TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis dan alamiah yang
dialami oleh setiap wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat,
yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual
dengan seorang pria yang sehat. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Terbagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan dan trimester ketiga dari bulan ketujuh hingga 9
bulan (Oktaviani,2017: 274).
Kehamilan adalah suatu proses pembentukan janin yang dimulai dari
masa konsepsi sampai lahirnya janin. Lama masa kehamilan yang aterm
adalah 280 hari 40 minggu atau 9 bulan 7 hari yang dihitung mulai dari
hari pertama haid terakhir ibu. Kehamilan dibagi dalam 3 semester yang
masing- masing dibagi ke dalam 13 minggu atau 3 bulan kalender
(Munthe dkk, 2019: 1).
2. Etiologi Kehamilan
Menurut Rachimhadhi (2016:139) untuk terjadi kehamilan harus
terdapat spermatozoa, ovum , pembuahan/konsepsi, dan
nidasi/implantasi. Menurut Manuaba Etiologi Kehamilan adalah sebagai
berikut:
a. Ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan ovum yang dipenuhi oleh
sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang
berlangsung dari 20 tahun sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum
yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.
b. Spermatozoa
Pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus menjadi
spermatosit pertama, kemudian menjadi spermatosit kedua dan
menjadi spermatid dan akhirnya menjadi spermatozoa. Pada setiap
hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung
40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Sebagian besar
spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang
dapat mencapai tuba fallopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat
genetalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu
untuk mengadakan konsepsi atau fertilisasi.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah pertemuan inti ovum dan spermatozoa disebut
konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat
berlansung seperti dibawah ini:
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh
korona radiate, yang mengandung persendian nutrisi.
2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah
sitoplasma yang disebut vitelus.
3) Dalam perjalanan, korona radiate makin berkurang pada zona
pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran
pada zona pelusida.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling
luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang
mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama di
dalam ampula tuba.
5) Ovum siap dibuahi setelah 2 jam dan dapat hidup selama 48
jam.
d. Proses Nidasi (Implantasi)
Proses ini dimulai dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam
sitoplasma, vitelus membangkitkan kembali pembelahan dalam inti
ovum yang dalam keadaan metafase. Proses pemecahan dan
pematangan mengikuti bentuk anafase dan telofase sehingga
pronukleusnya menjadi haploid.
e. Pembentukan Plasenta
Pembentukan plasenta atau plasentasi berlangsung sampai 12-18
minggu setelah fertilisasi. Pembentukan plasenta ini merupakan akar
janin untuk menghisap nutrisi dari ibu dengan O2 asam amino,
vitamin, mineral, dan zat lainnya ke janin dan membuang sisa
metabolisme janin dan CO2.
3. Tanda Kehamilan
Menurut Munthe, dkk. (2019:27) tanda kehamilan dibagi menjadi 3,
yaitu tanda kehamilan pasti, tanda dugaan hamil serta tanda mungkin
hamil.
a. Tanda pasti hamil
Adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan oleh pemeriksa
yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan.
1) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Adanya Denyut Jantung Janin yang dapat didengar dengan
stetoscope lanec pada minggu ke-18 - 20 dan dengan doppler
pada minggu ke-12.
2) Gerakan Janin Dalam Rahim
Untuk primigravida gerakan janin dapat dirasakan oleh
ibunya pada usia kehamilan 18 minggu, dan untuk multigravida
gerakan janin dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16
minggu.
3) Terlihat dan Teraba Bagian-Bagian Janin pada Pemeriksaan
Ultrasonografi (USG)
Dengan melakukan pemeriksaan USG pada usia kehamilan
5-7 minggu dapat diketahui penentuan adanya kehamilan
intrauterine, penentuan adanya DJJ , penentuan usia kehamilan.
7) Sakit kepala
Sakit kepala terjadi karena Lelah, mual dan tegang serta
depresi yang disebabkan oleh perubahan hormone tubuh saat
hamil. Meningkatnya pasokan darah ke tubuh juga membuat ibu
hamil pusing setiap mengganti posisi.
8) Sembelit
Hal ini disebabkan karena meningkatnya hormon progesteron.
Selain mengendurkan otot rahim, hormon ini juga mengendurkan
otot dinding usus sehingga memperlambat Gerakan usus.
Tujuannya adalah agar penyerapan nutrisi lebih sempurna.
c. Tanda dan gejala mungkin hamil
1) Tanda Hegar (isthmus menjadi lunak)
2) Tanda Chadwick, yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina dan
vulvba.
3) Tanda Piskaseck, yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah
sehingga menonjol jelas ke arah pembesaran tersebut.
4) Kontraksi Uterus jika di rangsang (Braxton Hicks)
5) Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat
6) Ballotement positif. Jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut
ibu dengan cara menggoyang-goyangkan di salah satu sisi, maka
akan terasa “pantulan” disisi yang lain.
7) Tes urin kehamilan (test HCG) positif. Tes urin dilaksanakan
minimal 1 minggu setelah pembuahan.
Keterangan :
1) BB dalam kilogram
2) TB dalam sentimeter
Tabel 2.3
Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan Berdasarkan
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Klasifikasi Penambahan
Berat Badan BMI Berat Badan
(BB)
Rendah ≤ 19,5 ± 12,5-18 kg
Normal 18,5 – 24,99 ± 11,5-16 kg
Kegemukan / ± 7-11,5 Kg
26 – 29
Berlebih
Obesitas ≥ 29 ± 7 Kg
Gemeli 16-20,5 kg
Sumber: Sulin (2016:180)
b) Suplementasi Vitamin A
Selama kehamilan, vitamin A penting untuk kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin, karena untuk proses pembelahan
sel, pertumbuhan dan kematangan organ dan tulang, serta
memelihara sistem kekebalan tubuh, dan kesehatan mata ibu.
Kebutuhan Vitamin A pada kehamilan direkomendasikan
sebesar 800 µg (RE)/hari. Sumber makanan kaya vitamin A
termasuk sayur- sayuran seperti wortel, labu, pepaya, minyak
sawit merah, produk susu, hati, dan minyak ikan.
c) Suplementasi Kalsium
Selama kehamilan, penyerapan kalsium meningkat, sehingga
diperlukan adanya suplementasi tambahan. Kekurangan kalsium
selama kehamilan dapat menyebabkan osteopenia, tremor, kram
otopt, tetanus, gangguan pertumbuhan janin, BBLR dan
kekurangan mineral pada janin. Kebutuhan harian kalsium
selama kehamilan menurut WHO dan FAO adalah 1200
mg/hari.
d) Kebutuhan Energi
Saat kehamilan, ibu hamil membutuhkan lebih banyak
konsumsi protein, kalori vitamin dan mineral. Selama kehamilan
ibu membutuhkan ta,bahan 300 kalori/hari. Pada trimester I
kebutuhan energi meningkat untuk pembentukan organ-organ
penting janin dan jumlah tambahan energi ini terus meningkat
pada trimester II dan trimester III untuk pertumbuhan janin.
2) Lingkungan
Salah satu pendukung untuk keberlangsungan kehamilan yang
sehat dan aman adalah adanya lingkungan yang bersih, karena
kemungkinan terpaparnya kuman dan zat toksik yang berbahaya
bagi ibu dan janin akan terminimalisir.
3) Olahraga
Menurut Sutanto dan Fitriana (2019:187) olahraga
merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang baik secara
jasmani maupun rohani. Manfaat olahraga selama hamil adalah
sirkulasi darah lebih lancar, nafsu makan bertambah, pencernaan
lebih baik, dan tidur lebih nyenyak.
Adapun olahraga yang bisa ibu hamil lakukan dirumah yaitu:
a) Jalan-jalan saat hamil
Jalan-jalan saat hamil pada pagi hari mempunyai manfaat
penting yaitu dapat menghirup udara pagi yang bersih dan
segar, dapat menguatkan otot panggul, dan dapat mempercepat
penurunan kepala bayi ke dalam posisi optimal atau normal.
b) Senam hamil
Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-
otot sehingga dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal
dalam persalinan normal
c) Mengepel lantai sambil jongkok
Mengepel lantai dengan tangan berguna untuk melatih otot
dasar panggul dan diafragma. Disamping itu, mengepel lantai
dengan tangan menyebabkan dinding perut dan diafragma
menekan fundus uteri sehingga bagian terendah janin dapat
masuk ke pintu atas panggul.
d) Merangkak di lantai
Merangkak di lantai dengan posisi tulang belakang yang
lurus dimaksudkan untuk membebaskan tekanan yang terjadi
pada pembuluh darah oleh rahim, sehingga peredaran darag
menuju rahim berjalan lancar.
4) Pakaian
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pakaian ibu hamil
adalah memenuhi kiteria berikut ini:
a) Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat
pada daerah perut.
b) Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.
c) Pakailah bra yang menyokong payudara.
d) Memakai sepatu dengan hak yang rendah.
e) Pakaian dalam yang selalu bersih (Sutanto dan Fitriana ,
2019:182)
8) Istirahat dan Rekreasi
Istirahat dan tidur sangat penting bagi ibu hamil, pada trimester
akhir kehamilan dan bertambahnya berat janin membuat ibu
kesuliatan menentukan posisi yang nyaman untuk tidur. Posisi yang
dianjurkan bagi ibu hamil adalah miring kiri, kaki kiri lurus, kaki
kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, dan untuk
mrngurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut
bawah sebelah kiri. Selain istirahat ibu juga memerlukan rekreasi
untuk menyegarkan pikiran dan perasaan, misalnya dengan
mengunjungi objek wisata atau pergi keluar kota.
9) Kebersihan
Tubuh Kebersihan ibu hamil perlu di perhatikan karena dengan
perubahan metabolisme mengakibatkan peningkatan pegeluaran
keringat yang menempel di kulit sehingga, meningkatkan
kelembapan kulit dan memungkinkan menjadi tempat
berkembangnya mikroorganisme. Jika tidak bersih (dengan mandi),
maka ibu hamil akan sangat mudah untuk terkena penyakit kulit.
Selain mandi, mengganti pakaian dalam sangat dianjurkan untuk
ibu hamil karena saat hamil terjadi pengeluaran secret vagina yang
berlebihan.
10) Perawatan Payudara
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan
payudara adalah sebagai berikut:
a) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan
yang menggunakan busa, karena akan mengganggu penyerapan
keringat payudara.
b) Gunakan bra dengan bentuk yang menyanggah payudara.
c) Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan
menyebabkan iritasi. Bersihkan putting susu menggunakan
minyak kelapa lalu bilas dengan air hangat.
d) Jika ditemukan pengeluaran cairan berwarna kekuningan dari
payudara berarti produksi ASI sudah dimulai.
11) Eliminasi
Sering buang air kecil merupakan keluahn yang umum
dirasakan oleh ibu hamil terutama pada trimester I dan III.
Tindakan mengurangi asupan cairan sangat tidak dianjurkan karena
akan menyebabkan dehidrasi.
12) Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama
tidak ada riwayat penyakit seperti:
a) Sering abortus dan kelahiran prematur.
b) Pendarahan pervaginam.
c) Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan.
d) Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat
menyebabkan infeksi janin intrauteri.
13) Sikap Tubuh yang Baik (Body Mechanic)
Keluhan yang sering muncul dari perubahan tulang punggung
adalah ras pegal di punggung dank ram kai ketika tidur malam hari.
Untuk mencegah dan mengurangi keluahan ini perlu adanya sikap
tubuh yang baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a) Pakailah sepatu dengan hak yang rendah dan jangan terlalu
sempit.
b) Atur posisi tubuh saat mengangkat beban, yaitu dalam keadaan
tegak dan pastikan beban terfokus pada lengan.
c) Tidur dengan posisi kaki di tinggikan.
d) Duduk dengan posisi punggung tegak.
e) Hindari duduk atau berdiri lama (ganti posisi secara bergantian
untuk mengurangi ketegangan otot).
14) Imunisasi
Imunisasi saat kehamilan sangat penting dilakukan untuk
mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan
janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT)
yang dapat mencegah penyakit tetanus.
Tabel 2.6
Interval dan Masa Perlindungan TT
Interval Lama Perlindungan %
Perlindungan
TT1 Pada kunjungan - -
ANC pertama
TT2 4 minggu 3 Tahun 80%
setelah TT1
TT3 6 Bulan setelah 5 Tahun 95%
TT2
TT4 1 Tahun setelah 10 Tahun
TT3 99%
TT5 1 Tahun setelah 25 Tahun/ Seumur Hidup
TT4 99%
Sumber: Kemenkes GAVI (2014:10)
b. Kebutuhan Psikologis
1) Persiapan Saudara Kandung
Sibling rivalry adalah rasa persaingan diantara suadara kandung
akibat kelahiran anak berikutnya. Biasanya terjadi pada anak 2-3
tahun. Ditandai dengan penolakan terhadap kelahiran adiknya,
menangis, menarik diri dari lingkungannya, menjauh dari ibunya,
atau melakukan kekerasan terhadap adiknya. Untuk mencegah
terjadinya sibling rivalry ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan, diantaranya sebagai berikut:
a) Jelaskan pada anak tentang posisinya (meskipun ada adiknya, ia
tetap akan disayang oleh ayah dan ibu)
b) Libatkan anak dalam persiapkan kelahiran adiknya
c) Ajak anak untuk berkomunikasi dengan bayi sejak masih dalam
kandungan.
d) Ajak anak untuk melihat benda-benda yang berhubungan
dengan kelahiran bayi.
2) Dukungan Keluarga
Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih sayang
dari orang-orang terdekatnya, terutama suami. Kadang ibu
dihadapkan pada suatu situasi yang ia sadari mengalami ketakutan
dan kesendirian, terutama pada trimester akhir. Diharapkan bagi
keluarga terdekat agar selalu memberikan dukungan dan kasih
sayang.
3) Perasaan Aman dan Nyaman
Selama Kehamilan Kondisi psikologis yang dialami ibu akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Tingkat
kepercayaan ibu terhadap bidan dan keluarga juga sangat
mempengaruhi kelancaran proses persalinan.
4) Persiapan Menjadi Orang Tua
Persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan
orang yang mapu untuk membagi pengalamannya dan memberikan
nasehat mengenai persiapan menjadi orangtua. Selain persiapan
mental, yang tak kalah pentingnya adalah persiapan ekonomi, karena
bertambah anggota, bertambah pula kebutuhannya.
5) Dukungan Dari Tenaga Kesehatan
Harapan pasien adalah bidan dapat dijadikan sebagai teman
terdekat dimana ia dapat mencurahkan isi hati dan kesulitannya
dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Adanya hubungan
saling percaya akan memudahkan bidan dalam memberikan
penyuluhan kesehatan.
a) Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah
tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan.
Terminologi umum adalah keguguran atau miscarriage.
Tahap-tahap abortus spontan meliputi:
1) Abortus iminens (kehamilan dapat berlanjut), terjadi pendarahan
bercak menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin untuk
berlanjut dan di pertahankan. Ibu hamil dianjurkan untuk tirah
baring secara total dan tidak boleh melakukan aktivitas fisik
secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual.
2) Abortus Insipiens (Kehamilan tidak akab berlanjut dan
berkembang menjadi abortus inkomplet/komplet), pada abortus
insipiens terjadi pendarahan dengan hasil konsepsi atau janin
masih berada di kavum uteri.
3) Abortus Inkompletus (sebagian hasil konsepsi dikeluarkan),
terjadi pendarahan dengan sebagian hasil konsepsi atau janin
telah diluar kavum uteri melalui kanalis servikalis.
4) Abortus Kompletus (seluruh hasil konsepsi dikeluarkan),
dimana terjadi pendarahan dengan seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari kavum uteri.
5) Abortus Infeksiosa, yaitu abortus yang disertai dengan
komplikasi infeksi karena adanya penyebaran kuman atau toksin
ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum yang dapat
menimbulkan septikemia, sepsis atau peritonitis.
6) Missed Abortion (retensi janin mati), yaitu terjadi pendarahan
disertai dengan hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu
atau lebih (Oktaviani, 2017:583)
b) Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan suatu kondisi dimana plasenta tidak
melekat pada letak yang normal, melainkan terletak pada segmen
bawah Rahim sehingga hal tersebut menutupi sebagian ataupun
seluruh ostium uteri internum. Tanda dan gejala terjadimya plasenta
previa adalah keluarnya darah berwarna merah segar tanpa disertai
dengan rasa sakit. Hal ini dapat terjadi pada saat tidur ataupun ketika
wanita hamil sedang melakukan aktivitas. Plasenta previa terdiri dari
beberapa macam, yaitu :
1) Plasenta Previa Portalis
Plasenta hanya menutupi sebagian dari ostium uteri internum.
2) Plasenta Previa Marginalis
Suatu keadaan dimana plasenta menutupi sebagian kecil atau
hanya pinggir ostium uteri internum.
3) Plasenta Previa Totalis
Suatu keadaan dimana plasenta menutupi seluruh bagian ostium
uteri internum.
4) Plasenta Letak Rendah
Perdarahan yang diakibatkan karena letak plasenta yang
rendah dan hampir menutupi jalan lahir. Perdarahan ini umumnya
terjadi bila telah ada pembukaan sehingga akan memberikan
petunjuk dengan mengeluarkan darah segar dari jalan lahir akibat
gesekan ataupun dorongan kepala bayi terhadap plasenta.
c. Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum
Jika nyeri hebat di daerah abdominopelvikum maka diagnosisnya
mengarah ke solutio plasenta yaitu suatu keadaan dimana plasenta
terlepas dari tempat implantasinya sebelum waktunya. Solutio
plasenta terdiri dari solution plasenta ringan, sedang hingga berat.
1) Solutio Plasenta Ringan
Solutio plasenta ringan adalah keadaan dimana plasenta
terlepas seperempat dari luasnya. Pada kasus solution plasenta
ringan, ibu dan janin tidak mengalami gangguan, persalinan tettap
bisa berjalan dengan lancar pervaginam.
Tabel 2.7
Jenis Asuhan Antenatal Tiap Trimester
Sumber: Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19) Pada Maternal
( 2020:28)
4. Kebijakan Program
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.97
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Masa Sebelum Hami, Masa Hamil,
Persalinan Dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual, pada pasal 12 disebutkan bahwa
pelayanan kesehatan masa hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap
ibu hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga
mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan
melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Untuk mewujudkan tujuan
ini pada pasal tersebut disebutkan untuk wajib memberikan pelayanan
melalui pelayanan antenatal terpadu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.97
Tahun 2014, untuk pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan berkualitas sesuai standar pemeriksaan antenatal
yang terdiri dari 10T:
a) Timbang Berat Badan Dan Ukur Tinggi Badan
Penimbangan berat badan ibu hamil dilakukan disetiap kali kunjungan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin dalam
kandungan. Berat badan ibu hamil yang naik tapi tidak lebih dari 9 kg
sampai akhir kehamilan atau kurang dari 1kg setiap bulan diduga
mengalami gangguan pertambahan pertumbuhan janin. Pengukuran
tinggi badan ibu hamil dilakukan pada kunjungan pertama yang
bertujuan untuk menepis adanya faktor resiko terjadinya
cephalopelvic disproportion (CPD) karena indikator risiko ini adalah
tinggi badan <145 cm.
b) Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada setiap kali kunjungan
antenatal berguna untuk mendeteksi adanya hipertensi dan pre-
eklampsia pada kehamilan
c) Tentukan Status Gizi
Pemeriksaan antenatal pertama dilakukan pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA) hal ini berguna untuk mendeteksi ibu hamil yang
mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) dan mencegah Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR). Batas normal LILA adalah >23,5 cm.
d) Tentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pemeriksaan TFU dilakukan pada setiap kali kunjungan antenatal
berguna untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin atau
intrauterine growth retardation (IUGR). Pengukuran TFU dilakukan
dengan pemeriksaan McDonald dengan menggunakan pita ukur dalam
sentimeter yang dilakukan setelah umur kehamilan 24 minggu,
sedangkan pengukuran TFU dengan menggunakan leopold dilakukan
setelah usia kehamilan 12 minggu.
e) Tentukan Presentasi Janin Dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
Hal ini dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya pada
setiap kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui letak janin, kelainan janin, panggul sempit atau masalah
lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Hal ini untuk mengetahui adanya
gawat janin.
f) Skrining Status Imunisasi Tetanus Dan Pemberian Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT)
Imunisasi TT dilakukan untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum.
g) Pemberian Tablet Zat Besi Minimal 90 Tablet Selama Kehamilan
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) minimal 90 tablet
selama kehamilan sejak kontak pertama. Suplementasi ini berisi zat
besi yang setara dengan 60 mg zat besi elemental dan 400 mcg asam
folat atau sama dengan 2 gelas susu. Dosis yang digunakan pada terapi
pencegahan adalah 1 tablet tambah darah selama kehamilan minimal
90 tablet. Sedangkan untuk dosis pengobatan pada penderita anemia
dalam kehamilan adalah 2 tablet setiap hari sampai kadar Hb
mencapai normal.
h) Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium
yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah,
hemoglobin darah dan pemeriksaan spesifik daerah endemi/epidemi
(malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus
adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi
pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan
golongan darah ditujukan untuk menyiapkan apabila terdapat kondisi
darurat pada ibu hamil, keluarga maupun masyarakat telah mendapat
persiapan pendonor untuk ibu hamil tersebut. Pemeriksaan Hb
dilakukan pada trimester 1 dan trimester 3. Dilakukan untuk
mengetahui status anemia pada ibu hamil sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan lebih lanjut. Selain pemeriksaan golongan darah dan
Hb, dapat juga dilakukan pemeriksaan protein dalam urin, gula darah,
HIV, sifillis dan malaria dilakukan sesuai indikasi.
i) Tatalaksana
Penetapan diagnosa dilakukan setelah seluruh pengkajian maupun
pemeriksaan dilakukan secara lengkap. Apabila terdapat kasus
kegawatdaruratan atau kasus patologis harus dilakukan rujukan ke
fasilitas yang lebih lengkap sesuai alur rujukan.
j) Temu Wicara/ Konseling
Setiap kunjungan antenatal bidan harus memberikan temu
wicara/konseling sesuai dengan diagnosis dan masalah yang ditemui
meliputi, kesehatan ibu hamil, perilaku hidup bersih dan sehat, peran
suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda
bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit
menular dan tidak menular, penawaran untuk melakukan tes HIV dan
konseling di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil
dengan IMS dan TB di daerah epidemic rendah, inisiasi menyusu dini
(IMD) dan pemberian ASI ekslusif, KB paska persalinan, imunisasi,
peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
(Oktaviani, 2017:308)
b) Keluhan Utama
Hal ini berguna untuk mengetahui kondisi kesejahteraan ibu,
kesejahteraan janin dan perkiraan akan terjadinya masalah dalam
persalinan. Pengkajian keluhan utama akan mempermudah bidan dalam
memberikan asuhan dan menegakkan diagnosa pada tahap selanjutnya,
apakah keluhan pasien merupakan hal yang fisiologis atau patologis.
c) Riwayat Kesehatan Reproduksi
Riwayat menstruasi dan kontrasepsi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 2.9
Riwayat Kesehatan Reproduksi
No. Data Tujuan
1. Haid (Menarche, Siklus Haid, Untuk mendeteksi apakah ada
Lamanya, Keluhan, Volume) penyakit yang menyertai
seperti mioma uteri, polip
serviks, dll.
Lakukan pemeriksaan
diagnostik atau penunjang jika
diperlukan.
e) Riwayat Imunisasi TT
Tabel 2.11
Pemberian Imunisasi TT
Interval Lama Perlindungan %
Perlindungan
TT1 Pada kunjungan - -
ANC pertama
TT2 4 minggu setelah 3 Tahun 80%
TT1
TT3 6 Bulan setelah 5 Tahun 95%
TT2
TT4 1 Tahun setelah 10 Tahun
TT3 99%
TT5 1 Tahun setelah 25 Tahun/ Seumur Hidup
TT4 99%
Sumber: Kemenkes GAVI (2014:10)
g) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Ibu
Untuk mengetahui karakteristik personal, riwayat penyakit
menular/keturunan dan riwayat pengobatan.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui resiko penyakit menular/keturunan dan kelainan
genetik.
h) Data Psikososial
1) Riwayat perkawinan
2) Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan ini
3) Respon ibu terhadap kehamilan
4) Hubungan ibu dengan suami dan keluarga
5) Adat dan kebiasaan setempat yang berhubungan dengan kehamilan
i) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
1) Nutrisi
2) Eliminasi
3) Pola istirahat
4) Personal hygiene
5) Aktivitas
6) Hubungan seksual
j) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Fisik Umum
(a) Keadaan umum : Compos Mentis, tampak sakit.
(b) Tandatanda vital : Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan
dan suhu tubuh
2) Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
Inspeksi adalah memeriksa dengan cara melihat atau
memandang. Tujuannya untuk melihat keadaan umum klien, gejala
kehamilan, dan adanya kelainan.
b. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba.
Tujuan untuk mengetahui adanya kelainan dan mengetahui
perkembangan kehamilan. Menurut Manuaba (2015:118), cara
memeriksa palpasi yang umum digunakan adalah menurut leopold.
1. Leopold I
Pemeriksa menghadap kearah wajah ibu, kedua telapak tangan
pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus uteri. Leopold
I bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di
fundus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.2
Leopold I
Sumber: Manuaba (2015:118)
2. Leopold II
Leopold II menentukan batas samping rahim kanan-kiri,
menentukan letak punggung janin, pada letak lintang, tentukan
dimana kepala janin. Menentukan letak punggung dengan satu
tangan menekan fundus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2.3
Leopold II
Sumber: Manuaba (2015:118)
3. Leopold III
Leopold III menentukan bagian terbawah janin, apakah bagian
terbawah janin sudah masuk PAP atau belum. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.4
Leopold III
Sumber: Manuaba (2015:118)
4. Leopold IV
Pada pemeriksaan leopold IV pemeriksa menghadap ke kaki ibu
hamil, menentukan bagian terbawah janin dan seberapa jauh janin
sudah masuk pintu atas panggul (PAP). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.5
Leopold IV
Sumber: Manuaba (2015:118)
c.Auskultasi
Auskultasi dapat menggunakan stetoskop atau doppler untuk
mendengarkan bunyi jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin,
bising rahim, bunyi aorta dan bising usus. Doppler dapat mendeteksu
DJJ pada kehamilan 10 minggu (Sutanto, Fitriana, 2019: 147)
d. Perkusi
Pemeriksaan perkusi dilakukan untuk mengetahui meteorisme
dan tanda adanya cairan bebas (Manuaba, 2015:114).
e.Pemeriksaan Penunjang
Menurut munthe dkk. (2019:22) pemeriksaan penunjang atau
pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan urin yaitu protein
urin dan glukosa urin pemeriksaan darah, yaitu kadar hemoglobin,
dan golongan darah, dan pemeriksaan USG.
C. Konsep Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses alamiah pengeluaran hasil konsepsi ( janin
dan uri) yang telah cukup bulan (setelah 37 minggu) atau dapat hidup
diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (Kekuatan sendiri). Persalinan merupakan rangkaian
peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup berada dalam rahim ibunya,
dengan disusul oleh keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Fitriana 2018:7).
3. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Walyani (2016:7), tanda-tanda persalinan adalah sebagai
berikut:
a) Adanya Kontraksi Rahim
Tanda awal ibu melahirkan adalah mengejangnya rahim atau
dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi tersebut berirama,
teratur, dan involuter, umumnya kontraksi bertujuan untuk
menyiapkan mulut lahir untuk membesar dan meningkatkan aliran
darah di dalam plasenta.
Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang secara
teratur dengan intensitas makin meningkat. Perut akan mengalami
kontraksi dan relaksasi, diakhir kehamilan proses kontraksi akan
lebih sering terjadi. Mulanya kontraksi terasa seperti sakit pada
punggung bawah berangsur-angsur bergeser kebagian bawah perut
mirip dengan mules saat haid, berlangsung hingga bayi lahir.
Ketika otot uterus berelaksasi diantara kontraksi, uterus terasa
lembut dan mudah ditekan, karena uterus berkontraksi, ototnya
akan menjadi keras dan semakin keras.
Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala
persalinan, pada persalinan aktif berlangsung dari 45-90 detik
dengan durasi rata-rata 60 detik. Pada persalinan awal, kontraksi
mungkin hanya berlangsung 15-20 detik.
b.Keluarnya Lendir Bercampur Darah
Keluarnya lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan
yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan
keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur darah dan
terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang
menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka.
c. Keluarnya Air-air (Ketuban)
Keluarnya air-air dan dengan jumlahnya cukup banyak, berasal
dari ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi.
Tidak ada rasa sakit yang menyertai pemecahan ketuban dan
alirannya tergantung pada ukuran, dan kemungkinan kepala bayi
telah memasuki rongga panggul ataupun belum. Jika ketuban pecah
namun tidak disertai kontraksi uterus, maka ini merupakan tanda
ketuban pecah dini. Bila indikasi ini terjadi maka terdapat bahaya
infeksi terhadap bayi, segera hubungi dokter apabila ketuban pecah
dini terjadi. Normalnya air ketuban ialah cairan yang bersih, jernih
dan tidak berbau.
d.Pembukaan Serviks
Pembukaan serviks dimulai dari aktivitas uterus yang mencapai
penipisan, setelah penipisan kemudian uterus menghasilkan dilatasi
serviks yang cepat. Membukanya leher rahim sebagai respon
terhadap kontraksi yang berkembang. Tanda ini akan diketahui saat
pemeriksaan dalam untuk menentukan pematangan, penipisan, dan
pembukaan leher rahim. Kematangan serviks mengindikasikan
kesiapan untuk persalinan.
c. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin bergerak di
sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu
ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Janin
dapat mempengaruhi persalinan karena presentasi dan ukurannya.
Pada presentasi kepala, tulang-tulang masih dibatasi fontanel dan
sutura yang belum keras, tepi tulang dapat menyisip di antara tulang
yang satu dengan yang lainnya (disebut moulage/molase) sehingga
ukuran kepala bayi menjadi lebih kecil.
5. Mekanisme Persalinan
Menurut Suhartika (2018:364) Mekanisme persalinan normal
merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan antara ukuran dirinya
dan ukuran panggul saat kepala melewati panggul. Mekanisme
persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala janin
didasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan
bayi yaitu sebagai berikut:
a. Engagement
Proses ini terjadi ketika diameter biparietal janin telah masuk
melalui pintu atas panggul secara sinklitismus dan asinklitismus
(anterior dan posterior) pada primigravida terjadi pada akhir
kehamilan sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal
persalinan.
b.Penurunan kepala
Terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Penurunan
merupakanhasil dair kontraksi uterus dan otot-otot abdomen, tekanan
cairan amnion, tekanan langsung fundus pada bokong janin, dan
ekstensi serta pelurusan badan atau tulang belakang janin.
c. Fleksi
Fleksi merupakan hal yang sangat penting untuk penurunan
lebih lanjut. Fleksi terjadi ketika kepala janin bertemu tahanan
yaitu serviks, kemudian sisi dari dinding panggul dan akhirnya
dasar panggul. Dengana danya fleksi diameter oksipitofrontalis
berubah menjadi oksipitobregmatika, dagu bergeser ke arah dada
janin. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil teraba jelas
dibanding ubun-ubun besar.
6. Patograf
Partograf merupakan alat bantu yang digunakan selama
persalinan yang bertujuan untuk mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan
berjalan secara
c. Kemajuan Persalinan
1) Pembukaan Serviks
Catat pembukaan serviks setiap 4 jam. Saat ibu berada dalam
fase aktif persalinan, catat pada partograf, beri tanda “x” ditulis di
garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
2) Penurunan Bagian Terbawah Janin Atau Presentasi Janin.
Penurunan bagian terbawah janin mengikuti kemajuan
pembukaan serviks. Tuliskan tanda “o” di nomor yang sesuai dengan
penurunan.
e. Kontraksi Uterus
Catat jumlah his dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1) Oksitosin.
2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
g. Kondisi Ibu
1)Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh
Catat nadi ibu setiap 30 menit beri tanda (●), nilai dan catat
suhu tubuh setiap 2 jam dalam kotak yang sesuai, dan tekanan
darah setiap 4 jam beri tanda panah pada partograf pada kolom
waktu yang sesuai.
2)Urine (volume, aseton, atau protein)
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam.
7. Tahap Persalinan
Menurut Suhartika (2018:355) persalinan terbagi menjadi beberapa
tahap yang disebut dengan Kala, sebagai berikut:
a. Kala I
Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10
cm). Proses pembukaan serviks sebagai akibat dari his
dibedakan menjadi dua fase, yaitu:
1) Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi secara
bertahap hingga mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase Aktif
a) Fase Akselerasi
Berlangsung dalam waktu 2 jam pembukaan 3-4 cm.
b. Kala II
Menurut Ari Kurniarum (2016:12) Persalinan kala II dimulai
dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi.
Menurut Manuaba (2015:173), kala II atau disebut juga kala
pengusiran gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, dengan durasi
50 sampai 100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai keluar
cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus franken
hauser.
4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput
bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-
ubun besar, dahi, hidung, muka dan kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dangan jalan : kepala dipegang pada os oksiput dan
dibawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan
bahu depan dan curam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air
ketuban.
7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit.
c. Kala III
Menurut Ekayanthi (2018:370), kala III persalinan disebut
juga dengan Kala Uri. Kala III dimulai setelah lahrinya bayi
sampai dengan lahirnya plasenta yang biasanya berlangsung
antara 5-15 menit. Adapun tanda- tanda lepasnya plasenta antara
lain:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setlah kelahiran bayi dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat pebuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat, uterus
berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat atau
uterus berubah bentuk dari diskoid berubah menjadi glubuler
(bulat)
2) Tali Pusat memanjang. Tali pusat menjulur keluar melalui
vulva (tanda ahfeld) hal ini disebabkan oleh plasenta turun ke
segmen bawah uteri atau ke rongga vagina.
3) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepaskan ke segmen
bawah Rahim
4) Terjadi semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang
terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan
darah dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka darah tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang terlihat
dalam waktu 1 hingga 5 menit setelah bayi lahir.
Menurut Muchtar (2015:72), langkah manajemen aktif kala
III sesuai dengan standar ialah:
1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit setelah bayi lahir
2) Melakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
3) Masase fundus uteri
Deteksi Antonia uteri dimana 15 menit masase fundus
uteri tidak berkontraksi, penatalaksanaannya bidan
melakukan kompresi bimanual interna dan kompresi
bimanual eksterna.
d. Kala IV
Menurut Ekayanthi (2018:377) kala IV dimulai setelah
plasenta lahir dan berlanjut sampai 2 jam berikutnya. Setelah
plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.
Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara
anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Kala IV
merupakan masa paling kritis karena proses pendarahan yang
berlangsung. Pemantauan ibu dilakukan setiap 15 menit pertama
pada 1 jam pasca kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam
kedua setelah kelahiran plasenta. Observasi yang dilakukan pada
masa ini ialah:
1) Tingkat kesadaran penderita.
2) Pemeriksaan tanda vital.
3) Kontraksi uterus.
1) Kontraksi Uterus
Terjadi kontraksi secara berkala dan harus selalu
diperhatikan, lamanya kontraksi berlangsung selama 60-90
detik, kekuatan kontraksi, dan kekuatan kontraksi secara
klinis. Interval antara kedua kontraksi pada kala II adalah
sekali dalam 2 menit.
2) Perubahan Uterus
Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak
lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan
bersifat memegang peran aktif dan menjadi lebih tebal
dengan majunya persalinan, sedangkan SBR dibentuk oleh
isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan pasif dan
makin tipis dengan majunya persalinan (disebabkan oleh
regangan).
3) Perubahan Serviks
Ditandai dengan pembukaan lengkap, dan pada
pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, SBR, dan
serviks.
4) Perubahan Pada Vaginal dan Dasar Panggul
Dasar panggul menjadi saluran yang dinding-dindingnya
tipis karena suatu regangan dan kepala sampai vulva.
b.Peredaran Darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung
kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih tinggi daripada
tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya
foramen ovale secara fungsional. Ini terjadi pada jam pertama
setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan
tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan
biokimia (PaO2 yang naik), duktus arterious berobliterasi ini
terjadi pada hari pertama. Aliran darah ke paru pada hari
pertama ialah 4-5 liter per menit/m2 (Armini, 2017:6).
c. Termogulasi
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan cepat stress akibat
perubahan suhu lingkungan karean belum dapat mengatur suhu
tubuh sendiri. Pada saat meninggalkan lingkungan Rahim suhu
bayi rata-rata 370C, kemudian masuk ke lingkungan dengan suhu
250C sangat berbeda dengan suhu didalam Rahim. Maka dari itu
bayi kehilangan panas melalui empat mekanisme, berikut
merupakan 4 mekanisme menurut Ekayanthi (2018:390), antara
lain:
1) Konveksi, yaitu kehilangan panas tubuh yang terjadi paparan
udara sekitar yang lebih dingin.
2) Radiasi, kehilangan panas bila bayi didekatkan atau
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu
tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
3) Konduksi, kondisi dimana bayi kehilangan panas tubuh
melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari panas bayi.
4) Evaporasi, yang merupakan jalan utama bayi kehilangan panas.
d.Glukosa
Menurut Ekayanthi (2018:390), dalam menjalankan
fungsinya otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan menjepit tali pusat dengan klem pada saat
lahir, seorang bayi harus memulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi, kadar glukosa darah
akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3
cara, yaitu:
1) Melalui penggunaan ASI ( bayi baru lahir harus segera diberi
ASI)
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen.
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(gluconeogenesis).
g.Pemberian Imunisasi
Imunisasi hepatitis B diberikan untuk mencegah infeksi
hepatitis B pada bayi terutama saat bayi melewati jalan lahir.
Imunisasi diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K dengan
dosis 0,5 ml intramuskuler di paha kanan anterolateral
(Muchtar, 2015:70).
4. Tanda dan Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Menurut Buku KIA (2018:35), berikut merupakan tanda bahaya
pada bayi baru lahir, antara lain:
a. Tidak mau menyusu
b.Kejang-kejang
c. Lemah
d.Sesak napas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/ menit)
e. Bayi mennagis merintih terus menerus
f. Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah
g.Demam atau panans tinggi
h.Mata bayi bernanah
i. Diare
j. Kulit dan mata kuning
k.BAB berwarna pucat
Jika terdapat tanda-tanda diatas maka segeralah ke fasilitas
kesehatan terdekat.
5. Kunjungan Neonatal
Menurut Ekayanthi (2018:442), pelayanan kesehatan pada bayi
baru lahir atau neonatus dilakukan minimal 3 kali kunjungan oleh
bidan/perawat/dokter, yaitu:
a. Kunjungan I pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir.
b.Kunjungan II hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir.
c. Kunjungan III pada hari ke-8 sampai dengan 28 hari setelah lahir.
E. Konsep Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas merupakan masa keluarnya darah dari jalan lahir
setelah hasil konsepsi dilahirkan, dimulai dari beberapa jam setelah
plasenta lahir dan selesai selama kira-kira 6 minggu (Sumiaty,
2018:440).
Sedangkan menurut Nurjannah, dkk (2020:2), masa nifas
dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis akan pulih
dalam waktu 3 bulan. Masa nifas (postpartum/puerpe rium) berasal
dari bahasa Latin, yaitu dari kata "Puer" yang artinya bayi dan
"Parous" yang berarti melahirkan.
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yang
menyebabkan uterus kembali pada posisi semula seperti
sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involus uteri dapat
juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan
semula atau keadaan sebelum hamil.
Tabel 2.7
Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus
Menurut Masa Involusi
2) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum
uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea
adalah sebagai berikut:
a) Lochea Rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama 2 hari postpartum.
b) Lochea Sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah
dan lendir, hari 3-7 postparum.
c) Lochea Serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 postpartum.
d) Lochea Alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
3) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh
2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan
serviks akan menutup.
4) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
perengangan yang sangat besar selama proses melahirkan
bayi terjadi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi menonjol.
5) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi
yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum
sudah mendapatkan kembali seban besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum
melahirkan.
6) Payudara
a) Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan
peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.
b) Kolostrum sudah ada saat persalina, produksi ASI
terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah
persalinan.
c) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda
telah mulainya proses laktasi.
b. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat
segera setelah melahirkan karena terhentinys aliran darah ke
plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang
dapat diatasi dengan hemokonsentrasi sampai volume darah
kembali normar, dan pembuluh darah kembali ke ukuran
semula
c. Sistem Perkemihan
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkaan kadar hormon estrongen yang bersifat menahan air
akan mengslsmi penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.
d. Sistem Gastrointestinal
Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami
penurunan selama 1 atau 2 hari, gerak tubuh berkurang dan
usus bagian bawah sering kososng jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalangi keinginan ke belakang.
e. Sistem Endokrin
Kadar estrongen menurun 10% dalm waktu sekitar 3
jam postpartum. Progesterone turun pada hari ke 3 postpartum.
Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur.
f. Sistem Muskulosklebal
Ambulasi pada umunya dimulai 4-8 jam postpartum.
Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi
dan mempercepat proses involusi.
g. Sistem Integumen
a) Penurunan melain umumnya setelah persalinan
menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit.
b) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit
karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen
menurun.
j. Rencana KB
Ibu dan suami dapat memilih alat kontasepsi KB apa
saja yang ingin digunakan. Idealnya pasangan harus
menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali.
Tabel 2.8
Pemilihan Metode Kontrasepsi
Urutan Fase menunda Fase Fase
prioritas kehamilan menjarangkan tidak
kehamilan hamil
(anak <2) lagi
(anak
>3)
1 Pil AKDR Steril
(MOP/MOW)
2 AKDR Suntikan AKDR
3 Kondom Minipil Implan
4 Implant Pil Suntikan
5 Suntikan Implan Kondom
6 Kondom Pil
Sumber: Sumiaty (2018:445).
4) Standar IV : Implementasi
Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun bidan kemudian
dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
pada evidence based kepada pasien ataupun klien berupa upaya
promotif, preventif, kuratif dan juga rehabilitatif.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural.
b) Setiap tindakan asuhan kebidanan harus mendapatkan persetujuan
baik dari klien ataupun keluarganya. (informed consent).
c) Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan evidence based.
d) Mampu melibatkan klien/pasien dalam setiap asuhan ataupun
tindakan yang diberikan.
e) Menjaga kerahasiaan pasien/klien.
f) Selalu melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
g) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
h) Menggunakan sumber daya, sarana dan prasarana yang ada dan
juga yang sesuai.
i) Melakukan setiap tindakan sesuai dengan standar.
j) Mencatat setiap tindakan yang telah dilakukan.
5) Standar V : Evaluasi
Setelah melakukan tindakan maka bidan akan melanjutkannya
dengan mengevaluasi secara sistematis dan berkesinambungan terkait
tindakan tersebut. Hal ini dilakukan untuk melihat keefektifan dari
asuhan ataupun tindakan yang telah diberikan, sesuai dengan perubahan
dan perkembangan kondisi klien.
Kriteria dari evaluasi tersebut adalah sebagai berikut :
a) Penilaian dilakukan segera setelah asuhan yang sesuai kondisi klien
diberikan.
b) Hasil evaluasi dicatat dan diberitahukan kepada klien dan atau
keluarganya.
c) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
d) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
G. Dokumentasi Kebidanan
1. Pengertian Dokumentasi Kebidanan
Menurut KBBI Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan,
pengolaan dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan.
(Nurwiandani, 2018:9).
Dokumentasi kebidanan adalah bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki seorang bidan dalam melakukan catatan keperawatan,
yang berguna untuk kepentingan pasien, bidan, dan tim kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan (Nurwiandani, 2018:9).