisa terlihat

pada 42 hari setelah konsepsi yang normal atau sekitar minggu ke-8.

Melalui pemeriksaan USG dapat diketahui panjang, kepala dan bokong

janin serta merupakan metode yang akurat dalam menentukan usia

kehamilan.

3. Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi

Menurut Dartiwen (2019:47), pertumbuhan dan perkembangan hasil

konsepsi sebagai berikut:

a. Pertumbuhan dan perkembangan embrio

1) Minggu 0

Sperma yang telah membuahi ovum kemudian membagi dan masuk ke

dalam uterus dan menempel sekitar hari ke-11


2) Minggu ke-4 atau bulan ke-1

Perkembangan janin dimulai dari embrio kurang dari 0,64 cm,

terbentuknya saluran pencernaan, bagian tubuh pertama muncul yang

kemudian akan menjadi tulang belakang, otak dan saraf tulang belakang,

jantung, sirkulasi darah.

3) Minggu ke-8 atau bulan ke-2

Perkembangan janin pada minggu ke-8 sudah mulai mengalamami

pekermbangan yang cepat, jatung sudah mulai memompa darah, anggota

badan sudah terbentuk dengan baik, perut, muka dan bagian otak utama

sudah dapat dilihat, telinga sudah terbentu dari lilitan kulit tulang dan otot

yang kecil sudah terbentuk dibawah kulit.

4) Minggu ke-12 atau bulan ke-3

Pada minggu ke-12 embrio sudah menjadi janin, DJJ sudah dapat

didengar melalui USG, jenis kelamin sudah dapat diketahui, ginjal sudah

meproduksi urine, dan pada minggu ini gerakan janin sudah bisa

dirasakan.

5) Minggu ke-16 atau bulan ke-4

Perkembangan janin pada minggu ke-16 yaitu sistem musculoskeletal

sudah matang, system saraf mulai melaksanakan control, pembuluh darah

sudah berkembang dengan cepat, tangan janin dapat menggenggam, kaki

menendang dengan aktif, semua organ mulai matang dan tumbuh, Djj
dapat didengar dengar doppler, pankreas sudah memproduksi insulin dan

berat janin sekitar 0,2 kg.

6) Minggu ke-20 atau bulan ke-5

Pada minggu ke-20 verniks melindungi tubuh, lanungo menutupi

tubuh dan menjaga minyak pada kulit, alis, bulu mata, rambut sudah

mulai terbentuk, janin sudah dapat mengembagkan jadwal yang teratur

untuk menedang, menelan dan tidur.

7) Minggu ke-24 atau bulan ke-6

Pada minggu ke-24 kerangka berkembang dengan cepat karena sel

pembetukan tulang mulai meningkatkan aktivitasnya, perkembangan

pernafasan sudah dimulai. Berat janin sekitar 0,7- 0,8 kg.

8) Minggu ke-28 atau bulan ke-7

Pada minggu ini janin sudah dapat bernafas, menelan dan mengatur

suhu, janin sudah bisa membuka dan menutup mata, didalam paru- paru

sudah terbentuk surfactant, ukuran jain pada saat ini sudah 2/3 dari

ukuran janin saat lahir.

9) Minggu ke-32 atau bulan ke-8

Pada minggu ini simpanan lemak coklat berkembag dibawah kulit

untuk persiapan pemisahan bayi setelah lahir, jain sudah tumbuh sekitar

38-43 cm dan mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor.


10) Minggu ke-38 atau bulan ke-9

Pada minggu ke-38 ini seluruh uterus sudah terisi bayi sehingga bayi

tidak bisa lagi bergerak dan berputar banyak, antibody ibu ditransfer ke

bayi hal ini untuk memberikan kekebalan kepada bayi untuk 6 bulan

pertama sampai system kekebalan bayi berkeja sendiri.

4. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil

Perubahan anotomi dan adaptasi fisiologis menurut Dartiwen (2019:57)

sebagai berikut :

a. Perubahan fisologis pada ibu hamil

1) Sistem reproduksi

a) Uterus

Uterus akan membesar pada usia kehamilan 8 minggu karena

pengaruh estrogen dan progesterone yang meningkat. Pada minggu

pertama ishmus rahim bertambah panjang dan hipertropi sehingga

terasa lebih lunak (tanda hegar). Pada kehamilan 5 bulan rahim teraba

seperti berisi cairan ketuban dan dinding rahim tipis sehingga bagian-

bagian anak dapat diraba melalui dinding perut, terbentuk segmen atas

rahim dan segmen bawah rahim. Posisi rahim pada kehamilan yaitu

pada awal kehamilan ante atau retrofleksi, akhir bulan kedua uterus

teraba 1-2 jari diatas simfisis pubis.


b) Serviks uteri

Pada kehamilan vaskularisasi ke serviks meningkat sehingga

serviks menjadi lunak dan bewarna biru. Perubhana serviks terutama

terdiri atas jaringan fibrosa. Glandula servikalis menskresikan lebih

banyak plak mucus yang menutupi kanalis servikalis. menjelang akhir

kehamilan kadar hormone relaksin memberikan pengaruh perlunakan

kandung kolagen pada serviks.

c) Segmen bawah uterus

Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis

servikalis setinggi ostium interna bersama-sama isthmus uteri. Segmen

bawah lebih tipis dari pada segmen atas dan menjadi lunak serta

berdilatasi selama seminggu terakhir kehamilan .

d) Vagina dan vulva

Vagina pada saat kehamilan berubah menjadi biru karena adanya

pelebaran pembuluh darah, pH 3,5-6 merupakan akibat meningkatnya

produksi asam laktat karena kerja laktobaci acidophilus, keputihan,

selaput lendir vagina mengalami edematous, hypertrophy, lebih

sensitive meningkatkan seksual terutama pada trimester III, warna

kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja

hormone progesterone.
e) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih didapat korpus luteum graviditas

sampai terbentuknya plasenta pada kehamilan 16 minggu. Ditemukan

pada awal ovulasi hormal relaxing suatu immunoreaktif inhibin dalam

sirkulasi maternal. Relaxin mempunyai pengaruh menengkan hingga

pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm.

2) Payudara

Pada kehamilan payudara akan membesar dan tegang akibat hormone

somatomatropin, estrogen, progesterone. Pada kehamilan akan terbentuk

lemak sehingga payudara menjadi lebih besar, areola mengalami

hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari putting susu

dapat keluar cairan bewarna putih jernih disebut colostrum.

3) Sistem kekebalan

Kekebalan tubuh dapat diperoleh dari imunisasi yang dimana berfungsi

untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus

diberikan secara terus menerus, menyeluruh dan dilaksanakan sesuai

dengan standar sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan

dan memutuskan rantai penularan. Kekebalan tubuh dapat secara aktif

maupun pasif, keduanya diperoleh secara alami ataupun buatan.

Kekebalan pasif yang didapatkan secara alami adalah kekebalan

didapatkan secara transplasenta, yaitu antibody diberikan ibu kandungnya

secara pasif melalui plasenta kepada janin didalam kandungannya.


Kekebalan pasif buatan adalah pemberian antibody yang sudah disiapkan

dan dimasukkan kedalam tubuh anak seperti pada bayi baru lahir dari ibu

yang mempunyai HbsAg.

4) Sistem pencernaan

Pada awal kehamilan ibu hamil sering merasakan mual sebagai akibat

dari hormone estrogen yang meningkat dan peningkatan kadar HCG

dalam darah. Makanan akan lebih lama berada didalam lambung dan

dicerna usus. Hal ini baik untuk reabsropsi akan tetapi obstipasi yang

merupakan keluhan utama pada wanita hamil. Dijumpai pada bulan-bulan

pertama kehamilan gejala muntah (emesis) yang sering terjadi pada pagi

hari dikenal dengan morning skicnes.

5) Sistem musculoskeletal

Pada kehamilan biasanya wanita hamil mengalami lordosis progesif.

Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus yang membesar, lordosis

menggeser pusat gravitasi ke belakang pada tungkai bawah. Morbilitas

sendi sakroiliaka, sakro coksigeal dan sendi pubis bertambah besar dan

karena itu menyebabkan rasa tidak nyaman pada punggung bagian bawah,

khususnya pada akhir kehamilan

6) Sistem kardiovaskuler

Pada saat usia kehamilan 10 minggu volume plasma maternal mulai

meningkat, perubahan rata- rata volume plasma maternal bekisar anatara

20%-100%. Pada minggu ke-5 kardiac output akan meningkat dan


perubahan ini terjadi peningkatan preload. Pada usia kehamilan 16

minggu, mulai terjadi proses hemodilusi. Setelah 24 minggu tekanan

darah sedikit demi sedikit naik kembali sebelum aterm. Selama kehamilan

jumlah leukosit akan meningkat, yaitu berkisar antara 5000-12000 dan

mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14000-

16000.

7) Sistem integument

Perubahan pada system integumen selama kehamilan biasanya terjadi

peningkatan ketebalan kulit dan lemak sub dermal, hiperpigmentasi,

pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat dan

kelenjar sabasea, peningkatan sirkulasi dan aktivitas. Jaringan elastis kulit

mudah pecah sehingga menyebabkan striae gravidarum.

8) Metabolisme

Pada kehamilahn terjadinya perubahan metabolisme dimana kebutuhan

nutrisi semakin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian

ASI. Pada umumnya wanita hamil basal metabolic rate (BMR)

meningkat hingga 15-20% yang terjadi pada trimester akhir. BMR akan

kembali pada hari ke 5 atau ke 6 pasca post partum. Peningkatan BMR

mencerminkan kebutuhan oksigen pada janin, plasenta, uterus, serta

meningkatkan konsumsi oksigen akibat peningkatan kerja jantung.


9) Berat badan dan indeks masa tubuh

Pada wanita hamil akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 6,5-

16,5 kg. Kenaikan berat badan disebabkan oleh janin, uri, air ketuban,

uterus, payudara, kenaikan volume darah, protein dan retensi urine.

Indeks masa tubuh mengindentifikasikan jumlah jaringan adipose

berdasarkan hubungan tinggi badan terhadap berat badan dan digunakan

untuk kesesuaian berat badan wanita. Berikut persamaan yang dapat

digunakan untuk menghitung BMI:

BMI = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m)2

Tabel BMI pada wanita


BMI Status
<18,5 Berat badan kurang
18,5- 24,9 Normal untuk sebagian besar wanita
25 – 29,5 Berat badan berlebihan
30 – 34,5 Obesitas I
35 – 39,5 Obesitas II
>40 Obesitas berat

10) Sistem pernafasan

Pada kehamilan kebutuhan oksigen pada ibu meningkat sebagai

respons terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan

oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen dan

suatu cara untuk membuang karbon dioksida. Peningkatan kadar

ekstrogen menyebabkan ligamentum pada kerangka iga berelaksasi


sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Wanita hamil bernafas lebih

dalam tetapi frekuensi nafasnya hanya sedikit meningkat. Pada kehamilan

juga terjadi perubahan pada system respirasi untuk dapat memeuhi

kebutuhan oksigen. Disamping itu terjadi desakan rahim yang membesar

pada umur kehamilan 32 minggu sebagai kompensasi terjadi desakan

rahim dan kebutuhan oksigen meningkat. Karena adanya penurunan

tekanan karbon dioksida wanita hamil sering mengeluh sesak nafas

hingga mengusahakan bernafas. pada minggu ke 32 minggu ke atas

karena usus-usus tertekan uterus yang membesar ke arah diagfragma

sehingga diagfragma kurang leluasa beregrak dan mengakibatkan ibu

hamil kesulitan bernafas.

11) Sistem pernafasan

Pada kehamilan terjadinya perubahan pada fungsi system neurologi

dan perubahan neurohormonal hipotalami-hipofisis. Perubahan fisiologis

spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya gejala neurologi dan

neuromuscular sebagai berikut:

a) Kompresi saraf panggul disebabkan akibat pembesaran uterus yang

dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah

b) Lordosis dorso lumbal menyebabkan nyeri yang diakibatkan tarikan

pada saraf

c) Edema yang melibatkan saraf periver dapat menyebabkan carpal

tunnel syndrome selama trimester akhir kehamilan. Sindrom ini


ditandai oleh paresthesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau

gatal akibat gangguan paada system saraf sensori) dan nyeri pada

tangan yang menjalar ke siku.

d) Akroestesia (gatal di tangan) yang ditimbul akibat posisi bahu yang

membungkuk.

e) Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan pingsan sering

terjadi pada awal kehamilan karena ketidakstabilan vasomotor,

hipotensi postural atau hipoglikemi

f) Hipokalsenia dapat menyebakan timbulnya masalah neuromuscular

seperti kram otot

b. Perubahan psikologis pada kehamilan

1) Perubahan psikologis trimester I

Pada trimester I merupakan tahap penyesuaian. penyesuaian dilakukan

ibu adalah terhadap kenyataan bahwa sedang mengandung. Sebagian

besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia

hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan , penolakan,

kecemasan, depresi dan kesedihan. Beberapa wanita juga telah

merencanakan kehamilan atau berusaha keras untuk hamil. Pada trimester

pertama ibu hamil merasa senang dan sedih biasanya dipengaruhi rasa

lelah, mual dan sering kencing. Perubahan tersebut sering mengekuarkan

air mata dan menjadi sangat peka. Trimester awal juga menjadi waktu

yang sangat menyenangkan untuk melihat apakah kehamilan akan


berkembang dengan baik, hasrat seksual pada trimester ini bervariasi

meski beberapa ibu hamil mengalami peningkatan seksual.

2) Perubahan psikologis trimester II

Pada trimester kedua terbagi atas dua fase yaitu pra quickening

(sebelum adanya gerakan janin yang dirasakan ibu) dan pasca quickening

(setelah adanya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu). Quickening

menunjukkan kenyataan adanya kehidupan terpisah yang menjadi

dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya

pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi

dirinya sendiri. Sebagaian besar wanita sebanyak 80% mengalami

kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual dibanding pada trimester I.

Pada masa ini wanita hamil juga mengalami perubahan dari yang

biasanya mnuntut kasih saying dari ibunya menjadi seorang yang

menuntut kasih saying dari pasangannya.

3) Perubahan psikologis pada kehamilan trimester III

Trimester ketiga disebut dengan periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi

sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti

kehadiran sang bayi. Adanya perasaan cemas mengingat bayi dapat lahir

kapan pun. Hal ini membuatnya berjaga- jaga sementara ibu

memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.

Sejumlah ketakutan muncul pada trimester III, wanita mungkin merasa


cemas dengan kehidupannya seperti apakah nanti bayinya akan lahir

abnormal, apakah ibu akan menyadari bahwa ibu akan bersalin atau

bayinyatidak mampu keluar karenaperutnya sudah membesar atau apakah

organ vitalnya akan mengalami cidera akibat tendangan bayi.

Ibu akan kembali merasa cemas dan takut akan proses persalinan dan

kelahiran meningkat yaitu yang menjad perhatian rasa sakit, luka saat

melahirkan, kesehatan bayinya, kemampuan bertanggung jawab menjadi

dan bagaimana perubahan hubungan dengan suami, ada gangguan tidur,

harus dijelaskan kepada ibu tentang proses persalinan dan kelahiran agar

timbul percaya diri pada ibu bahwa ibu dapat melalui proses persalinan

dengan baik.

5. Kebutuhan dasar pada ibu hamil

Menurut Dartiwen (2019:98) kebutuha dasar pada ibu hamil sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisik ibu hamil

1) Oksigen

Pada masa kehamila kebutuhan oksigen meningkat sekitar 20%

sehingga untuk memenuhinya ibu harus bernafas lebih dalam dan bagian

bawah thorax nya melebar kesisi. Pada usia kehamilan 32 minggu ke atas,

usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar keraha diagfragma,

sehingga diagfragma sulit bergerak dan tidak jarang ibu hamil mengeluh

sesak napas dan napas pendek. Untuk mencegahnya dalam pemenuhan

oksigen sebagai berikut:


a) Tidur dengan posisi miring ke kiri untuk meningkatkan perfusi uterus

dan oksigenasi plasenta dengan mengurangi tekanan pada vena aseden

b) Melakukan senam hamil untuk latihan pernafasan

c) Posisi tidur dengan kepala lebih tinggi

d) Usahakan untuk berhenti makan sebelum kenyang

e) Apabila ada keluhan yang mengganggu system respirasi segera

konsultasi ke tenaga kesehatan

2) Nutrisi

Pada saat kehamilan terjadi peningkatan kalori sekitar 80.000 kkal,

sehingga dibutuhkan penambahan kalori sebanyak 300 kkal/hari.

Penambahan kalori inin dihitung melalui protein, lemak pada janin, dan

lemak pada ibu serta komsunsi oksigen selama 9 bulan. Kebutuhan nutrisi

pada saat hamil meningkat karena untuk memenuhi kebutuhan tumbuh

kembang janin, pemeliharaan kesehatan ibu dan persediaan untuk laktasi.

Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan anemia, abortus, partus

prematurus,insersia uteri, pendarahan pasca persalinan, dan lain- lain.

Kelebihan nutrisi dapat berakibat kegemukan, preeklamsia, janin besar

dan lain- lain.

3) Personal hygiene

Pada masa kehamilan ibu dianjurkan untuk menjaga personal hygiene

seperti mandi karena untuk menjaga kebersihan kulit. Pada masa

kehamilan fungsi eksresi dan keringat meningkat untuk itu sangat


dianjurkan untuk mandi menggunakan sabun. Perawatan gigi juga sangat

dianjurkan, karena pada saat hamil sering terjadinya karies yang berkaitan

dengan emesis dan hipermesis gravidarum, hipersalivasi dapat

menimbulkan kalsium disekitar gigi. Pemeriksaan gigi pada kehamilan

sangat diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi

sumber infeksi

4) Pakaian

Pada masa kehamilan wanita hamil dianjurka menggunakan pakaian

yang longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut,

menggunakan bra yang menyokong payudara dan memakai sepatu yang

hak nya tidak terlalu tinggi, pakaian dalam yang menyerap keringat dan

sangat dianjurkan pakaian harus selalu kering dan harus sering diganti

5) Eliminasi

Pada masa kehamilan ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan

yang banyak mengandung serat seperti sayuran, melakukan perawatan

perenium dan vagina dilakukan setelah BAK/BAB dengan cara

membersihkan dari arah depan ke belakang, sering menganti pakaian dan

tidak melakukan dounching/ pembilasan

6) Seksual

Pada masa hubunga seksual tidak dilarang kecuali pada keadaan

tertentu misalnya terdapat tanda-tanda infeksi (nyeri, panas), sering

terjadi aortus,terjadi pendarahan pervaginam saat koitus dan pengeluaran


cairan yag mendadak. Sebaiknya koitus dihindari pada kehamilan muda

sebelum usia kehamilan 16 minggu dan kehamilan tua, karena dapat

merangsang kontraksi. Pada masa kehamilan terdapat empat fase sikslus

respos seksual, anatara lain:

a) Fase gairah seksual

(1) Labia mayora: Nulipara/ tidak hamil pembesaran labia mayora

sama, multipara labia mayora membesar dari nulipara

(2) Labia minora : nuli dan multipara sana dan terjadi pembesaran 2-3

kali

b) Fase pleatau

Lanjutan dari fase gairah seksual menuju orgamus, terjadi

perubahan warna kulit labia minora dari warna merah muda menjadi

merah sekali bersamaan dengan orgasme. Umumnya pada wanita

hamil dan tidak hamil sama pada saat ini.

c) Fase orgasmus

(1) Puncak dari respon seksual

(2) Pada wanita hamil terjadi kontraksi 1/3 distal dari vagina dan

uterus

(3) Selama trimester III pada minggu ke-4 terakhir kehamilan uterus

mengalami spasme tonik di samping ritme uterus yang teratur

d) Fase resolusi
(1) Pada ibu hamil kembalinya darah tidak seluruhnya karena tingkat

ketegangan seksual ibu hamil tinggi dibandingkan wanita tidak

hamil

(2) Perasaan bahagia tidak mengurangi ketegangan untuk beberapa

waktu

7) Mobilisasi/ body mekanik

Pada masa kehamilan ibu boleh melakukan pekerjaan serperti saat

sebelum hamil misalnya bekerja dikantor, melakukan pekerjaan rumah

atau bekerja di pabrik dengan syarat pekerjaan tersebut masih bersifat

ringan dan tidak menganggu kesehatan ibu dan janin seperti dan

mengangkat beban yang berat. Sikap tubuh yang dianjurkan pada ibu

hamil seperti berdiri, duduk, berjalan, tidur, dan mengambil atau

mengangkat barang dari bawah.

8) Istirahat/ tidur

Pada masa kehamilan ibu hamil harus istirahat yang cukup minimal

tidur malam ±8 jam dan tidur siang ±1 jam

9) Imunisasi

Imunisasi tetanus toksoid untuk melindungi bayi terhadap penyakit

tetanus neonatorum. Imunisasi ini dilakukan pada kehamilan 3-15 bulan

dengan masa interval 4 mingg. Penyuntikan dilakukan secara IM

(intramuscular) dengan dosis 0,5 ml.

10) Pekerjaan
Pada kehamilan dianjurkan untuk menghindari pekerjaan yang terlalu

berat dan membahayakan seperti pekerjaaan yang berhubungan dengan

radiasi dan bahan kimia

11) Berpergian/ travelling

Ibu hamil dianjurkan untuk tidak melakukan perjalanan yang jarak nya

terlalu jauh dan kondisi perjalanan buruk. Hindari perjalanan dengan

kondisi yang jauh terutama pada kehamilan trimester I untuk menghindari

pendarahan pada kehamilan muda dan abortus dan pada trimester III

kemungkinan terjadi pendarahan pada soludio plasenta, ketuban pecah

dini atau komplikasi lainnya yang berhubungan dengan ibu dan janin.

12) Memantau kesejahteraan jain

Pematauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan :

a) Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) yang bertujuan untuk

menetukan usia kehamilan, memperkirakan berat janin dan

memperkirakan adanya kelainan

b) Pemantauan gerakan jain dapat dilakukan dengan menanyakan kepada

ibu berapa kali dalam satu hari gerakan jain dirasakan. Gerakan janin

yang normal bisa dirasakan lebih dari 10 kali dalam 12 jam dan

biasanya mudah dirasakan pada malam hari

c) Amniocintesis adalah aspirasi cairan amnion untuk pemeriksaan yang

dilakukan pada kehamilan 16-17 minggu untuk melihat abnormaitas


janin dan pada kehamilan 20 minggu untuk penilaian maturnitas dan

kematangan paru

d) USG untuk mengetahui letak plasenta, menetukan usia kehamilan,

mendeteksi perkembangan janin, mendeteksi adanya kehamilan ganda

atau kondisi patologi, menentukan presentasi janin, volume cairan

amnion, dan penentu TBJ

e) DJJ dilakukan dengan doppler, fetoskop dengan nilai normal 120- 160

x/menit

f) Non stress tes (NST) bertujuan untuk menilai hubungan perubahan

episodic DJJ dan aktivitas ferakan janin serta mendeteksi kemungkinan

hipoksia atau asfiksia janin

g) Oxytosin challage test (OCT) bertujuan untuk menilai hubungan djj

dengan kontraksi dan mendeteksi adanya hipoksia janin. Tindakan ini

dilakukan pada kehamilan lewat waktu dan lain- lainnya.

b. Kebutuhan psikologis

1) Trimester I

Pada trimester ini adalah periode penyesuaian. Sekitar 80% ibu

merasakan kekecewaan, menolak, sedih, gelisah. Kegelisahan timbul

karena adanya perasaan takut abortus, kehamilan penyulit, kematian bayi,

kematian saat persalinan, dan lain-lain. Perasaan takut ini hendaknya

diekspresikan sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan banyak

orang yang mendukung serta memberi perhatian kepada ibu. Dalam hal
ini ibu harus berani untuk berkomunikasi dengan pasangan, keluarga,

maupun bidan.

2) Trimester II

Periode ini disebut dengan periode sehat yang dimana ibu sudah tidak

merasakan lagi ketidaknyamanan. Selama periode ini ibu mengharapkan

kehadiran sang bayi, dengan adanya gerakan janin, rahim yang semakin

membesar, serta terlihatnya gerakan bayi saat di USG akan semakin

meyakinkan ibu bahwa dirinya sedang hamil. Sebelum adanya gerakan

janin, ibu berusaha terlihat sebagai ibu yang baik dan dengan adanya

janin ia menyadari identitasnya sebagai ibu. Hal ini menimbulkan

perubahan yang baik seperti kontak sosial meningkat dengan ibu hamil

lainnya, adanya gelar calon ibu baru, ketertarikan pada kehamilan dan

persalinan serta persiapa untuk menjalani peran baru.

3) Trimester III

Periode ini disebut dengan periode menunggu dan waspada, pasalnya

pada saat ini ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya serta selalu

menunggu tanda- tanda persalinan. Pada trimester III ibu merasa khawatir

dan takut akan kehidupan dirinya maupun bayinya, ketakutan itu seperti

kekhawatiran adanya kelainan pada sang jabang bayi, rasa nyeri pasa

persalinan, serta ketidakpastian waktu persalinan. Ketidaknyamanan ini

terus meningkat ibu merasa dirinya aneh dan jelek menjadi

ketergantungan, malas, mudah tersinggungserta merasa menyulitkan.


Disinilah ibu memerlukan dukungan, perhatian dan pengertian dari suami,

keluarga maupun bidan.

6. Menentukan usia kehamilan

a. Usia Kehamilan berdasarkan riwayat menstruasi (HPHT)

Menurut Dartiwen (2019:54) menghitung usia kehamilan berdasarka

riwayat HPHT sebagai berikut:

Usia kehamilan dapat dihitung dengan cara mengetahui hari pertama haid

terakhir (HPHT). HPHT dihitung sebagai hari pertama mulai hamil.

Perhitungan sesuai dengan rumus naegele yaitu

1) siklus mentruasi 28 hari): Hari Perkiraan Lahir (HPL) = Tanggal hari

pertama haid terakhir + 7, bulan – 3, tahun +1 (+7-3+1). Jika bulan

kurang atau sama dengan 3 maka bulan ditambah 9 dan tidak ada

penambahan tahun (+7+9+0).

2) siklus menstruasi selain 28 hari maka rumusnya menjadi:

HPL = HPHT + 9 bulan + (lama siklus haid – 21 hari)

Contoh :

a) HPHT: 20-01-2020

Tanggal kunjungan: 11-05-2020

HPL ?

Uk ?

HPHT: 20-01-2020
+7+9+0

HPL: 27-10-2020

UK: 15 minggu 6 hari

b) HPHT : 20-01-2020

Siklus haid : 35 hari

HPL : 27-10-2020

UK……?

HPL : HPHT+ 9bulan + (lama siklus haid- 21 hari)

20-01-2020 + 9 bulan (36-21 hari)

HPL : 05-11-2020

b. Tinggi fundus uteri

Menurut Dartiwen (2019:55) usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus

uteri sebagai berikut:

Berdasarkan rumus Johnson Tausak: menentukan tafsiran berat janin

adalah TBJ: (TFU-12) X 155

Contoh : TBJ : (20-12) X 155=1240 gram

Tinggi fundus uterus menurut Spiegelburg


Tinggi Fundus Uteri
Usia Dalam cm Menggunakan petunjuk badan

kehamilan
12 minggu - Teraba di atas simpisis pubis

16 minggu - Ditengah antara simpisis pubis

dan umbilikus
20 minggu 20 cm (±2cm) Pada umbilikus

22-27 minggu UK dalam Pada umbilicus

minggu = (±2cm)
28 minggu 28 cm (±2cm) Diantara umbilikus dan prosesus

sifoideus
29-35minggu UK dalam Diantara umbilikus dan prosesus

minggu = (±2cm) sifoideus


36 minggu 36 cm (±2cm) Pada prosesus sifoideus

c. Pemeriksaan USG

Menurut Dartiwen (2019:56), pemeriksaan USG sudah dapat dilihat

katung janin pada usia kehamilan 6-7 minggu dan kepala janin dapat diukur

pada usia kehamilan 13 minggu.

7. Ketidaknyamanan selama kehamilan dan cara mengatasinya

Menurut Mandang (2016:156) ketidaknyamanan selama kehamilan sebagai

berikut:

a. Pada masa trimester pertama kehamilan


1) Mual pada pagi hari

Mual pada pagi hari biasanya disebabkan karenya adanya bau yang

menyengat atau tiba-tiba tidak menyukai makanan tertentu seperti kopi

dan daging sapi karena baunya yang sangat menyengat. Mual ini biasanya

terjadi pada pagi hari, tetapi kondisi ini bisa juga dalam waktu kapan pun.

2) Payudara membesar

Payudara membesar dan kencang pada kehamilan disebakan oleh

peningkatan hormone yang menimbulkan pelebaran pembukuh darah.

Pada 3 bulan pertama puting susu dan daerah sekitarnya berubah menjadi

lebih gelap, karena terjadi peningkatan persediaan pembuluh darah

keseluruh tubuh, maka disekitar payudara akan tampak bayangan

pembuluh-pembuluh vena dibawah kulit payudara.

3) Konstipasi

Kontipasi atau susah buang air besar terjadi pada hampir setiap wanita

hamil untuk mengatasinya cukup mengkonsumsi buah-buahan yang

berserat tinggi dan biji-bijian seperti gandum dan oatmeal

4) Pusing-pusing atau pingsan

Pusing dalam kehamilan biasanya disebabkan oleh terjadinya

pembesaran pembuluh darah pada tubuh. Pada trimester pertama

kehamilan, volume darah yang dimiliki mungkin belum cukup untuk


memenuhinya hasilnya tekanan darah yang menurun. Dua kondisi ini

yang terjadi saat hamil yaitu gulah darah yang rendah (hypoglycemia) dan

jumlah sel darah merah rendah (anemia) yang dapat menyebabka rasa

pusing.

5) Rasa lelah yang luar biasa

Rasa lelah pada kehamilan disebabkan karena untuk membawa

oksigen dan nutrisi ke janin tubuh memproduksi lebih banyak sel darah

merah dan jatung bekerja lebih keras dan cepat, sehingga terjadinya

peningkatan kebutuhan dalam system sirkulasi tubuh. Pada saat

kehamilan tubuh lebih banyak memproduksi hormone progesterone yang

dimana hormone ini cenderung membuat mengantuk.

6) Perih di ulu hati

Perih ulu hati disebabkan konstipasi yang dimana banyaknya gas dan

panas di dalam ulu hati merupakan efek dari lambannya proses

pencernaan yang disebabkan hormone kehamilan. Pada saat kehamilan

uterus membesar sehingga dapat mendorong usus keluar dari posisi

normal inilah yang menjadi penyebabnya terjadi rasa perih di ulu hati

7) Meludah saat kehamilan

Keluhan ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang mengalami morning

skicness. Untuk mengatasinya dengan sikat gigi atau mengkonsumsi

perment yang mengandung mint karena mint dapat mengurangi air ludah
8) Kram perut waktu hamil

Kram perut disebabkan karena adanya perubahan hormone hamil dan

karena adanya pertumbuhan dan pembesaran darai rahim di mana otot

dan ligament merenggang untuk menyokong rahim. Bila kram perut yang

menetap semakin berat dan disertai pendarahan segera hubungi dokter/

bidan ini berhubungan dengan tanda dari keguguran

9) Peningkatan cairan vagina waktu hamil

Peningkatan cairan vagina pada saat hamil disebakan oleh adanya

perubahan hormon selama kehamilan. Cairan vagina pada saat hamil

berwarna putih atau kuning muda, cair, terkadang agak lengket dan tidak

berbau. Cairan ini dapat meningkat dengan bertambahnya umur

kehamilan

Pada saat kehamilan ibu hamil merasakan emosi yang tidak stabil, ini

disebakankan karena adanya perubaha hormon kehamilan. Ibu bisa

merasakan tiba- tiba sedih bahkan menangis dan mudah marah

10) Peningkatan berat badan saat hamil

Peningkatan berat badan pada trimester pertama akhir bukan

disebabkan karena adanya peningkatan berat badan yang banyak namun

disebabkan karena pengaruh hormone estrogen pada waktu hamil yang

menyebabkan pembesaran rahim dan hormone progesterone yang

menyebakan tubuh menahan air.

b. Pada trimester kedua kehamilan


1) Perut semakin membesar

Pembesaran perut disebabkan karena pada usia kehamilan setelah 12

minggu rahim membesar dan melewati panggul, pembesaran terjadi 1 cm

setiap minggu. Pada usia kehamilan 20 minggu bagian teratas rahim

sejajar dengan puser (umbilicus).

2) Sendawa dan buang angin waktu kehamilan

Sendawa atau kentut ini terjadi karena adanya perenggangan usus

selama hamil sehingga ibu merasa kembung dan tidak nyaman

3) Rasa panas di perut pada saat hamil

Rasa panas saat kehamilan disebabkan karena meningkatnya tekanan

akibat rahim yang membesar dan pengaruh hormonal yang menyebabkan

relaksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung ke atas

4) Pelupa waktu hamil

Kondisi ini mungkin disebakan karena tubuh ibu hamil berkerja terlalu

berlebihan untuk perkembangan pada janinnya sehingga dapat

menimbulkan blok pikiran atau dapat juga karena adanya pengaruh

hormonal. Kondisi tersebut hanya sementara dan akan menghilang

5) Sakit perut bagian bawah waktu hamil

Kondisi ini disebabkan karena adanya perenggagan ligamentum dan

otot untuk menahan rahim yang semakin membesar. Biasanya ibu hamil
akan merasakan pada usia kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil merasakan

nyeri perut seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua sisi

6) Pertumbuhan rambut dan kuku

Perubahan hormonal menyebakan tumbuhnya rambut lebih banyak

biasanya disekitar wajah atau perut dan kuku bertumbuh lebih cepat.

kondisi ini bisa hilang setelah kelahiran bayi

7) Pusing saat kehamilan

Kondisi ini disebakan karena pada saat kehamilan rahim mulai

membesar yang dimana akan menekan pembuluh darah besar sehingga

menyebabkan tekanan darah menurun. Jika ibu merasakan pusing yang

berlebihan segera datang ke fasilitas kesehatan

8) Mendengkur saat hamil

Mendengkur disebabkan adanya perubahan hormonal yang

menyebakan pembengkakan mukosa yang dapat menyebakan hidung

tersumbat dan mendengkur saat tidur

9) Hidung dan gusi berdarah saat hamil

Hidung dan gusi berdarah disebabkan adanya perubahan hormonal dan

peningkatan aliran darah ke seluruh tubuh termasuk ke daerah hidung dan

gusi selama hamil aka men yebaka jaringa disekitarnya menjadi lunak dan

lebih lembut. Hal ini dapat hilang saat bayi didalam kandungan sudah

lahir, bila keluhan ini terus berlanjut dapat dionsultasikan dengan dokter.

10) Perubahan kulit saat kehamilan


Perubahan kulit pada trimester II disebabkan melanosit yang dapat

menyebakan warna kulit lebih gelap. Timbulnya garis kecoklatan mulai

dari bawah pusar hingga kearah bawah yang disebut dengan linea nigra

dan timbul bintik-bintik kecoklatan pada wajah disebut dengan cloasma

gravidarum, hal ini menandakan bahwa kekurangan asam folat. Ada juga

munculnya strecth mark yang terjadi krena adanya perenggangan pada

kulit yang belebihan pada perut, paha atas dan payudara akibat dari

perengangaan tersebut dapat menimbulkan rasa gatal. Strecth mark dapat

diobat setelah selesai persalinan dengan menjaga kebersihan kulit dan diet

makanan yang seimbang dan sehat, terutama banyak mengkonsumsi

makanan yang mengandung vitamin

11) Payudara semakin membesar

Payudara yang semakin membesar karena telah memproduksi

colostrum, putting semakin membesar dan berwarna gelap serta timbul

bintik-bintik disekitar putting yang merupakan kelenjar kulit.

12) Perubahan suasana hati

Perubahan suasana hati pada ibu hamil trimester II disebabkan karena

adanya rasa tidak nyaman yang terus menerus, perubahan hormon, dan

rasa cemas pada ibu yang berlebihan.

13) Infeksi vagina dan keluarnya cairan dari vagina

Pada trimester II peningkatan cairan vagina sering terjadi ini sebagai

hasil dari penebalan dinding vagina yang disebabkan oleh hormone


menyebabkan timbulnya cairan encer, bening, dan tidak berbau disebut

leukhorrhea. Bila cairan berwarna kelabu kehijauan, berbau tidak enak,

maka terjadinya infeksi yang disebakan bakteri vaginosis.

Cairan vagina bewarna keputihan, berbau, panas atau

ketidaknyamanan lain pada vagina mungkin adanya infeksi dan harus di

evaluasi dan di obati oleh dokter. Bila cairan vagina berwarna putih,

kental yang menyebabkan rasa panas, panas dan kemerahan di sekitar

vulva dan vagina dan susah buang air kecil merupakan adanya infeksi dan

harus di evaluasi dan di obati dokter.

14) Rasa sakit pada punggung

Rasa sakit punggung biasanya terjadi pada trimester tua tapi dapat juga

terjadi pada trimester ini terutama pada ibu yang sudah pernah hami

15) Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih terjadi karena pada kehamilan ibu sering

merasakan ingin buang air kecil yang disebabkan karena rahim yang

membesar dan ada tekanan pada kandung kemih. Rasa sakit pada saat

buang air kecil merupakan tanda adanya infeksi pada saluran kemih dan

harus diatasi.

16) Sesak nafas

Kondisi ini disebabkan karena adanya produksi hormon progesterone

yang menekan gerakan paru-paru, karena terbatasnya geraka paru-paru,


ibu hamil akan bernafas lebih sering agar dapat memenuhi kebutuhan

oksigen ibu dan bayi dan adanya perkembangan rahim yang semakin

mendorong diafragma sehingga rongga dada menjadi sempit dengan

sendirinya paru- paru tertekan, tekanan pada paru-paru ini yang membuat

ibu hamil menjadi sesak.

c. Ketidaknyamanan pada trimester III

1) Sakit bagian belakang

Sakit pada bagian belakang seperti punggung dan pinggang karena

meningkatnya beban berat bayi dalam kandungan yang dapat

mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan pada tulang

belakang.

2) Konstipasi

Kondisi ini terjadi di sebabkan adanya tekanan pada rahim yang

membesar ke daerah usus selain perubahan hormon progesteron

3) Pernapasan

Terjadi karena adanya perubahan hormonal yang mempengaruhi aliran

darah ke paru-paru pada usia kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil

yang sulit bernafas ini juga disebabkan karena adanya tekanan rahim yang

membesar yang berada di bawah diagfragma

4) Sering buang air kecil


Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan

semakin menekan kandung kemih, maka hal ini ibu hamil mengalami

sering buang air kecil

5) Masalah tidur

Kondisi ini disebabkan karena perut yang semakin membesar dan bayi

yang sudah bisa bergerak menendang-menendang pada malam hari yang

menyebakan ibu hamil susah untuk tidur nyenyak. Untuk mengatasinya

aturlah posisi tidur pada ibu hamil

6) Varises

Varises disebabkan adanya peningkatan volume darah dan aliranya

selama kehamilan akan menekan daerah panggul dan vena di kaki yang

menyebabkan vena menonjol ini juga dapat terjadi pada bagian vulva.

7) Kontraksi perut

Kontraksi perut berupa rasa sakit dibagian perut yang ringan, tidak

teratur dan dapat hilang bila duduk dan istirahat

8) Bengkak

Bengkak disebabkan karena perut dan bayi semakin membesar dan

adanya peningkatan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan biasanya

disebut dengan edema yag disebabkan oleh perubahan hormonal yang

menyebakan retensi cairan

9) Kram pada kaki


Kram kaki terjadi disebakan karena sirkulasi darah yang menurun atau

karena kekurangan kalsium. Cara mengatasinya yaitu:

a) Untuk mencegah kram pada kaki, menggerakkan jari-jari kaki ke arah

bawah (seperti menunjuk) atau berdiri dengan ujung-ujung kaki

b) Bila terjadi kram kaki ketika duduk atau tiduran, luruskan lutut kaki,

lalu gerakkan jari-jari kaki kearah atas tubuh atau dapat berdiri pada

kaki yang kram, posisi lutut lurus dan tumit dilantai atau gerakka jari-

jari kaki ke arah atas

c) Bila kram kaki hebat, mintalah bantuan orang lain untuk memegang

lutut

d) Lurus dengan satu tangan sambil merenggang tumit dengan tangan

lainnya dan gunakan untuk menekan kaki dan jari-jari kaki ke atas

10) Gatal-gatal

Kondisi ini biasanya terjadi pada kulit perut yang disebabkan

membesarnya perut sesuai dengan usia kehamilan. Untuk mengatasinya

jangan digaruk, karena akan meninggalkan bekas cukup dioleskan dengan

pelembab

11) Suhu badan meningkat

Ibu hamil lebih mudah merasa gerah dan berkeringat hal ini terjadi

karena adanya perubahan pada metabolism tubuh sebagai upaya

penyesuaian untuk mendukung bayi kian membesar. cara mengatasinya

usahakan untuk tinggal di wilayah yang sejuk.


4. Tanda bahaya pada kehamilan

Tanda bahaya kehamilan menurut Mandang (2016:246) sebagai berikut:

a. Trimester I

1) Pendarahan pervaginam/pendarahan dari jalan lahir

Pendarahan ini biasanya terjadi pada usia kehamilan kurang 22

minggu. Pendarahan pada trimester I ini disebabkan oleh abortus,

kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Macam-macam pendarahan

pervaginam yaitu:

a) Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat tertentu)

pada atau sebelum kehamilan 22 minggu atau buah kehamilan belum

mampu hidup diluar kandungan. Macam-macam abortus sebagai

berikut:

(1) Abortus immniens

Abortus immniens adalah peristiwa terjadinya pendarahan pada

usia kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih didalam

uterus dan tanpa dilatasi serviks.

(2) Abortus komplet


Abortus komplet adalah hasil konsepsi lahir dengan lengkap,

terjadinya sedikit pendarahan, ostium uteri telah menutup dan

uterus telah mengecil.

(3) Abortus insipiens

Abortus insipiens adalah peristiwa pendarahan yang terjadi

sebelum usia kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks

tetapi hasil kmonsepsi masih didalam uterus.

(4) Abortus inkomplet

Abortus inkomplet adalah pengeluaran sebagaian hasil

konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih

adanya sisa yang tertinggal didalam uterus.

b) Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik adalah proses implantasi dan pertumbuhan hasil

konsepsi diluar endometrium atau rahim misalnya di dalam tuba,

ovarium, rongga perut, serviks. Tanda-tandanya seperti pendarahan

bewarna coklat tua biasanya disertai dengan nyeri perut dan uterus

terasa lembek.

c) Mola hidatidosa (hamil anggur)

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tanpa

janin dan ditemukan seperti jaringan yang mirip dengan buah anggur.

Mola hidatidosa biasaya berbentuk gelembung-gelembung putih,


tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran yang bervariasi

dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 sentimeter

d) Kehamilan abnormal

Yang dimana hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan

hidrofik. Tanda-tandanya seperti pendarahan berulang, tidak teraba

bagian janin, tidak terdengar DJJ janin.

2) Mual muntah berlebihan

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum), mual biasanya terjadi

pada pagi hari, akan tetapi dapat juga terjadi pada setiap saat dan malam

hari. Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 %

multigravida. Mual disebabkan oleh meningkatnya kadar hormone

estrogen dan HCG dalam serum. Untuk penanganan mual muntah dapat

diatasi dengan makan sedikit tapi sering, hindari makanan yang sulit

dicerna dan berlemak, hindari hal-hal yang memicu mual seperti bau,

gerakan atau bunyi, istirahat yang cukup.

3) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang terjadi pada kehamilan seperti sakit kepala yang

hebat, menetap dan tidak hilang ketika beristirahat, terkadang bisa disertai

dengan penglihatan pada ibu menjadi kabur atau berbayang. Hal ini

merupakan penyebab dari preeklamsia dan jika tida diatasi dapat

menyebabka kejag maternal, stroke, kaogulopati dan kematian. Sakit

kepala ini disebabkan oleh perenggangan pembuluh darah di otak akibat


hormon kehamilan, khususnya hormon progesteron. Jika ibu hamil

merasa lelah, pusing atau tertekan atau pandangannya gabur, sakit kepala

akan lebih sering terjadi atau makin parah, jika sebelumnya migrain

kondisi ini dapa semakin bermasalah selama 3 sampai 4 bulan pertama

kehamilan.

4) Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut terjadi pada kehamilan 22 minggu atau kurang, hal ini

mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus. Nyeri perut

yag hebat akan terjadi komplikasi seperti kehamilan ektopik, preeklamsia,

persalinan prematur, solusio plasenta, abortus, uteri imminiens. Untuk

penanganannya bisa dilakukan permeriksaan umum (TTV seperti nadi,

suhu, tensi, respirasi), jika dicurigai syok mulai lakukan pengobatan dan

terapi dengan baik.

5) Anemia

Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat

50% selama masa kehamilan. Anemia pada ibu hamil disebabkan karena

jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel- sel ini

tidak memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan bayi.untuk

pengangan anemia bisa diberikan tablet zat besi kepada ibu hamil serta

dianjurkan untuk istirahat yang cukup. Komplikasi yag terjadi pada

anemia yaitu missed abortion, kelainan kongenital, abortus/ keguguran,

persalinan prematuritas, bblr, kematian intrauteri, dan lain-lain.


6) Demam tinggi

Demam tinggi merupakan gejala adanya infeksi pada kehamilan . Ibu

hamil mengalami demam dengan suhu tubuh >38 0C. Komplikasi yang

disebakan oleh demam tinggi antara lain seperti sistitis (infeksi kandung

kencing), pleuronefritis akut (infeksi saluran kemih atas). Untuk

penaganannya bisa diatasi dengan istirahat baring, mimun yang banyak,

kompres untuk menurunkan suhu.

b. Trimester II

1) Bengkak pada wajah, kaki dan tangan

Bengkak bisa disebut dengan odema yaitu penimbunan cairan dalam

jaringan tubuh dapat diketahui dari penimbagan berat badan dan

pembengkakan kaki. Hampir separuh ibu hamil akan mengalami bengkak

yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah istirahat atau

meninggikan kaki. Odema yang berbahaya itu adalah odema yang

munculnya mendadak dan cenderung meluas. Bengkak bisa menunjukkan

adanya masalah serius jika muncul pada permukaan muka dan tangan

tidak hilang setelah istirahat dan diikuti dengan keluhan lainnya. Hal ini

bisa menjadi pertanda anemia, gagal jantung atau preeklampsia. Hal ini

terjadi karena system kerja ginjal yang tidak optimal pada wanita hamil

sehingga mempengaruhi system kerja tubuh sehingga menghasilkan

kelebihan cairan. Penangananya bisa dilakukan dengan istirahat yang

cukup, mengatur diet yaitu dengan meningkatkan konsumsi makanan


yang mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung

karbonhidrat dan lemak, kalau keadaan memburuk dokter dapat

mempertimbangka untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan ibu

dan bayi.

2) Keluar air ketuban sebelum waktunya

Keluarnya air ketuban pada jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu,

ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalina

berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamila

preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. Untuk

penanganannya seperti dapat melakuka USG, dilakukan pemeriksaan

inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan

membedakan dengan urine, mengobeservasi tidak adanya infeksi dan

tanda-tanda inpartu.

3) Gerakan bayi berkurang

Gerakan bayi bisa dirasakan ibu pada umur kehamilan 20 minggu dan

24 minggu dan ada juga beberapa ibu hamil sudah bisa merasakan

gerakan janin sebelum usia kehamilan tersebut. Jika bayi tidur

gerakannya akan melemah, bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali

dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan mudah dirasakan pada saat ibu

berbaring ataupun istirahat. Apabila bayi tidak begerak seperti biasa ini

merupakan resiko yang berbahaya. Bayi tidak bergerak seperti biasa

disebabkan oleh aktivitas ibu yang berlebihan, keadaan psikologis ibu


maupun kecelakaan sehingga aktivitas bayi di dalam rahim tidak seperti

biasanya.

c. Trimester III

1) Penglihatan kabur

Penglihatan menjadi kabur atau berbayang disebakan oleh sakit kepala

yang hebat sehingga terjadi odema pada otak dan meningkatkan resintensi

otak yang mempengaruhi system saraf pusat yang dapat menimbulkan

kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan penglihatan.

Perubahan penglihatan atau pandanga kabur dapat menjadi tanda

preeklaampsia.

2) Gerakan janin berkurang

Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah umur kehamilan 29 minggu

atau selama persalinan. Gerakan bayi bisa dirasakan ibu pada umur

kehamilan 20 minggu dan 24 minggu dan ada juga beberapa ibu hamil

sudah bisa merasakan gerakan janin sebelum usia kehamilan tersebut.

jika bayi tidur gerakannya akan melemah, bayi harus bergerak paling

sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan mudah dirasakan

pada saat ibu berbaring ataupun istirahat. Untuk penaganannya yaitu

memberika dukunga emosional kepada ibu, menilai DJJ.

3) Kejang
Kejang dalam kehamilan disebut dengan eklamsia. Kejang terjadi

dengan disertai gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati hingga muntah.

bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun

kemudian terjadilah kejang.

4) Demam tinggi

Demam tinggi disebakan oleh daya tahan tubuh atau system imun yang

mengalami perubahan lebih berfungsi dan mengutamakan perlindunga

pada sang janin. Penyebab demam saat kehamilan yaitu infeksi dari

bakteri dan virus seperti kasus infeksi TORCH yang terdiri dari entitas

parasit dan virus Toxoplasma dan lainnya (Pravovirus, Varicella,

Morbili), Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes akan

menyebabkan kelainan pada otak, jantung, pendengaran, penglihatan dan

kelainan struktur tubuh.

5) Bengkak pada wajah, kaki dan tangan

Pembengkakan dapat dialami disetiap saat pada kehamilan biasanya

pada minggu ke 20 dan dapat meningkat pada trimester ketiga.

6) Pendarahan pervaginam

Pendarahan pervaginam disebutkan pendarahan antepartum/

haemorrhage antepartum (HAP) yaitu pendarahan yang terjadi dari jalan

lahir setelah usia kehamilan 22 minggu dengan frekuensi HAP yaitu 3%

dari semua persalinan pendarahan pada kehamilan lanjut adalah


pendarahan pada trimester III sampai bayi lahir. Jenis- jenis pendarahan

sebagai berikut:

a) Pada minggu terakhir kehamilan sekitar 40 minggu biasanya terjadi

pendarahan disebabkan oleh perlekatan plasenta ke jalan lahir sehingga

mengambat jalan lahir yang biasanya disebut plasenta previa. Plasenta

previa yaitu plasenta yang beimplantasinya rendah sehingga menutup

sebagian atau seluruh permukaan ostium uteri internum. Gejalanya

seperti pendarahan tanpa rasa nyeri, darah berwarna merah segar.

b) Pendarahan yang terjadi karena plasenta sudah terlepas didalam rahim

yang biasanya disebut solusio plasenta. Gejalanya seperti rasa nyeri,

darah bewarna kehitaman, dan menggumpal.

c) Gangguan pembekuan darah, kougulopati dapat menjadi penyebab dan

akibat pendarahan yang hebat.

7) Sakit kepala hebat

Sakit kepala yang abnormal pada ibu hamil yaitu sakit kepala yang

hebat, menetap dan tidak hilang jika dibawa istirahat. Jika sakit kepala

hebat disertai dengan penglihatan kabur bisa jadi tanda gejala

preeklamsia.

8) Keluarnya cairan pervaginam

Keluarnya cairan pada trimester III yang tidak normal yaitu seperti

keluarnya cairan berupa air-air bisa jadi itu ketuban yang sudah pecah

sebelum proses persalinan.


9) Nyeri perut hebat

Nyeri perut yang menunjukkan masalah yang abnormal jika nyeri

perut yang hebat dan tidak hilang ketika sudah beristirahat

6. Standar asuhan antenatal

Menurut Hartini (2018:82), pelayanan antenatal yang sesuai standar terdiri

dari 10 T yaitu:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan pada janin.

Penambahan berat badan selama kehamilan kurang dari 9 kg atau kurang

dari 1 kg setiap bulannya menandakan adanya gangguan pertumbuhan pada

janin. Pengukuran tinggi badan dilakukan hanya pada saat kunjungan

pertama untuk melihat apakah ada resiko pada ibu hamil. Tinggi ibu hamil

yang kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya CPD

(Chepalo Pelvic Disporpotion)

b. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kunjungan untuk mendeteksi

ada atau tidak nya hipertensi (>1140/90 mmHg) dan preeklamsia (hipertensi

disertai edema wajah dan kaki dan proteinuria)


c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)

Pengukuran LILA dilakukan pada kunjungan pertama untuk skrining ibu

dengan resiko kekurangan energy kronik (KEK) dengan LILA kurang dari

23,5 cm. Ibu dengan KEK dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)

d. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan setiap kunjungan dengan

menggunakan pita pengukur pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu ini

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidaknya dengan

usia kehamilan

e. Tentukan presentasi janin dan detak jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin mulai dilakukan pada usia kehamilan

trimester II dan selajutnya setiap kunjungan. Pemeriksaan ini untuk

menentukan letak janin. Penilaian DJJ dilakuka pada akhir trimester I dan

dilakukan setiap kunjungan DJJ kurang dari 120 x/menit atau lebih dari 160

x/menit menandakan bahwa gawat janin

f. Skrining imunisasi TT

Skining imunisasi TT dilakukan pada awal kunjungan untuk mengetahui

status imunisasi pada ibu. Imunisasi TT diberikan untuk mencegah

terjadinya tetanus toksoid.


Tabel Pemberian imunisasi Tetanus Toksid (TT)
Selang waktu
Imunisasi TT Lama perlindungan
pemberian imunisasi
Langkah awal pembentukan
TT 1 kekebalan tubuh terhadap
penyakit tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan stelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 ≥25 tahun

g. Beri tablet tambah darah (tablet besi)

Memberikan tablet tambah darah dan asam folat minimal 90 tablet selama

kehamilan pada awal kunjungan antenatal

h. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboraturium dibagi menjadi 2 yaitu khusus dan rutin.

pemeriksaan laboratorium yang rutin yaitu harus dilakukan setiap kunjungan

antenatal seperti golongan darah, hemoglobin, dan pemeriksaan

endemis/epidemic (malaria, HIV,dll). Pemeriksaan laboratorium khusus

yaitu pemeriksaan laboratorium yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil

saat melakukan kunjungan.

i. Tatalaksana khusus

Berdasarkann hasil pemeriksaan dari ibu hamil yang melakukan

kunjungan ditemukan kelainan atau terdapat resiko terhadap kehamilan

harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenagan tenaga kesehatan.

kasus yang tidak bisa ditangani dapat dirujuk sesuai dengan system rujukan
j. Temu wicara (konseling)

Temu wicara dilakukan pada setiap kunjungan untuk membahas masalah

kesehatan ibu, tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, nifas, asupan gizi

seimbang, KB paska persalinan, imunisasi pada bayi, dan lain- lainnya.

B. Persalinan
1. Definisi Persalinan

Menurut Muachmudah (2010) dalam buku patologi dan fisiologi persalinan,

disebutkan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

atau uri) yang telah cukup bulan 37-42 minggu atau hidup di luar kandungan

atau melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam jam tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin. Menurut Aprilia (2011), persalinan normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42

Minggu lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun pada janin.

Persalinan merupakan proses alami yang berlangsung secara alamiah walau

demikian tetap diperlukan pemantauan khusus karena tiap ibu memiliki kondisi

kesehatan yang berbeda-beda sehingga mengurangi resiko kematian ibu dan

janin pada saat persalinan (Nurhayati, 2019).

Menurut Mochtar, Annisa (2011) dalam buku patologi dan fisiologi

persalinan, jenis persalinan dapat dikelompokkan ke dalam empat cara yaitu:

a. Persalinan Spontan

Persalinan spontan adalah proses persalinan lewat vagina yang

berlangsung tanpa menggunakan alat maupun obat tertentu baik itu induksi

vakum atau metode lainnya persalinan spontan benar-benar hanya

mengandalkan tenaga dan usaha ibu untuk mendorong keluarnya bayi.


Persalinan spontan dapat dilakukan dengan presentasi belakang (kepala

kepala janin lahir terlebih dahulu) maupun presentasi bokong (sungsang).

b. Persalinan Normal

Persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada

kehamilan cukup bulan atau 37-42 minggu pada janin letak memanjang

presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan

seluruh proses kelahiran ini berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam

tanpa tindakan pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.

c. Persalinan Anjuran Induksi

Persalinan anjuran adalah persalinan yang baru dapat berlangsung

setelah permulaannya dianjurkan dengan suatu perbuatan atau tindakan

misalnya dengan pemecahan ketuban atau dengan memberi suntikan

oksitosin persalinan anjuran bertujuan untuk merangsang otot rahim

berkontraksi sehingga persalinan berlangsung serta membuktikan

ketidakseimbangan antara kepala janin dengan jalan lahir persalinan

anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode:

1) Metode stein

Metode stein merupakan metode lama yang masih perlu diketahui,

sekalipun metode stein sudah ditinggalkan. Pengetahuan mengenai

metode ini masih perlu diketahui di dunia kebidanan. Selama metode

stein kehamilan lewat waktu akan mendapatkan 1,2 gram bisulfas

kinine dan 1,4 cc fitur print injeksi persalinan dengan metode stein
sangat berbahaya jika dilakukan di luar rumah sakit karena dapat

menyebabkan kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam

ketuban pecah saat pembukaan kecil ruptur uteri dan gawat janin

dalam rahim.

2) Injeksi oksitosin fituitrin ( sintosinon)

Teknik induksi dengan infus oksitosin pituitrin dan sintosin 5 unit

dalam 500 cc glukosa 5% merupakan teknik sederhana yang sudah

banyak digunakan teknik induksi dengan infus glukosa dimulai dengan

8-40 tetes per menit apabila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah

tercapai maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi proses

persalinan.

3) Memecahkan ketuban

Memecahkan ketuban merupakan salah metode untuk mempercepat

persalinan setelah ketuban pecah tunggu sekitar 46 jam dengan

harapan terjadi kontraksi otot rahim apabila apabila belum terjadi

kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi persalinan dengan selulosa

yang mengandung 5 unit oksitosin.

d. Persalinan tindakan

Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal

secara spontan atau tidak berjalan sendiri oleh karena terdapat indikasi

adanya penyulit persalinan sehingga persalinan dilakukan dengan


memberikan tindakan menggunakan alat bantu persalinan tindakan

terbagi menjadi dua yaitu:

1) persalinan tindakan pervaginam

Apabila persalinan spontan tidak dapat diharapkan dengan kondisi

bayi baik maka persalinan tindakan pervaginam dapat dipilih dengan

menggunakan bantuan alat forcep atau vakum. Baik forcep maupun

vakum diambil pada akhir kala II fase pengeluaran bayi saat bayi tidak

dapat keluar dengan spontan padahal bagian bawah dari bayi sudah

terlihat sebagian. Vakum tidak boleh dilakukan pada bayi dengan

presentasi muka. Tindakan forcep dan vakum secara umum hanya

boleh dilakukan pada bayi cukup bulan karena jika usia kehamilan

kurang dari 36 minggu maka beresiko mengalami cephal hematoma

(perdarahan di kepala) dan intracranial hemorrhagia (perdarahan di

dalam rongga kepala).

2) Persalinan tindakan perabdomen

Sectio saesaria (SC) merupakan alternatif terakhir untuk

menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, terutama bagi ibu dengan ukuran

panggul yang sempit yang dikenal dengan istilah Cephalopelvic

Disproportion (CPD). Dengan memilih sectio caesaria elektif yang

terjadwal dengan jelas, maka memungkinkan calon orang tua memilih

hari sesuai dengan keinginan mereka tanpa melupakan kesehatan bayi.


Walau termasuk ke dalam salah satu operasi besar yang memiliki

banyak keuntungan, sectio caesaria mempunyai beberapa risiko

tersendiri. Adapun risiko tersebut, yaitu seperti efek dari obat anestesi,

kerusakan pembuluh darah, bekas luka irisan pada rongga uterus yang

tidak menutup sempurna, serta gangguan kandung kemih atau yang

lainnya.

2. Sebab / Etiologi Persalinan

Menurut Miedforth, (2011) dalam buku patologi dan fisiologi persalinan,

sampai sekarang ini, sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori-teori

yang kompleks. Peningkatan kadar prostaglandin, oksitosin dan progesteron

diduga berperan dalam permulaan awal persalinan. Kadarnya meningkat secara

progresif dan mencapai puncak saat kelahiran kepala dan setelah pelepasan

plasenta. Ada dua hormon yang mempengaruhi dan dominan dalam persalinan,

kedua hormon tersebut yaitu hormon estrogen dan hormon progesteron.

Hormon estrogen berperan dalam meningkatkan sensitifitas otot rahim dan

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, prostaglandin,

dan rangsangan dari mekanisme. Sedangkan hormon progesteron berperan

dalam menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar,

serta menyebabkan reaksi otot polos (Nurhayati, 2019).

Menurut Purwaningsih (2010) dalam buku patologi dan fisiologi persalinan

sebab-sebab yang menimbulkan persalinan, antara lain:


a. Teori penurunan hormon

Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron terjadi kira-kira pada

1-2 minggu sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang

bagi otot rahim. Kadar progesteron yang turun akan menyebabkan

kekejangan pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim dan

menimbulkan persalinan.

b. Teori plasenta menjadi tua

Dengan semakin tua nya plasenta, maka akan menyebabkan turunnya

kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh

darah. Kondisi tersebut dapat menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin

Jika nutrisi pada janin berkurang, maka hasil konsepsi akan segera

dikeluarkan.

d. Teori distensi rahim

Keadaan uterus yang terus-menerus membesar dan menjadi tegang akan

mengakibatkan iskemia otot uterus. Keadaan yang demikian merupakan

faktor yang dapat mengganggu sirkulasi pada uteroplasenta sehingga

plasenta menjadi degenerasi.

e. Teori iritasi mekanik

Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak

di belakang serviks. Bila ganglio ini tertekan kontraksi uterus akan timbul.
f. Teori induksi partus (Induction of Labour)

Partus dapat ditimbulkan dengan gejala gangguan laminaria. Beberapa

laminaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang

fleksus frankenhouse, amniotomi (pemecahan ketuban) dan oksitosin drip

(pemberian oksitosin menurut tetesan infus).

3. Tanda Persalinan

Pada kebanyakan wanita, proses melahirkan dimulai antara minggu ke 39-

41 usia kehamilan. Namun karena lama kehamilan setiap orang berbeda-beda,

Tidak sedikit bayi yang dilahirkan pada salah satu minggu tersebut tanpa

menunjukkan tanda-tanda prematur atau lahir terlambat. Pada bulan-bulan akhir

kehamilan, tubuh akan memproduksi progesteron yang bertujuan melunakan

jaringan di sekitar serviks (leher rahim menghubungkan uterus dan vagina) dan

pelvis (panggul) untuk persiapan proses melahirkan (Nurhayati, 2019).

Beberapa dari persalinan dengan cara operasi caesar, kita dapat

merencanakan waktu kelahiran, melahirkan secara normal memerlukan kejelian

dan memahami tanda-tanda persalinan yang dikirimkan oleh tubuh. Berikut

tanda-tanda persalinan yang bisa dijadikan rambu untuk mempersiapkan sebuah

kelahiran (Nurhayati, 2019).

a. Tanda-tanda awal persalinan

Secara umum, wanita akan mulai merasakan tanda dan gejala persalinan

sehari bahkan seminggu sebelum sang bayi benar-benar lahir. Beberapa


tanda dan gejala yang muncul merupakan sinyal tubuh atau alarm yang

memberitahukan itu bahwa persalinan sudah dekat. Menurut Mochtar

(2015), beberapa tanda pendahuluan persalinan yaitu lightening atau setting

atau dropping (kepala turun memasuki pintu atas panggul); perut kelihatan

lebih melebar dan fundus uteri turun; sering buang air kecil atau sulit

berkemih (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah

janin; perasaan nyeri di perut dan dipegang oleh adanya kontraksi kontraksi

lemah uterus; kadang-kadang disebut "false labor pains" serta serviks

menjadi lembek (mulai mendatar dan sekresi nya bertambah, mungkin

bercampur darah).

Sedangkan tanda pasti persalinan menurut Mochtar (2015), yaitu

meliputi rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan

teratur; Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan

robekan kecil pada serviks; kadang-kadang ketuban pecah dengan

sendirinya; serta pada pemeriksaan dalam, kondisi serviks mendatar dan

telah terjadi pembukaan. Selain beberapa tanda tersebut, tanda awal

persalinan lain yang menunjukkan proses persalinan sudah dekat, antara lain:

1) Turunnya kepala janin ke panggul

Ketika persalinan mendekat, kepala janin sudah mulai turun ke area

tulang panggul (pelvic inlet). Kejadian menurunnya kepala janin

merupakan akibat dari melunaknya uterus. Turunnya kepala janin ke

bagian panggul terjadi sejak 2 hingga 4 minggu sebelum janin benar-


benar lahir. Beberapa ciri lain yang menunjukkan janin masuk panggul

sehingga Ibu bisa siap melahirkan, yaitu ibu akan lebih sering buang air

kecil, mengalami gangguan pencernaan, perubahan bentuk tubuh ibu sakit

pinggang yang berat, serta sakit pada area rektum, barium dan vagina.

2) Tekanan panggul (Pelvic)

Setelah kepala janin turun ke bawah panggul, ibu mungkin akan

merasa kurang nyaman. Sakit yang ibu rasakan merupakan akibat dari

adanya tekanan panggul dan ibu akan lebih sering berkemih serta lebih

sering buang air besar karena satu tanda persalinan yang jelas. Adanya

relaksasi tulang sendi beserta ikatan-ikatan nya, dapat menyebabkan nyeri

tiba-tiba karena bayi menekan dasar panggul ibu. Selain itu, kaki ibu

mungkin membengkak sebagai akibat meningkatnya tekanan terhadap

pembuluh darah yang melewati panggul. Berbaring ke kiri, dapat

membantu ibu meringankan tanda-tanda awal persalinan ini.

3) Vaginal Discharge atau Keputihan

Keputihan merupakan tanda proses persalinan pada ibu hamil sudah

dekat. Terjadinya keputihan merupakan akibat dari melunaknya rahim.

Cairan yang keluar pada keputihan berwarna putih, dan kadang-kadang

berwarna merah muda. Keputihan yang berwarna kuning atau berbusa,

biasanya merupakan tanda terjadinya infeksi. Beritahukan kepada dokter,

apabila keputihan pada ibu hamil terjadi perubahan warna.


Keputihan atau cairan yang keluar dari vagina terdiri dari sekresi leher

rahim, sel-sel tua dari dinding vagina, dan flora bakteri normal.

Keputihan umumnya berwarna putih atau putih pudar, dan volumenya

akan meningkat menjelang tanggal taksiran persalinan.

4) Nesting Instinct

Selain tanda fisik, ibu hamil akan merasakan suatu naluri yang bisa

disebut dengan naluri 'bersarang'. Nesting instinct merupakan tanda awal

persalinan, yang biasanya ditandai dengan kegiatan membereskan lemari,

membersihkan kamar, membersihkan kamar mandi, mengepel lantai,

serta kegiatan-kegiatan membersihkan lainnya. Seorang ibu dengan awal

tanda persalinan sebaiknya menghindari pekerjaan yang berlebihan. Ibu

harus menyimpan energi karena akan diikuti dengan tanda-tanda

persalinan lainnya.

5) Kontraksi Braxton Hicks

Kontraksi Braxton Hicks, merupakan sebuah kontraksi semu. Pada

banyak kasus, kontraksi semua berjalan tidak teratur, durasi pendek yang

berjalan yaitu kurang dari 45 detik. Nyeri atas kontraksi dapat terasa di

beberapa bagian tubuh seperti lipatan paha (selangkangan) dan perut

bagian bawah atau punggung. Pada kontraksi yang sebenarnya, Kontraksi

rahim menimbulkan nyeri yang berawal dari bagian atas rahim dan

menyebar ke seluruh rahim, lewat pinggang lalu ke panggul.


6) Menggigil

Tanda awal persalinan yang lain adalah menggigil tanpa sebab yang

jelas. Dapat terjadi tanpa adanya perasaan dingin atau karena kondisi ibu

sedang lemah. Selain itu, menggigil juga dapat terjadi akibat hormon

adanya perubahan kadar hormon progesteron dalam tubuh.

7) Diare

Pelepasan suatu unsur kimia dalam tubuh yang disebut dengan

prostaglandin dapat terjadi dalam proses awal suatu persalinan. Pemicu

ini dapat mengakibatkan meningkatnya aktivitas usus (loose bowel

movement).

8) Pecah memberan atau pecah ketuban

Pecah ketuban merupakan tanda awal persalinan yang paling umum

terjadi titik jika ketuban telah pecah maka dapat diduga bahwa persalinan

akan terjadi dalam waktu 24 jam. Ketika ketuban pecah, biasanya

kontraksi akan terjadi lebih intensif, dan bayi akan semakin dekat ke arah

pelebaran rahim. Cairan ketuban pada umumnya berwarna bening dan

tidak berbau, cairan ketuban juga terus keluar sampai pada saat

melahirkan.

9) Kontraksi regular

Tanda umum yang paling sering terjadi dan menjadi salah satu untuk

mengetahui bahwa persalinan akan segera terjadi adalah konsistensi

kontraksi. Leher rahim yang telah melunak akan semakin melebar dan
akan terus berlanjut hingga proses persalinan selesai. Kontraksi akan

terjadi secara teratur, sering dan lamanya kontraksi juga akan berlangsung

lebih lama. Kontraksi mengawali sebuah proses yang mendorong bayi

keluar secara perlahan-lahan melalui uterus bawah, sehingga kelahiran

menjadi semakin dekat.

4. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan merupakan serangkaian perubahan posisi dari bagian

presentasi janin yang merupakan suatu bentuk adaptasi atau akomodasi bagian

kepala janin terhadap jalan lahir. Presentasi janin paling umum dipastikan

dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal

persalinan dengan pemeriksaan vagina (vaginal toucher) (Nurhayati, 2019).

Persalinan adalah terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan sering,

sehingga menyebabkan terjadinya dilatasi serviks dan desensus bagian terendah

janin secara progresif. Diagnosis persalinan yang tidak jelas pada umumnya

diakibatkan oleh beberapa hal yaitu kontraksi palsu/braxton hicks menjelang

persalinan; kontraksi uterus persalinan yang sifatnya hampir selalu disertai rasa

nyeri yang cukup kuat, kecuali pada persalinan fase laten; serta ukuran besar

dilatasi serviks. selama proses persalinan janin melakukan serangkaian gerakan

untuk melewati panggul (seven cardinal movements of labor) (Nurhayati,

2019).
Menurut Cunningham dkk (2013) dalam buku patologi dan fisiologi

persalinan, gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan tersebut antara

lain sebagai berikut.

a. Engagement ( Penurunan kepala)

1) Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul

Pada primigravida, masuknya kepala kedalam pintu atas panggul

biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada

multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya

kepala kedalam pintu atas panggul biasanya ditunjukkan dengan sutura

sagitalis yang berada di tengah-tengah Jalan lahir, tepat di antara simfisis

dan promontorium. Keadaan yang demikian dikatakan kepala dalam

keadaan synclitismus.

Pada synclitismus os parientale depan dan belakang sama tingginya.

Jika suatu rasa gitalis agak ke depan mendekati simfisis atau agak

kebelakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam

keadaan asinklitismus. Ada dua jenis asinklitismus, yaitu:

a) Asinklitismus posterior

Yaitu bila sutura sagitalis mendekati simfisis dan os pariental

belakang lebih rendah dari os parietal depan.

b) Asinklitismus anterior
Yaitu bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os

pariental lebih rendah dari os parietal belakang.

Secara umum derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan

normal. Gerakan asinklitismus dapat menimbulkan disproporsi dengan

panggul yang berukuran normal sekalipun titik penurunan kepala lebih

lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal tersebut disebabkan

karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang

menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu

yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim sehingga

terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keadaan ini akan menyebabkan

bayi terdorong ke dalam Jalan lahir.

2) Majunya kepala

Pada primigravida, majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke

dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada

multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya rongga kepala dalam

rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan

gerakan-gerakan yang lain yaitu fleksi putaran faksi dalam, dan ekstensi.

Penyebab majunya kepala antara lain:

a) Tekanan cairan intra uterin

b) Tekanan langsung oleh fundus pada bokong

c) Kekuatan mengejan

d) Melurus nya badan anak oleh perubahan bentuk rahim


b. Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan koleksi yang ringan

titik dengan majunya kepala biasanya fleksi juga akan bertambah. Pada

pergerakan ini dagu di bawah lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-

ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar. Kondisi ini disebabkan karena

adanya tahanan dari dinding serviks, dinding serviks, dan lateral serviks.

Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm)

menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm) sampai di dasar

panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.

Fleksi disebabkan oleh:

1) Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke

dada.

2) Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang sehingga

kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.

3) Terjadinya perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga

dagu lebih menempel pada tulang dada janin.

4) Kepala janin yang mencapai dasar panggul dan menerima tahanan

sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi fleksi

untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir (Cunningham

dkk, 2013)

c. Desensus
Desensus adalah turunnya kepala di jalan lahir. Untuk menggambarkan

tingkat desensus digunakan istilah "station" (level spina ischiadica). "o

station" berarti bahwa puncak kepala telah mengalami desensus setinggi

spina ischiadica. Keadaan ini secara umum disebut sebagai engage oleh

karena diameter terbesar kepala sudah masuk ke pintu atas panggul. Bila

puncak kepala sudah berada di bawah ketinggian spina ischiadica, maka

keadaan ini ditandai dengan (+), seperti +2 yang berarti puncak kepala sudah

berada 2 cm di bawah spina ischiadica.

Station -3 menunjukkan bahwa kepala masih mengapung dan stasiun

yang lebih besar dari +3 menunjukkan bahwa kepala sudah mengalami

"crowning" dan siap untuk dilahirkan. Pada primigravida, engagement

(station 0 atau +1) umumnya sudah berlangsung beberapa hari atau

beberapa minggu menjelang persalinan; pada multigravida, station -2, atau

-3 sering terjadi sampai menjelang persalinan atau bahkan saat dilatasi

serviks sudah hampir lengkap.

d. Rotasi dalam (Putaran paksi dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa

sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan dan ke

bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah ialah

daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke

arah simfisis. Rotasi dalam berperan untuk menyelesaikan persalinan, karena

rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala


dengan bentuk Jalan lahir, khususnya bidang tengah dan pintu bawah

panggul.

e. Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,

terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Kondisi tersebut disebabkan

karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas

sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Apabila

kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak

melakukan ekstensi, maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat

menembusnya.

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simfisis akan menjadi pusat

pemutaran (hylomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas

premium: ubun-ubun besar, dahi hidung, mulut dan dagu bayi dengan

gerakan ekstensi.

f. Rotasi luar (putaran paksi luar)

Setelah kepala lahir, maka kepala bayi akan memutar kembali ke arah

punggung bayi untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan

atau putaran Paksi luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang


kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak. Gerakan yang terakhir

ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran

bahu (diameter biacromial) menempatkan diri dalam diameter anterior

posterior dari pintu bawah panggul.

g. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan

menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bayi

lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan faksi jalan

lahir. Dengan kontraksi yang efektif, seleksi kepala yang adekuat, dan janin

dengan ukuran yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya

posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul dan

persalinan tidak begitu bertambah panjang.

5. Asuhan kebidanan pada masa persalinan

a. Asuhan kebidanan kala I

Persalinan adalah proses pembukaan menipisnya serviks dan janin turun

ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-40 minggu

lahir kontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18

jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Dalam buku yang ditulis

Manuaba (2010) dalam buku patologi dan fisiologi persalinan, disebutkan

kala I adalah adalah kala pembukaan yang berlangsung antara Pembukaan 0


sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12

jam sementara multigravida 8 jam.

Secara klinis, partus dimulai apabila timbul his dan wanita tersebut

mengeluarkan lendir yang bercampur darah blood show. lendir lendir darah

ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau

mendatar. Kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran pergeseran ketika

serviks membuka. menurut Baety (2011) dalam buku patologi dan fisiologi

persalinan, salah satu dibagi menjadi dua fase antara lain fase laten dan fase

aktif. Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung lambat dari pembukaan

1 sampai 3 cm selama 7 sampai 8 jam. Sedangkan fase aktif terjadi

penurunan bagian bawah janin, frekuensi dan lama kontraksi uterus

meningkat kontraksi uterus dianggap adekuat bila terjadi 3 kali atau lebih

dalam 10 menit selama 40 detik atau lebih. Fase aktif dibagi menjadi tiga

tahap di antaranya periode akselerasi (pembukaan 3-4 cm, lama 2 jam),

periode dilatasi maksimal (pembukaan 4-9 cm, lama 2 jam), periode

deselerasi (pembukaan 9-10 cm, lama 2 jam).

1) perubahan fisiologis pada kala I


a) Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan

Selama proses persalinan, uterus akan mengalami perubahan bentuk

menjadi 2 bagian yang berbeda, yaitu segmen atas dan segmen bawah

titik segmen atas memegang peranan yang aktif karena berkontraksi


dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan.

Sebaliknya, segmen bawah rahim memegang peranan pasir dan makin

tipis dengan majunya persalinan karena direnggangkan. Segmen

bawah rahim dianalogikan dengan isthmus uterus yang melebar dan

menipis pada perempuan yang tidak hamil.

Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim,

terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang lebih tebal

dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat banyak otot serong dan

memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai isthmus uteri.

Sedangkan segmen bawah rahim terbentang di uterus bagian bawah

antara isthmus dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis.

Pada bagian ini, banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang

(Sumarah, dkk, 2010) dalam buku patologi dan fisiologi persalinan.

b) Perubahan bentuk uterus

Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh otot yang

berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal

dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik

otot bawah rahim ke atas sehingga akan menyebabkan pembukaan

serviks dan dorongan janin ke bawah secara alamiah (Ari Sulistiawati,

2010) dalam buku patologi dan fisiologi persalinan.

c) Perubahan pada serviks


Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostium uteri internum

(OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek

dan menjadi bagian dari SBR bentuk serviks menghilang karena

kanalis servikalis membesar dan atas membentuk ostium uteri eksterna

(OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit (Sumarah, dk,

2010) dalam buku patologi dan fisiologi persalinan.

d) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Dalam kala I, ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina yang

sejak kehamilan mengalami perubahan-perubahan sedemikian rupa

sehingga dapat dilalui oleh janin. Setelah ketuban pecah, segala

perubahan terutama dasar panggul ditimbulkan oleh tekanan dari

bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas

peregangan serabut serabut mm levator ani dan penipisan bagian

tengah perineum, yang berubah bentuk dari masa jaringan berbentuk

bagi setebal 5 cm menjadi premium tegang maksimal anus menjadi

jelas membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 23 cm dan

disini dinding anterior rektum menonjol. Regangan yang kuat ini

dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah pada vagina dan

dasar panggul, tetapi apabila jaringan-jaringan tersebut robek atau

rusak maka menimbulkan perdarahan yang banyak (Nurhayati, 2019).

e) Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi

biasanya dalam 24 hingga 48 Jam. Tetapi bukan merupakan tanda

persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48

jam sebelumnya. Rabasan lendir yang bercampur darah selama waktu

tersebut mungkin akibat trauma kecil, atau perusakan lendir saat

pemeriksaan tersebut dilakukan (Nurhayati, 2019).

f) Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (sistolik naik

kurang lebih 15-20 mmHg, diastolik kurang lebih 5-10 mmHg).

Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring,

perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Rasa sakit,

takut, dan perasaan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan

dan kelahiran. anjurkan pula suami dan pendamping lainnya untuk

membantu ibu berganti posisi. Ibu diperbolehkan berjalan, berdiri

duduk jongkok, berbaring miring atau merangkak. Jangan membuat

ibu dalam posisi terlentang, beritahukan agar ia tidak mengambil posisi

tersebut (Nurhayati, 2019).

g) Metabolisme

Selama proses persalinan, metabolisme karbohidrat aerob dan

anaerob mengalami peningkatan secara stagnan. Peningkatan ini

disebabkan oleh anxietas dan aktivitas otot rangka. Peningkatan


aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,

pernafasan, curah jantung, dan cairan yang hilang (Nurhayati, 2019).

h) Suhu

Peningkatan metabolisme tubuh menyebabkan suhu tubuh

meningkat selama persalinan, terutama selama dan setelah bayi lahir.

Peningkatan suhu tubuh tidak boleh lebih dari 0,5 o C - 1 o


C bila

persalinan berlangsung lebih lama, peningkatan suhu dapat

mengidentifikasi dehidrasi. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini,

peningkatan suhu tubuh dapat mengidentifikasi infeksi (Nurhayati,

2019).

i) Denyut jantung (Frekuensi jantung)

Detak jantung secara dramatis, naik selama kontraksi. Pada setiap

kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam

sistem vaskular ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar

10-15% pada tahap pertama persalinan, dan sekitar 30-50% pada tahap

kedua persalinan. Ibu harus diberitahu bahwa ia tidak boleh melakukan

manuver valsava (menahan nafas dan menegakkan otot abdomen)

untuk mendorong selama tahap kedua. Aktivitas Ini meningkatkan

tekanan intra toraks mengurangi aliran balik vena, dan meningkatkan

tekanan vena. curah jantung dan tekanan darah meningkat sedangkan


nadi melambat untuk sementara. selama ibu melakukan manuver

valsava, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat

wanita menarik nafas (Nurhayati, 2019).

j) Perubahan pada ginjal

Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat

diakibatkan karena peningkatan curah jantung selama persalinan dan

Kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma

ginjal. Poliuria akan mengalami gangguan karena posisi ini membuat

aliran urin berkurang selama kehamilan. Kandung kemih harus sering

dievaluasi setiap 2 jam untuk mengetahui adanya distensi. Kandung

kemih juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan

akibat kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah penurunan

bagian presentasi janin dan trauma pada kandung kemih akibat

penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hypotonia kandung

kemih dan retensi urin selama periode pasca partum awal (Nurhayati,

2019).

k) Perubahan pada saluran cerna

Motilitas dan absorpsi lambung terhadap makanan padat secara

substansial berkurang banyak selama persalinan. Apabila kondisi ini

diperburuk oleh penurunan asam lambung, maka saluran cerna akan

bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi


lebih lama. pengeluaran getah lambung mengakibatkan aktivitas

pencernaan terganggu, mual dan muntah bisa terjadi sampai ibu

mencapai akhir persalinan (Nurhayati, 2019).

l) Perubahan hematologi

Sebagian besar adaptasi pada kehamilan terjadi sebagai respon

terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh janin. Salah satu

perubahan yang terjadi selama kehamilan adalah perubahan

hematologis. Perubahan pada sistem ini berupa peningkatan volume

darah ibu, penurunan hemoglobin dan hematokrit, peningkatan

kebutuhan besi perubahan pada leukosit dan sistem imunologis, serta

kehilangan darah yang terjadi selama proses kelahiran (Nurhayati,

2019).

Pada sistem hematologi, B akan meningkat 1-2 gr/100 ml selama

persalinan dan akan kembali pada tingkat sebelum persalinan sehari

setelah persalinan, kecuali terjadi perdarahan. Waktu koagulasi Darah

akan berkurang, dan terjadi peningkatan plasma fibrinogen selama

persalinan. setelah itu, terjadi peningkatan kadar sel darah putih secara

progresif selama kala 1 persalinan sebesar 5.000 hingga 1.500 pada

saat pembukaan lengkap. Selama proses persalinan, gula darah akan

mengalami penurunan karena akibat peningkatan aktivitas otot dan

rangka (Nurhayati, 2019).


2) Tanda bahaya kala I

Menurut Nurhayati (2019), tanda bahaya kala I dapat diketahui dari

hasil anamnesis maupun observasi atau pengamatan kala I. Tanda bahaya

tersebut meliputi keadaan ibu dan janin. Beberapa temuan tanda bahaya

kala I dari hasil anamnesis dan pemeriksaan, antara lain:

a) Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah

Tindakan yang dilakukan yaitu dengan membandingkan ibu miring,

pasang infus RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena kateter 16/18,

rujuk segera dan dampingi.

b) Ketuban pecah disertai dengan keluar mekonium kental

Tindakan yang dilakukan yaitu dengan memberikan ibu atau ketat

DJJ, segera rujuk dan dampingi (membawa partus set dan penghisap

lendir de lee).

c) Tanda-tanda atau gejala infeksi seperti temperatur >38o C, menggigil,

nyeri abdomen, cairan ketuban berbau.

Tindakan yang dilakukan yaitu dengan membandingkan ibu, Pasang

infus RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena catheter 16/18

dengan dosis 125 cc/ jam, segera rujuk dan dampingi.

d) Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg dan atau terdapat protein urin

(preeklamsia).

Tindakan yang dilakukan yaitu dengan membandingkan ibu miring,

pasang infus RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena kateter 16/18,
berikan dosis awal 4 gram MgSO4 50 % parenteral IM segera rujuk

dan dampingi.

e) DJJ <110 atau >160 kali permenit pada dua kali penilaian dengan jarak

5 menit sehingga dikatakan gawat janin.

Tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan membandingkan ibu

miring, pasang infus RL atau garam fisiologis (NS) ukuran 16/18

dengan dosis 125 cc/jam, segera rujuk dan dampingi.

f) Tanda dan gejala syok seperti nadi cepat dan lemah (>110 kali per

menit), tekanan darah menurun ( sistolik < 90 mmHg), pucat,

berkeringat atau kulit lembab dan dingin, nafas cepat (>30 kali per

menit), cemas dan bingung atau tidak sadar, serta produksi urin sedikit

(<30 ml/jam).

Tindakan yang dilakukan yaitu dengan memberikan ibu (jika

mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke

jantung), Pasang infus RL atau garam fisiologis (NS) ukuran vena

kateter 16/18 dengan dosis awal 1 liter dalam waktu 15-20 menit dan

dilanjutkan dengan 2 liter dalam 1 jam pertama kemudian diturunkan

dengan dosis 125 ml/jam segera rujuk dan dampingi.

g) Tanda dan gejala fase laten memanjang yang berupa pembukaan

serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam, kontraksi teratur ( > 2 kali

dalam 10 menit).
Tindakan yang dilakukan yaitu dengan segera rujuk dan dampingi

pasien kepada petugas kesehatan.

h) Tanda dan gejala partus lama seperti pembukaan fase aktif melebihi

garis waspada (pada partograf), pembukaan serviks kurang dari 1 cm

tiap jam, frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan

lamanya kurang dari 40 detik. Tindakan yang dilakukan yaitu dengan

segera rujuk dan dampingi pasien kepada petugas kesehatan.

b. Asuhan kebidanan kala II persalinan

Kala II persalinan adalah proses pengeluaran buah kehamilan sebagai

hasil pengenalan proses dan penatalaksanaan kala pembukaan kala II dimulai

ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan

kelahiran bayi, juga disebut kala pengeluaran bayi (Nurhayati, 2019).

Pada pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat dan lebih lama, kira-kira 2-

3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk panggul sehingga terjadi

tekanan pada otot-otot dasar panggul secara refraktories menimbulkan rasa

mengejan. Karena muncul tekanan pada rektum, ibu merasa ingin buang air

besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai

kelihatan, vulva membuka dan perineum menegang. dengan his mengejan

yang terpimpin, akan lahir kepala diikuti seluruh badan janin. Kala II pada

primi berlangsung 1,5 jam dan multi 0,51 jam. Pada kala II, beberapa

pemantauan yang dilakukan terhadap ibu dan janin yaitu:

1) Pemantauan pada ibu


a) Kontraksi atau his

Selama kala II, kontraksi his terjadi secara singkat, kuat dan sedikit

lebih lama yaitu sekitar 2 menit lamanya 60-90 detik. Pemeriksaan

dilakukan setiap 30 menit. Dengan adanya his dalam persalinan, terjadi

perubahan pada serviks yang menimbulkan:

(1) Penipisan dan pembukaan. Effacement serviks adalah

pemendekan dan penipisan serviks selama tahap pertama

persalinan. Serviks yang dalam kondisi normal memiliki panjang

2-3 cm dan tebal sekitar 1 cm, terangkat ke atas karena terjadi

pemendekan gabungan otot uterus selama penipisan segmen

bawah rahim pada tahap akhir persalinan. Hal ini menyebabkan

bagian ujung serviks yang tipis saja yang dapat diraba setelah

effacement lengkap.

(2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada

kanalis servikalis terlepas.

(3) Terjadinya perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah

(Nurhayati, 2019).

b) Tanda-tanda kala II

Menurut Nurhayati (2019), beberapa tanda yang harus diperhatikan

oleh bidan pada kala II, antara lain seperti ibu mempunyai dorongan

kuat untuk meneran dengan terjadinya kontraksi; ibu merasakan

adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya, perineum


menonjol, vulva-vagina dan spingter ani membuka; meningkatnya

pengeluaran lendir bercampur darah. Sedangkan tanda pasti kala II

yang ditentukan melalui pemeriksaan dalam yaitu pembukaan serviks

telah lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus

vagina.

c) Kadaan umum

Pemantauan berikutnya yang dilakukan terhadap ibu yaitu pada

keadaan umumnya. Beberapa keadaan umum yang dilihat yaitu:

(1) Kesadaran memantau atau menilai keadaan ibu dapat dilakukan

dengan menginspeksi wajah ibu dan reaksi ibu setelah diberi

rangsangan, apakah ibu masih dapat menerima rangsangan

tersebut atau tidak.

(2) Tekanan darah dan temperatur, setiap 4 jam. Mengingat bahwa

salah satu tanda preeklamsia adalah tekanan darah yang tinggi,

yaitu diastolik pada angka 90/110 mmHg maka selama kala II

persalinan seorang bidan diwajibkan untuk memantau tekanan

darah sehingga jika terlihat tekanan darah ibu mulai naik ke

bidan dapat melakukan tindakan antisipasi.

(3) Kondisi pernafasan.

(4) Nadi, tiap 30 menit.

(5) Volume urine, yang meliputi protein dan aseton.


(6) Memastikan kandungan kemih kosong melalui bertanya kepada

ibu secara langsung sekaligus dengan melakukan palpasi.

(7) Nutrisi berupa minuman dan makanan.

(8) Pemenuhan kebutuhan hidrasi, nutrisi ataupun keinginan ibu

(Nurhayati, 2019).

d) Kemajuan persalinan

(1) Pembukaan serviks. periksa dalam setiap 4 jam atau jika ada

indikasi.

(2) Penurunan kepala janin penurunan kepala bayi setiap 4 jam

melalui pemeriksaan abdomen (Nurhayati, 2019).

2) Pemantauan janin

a) Sebelum lahir

(1) Frekuensi denyut jantung janin

(2) Bagian terendah janin

Bidan sangat perlu untuk melakukan pemantauan terhadap

bagian terendah janin, hal ini berkaitan dengan posisi ubun-ubun

kecil jika janin dengan presentasi kepala, letak muka ubun-ubun

besar yang mengindikasikan.

(3) Penurunan bagian terendah janin

Pemantauan ini berkaitan dengan proses kemajuan persalinan

mulai dari penurunan sampai dengan lahirnya kepala. Penurunan

kepala yang lambat disertai dengan frekuensi denyut jantung


janin normal yang mengidentifikasikan adanya lilitan tali pusat

( jika kondisi ini belum teridentifikasi melalui pemeriksaan USG

pada kunjungan kehamilan) (Nurhayati, 2019).

b) Saat lahir

(1) Penilaian sekilas saat bayi lahir

Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian sekilas

untuk menilai kesejahteraan bayi secara umum. Aspek yang

dinilai adalah warna kulit, tangisan bayi jika warna kulit adalah

kemerahan dan bayi dapat menangis konstan maka ini sudah

cukup untuk dijadikan data awal bahwa bayi dalam kondisi baik

(Nurhayati, 2019).

c. Asuhan kebidanan kala III persalinan

Menurut Baety (2011) dalam buku patologi dan fisiologi persalinan, kala

III disebut juga kala uri, dimulai dari lahirnya bayi hingga pengeluaran

plasenta dan selaput ketuban yang lamanya 5-30 menit, biasanya

primigravida dan multigravida berlangsung 6-15 menit. Selama kala III

persalinan otot uterus akan berkontraksi mengikuti penyusutan volume

rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Karena tempat

perlengketan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak

berubah maka plasenta akan terlibat menebal, dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus

atau ke dalam vagina.

Pada kala III persalinan, perlu dilakukan manajemen aktif. Tujuan

dilakukannya manajemen aktif kala III, antara lain menurunkan angka

kejadian perdarahan post partum mengurangi lamanya kala III, serta

mengurangi angka kematian dan angka kesakitan yang berhubungan dengan

perdarahan (Nurhayati, 2019).

1) Fisiologi kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi

mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah

lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat

implantasi menjadi semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak

berubah maka plasenta akan menekuk, menebal, kemudian dilepaskan

dari dinding uterus (Nurhayati, 2019).

a) Pelepasan plasenta

Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi

uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala II selesai. Berat

plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas

dan dikeluarkan. Tempat perlengketan plasenta menentukan kecepatan


pemisah dan metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan

dengan penonjolan bagian ibu atau bagian janin (Nurhayati, 2019).

Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rongga uterus sehingga lahirnya bayi. Penyusutan

ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan

plasenta. Karena tempat perlengkapan menjadi semakin kecil

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat

menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,

plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

Menurut Rohani dkk (2010) dalam buku patologi dan fisiologi

persalinan, dijelaskan beberapa macam metode pelepasan sebagai

berikut.

(1) Metode schultze

Metode yang paling sering terjadi (80%), lepasnya seperti

menutup payung, biasanya perdarahan tidak ada sebelum

plasenta lahir dan banyak setelah plasenta lahir yaitu mulai dari

bagian tengah terlebih dahulu yang terlepas kemudian diikuti

bagian yang lain yang terlepas.

(2) Metode Duncan


Lepasnya plasenta dimulai dari bagian pinggir plasenta,

diikuti bagian tengah sampai lahir keseluruhan kemudian darah

akan mengalir keluar antara selaput ketuban.

b) Pengeluaran plasenta

Menurut Rohani, dkk (2011) dalam buku patologi dan fisiologi

persalinan, pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi

miometrium sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi

ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga

plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus karena plasenta

tidak elastis seperti uterus yang tidak dapat berkontraksi atau

beretraksi. bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan

selanjutnya membantu pemisahan. Kontraksi uterus yang selanjutnya

akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorong

plasenta keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban

dan bekuan darah retroplasenta.

Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim

kemudian melalui serviks vagina, dan dikeluarkan ke introitus vagina.

Menurut Rohani, dkk (2011) dalam buku patologi dan fisiologi

persalinan, tanda pelepasan plasenta dibedakan menjadi:


(1) Uterus globuler dan perubahan tinggi fundus. Setelah bayi lahir

dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk

bulat penuh dan tinggi fundus di bawah pusat. Setelah uterus

berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah uterus berbentuk

segitiga atau seperti buah pir atau alpukat dan fundus berada di

atas pusat.

(2) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar

melalui vulva (tanda Ahfeld).

(3) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul

di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar

dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah

(retroplacental pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan

permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas terapungnya, maka

daerah tersebut keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini

kadang-kadang terlihat dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir.

2) Manajemen aktif kala III

Pada setiap asuhan persalinan normal, manajemen aktif kala III sangat

penting dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu.

Saat ini, manajemen aktif kala III telah menjadi prosedur tetap pada

asuhan persalinan normal dan menjadi salah satu dasar yang harus

dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong persalinan. Menurut Rohani,


dkk (2011) dalam buku patologi dan fisiologi persalinan, tujuan

dilakukannya manajemen aktif kala III yaitu untuk mempersingkat kala

III mengurangi jumlah kehilangan darah dan mengurangi kejadian

retensio plasenta dengan memberikan suntikan oksitosin 1 menit pertama

setelah bayi lahir, dan masase fundus uteri.

Langkah utama manajemen aktif kala III dikelompokkan menjadi tiga,

ketiga langkah tersebut yaitu:

a) Pemberian suntikan oksitosin

Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama

setelah bayi lahir. Suntikan oksitosin dengan dosis 10 IU dan diberikan

secara intramuskular (IM) pada sepertiga bagian atas paha bagian luar

(aspektu lateralis). Tujuan diberikan suntikan oksitosin yaitu untuk

membentuk rahim berkontraksi dengan kuat dan efektif.

b) Peregangan tali pusat terkendali

Lakukan peregangan tali pusat terkendali dengan cara meletakkan

tangan kiri diatas simfisis; tegangkan tali pusat dengan tangan kanan;

dorong uterus ke arah dorso kranial pada saat ada his dan terlihat

tanda-tanda pelepasan plasenta sementara tangan kanan menegangkan

tali pusat. Bila dalam waktu 15 menit plasenta tidak lahir ulangi

pemberian oksitosin.

c) Masase fundus uteri


Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase fundus uteri

dengan tangan kiri dan tangan kanan. Konfirmasi dengan kotiledon

dan selaput plasenta dalam keadaan lengkap. Periksa sisi maternal dan

neonatal, bisa kembali uterus setelah 1 hingga 2 menit untuk

memastikan uterus berkontraksi. Evaluasi kontraksi uterus setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama 1 jam setelah pasca persalinan.

3) Pemeriksaan plasenta

Pemeriksaan kelengkapan plasenta sangat bermanfaat sebagai tindakan

antisipasi. Apabila ada sisi plasenta baik bagian kotiledon maupun

selaputnya. Penolong haruslah memastikan betul plasenta dan selaput nya

betul-betul utuh, periksalah sisi maternal (yang melekat pada dinding

rahim) dan sisi janin (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan

apakah ada lobus tambahan, dan selaput plasenta dengan cara

menyatukan kembali selaputnya (Nurhayati, 2019).

Plasenta adalah organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi bagi bayi

untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan.

Sebagai salah satu organ yang sangat vital, dibutuhkan adanya

pemeriksaan plasenta secara rutin. Beberapa cara memeriksa plasenta dan

selaput nya, antara lain:


a) Periksa sisi maternal (yang menempel pada dinding uterus untuk

memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh tidak ada bagian yang

hilang.

b) Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk

memastikan tidak ada bagian yang hilang.

c) Periksa plasenta bagian fetal (yang menghadap ke janin) untuk

memastikan tidak ada kemungkinan loba eksternal (suksenturiata).

d) Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

4) Pemantauan kala III

Menurut Nining Wiyati, dkk (2010) dalam buku patologi dan fisiologi

persalinan selama asuhan kala III, dilakukan beberapa pemantauan pada

beberapa hal. Beberapa hal tersebut yaitu pemeriksaan plasenta, selaput

ketuban dan tali pusat; serta pemantauan kontraksi, tanda vital, hygiene,

robekan jalan lahir dan premium.

a) Pemeriksaan plasenta, meliputi:

(1) Selaput ketuban

Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban

untuk memastikan tidak ada bagian yang tertinggal di dalam

rahim. Caranya dengan mengamati plasenta pada bagian atas dan

pertemukan setiap tepi selaput ketuban sambil melihat apakah

ada tanda-tanda robekan dari selaput ketuban.


Jika ditemukan kondisi yang demikian, Segera lakukan

tindakan untuk mengeluarkan selaput ketuban karena sisa selaput

ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal didalam rahim akan

menyebabkan perdarahan dan infeksi.

(2) Plasenta

Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan

memeriksa jumlah kotiledonnya (rata-rata 20 kotiledon). Periksa

dengan seksama pada bagian pinggir plasenta dengan

memungkinkan masih ada hubungan dengan plasenta lain. Amati

juga apakah ada bagian yang tidak lengkap jika ada segera

bersihkan sisa plasenta tersebut.

(3) Tali pusat

Setelah plasenta lahir, periksa data yang berhubungan dengan

tali pusat. Beberapa data tersebut seperti panjang tali pusat,

bentuk tali pusat (besar, kecil, atau terpilin-pilin), insersio tali

pusat, jumlah vena dan arteri pada tali pusat, serta apakah ada

lilitan tali pusat.

b) Pemantauan kontraksi, robekan jalan lahir, dan perineum

(1) Kontraksi uterus

Ruptura uteri disebabkan oleh his yang kuat dan terjadi secara

terus-menerus, rasa nyeri yang hebat di perut bagian bawah,

perasaan gelisah seperti ketakutan, serta kondisi nadi dan


pernafasan yang semakin cepat. Setelah terjadi ruptur uteri

biasanya dijumpai beberapa gejala seperti syok, perdarahan (bisa

keluar melalui vagina atau dari dalam rongga perut), wajah

pucat, nadi dan pernafasan cepat, serta penurunan tekanan darah.

(2) Robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir pada umumnya menyebabkan terjadinya

perdarahan dalam jumlah yang bervariasi. Sumber perdarahan

dapat berasal dari premium, vagina, serviks, dan ramaikan uterus

(ruptur uteri). Perdarahan bisa berbentuk hematoma dan robekan

jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat material atau

pecahnya pembuluh darah vena

(3) Tanda vital

Pada kala III persalinan perubahan tanda-tanda vital

tergantung pada kondisi fisik ibu sendiri gimana kondisi fisik ini

juga didukung oleh adanya support dari keluarga terdekat seperti

suami. Sebaiknya setelah ibu melahirkan, bidan harus segera

memperlihatkan tanda-tanda infeksi, preeklamsia dan perdarahan

hebat yang mungkin terjadi (bisa mengarah pada syok). Untuk

mengantisipasi itu bidan harus segera memeriksa tekanan darah

ibu dan denyut nadi setiap 30 menit serta memeriksa suhu tubuh

setiap 4 jam.

(a) Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan.


(b) Nadi bertambah cepat kebutuhan ibu.

(c) Gastrointestinal normal, pada awal persalinan mungkin

muntah.

(d) Personal hygiene.

5) Kebutuhan ibu pada kala III

Sampai dipastikan ibu dan bayi merasa aman, sebaiknya ibu dan bayi

tetap dipantau oleh bidan. Kebanyakan ibu merasa tidak nyaman ingin

segera melakukan kebersihan diri. Terutama jika ibu berada di rumah. Ibu

sebaiknya dianjurkan untuk mengosongkan kandung kemih, sebab

kandung kemih yang penuh akan mengalami kontraksi uterus. Anjurkan

ibu untuk makan dan minum (Nurhayati, 2019).

Pada saat yang sama, bidan harus memeriksa keadaan umum bayi.

Sebagian besar ibu ingin menyusui bayi, memeluknya setelah lahir, hal

ini berguna untuk merangsang kontraksi uterus. Ibu biasa ingin ditemani

oleh suaminya atau keluarganya, Oleh karena itu bidan harus

mengijinkannya untuk bersama-sama. Beberapa asuhan yang dapat

dilakukan pada ibu, antara lain:

a) Memberi kesempatan pada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui

segera.

b) Memberitahu Setiap tindakan yang dapat dilakukan.

c) Mencegah infeksi kala II.

d) Memantau keadaan ibu ttv, kontraksi, dan perdarahan).


e) Melakukan kolaborasi atau rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.

f) Memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

g) Memberikan motivasi dan pendampingan kala III.

d. Asuhan kebidanan kala IV persalinan

Kala IV adalah masa 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV, ibu

masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan

terjadi perdarahan. Pada keadaan ini, atonia uteri masih mengancam. Pada

saat proses persalinan terkadang harus dilakukan episiotomi misalnya kepala

bayi terlalu besar atau mencegah ruptur perineum totalis. Oleh karena itu,

penderita belum boleh dipindahkan ke kamarnya dan tidak boleh

ditinggalkan bidan (Nurhayati, 2019).

Menurut Liliana, dkk (2012) dalam buku patologi dan fisiologi

persalinan, sebagian besar kematian ibu pada periode pasca persalinan

terjadi pada jam pertama setelah persalinan. Kematian disebabkan oleh

infeksi perdarahan dan eklampsia. oleh sebab itu, pemantauan yang cermat

selama 2 jam pertama post partum sangat penting. Lama kala VI, bidan

harus meneruskan proses penatalaksanaan kebidanan yang telah dilakukan

selama ka1a I, II, dan III untuk memastikan ibu tersebut tidak menemui

masalah apapun.

1) Fisiologi kala VI
Menurut Rohani, dkk (2010) dalam buku patologi dan fisiologi

persalinan kala VI adalah kala yang dimulai dari keluarnya plasenta

sampai keadaan ibu postpartum menjadi stabil. pemantauan kala VI

dilakukan secara menyeluruh mulai dari pemantauan tekanan darah, suhu,

tonus uterus dan kontraksi, tinggi fundus uteri, kandung kemih, serta

perdarahan pervaginam yang dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam

pertama postpartum dan dilanjutkan dengan setiap 30 menit setelah jam

kedua pasca persalinan.

Kala VI adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta

lahir. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai

uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan

rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik

dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan

tidak ada yang tersisa dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi

perdarahan lanjut (Nurhayati, 2019).

Menurut Oxom dan Forte (2010) dalam buku patologi dan fisiologi

persalinan, perdarahan pasca persalinan adalah suatu kejadian mendadak

dan tidak dapat diramalkan Adapun keadaan yang demikian merupakan

penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Perdarahann adalah peristiwa

keluarnya darah dalam jumlah banyak dari vagina atau keluarnya darah

sebagai akibat pecahnya pembuluh darah. Perdarahan post partum adalah


semua perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi, sebelum selama

dan sesudah keluarnya plasenta dengan hilangnya darah lebih dari 500 ml.

Sebab yang paling umum dari perdarahan pasca persalinan dini yang

berat (terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan) adalah atonia uteri

(penebalan rahim untuk berkontraksi sebagaimana mestinya setelah

melahirkan). Plasenta yang tertinggal karena vagina, atau rahim yang

terkoyak dan uterus turun atau inversi juga merupakan sebab dari

perdarahan pasca persalinan (Nurhayati, 2019).

2) Evaluasi uterus, konsistensi dan Antonia

Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan

selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang

tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus sehingga

menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak

berkontraksi dengan baik maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu

diperlukan adanya tindakan rangsangan taktil (masase) fundus uteri dan

bila perlu dilakukan kompresi bimanual agar menjadi lembek dan

maupun berkontraksi dengan kuat (Nurhayati, 2019).

Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlakukan untuk

mencegah terjadinya perdarahan dan mengembalikan uterus ke bentuk

normal. Untuk itu, evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta

sangat penting untuk diperhatikan. Apabila dengan usaha ini terus tidak
mau berkontraksi dengan baik, dapat diberikan oksitosin dan harus

diawasi sekurang-kurangnya selama 1 jam sambil mengamati terjadinya

perdarahan post partum (Nurhayati, 2019).

Setelah kelahiran plasenta uterus dapat diraba ditengah-tengah

abdomen kurang lebih 2/3 atau 3/4 antara simfisis pubis dan umbilikus.

Jika uterus berada di tengah atau di atas umbilikus menandakan adanya

darah dan bekuan darah dalam uterus. Jika uterus berada di atas

umbilikus dan bergeser pada umumnya ke sebelah kanan menandakan

bahwa kandungan kemih dalam keadaan penuh (Nurhayati, 2019).

Pada konsistensi uterus, uterus berkontraksi efektif teraba keras.

Tanda-tanda bahwa kontraksi uterus dalam keadaan baik adalah

konsistensi keras bila konsistensi lunak harus dilakukan masase uterus

untuk memperkuat kontraksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

terhadap kemungkinan terjadinya relaksasi uterus antara lain:

a) Riwayat atonia pada persalinan sebelumnya;

b) Status pasien sebagai grande multipara;

c) Distensi berlebihan pada uterus, misalnya pada kehamilan kembar,

polihidramnion atau makrosomia;

d) Induksi persalinan;

e) Persalinan presipitatur;

f) Persalinan memanjang (Nurhayati, 2019).

3) Pemeriksaan serviks vagina dan perineum


Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum berguna untuk mengetahui

terjadinya laserasi (adanya robekan) yang dapat diketahui dari adanya

perdarahan pasca persalinan, plasenta yang lahir lengkap serta adanya

kontraksi uterus. Segera setelah kelahiran bayi serviks dan vagina harus

diperiksa secara menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan

dilakukan perbaikan lewat pembedahan kalau diperlukan. Serviks, vagina,

dan peritonium dapat diperiksa lebih muda sebelum pelepasan plasenta

karena tidak adanya perdarahan rahim yang mengaburkan penanganan

ketika itu. Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam waktu 5-10 menit

pada akhir kala II (Nurhayati, 2019).

Memijat fundus seperti memeras untuk mempercepat pelepasan

plasenta tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kemungkinan

masuknya sel janin ke dalam sirkulasi ibu. Setelah kelahiran plasenta,

perhatikan harus ditunjukkan pada setiap perdarahan rahim yang dapat

berasal dari tempat implantasi plasenta. Kontraksi uterus yang

mengurangi perdarahan ini dapat dilakukan dengan pijat uterus dan

penggunaan oksitosin. Sebanyak 20 IU oksitosin rutin ditambahkan pada

infus intravena setelah bayi dilahirkan (Nurhayati, 2019).

Plasenta harus diperiksa untuk mengetahui kelengkapannya. Kalau

pasien mengalami perdarahan masa nifas (misalnya karena anemia,

pemanjangan masa augmentasi oksitosin pada persalinan, kehamilan

kembar atau hidramnion) dapat diperlukan pembuangan plasenta secara


manual, eksplorasi uterus secara manual atau kedua-duanya. Pemeriksaan

kala IV antara lain:

a) Serviks

Beberapa indikasi pemeriksaan serviks, yaitu aliran darah

pervaginam berwarna merah terang dari bagian atas tiap laserasi yang

diamati, jumlahnya menetap atau sedikit setelah kontraksi uterus

dipastikan; persalinan cepat atau presipitatus; manipulasi serviks

selama persalinan, misalnya untuk mengurangi tepi anterior; dorongan

Maternal (meneran) sebelum dilatasi maksimal; kelahiran per vaginam

dengan tindakan, misalnya ekstraksi vakum atau forceps; serta

kelahiran traumatik, misalnya distosia bahu.

Adanya salah satu faktor adanya salah satu faktor diatas

mengindikasikan kebutuhan untuk pemeriksaan serviks secara spesifik

untuk menemukan langkah perbaikan perbaikan. Inspeksi serviks tanpa

adanya perdarahan persisten pada persalinan spontan normal tidak

perlu secara rutin dilakukan.

b) Vagina

Pengkajian kemungkinan robekan atau laserasi pada vagina

dilakukan setelah pemeriksaan robekan pada serviks. Penentuan

derajat laserasi dilakukan pada saat ini untuk menentukan langkah

penjahitan.

c) Perineum
Setelah pengkajian derajat robekan: perinium kembali dikaji dengan

melihat adanya edema, memar, dan pembentukan hematom yang

dilakukan bersamaan saat pengkajian lochea. pengkajian ini termasuk

juga untuk mengetahui apakah terjadi hemoroid atau tidak. Jika terjadi,

melakukan tindakan untuk mengurangi ketidaknyamanan yang

ditimbulkan dengan memberikan kantong es yang ditempelkan di area

Hemoroid. Selain itu, dapat diberikan zat menciutkan, misalnya nya

witch hazel, krim anastesi, analgesik yang digunakan secara local

(Nurhayati, 2019).

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

a. Passage

Jalan lahir merupakan komponen yang sangat penting dalam proses

persalinan. Proses persalinan merupakan proses mekanis yang melibatkan

tiga faktor yaitu jalan lahir, kekuatan mendorong, dan akhirnya janin yang

didorong dalam salah satu mekanisme tertentu dan terpadu. dari ketiga

komponen tersebut, hanya kekuatan (his dan mengejan) yang dapat

dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dan proses persalinan.

Selain itu, jalan lahir merupakan komponen tetap yang artinya dalam konsep

obstetri modern tidak diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan,

kecuali Jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa membahayakan janin

(Nurhayati, 2019).
Pada umumnya, jalan lahir mempunyai beberapa kriteria. Adapun kereta

tersebut antara lain pintu atas panggul dengan distansia transversalis kanan

kiri lebih panjang dari muka belakang; mempunyai bidang tersempit pada

spina ischiadica; pintu bawah panggul terdiri dari dua segitiga dengan dasar

pada tuber ischii, ke depan dengan ujung simfisis pubis, ke belakang ujung

sacrum; pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul, seolah-olah

berputar 90°; Jalan lahir depan panjang 4,5 cm, sedangkan Jalan lahir

belakang panjangnya 12,5 cm: serta secara keseluruhan jalan lahir

merupakan corong yang melengkung ke depan, mempunyai bidang sempit

pada spina ischiadica, terjadi perubahan pintu atas panggul lebar kanan kiri

menjadi pintu bawah panggul dengan lebar ke depan dan belakang yang

terdiri dari dua segitiga (Nurhayati, 2019).

Faktor passage atau biasa disebut dengan jalan lahir, secara umum dapat

diklasifikasi menjadi dua jenis, yaitu jalan lahir lunak dan jalan lahir keras

(Nurhayati, 2019).

1) Jalan lahir lunak, terdiri dari serviks, vagina, dan otot rahim

a) Serviks

Serviks akan semakin matang mendekati waktu persalinan. Selama

masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang, serta lunak; dan

pada saat mendekati persalinan, serviks masih lunak dengan

konsistensi seperti puding, mengalami sedikit penipisan (effacement),

dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan


tergantung pada individu wanita dan paritas nya. Adanya peningkatan

intensitas braxton hicks mengakibatkan perubahan serviks yang terjadi.

Pematangan serviks memiliki periode yang berbeda-beda sebelum

persalinan. Serviks pada ibu primigravida umumnya akan mengalami

penipisan sebesar 50-60% dan membuka selebar ujung jari sampai 1

cm sebelum mencapai persalinan. Pembukaan ini terjadi akibat

kontraksi braxton hiks sebelum proses persalinan dimulai. Peristiwa

awal pembukaan dan penipisan inilah yang merupakan ciri-ciri dari

kematangan serviks (Nurhayati, 2019).

b) Vagina

Vagina bersifat elastis dan berfungsi sebagai jalan lahir dalam

persalinan normal (Nurhayati, 2019).

c) Otot rahim

Otot rahim tersusun dari tiga lapis, yang berasal dari kedua tanduk

rahim, yaitu longitudinal (memanjang), melingkar, dan miring.

Segera setelah persalinan, susunan otot rahim tersebut sedemikian rupa

akan meng kondisikan pembuluh darah menutup untuk menghindari

terjadinya perdarahan dari tempat implantasi plasenta. Selain

menyebabkan mulut rahim berbuka secara pasif, kontraksi dominan

yang terjadi pada bagian fundus (bagian atas rahim) pda kala I

persalinan juga mendorong bagian terendah janin maju menuju jalan


lahir sehingga ikut aktif dalam membuka mulut rahim (Nurhayati,

2019).

Bila terdapat keadaan panggul dan janin yang normal serta

kerjasama antara 3 kekuatan his dan mengejan, passenger dan

passage, hal ini berarti telah terdapat keserasian untuk melahirkan

janin secara spontan (dengan kekuatan sendiri) (Nurhayati, 2019).

2) Jalan lahir keras

Panggul merupakan salah satu jalan lahir keras yang memiliki fungsi

lebih dominan dari pada jalan lahir lunak. Oleh karena itu, janin harus

berhasil menyesuaikan diri terhadap jalan mahir yang relatif kaku

(Nurhayati, 2019).

a) Tulang-tulang panggul

(1) Os Coxae

Terdiri atas dua buah tulang yaitu kiri dan kanan. Os coxae

merupakan fusi dari os ilium, os ichium, dan os pubis. Ciri-ciri os

ilium, antara lain tulang terbesar dari panggul, membentuk

bagian atas dan belakang panggul; batas atasnya merupakan

penebalan tulang yang disebut krista iliaka; ujung depan dan

belakang krista iliaka menonjol: spina iliaka anterior superior


dan spina iliaka posterior superior; serta linea terminalis

merupakan bagian dari PAP (Nurhayati, 2019).

Sedangkan ciri os ichium, antara lain terdapat di bagian

bawah tulang usus; bagian pinggir belakangnya menonjol,

disebut spina ischiadica; serta bagian pinggir bawah Tulang

duduk sangat tebal yang mendukung badan saat duduk disebut

Tuber ischiadicum. pada OS pubis, ciri-cirinya yaitu terdapat di

sebelah bawah dan depan tulang usus, antara tulang kemaluan

dan tulang duduk dibatasi oleh foramen obturatum; serta tangkai

tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus

dinamakan ramus Superior OSIS pubis (Nurhayati, 2019).

(2) Os sacrum

Os sacrum berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan

mengecil di bagian bawahnya. Tulang ini terletak diantara kedua

tulang pangkal paha yang memiliki karakteristik sebagai berikut.

(a) Terdiri dari 5 ruas tulang yang berhubungan erat.

(b) Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas ke

bawah dan dari kanan maupun kiri.

(c) Di kanan dan kiri, pada garis tengah terdapat lubang yang

akan dilalui oleh saraf foramina sacralia anterior.

(d) Tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pinggang

ruas ke-5
(e) Bagian tulang kelangkang paling atas mempunyai tonjolan

besar ke depan yang disebut promontorium

(f) Ke samping, tulang kelangkang berhubungan dengan

tulang pangkal paha melalui articulatio sacroiliaca

(g) Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang

tungging (os cossygis) (Nurhayati, 2019).

(3) Os coccygis

Secara umum berbentuk segitiga dengan luas 3-5 buah dan

bersatu. Pada saat persalinan, tulang tungging dapat didorong ke

belakang sehingga memperluas jalan lahir (Nurhayati, 2019).

b) Ukuran panggul

Ukuran-ukuran panggul dapat diperoleh melalui beberapa cara yaitu

pengukuran secara klinis pemeriksaan dengan rontgen dan pelvis, serta

pemeriksaan ultrasonografi.

1) Pengukuran secara klinis

Pemeriksaan secara klinis dilakukan dengan jari pada usia

kehamilan 36 minggu. Cara yang dilakukan yaitu dokter akan

memasukkan dua jarinya yaitu jari telunjuk dan jari tengah ke jalan

lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang atau promontorium.


Kemudian, dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan

hingga promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul

dan pintu tengah panggul.

2) Pemeriksaan dengan rontgen dan pelvis

Dilakukan dengan cara memotret panggul ibu, menggunakan alat

rontgen. Selama pemotretan, ibu diminta duduk, persis seperti

tindakan rontgen pada anggota tubuh lainnya, saya saja intensitas

cahaya yang digunakan lebih rendah fisik hasil foto kemudian

dianalisis untuk mengetahui ukuran panggul. Dengan menggunakan

metode pengukuran ini, adakah kelainan letak bayi juga bisa

terdeteksi dibanding pengukuran secara klinis, pengukuran dengan

alat rontgen menghasilkan data yang lebih terperinci mengenai

diameter pintu atas panggul.

3) Pemeriksaan ultrasonografi

Ultrasonografi merupakan suatu alat yang menggunakan

gelombang suara dengan frekuensi tinggi serta 20.000 hertz (Hz),

melebihi kemampuan telinga manusia. Untuk memperoleh

gambaran dalam kasus ginekologi, digunakan frekuensi kisaran 2

juta hingga 10 juta hertz. Suara ini akan dialirkan ke dalam tubuh

melalui suatu alat. Bila gelombang mengenai organ atau jaringan

tubuh maka akan terjadi pantulan gelombang. Pantulan dari suara


inilah yang akan menciptakan gambaran visual dalam tubuh

(Nurhayati, 2019).

c) Ciri khas jalan lahir

Jalan lahir terdiri dari empat bidang, yaitu pintu atas panggul,

bidang terluang panggul, bidang persempit panggul, dan pintu bawah

panggul (Nurhayati, 2019).

(1)Pintu atas panggul, berbentuk seperti bulatan oval dengan panjang

ke samping dan dibatasi oleh promontorium; sayap os sacrum; linea

terminalis kanan dan kiri; ramus superior os pubis kanan dan kiri;

serta pinggir atas simfisis pubis.

(2)Bidang terluas panggul, ukuran muka belakangnya 12,75 cm dan

ukuran melintang 12,5 cm.

(3)Bidang tersempit panggul, ukuran muka belakang 11,5 cm dan

ukuran melintang 10 cm.

(4)Pintu bawah panggul terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang

sama, yaitu segitiga depan dasarnya Tuber ischiadicum dibatasi

arcus pubis dan segitiga belakang dasarnya Tuber ischiadicum

dengan dibatasi ligamentum sacrotuberosum dl kanan dan kiri.

d) Bentuk panggul

Empat jenis panggul dasar menurut Verralls (2010), dalam buku

patologi dan fisiologi persalinan, dikelompokkan sebagai berikut:

(1) Ginekoid (tipe wanita klasik)


Panggul ginecoid adalah jenis tulang panggul yang banyak

dijumpai. Dilihat dari bidang pintu atas panggul tampak

berbentuk bulat atau agak lonjong atau elips. Diameter

transversal dari bidang pintu atas panggul hanya sedikit lebih

panjang dari diameter antero posterior dan hampir seluruh daerah

inlet merupakan ruangan yang terpakai untuk kepala janin.

Arkus pubis lebar dan memungkinkan penempatan 2 jari yang

berdampingan tepat di bawah simfisis. Dinding samping sejajar.

dilihat dari pintu atas panggul, panggul menyerupai silinder

tanpa penyempitan dari bidang pintu atas panggul sampai bidang

pintu bawah panggul.

(2) Android (mirip panggul pria)

Panggul android lebih jarang dijumpai dibandingkan bentuk

ginekoid. Suatu panggul android ditandai oleh daerah segmen

posterior yang sempit dengan ujung sacrum menonjol ke depan

dan segmen anterior relatif panjang. Bila dilihat dari suatu titik di

atas panggul, bidang pintu atas panggul tampak seperti bentuk

jantung. Konfigurasi segmen anterior dan posterior ini

membatasi volume panggul yang terpakai. tulang-tulang dari

panggul android umumnya berat sehingga ruangan untuk

penurunan kepala janin juga terbatas.

(3) Anthropoid (mirip panggul kera)


Panggul anthropoid memiliki suatu bentuk oval yang jelas

pada bidang pintu atas panggul dengan diameter terpanjang

adalah antero posterior. Oleh karena itu, segmen posterior

panjang dan sempit. "engagement" harus terjadi dengan sumbu

panjang kepala janin tegak lurus terhadap diameter transversal

dari pintu atas panggul.

(4) Platypelloid

Suatu panggul platipeloid berbentuk datar dengan tulang-

tulang yang lembut. Jenis panggul ini paling jarang dijumpai dari

jumlahnya kurang dari 3% diantara pasien-pasien. Konfigurasi

panggul platypelloid pada pintu atas panggul lebih mencolok di

mana menunjukkan pemendekan dari diameter anteroposterior,

sebaliknya diameter transversal nya lebar. Dalam pemeriksaan

ditemukan suatu conjugata yang pendek, segmen posterior yang

luas dan bila dilihat dari atas tampak mendatar dan elips atau

lonjong.

b. Power

Dalam buku yang ditulis Manuaba (2010) dalam buku patologi dan

fisiologi persalinan, power didefinisikan sebagai kekuatan atau tenaga untuk

melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran

dari ibu. Kala I pada ibu bersalin membutuhkan waktu 7-13 jam. Jika
melebihi waktu ini disebut kala I memanjang. Kala I memanjang jika tidak

ditangani dengan segera akan menyebabkan partus lama.

Menurut Manuaba (2010) dalam buku patologi dan fisiologi persalinan

pada masa kehamilan, terjadi perubahan fisiologis sistem pernafasan yang

erat kaitannya dengan faktor power. Power adalah kekuatan atau tenaga

untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga

meneran dari ibu. Kekuatan his dan kekuatan ibu mengejan; passage dan

passenger; janin dan plasenta, dari 3 komponen tersebut hanya faktor power

yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam proses

persalinan.

Kekuatan his atau kontraksi otot pada akhir kala I atau kala II mempunyai

amplitudo 60 mmHg dengan interval 2-3 menit durasi 60 detik 90 detik.

Kekuatan his dan meneran mendorong janin ke arah bawah menimbulkan

perdagangan yang pasif, sehingga terjadi putaran paksi dalam dan

menurunkan kepala, menekan serviks di mana terdapat plekus frankenhauser

sehingga menimbulkan efek beneran. Kedua kekuatan menyebabkan kepala

crowning dan penipisan jalan lahir, sehingga lahirlah kepala (Nurhayati,

2019).

Dalam proses persalinan, kekuatan his atau kontraksi dan mengejan ibu

merupakan suatu hal yang sangat penting. Dapat dipengaruhi oleh beberapa

hal antara lain faktor usia relatif tua, pimpinan persalinan karena induksi
persalinan dengan oksitosin, serta rasa takut dan cemas. Secara umum faktor

kekuatan dalam persalinan dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Kekuatan primer ( kontraksi involunter)

Kontraksi berasal dari segmen atas rahim yang menebal dan

dihantarkan ke rahim bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang

digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini, antara lain

frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini

mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga

janin turun.

2) Kekuatan sekunder ( kontraksi volunter)

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan

mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intra

abdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah

kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi

dilatasi serviks. Tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup

penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina

(Nurhayati, 2019).

c. Passenger

Persalinan dapat berjalan normal (eutosia) apabila faktor 5P dapat bekerja

sama dengan baik. jika vektor 5P terdapat penyimpangan atau kelainan yang

dapat mempengaruhi jalannya persalinan, maka memerlukan intervensi


persalinan untuk mencapai kelahiran yang baik, persalinan yang memerlukan

bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan 5P disebut persalinan distosia

(Nurhayati, 2019).

Dalam bahasa Indonesia, passenger berarti penumpang. Penumpang

dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan

mengenai janin adalah ukuran kepala janin, persentasi, letak, sikap dan

posisi janin, sedangkan pada plasenta yang perlu di perhatikan adalah letak,

besar, dan luasnya (Nurhayati, 2019).

1) Janin

Janin merupakan Passenger utama dan dapat mempengaruhi jalannya

persalinan karena besar dan posisinya. Bagian janin yang paling penting

adalah kepala karena mempunyai ukuran yang paling besar sebesar 90%

bayi di Indonesia dilahirkan dengan letak kepala (Nurhayati, 2019).

a) Postur janin dalam rahim

Beberapa istilah yang digunakan untuk menentukan kedudukan

dalam rahim menurut Nurhayati (2019), yaitu sebagai berikut:

(1) Sikap (attitude atau habitus)

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu

janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Bagian janin

seperti kepala, tulang punggung dan kaki, umumnya berada

dalam sikap fleksi, serta lengan bersilang dada. Hal ini


disebabkan oleh pola pertumbuhan janin dan penyesuaian janin

terhadap bentuk rongga.

Sikap janin yang fisiologis adalah badan janin dalam keadaan

kifosis sehingga punggung menjadi konveks, kepala dalam sikap

hiperfleksi dengan dagu dekat dada, lengan bersilang di depan

dada, tali pusat terletak di antara ekstremitas dan tungkai terlipat

pada lipat paha serta lutut yang rapat pada badan. Sikap fisiologi

ini akan menghasilkan sikap fleksi, tetapi jika dagu menjauhi

dada hingga kepala menengadah dan tulang punggung berada

dalam posisi lordosis, akan menghasilkan sikap defleksi.

(2) Letak (lie atau situs)

Bagaimana sumbu panjang janin berada terhadap sumbu ibu

sering dikatakan sebagai letak janin, misalnya letak lintang yaitu

dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu panjang ibu; letak ini

dapat berupa letak kepala atau letak sungsang. Frekuensi situs

memanjang adalah 99,6% ( 96% letak kepala; 3,6% letak

bokong) dan 0,4% letak lintang atau miring. Letak janin

dipengaruhi oleh struktur janin yang pertama memasuki panggul

Ibu. Letak janin dibagi menjadi tiga, yaitu letak membujur

(longitudinal), letak lintang (transverse Lie), serta letak miring

(oblique lie).

(3) Presentasi
Istilah presentasi digunakan untuk menyebutkan bagian janin

yang masuk di bagian bawah rahim. Presentasi ini dapat

diketahui dengan cara palpasi atau pemeriksaan dalam. Jika pada

pemeriksaan didapatkan prestasi kepala, maka pada umumnya

jika bagian menjadi persentasi adalah oksiput. Jika pada

pemeriksaan didapatkan presentasi bokong, maka yang menjadi

persentase adalah sakrum. Sedangkan pada letak lintang, bagian

yang menjadi presentasi adalah scapula bahu. Faktor yang

menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut adalah letak

janin dan sikap janin (kepala janin fleksi atau ekstensi).

b) Posisi janin

Untuk menetapkan bagian janin yang berada di bagian bawah,

indikator yang dapat digunakan adalah posisi janin posisi janin dapat

berada pada sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu

ibu (maternal pelvis). Sebagai contoh, letak belakang kepala (LBK),

ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, dan UUK kanan belakang.

Saat melakukan pemeriksaan luar dengan palpasi, posisi janin

didapatkan dengan menentukan letak punggung janin terhadap dinding

perut ibu, sedangkan pada pemeriksaan dalam, posisi janin didapatkan

dengan menentukan salah satu bagian janin yang terhadap jalan lahir

bagian yang terendah tersebut dinamakan tetunjuk. Petunjuk tersebut


dinyatakan sesuai dengan bagian kiri atau kanan dari ibu. Pada bagian

terendah tersebut, terdapat uuk untuk presentasi belakang kepala, UUB

untuk presentasi puncak kepala dahi untuk presentasi bentuk dahi, lagu

untuk presentasi muka, sacrum untuk presentasi bokong, dan acromion

scapula untuk presentasi bahu.

c) Kelainan kelainan janin

(1) Kelainan bentuk

(a) Hidrosefalus, adalah salah satu kelainan bentuk yang

terjadi pada kepala janin yang disebabkan adanya

penimbunan cairan serebrospinal dalam vertikel otak

sehingga menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura

sutura dan ubun-ubun.

(b) Pertumbuhan janin yang berlebihan (makrosomia).

kelainan bentuk berupa makrosomia yaitu, bila berat

badannya melebihi dari 4000 gram.

(c) Janin kembar melekat (double monster); janin kembar

melekat adalah keadaan perlekatan antara dua janin pada

kehamilan kembar.

(2) Kelainan presentasi

(a) Presentasi muka

Presentasi muka merupakan salah satu kelainan

persentasi dimana kepala dengan defleksi maksimal hingga


oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah

terhadap ibu. Punggung terdapat dalam lordosis dan

biasanya terdapat di belakang.

(b) Presentasi dahi

Presentasi dahi adalah persentasi dimana kedudukan

kepala janin berada di antara fleksi maksimal, sehingga

dari janin merupakan bagian terendah. Pada umumnya,

persentase dari ini merupakan kedudukan janin yang

bersifat sementara, sebagian besar persentasi tersebut akan

berubah menjadi presentasi belakang kepala atau muka.

(c) Presentasi puncak kepala

Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir,

kepala janin berada dalam keadaan fleksi. Pada umumnya,

presentasi puncak kepala merupakan kedudukan

sementara, yang nantinya akan berubah menjadi presentasi

belakang kepala.

(3) Kelainan letak

(a) Letak dahi

Letak dahi merupakan salah satu kelainan letak janin

dimana kepala janin berada dalam defleksi yang sedang,

sehingga dia menjadi bagian yang terendah. Pada

umumnya, kelainan letak ini bersifat sementara dan seiring


dengan majunya persalinan akan berubah menjadi letak

muka atau letak belakang kepala.

(b) Letak sungsang

Letak sungsang merupakan letak janin yang memanjang

dengan bokong sebagai bagian yang terendah. Angka

kejadian adalah kurang lebih 3% dari kehamilan

(c) Letak lintang

Kelainan letak ini adalah di mana sumbu panjang janin

tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang

Ibu. Pada letak lintang, bahu janin akan menjadi bagian

terendah, yang disebut persentasi bahu atau persentasi

acromion. Jika punggung janin terdapat di depan disebut

dorso anterior dan jika di belakang disebut dorso posterior.

(d) Letak majemuk

Letak majemuk adalah letak di mana samping bagian

terendah teraba anggota badan. Letak yang tidak termasuk

letak majemuk adalah tangan yang menumbung pada letak

bahu atau adanya kaki di samping bokong dan letak

sungsang. Pada letak kepala dapat terjadi tangan, lengan,

atau kaki yang menumbung.

2) Plasenta
Ari-ari plasenta bayi yang dikeluarkan setelah bayi lahir mempunyai

manfaat yang sangat banyak bagi bayi. Plasenta sangat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan. Plasenta yang

mengalami gangguan saat kehamilan dapat membawa dampak buruk

terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi, bahkan dapat

menyebabkan kematian bayi dalam kandungan (Nurhayati, 2019).

a.) Peran plasenta dalam kehamilan

Plasenta merupakan salah satu organ yang merupakan ciri khas

mamalia sejati pada saat kehamilan. Plasenta berfungsi sebagai jalur

penghubung antara ibu dan anaknya, mengadakan sekresi endokrin,

serta pertukaran selektif substansi yang dapat larut dan terbawa darah

melalui lapisan rahim dan bagian tropoblas pantai mana yang

mengandung pembuluh-pembuluh darah, termasuk makanan untuk

janin titik termasuk makanan untuk janin. dengan demikian, plasenta

dapat disebut sebagai organ penting bagi janin karena kelangsungan

hidup dari janin tergantung pada plasenta (Nurhayati, 2019).

b) Struktur plasenta

(1) Bentuk dan ukuran

Plasenta berbentuk bundar atau oval yang memiliki diameter

15-20 cm, dan berat 500-600 gram. Sementara itu, tali pusat

yang menghubungkan plasenta memiliki panjang 25-60 cm.

Bentuk plasenta akan sempurna pada minggu ke-16, dimana


desidua parietalis dan desidua kapsularis telah menjadi satu, serta

ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim (Nurhayati,

2019).

(2) Letak plasenta dalam rahim

Letak plasenta berada di depan atau belakang dinding uterus,

agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologi karena

permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas sehingga lebih

banyak tempat untuk berimplantasi. Bila diperhatikan lebih

lanjut, plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar bagian

janin, yaitu vili khorialis yang berasal dari korion dan sebagian

kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis

(Nurhayati, 2019).

(3) Pembagian plasenta

(a) Bagian janin (fetal portion), terdiri atas korion frondosum

dan vili.

(b) Bagian maternal (maternal portion), terdiri atas desidua

compacta yang berasal dari beberapa lobus dan kotiledon

sebanyak 15-20 buah. Bagian desidua basalis plasenta yang

telah matang disebut sebagai lempeng korionik atau basal,

dimana melalui tali pusat, sirkulasi uteroplasenta akan

berjalan ke ruang ruang intervilli.


(c) Tali pusat merentang dari pusat janin ke plasenta bagian

permukaan janin titik panjang rata-rata tali pusat tersebut

adalah 50-55 cm dan diameter sebesar jari (1-2,5 cm)

(Nurhayati, 2019).

(4) Fungsi plasenta

Berapa fungsi plasenta, antara lain mengirimkan gizi dan

oksigen dari darah pada ibu janin; membawa karbondioksida dan

sisa sisa pembuangan janin kembali ke darah ibu; membentuk

penahan untuk infeksi dan obat-obatan tertentu; plasenta

menghasilkan hormon HCG yang berfungsi meningkatkan

produksi progesteron oleh indung telur sehingga menstruasi tidak

terjadi dan tetap menjaga kehamilan (Nurhayati, 2019).

(5) Plasenta sebagai tempat pertukaran zat

(a) Pertukaran zat pasif; seperti filtrasi, difusi, dan diapedese.

(b) Transpor aktif; yang diatur oleh enzim dan pinositose

(Nurhayati, 2019).

(6) Plasenta penghasil hormone

Secara umum, plasenta menghasilkan 2 hormon steroid, yaitu

estrogen dan progesteron. Plasenta juga melepaskan beberapa

protein hormon, yang meliputi human chorionic gonadotropin,

lactogen plasenta koma hormon pertumbuhan plasenta, dan

relaksin. Human chorionic gonadotropin adalah hormon yang


pertama akan dirilis dari plasenta yang sedang berkembang dan

merupakan hormon yang digunakan dalam tes kehamilan

(Nurhayati, 2019).

(7) Plasenta penghasil enzim

Beberapa enzim yang dihasilkan, yaitu alkaline fosfatase,

oksitosin, serta protein spesifik kehamilan(Nurhayati, 2019).

(8) Plasenta sebagai barier

Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang sangat penting. di

mana plasenta memiliki peran penghasil hormon yang berguna

selama kehamilan, serta sebagai barier. Melihat pentingnya

peranan dari plasenta, maka apabila terjadi kelainan pada

plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin atau pun

mengganggu proses persalinan (Nurhayati, 2019).

(9) Kelainan plasenta

(a) Plasenta previa; adalah suatu letak plasenta yang menutupi

atau berada sangat dekat dengan ostium uteri internum.

Plasenta previa dibagi menjadi 4, yaitu: plasenta previa

totalis; plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.

Plasenta previa parsialis; plasenta menutupi sebagian

ostium uteri internum. Plasenta previa marginalis; bagian

tepi plasenta terletak di pinggir ostium uteri internum.


(b) Plasenta letak rendah; plasenta implantasi pada segmen

bawah rahim, tetapi tepi dari plasenta tidak mencapai

ostium uteri internum namun berada di dekatnya.

(c) Solusio plasenta; adalah pelepasan plasenta dari tempat

implantasi nya yang normal pada uterus sebelum

waktunya, yaitu sebelum janin dilahirkan titik definisi ini

berlaku pada kehamilan dengan gestasi di atas 22 minggu

atau berat janin di atas 500 G.

(d) Retensio plasenta; adalah kelahiran plasenta yang tertahan

atau belum lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit

setelah bayi lahir (Nurhayati, 2019).

3) Air ketuban

Liquor amnii yang sering juga disebut dengan air ketuban merupakan

cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan

korion) (Nurhayati, 2019).

a) Ciri-ciri air ketuban menurut Nurhayati (2019).

(1) Jumlah volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-

kira 1000-1500 cc.

(2) Air ketuban berwarna putih, keruh dan berbau amis, dan berasa

manis.

(3) Reaksi nya agak alkali atau Netral, dengan berat jenis 1,008.
(4) Komposisinya terdiri dari atas 98% air, sisanya albumin, urea

asam urat, Kreatinin sel-sel epitel, rambut lanugo vernix caseosa

dan garam-garam organik.

(5) Kadar protein kira-kira 2,6% gram per liter, terutama albumin.

b) Asal air ketuban

Pembentukan air ketuban sebenarnya belum diketahui secara pasti

Berasal dari mana. Beberapa teori mengatakan bahwa air ketuban

berasal dari lapisan amnion terutama pada bagian plasenta. Sedangkan

beberapa ada yang memperkirakan asal usul dari air ketuban yaitu

berasal dari urine janin, transudasi dari darah ibu, sekresi dari epitel

amnion dan asal campuran (Nurhayati, 2019).

c) Cara mengenali air ketuban

Dalam mengenali air ketuban dapat dilakukan dengan berapa cara.

Beberapa cara tersebut yaitu dengan menggunakan lakmus, secara

makroskopis, secara mikroskopis, dan laboratorium (Nurhayati, 2019).

d) Fungsi ketuban

Beberapa hari setelah terjadi pembuahan, maka kantung ketuban

mulai terbentuk dan terisi cairan. Awalnya, air ketuban dipenuhi oleh

air, namun setelah sekitar usia kehamilan 10 minggu, maka air ketuban

juga akan terisi urine dan janin. Beberapa fungsi air ketuban bagi janin

dalam kandungan, antara lain mencegah perlengketan janin dengan

amnion; agar janin dapat bergerak bebas; regulasi terhadap panas dan
perubahan suhu; untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara

ditelan atau diminum, yang kemudian dikeluarkan melalui BAK janin

meratakan tekanan intra uteri dan membersihkan jalan lahir bila

ketuban pecah; serta sebagai pelindung yang akan menahan janin dari

trauma akibat benturan (Nurhayati, 2019).

4) Psyche

Psikis ibu bersalin sangat mempengaruhi dari dukungan suami dan

anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan

kelahiran anjuran mereka berperan aktif dalam mendukung dan

mendampingi langkah-langkah yang mungkin akan sangat membantu

kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk didampingi, dapat

membantu kenyamanan ibu, harga kain dan ibu untuk didampingi

(Nurhayati, 2019).

a) Perubahan psikologis ibu bersalin

Lancar atau tidaknya proses persalinan banyak tergantung pada

kondisi biologis, khususnya wanita yang bersangkutan. Namun, perlu

juga untuk diketahui bahwa hampir tidak ada tingkah laku manusia dan

biologisnya yang tidak dipengaruhi oleh proses psikis. Dengan

demikian dapat dimengerti bahwa membesarnya janin dalam

kandungan mengakibatkan ibu yang bersangkutan mudah lelah, badan

tidak nyaman, tidak nyenyak tidur, sering kesulitan dalam bernafas,


dan bebas jasmani lainnya saat menjalani proses kehamilan

(Nurhayati, 2019).

Selama proses persalinan terjadi beberapa perubahan psikologis

diantaranya rasa cemas pada bayinya yang akan lahir; kesakitan saat

kontraksi dan nyeri; serta ketakutan melihat darah. Rasa takut dan

cemas yang dialami ibu akan mempengaruhi pada lamanya persalinan,

his kurang baik, dan pembukaan yang kurang lancar. Perasaan takut

dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit

dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan

dilatasi serviks sehingga persalinan yang lama (Nurhayati, 2019).

Oleh karena itu banyak sekali perubahan yang dialami ibu bersalin,

maka penolong persalinan seperti bidan dituntut untuk melakukan

asuhan sayang ibu. Pada asuhan sayang ibu, menolong persalinan

harus memberikan dukungan psikologi dengan cara meyakinkan ibu

bahwa persalinan merupakan proses yang normal, dan yakinkan bahwa

ibu dapat melaluinya. penolong persalinan dapat mengikut sertakan

suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Hal

tersebut dapat menunjukkan bahwa ibu mendapat perhatian lebih dari

berikan dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi oleh suami dan

keluarga (Nurhayati, 2019).

b) Pengaruh psikologis terhadap proses persalinan


Perubahan psikologis ibu yang muncul pada saat memasuki masa

persalinan sebagian besar berupa perasaan takut maupun cemas,

terutama pada ibu primigravida yang umumnya belum mempunyai

bayangan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir

kehamilan nya. Oleh sebab itu, penting untuk mempersiapkan mental

Ibu karena perasaan takut akan menambah rasa nyeri serta akan

menegangkan otot serviksnya dan akan mengganggu pembukaannya.

Ketegangan jiwa dan badan ibu juga menyebabkan ibu lekas lelah

(Nurhayati, 2019).

5) Posisi

Yaitu pada saat persalinan seorang ibu hamil boleh memilih posisi

yang paling nyaman sembari menunggu pembukaan lengkap, bahkan

ketika ketuban masih utuh maka seorang ibu hamil yang akan melahirkan

boleh melakukan aktifitas berjalan – jalan di sekitar ruangan bersalin dan

dibawah pantauan seorang bidan agar setiap saat dapat dilakukan

monitoring kondisi detak jantung bayi maupun kontraksi rahim

(Nurhayati, 2019).

6) Provider

Peran dari penolong persalinan dimana psikis sangat mempengaruhi

keadaan emosional ibu dalam proses persalinan yang ditolong oleh dokter

/ bidan yang professional (Nurhayati, 2019).

7) Pendamping
Support yang diberikan kepada ibu menjelang persalinan sangat

mendukung dalam menurunkan tingkat kecemasan pada ibu saat

persalinan, keuntungan pendamping pada saat persalinan mempercepat

proses persalinan, proses persalinan semakin pendek, kepuasan ibu

semakin meningkat dalam pengalaman melahirkan (Nurhayati, 2019).


C. Nifas

1. Pengertian nifas

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan bayi sampai dengan pulihnya

kembali alat reproduksi sepeti sebelum hamil (Susanto,2018:7). Masa nifas

adalah masa yang dimulai dari keluarnya plasenta dan berakhir sampai alat

kandungan sembuh kembali seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6

minggu (Fitri, 2017 dalam buku Asuhan kebidanan nifas dan menyusui).

2. Kebutuhan dasar masa nifas

Menurut Susanto (2018:35) kebutuhan-kebutuhan dasar yang di perlukan ibu

dalam masa nifas, yaitu:

a. Nutrisi dan cairan

Nutrisi yang diperlukan pada ibu dalam masa nifas makanan yang

mengandung kalori, protein (telur, daging, susu, ikan, udang, kerang, tahu,

tempe, kacang-kacangan), zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin C, iodium,

zinc dan lemak. Nutrisi ini diperlukan ibu untuk proses menyusui bayinya

yang dimana untuk menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dengan

jumlah yang cukup dalam memenuhi kebutuhan bayi nya.

Tabel menu yang dapat di konsumsi untuk ibu menyusui per hari

Jenis makanan Usia bayi 0-6 bulan Usia bayi lebih dari 6 bulan
Nasi 5 piring 4 piring
Ikan 3 potong 2 potong
Tempe 5 potong 4 potong
Sayuran 3 mangkok 3 mangkok
Buah 2 potong 2 potong
Jenis makanan Usia bayi 0-6 bulan Usia bayi lebih dari 6 bulan
Gula 5 sendok 5 sendok
Susu 1 gelas 1 gelas
Air 8 gelas 8 gelas

b. Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah suatu tahapan untuk membimbing ibu bersalin

keluar dari tempat tidur dan membimbing untuk secepat mungkin berjalan.

ambulasi dini dilakukan secara berangsur-angsur, pada persalinan normal

sebaiknya ambulasi dini dilakukan setelah 2 jam post partum (ibu diajurka

untuk miring ke kiri dan kanan untuk mencegah adanya trombosit).

c. Eliminasi

1) Buang air kecil (BAK)

Ibu yang selesai bersalin akan terasa nyeri dan sulit untuk buang air

kecil selama 1-2 hari terutama pada ibu yang baru pertama kali

melahirkan secara normal padahal BAK secara spontan normalnya setiap

3-4 jam. Penyebanya terjadinya trauma kandung kemih dan nyeri serta

pembengkakan pada perenium yang mengakibatkan kejang pada saluran

kencing. Jika ibu tidak bisa buang air kecil sendiri setelah 6 jam post

partum dapat dilakukan dengan kateterisasi.

2) Buang air besar (BAB)


Kesulitan BAB disebabkan oleh trauma usus bawah akibat persalinan

sehingga untuk sementara usus tidak berfungsi dengan baik. umumnya

ibu bersalin takut BAB karena khawatir perenium akan robek semakin

besar. BAB normalnya harus terjadi dalam 3 hari post partum. Apabila

terjadi obstipasi dan timbul koprotase hingga skibala (feses yang

mengeras) tertimbun di dalam rektum akan berpotensi terjadi febris

(demam). Bila ibu bersalin tidak BAB selama 2 hari setelah persalinan

akan ditolong dengan pemberian spuit gliserin atau obat-obatan.

d. Kebersihan diri (perenium)

Kebersihan diri dapat mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan

perasaan nyaman pada ibu. anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan

diri denga cara mandi yag teratur 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas

tempat tidur serta lingkungan dimana tempat tinggal ibu. Perawatan luka

perenium bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, meningkatkan rasa

nyaman serta mempercepat pertumbuhan. Bidan mengajarkan bagaimana

cara mebersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air dengan

membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari daerah depan ke

belakang kemudian baru membersihkan daerah anus dan menyarankan

kepada ibu mencuci tangan menggunakan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

Cara merawat perenium untuk ibu yang melahirkan normal sebagai

berikut :
1. Ganti pembalut setiap 3-4 jam sekali atau bila pembalut sudah penuh

2. Lepas pembalut dengan hati-hati dari arah depan ke belakang untuk

mencegah pindahnya bakteri dari anus ke vagina

3. Bilas perenium dengan larutan antiseptic sehabis buang air kecil atau

ganti pembalut. Keringkan dengan handuk

4. Jangan pegang area perineum sampai pulih

5. Rasa gatal menunjukkan luka episiotomy hampir sembuh. Ibu dapat

meredakan rasa gatal dengan mandi berendam air hangat atau kompres

panas

6. Lakukan senam kegel untuk merangsang peredaran darah di perineum

agar cepat sembuh

e. Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan jika luka episiotomi telah sembuh dan

lokhea telah berhenti dan sebaiknya ditunda sampai selesai 40 hari setelah

persalinan. Dinding vagina akan kembali pada keadaan semula dalam waktu

6-8 minggu, pada saat itu ibu dan suami aman untuk melakukan hubungan

suami istri begitu darah sudah merah dan berhenti.

f. Keluarga berencana

Keluarga berencana yang dapat diartikan dengan kontrasepsi yang berati

mencegah pertemuan antara sel telur matang dengan sperma yang

mengakibatkan kehamilan . Biasanya wanita tidak akan menghasilkan sel

telur sebelum ia mendapatkan haidnya selama menyusui. Hal tersebut dapat


dijadikan kontrasepsi. Pada masa nifas kontrasepsi yang cocok untuk ibu

seperti metode amenorrhea laktasi (MAL) ini syaratnya ibu haru menyusui

bayinya dengan penuh tanpa susu formula sampai bayi umur 6 bulan, Pil

progestin (mini pil), suntik progestin, implant, alat kotrasepsi dalam rahim

(AKDR) sangat disarankan karena tidak mempengaruhi produksi ASI,

g. Latihan senam nifas

Senam yang dilakukan ibu post partum setelah keadaannya tumbuh pulih

kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan,

mencegah timbulnya komplikasi serta memulihkan dan menguatkan otot-

otot dasar panggul dan otot perut disekitar rahim. Biasanya ibu di sarankan

untuk melakukan senam kegel.

3. Tanda bahaya pada masa nifas

Menurut Susanto (2018:155) tanda bahaya pada masa nifas sebagai berikut:

a. Adanya tanda-tanda infeksi puerperalis

Peningkatan suhu tubuh pada saat masa nifas bisa diagnosis sebagai tanda

adanya infeksi atau terjadinya pendarahan. Untuk ini bidan harus melakukan

pemeriksaan dan pengawasan apabila demam diikuti dengan gejala lainnya.

b. Rasa sakit waktu berkemih

Pada masa nifas kandung kemih menjadi sensitive terhadap tegangan air

kemih didalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta

analgesia epidural atau sepinal. Infeksi kandung kemih biasanya di sebabkan


flora perenium. Rasa tidak nyaman pada saat berkemih disebabkan oleh

episiotomy yang melebar, laserasi periuretra atau hematoma dinding vagina.

c. Sambelit atau hemoroid

Asuhan yang diberika untuk mengurangi rasa nyeri sebagai berikut:

i. Memasukan kembali hemoroid yang keluar ke dalam rektum

ii. Rendam duduk dengan air hangat atau dingin sedalam 10-15 cm selama

30 menit, 2-3 kali sehari

iii. Meletakkan katong es pada daerah anus

iv. Berbaring miring

v. Minum dan makan lebih banyak dengan diet tinggi serat

vi. Pemberian obat supositoria jika perlu

d. Sakit kepala, nyeri epigastritik dan penglihatan kabur

Pada ibu yang baru selesai proses melahirkan biasanya sering mengeluh

saki kepala hebat, nyeri epigastritik serta penglihatan kabur. Cara

penanganannya:

1) Jika ibu sadar segera periksa nadi, tekanan darah, pernapasan

2) Jika ibu tidak bernafas, maka lakukan pemeriksaan ventilasi dengan

masker dan balon da lakukan intubasi jika perlu. Jika ditemui pernapasan

dangkal lakukan pemeriksaan dan bebaska jalan nafas serta berikan

oksigen 4-6 liter per menit

3) Jika pasien tidak sadar atau koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada

sisi kiri, periksa suhu tubuh dan periksa apakah ada kaku tengkuk
e. Pendarahan vagina yang luar biasa

Pendaraan vagina ini disebabkan masih terdapatnya sisa-sisa plasenta atau

selaput ketuban (pada grandemultipara dan pada kelainan bentuk implantasi

plasenta), infeksi pada endometrium dan sebagaian terjadi pada bentuk

mioma bersamaan dengan kehamilan dan inversion uteri. Untuk

penanganannya bidan melakukan konsultasi dengan dokter untuk melakukan

tindakan yang sesuai dengan kondisi ibu.

f. Lochea berbau busuk dan disertai dengan nyeri abdomen atau punggung

Pada masa nifas lochea berbau busuk yang disertai dengan nyeri biasanya

disebabkan oleh adanya infeksi. Pada kasus infeksi ringan bidan dapat

memberikan perawatan dan jika infeksi berat sebaiknya bidan melakukan

rujukan atau berkonsultasi dengan dokter.

g. Puting susu lecet

Puting susu lecet diakibatkan adanya trauma puting saat menyusui karena

teknik menyusui yang digunakan tidak benar, terjadi keretakan dan

pembentukan celah-celah pada payudara biasanya dapat sembuh dalam

waktu 2 hari. Untuk megatasinya ubah posisi menyusui dengan benar dan

menyusui disetiap payudara secara berganti seta puting yang lecet dan kering

dioles dengan sedikit ASI.

h. Bendungan ASI
Bendungan ASI disebabkan karena adanya sumbatan pada saluran ASI

yang tidak dikosongkan, sebab ibu belum terbiasa dalam menyusui dan

merasa takut putting lecet apabila menyusui. Gejala pada bendungan ASI

seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada seluruh atau disekitar payudara,

payudara terasa keras dan berbenjol-benjol serta badan menjadi panas dan

sakit umum. Untuk cara mengatasinya seperti kompres dengan air panas,

ubah posisi menyusui sewaktu-waktu, menggunakan pakaian dan BH yang

longgar, istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi serta

memperbanyak minum 2 liter per hari.

i. Edema, sakit dan panas pada tungkai

Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena

maupun pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin sering mengalaminya.

Faktor predeposisi seperti obesitas, anemia maternal, endometritis,

varicostitis, peningkatan umur pada maternal sera tingginya paritas, dan lain-

lain

j. Pembengkakan diwajah atau tangan

Pembengkakan dapat ditangani dengan pemeriksaan adanya varises,

kemerahan pada betis serta pemeriksaan apakah tulang kering, pergelangan

kaki dan kaki mengalami edema

k. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

Pada masa nifas ibu sering merasa kelelahan lemas karena kehabisan

tenaga dalam mengurus bayinya hal ini menyebakan terganggunya nafsu


makan ibu dalam waktu yang lama. Sebaiknya ibu di berikan makan ringan,

minuman hangat, susu, kopi atau pun teh yang mengadung gula.

l. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh diri

Pada minggu awal setelah persalinan ibu sering merasakan perasaan sedih

dan tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya hal ini disebabkan

karena kekecewaan emosional, rasa nyeri, kelelahan akibat kurang tidur,

ketakutakan karena tidak menarik lagi, dan kecemasan akan kemampuan

untuk mengurus bayinya.

4. Proses Laktasi

a. Produksi ASI

Produksi ASI disebabkan oleh hormon prolaktin dan Human Chorionic

Sommatommatropin (HCS) atau Human Placental Lactogen (HPL), yaitu

hormon peptida yang di keluarkan oleh plasenta. Human Placental Lactogen

(HPL) memiliki struktur kimia yang mirip dengan prolaktin. Pada saat hamil

hormon proklatin meningkat tetapi ASI belum keluar karena kadar hormon

estrogen dan progesterone mencegah laktasi dengan cara menghambat efek

stimulatorik proklatin pada sekresi susu. Hormon estrogen dan progesteron

masih bekerja sesuai dengan perannya untuk menghambat duktus dan

berusaha menghambat kinerja prolaktin saampai bayi lahir dan benar-benar

memerlukan susu. Estrogen dan progesteron diproduksi oleh otak, korpus

luteum di ovarium, sebagai diproduksi di kelenjar adrenal dan pada

kehamilan juga di produksi di plasenta. Pada hari ke-2 atau ke-3 pasca
persalinan kadar kadar keduanya menurun karena plasenta dan luteum. Sel

yang terbentuk dalam ovarium dan bertanggung jawab untuk pengeluaran

hormon progesteron semasa kehamilan untuk menyokong kehamilan.

Fungsinya, menjadi produsen hormon tersebut telah lepas dan kurang

berfungsi. Hasilnya akan terjadi sekresi ASI karena tingginya kadar hormon

prolaktin yang berfungsi untuk menghasilkan susu serta estrogen yang

penghambat efek stimulatorik proklatin sudah hilang. Setelah masa

persalinan plasenta akan lepas dan berkurang fungsi korpus luteum.

Selanjutnya, estrogen dan progesteron berkurang konsentrasinya ditambah

dengan hisapan bayi pada putting susu akan merangsang ujung-ujung saraf

sensoris. Fungsinya sebagai reseptor mekanik untuk memproduksi ASI.

Hisapan puting oleh bayi tersebut menyebabkan dilepaskan impuls aferens

melalui medulla spinalis ke batang dan hipotalamus. Hipotalamus akan

menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi proklatin (dopamine) ke

dalam sirkulasi portal ke kelenjar hipofisis, dan sebaiknya merangsang

pengeluaran factor pemacu sekresi prolaktin. Hormon prolaktin distimuli

oleh PRH (Prolactin Releasing Hormon) dihasilkan oleh kelenjar hipofisis

anterior yang ada di dasar otak. Hormon ini merangsang sel-sel alveolus

yang berfungsi untuk membuat air susu. Pengeluaran prolaktin sendiri

dirangsang oleh pengosongan ASI dari sinus lactiferous. Semakin banyak

ASI yang di keluarkan payudara maka semakin banyak ASI yang diproduksi,

sebaiknya apabila bayi berhenti menghisap maka payudara akan berhenti


memproduksi ASI. Rangsangan payudara sampai pengeluaran ASI di sebut

dengan refleks produksi ASI (refleks prolaktin). Semakin sering ibu

menyusu , semakin banyak pula produksi ASI begitu berlaku sebaliknya.

Kadar proklatin pada menyusun akan menjadi normal 3 bulan setelah

melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan

prolaktin walau ada hisapan bayi. Namun, pengeluaran air susu tetap

berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan

menjadi normal pada minggu ke-23 sedangkan ibu menyusui meningkatnya

prolaktin.

b. Pengeluaran ASI (Oksitosin) atau refleks aliran (let down reflect)

Pengeluaran ASI adalah suatu aliran refleks aliran yang timbul akibat

perangsangan putting susu karena adanya hisapan bayi. Rangsangan berasal

dari hisapan bayi pada putting susu dilanjutkan ke hipofisis posterior

sehingga keluar hormon oksitosin. Sehingga hal ini menyebabkan sel-sel

mopitel di sekitar alveolus akan berkontraksi dan mendorong ASI yang telah

terbuat masuk ke duktus laktiferus kemudia masuk ke mulut bayi. Selain itu

juga pengeluaran oksitosin dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada

laktiferus. Bila duktus laktiferus melebar maka secara reflektoris oksitosin

dikeluarkan oleh hipofisis.

Macam-macam reflek yang penting dalam hisapan bayi sebagai berikut:

1) Refleks menangkap (rooting refleks)


Timbul pada saat bayi baru lahir tersentuh pipinya dan akan menoleh

ke arah sentuhan. Bibir bayi di rangsang dengan papilla mamae, maka

bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.

2) Reflek menghisap

Timbul apa bila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh putting. Agar

putting mencapai platum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam

mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang ada di bawah areola,

tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

3) Refleks menelan (Swallowing refleks)

Reaksi ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan

menelannya.

c. Komposisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose, dan garam

organik yang di sekresi oleh kedua payudara ibu sebagai makanan utama

untuk bayi. Komposi- komposisi ASI sebagai berikut:

1) ASI kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-3 bewarna

kekuninangan dan kental.

2) ASI peralihan, yaitu ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari

ke-10

3) ASI matur, yaitu dihasilkan mulai hari ke-10 sampai seterusmya

d. Manfaat memberi ASI


1) Bagi bayi

a) Membantu memulai kehidupan yang baik

b) Mengandung antibodi

c) Mengurangi kejadian karises dentis

d) Adanya ikatan antara ibu dan bayi

e) Tehindar dari alergi

f) Meningkatkan kecerdasan bayi

g) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi

2) Bagi ibu

a) Sebagai kontrasepsi

b) Aspek kesehatan ibu yaitu untuk mencegah pendarahan pasca

persalinan, kanker payudara, dan membantu involusi uterus

c) Mempererat kontak kulit antara ibu dan bayi

e. Cara menyimpan ASI

1) ASI disimpan dalam botol atau gelas atau plastik

2) ASI yang disimpan di dalam freezer dan sudah dikeluarkan sebaiknya

tidak lagi digunakan setelah 2 hari

3) ASI beku perlu dicairkan terlebih dahulu dalam lemari es 4o C

4) ASI beku tidak boleh dimasak atau di panaskan hanya merendam dengan

air hangat saja

5) Jika diruangan tidak ber-AC, lama penyimpanan tidak lebih dari 4 jam.

Jika ruangan ber-AC bisa sampai dengan 6 jam


6) Jika ASI disimpan dalam lemari es bisa bertahan sampai 8 hari.

Syaratnya, ASI di tempatkan dalam ruangan terpisah dari bahan makanan

lainnya

7) Jika lemari es tidak memiliki ruangan terpisah maka sebaiknya ASI janga

disimpan lebih dari 3x24 jam

8) ASI hasil pompa dapat disimpan dengan aman pada suhu kamar

maksimum 25oC selama 4 jam, dalam lemari es pada suhu 4 oC dapat

disimpan selama 72 jam, dalam pembekuan (freezer) pada suhu-20C

selama 3-6 bulan.

f. Upaya memperbanyak ASI

1) Pada minggu pertama, harus lebih sering menyusui guna merangsang

produksi ASI.

2) Menyusui bayi pada kedua payudara secara bergantian

3) Membiarkan bayi menghisap lama pada tiap payudara

4) Menganjurkan ibu untuk minum banyak baik berupa susu maupun air

putih (8/10 gelas) atau 1 liter susu perhari untuk meningkatkan kualitas

ASI

5) Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat dan tidur

6) Makanan ibu sehari- hari harus cukup dan berkualitas untuk menunjang

pertumbuhan bayi serta menjaga kesehatannya

7) Bila jumlah ASI tidak cukup dapat untuk mencoba menggunakan tablet

Moloco B12 atau obat lainnya sesuai dengan petunjuk dokter. Tablet itu
di fungsikan demi menambah produksi ASI. Pucuk daun katuk dan

sayuran asin membuat air susu lebih banyak keluar

8) Menghindari makanan yang menimbulkan kembung (ubi, singkong, kol,

sawi, dan daun bawang), makanan yang merangsang (cabe, merica, jahe,

kopi, alcohol), makanan yang mengandung banyak gula dan lemak

9) Ibu harus dalam keadaan rileks. Kondisi psikologi ibu menyusui sangat

menentukan keberhasilan ASI ekslusif

10) Melakukan pijat oksitosin

g. Teknik menyusui

1) Posisi berbaring miring. Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali

atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri

2) Posisi duduk. Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk

dimaksudkan untuk memberi tompangan atau sandaran pada punggung

ibu dalam posisi tegak lurus terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat

dilakukan dengan bersila di tempat tidur atau lantai ataupun duduk di

kursi

3) Tidur terlentang seperti pada saat dilakukannya inisiasi menyusui dini.

Posisi bayi berada di atas dada ibu di antara payudara ibu

h. Permasalahan laktasi

1) Kurang atau kesalahan infomasi

Kebanyakan ibu merasa bahwa susu formula sama baiknya dengan

ASI, sehingga dapat menambah susu formula bila meras ASI kurang.
Petugas kesehatan masih banyak yang tidak memberikan informasi pada

saat pemeriksan kehamilan atau saat memulangkan bayinya. Contohnya,

banyak ibu dan petugas kesehatan tidak mengetahui bahwa:

a) Bayi pada minggu- minggu pertama defekasinya encer dan sering

sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali petugas

kesehatan menyuruh untuk mengehentikan menyusui

b) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi di anggap perlu

diberikan minum lainnya. Padahal bayi baru lahir culup bulan dan

sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat

mempertahankan tanpa minuman selama beberapa hari

c) Payudara yang kecil dianggap kurang menghasilkan ASI, padahal

ukuran payudara tidak menentukan banyaknya ASI.

2) Puting susu lecet

Pada keadaan ini sering kali seorang ibu menghentikan menyusui

karena putingnya sakit. Yang perlu dilakukan adalah:

a) Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi

b) Apakah terdapat Infeksi Candida (mulut bayi perlu dilihat). Kulit

merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit

kering bersisik (flaky). Pada keadaan puting susu lecet, yang kadang

kala retak-retak atau luka, maka dapat dilakukan dengan cara-cara

seperti ini:
(1) Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak

begitu sakit.

(2) Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali

memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.

(3) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu

kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam

waktu sekitar 2x24 jam.

(4) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap

dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat

pompa karena nyeri.

(5) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk

menggunakan sabun.

3) Payudara Bengkak

Dibedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI, dengan payudara

bengkak. Pada payudara penuh rasa berat pada payudara, panas, dan

keras. Bila diperiksa ASI keluar dan tidak ada demam. Pada payudara

bengkak payudara udem, sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau

tidak merah, dan bila diperiksa/isap ASI tidak keluar. Badan bisa demam

setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat,

terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang

sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu

menyusui.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak maka diperlukan:

a) Menyusui dini

b) Perlekatan yang baik

c) Menyusui “on demand”/bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu

tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan

dahulu, agar ketegangan menurun. Untuk merangsang refleks oksitosin

maka dilakukan:

(1) Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.

(2) Ibu harus rileks

(3) Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)

(4) Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan ke

arah tengah)

(5) Stimulasi payudara dan puting selanjutnya kompres dingin pasca

menyusui, untuk mengurangi odem. Pakailah BH yang sesuai.

Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.

4) Mastitis atau Abses Payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,

bengkak, kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat.

Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan di luarnya kulit menjadi

merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan

diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini


disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tak

efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau

karena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada

payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang

menggantung. Ada dua jenis Mastitis; yaitu yang hanya karena milk stasis

adalah non infective mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri infective

mastitis. Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang

infeksi bakteri.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan:

a) Kompres hangat/panas dan pemijatan

b) Rangsang Oksitosin dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu

stimulasi puting, pijat leher-punggung, dan lain-lain.

c) Pemberian antibiotic flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari.

d) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa

nyeri.

e) Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh

disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah


C. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Menurut Ladewig (2006) dalam buku asuhan kebidanan neonatus, bayi,

balita dan anak prasekolah, bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

dengan umur kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat

lahir 2500-4000 gram.

2. Tanda bayi baru lahir normal

Menurut Kemenkes RI (2015), tanda bayi baru lahir normal yaitu:

a. Bayi lahir langsung menangis

b. Tubuh bayi kemerahan

c. Bayi bergerak aktif

d. Berat lahir 2500-4000 gram

e. Bayi menyusui dari payudara ibu dengan kuat

3. Pelayanan essensial pada bayi baru lahir

Menurut Kemenkes RI (2015), berikut adalah pelayanan essensial pada bayi

baru lahir:

a. Jaga bayi tetap hangat

b. Bersihkan jalan nafas

c. Keringkan bayi dan jaga bayi tetap hangat


d. Potong dan klem tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit

setelah bayi lahir

e. Segera lakukan inisiasi menyusu dini

f. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata

g. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskuler, di paha kiri lateral

h. Beri imunisasi hepatitis B00,5 ml, intramuskuler, di paha kanan lateral,

diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1

i. Pemberian identitas

j. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

k. Pemulangan bayi, konseling, dan kunjungan ulang

4. Perawatan bayi baru lahir

a. Pemberian ASI

1) Segera lakukan inisiasi menyusu dini (IMD)

2) ASI yang keluar pertama berwarna kekuningan (kolostrum) mengandung

zat kekebalan tubuh, langsung diberikan pada bayi, jangan dibuang

3) Berikan hanya ASI saja sampai berusia 6 bulan (ASI ekslusif) (Kemenkes

RI, 2015).

b. Menjaga bayi tetap hangat

1) Mandikan bayi setelah 6 jam bayi dilahirkan, mandikan dengan air hangat

2) Bayi harus tetap dipakaikan pakaian dan diselimuti setiap saat, memakai

pakaian kering dan lembut

3) Ganti popok dan baju jika basah


4) Jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin

5) Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki, sarung

tangan dan pakaian yang hangat pada saat tidak dalam dekapan.

4) Jika berat lahir kurang dari 2500 gram, lakukan perawatan metode

kangguru (dekap bayi di dada ibu/bapak/keluarga lain dengan kulit bayi

menempel pada permukaan kulit ibu/bapak/saudara lain) (Kemenkes RI,

2015).

c. Perawatan tali pusat

1) Selalu cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum dan

sesedah memegang bayi

2) Jangan memberikan apapun pada tali pusat

3) Rawat tali pusat terbuka dan kering

5) Bila tali pusat kotor atau basah, cuci dengan air bersih dan sabun mandi

dan keringkan dengan kain bersih (Kemenkes RI, 2015).

5. Tanda bahaya pada bayi baru lahir

Jika ditemukan salah satu atau lebih tanda bahaya pada bayi, maka

sebaiknya bayi segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Berikut tanda bahaya pada

bayi:

a. Tidak mau menyusu

b. Kejang-kejang

c. Lemah
d. Sesak nafas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit), tarikan dinding

dada bagian bawah ke dalam

e. Bayi merintih atau menangis terus menerus

f. Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau dan bernanah

g. Demam/panas tinggi

h. Mata bayi bernanah

i. Diare/buang air besar cair lebih dari 3 kali sehari

j. Kulit dan mata bayi kuning

k. Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat (Kemenkes RI, 2015).
E Keluarga Berencana

1. Definisi Keluarga Berencana

Menurut Irianto, (2014) dalam buku keluarga berencana dalam perspektif

bidan, keluarga berencana adalah usaha untuk mengatur banyaknya jumlah

kelahiran sehingga ibu maupun bayinya dan ayah serta keluarga yang

bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian Sebagai akibat langsung dari

kelahiran tersebut. Keluarga Berencana merupakan program pemerintah yang

bertujuan menyeimbangkan menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah

penduduk. keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan

menerima norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) yang berorientasi

pada pertumbuhan yang seimbang.

2. Sejarah Keluarga Berencana

Gerakan Keluarga Berencana tidak hanya ada di Indonesia tetapi diterapkan

juga di luar negeri. Oleh karena itu, tidak heran banyak tokoh pelopor gerakan

ini yang berasal dari luar negeri. Bahkan di negara Inggris, gerakan KB sudah

dimulai sejak abad 19. Gerakan ini diprakarsai oleh Maria Stopes yang

memusatkan gerakan KB untuk Kaum Buruh di Inggris dan juga pada masalah

kesehatan ibu. Beberapa tahun kemudian Amerika Serikat mengikuti jejak


Inggris dengan melakukan program atau gerakan KB yang sama dan dijuluki

dengan program Birth Control. Program ini diketuai oleh Margareth Sanger dan

menjadi salah satu akar dari program Keluarga Berencana modern. Setelah itu,

banyak diadakan konferensi konferensi tentang Birth Control dan juga

konferensi tentang populasi dunia.

Selain mengadakan konferensi, Margaret Sanger juga membentuk Komite

internasional keluarga berencana saat mengadakan konferensi di New Delhi

pada tahun 1952. Komite ini resmi berdiri dengan nama internasional Planned

Parenthood Federation (IPPF). Komite ini mendorong negara-negara di dunia

untuk mendirikan perkumpulan perkumpulan keluarga berencana, termasuk

Indonesia yang mengikuti jejak dengan mendirikan perkumpulan Keluarga

Berencana Indonesia (PKBI).

Di Indonesia, gerakan ini dirintis oleh dokter-dokter yang ada di rumah sakit

Dr. Cipto Mangunkusumo tepatnya di poliklinik FK UI dan tidak dilakukan

secara terang-terangan. PKBI resmi berdiri pada 23 Desember 1957 setelah

berkoordinasi dengan ippf dan juga mendapat dukungan dari banyak pihak.

PKBI memiliki program utama yaitu mewujudkan keluarga sejahtera dengan

menempuh 3 macam usaha, yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan

kehamilan, mengobati kemandulan, dan memberikan nasihat perkawinan. Pada

saat itu ada hambatan dalam mewujudkan program ini karena ada KUHP pasal

283 yang melarang untuk menyebarluaskan gagasan keluarga berencana.


Lalu pada Januari 1967, diadakan simposium kontrasepsi di Bandung dan

dengan bantuan media massa, gagasan keluarga berencana mulai dikenal oleh

masyarakat luas. Satu bulan setelah simposium tersebut, PKBI mengadakan

kongres pertama dengan pokok pembahasan berupa harapan agar program

keluarga berencana di jadikan program pemerintah. Lalu pada november 1968,

pemerintah bersungguh-sungguh dalam mewujudkan kebijakan keluarga

berencana ditandai dengan berdirinya lembaga keluarga berencana nasional

yang diawasi langsung oleh menteri negara kesejahteraan rakyat.

Program KB lalu berkembang dengan dimasukkannya program tersebut ke

dalam repelita 1 dan berdirinya Badan Kordinasi Keluarga Berencana BKKBN

melalui Keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 1970 menggantikan LKBN.

Dengan pendekatan kemasyarakatan, organisasi ini memungkinkan para pakar

nonmedis menyukseskan program KB di Indonesia. Melalui kongres Presiden

RI Nomor 33 tahun 1972, nomor 38 tahun 1978, dan Nomor 64 tahun 1983,

organisasi BKKBN terus dikembangkan dan disempurnakan.

3. Oranisasi Keluarga Berencana di Indonesia

a. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)

Organisasi ini terbentuk pada 23 Desember 1957 dan dicetus oleh Dr.

Soeharto dan didukung oleh prof. Dr. Sarwono prawirohardjo, Dr. H. M.

Judono, Dr. Hanifa wiknjosastro, dan Dr. hurustiati Sun bandrio. PKBI

memberikan pelayanan berupa nasihat perkawinan meliputi pemeriksaan


kesehatan calon pasutri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam

perkawinan dan pengaturan kehamilan.

PKBI memiliki visi untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan

memiliki misi memperjuangkan penerimaan dan praktik keluarga tanggung

jawab dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan program,

pengembangan jaringan, dan hubungan dengan semua pihak pemberdayaan

masyarakat di bidang kependudukan secara umum dan secara khusus di

bidang kesehatan reproduksi yang berkesetaraan dan berkeadilan gender.

b. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Badan ini dibentuk atas dasar Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970

tentang pembentukan badan untuk mengelola program KB yang sudah

direncanakan sebagai program nasional. Presiden berperan sebagai

penanggung jawab umum penyelenggaraan program dan dilaksanakan

sehari-hari oleh menteri negara kesejahteraan rakyat.

Melalui Keppres Nomor 33 tahun 1972 dilakukan penyempurnaan

struktur organisasi, tugas pokok, dan tata kerja Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN). Dengan Keppres nomor 38 tahun 1978,

organisasi dan struktur Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) disempurnakan kembali dan fungsinya diperluaskan. BKKBN

tidak hanya menangani masalah KB tetapi juga kegiatan-kegiatan lain, yaitu

kependudukan yang mendukung KB. Selanjutnya, dilakukan lagi

penyempurnaan organisasi Badan Koordinasi Keluarga Berencana nasional


(BKKBN) dengan Keppres Nomor 64 tahun 1983 dengan tugas pokok

menyiapkan kebijaksanaan umum dan mengkoordinasikan penyelenggaraan

program secara menyeluruh dan terpadu.

1) Dasar Pertimbangan Pembentukan BKKBN

Pemerintah tidak serta merta membentuk BKKBN. Ada beberapa

dasar yang menjadi pertimbangan yaitu:

a) Program KB nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih

memanfaatkan dan memperbaiki fasilitas dan sumber yang ada.

b) Program KB nasional perlu digiatkan juga dengan melibatkan

masyarakat dan pemerintah secara maksimal.

c) Program KB perlu diselenggarakan dengan teratur dan terencana agar

terwujud tujuan dan sarana yang telah ditentukan.

2) Tugas Pokok BKKBN

Sebagai badan resmi yang dibentuk pemerintah untuk mendukung

program KB BKKBN berperan dalam hal berikut ini.

a) Menjalankan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pada usaha-usaha

pelaksanaan program KB nasional yang dilakukan oleh unit-unit

pelaksanaan.

b) Mengajukan saran saran kepada pemerintah tentang pokok

kebijaksanaan dan masalah-masalah penyelenggaraan program

Keluarga Berencana nasional.


c) Menyusun pedoman pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar

pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

d) Melaksanakan kerjasama antara Indonesia dengan negara-negara asing

maupun badan-badan internasional dalam bidang PBB yang sesuai

dengan kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang

berlaku.

e) Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis

bantuan yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri sesuai dengan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

3) Filosofi BKKBN

Filosofi BKKBN adalah menggerakkan peran serta masyarakat dalam

keluarga berencana.

a) Strategi Utama

Agar dapat menjalankan filosofi dan fungsinya dengan maksimal,

ada strategi utama yang diusung oleh BKKBN antara lain:

(1) Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam

program KB.

(2) Menata kembali pengelolaan program KB.

(3) Memperkuat sumber daya masyarakat operasional program KB.

(4) Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui

pelayanan KB.

(5) Meningkatkan pembiayaan program KB.


Strategi utama tersebut mengandung nilai-nilai integritas, energik,

profesional, kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran,

creative/inovatif. Strategi utama juga memiliki kebijakan berupa

pendekatan pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan

kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran,

pendekatan pemenuhan hak (right based), dan pendekataan lintas

sektor.

b) Tujuan

BKKBN memiliki tujuan sebagai berikut:

(1) Keluarga dengan anak ideal,

(2) Keluarga sehat,

(3) Keluarga berpendidikan,

(4) Keluarga sejahtera,

(5) Keluarga berketahanan,

(6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksi,

(7) Penduduk tumbuh seimbang (PTS).

c) Strategi

Selain strategi yang telah diungkapkan sebelumnya, BKKBN juga

memiliki strategi untuk mendukung program KB, yaitu :

(1) Sustainability yang berarti memantapkan komitmen program dan

kesinambungan dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat

pusat sampai dengan tingkat daerah.


(2) Re-establishment yang berarti membangun kembali sendi-sendi

program KB nasional sampai ke tingkat pasca penyerahan

kewenangan.

d) Sasaran

Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung dan

sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.

Sasaran langsungnya adalah pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan

untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan

kontrasepsi secara berkelanjutan. Sementara itu, sasaran tidak

langsung adalah pelaksana dan pengelola KB dengan tujuan

menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan

kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang

berkualitas, keluarga sejahtera.

(1) Sasaran Langsung

Sasaran langsung program KB adalah pasangan usia subur

(PUS) yaitu pasangan suami istri dengan istri berusia antara 15-49

tahun.

(2) Sasaran Tidak Langsung

Sasaran tidak langsung program KB adalah kelompok remaja

usia 15-19 tahun.

4. Pendukung Dan Penghambat Dalam Menjalankan Program KB


Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terlaksananya program KB

(Keluarga Berencana). Menurut Juliantoro, (2000) dalam buku keluarga

berencana dalam perspektif bidan, berpendapat bahwa terdapat faktor

pendukung dan penghambat dalam menjalankan program KB yaitu dalam hal

kekuatan, kelemahan peluang, dan tantangan.

a. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo, (2012) dalam buku keluarga berencana dalam

perspektif bidan, makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula

mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula

pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, tingkat pendidikan seseorang

yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Penyuluhan/KIE (komunikasi informasi edukasi) merupakan

informasi/pesan yang diperoleh berbagai sumber yang dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan yang lebih luas.

b. Ekonomi

Menurut Handayani (2010), dalam buku keluarga berencana dalam

perspektif bidan, tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi

penduduk di Indonesia berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan

program KB di indonesia. Kemajuan program KB berkaitan erat dengan

tingkat ekonomi masyarakat karena menyangkut kemampuan untuk memilih

alat kontrasepsi yang digunakan.


Menurut Notoatmodjo, (2012) dalam buku keluarga berencana dalam

perspektif bidan,Keadaan ekonomi ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan

seseorang termasuk pemeliharaan kesehatan.

c. Kepercayaan / Agama

Kelancaran pelaksanaan program KB juga bisa dipengaruhi oleh faktor

kepercayaan atau agama dalam suatu keluarga. Beberapa cara masih ragu-

ragu untuk melaksanakan program KB bahkan menolak karena faktor

kepercayaan atau agama yang dianutnya (Jitowiyono, 2019).

d. Kedudukan wanita

Kedudukan atau status wanita dalam masyarakat mempengaruhi

kemampuan mereka memperoleh dan menggunakan berbagai metode

kontrasepsi. Sebagian wanita yang tinggal di daerah dengan status tinggi

memiliki pemasukan lebih besar dan akan cenderung memiliki metode

kontrasepsi yang lebih mahal serta memiliki lebih banyak suara dalam

mengambil keputusan. Begitu pula wanita yang tinggal di daerah yang

wanitanya lebih dihargai. Mereka cenderung lebih diberi kebebasan dalam

memperoleh berbagai metode kontrasepsi tanpa aturan ketat yang

mengharuskan mendapat persetujuan suami sebelum layanan KB dapat

diperoleh (Jitowiyono, 2019).

e. Budaya

Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi calon akseptor dalam

memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi kesalahan pengertian


atau kesalahan informasi yang berkembang dalam masyarakat tentang

berbagai macam metode kontrasepsi, kepercayaan, budaya, tingkat

pendidikan, pola pikir, dan status wanita.

5. Dampak Program Keluarga Berencana

a. Dampak program KB

Pemerintah menjalankan program KB dengan berbagai risiko dan

keuntungan yang mengikuti, baik dampak positif maupun negatif. Program

KB terdapat banyak dampak positif, yaitu peningkatan kesejahteraan

keluarga, penurunan angka kepadatan penduduk, dan penanggulan kesehatan

reproduksi. Beberapa dampak negatifnya, yaitu efek sampingnya terhadap

kesehatan akseptor, serta anggaran pengadaan alat-alat kontrasepsi yang

jumlahnya tidak sedikit (Jitowiyono, 2019).

b. Dampak Program Keluarga Berencana Dalam Berbagai Bidang

1) Imlikasi program KB terhadap bidang pendidikan

Menurut Jitowiyono (2019), program KB menuju keluarga kecil akan

memberi peluang lebih untuk menyekolahkan anak. Ukuran yang lazim

dipakai dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut:

a) Angka Partisipasi Kasar (APK)

Proporsi anak sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dalam

kelompok umur jenjang pendidikan tersebut diukur menggunakan

indikator ini. Angka partisipasi kasar biasanya diterapkan untuk


jenjang pendidikan sampai dengan usia 7-12 tahun, usia 13-15 tahun,

dan usia sekolah menengan atas yaitu usia 16-18 tahun.

b) Angka Partisilasi Huruf (APM)

Proporsi anak yang bersekolah pada kelompok umur tertentu pada

tingkat yang sesuai dengan kelompok umur tersebut diukur

menggunankan indikator ini. Angka partisipasi murni selalu lebih

rendah jika dibandingkan dengan angka partisipasi kasar. Alasannya

adalah pengambilan yang lebih kecil sementara penyebutnya sama.

Nilai angka partisipasi murni (APM) yang mendekati 100 menunjukan

bahwa hampir seluruh penduduk bersekolah tepat waktu sesuai dengan

usia sekolah pada pendidikannya.

c) Angka Melek Huruf

Angka melek huruf adalah persentase penduduk yang memiliki

kemampuan dalam membaca dan menulis huruf latin atau yang

lainnya. Indikator ini menggambarkan mutu sumber daya masyarakat

(SDM) yang diukur dalam aspek pendidikan. Semakin tinggi nilai

indikator ini, semakin tinggi mutu SDM suatu masyarakat.

d) Pendidikan yang ditawarkan

Hubungan sistem pendidikan dalam mendidik kelompok penduduk

dewasa ditunjukan dalam indikator.


e) Rata-rata lama sekolah

Rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel

secara simultan. Dua variabel tersebut adalah variabel tingkat kelas

yang sedang/pernah dijalani dan variabel jenjang pendidikan tertinggi

yang ditamatkan.

6. Pelayanan Kontrasepsi Dengan Berbagai Metode

a. Metode Sederhana Tanpa Alat

1) Metode Kalender

Metode kalender menggunakan prinsip pantang berkala yaitu tidak

melakukan hubungan seksual pada masa subur sang istri. Ada 3 panduan

untuk menentukan masa subur yaitu, ovulasi terjadi 14±2 hari sebelum

haid yang akan datang sperma dapat hidup membuahi selama 48 jam

setelah ejakulasi, dan ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi. Dari

panduan tersebut dapat diketahui cara mencegah konsepsi, yaitu dengan

menghindari coitus minimal tiga hari (72 jam) atau 48 jam sebelum

ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi (Jitowiyono, 2019).

a) Keuntungan metode kalender

(1) Ditinjau dari segi kesehatan

Mencegah kehamilan dengan metode KB kalender lebih sehat

dibanding dengan metode yang lain karena KB kalender tidak

menggunakan obat atau bahan kimia seperti yang terkandung

dalam metode kontrasepsi yang lain (Jitowiyono, 2019).


(2) Ditinjau dari segi ekonomi

Mencegah kehamilan dengan metode kalender hanya dilakukan

secara alami dan tanpa biaya sehingga jika dilihat dari segi

ekonomi, metode ini yang paling ekonomis dibandingkan dengan

metode lainnya (Jitowiyono, 2019).

(3) Ditinjau dari segi psikologis

Mencegah kehamilan dengan metode kalender tidak akan

mengurangi kenikmatan saat melakukan hubungan seksual

sehingga sisi psikologis pasangan tidak akan terganggu. Walaupun

begitu, ada tanggung jawab untuk mengontrol diri dari kedua

pihak suami istri terutama saat masa subur (Jitowiyono, 2019).

b) Kelemahan metode kalender

(1) Perempuan yang menggunakan metode kalender harus teliti dalam

menghitung siklus menstruasinya.

(2) Harus siap dengan risiko kegagalan yang cukup tinggi yaitu di atas

20% (langkah dalam penggunaan kalender adalah 14 dan nilai dari

100 wanita setiap tahun).

(3) Perempuan yang menggunakan metode kalender harus menguasai

informasi yang ia butuhkan agar pengguna KB kalender berhasil.

(4) Jika menggunakan KB kalender, seorang perempuan harus sabar

dan teliti karena ia harus mengetahui siklus menstruasinya sendir.


(5) Apabila saat masa subur berlangsung, biasanya pasangan sulit

menahan keinginan untuk melakukan hubungan seksual sehingga

dibutuhkan kerja sama antara suami dan istri.

(6) Lebih efektif pada perempuan yang siklus menstruasinya teratur

(Jitowiyono, 2019).

2) Metode pantang berkala

Metode KB pantang berkala dapat ditunjukkan sebagai berikut:

a) Tidak melakukan hubungan seksual pada saat masa subur.

b) Panduan menentukan masa subur adalah:

(1) Ovulasi terjadi 14 ±2 hari sebelum haid yang akan datang.

(2) Sperma dapat hidup dan membuahi selama 18 jam setelah

ejakulasi.

(3) Ovum dapat hidup selama 24 jam setelah ovulasi.

(4) Menghindari koitus selama 72 jam (48 jam sebelum ovulasi dan

24 jam sesudah ovulasi).

c) Enam langkah menentukan rasa aman dalam metode pantang berkala

menurut Jitowiyono, (2019).

(1) Tentukan siklus haid terpendek.

(2) Tentukan siklus haid terpanjang.

(3) Siklus haid pendek dikurang 18.

(4) Siklus haid terpanjang dikurang 11.

(5) Tentukan masa ovulasi = hasil langkah (3) sampai dengan hasil
langkah (4).
(6) Tentukan massa aman, mulai dari hasil langkah 3 dikurangi 1
sampai dengan hasil langkah 4 ditambah 1

Contoh perhitungan masa aman berdasarkan metode pantang berkala.

Jika haid terakhir adalah tanggal 9 Januari 2018, maka perhitungan

masa aman adalah sebagai berikut.

(1) Siklus terpendek =29

(2) Siklus terpanjang = 36

(3) 29-18 = 11

(4) 36-11 = 25

(5) Masa ovulasi mulai hari ke 11 sampai dengan hari ke-25 siklus

haid, yaitu 19 Januari sampai dengan 2 Februari 2018.

(6) Rasa aman mulai hari ke-1 sampai hari ke-9 siklus haid dan hari

ke 26 sampai 9 hari setelahnya, yaitu mulai dari 9-17 Januari 2018

dan 3-16 Februari 2018

3) Metode suhu basal

Suhu basal tubuh bisa dijadikan patokan masa aman. Menjelang

ovulasi, suhu basal tubuh akan turun dan kurang lebih 24 jam setelah

ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih tinggi daripada sebelum

ovulasi. Keadaan ini bisa dijadikan acuan menentukan masa ovulasi.

Untuk menentukan massa aman, suhu basal harus dicatat setiap hari

dengan teliti setiap pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum

melakukan aktivitas. Walaupun begitu, suhu basal bisa meningkat pada


beberapa kondisi seperti infeksi, ketegangan, dan waktu tidur yang tidak

teratur. Karena itu, tidak dianjurkan melakukan hubungan seksual

sehingga terlihat suhu dan tertinggi 3 hari (pada waktu pagi) berturut-

turut (Jitowiyono, 2019).

4) Metode lendir serviks

Perubahan lendir serviks pada saat menstruasi adalah pengaruh

estrogen. Pola yang tidak subur dapat deteksi pada fase praovulasi dan

pascaovulasi siklus menstruasi. Saat kedua ovarium berada dalam

keadaan diam akan terlihat jumlah estrogen dan progesteron menurun,

hasilnya adalah sensasi atau lendir pada vulva tidak muncul. Sebelum

hari berakhir, seorang wanita sebaiknya mencatat bisa sepanjang hari ia

merasakan nyeri pada vulva dan keberadaan lendir saat melakukan

aktivitas. Hubungan seksual tidak boleh dilakukan selama siklus pertama.

Ia juga harus bisa membedakan lendir serviks dengan cairan semen,

pelumas seksual yang normal, dan rabas vagina (Jitowiyono, 2019).

5) Metode simtomtermal

Menurut Jitowiyono (2019), menentukan masa subur dengan metode

ini bisa dilakukan dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks.

(a) Setelah darah haid berhenti, seorang wanita dapat melakukan

hubungan seksual pada malam hari pada hari kering dengan

berselang sehari selama masa tidak subur. Ini adalah aturan selang

hari kering atau aturan yang sama dengan metode lendir serviks.
(b) Bahasa tubuh mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya

lendir, ini adalah aturan awal. turan yang sama dengan metode lendir

serviks. tidak boleh melakukan hubungan seksual sampai mana saja

berakhir.

(c) Pantang melakukan hubungan seksual sampai hari puncak dan

aturan perubahan suhu telah terjadi.

(d) Jika turunnya tidak mengidentifikasi hari yang sama sebagai akhir

masa subur selalu ikuti aturan yang paling konservatif yaitu aturan

yang identifikasi masa subur yang paling panjang.

6) Koitus interuptus

Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau

eksekusi praejakulasi atau pancaran ekstra vagina atau withdraw methods

atau pull-out methods. Dalam bahasa Latin disebut juga interrupted

intercourse (Jitowiyono, 2019).

a) Pengertian

Coitus interuptus adalah metode keluarga berencana

tradisional/alamiah, yaitu dengan cara pria mengeluarkan alat

kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Caranya,

alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma

tidak masuk ke dalam vagina. Dengan cara ini maka tidak ada

pertemuan antara sperma dan ovum sehingga kehamilan dapat dicegah.


ejakulasi dilakukan diluar vagina untuk mengurangi kemungkinan air

mani mencapai rahim (Jitowiyono, 2019).

b) Efektivitas

Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan

benar dan konsisten. Angka kegagalan nya adalah 4-27 kehamilan per

100 perempuan pertahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian

diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan

metode ini menjadi lebih efektif (Jitowiyono, 2019).

c) Manfaat

Menurut Jitowiyono (2019), coitus interuptus memberikan manfaat

baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.

(1) Manfaat kontrasepsi yaitu:

(a) Alamiah

(b) Efektif bila dilakukan dengan benar

(c) Tidak mengganggu produksi ASI

(d) Tidak ada efek samping

(e) Tidak membutuhkan biaya

(f) Tidak memerlukan persiapan khusus

(g) Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain, dan

(h) Dapat digunakan setiap waktu.

(2) Untuk manfaat dan non kontrasepsi yaitu:


(a) Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan

kesehatan reproduksi.

(b) Menanamkan sifat saling pengertian.

(c) Tanggung jawab bersama dalam ber KB.

d) Keterbatasan

Menurut Jitowiyono (2019), metode interuptus ini memiliki

keterbatasan, yaitu:

(1) Tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan

tumpahan sperma lama berhubungan seksual.

(2) Memutuskan makan dalam berhubungan seksual (orgasme).

(3) Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, baik sesaat

dan setelah intruksi coitus.

(4) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.

(5) Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.

e) Langkah-langkah melakukan coitus interuptus

(1) Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus bekerja

sama dan mengerti. Keduanya harus berdiskusi dan sepakat untuk

menggunakan metode senggama terputus.

(2) Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus

mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis

untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.


(3) Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan

penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma

diluar vagina.

(4) Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.

(5) Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.

(6) Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur

(Jitowiyono, 2019).

b. Metode Sederhana Dengan Alat

1) Kondom

a) Kondom pria

Kondom adalah kantong kecil yang terbuat darikaret tipis

digunakan oleh pria pada penisnya saat melakukan hubungan seksual.

Benda yang sudah digunakan di Mesir sejak tahun 1350 sebelum

masehi ini berfungsi untuk menampung sperma pria sehingga sperma

tidak dapat masuk ke dalam vagina atau rahim wanita. Mulai abad ke

18, kondom juga memiliki fungsi lain sebagai pencegah penularan

infeksi menular seksual termasuk HIV. Kondom yang paling efektif

dan aman biasanya terbuat dari lateks atau poliuretan. Kondom

termasuk alat kontrasepsi sekali pakai jadi setiap kali pasangan

melakukan hubungan seksual harus menggunakan kondom baru.

(1) Cara menggunakan kondom pria menurut Jitowiyono (2019).


(a) Kondom baru harus tergulung di dalam kemasan kecil yang

masih tersegel. Saat membuka kemasan kondom harus hati-

hati agar kondom didalamnya tidak sobek atau rusak.

(b) Kondom yang kondisinya baik dan efektif biasanya tidak

kaku, tidak keras dan tidak terasa lengket.

(c) Pemasangan kondom harus dilakukan saat penis sudah keras

dan sebelum tenis menyentuh genitalia wanita.

(d) Bagi pria yang tidak disunat, kulit kulup harus ditarik ke

belakang. Pria tersebut harus menekan ujung kondom dan

memasangnya pada ujung penis.

(e) Langkah selanjutnya adalah membuka gulungan kondom

sampai kondom menutupi seluruh penis.

(f) Lalu tekan ujung kondom sambil membuka gulungan

kondom. ruang tambahan ini dimaksudkan agar sperma dapat

ditampung dibagian itu dan mencegah robeknya kondom.

(g) Tepat setelah pria mengalami ejakulasi dan penis nya

menciut, ia harus memegang tapi kondom sambil

mengeluarkan penisnya dari vagina.

(h) Lalu lepaskan kondom dengan hati-hati. Ikat ujung kondom

lalu buang kondom bekas pada ke tempat sampah atau kakus.

b) Kondom wanita
Kondom wanita dipasang di dalam vagina untuk menutupi bibir luar

vagina. Sama halnya dengan kondom pria, Kondom wanita sifatnya

juga sekali pakai karena dapat rusak jika digunakan kembali walaupun

wanita bisa membersihkan kondom nya lalu menggunakannya lagi.

Kondom wanita tidak boleh digunakan bersamaan dengan kondom

pria. kondom wanita termasuk alat kontrasepsi yang efektif untuk

mencegah kehamilan dan melindungi dirinya dari IMS termasuk HIV

(Jitowiyono, 2019).

(1) Cara menggunakan kondom wanita menurut Jitowiyono (2019).

(a) Buka kemasan secara hati-hati agar kondom di dalamnya

tidak robek atau rusak;

(b) Cari dan temukan cincin bagian dalam yang lebih kecil yang

letaknya di ujung tertutup kondom. tekan cincin dalam secara

bersamaan;

(c) Jika sudah ditekan, Masukan cincin ke dalam vagina;

(d) Gunakan jari untuk mendorong cincin ke dalam vagina

sampai menutupi serviks. cincin luar tetap berada di luar

vagina;

(e) Pastikan arah penis melewati cincin luar saat melakukan

hubungan seksual;

(f) Kondom wanita harus dilepaskan segera mungkin setelah

melakukan hubungan seksual, sebelum bangun. remas dan


pelintir cincin luar agar sperma pria tetap berada didalam

kondom;

(g) Setelah itu tarik kondom keluar secara lembut, lalu buang.

c. Metode Kontrasepsi Modern Hormonal

1) Kontrasepsi oral

a) Ciri-ciri

Menurut Jitowiyono (2019), kontrasepsi oral memiliki ciri khusus

yang membedakan dari kontrasepsi hormonal lainnya, yaitu:

(1) Efektif dan reversible

(2) Harus diminum tiap hari

(3) Efek samping kontrasepsi hormonal adalah mual perdarahan

bercak yang tidak berbahaya dan akan hilang dengan cepat.

(4) Jarang terjadi efek yang serius.

(5) Semua perempuan pada usia reproduksi dapat menggunakan

kontrasepsi ini, tidak masalah sudah mempunyai anak atau belum.

(6) Jika yakin tidak dalam keadaan hamil bisa diminum setiap hari.

(7) Ibu menyusui tidak dianjurkan memilih kontrasepsi ini.

(8) Dapat dipakai untuk kontrasepsi darurat

(9) Memiliki beberapa jenis, antara lain:


(a) Monofasik: terdapat 21 tablet yang mengandung hormon

aktif estrogen atau progestin dalam dosis yang sama dan 7

tablet tanpa hormon aktif.

(b) Bifasik: terdapat 21 tablet yang mengandung hormon aktif

estrogen atau progestin dalam 2 dosis yang berbeda dan 7

tablet tanpa hormon aktif.

(c) Trifasik: terdapat 21 tablet yang mengandung hormon aktif

estrogen atau progestin dalam 3 dosis yang berbeda dan 7

tablet tanpa hormon aktif.

b) Manfaat

(1) Tingkat efektifitas sangat tinggi, bisa dikatakan menyerupai

efektivitas tubektomi, khususnya jika diminum setiap hari.

(2) Tidak mengganggu hubungan seksual.

(3) Siklus haid menjadi teratur dan jumlah darah haid berkurang

sehingga mencegah anemia dan nyeri haid tidak terasa.

(4) Mudah dihentikan setiap saat.

(5) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan

(6) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.

(7) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.

(8) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

(9) Dapat digunakan jangka panjang Selama masih ingin

menggunakan untuk mencegah kehamilan (Jitowiyono, 2019).


c) Cara kerja

Kontrasepsi oral juga dapat digunakan untuk mencegah hal-hal

seperti kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium,

penyakit radang panggul, kelainan pada payudara yang sifatnya jinak,

dismenore, dan jerawat. Cara kerja kontrasepsi oral adalah menahan

ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks mental sehingga sperma

sulit lewat, dan transportasi telur terganggu karena pergerakan tuba

(Jitowiyono, 2019).

d) Kekurangan

(1) Pusing

(2) Nyeri payudara

(3) Mual, terutama pada tiga bulan pertama

(4) Mahal dan untuk beberapa orang bisa membosankan karena harus

meminumnya setiap hari.

(5) Perdarahan bercak atau pendarahan Sela, terutama pada tiga bulan

pertama.

(6) Tidak mencegah IMS, HBV, dan HIV/AIDS

(7) Berat badan bisa naik tetapi untuk kondisi tertentu kenaikan berat

badan ini bisa menjadi dampak positif.

(8) Meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan (keadaan ini bisa

mengarah ke risiko stroke dan gangguan pembekuan darah).


(9) Perlu hati-hati untuk perempuan berusia lebih dari 35 tahun dan

perokok aktif.

(10) Ibu menyusui sebaiknya tidak menggunakan kontrasepsi ini

karena akan mengurangi produksi ASI.

(11) Ada beberapa perempuan dapat menimbulkan depresi dan

berubahnya suasana hati sehingga berakibat pada keinginan

melakukan hubungan seksual yang berkurang.

e) Kontraindikasi

(1) Kehamilan (dicurigai atau diketahui)

(2) Diabetes mellitus

(3) Wanita perokok usia diatas 35 tahun

(4) Gangguan trombo emboli ( sedang atau pernah terjadi)

(5) Tromboflebitis ( sedang atau pernah terjadi)

(6) Kerusakan hati/fungsi hati atau hepatitis akut

(7) Cedera serebrovaskular, penyakit pembuluh darah otak atau

penyakit arteri koroner ( sedang atau pernah terjadi)

(8) Tumor maligna atau bengina (sedang atau pernah terjadi)

(9) Hiperlipidemia tipe II ( hiperkolesterolemia)

(10) Perdarahan genetalia abnormal yang tidak terdiagnosis

(11) Karsinoma endometrium ( diketahui atau dicurigai)

(12) Ikterik kolestatik saat kehamilan atau yang berkaitan dengan

penggunaan pil kontrasepsi.


(13) Neoplasia bergantung pada estrogen ( dicurigai atau diketahui)

(14) Karsinoma payudara ( diketahui atau dicurigai)

(15) Banyak anggota keluarga yang menderita tromboemboli penemu

multiple yang tidak dapat dijelaskan saat usia belia.

(16) Sakit kepala migrain klasik disertai gejala awal atau migrain berat

disertai gejala neurologis (Jitowiyono, 2019).

2) Implant

Susuk atau implan adalah kontrasepsi metode hormonal jangka

panjang. Ada dua jenis susu/implan, yaitu norplant dan implanon yang

memiliki beberapa perbedaan. Norplant adalah kontrasepsi berdayaguna 5

tahun terdiri atas 6 batang kapsul kecil yang fleksibel bahan

pembuatannya adalah silastik berisi levonorgestrel (LNG). LNG adalah

suatu progestin sintetis yang memiliki panjang 3,4 cm dan diameter 2,4

mm (Jitowiyono, 2019).

Berbeda dengan susuk norplant, susuk implanon memiliki daya guna

yang lebih pendek dari susuk norplant yaitu sekitar 3 tahun. Susuk

implanon penyebab diri atas 1 Batang putih lentur yang memiliki panjang

kira-kira 40 mm dan Diameter 2 mm. Biasanya dalam bentuk implanon

telah dipersiapkan jarum yang terpasang pada inserter khusus bentuk

semprit disposible dalam kemasan steril Tentang aluminium. Isi progestin


3-keto-desogestrel. Implanon dipasang dengan cara penyuntikan subkutan

biasa yang biasa dilakukan dengan anastesi local (Jitowiyono, 2019).

a) Cara kerja

(1) Mengentalkan lendir serviks sehingga bisa mencegah penetrasi

sperma. Levonorgestrel yang ada dalam kandungan susuk norplant

berperan penting pada perubahan komposisi lendir serviks. Pada

saat 24 jam sampai 48 jam Setelah pemasangan implan, lendir

serviks menjadi kental dan jumlahnya juga berkurang sehingga

bisa mencegah penetrasi sperma.

(2) Menghambat ovulasi sekitar 50% siklus haid

Levonorgestrel akan dilepaskan secara terus-menerus dari

susuk dan akan berefek pada daerah otak khususnya pada

hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior. Ovulasi terhambat

karena sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH

(Luteinizing Hormone) turun. Selain itu, levonorgestrel juga dapat

menghambat gelombang LH pada pertengahan siklus sehingga

ovulasi terhambat.

(3) Menekan pertumbuhan endometrium (hipoplasia)

Levonorgestrel dan progestin kembali berperan dalam menekan

pertumbuhan endometrium karena bisa menghambat reseptor

progesteron, yaitu protein khusus yang terdapat pada sel

endometrium (berfungsi mengikat progesteron). Dengan begitu,


sel endometrium yang melapisi kavum uteri menjadi turun

jumlahnya, kelenjar mengecil dan tidak berfungsi maksimal

sebelum menggunakan implan.

(4) Mengurangi produksi progesteron alami dari ovarium selama fase

pasca ovulasi (Jitowiyono, 2019).

b) Efektivitas

Penggunaan implan sebagai alat kontrasepsi terhitung sangat

efektif. Meskipun semua metode memiliki kekurangan dan ada

peluang untuk gagal, angka kegagalan implan hanya 1%. Selain

efektif, implan juga bersifat reversibel dan setelah tidak memakai

implan, kesuburan akan pulih dalam waktu beberapa hari saja

bersamaan dengan habisnya levonorgestrel yang ada dalam tubuh.

Wanita yang belum pernah hamil juga sangat aman menggunakan

metode ini karena tidak ditemukan efek jangka panjang, baik dilihat

dari segi umur maupun paritas (Jitowiyono, 2019).

c) Kelebihan

(1) Berdaya guna tinggi.

(2) Reversibel.

(3) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.

(4) Cara penggunaan mudah.


(5) Berefek sama cepat.

(6) Setelah dicabut kesuburan akan kembali dengan cepat.

(7) Memiliki waktu efektif yang lama.

(8) Sebelum pemasangan tidak perlu pemeriksaan dalam.

(9) Bebas estrogen.

(10) Tidak mengganggu kegiatan hubungan seksual.

(11) Proses penggunaannya mudah.

(12) Tingkat proteksi berkelanjutan.

(13) Aktivitas sehari-hari tidak terganggu.

(14) Tidak berpengaruh pada produksi ASI.

(15) Mengurangi disminore.

(16) Mengurangi anemia.

(17) Mencegah terjadinya kehamilan ektopik.

(18) Menurunkan peluang terkena adenokarsinoma endometrium.

(19) Menurunkan peluang terjadinya tumor jinak payudara

(Jitowiyono, 2019).

d) Kekurangan

(1) Tidak memberikan proteksi terhadap IMS termasuk AIDS

sehingga perlu alat kontrasepsi lain contohnya kondom.

(2) Pemasangan dan pencabutan harus dilakukan oleh tenaga ahli.

(3) Saat insersi dan pencabutan perlu dilakukan pembedahan kecil

sehingga beresiko terjadi infeksi hematoma dan perdarahan .


(4) Dapat berpengaruh pada berat badan.

(5) Susuk dapat terlihat dari luar sehingga mengurangi estetika.

(6) Pada beberapa klien pola haid dapat berubah,.

(7) ada beberapa klien bisa muncul rasa nyeri, sefalgia, jerawat

(Jitowiyono, 2019).

e) Indikasi

(1) Menginginkan kontrasepsi yang tidak perlu dipakai setiap hari

atau tidak perlu dipakai setiap ingin melakukan hubungan seksual.

(2) Menginginkan penjarangan kehamilan.

(3) Sedang menyusui tetapi membutuhkan kontrasepsi pada saat yang

bersamaan.

(4) Menginginkan kontrasepsi yang tidak mengandung estrogen.

(5) Menginginkan metode kontrasepsi hormonal, tetapi tidak dapat

memakai pil kombinasi karena akseptor adalah perokok aktif,

(6) Berusia lebih dari 35 tahun.

(7) Memiliki riwayat klinis timbulnya bekuan darah intravaskuler dan

mengidap hipertensi (Jitowiyono, 2019

3) AKDR/IUD

Intrauterin contraception device yang dalam bahasa Indonesia adalah

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) termasuk alat kontrasepsi mode


modern. AKDR memiliki banyak jenis dan sudah pernah dicoba di

Indonesia. Jenis-jenis AKDR tersebut adalah spiral, delcon sield, Lips

loop, M.IUCD yang terbuat dari metal, multi load (MICU), medusa dan

Copper T. Jenis AKDR generasi sekarang adalah Copper T, Copper 7,

Ypysilon-Y, progestasert, dan Copper T3800A. AKDR memiliki bentuk

yang kecil, mudah dipasang dan dikeluarkan titik tingkat efektivitas

AKDR juga tinggi dengan efek samping dan komplikasi yang ringan. Jika

pemasangan dilakukan dengan baik dan benar, tidak akan terjadi perforasi

(alat keluar) dan jika terjadi perforasi pun tidak akan membahayakan

karena bentuknya terbuka (Jitowiyono, 2019).

a) Mekanisme kerja

Sebenarnya sampai saat ini, mekanisme kerja AKDR belum

diketahui secara pasti. Ada pendapat bahwa AKDR dihitung tubuh

sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dan

disebutkan bahwa leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau

sperma. Berbeda lagi dengan AKDR berbeda lagi dengan AKDR yang

dililiti kawat tembaga. tembaga dalam jumlah kecil juga menimbulkan

radang setempat tetapi bisa menghambat khasiat anhidrase karbon

fostase alkali. AKDR juga menyebabkan lendir serviks menebal

sehingga menghalangi sperma (Jitowiyono, 2019).


Ada pendapat lain yang diungkapkan oleh Handayani (2011)

dalam buku keluarga berencana dalam perspektif bidan, keluarga

berencana tentang mekanisme kerja IUD atau AKDR

(1) IUD yang mengeluarkan hormon yang akan mengentalkan lendir

serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk melewati

cavum uteri.

(2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

(3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, IUD

membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan

sehingga mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi

(4) Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan

pada pemakaian IUD yang menyebabkan blastokista tidak dapat

hidup dalam uterus.

(5) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan

sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian IUD yang dapat

menghalangi nidasi

(6) Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan seksual

terjadi) IUD mengubah transportasi tuba dalam rahim dan

mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak

terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (yang dipasang setelah

hubungan seksual terjadi) IUD mencegah terjadinya implantasi


atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding

rahim.

b) Jenis IUD/AKDR

(1) IUD Nonhormonal

(a) Bentuk terbuka (Open device), contohnya: lippes loop, CU-T,

CU-7, margulies, spring coil, mulitiload, nova-T

(b) Bentuk tertutup (closed device), contohnya: otaring, antigon,

graten berg ring.

(c) Un-medicated IUD, contohnya Lippes loop, margulies, saf-T

coil, antigon.

(d) Medicated IUD, contohnya: Cu T 20 ( daya kerja 3 tahun),

Cu-T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu-T 300 (daya kerja 3

tahun), Cu-T 300 (daya kerja 3 tahtun), Cu-T 380 A (daya

kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), MLCu375

( daya kerja 3 tahun)

(2) IUD yang mengandung hormonal: progestasert-T= Alza T dan

LNG-20 (Jitowiyono, 2019).

c) Waktu pemasangan AKDR

AKDR baru dapat dipasang setelah bidan yakin klien tidak dalam

posisi mengandung dan bebas dari infeksi uterus atau infeksi vagina.

Pemasangan juga bisa dilakukan saat klien sedang menstruasi tetapi


bidan harus memastikan dan yakin tentang riwayat hubungan seksual

dan penggunaan kontrasepsi klien. jumlah kejadian AKDR terlepas

spontan lebih ringan jika AKDR tidak dipasang selama masa

menstruasi (Jitowiyono, 2019).

4) Suntik

Menurut BPS (2013) dalam buku keluarga berencana dalam perspektif

bidan, kontrasepsi suntik KB merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang

paling disukai diantara kontrasepsi lainnya. Pemakaian kontrasepsi suntik

KB dalam dua dekade terakhir mengalami peningkatan yang sangat

bermakna. Hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia SDKI

menunjukkan peningkatan valensi pemakaian KB suntik secara konsisten

dari 12% pada ada ada tahun 1991 menjadi 15% pada tahun 1994, 21%

pada tahun 1997, 28% pada tahun 2002, dan menjadi 32% pada tahun

2012. Hal ini berbeda dengan metode kontrasepsi lainnya yang pada

umumnya cenderung fluktuatif dalam kurun waktu tersebut.

Kontrasepsi suntik merupakan metode kontrasepsi hormonal jenis

suntikan yang dibedakan menjadi suntikan KB 1 bulan dan suntikan KB 3

bulan. Suntikan KB 1 bulan mengandung kombinasi hormon

medroxyprogesteron acetate (hormon progestin) dan estradiol cypionate

(hormon estrogen). Komposisi hormon dan cara kerja suntik KB 1 bulan

mirip dengan pil KB kombinasi. Suntikan pertama diberikan 7 hari


pertama selama periode menstruasi atau 6 minggu setelah melahirkan bila

tidak menyusui (Jitowiyono, 2019).

Berbeda dengan suntikan KB 1 bulan, suntik KB 3 bulan berisi depot

medroksiprogesteron asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150

mg/ ML secara intramuskular setiap 12 minggu. Kontrasepsi suntik 3

bulan hanya berisi hormon progesterone, tidak ada kandungan hormon

estrogen titik dosis yang diberikan 150 mg dari ML dengan Depot

medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuskular setiap

12 minggu (Jitowiyono, 2019).

a) Mekanisme kerja

(1) Mekanisme primer

Mencegah ovulasi kadar folikel stimulating hormone (FSH).

Menurunkan luteinizing hormone (LH) sehingga tidak terjadi

lonjakan LH. Endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan

kelenjar-kelenjar yang tidak efektif. Endometrium bisa menjadi

semakin sedikit jika digunakan dalam waktu yang lama tetapi

Perubahan tersebut akan kembali normal dalam waktu 90 hari

setelah suntikan 3 bulan berakhir (Jitowiyono, 2019).

(2) Mekanisme sekunder

Mengentalkan lendir serviks dan jumlahnya juga berkurang

sehingga mencegah adanya spermatozoa. Membuat endometrium

menjadi kurang baik untuk implementasi dari ovum yang telah


dibuahi. Transportasi umum di dalam Tuba falopii berubah

(Jitowiyono, 2019).

b) Efektivitas

Menurut BKKBN, kontrasepsi suntik memiliki efektivitas yang

tinggi yaitu 0,3% kehamilan dari 100 perempuan dalam satu tahun

pemakaian. Walaupun tingkat aktivitasnya tinggi, tetapi masih ada

peluang terjadi kegagalan titik kegagalan dari kontrasepsi jenis ini

biasanya disebabkan oleh teknik penyuntikan yang salah injeksi harus

intra gluteal atau akseptor tidak melakukan kunjungan ulang sesuai

jadwal

c) Kelebihan

Menurut BKKBN dalam buku keluarga berencana dalam perspektif

bidan, ada banyak kelebihan dari penggunaan kontrasepsi suntik yaitu:

(1) Sangat efektif dalam mencegah kehamilan.

(2) Diandalkan sebagai alat kontrasepsi jangka panjang.

(3) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

(4) Tidak mempengaruhi aktivitas hubungan seksual.

(5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

(6) Menurunkan terjadinya penyakit jinak payudara.

(7) Mencegah beberapa penyakit radang panggul.

(8) Tidak mengandung estrogen (tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah).


(9) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai

premenopause.

(10) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik.

d) Kekurangan

Menurut BKKBN dalam buku keluarga berencana dalam perspektif

bidan, ada beberapa kekurangan dari penggunaan kontrasepsi suntik

yaitu:

(1) Pada beberapa akseptor dapat terjadi gangguan haid.

(2) Sering muncul perubahan berat badan.

(3) Ada kemungkinan pemulihan kesuburan yang lambat setelah

penghentian pemakaian.

(4) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan

karena tidak bisa menyuntikan kontrasepsi sendiri.

(5) Kontrasepsi jenis ini tidak memberikan perlindungan terhadap

IMS, Hepatitis B dan HIV.

(6) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid

serum.

e) Indikasi

Menurut BKKBN dalam buku keluarga berencana dalam perspektif

bidan, indikasi pada pengguna kb suntikan adalah:

(1) Wanita usia produktif


(2) Wanita yang sudah memiliki anak

(3) Pasangan yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang dan

memiliki efektivitas tinggi

(4) Wanita yang sedang menyusui

(5) Setelah melahirkan tetapi tidak menyusui

(6) Setelah abortus dan keguruan

(7) Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi

(8) Masalah gangguan pembekuan darah

(9) Sedang melakukan pengobatan epilepsi dan TBC.

f) Kontrak indikasi

Menurut BKKBN dalam buku keluarga berencana dalam perspektif

bidan, kontrak indikasi pada pengguna KB suntikan adalah:

(1) Hamil (dibuktikan dengan pemeriksaan medis) atau dicurigai

hamil.

(2) Perdarahan pada per vagina dan penyebabnya belum jelas.

(3) Wanita yang tidak dapat menerima efek samping berupa gangguan

haid.

(4) Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.

(5) Penderita diabetes melitus yang disertai komplikasi.

g) Efek samping

(1) Mengalami gangguan haid seperti amenorhe, spotting,

menorarghia, metrorarghia.
(2) Penambahan berat badan

(3) Mual

(4) Kunang-kunang

(5) Sakit kepala

(6) Nervousitas

(7) Penurunan libido

(8) Vagina kering

h) Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam KB suntik

Menurut BKKBN dalam buku keluarga berencana dalam perspektif

bidan, ada beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan penggunaan

KB suntik yaitu:

(1) Faktor pengetahuan

Akseptor memiliki pengetahuan tentang kalau kontrasepsi

dapat berpengaruh pada pemilihan alat kontrasepsi yang baik

untuk dirinya sendiri.

(2) Faktor ekonomi

Tingkat pendapatan suatu keluarga ditentukan dari pekerjaan

anggota keluarga tersebut. Jika tingkat ekonomi yang tergolong

cukup, kemungkinan besar bisa melakukan KB secara tepat

memiliki keluarga kecil yang sejahtera

(3) Faktor pelayanan


Kesehatan tujuan kesehatan kontrasepsi adalah untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan KB yang

bermutu. Masyarakat perlu tahu tempat pelayanan kesehatan

paling dekat dari tempat tinggalnya dan memiliki musim yang

baik

(4) Faktor pekerjaan

Terkadang wanita lupa untuk melaksanakan KB atau suntikan

kembali karena terlalu sibuk bekerja. Waktu tersebut

menyebabkan suntikan KB terlambat sehingga dibutuhkan

dukungan dari keanggotaan keluarga yang lain koma khususnya

untuk meningkatkan kunjungan kembali ke tempat pelayanan KB

terdekat.

d. Metode Kontrasepsi Dengan Metode Mantap/Sterilisasi

Tubektomi dan Vasektomi termasuk metode kontrasepsi

mantap/sterilisasi. Pelayanan kontrasepsi metode vasektomi dan tubektomi

berbeda dengan metode lain. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi klien.

Konseling juga harus dilakukan terhadap klien agar persetujuan menjalani

tubektomi atau vasektomi diambil atas dasar keputusan sendiri. Konseling

dilakukan sebelum selama dan setelah dilakukan tindakan.

Perkumpulan kontrasepsi mantap Indonesia atau PKMI menganjurkan

tiga hal untuk menjadi akseptor kontrasepsi mantap yaitu syarat sehat,

bahagia, dan sukarela. Terpenuhi atau tidaknya syarat bahagia bisa dilihat
dari ikatan perkawinan yang sah dan harmonis, dengan umur istri minimal

25 tahun dan setidaknya telah memiliki dua anak (anak terakhir berumur

lebih dari 2 tahun). Syarat sukarela dapat terpenuhi jika pasangan tetap

memilih melakukan tubektomi setelah mengetahui kontrasepsi lain dan

mengerti risiko juga keuntungan tubektomi.

1) Tubektomi

Menurut BKKBN dalam buku keluarga berencana dalam perspektif

bidan, MOW (medis operatif wanita) / tubektomi atau juga dapat disebut

sterilisasi adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran sel telur

sehingga sel telur tidak dapat melewati saluran telur. Dengan demikian,

sel telur tidak akan bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak

terjadi kehamilan. Keuntungan memilih MOW sebagai alat kontrasepsi,

antara lain: tidak ada efek samping dan perubahan dalam fungsi hasrat

seksual, dapat dilakukan pada perempuan di atas 25 tahun, tidak

mempengaruhi air susu ibu (ASI), perlindungan terhadap terjadinya

kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup, dan tidak

mempengaruhi atau mengganggu kehidupan suami istri.

a) Waktu operasi
Tubektomi bisa dilakukan setelah mengalami keguguran, setelah

bersalin, dan masa interval setelah keguguran. Jika ingin melakukan

tubektomi pasca persalinan, sebaiknya dilakukan dalam 24 jam atau

maksimal 48 jam. Jika lewat dari 48 jam, proses tubektomi akan

terhambat dengan adanya edema tuba, infeksi dan kegagalan. Edema

tuba akan berkurang setelah hari ketujuh sampai hari ke-10 pasca

persalinan. Jika dilakukan tubektomi pada hari-hari tersebut, proses

akan terhambat karena alat-alat genital telah menyusut dan mudah

berdarah.

b) Indikasi

Kesimpulan tentang indikasi tubektomi diambil saat Seminar

Kuldoskopi Indonesia Pertama (1972). Indikasi ini dikenal dengan

keputusan 100 yang dihitung dari umur ibu dikalikan dengan jumlah

anak sehingga diperoleh angka 100.

(1) Umur termuda 25 tahun dengan empat anak hidup.

(2) Umur 30 tahun dengan tiga anak hidup

(3) Umur 35 tahun dengan dua anak hidup

Lalu pada tahun 1976 Saat diadakan konferensi khusus

perkumpulan untuk sterilisasi sukarela Indonesia di Medan, muncul

anjuran agar tubektomi dilakukan antara umur 25-40 tahun dan umur

suami sekurang-kurangnya 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya


telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan tersebut.

pertimbangan lain untuk melakukan tubektomi, yaitu:

(a) Umur istri antara 25-30 tahun dengan tiga anak atau lebih

(b) Umur istri antara 30-35 tahun dengan dua anak atau lebih

(c) Umur istri antara 35-40 tahun dengan suatu anak atau lebih

2) Vasektomi

Vasektomi atau sterilisasi pria atau medis operasi pria (MOP) adalah

tindakan penutupan (pemotongan, pengikatan, penyumbatan) kedua

saluran mani pria / suami sehingga sewaktu melakukan hubungan seksual

sel mani tidak dapat keluar membuat sel telur dan mencegah terjadinya

kehamilan. Metode vasektomi termasuk metode alat kontrasepsi jangka

panjang dan merupakan alat kontrasepsi yang efektif dengan angka

kegagalan langsung nya satu dari 1000 (Jitowiyono, 2019).

a) kemungkinan yang terjadi selama dan setelah proses MOP

(1) Perdarahan

Jika perdarahan yang terjadi masih tergolong sedikit, cukup

lakukan pengamatan. Namun jika perdarahan yang terjadi banyak,

lakukan penanganan secepatnya dan jika memang perlu, rujuk

bastian di klinik atau rumah sakit dengan perawatan yang lebih

memadai untuk melakukan tindakan. Mungkin saja perdarahan

yang terjadi membutuhkan operasi kembali dengan anestesi

umum. Perdarahan juga bisa ditandai dengan keluhan


pembengkakan isi skrotum pascavasektomi sehingga pemeriksaan

nya juga harus dilakukan secara seksama. Darah beku pada

skrotum bisa mengundang kuman menimbulkan infeksi

(2) Hematoma

Hematoma biasanya terjadi bila daerah scrotum diberi beban

yang berlebihan contohnya saat naik sepeda atau duduk terlalu

lama pada kendaraan yang melalui jalan rusak.

(3) Infeksi

Pengobatan luka pada kulit sebenarnya dapat mengobati infeksi

pada kulit skrotum. Luka kering dapat ditangani dengan salep anti

biotik dan luka basah bisa diatasi dengan kompres zat yang tidak

merangsang.

(4) Granuloma sperma

Granuloma sperma dapat terjadi pada ujung vas deferens atau

pada epididimis. Gejalanya ditandai dengan adanya benjolan

kenyal dan terkadang terasa nyeri. Granuloma sperma dapat

terjadi 1-2 minggu setelah vasektomi. Jika terjadi hal ini sebaiknya

dilakukan eksisi granuloma dan pengikatan vas deferens.

(5) Antibodi sperma

Setengah sampai dua per tiga akseptor vasektomi akan

membentuk antibodi terhadap sperma walaupun sampai saat ini


tidak pernah terbukti adanya kasus yang disebabkan oleh antibodi

tersebut tersebut.

(6) Vasektomi gagal

Kegagalan vasektomi masih mungkin terjadi walaupun cara ini

dinilai yang paling efektif untuk mengontrol kesuburan pria.

Vasektomi dianggap gagal jika pasangan hamil, pada ejakulasi

dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma, pada

analisis sperma setelah 3 bulan pacavasektomi atau setelah 10-20

kali berhubungan (Jitowiyono, 2019).

Anda mungkin juga menyukai