Anda di halaman 1dari 98

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis dan alamiah yang
dialami oleh setiap wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat,
yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual
dengan seorang pria yang sehat. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Terbagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan dan trimester ketiga dari bulan ketujuh hingga 9
bulan (Oktaviani,2017: 274).
Kehamilan adalah suatu proses pembentukan janin yang dimulai dari
masa konsepsi sampai lahirnya janin. Lama masa kehamilan yang aterm
adalah 280 hari 40 minggu atau 9 bulan 7 hari yang dihitung mulai dari
hari pertama haid terakhir ibu. Kehamilan dibagi dalam 3 semester yang
masing- masing dibagi ke dalam 13 minggu atau 3 bulan kalender
(Munthe dkk, 2019: 1).

2. Etiologi Kehamilan
Menurut Rachimhadhi (2016:139) untuk terjadi kehamilan harus
terdapat spermatozoa, ovum , pembuahan/konsepsi, dan
nidasi/implantasi. Menurut Manuaba Etiologi Kehamilan adalah sebagai
berikut:
a. Ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan ovum yang dipenuhi oleh
sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang
berlangsung dari 20 tahun sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum
yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.
b. Spermatozoa
Pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus menjadi
spermatosit pertama, kemudian menjadi spermatosit kedua dan
menjadi spermatid dan akhirnya menjadi spermatozoa. Pada setiap
hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung
40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Sebagian besar
spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang
dapat mencapai tuba fallopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat
genetalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu
untuk mengadakan konsepsi atau fertilisasi.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah pertemuan inti ovum dan spermatozoa disebut
konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat
berlansung seperti dibawah ini:
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh
korona radiate, yang mengandung persendian nutrisi.
2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah
sitoplasma yang disebut vitelus.
3) Dalam perjalanan, korona radiate makin berkurang pada zona
pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran
pada zona pelusida.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling
luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang
mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama di
dalam ampula tuba.
5) Ovum siap dibuahi setelah 2 jam dan dapat hidup selama 48
jam.
d. Proses Nidasi (Implantasi)
Proses ini dimulai dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam
sitoplasma, vitelus membangkitkan kembali pembelahan dalam inti
ovum yang dalam keadaan metafase. Proses pemecahan dan
pematangan mengikuti bentuk anafase dan telofase sehingga
pronukleusnya menjadi haploid.
e. Pembentukan Plasenta
Pembentukan plasenta atau plasentasi berlangsung sampai 12-18
minggu setelah fertilisasi. Pembentukan plasenta ini merupakan akar
janin untuk menghisap nutrisi dari ibu dengan O2 asam amino,
vitamin, mineral, dan zat lainnya ke janin dan membuang sisa
metabolisme janin dan CO2.

3. Tanda Kehamilan
Menurut Munthe, dkk. (2019:27) tanda kehamilan dibagi menjadi 3,
yaitu tanda kehamilan pasti, tanda dugaan hamil serta tanda mungkin
hamil.
a. Tanda pasti hamil
Adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan oleh pemeriksa
yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan.
1) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Adanya Denyut Jantung Janin yang dapat didengar dengan
stetoscope lanec pada minggu ke-18 - 20 dan dengan doppler
pada minggu ke-12.
2) Gerakan Janin Dalam Rahim
Untuk primigravida gerakan janin dapat dirasakan oleh
ibunya pada usia kehamilan 18 minggu, dan untuk multigravida
gerakan janin dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16
minggu.
3) Terlihat dan Teraba Bagian-Bagian Janin pada Pemeriksaan
Ultrasonografi (USG)
Dengan melakukan pemeriksaan USG pada usia kehamilan
5-7 minggu dapat diketahui penentuan adanya kehamilan
intrauterine, penentuan adanya DJJ , penentuan usia kehamilan.

b. Tanda Persumtif/ Tidak Pasti


1) Tidak Menstruasi
Tidak menstruasi seringkali menjadi tanda pertama
kehamilan. Jika ini terjadi, ada kemungkinan ibu hamil, karena
sebab berhentinya haid adalah pertanda dibuahinya sel telur oleh
sperma. Ada kemungkinan penyebab lain ibu tidak menstruasi
adalah karena gizi buruk, masalah emosi, menopause atau karena
makan obat-obatan.
2) Mual dan Muntah
Mual dan muntah umum terjadi pada 3 bulan pertama
kehamilan. Pemicunya adalah meningkatnya hormon Human
Chorionic Gonadotrophin (HCG) atau hormone kehamilan.
Namun, kemungkinan penyebab lain dari mual dan muntah
adalah penyakit atau parasit.
3) Payudara Menjadi Lebih Peka
Payudara menjadi lebih lunak, sensitif, dan gatal serta nyeri
saat disentuh. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan hormon
esterogen dan progesteron.
4) Ada Bercak Darah dan Kram Perut
Hal ini disebabkan oleh implantasi atau menempelnya embrio
ke dinding Rahim
5) Letih dan mengantuk sepanjang hari
Hal ini disebabkan karena perubahan hormone dan kerja
ginjal, jantung serta paru-paru yang semakin keras untuk ibu dan
janin. Kemungkinan lain penyebab ini adalah anemia, gizi buruk,
masalah emosi dan terlalu banyak bekerja.
6) Sering berkemih
Tanda ini sering terjadi pada 3 bulan pertama dan 1 – 2 bulan
terakhir kehamilan. Kemungkinan penyebab lain tanda ini adalah
stress, infeksi, diabetes ataupun infeksi saluran kemih.

7) Sakit kepala
Sakit kepala terjadi karena Lelah, mual dan tegang serta
depresi yang disebabkan oleh perubahan hormone tubuh saat
hamil. Meningkatnya pasokan darah ke tubuh juga membuat ibu
hamil pusing setiap mengganti posisi.
8) Sembelit
Hal ini disebabkan karena meningkatnya hormon progesteron.
Selain mengendurkan otot rahim, hormon ini juga mengendurkan
otot dinding usus sehingga memperlambat Gerakan usus.
Tujuannya adalah agar penyerapan nutrisi lebih sempurna.
c. Tanda dan gejala mungkin hamil
1) Tanda Hegar (isthmus menjadi lunak)
2) Tanda Chadwick, yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina dan
vulvba.
3) Tanda Piskaseck, yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah
sehingga menonjol jelas ke arah pembesaran tersebut.
4) Kontraksi Uterus jika di rangsang (Braxton Hicks)
5) Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat
6) Ballotement positif. Jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut
ibu dengan cara menggoyang-goyangkan di salah satu sisi, maka
akan terasa “pantulan” disisi yang lain.
7) Tes urin kehamilan (test HCG) positif. Tes urin dilaksanakan
minimal 1 minggu setelah pembuahan.

4. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Ibu Hamil


Menurut Sulin (2016:174) perubahan anatomi dan fisiologi pada
perempuan hamil Sebagian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi
dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan-perubahan
ini merupakan respons terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah
bahwa hampir semua perubahan ini akan Kembali seperti keadaan
sebelum hamil setelah proses persalinan dan menyusui selesai. Perubahan
Anatomi dan Fisiologi yang terjadi pada ibu hamil adalah sebagai
berikut:
a. Perubahan Anatomi
1) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Selama kehamilan, uterus akan beradaptasi untuk menerima
dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai
persalinan. Pada perempuan yang tidak hamil, uterus
mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang.
Sedangkan selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi
suatu organ yang mampu menampung janin,plasenta, dan cairan
amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya
mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih
dengan berat rata-rata 1100 gram.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan, uterus masih
seperti bentuk aslinya seperti buah alpukat. Seiring dengan
perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan
membulat dan akan menjadi bentuk sferis (seperti bola) pada
usia kehamilan 12 minggu. Panjang uterus akan bertambah lebih
cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk oval.
Ismus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti
korpus uteri yang mengakibatkan ismus menjadi lebih Panjang
dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar (Sulin, 2016:175).
Gambar 2.1
Pembesaran Uterus Selama Kehamilan
Sumber: (Sulin, 2016:176)
Penambahan ukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dengan cara
diukur per 3 jari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Penambahan Per 3 Jari
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
(Minggu)
12 2-3 jari di atas symphysis pubis
16 ½ symphysis pubis - pusat
20 3 jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 ½ pusat- prosesus xiphoideus
36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus
40 ½ pusat – prosesus xiphoideus
Sumber: (Munthe dkk. , 2019:13)

Dengan pengukuran TFU (Tinggi Fundus Uteri) juga dapat


diketahui Tafsiran Berat Janin (TBJ). Rumus TBJ yang
digunakan hingga sekarang adalah rumus Johnson-Toshack
yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2
Rumus Menghitung Taksiran Berat Janin (TBJ)
TBJ = (TFU menurut MC Donald – N) × 155 gr
Sumber : Munthe (2019:16).
Jika bagian terbawah janin belum masuk Pintu Atas Panggul
(PAP) maka nilai N = 12. Namun, apabila bagian terbawah janin
telah masuk PAP maka N = 11 (Munthe, 2019:16).
Selain perubahan ukuran, dan jumlah sel miometrium, juga
terjadi perkembangan pada penghubung sel khusus seiring
dengan peningatan usia gestasi. Taut pada potensial membran
menyebar dengan cepat dari satu sel ke sel lain sehingga
membantu perluasan depolarisasi membran dan membantu
kontraksi miometrium. Kontraksi miometrium semakin sering
seiring dengan maturnya taut tersebut. Mula-mula kontraksi
tidak menimbulkan nyeri, dimulai sejak minggu ke-8 kehamilan
yang disebut dengan kontraksi Braxton Hicks. Timbulnya
kontraksi ini tidak dapat diperkirakan dan bersifat sporadis,
biasanya tidak ritmik dan intensitasnya bervariasi. Kontraksi ini
semakin jelas pada trimester kedua kehamilan dan kemudian
kontraksi menstimulasi aktivitas pemacu gerak pada fundus uteri
dan sering menimbulkan tidak nyaman pada ibu dan
menyebabkan kontraksi persalinan palsu (Oktaviani,2017:291).
b) Serviks
Pada awal kehamilan , tepatnya 1 bulan setelah konsepsi,
serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini
terjadi akibat vaskularisasi, kongesti dan terjadinya edema pada
seluruh serviks. Hal ini disebut juga sebagai tanda hegar. Tanda
hegar adalah lunaknya istmus, seolah-olah korpus uteri tidak
berhubungan dengan serviks. Hiperlasia dan hipertrofi sel akibat
pengaruh hormone esterogen menstimulasi pertumbuhan sel
epitelium kolumnar serviks dan terjadi peningkatan
vaskularisasi pada daerah serviks, vagina dan vulva sehingga
membuat serviks tampak membiru, demikian juga pada vagina
dan vulva tampak lebih merah dan kebiruan yang disebut
dengan tanda Chadwick (Oktaviani, 2017: 291). Serviks
manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang
mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan
bersalinan. Serviks bersifat seperti katup dan bertanggung jawab
menjaga janin di dalam uterus sampai akhir kehamilan (Sulin,
2016:177).
c) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baju juga ditunda. Hanya 1 korpus luteum
yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu
akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah
yang relatif minimal (Sulin, 2016:179).
d) Vagina dan Vulva
Esterogen menyebabkan epitelium vagina menjadi lebih
tebal dan vascular. Warna ungu pada vagina kemungkinan
disebabkan oleh hiperemia, yang dikenal dengan tanda
Chadwick. Perubahan komposisi jaringan ikat yang
mengelilinginya meningkatkan elastisitar vagina dan
membuatnya lebih mudah mengalami dilatasi Ketika bayi lahir.
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan
persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan
dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini
mengakibatkan akan bertambah panjangnya dinding vagina
(Sulin, 2016:178).
2) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan, kusam dan kadang- kadang juga bisa
mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan nama striae gravidarum. Pada banyak perempuan kulit
di garis pertengahan perutnya atau yang disebut linea alba akan
berubah menjadi hitam kecokelatan yang disebut dengan linea
nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang
bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma
atau melasma gravidarum (Sulin, 2016:179) .
3) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan
payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara
akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan
lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman , dan
tegak. Setelah bulan pertama, suatu cairan berwarna kekuningan
yang disebut kolostrum dapat keluar. Pada bulan yang sama
areola akan membesar dan kehitaman. Kelenjar Montgomery,
yaitu kelenjar sebasae dari areola akan lebih besar dan
cenderung untuk menonjol keluar. Ukuran payudara sebelum
kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan banyaknya air
susu yang dihasilkan (Sulin, 2016:179).
4) Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat 30-50%
dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vascular
sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung.
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan
vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi
terlentang. Penekanan vena kafa inferior ini akan mengurangi
darah balik vena ke jantung. Akibatnya akan terjadi penurunan
preload dan cardiac output sehingga akan menyebabkan
terjadinya sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang
cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran.
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai mulai
minggu ke-6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada
minggu ke-32-34 dengan perubahan kecil setelah minggu
tersebut (Sulin, 2016: 183)
Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah
merah sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan
peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan
hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 59 g/dl
menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6% perempuan bisa mencapai
dibawah 11 g/dl. Pada kehamilan lanjut hemoglobin dibawah
11g/dl itu merupakan suatu hal yang abnormal yang biasannya
lebih berhubungan dengan defisiensi zat besi daripada dengan
hipervolemia. Jumlah zat besi yang diabsorbsi dari makanan dan
cadangan daklam tubuh biasanya tidak mencukupi kebutuhan
ibu selama kehamilan sehingga penambahan asupan zat besi dan
asam folat dapat membantu mengembalikan kadar hemoglobin
(Sulin, 2016: 183)
5) Sistem Respirasi
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6
cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu
fungsional dan residu paru-paru karena pengaruh diafragma
yang naik ± 4 cm selama kehamilan. Frekuensi pernapasan
hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan, tetapi
volume tidal, volume ventilasi per menit dan pengambilan
oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada
kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada
minggu ke-37 dan akan kembali hampir seperti sedia kala dalam
24 minggu setelah persalinan (Sulin, 2016:186).
6) Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar
± 135 %. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti
penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami
hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon
prolactin akan meningkat 10 kali lipat pada saat kehamilan
aterm. Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada
plasma akan menurun. Hal ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang
menyusui.
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml
pada saat persalinan akibat hiperplasia kelenjar dan peningkatan
vaskularisasi (Sulin, 2016:186).
7) Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum
pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke
posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang
ke arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis
akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena
pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan
perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan
tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir
kehamilan (Sulin, 2016:186).
8) Sistem Metabolik
Menurut Sulin (2016:180), sebagian besar penambahan berat
badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya.
Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular.
Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah
12,5 kg. Menurut Oktaviani (2017:308) untuk menentukan ideal
atau tidaknya berat badan ibu hamil dapat dilakukan
penghitungan IMT atau Indeks Massa Tubuh dengan rumus
sebagai berikut:
Berat Badan
IMT = 2
(Tinggi Badan)

Keterangan :
1) BB dalam kilogram
2) TB dalam sentimeter
Tabel 2.3
Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan Berdasarkan
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Klasifikasi Penambahan
Berat Badan BMI Berat Badan
(BB)
Rendah ≤ 19,5 ± 12,5-18 kg
Normal 18,5 – 24,99 ± 11,5-16 kg
Kegemukan / ± 7-11,5 Kg
26 – 29
Berlebih
Obesitas ≥ 29 ± 7 Kg
Gemeli 16-20,5 kg
Sumber: Sulin (2016:180)

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi


baik dianjurkan menambah berat badan per minggu 0,4 kg,
sementara pada perempuan gizi kurang atau berlebih dianjurkan
menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5
kg dan 0,3 kg.
Tabel 2.4
Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan
Penambahan Berat
Minggu Berat Badan
Badan Ibu Hamil
Kehamilan Janin (gr)
(kg)
8-12 Minggu 1-20 0,5-1,1
13-17 Minggu 50-110 1,4-2,7
18-24 Minggu 180-550 3-5,5
25-29 Minggu 685-1150 5,9-7,4
30-34 Minggu 1300-2000 7,7-9,1
35-37 Minggu 2250-2690 9,5-10,4
38-40 Minggu 2900-3050 10,5-11,3
41-43 Minggu 3400-3450 11,5-12,5
44 Minggu 3450 13
Sumber : Andina & Yuni, 2019
Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu
hal yang fisiologis. Fenomena ini mulai terjadi pada awal
kehamilan. Pada saat aterm ± 3,5 liter cairan berasal dari janin,
plasenta, dan cairan amnion, sedangkan 3 liter lainnya berasal
dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus, dan
payudara sehingga minimal tambahan cairan selama kehamilan
adalah 6,5 liter.
Hasil konsepsi, uterus, dan darah ibu secara relatif
mempunyai kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan lemak
dan karbohidrat. WHO menganjurkan asupan protein per hari
pada ibu hamil 51 g.
Sistem kehamilan ibu akan menyimpan 30 g kalsium yang
sebagian besar akan digunakan untuk pertumbuhan janin.
Jumlah itu diperkirakan hanya 2,5 % dari total kalsium ibu.
Penggunaan suplemen kalsium untuk mencegah preeklampsia
tidak terbukti dan tidak disarankan untuk menggunakannya
secara rutin selama kehamilan.
Zinc (Zn) sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Beberapa penelitian menunjukan
kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat. Selama kehamilan kadar mineral ini akan menurun
dalam plasma ibu oleh karena pengaruh dilusi. Pada perempuan
hamil dianjurkan asupan mineral ini 7,3 – 11,3 mg/hari, tetapi
hanya pada perempuan-perempuan berisiko yang dianjurkan
mendapat suplemen mineral ini.
Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan
sel . Defisiensi asam folat selama kehamilan akan menyebabkan
terjadinya anemia megaloblastik pada masa prakonsepsi serta
awal kehamilan dan diduga akan menyebabkan neural tube
defect pada janin sehingga para perempuan yang merencanakan
kehamilan dianjurkan mendapat asupan asam folat 0,4 mg/hari
sampai usia kehamilan 12 minggu. Sementara itu, pada ibu
hamil yang mempunyai riwayat anak dengan spina bifida
dianjurkan mengonsumsi asam folat sebanyak 4 mg/hari sampai
usia kehamilan 12 minggu (Sulin, 2016:181).

5. Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil


Perubahan psikologi masa kehamilan merupakan perubahan sikap
dan perasaan tertentu selama kehamilan yang memerlukan adaptasi
atau penyesuaian. Perubahan pada ibu hamil menyebabkan gejolak
perasaan yang disebabkan oleh faktor ketidaknyamanan fisik maupun
mental, sehingga membuat para ibu menjadi stres. Menurut Oktaviani
(107:295) perubahan psikologis pada ibu hamil Trimester III adalah
berikut:
a) Ibu Menjadi Waspada dan Tidak Sabar Menunggu Kelahiran
Bayinya
Periode ini seringkali disebut periode menunggu dan waspada
karena pada periode ini ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya dan terkadang ibu merasa khawatir bahwa
bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Hal ini menyebabkan ibu
waspada akan timbulnya tanda dan gejala persalinan.
b) Sering Bermimpi dan Berkhayal Tentang Bayinya
Ibu menjadi sering bermimpi dan berkhayal tentang bayinya,
ada juga ibu yang sedih karena akan berpisah dengan bayinya di
dalam kandungan sehingga khawatir akan kehilangan perhatian
khusus yang diterimanya selama hamil.
c) Hasrat Seks Menurun
Pada periode ini, hasrat seksual ibu menurun lagi, hal ini
disebabkan karena perut ibu kian membesar dan perasaan tidak
nyaman lainnya seperti mudah lelah, kram, nyeri pada punggung
dan keluhan muskuloskeletal lainnya.
6. Faktor Resiko Pada Ibu Hamil
Menurut Sari, dkk ( 2014:143) Faktor resiko pada ibu hamil biasanya
dikenal dengan 4T atau 4 Terlalu. Kehamilan yang termasuk kedalam 4 T
yaitu :
a. Umur Ibu Terlalu Muda (< 20 tahun)
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan
baik dan relatif masih kecil, biologis sudah siap tetapi psikologis
belum matang. Sebaiknya tidak hamil pada usia di bawah 20 tahun.
Apabila telah menikah pada usia di bawah 20 tahun, gunakanlah
salah satu alat/obat kontrasepsi untuk menunda kehamilan anak
pertama sampai usia yang ideal untuk hamil.20
b. Umur Ibu Terlalu Tua (≥ 35 tahun)
Risiko persalinan kembali meningkat setelah umur 30 tahun
yaitu risiko terjadinya kematian ibu. Pada usia ini organ kandungan
menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu hamil
mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Pada
umur ≥ 35 tahun kesehatan ibu sudah menurun akibatnya akan
beresiko lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama,
dan perdarahan. Penyulit lain yang mungkin timbul adalah kelainan
letak, plasenta previa, dystocia dan partus lama.19 Pada proses
pembuahan kualitas sel telur juga telah menurun dibandingkan
dengan usia reproduksi sehat yaitu usia 20-30 tahun.
c. Jarak Kehamilan Terlalu Dekat (< 2 tahun)
Bila jarak anak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu
belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai
kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama, atau
perdarahan.
d. Jumlah Anak Terlalu Banyak (> 4 anak)
Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi hamil lagi,
perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, kelainan
letak, persalinan letak lintang, perdarahan pasca persalinan karena
semakin banyak anak, rahim ibu makin melemah.

7. Kebutuhan Ibu Hamil


Menurut Sulistyawati (2016:107), berikut ini merupakan kebutuhan
ibu selama masa kehamilan :
a. Kebutuhan Fisik
1) Kebutuhan Nutrisi
Kehamilan merupakan titik awal 1000 hari pertama kehidupan
yang berarti pada masa ini merupakan titik kritis dalam
menentukan kehidupan manusia. Sejak konsepsi hingga bayi
dilahirkan, telah dimulai proses pertumbuhan dan perkembangan
bayi untuk mempersiapkan berat badan maupun tinggi badan
potensial sehingga diperlukan pemenuhan kebutuhan gizi yang
cukup dan seimbang. Menurut Oktaviani (2017:323) kebutuhan
nutrisi pada ibu hamil adalah sebagi berikut:
a) Suplementasi Zat Besi dan Asam Folat
Masa kehamilan merupakan masa yang rentan terjadinya
anemia. Anemia merupakan suatu kondisi kadar hemoglobin
dalam darah kurang dari normal yang berbeda menurut
kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis. Pada
masa kehamilan seorang wanita dikatakan anemia apabila
konsentrasi hemoglobin pada trimester 1 dan trimester 3
kehamilan <110g/L atau 11g/dL, anemia ringan (10-10,9g/dL),
anemian sedang (7,0-9,9 g/dL) dan anemia berat jika kadar Kb
<7g/dL. Sebagian besar anemia pada kehamilan disebabkan oleh
defisiensi zat besi. Penyebab lain anemia yaitu, defisiensi asam
folat, defisiensi vitamin A atau B12, infeksi kronis dan infeksi
parasit, meningkatnya kebutuhan zat besi selama kehamilan
serta rendahnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi.
Upaya untuk mencegah kekurangan zat besi selama
kehamilan dapat dilakukan melalui pemberian suplementasi zat
besi dan asam folat apabila zat besi yang berasal dari makanan
tidak dapat mencukupi kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk
konsentrasi hemoglobin secara cepat.
Kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan kurang
lebih 1000 mg. tambahan ini digunakan untuk keperluan
pertumbuhan janin, plasenta dan persiapan persalinan.
Kebutuhan zat besi dapat dipenuhi dari asupan makanan sehari-
hari seperti hati, ikan, daging yang merupakan zat besi heme
yang mudah diserap tubuh. Dan zat besi non-heme atau zat besi
yang sulit diserap tubuh seperti daun singkong, kangkung dan
sayuran hijau lainnya
Tabel 2.5
Rekomendasi WHO Suplementasi Harian Zat Besi dan
Asam Folat Pada Kehamilan.
Komposisi Suplemen Besi 30-60 mg besi elemental*
Asam Folat 400 µg (0,4 mg)

Frekuensi Pemberian 1x per hari

Durasi Selama kehamilan , lebih baik


sejak awal kehamilan

Grup target Seluruh ibu hamil

Setting Di semua wilayah


*30 mg besi elemental setara dengan 150 mg sulfas ferrorus
heptahydrate, 90 mg ferrorus fumarat atau 250 mg ferrorus
gluconate
Sumber : Oktaviani (2017:324)

b) Suplementasi Vitamin A
Selama kehamilan, vitamin A penting untuk kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin, karena untuk proses pembelahan
sel, pertumbuhan dan kematangan organ dan tulang, serta
memelihara sistem kekebalan tubuh, dan kesehatan mata ibu.
Kebutuhan Vitamin A pada kehamilan direkomendasikan
sebesar 800 µg (RE)/hari. Sumber makanan kaya vitamin A
termasuk sayur- sayuran seperti wortel, labu, pepaya, minyak
sawit merah, produk susu, hati, dan minyak ikan.
c) Suplementasi Kalsium
Selama kehamilan, penyerapan kalsium meningkat, sehingga
diperlukan adanya suplementasi tambahan. Kekurangan kalsium
selama kehamilan dapat menyebabkan osteopenia, tremor, kram
otopt, tetanus, gangguan pertumbuhan janin, BBLR dan
kekurangan mineral pada janin. Kebutuhan harian kalsium
selama kehamilan menurut WHO dan FAO adalah 1200
mg/hari.
d) Kebutuhan Energi
Saat kehamilan, ibu hamil membutuhkan lebih banyak
konsumsi protein, kalori vitamin dan mineral. Selama kehamilan
ibu membutuhkan ta,bahan 300 kalori/hari. Pada trimester I
kebutuhan energi meningkat untuk pembentukan organ-organ
penting janin dan jumlah tambahan energi ini terus meningkat
pada trimester II dan trimester III untuk pertumbuhan janin.
2) Lingkungan
Salah satu pendukung untuk keberlangsungan kehamilan yang
sehat dan aman adalah adanya lingkungan yang bersih, karena
kemungkinan terpaparnya kuman dan zat toksik yang berbahaya
bagi ibu dan janin akan terminimalisir.
3) Olahraga
Menurut Sutanto dan Fitriana (2019:187) olahraga
merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang baik secara
jasmani maupun rohani. Manfaat olahraga selama hamil adalah
sirkulasi darah lebih lancar, nafsu makan bertambah, pencernaan
lebih baik, dan tidur lebih nyenyak.
Adapun olahraga yang bisa ibu hamil lakukan dirumah yaitu:
a) Jalan-jalan saat hamil
Jalan-jalan saat hamil pada pagi hari mempunyai manfaat
penting yaitu dapat menghirup udara pagi yang bersih dan
segar, dapat menguatkan otot panggul, dan dapat mempercepat
penurunan kepala bayi ke dalam posisi optimal atau normal.
b) Senam hamil
Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-
otot sehingga dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal
dalam persalinan normal
c) Mengepel lantai sambil jongkok
Mengepel lantai dengan tangan berguna untuk melatih otot
dasar panggul dan diafragma. Disamping itu, mengepel lantai
dengan tangan menyebabkan dinding perut dan diafragma
menekan fundus uteri sehingga bagian terendah janin dapat
masuk ke pintu atas panggul.
d) Merangkak di lantai
Merangkak di lantai dengan posisi tulang belakang yang
lurus dimaksudkan untuk membebaskan tekanan yang terjadi
pada pembuluh darah oleh rahim, sehingga peredaran darag
menuju rahim berjalan lancar.
4) Pakaian
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pakaian ibu hamil
adalah memenuhi kiteria berikut ini:
a) Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat
pada daerah perut.
b) Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.
c) Pakailah bra yang menyokong payudara.
d) Memakai sepatu dengan hak yang rendah.
e) Pakaian dalam yang selalu bersih (Sutanto dan Fitriana ,
2019:182)
8) Istirahat dan Rekreasi
Istirahat dan tidur sangat penting bagi ibu hamil, pada trimester
akhir kehamilan dan bertambahnya berat janin membuat ibu
kesuliatan menentukan posisi yang nyaman untuk tidur. Posisi yang
dianjurkan bagi ibu hamil adalah miring kiri, kaki kiri lurus, kaki
kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, dan untuk
mrngurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut
bawah sebelah kiri. Selain istirahat ibu juga memerlukan rekreasi
untuk menyegarkan pikiran dan perasaan, misalnya dengan
mengunjungi objek wisata atau pergi keluar kota.
9) Kebersihan
Tubuh Kebersihan ibu hamil perlu di perhatikan karena dengan
perubahan metabolisme mengakibatkan peningkatan pegeluaran
keringat yang menempel di kulit sehingga, meningkatkan
kelembapan kulit dan memungkinkan menjadi tempat
berkembangnya mikroorganisme. Jika tidak bersih (dengan mandi),
maka ibu hamil akan sangat mudah untuk terkena penyakit kulit.
Selain mandi, mengganti pakaian dalam sangat dianjurkan untuk
ibu hamil karena saat hamil terjadi pengeluaran secret vagina yang
berlebihan.
10) Perawatan Payudara
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan
payudara adalah sebagai berikut:
a) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketat dan
yang menggunakan busa, karena akan mengganggu penyerapan
keringat payudara.
b) Gunakan bra dengan bentuk yang menyanggah payudara.
c) Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan
menyebabkan iritasi. Bersihkan putting susu menggunakan
minyak kelapa lalu bilas dengan air hangat.
d) Jika ditemukan pengeluaran cairan berwarna kekuningan dari
payudara berarti produksi ASI sudah dimulai.
11) Eliminasi
Sering buang air kecil merupakan keluahn yang umum
dirasakan oleh ibu hamil terutama pada trimester I dan III.
Tindakan mengurangi asupan cairan sangat tidak dianjurkan karena
akan menyebabkan dehidrasi.
12) Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama
tidak ada riwayat penyakit seperti:
a) Sering abortus dan kelahiran prematur.
b) Pendarahan pervaginam.
c) Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan.
d) Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat
menyebabkan infeksi janin intrauteri.
13) Sikap Tubuh yang Baik (Body Mechanic)
Keluhan yang sering muncul dari perubahan tulang punggung
adalah ras pegal di punggung dank ram kai ketika tidur malam hari.
Untuk mencegah dan mengurangi keluahan ini perlu adanya sikap
tubuh yang baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a) Pakailah sepatu dengan hak yang rendah dan jangan terlalu
sempit.
b) Atur posisi tubuh saat mengangkat beban, yaitu dalam keadaan
tegak dan pastikan beban terfokus pada lengan.
c) Tidur dengan posisi kaki di tinggikan.
d) Duduk dengan posisi punggung tegak.
e) Hindari duduk atau berdiri lama (ganti posisi secara bergantian
untuk mengurangi ketegangan otot).
14) Imunisasi
Imunisasi saat kehamilan sangat penting dilakukan untuk
mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan
janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT)
yang dapat mencegah penyakit tetanus.
Tabel 2.6
Interval dan Masa Perlindungan TT
Interval Lama Perlindungan %
Perlindungan
TT1 Pada kunjungan - -
ANC pertama
TT2 4 minggu 3 Tahun 80%
setelah TT1
TT3 6 Bulan setelah 5 Tahun 95%
TT2
TT4 1 Tahun setelah 10 Tahun
TT3 99%
TT5 1 Tahun setelah 25 Tahun/ Seumur Hidup
TT4 99%
Sumber: Kemenkes GAVI (2014:10)

b. Kebutuhan Psikologis
1) Persiapan Saudara Kandung
Sibling rivalry adalah rasa persaingan diantara suadara kandung
akibat kelahiran anak berikutnya. Biasanya terjadi pada anak 2-3
tahun. Ditandai dengan penolakan terhadap kelahiran adiknya,
menangis, menarik diri dari lingkungannya, menjauh dari ibunya,
atau melakukan kekerasan terhadap adiknya. Untuk mencegah
terjadinya sibling rivalry ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan, diantaranya sebagai berikut:
a) Jelaskan pada anak tentang posisinya (meskipun ada adiknya, ia
tetap akan disayang oleh ayah dan ibu)
b) Libatkan anak dalam persiapkan kelahiran adiknya
c) Ajak anak untuk berkomunikasi dengan bayi sejak masih dalam
kandungan.
d) Ajak anak untuk melihat benda-benda yang berhubungan
dengan kelahiran bayi.
2) Dukungan Keluarga
Ibu sangat membutuhkan dukungan dan ungkapan kasih sayang
dari orang-orang terdekatnya, terutama suami. Kadang ibu
dihadapkan pada suatu situasi yang ia sadari mengalami ketakutan
dan kesendirian, terutama pada trimester akhir. Diharapkan bagi
keluarga terdekat agar selalu memberikan dukungan dan kasih
sayang.
3) Perasaan Aman dan Nyaman
Selama Kehamilan Kondisi psikologis yang dialami ibu akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Tingkat
kepercayaan ibu terhadap bidan dan keluarga juga sangat
mempengaruhi kelancaran proses persalinan.
4) Persiapan Menjadi Orang Tua
Persiapan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi dengan
orang yang mapu untuk membagi pengalamannya dan memberikan
nasehat mengenai persiapan menjadi orangtua. Selain persiapan
mental, yang tak kalah pentingnya adalah persiapan ekonomi, karena
bertambah anggota, bertambah pula kebutuhannya.
5) Dukungan Dari Tenaga Kesehatan
Harapan pasien adalah bidan dapat dijadikan sebagai teman
terdekat dimana ia dapat mencurahkan isi hati dan kesulitannya
dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Adanya hubungan
saling percaya akan memudahkan bidan dalam memberikan
penyuluhan kesehatan.

8. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan


Menurut Munthe dkk. (2019:37) Ketidaknyamanan Selama
Kehamilan Trimester III adalah sebagai berikut:
a. Sering BAK di Malam Hari
Hal ini disebabkan karena tertekannya kandung kemih oleh uterus
yang semakin membesar sehingga kapasitas kandung kemih
berkurang dan frekuensi berkemih meningkat. Cara mengatasinya
yaitu mengurangi minum 2 jam sebelum tidur di malam hari agar
istirahat ibu tidak terganggu
b. Varises Dan Wasir
Varises disebabkan karena kelemahan katup vena pada kehamilan
karena tingginya kadar hormon progesteron dan esterogen sehingga
aliran darah balik menuju jantung melemah dan vena dipaksa bekerja
lebih keras untuk dapat memompa darah. Berdiri terlalu lama dan BB
yang meningkat juga menjadi pemicu varises. Cara mengatasi varises
dapat dengan melakukan senam ringan, menjaga sikap tubuh, tidur
dengan posisi kaki yang lebih tinggi selama 10-15 menit dan dalam
keadaan miring, hindari duduk dengan posisi kaki yang menggantung
dan mengonsumsi suplemen kalsium.
Sedangkan wasir atau hemoroid sering didahului konstipasi. Oleh
karena itu penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.
Pembesaran uterus secara umum mengakibatkan peningkatan dan
tertekannya vena rektum. Untuk mengatasinya dapat dengan cara
menghindari mengejan saat BAB, mandi berendam air hangat,
lakukan senam kegel.
c. Sesak Nafas
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas ibu hamil.
Peningkatan ventilasi menit pernafasan dan beban pernafasan yang
meningkat dikarenakan oleh rahim yang kian membesar, sehingga
menyebabkan peningkatan kerja pernafasan. Dan juga diafragma
selama kehamilan terdorong ke atas sekitar 4 cm disertai pergeseran
ke atas tulang iga. Cara mengatasinya Ibu dapat mengurangi aktivitas
yang berat, posisikan bantal lebih tinggi.
d. Bengkak dan Kram Pada Kaki
Bengkak pada kaki disebabkan karena penumpukan atau retensi
cairan pada daerah luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler
ke ekstraseluler. Ini biasanya terjadi pada usia kehamilan 34 minggu.
Cara mengatasinya yaitu hindari pakaian yang ketat dan berdiri lama,
hindari duduk dengan kaki yang menggantung.
Kram pada kaki biasanya terjadi pasa malam hari atau menjelang
pagi hari, hal ini terjadi karena adanya gangguan aliran atau sirkulasi
darag pada pembuluh darah panggul yang disebabkan karena
tertekannya pembuluh tersebut oleh uterus yang semakin membesar
pada kehamilan lanjut. Kram juga dapat disebabkan karena
meningkatnya kadar fosfat dan menurunnya kadar kalsium. Cara
mengatasinya adalah melakukan latihan ringan, mandi air hangat dan
meminum vitamin.
e. Gangguan Tidur dan Mudah Lelah
Hal ini berkaitan dengan nokturia (sering BAK di malam hari)
sehingga ibu terbangun di malam hari dan mengganggu tidur ibu yang
nyenyak. Untuk mengatasinya ibu dapat mandi air hangat, minum air
hangat dan melakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus
sebelum tdiur.
f. Nyeri Perut Bawah
Hal ini disebabkan karena tertariknya ligamentum dan
menimbulkan nyeri. Untuk mengatasinya ibu dapat menghindari
berdiri secara tiba-tiba dari posisi jongkok, mengajarkan ibu posisi
tubuh yang baik.
g. Heartburn
Heartburn adalah rasa terbakar di dada bagian atas atau tengah
yang dirasakan oleh 17-45% wanita hamil. Ini disebabkan oleh
peningkatan hormon progesteron, esterogen, relaxing yang
mengakibatkan relaksasi otot-otot dan organ termasuk pencernaan
sehingga. Hal tersebut menurunkan ritme dan motilitas lambung serta
penurunan tekanan spingter esophagus bawah. Akibatnya makanan
yang masuk cenderung lambat dicerna sehingga makanan relatif
menumpuk. Cara mengatasinya adalah dengan memperbaiki pola
hidup seperti menghindari makan tengah malam dan porsi besar,
jangan tidur selepas makan, memposisikan kepala lebih tinggi pada
saat tidur.
h. Nyeri punggung
Keluhan ini disebabkan karena pengaruh cairan dari intraseluler ke
arah ekstraseluler akibat dari aktivitas yang dilakukan ibu. Untuk
mengurangi keluhan ini, ibu dapat menjaga posisi tubuhnya,
menganjurkan ibu untuk melakukan latihan selama hamil untuk
melatih otot-otot tubuh, menganjurkan ibu untuk mengurangi
aktivitasnya serta menambah waktu istirahat

9. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan


Tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu
dan bayi dalam keadaan bahaya. Kehamilan merupakan hal yang
fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi
patologi. Salah satu asuhan yang diberikan oleh seorang bidan untuk
menapis adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya
komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi pada awal kehamilan (Sutanto
dan Fitriana, 2019:249). Tanda bahaya kehamilan adalah sebagai berikut:
a) Pendarahan Pervaginam
1) Abortus
Abortus adalah berakhirnya hasil kehamilan (akibat faktor
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan
dengan berat badan janin <500 gram . Macam- macam abortus antara
lain :

a) Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah
tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan.
Terminologi umum adalah keguguran atau miscarriage.
Tahap-tahap abortus spontan meliputi:
1) Abortus iminens (kehamilan dapat berlanjut), terjadi pendarahan
bercak menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin untuk
berlanjut dan di pertahankan. Ibu hamil dianjurkan untuk tirah
baring secara total dan tidak boleh melakukan aktivitas fisik
secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual.
2) Abortus Insipiens (Kehamilan tidak akab berlanjut dan
berkembang menjadi abortus inkomplet/komplet), pada abortus
insipiens terjadi pendarahan dengan hasil konsepsi atau janin
masih berada di kavum uteri.
3) Abortus Inkompletus (sebagian hasil konsepsi dikeluarkan),
terjadi pendarahan dengan sebagian hasil konsepsi atau janin
telah diluar kavum uteri melalui kanalis servikalis.
4) Abortus Kompletus (seluruh hasil konsepsi dikeluarkan),
dimana terjadi pendarahan dengan seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari kavum uteri.
5) Abortus Infeksiosa, yaitu abortus yang disertai dengan
komplikasi infeksi karena adanya penyebaran kuman atau toksin
ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum yang dapat
menimbulkan septikemia, sepsis atau peritonitis.
6) Missed Abortion (retensi janin mati), yaitu terjadi pendarahan
disertai dengan hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu
atau lebih (Oktaviani, 2017:583)
b) Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan suatu kondisi dimana plasenta tidak
melekat pada letak yang normal, melainkan terletak pada segmen
bawah Rahim sehingga hal tersebut menutupi sebagian ataupun
seluruh ostium uteri internum. Tanda dan gejala terjadimya plasenta
previa adalah keluarnya darah berwarna merah segar tanpa disertai
dengan rasa sakit. Hal ini dapat terjadi pada saat tidur ataupun ketika
wanita hamil sedang melakukan aktivitas. Plasenta previa terdiri dari
beberapa macam, yaitu :
1) Plasenta Previa Portalis
Plasenta hanya menutupi sebagian dari ostium uteri internum.
2) Plasenta Previa Marginalis
Suatu keadaan dimana plasenta menutupi sebagian kecil atau
hanya pinggir ostium uteri internum.
3) Plasenta Previa Totalis
Suatu keadaan dimana plasenta menutupi seluruh bagian ostium
uteri internum.
4) Plasenta Letak Rendah
Perdarahan yang diakibatkan karena letak plasenta yang
rendah dan hampir menutupi jalan lahir. Perdarahan ini umumnya
terjadi bila telah ada pembukaan sehingga akan memberikan
petunjuk dengan mengeluarkan darah segar dari jalan lahir akibat
gesekan ataupun dorongan kepala bayi terhadap plasenta.
c. Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum
Jika nyeri hebat di daerah abdominopelvikum maka diagnosisnya
mengarah ke solutio plasenta yaitu suatu keadaan dimana plasenta
terlepas dari tempat implantasinya sebelum waktunya. Solutio
plasenta terdiri dari solution plasenta ringan, sedang hingga berat.
1) Solutio Plasenta Ringan
Solutio plasenta ringan adalah keadaan dimana plasenta
terlepas seperempat dari luasnya. Pada kasus solution plasenta
ringan, ibu dan janin tidak mengalami gangguan, persalinan tettap
bisa berjalan dengan lancar pervaginam.

2) Solutio Plasenta Sedang


Solutio plasenta sedang adalah suatu keadaan ketika plasenta
terlepas lebih dari seperempat bagian luasnya. Namun, belum
mencapai 2/3 bagian plasenta. Solutio plasenta sedang akan
menunjukkan gejala berupa terjadinya perdarahan yang disertai
rasa sakit, perut terasa tegang, gerakan janin yang dirasakan ibu
berkurang, bagian janin sulit teraba apabila dipalpasi dan juga pada
saat pemeriksaan dalam, serta ketuban akan teraba menonjol.
3) Solutio Plasenta Berat
Keadaan dimana plasenta terlepas lebih dari 2//3 bagiannya.
Apabila wanita hamil mengalami solutio plasenta berat maka
wanita hamil akan mengalami perdarahan yang disertai nyeri,
terjadi syok disertai dengan menurunnya tekanan darah, namun
nadi dan juga pernafasan akan meningkat, apabila dilakukan
pemeriksaan abdomen akan teraba tegang, bagian janin sulit diraba
serta dapat terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.
d. Mola Hidatidosa
Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar ketika tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami
perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopi,
molahidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung
putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran yang
bervariasi. Gejalanya tidak berbeda dengan kehamilan biasa namun
dengan derajat keluhannya yang sering lebih hebat seperti mual,
muntah, pusing dan lain-lain.
e. Kehamilan Ektopik
Adalah suatu kehamilan dimana pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri.
Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba
fallopii). Tanda dan gejalanya pada kehamilan muda, dapat atau tidak
pendarahan pervaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah.
f. Sakit kepala yang hebat dan Penglihatan Kabur
Sakit kepala yang hebat menyebabkan penglihatan ibu hamil
menjadi kabur atau berbayang. Hal ini merupakan gejala dari
preeklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang, stroke,
dan koagulopati.
g. Pengeluaran lendir vagina (Fluor Albus / keputihan)
Keputihan adalah hal yang normal. Namun dalam beberapa kasus,
keputihan diduga akibat tanda-tanda infeksi atau penyakit menular
seksual. Ciri-ciri keputihan yang berbahaya adalah seperti nanah,
putih berbuih, dan menggumpal.
h. Nyeri atau Panas Selama Buang Air Kecil
Hal ini merupakan tanda gangguan kandung kemih atau infeksi
saluran kemih. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius,
infeksi hingga kelahiran prematur.
i. Bengkak Di Wajah Dan Jari-Jari Tangan
Bengkak atau oedema adalah penimbunan cairan secara umum
dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari
kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
Bengkak menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya pertanda anemia,
gagal jantung dan preeklamsia.
j. Keluar air sebelum waktunya
Keluarnya cairan berupa air ketuban yang berbau amis dari vagina
setelah kehamilan 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Hal ini dapat
disebabkan karena pendarahan, infeksi, dan lain-lain (Sari,2017: 562).
k. Gerakan bayi berkurang
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya dari bulan ke-5 atau ke-6.
Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling
sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan janin akan mudah
dirasakan jika ibu berbaring/beristirahat (Sutanto dan Fitriana,
2019:249).

B. Asuhan Antenatal Care


1. Pengertian Antenatal Care
Menurut Oktaviani (2017:307), antenatal care merupakan pelayanan
asuhan antenatal yang berkualitas secara komprehensif dan terpadu baik
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang meliputi pelayanan KIA,
gizi, pengendalian penyakit menular dan penanganan penyakit kronis.
Pelayanan ini bertujuan untuk menyediakan pelayanan antenatal terpadu,
komprehensif dan berkualitas termasuk konseling kesehatan, gizi ibu
hamil, konseling KB, dan pemberian ASI, memastikan ibu hamil
mendapatkan pelayanan sesuai standar, mendeteksi dini
kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil serta melakukan intervensi
secara adekuat dan melakukan rujukan kasus ke faskes sesuai sistem
rujukan.
Pelayanan antenatal terpadu meliputi hal sebagai berikut
a) Memberi pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat.
b) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan.
c) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman.
d) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/komplikasi.
e) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu
jika diperlukan.
f) Melibatkan ibu dan keluarga terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan
jika terjadi penyulit dan komplikasi.
2. Tujuan Antenatal Care
Menurut Oktaviani (2017:276) tujuan utama Antenatal Care (ANC)
adalah menurunkan/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan
perinatal. Tujuan khususnya adalah:
a) Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan
pertumbuhan perkembangan bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan janin.
c) Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan
penatalaksanaan yang diperlukan.
d) Menyiapkan persalinan cukup bulan, meminimalkan trauma saat
persalinan sehingga ibu dan bayi lahir selamat dan sehat.
e) Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka
mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis
untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
f) Menyiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan berhasil
memberikan ASI eksklusif.

3. Jadwal Kunjungan Antenatal Care


Menurut update terbaru dari Pusat Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia (2020: 27) asuhan Antenatal Ibu Hamil dilakukan
dengan tatap muka minimal 6x, yaitu 1x di trimester 1, 2x di trimester 2,
dan 3x di trimester 3. Jenis asuhan antenatal di tiap semester berdasarkan
update terbaru dari Pusat Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
(2020: 27) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.7
Jenis Asuhan Antenatal Tiap Trimester
Sumber: Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19) Pada Maternal
( 2020:28)

4. Kebijakan Program
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.97
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Masa Sebelum Hami, Masa Hamil,
Persalinan Dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual, pada pasal 12 disebutkan bahwa
pelayanan kesehatan masa hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap
ibu hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga
mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan
melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Untuk mewujudkan tujuan
ini pada pasal tersebut disebutkan untuk wajib memberikan pelayanan
melalui pelayanan antenatal terpadu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.97
Tahun 2014, untuk pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan berkualitas sesuai standar pemeriksaan antenatal
yang terdiri dari 10T:
a) Timbang Berat Badan Dan Ukur Tinggi Badan
Penimbangan berat badan ibu hamil dilakukan disetiap kali kunjungan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin dalam
kandungan. Berat badan ibu hamil yang naik tapi tidak lebih dari 9 kg
sampai akhir kehamilan atau kurang dari 1kg setiap bulan diduga
mengalami gangguan pertambahan pertumbuhan janin. Pengukuran
tinggi badan ibu hamil dilakukan pada kunjungan pertama yang
bertujuan untuk menepis adanya faktor resiko terjadinya
cephalopelvic disproportion (CPD) karena indikator risiko ini adalah
tinggi badan <145 cm.
b) Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada setiap kali kunjungan
antenatal berguna untuk mendeteksi adanya hipertensi dan pre-
eklampsia pada kehamilan
c) Tentukan Status Gizi
Pemeriksaan antenatal pertama dilakukan pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA) hal ini berguna untuk mendeteksi ibu hamil yang
mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) dan mencegah Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR). Batas normal LILA adalah >23,5 cm.
d) Tentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pemeriksaan TFU dilakukan pada setiap kali kunjungan antenatal
berguna untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin atau
intrauterine growth retardation (IUGR). Pengukuran TFU dilakukan
dengan pemeriksaan McDonald dengan menggunakan pita ukur dalam
sentimeter yang dilakukan setelah umur kehamilan 24 minggu,
sedangkan pengukuran TFU dengan menggunakan leopold dilakukan
setelah usia kehamilan 12 minggu.
e) Tentukan Presentasi Janin Dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
Hal ini dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya pada
setiap kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui letak janin, kelainan janin, panggul sempit atau masalah
lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Hal ini untuk mengetahui adanya
gawat janin.
f) Skrining Status Imunisasi Tetanus Dan Pemberian Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT)
Imunisasi TT dilakukan untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum.
g) Pemberian Tablet Zat Besi Minimal 90 Tablet Selama Kehamilan
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) minimal 90 tablet
selama kehamilan sejak kontak pertama. Suplementasi ini berisi zat
besi yang setara dengan 60 mg zat besi elemental dan 400 mcg asam
folat atau sama dengan 2 gelas susu. Dosis yang digunakan pada terapi
pencegahan adalah 1 tablet tambah darah selama kehamilan minimal
90 tablet. Sedangkan untuk dosis pengobatan pada penderita anemia
dalam kehamilan adalah 2 tablet setiap hari sampai kadar Hb
mencapai normal.
h) Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium
yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah,
hemoglobin darah dan pemeriksaan spesifik daerah endemi/epidemi
(malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus
adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi
pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan
golongan darah ditujukan untuk menyiapkan apabila terdapat kondisi
darurat pada ibu hamil, keluarga maupun masyarakat telah mendapat
persiapan pendonor untuk ibu hamil tersebut. Pemeriksaan Hb
dilakukan pada trimester 1 dan trimester 3. Dilakukan untuk
mengetahui status anemia pada ibu hamil sehingga dapat dilakukan
penatalaksanaan lebih lanjut. Selain pemeriksaan golongan darah dan
Hb, dapat juga dilakukan pemeriksaan protein dalam urin, gula darah,
HIV, sifillis dan malaria dilakukan sesuai indikasi.
i) Tatalaksana
Penetapan diagnosa dilakukan setelah seluruh pengkajian maupun
pemeriksaan dilakukan secara lengkap. Apabila terdapat kasus
kegawatdaruratan atau kasus patologis harus dilakukan rujukan ke
fasilitas yang lebih lengkap sesuai alur rujukan.
j) Temu Wicara/ Konseling
Setiap kunjungan antenatal bidan harus memberikan temu
wicara/konseling sesuai dengan diagnosis dan masalah yang ditemui
meliputi, kesehatan ibu hamil, perilaku hidup bersih dan sehat, peran
suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda
bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit
menular dan tidak menular, penawaran untuk melakukan tes HIV dan
konseling di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil
dengan IMS dan TB di daerah epidemic rendah, inisiasi menyusu dini
(IMD) dan pemberian ASI ekslusif, KB paska persalinan, imunisasi,
peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
(Oktaviani, 2017:308)

5. Pemeriksaan Ibu Hamil


Menurut Munthe, dkk (2019:2) pemeriksaan ibu hamil adalah sebagai
berikut:
1) Anamnesa
Anamnesa merupakan bagian dari pelayanan antenatal.
Anamnesa akan lebih lengkap pada awal kunjungan dibandingkan
dengan anamnesa pada kunjungan ulang. Anamnesa terdiri dari
beberapa unsur, yaitu:
a) Data Subjektif
Pada kunjungan awal dan ulang terdapat beberapa pertanyaan
pribadi yang berguna dalam memebrikan pelayanan secara
holistik. Data subjektif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.8
Data Subjektif Ibu Hamil

No. Data Tujuan

1. Nama Pasien dan Mengidentifikasi wanita dan membantu dalam


Suami pembentukan laporan.
Mempererat hubungan antara bidan dan pasien
sehingga dapat meningkatkan rasa percaya
pasien terhadap bidan.
Membantu mengidentifikasi kehamilan yang
2. Umur pasien dan memerlukan perhatian khusus seperti
suami (kehamilan remaja yaitu risiko persalinan sulit
dengan disproporsi kepala pamggul, inersia
uteri, tidak kuat hejan dan pendarahan
postpartum) dan usia tua (>35 tahun) berisiko
melahirkan janin dengan kelainan kongenital,
resiko diabetes gestasional, risiko hipertensi
dalam kegamilan, risiko kesulitan saat
persalinan dan pendarahan postpartum

3. Suku bangsa pasien Untuk mengetahui kebudayaan dan


dan suami perilaku/kebiasaan pasien apakah sesuai atau
tidak dengan pola hidup sehat.

4. Agama pasien dan Memotivasi pasien dan suami dengan kata-kata


suami yang bersifat religius terutama pada pasien
dengan gangguan psikologis

1. Pendidikan pasien Mempermudah dalam berkomunikasi sesuai


dan suami tingkat pendidikan pasien dan suami

6. Pekerjaan pasien Mengatahui keadaan ekonomi pasien sehingga


dan suami saat diberikan asuhan dapat disesuaikan dengan
kondisi ekonominya
7. Alamat dan No. Mempermudah bidan saat memberikan asuhan
Telp pasien dan dan menghubungi pasien dan suami
suami

Sumber: Munthe, dkk. (2019:3)

b) Keluhan Utama
Hal ini berguna untuk mengetahui kondisi kesejahteraan ibu,
kesejahteraan janin dan perkiraan akan terjadinya masalah dalam
persalinan. Pengkajian keluhan utama akan mempermudah bidan dalam
memberikan asuhan dan menegakkan diagnosa pada tahap selanjutnya,
apakah keluhan pasien merupakan hal yang fisiologis atau patologis.
c) Riwayat Kesehatan Reproduksi
Riwayat menstruasi dan kontrasepsi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 2.9
Riwayat Kesehatan Reproduksi
No. Data Tujuan
1. Haid (Menarche, Siklus Haid,  Untuk mendeteksi apakah ada
Lamanya, Keluhan, Volume) penyakit yang menyertai
seperti mioma uteri, polip
serviks, dll.
 Lakukan pemeriksaan
diagnostik atau penunjang jika
diperlukan.

2. Riwayat pemakaian kontrasepsi  Sebagai dasar untuk metode


(Jenis kontrasepsi yang pernah kontrasepsi berikutnya
dipakai, lama pemakaian,  Untuk mengetahui metode
keluhan, efek sampingb dari kontrasepsi yang nyaman
penggunaan kontrasepsi) digunakan.
Sumber: Munthe, dkk. (2019:4)

d) Riwayat Kehamilan Sekarang


Riwayat kehamilan sekarang berguna untuk mengetahui kondisi janin
sekarang.
Tabel 2.10
Riwayat Kehamilan Sekarang
No. Data Tujuan

1. HPHT  Jika wanita tersebut tidak mengingat hari pertama


(Hari haid terakhirnya, kehamilan dapat dikonfirmasi
Pertama dan dikalkulasi usia kehamilannya berdasarkan
Haid Gejala Kehamilan (emesis gravidarum,
Terakhir) quickening)
 Jika wanita mengingat HPHT, harus ada Tanda
Kehamilan (TFU)
 Dilanjutkan dengan pertanyaan: apakah haid
selama ini teratur siklusnya? Bagaimana siklus 3
bulan terakhir?
 Untuk menentukan usia kehamilan usia
kehamilan dan perkiraan persalinan
 Untuk memantau kesejahteraan janin

2. TP  Untuk menentukan taksiran persalinan dengan


(Taksiran memakai rumus Naegele. Rumus Naegele
Persalinan) dihitung berdasarkan asumsi bahwa usia
kehamilan normal adalah 266 hari sejak ovulasi
(38 minggu / 9 bulan 7 hari). Rumus ini akurat
jika digunakan pada siklus mentruasi yang
normal, yaitu 28 hari, ovulasi selalu terjadi secara
konstan 14 hari setlah HPH. Sehingga rumus
naegele menambahkan 14 hari pada usia
kehamilan normal sehingga menjadi:
HPHT+9 Bulan – 7 Hari (+14 hari), sehingga
HPHT +9 Bulan +7 Hari .
Rumus menghitung HPHT/ Taksiran Persalinan:
(Hari+7), (Bulan+9), (Tahun+0)
Sumber: Munthe, dkk. (2019:5)

e) Riwayat Imunisasi TT
Tabel 2.11
Pemberian Imunisasi TT
Interval Lama Perlindungan %
Perlindungan
TT1 Pada kunjungan - -
ANC pertama
TT2 4 minggu setelah 3 Tahun 80%
TT1
TT3 6 Bulan setelah 5 Tahun 95%
TT2
TT4 1 Tahun setelah 10 Tahun
TT3 99%
TT5 1 Tahun setelah 25 Tahun/ Seumur Hidup
TT4 99%
Sumber: Kemenkes GAVI (2014:10)

f) Riwayat Obstetrik yang lalu


Pengkajian riwayat obstetrik yang lalu bertujuan untuk melakukan
asuhan kehamulan, pengkajian pada riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu . Jumlah persalinan dengan G.P.A.AH dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 2.12
Riwayat Obstetri Yang Lalu

No. Simbol Keterangan

1. G Gravida ( Jumlah Kelahiran) Seperti Primigravida,


Secundigravida, Multigravida Dan Grandemultgravida

2. P Para (Jumlah Persalinan) seperti Primipara, Secundipara,


Multipara, Grandemultipara.
Abortus (Jumlah Keguguran)
3. A
Anak yang lahir hidup untuk mengetahui Riwayat Persalinan
4. AH aterm, persalinan premature, keguguran, persalinan dengan
tindakan (Forcep, Vakun Ekstraksi dan sectio Caesaria).
Sumber: Munthe, dkk. (2019:7)

g) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Ibu
Untuk mengetahui karakteristik personal, riwayat penyakit
menular/keturunan dan riwayat pengobatan.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui resiko penyakit menular/keturunan dan kelainan
genetik.
h) Data Psikososial
1) Riwayat perkawinan
2) Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan ini
3) Respon ibu terhadap kehamilan
4) Hubungan ibu dengan suami dan keluarga
5) Adat dan kebiasaan setempat yang berhubungan dengan kehamilan
i) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
1) Nutrisi
2) Eliminasi
3) Pola istirahat
4) Personal hygiene
5) Aktivitas
6) Hubungan seksual
j) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Fisik Umum
(a) Keadaan umum : Compos Mentis, tampak sakit.
(b) Tandatanda vital : Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan
dan suhu tubuh
2) Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
Inspeksi adalah memeriksa dengan cara melihat atau
memandang. Tujuannya untuk melihat keadaan umum klien, gejala
kehamilan, dan adanya kelainan.
b. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba.
Tujuan untuk mengetahui adanya kelainan dan mengetahui
perkembangan kehamilan. Menurut Manuaba (2015:118), cara
memeriksa palpasi yang umum digunakan adalah menurut leopold.
1. Leopold I
Pemeriksa menghadap kearah wajah ibu, kedua telapak tangan
pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus uteri. Leopold
I bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di
fundus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.2
Leopold I
Sumber: Manuaba (2015:118)
2. Leopold II
Leopold II menentukan batas samping rahim kanan-kiri,
menentukan letak punggung janin, pada letak lintang, tentukan
dimana kepala janin. Menentukan letak punggung dengan satu
tangan menekan fundus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 2.3
Leopold II
Sumber: Manuaba (2015:118)

3. Leopold III
Leopold III menentukan bagian terbawah janin, apakah bagian
terbawah janin sudah masuk PAP atau belum. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.4
Leopold III
Sumber: Manuaba (2015:118)

4. Leopold IV
Pada pemeriksaan leopold IV pemeriksa menghadap ke kaki ibu
hamil, menentukan bagian terbawah janin dan seberapa jauh janin
sudah masuk pintu atas panggul (PAP). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.5
Leopold IV
Sumber: Manuaba (2015:118)
c.Auskultasi
Auskultasi dapat menggunakan stetoskop atau doppler untuk
mendengarkan bunyi jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin,
bising rahim, bunyi aorta dan bising usus. Doppler dapat mendeteksu
DJJ pada kehamilan 10 minggu (Sutanto, Fitriana, 2019: 147)
d. Perkusi
Pemeriksaan perkusi dilakukan untuk mengetahui meteorisme
dan tanda adanya cairan bebas (Manuaba, 2015:114).
e.Pemeriksaan Penunjang
Menurut munthe dkk. (2019:22) pemeriksaan penunjang atau
pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan urin yaitu protein
urin dan glukosa urin pemeriksaan darah, yaitu kadar hemoglobin,
dan golongan darah, dan pemeriksaan USG.

6. Pendidikan Kesehatan Untuk Ibu Hamil


Menurut Sutanto dan Fitriana (2019:181) pendidikan kesehatan yang dapat
diberikan bidan untuk ibu hamil adalah sebagai berikut:
1) Personal Hygiene
a) Mandi
Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan terutama perawatan
kulit karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Dianjurkan
menggunakan sabun lembut atau ringan. Mandi berendam tidak
dianjurkan.
b) Perawatan Gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan emesis dan
hiperemesis gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan timbunan
kalsium di sekitar gigi. Rajin menggosok gigi dan berkumur-kumur.
c) Pakaian
Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih dan tidak ketat pada
daerah perut, gunakan bra yang menyokong payudara dan memakai
sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi. Pakaian dalam yang
digunakan harus rajin diganti dan pastikan selalu bersih dan dari
bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun.
2) Eliminasi
Ibu hamil dianjurkan untuk defekasi teratur dengan mengonsumsi
makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain itu pada
saat BAK/BAB bersihkan dari bagian depan ke belakang, menggunakan
pakaian dalam dari bahan katun, sering mengganti pakaian dalam.
3) Seksual
Hubungan seks tidak dilarang selama kehamilan, kecuali pada
keadaan-keadaan tertentu seperti:
a) Terdapat tanda-tanda infeksi
b) Sering terjadi abortus / prematur
c) Terjadi pendarahan pada saat koitus
d) Pengeluaran cairan ketuban
e) Hubungan sex dihindari pada kehamilan muda atau sebelum
kehamilan 16 minggu karena dapat merangsang kontraksi.
4) Nutrisi
Kehamilan merupakan titik awal 1000 hari pertama kehidupan yang
berarti pada masa ini merupakan titik kritis dalam menentukan kehidupan
manusia. Sejak konsepsi hingga bayi dilahirkan, telah dimulai proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi untuk mempersiapkan berat badan
maupun tinggi badan potensial sehingga diperlukan pemenuhan
kebutuhan gizi yang cukup dan seimbang. Menurut Oktaviani (2017:323)
kebutuhan nutrisi pada ibu hamil adalah sebagi berikut:
a) Suplementasi Zat Besi dan Asam Folat
Masa kehamilan merupakan masa yang rentan terjadinya anemia.
Anemia merupakan suatu kondisi kadar hemoglobin dalam darah
kurang darinormal yang berbeda menurut kelompok umur, jenis
kelamin dan kondisi fisiologis. Pada masa kehamilan seorang wanita
dikatakan anemia apabila konsentrasi hemoglobin pada trimester 1
dan trimester 3 kehamilan <110g/L atau 11g/dL, anemia ringan (10-
10,9g/dL), anemian sedang (7,0-9,9 g/dL) dan anemia berat jika kadar
Kb <7g/dL. Sebagian besar anemia pada kehamilan disebabkan oleh
defisiensi zat besi. Penyebab lain anemia yaitu, defisiensi asam folat,
defisiensi vitamin A atau B12, infeksi kronis dan infeksi parasit,
meningkatnya kebutuhan zat besi selama kehamilan serta rendahnya
konsumsi makanan yang mengandung zat besi.
Upaya untuk mencegah kekurangan zat besi selama kehamilan
dapat dilakukan melalui pemberian suplementasi zat besi dan asam
folat apabila zat besi yang berasal dari makanan tidak dapat
mencukupi kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk konsentrasi
hemoglobin secara cepat.
Kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan kurang lebih 1000
mg. tambahan ini digunakan untuk keperluan pertumbuhan janin,
plasenta dan persiapan persalinan. Kebutuhan zat besi dapat dipenuhi
dari asupan makanan sehari-hari seperti hati, ikan, daging yang
merupakan zat besi heme yang mudah diserap tubuh. Dan zat besi
non-heme atau zat besi yang sulit diserap tubuh seperti daun singkong,
kangkung dan sayuran hijau lainnya.
b) Suplementasi Vitamin A
Selama kehamilan, vitamin A penting untuk kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin, karena untuk proses pembelahan sel,
pertumbuhan dan kematangan organ dan tulang, serta memelihara
sistem kekebalan tubuh, dan kesehatan mata ibu. Kebutuhan Vitamin
A pada kehamilan direkomendasikan sebesar 800 µg (RE)/hari.
Sumber makanan kaya vitamin A termasuk sayur- sayuran seperti
wortel, labu, pepaya, minyak sawit merah, produk susu, hati, dan
minyak ikan.
c) Suplementasi Kalsium
Selama kehamilan, penyerapan kalsium meningkat, sehingga
diperlukan adanya suplementasi tambahan. Kekurangan kalsium
selama kehamilan dapat menyebabkan osteopenia, tremor, kram otopt,
tetanus, gangguan pertumbuhan janin, BBLR dan kekurangan mineral
pada janin. Kebutuhan harian kalsium selama kehamilan menurut
WHO dan FAO adalah 1200 mg/hari.
d) Kebutuhan Energi
Saat kehamilan, ibu hamil membutuhkan lebih banyak konsumsi
protein, kalori vitamin dan mineral. Selama kehamilan ibu
membutuhkan ta,bahan 300 kalori/hari. Pada trimester I kebutuhan
energi meningkat untuk pembentukan organ-organ penting janin dan
jumlah tambahan energi ini terus meningkat pada trimester II dan
trimester III untuk pertumbuhan janin.

C. Konsep Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses alamiah pengeluaran hasil konsepsi ( janin
dan uri) yang telah cukup bulan (setelah 37 minggu) atau dapat hidup
diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (Kekuatan sendiri). Persalinan merupakan rangkaian
peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup berada dalam rahim ibunya,
dengan disusul oleh keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Fitriana 2018:7).

2. Penyebab Mulainya Persalinan


Penyebab mulainya persalinan masih berupa teori-teori kompleks
yang terdiri dari faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur
uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi. Perubahan dalam
biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan
berlangsungnya partus, antara lain seperti penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron yang merupakan hormon penenang uterus
yang terjadi berkisaran 1 sampai 2 minggu sebelum partus dimulai
(Walyani, 2019:6).

3. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Walyani (2016:7), tanda-tanda persalinan adalah sebagai
berikut:
a) Adanya Kontraksi Rahim
Tanda awal ibu melahirkan adalah mengejangnya rahim atau
dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi tersebut berirama,
teratur, dan involuter, umumnya kontraksi bertujuan untuk
menyiapkan mulut lahir untuk membesar dan meningkatkan aliran
darah di dalam plasenta.
Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang secara
teratur dengan intensitas makin meningkat. Perut akan mengalami
kontraksi dan relaksasi, diakhir kehamilan proses kontraksi akan
lebih sering terjadi. Mulanya kontraksi terasa seperti sakit pada
punggung bawah berangsur-angsur bergeser kebagian bawah perut
mirip dengan mules saat haid, berlangsung hingga bayi lahir.
Ketika otot uterus berelaksasi diantara kontraksi, uterus terasa
lembut dan mudah ditekan, karena uterus berkontraksi, ototnya
akan menjadi keras dan semakin keras.
Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala
persalinan, pada persalinan aktif berlangsung dari 45-90 detik
dengan durasi rata-rata 60 detik. Pada persalinan awal, kontraksi
mungkin hanya berlangsung 15-20 detik.
b.Keluarnya Lendir Bercampur Darah
Keluarnya lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan
yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan
keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur darah dan
terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang
menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka.
c. Keluarnya Air-air (Ketuban)
Keluarnya air-air dan dengan jumlahnya cukup banyak, berasal
dari ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi.
Tidak ada rasa sakit yang menyertai pemecahan ketuban dan
alirannya tergantung pada ukuran, dan kemungkinan kepala bayi
telah memasuki rongga panggul ataupun belum. Jika ketuban pecah
namun tidak disertai kontraksi uterus, maka ini merupakan tanda
ketuban pecah dini. Bila indikasi ini terjadi maka terdapat bahaya
infeksi terhadap bayi, segera hubungi dokter apabila ketuban pecah
dini terjadi. Normalnya air ketuban ialah cairan yang bersih, jernih
dan tidak berbau.
d.Pembukaan Serviks
Pembukaan serviks dimulai dari aktivitas uterus yang mencapai
penipisan, setelah penipisan kemudian uterus menghasilkan dilatasi
serviks yang cepat. Membukanya leher rahim sebagai respon
terhadap kontraksi yang berkembang. Tanda ini akan diketahui saat
pemeriksaan dalam untuk menentukan pematangan, penipisan, dan
pembukaan leher rahim. Kematangan serviks mengindikasikan
kesiapan untuk persalinan.

4. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Suhartika (2018:354), faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan antara lain:
a. Passage (Jalan Lahir)
Passage adalah jalan lahir atau biasa disebut dengan panggul ibu.
Jalan lahir dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian keras dan bagian
lunak. Bagian keras meliputi tulang-tulang panggul dan bagian lunak
meliputi uterus, otot dasar panggul dan perineum. Jalan lahir harus
mampu menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku,
oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai.
1) Bagian Keras
Terdiri dari tulang-tulang panggul (rangka panggul).

a) Tulang panggul yang terdiri dari os caxae: os ilium, os


ischium, os pubis; os sacrum: promontorium; os coccyangis.
b) Artikulasi, yang terdiri dari artikulasi simfisis pubis, artikulasi
sakro-illiaka yang menghubungkan os sacrum dan os ilium,
artikulasi sakro-koksigium yang menghubungkan os sacrum
dan koksigium.
c) Ruang panggul, terdiri dari pelvis mayor (false pelvis),
terletak diatas linea terminalis yang dibawahnya terdapat
pelvis minor; pelvis minor (true pelvis), dibatasi oleh pintu
atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet).
d) Pintu panggul, terdiri dari Pintu Atas Panggul (PAP) atau
inlet; Ruang Tengah Panggul (RTP) kira-kira pada spina
ischiadika, disebut midlet; Pintu Bawah Panggul (PBP) atau
outlet; ruang panggul yang sebenarnya berada antara inlet dan
outlet.
e) Bidang Hodge, bagian keras diantaranya ada bidang hodge
yang merupakan bidang yang dipakai dalam obstetrik untuk
mengetahui seberapa jauh turunan bagian bawah anak
kedalam panggul. Terdapat 4 bidang hodge yaitu: Bidang
hodge I, II, III, dan IV.
2) Bagian lunak
Bagian lunak panggul terdiri dari otot- otot, jaringan, dan
ligament. Bagian lunak (otot-otot dasar panggul) ada 2 macam yaitu
musculus levator ani dan musculus ischio coccyangeus (Fitriana dan
Nurwiandani,2018:17)
b. Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar pada saat
persalinan. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan
adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi
dari ligament. Kekuatan primer yang dibutuhkan dalam persalinan
adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga
mengedan ibu.
1) His (Kontraksi Uterus)
His adalah kontraksi otot-otot polos rahim pada saat persalinan.
Pada saat kontraksi otot Rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil, mendorong janin
dan kantong amnion kearah bawah rahim dan serviks.
Frekuensi his ialah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau per 10 menit. His pembukaan (kala I) menyebabkan
pembukaan serviks, semakin kuat, teratur, dan sakit. His pengeluaran
(kala II) untuk mengeluarkan janin berlangsung sering kuat dan
sedikit lebih lama, yaitu sekitar 60-90 detik dengan intensitas kuat
dan menjadi ekspulsif secara alamiah. Koordinasi bersama antara
kontraksi otot perut, diafragma dan ligament, his pelepasan uri (kala
III) yaitu kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan
plasenta. Hal- hal yang harus diobservasi pada his persalinan adalah
frekuensi, intensitas, aktivitas his, durasi, datang his terjadi sering,
teratur/tidak, dan masa relaksasi.

c. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin bergerak di
sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu
ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Janin
dapat mempengaruhi persalinan karena presentasi dan ukurannya.
Pada presentasi kepala, tulang-tulang masih dibatasi fontanel dan
sutura yang belum keras, tepi tulang dapat menyisip di antara tulang
yang satu dengan yang lainnya (disebut moulage/molase) sehingga
ukuran kepala bayi menjadi lebih kecil.

5. Mekanisme Persalinan
Menurut Suhartika (2018:364) Mekanisme persalinan normal
merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan antara ukuran dirinya
dan ukuran panggul saat kepala melewati panggul. Mekanisme
persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala janin
didasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan
bayi yaitu sebagai berikut:
a. Engagement
Proses ini terjadi ketika diameter biparietal janin telah masuk
melalui pintu atas panggul secara sinklitismus dan asinklitismus
(anterior dan posterior) pada primigravida terjadi pada akhir
kehamilan sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal
persalinan.
b.Penurunan kepala
Terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Penurunan
merupakanhasil dair kontraksi uterus dan otot-otot abdomen, tekanan
cairan amnion, tekanan langsung fundus pada bokong janin, dan
ekstensi serta pelurusan badan atau tulang belakang janin.
c. Fleksi
Fleksi merupakan hal yang sangat penting untuk penurunan
lebih lanjut. Fleksi terjadi ketika kepala janin bertemu tahanan
yaitu serviks, kemudian sisi dari dinding panggul dan akhirnya
dasar panggul. Dengana danya fleksi diameter oksipitofrontalis
berubah menjadi oksipitobregmatika, dagu bergeser ke arah dada
janin. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil teraba jelas
dibanding ubun-ubun besar.

d.Putar Paksi Dalam atau Rotasi Dalam

Putaran paksi dalam adalah putaran bagian terendah janin dari


posisi sebelumnya ke arah depan sampai bawah simfisis. Gerakan ini
adalah upaya janin untuk menyesuaikan dengan bidang tengahh
panggul. Pada pemeriksaan dalam UUK berada tepat di bawah
simfisis.
e. Ekstensi
Ekstensi merupakan gerakan ketika UUK berada tepat di bawah
simfisis sehingga mengarah ke depan sesuai dengan sumbu jalan
lahir. Gerakan ekstensi ini mengakibatkan bertambahnya
penegangan pada perineum dan introitus vagina. Selanjutnya UUK
semakin tampak dan bekerja sebagai hipomoklion atau pusat
pergerakan, maka berangsur-angsur lahir UUK, UUB, dahi, mata,
hidung, mulut dan dagu.
f. Lahirnya Kepala dengan Cara Ekstensi
Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior.
Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana
gaya tersebut membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan
kepala keatas menuju lorong vulva. Bagian leher belakang dibawah
oksiput akan bergeser kebawah simpisis pubis dan bekerja sebagai
titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian
memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkannya
ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva vagina akan membuka lebar.
g. Restitusi
Perputaran kepala sebesar 45 derajat baik kekanan atau ke
kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran
menuju posisi oksiput anterior.

h. Putaran Paksi Luar


Putaran paksi luar adalah gerakan memutar UUK ke arah
punggung janin. Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan
terjadinya putaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin
mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam
arah yang sama dengan kepala janin agar terletak dalam diameter
yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada
lubang vulva-vagina, dimana ia akan bergeser di bawah simfisis
pubis.
i. Lahirnya Bahu dan Seluruh Anggota Badan Bayi
Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan
kemudian akan dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu
dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan dilahirkan mengikuti
sumbu carus.

6. Patograf
Partograf merupakan alat bantu yang digunakan selama
persalinan yang bertujuan untuk mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan
berjalan secara

Adapun pengisian dan cara pengisian lembar partograf menurut


Saifuddin (2016:315), halaman depan partograf mencantumkan
bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan
lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan, termasuk :
a. Informasi Tentang Ibu
1) Nama, umur
2) Gravida, Para, Abortus (keguguran)
3) Nomor catatan medik/nomor Puskesmas
4) Tanggal dan waktu mulai dirawat Cara pengisian :
Lengkapi bagian awal atas partograf secara teliti pada saat
memulai asuhan persalinan dan perhatikan kemungkinan ibu datang
dalam fase laten persalinan.
b. Kondisi Janin
1) DJJ (Denyut Jantung Janin)
Setiap kotak pada bagian DJJ menunjukkan waktu 30 menit.
Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai
dengan angka yang menunjukkan DJJ.
2) Warna dan adanya Air Ketuban
Gunakan lambang, catat temuan dalam kotak yang sesuai dibawah
lajur DJJ.
U : ketuban utuh (belum pecah)

J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih


M : ketuban sudah pecah dan bercampur mekonium.
D : ketuban sudah pecah dan bercampur darah
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
3) Penyusupan (Molase) Kepala Janin:
Gunakan lambang, catat temuan di kotak yang sesuai di bawah
lajur air ketuban.
0 : tulang kepala janin terpisah, sutura mudah dipalpasi
1 : tulang kepala janin saling bersentuhan
2 : tulang kepala janin saling tumpah tindih, tapi masih dapat dipisah
3 : tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

c. Kemajuan Persalinan
1) Pembukaan Serviks
Catat pembukaan serviks setiap 4 jam. Saat ibu berada dalam
fase aktif persalinan, catat pada partograf, beri tanda “x” ditulis di
garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
2) Penurunan Bagian Terbawah Janin Atau Presentasi Janin.
Penurunan bagian terbawah janin mengikuti kemajuan
pembukaan serviks. Tuliskan tanda “o” di nomor yang sesuai dengan
penurunan.

3) Garis waspada dan garis bertindak.

d. Jam dan Waktu


1) Waktu mulainya fase aktif persalinan.
2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

e. Kontraksi Uterus
Catat jumlah his dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1) Oksitosin.
2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

g. Kondisi Ibu
1)Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh
Catat nadi ibu setiap 30 menit beri tanda (●), nilai dan catat
suhu tubuh setiap 2 jam dalam kotak yang sesuai, dan tekanan
darah setiap 4 jam beri tanda panah pada partograf pada kolom
waktu yang sesuai.
2)Urine (volume, aseton, atau protein)
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam.

h. Asuhan, Pengamatan, dan Keputusan Klinik.


Menurut Mutmainnah (2017:96), catat semua asuhan yang
diberikan, hasil pengamatan, dan keputusan klinik di sisi luar kolom
patograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.
Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan, dan/ atau keputusan klinis mencakup:
1) Jumlah cairan per oral yang diberikan
2) Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur
3) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
4) Persiapan sebelum melakukan rujukan

7. Tahap Persalinan
Menurut Suhartika (2018:355) persalinan terbagi menjadi beberapa
tahap yang disebut dengan Kala, sebagai berikut:
a. Kala I
Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10
cm). Proses pembukaan serviks sebagai akibat dari his
dibedakan menjadi dua fase, yaitu:
1) Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi secara
bertahap hingga mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase Aktif
a) Fase Akselerasi
Berlangsung dalam waktu 2 jam pembukaan 3-4 cm.

b) Fase Dilatasi Maksimal


Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 - 9 cm.
c) Fase Dilatasi
Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan berubah menjadi pembukaan lengkap (10
cm).
Didalam fase ini, frekuensi dan lama kontraksi uterus
akan meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih. Biasanya untuk bukaan 4 cm
hingga lengkap akan terjadi kecepatan rata-rata yaitu 1
cm per jam untuk primigravida dan 2 cm per jam untuk
multigravida.

b. Kala II
Menurut Ari Kurniarum (2016:12) Persalinan kala II dimulai
dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi.
Menurut Manuaba (2015:173), kala II atau disebut juga kala
pengusiran gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, dengan durasi
50 sampai 100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai keluar
cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus franken
hauser.
4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput
bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-
ubun besar, dahi, hidung, muka dan kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dangan jalan : kepala dipegang pada os oksiput dan
dibawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan
bahu depan dan curam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air
ketuban.
7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit.

c. Kala III
Menurut Ekayanthi (2018:370), kala III persalinan disebut
juga dengan Kala Uri. Kala III dimulai setelah lahrinya bayi
sampai dengan lahirnya plasenta yang biasanya berlangsung
antara 5-15 menit. Adapun tanda- tanda lepasnya plasenta antara
lain:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setlah kelahiran bayi dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat pebuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat, uterus
berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat atau
uterus berubah bentuk dari diskoid berubah menjadi glubuler
(bulat)
2) Tali Pusat memanjang. Tali pusat menjulur keluar melalui
vulva (tanda ahfeld) hal ini disebabkan oleh plasenta turun ke
segmen bawah uteri atau ke rongga vagina.
3) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepaskan ke segmen
bawah Rahim
4) Terjadi semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang
terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan
darah dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka darah tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang terlihat
dalam waktu 1 hingga 5 menit setelah bayi lahir.
Menurut Muchtar (2015:72), langkah manajemen aktif kala
III sesuai dengan standar ialah:
1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit setelah bayi lahir
2) Melakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
3) Masase fundus uteri
Deteksi Antonia uteri dimana 15 menit masase fundus
uteri tidak berkontraksi, penatalaksanaannya bidan
melakukan kompresi bimanual interna dan kompresi
bimanual eksterna.

d. Kala IV
Menurut Ekayanthi (2018:377) kala IV dimulai setelah
plasenta lahir dan berlanjut sampai 2 jam berikutnya. Setelah
plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.
Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara
anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Kala IV
merupakan masa paling kritis karena proses pendarahan yang
berlangsung. Pemantauan ibu dilakukan setiap 15 menit pertama
pada 1 jam pasca kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam
kedua setelah kelahiran plasenta. Observasi yang dilakukan pada
masa ini ialah:
1) Tingkat kesadaran penderita.
2) Pemeriksaan tanda vital.
3) Kontraksi uterus.

4) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak


melebihi 400- 500cc.

8. Perubahan Fisiologis Pada Masa Persalinan


a. Perubahan Fisiologis Pada Kala I
Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018:49), terdapat
beberapa perubahan fisiologis ibu selama kala I berlangsung,
antara lain:
1) Perubahan Uterus
Pada masa ini kontraksi uterus yang dimulai dari fundus
dan terus menyebar kedepan dan ke bawah abdomen dan
berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada
fundus uteri, segmen atas rahim (SAR) dibentuk oleh korpus
uteri yang bersifat aktif dan berkontraksi.
Dinding SAR akan betambah tebal dengan majunya
persalinan sehingga mendorong bayi keluar, dilatasi makin
menipis karena terus diregangkan, perubahan uterus
berlangsung paling lama dan paling kuat di fundus,
selanjutnya perubahan mencapai puncak kontraksi
bersamaan dengan serviks membuka dan mengalami proses
pengeluaran janin.
2) Perubahan Bentuk Rahim
Sertiap terjadi kontraksi, sumbu panjang Rahim akan
bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang dan
ukuran muka belakang berkurang. Ukuran melintang
menjadi turun, Rahim bertambah panjang sehingga otot-otot
memanjang diregang dan menarik segmen bawah Rahim
(SBR) dan serviks. Ini mengakibatkan SBR dan SAR
membuka.
3) Perubahan Serviks
Terjadi pendataran serviks dimana pemendekan kanalis
servikalis dari 1-2 cm menjadi satu lubang dengan pinggir
yang tipis. Selanjutnya pembukaan serviks, yaitu
pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa
lubang dengan diameter 10 cm dan nantinya akan dilewati
oleh bayi.
4) Perubahan Sistem Urinaria
Pada akhir bulan kehamilan, fundus uteri menjadi lebih
rendah, kepala janin mulai masuk Pintu Atas Panggul
(PAP), dan menyebabkan kandung kemih tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering BAK. Pada kala I, adanya
kontraksi uterus menyebabkan kandung kemih semakin
tertekan.

5) Perubahan Vagina dan Dasar Panggul


Pada masa ini, ketuban akan ikut meregangkan bagian
atas vagina sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban
pecah segala perubahan yang ditimbulkan oleh bagian depan
bayi pada dasar panggul menjadi sebuah saluran dengan
bagian dinding yang tipis.

6) Perubahan Pada Sistem Pernapasan


Pada saat persalinan ibu mengeluarkan lebih banyak
karbondioksida dalam setiap napasnya. Selama kontraksi
yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernapasan akan
semakin meningkat. Ini terjadi akibat peningkatan
kebutuhan oksigen akibat bertambahnya laju metabolic.
Rata-rata PaCO2 menurun dari 32 mm hg pada awal
persalinan menjadi 22 mm hg pada akhir kala I.
7) Perubahan Pada Hematologi
Hemoglobin akan meningkat selama persalinan sebesar
1,2 gr % dan akan kembali pada tingkat seperti sebelumnya.
Peningkatan leukosit secara progresif pada awal kala I
hingga pembukaan lengkap (5.000-15.000).
8) Perubahan Tanda Vital
Tekanan darah akan meningkat selama persalinan
karena adanya kontraksi. Tekanan sitolik naik 10-20 mmHg
dan diastolik 5-10 mmHg. Hal ini dipengaruhi oleh
kecemasan dan ketakutan ibu.
Suhu tubuh ibu juga akan meningkat karena adanya
prubaan metabolisme. Laju pernafasan juga akan terjadi
kenaikan sedikit dibanding sebelum persalinan (Suhartika,
2018:354).

b. Perubahan Fisiologis Pada Kala II


Menurut Mutmainnah (2018:115), perubahan fisiologis pada
kala II antara lain:

1) Kontraksi Uterus
Terjadi kontraksi secara berkala dan harus selalu
diperhatikan, lamanya kontraksi berlangsung selama 60-90
detik, kekuatan kontraksi, dan kekuatan kontraksi secara
klinis. Interval antara kedua kontraksi pada kala II adalah
sekali dalam 2 menit.
2) Perubahan Uterus
Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak
lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan
bersifat memegang peran aktif dan menjadi lebih tebal
dengan majunya persalinan, sedangkan SBR dibentuk oleh
isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan pasif dan
makin tipis dengan majunya persalinan (disebabkan oleh
regangan).
3) Perubahan Serviks
Ditandai dengan pembukaan lengkap, dan pada
pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, SBR, dan
serviks.
4) Perubahan Pada Vaginal dan Dasar Panggul
Dasar panggul menjadi saluran yang dinding-dindingnya
tipis karena suatu regangan dan kepala sampai vulva.

c. Perubahan Fisiologis Kala III


Pada saat ini otot uterus berkontraksi mengikuti penyusupan
volume rongga uterus setelah bayi lahir, kemudian setelah
plasenta lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau
ke dalam vagina.

d. Perubahan Fisiologis Kala IV


Sedangkan untuk perubahan fisiologis pada kala IV, menurut
Ekayanthi (2018:382), adalah sebagai berikut:
1) Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena adanya pendarahan.
2) Nadi
Setelah melahirkan denyut nadi ibu akan lebih cepat, jika
melebihi 100 ini kemungkinan diakibatkan oleh infeksi atau
pendarahan postpartum yang tertunda.
3) Suhu
Suhu biasanya sedikit meningkat, tetapi masih dalam
batas normal.
4) Pernapasan
Jika suhu dan nadi normal maka pernapasan akan normal
dan teratur.
5) Sistem Gastrointestinal
Kadang dijumpai pasien yang mual sampai muntah, atasi
dengan posisi duduk dan berikan air hangat.
6) Sistem Ginjal
Selama 2-4 jam pasca persalinan kandung kemih masih
dalam keadaan hipotonik akibat adanya alostaksis sehingga
sering dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh dan
mengalami pembesaran.

9. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin


Kebutuhan dasar ibu bersalin menurut Fitriana dan Nurwiandani
(2018:33), terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Kebutuhan Fisiologis Ibu Bersalin
1) Kebutuhan Oksigen
Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat
kemajuan persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan
janin. Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan
pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan.
Hindari menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya
penopang payudara (BH) dapat dilepas atau dikurangi
kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen
adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.
2) Kebutuhan Cairan dan Nutrisi
Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum)
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik
oleh ibu selama proses persalinan. Asupan makanan yang
cukup (makanan utama maupun makanan ringan),
merupakan sumber dari glukosa darah, yang merupakan
sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
3) Kebutuhan Eliminasi
Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering
mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama
persalinan. Kandung kemih yang penuh, dapat
mengakibatkan:
a) Menghambat proses penurunan bagian terendah janin
ke dalam rongga panggul, terutama apabila berada di
atas spina isciadika
b) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus atau his
c) Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali
ibu karena bersama dengan munculnya kontraksi
uterus
d) Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
e) Memperlambat kelahiran plasenta pasca persalinan,
karena kandung kemih yang penuh menghambat
kontraksi uterus.

4) Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)


Personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa
aman dan relaks, mengurangi kelelahan, mencengah
infeksi, mencengah gangguan sirkulasi darah,
mempertahankan integritas pada jaringan, dan memelihara
kesejahteraan fisik serta psikis.
5) Kebutuhan Istirahat
Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun
IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan
pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan
emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his
(disela-sela his). Ibu bias berhenti sejenak untuk melepas rasa
sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal
menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau apabila
memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II,
sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.
6) Posisi dan Ambulasi
Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi
persalinan pada kala I dan posisi meneran pada kala II.
Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu yang
dilakukan pada kala I.

7) Pengurangan Rasa Sakit


Stimulasi yang dapat dilakukan oleh bidan dalam
mengurangi nyeri persalinan dapat berupa kontak fisik
maupun pijatan. Pijatan dapat berupa pijatan/massage di
daerah lombosacral, pijatan ganda pada pinggul,
penekanan pada lutut, dan counterpressure. Cara lain yang
dapat dilakukan bidan diantaranya adalah: memberikan
kompres hangat dan dingin, mempersilahkan ibu untuk
mandi atau berada di air (Berendam).
8) Penjahitan Perineum (Jika Diperlukan)
Penjahitan perineum merupakan salah satu kebutuhan
fisiologis ibu bersalin. Dalam melakukan penjahitan
perineum, perlu memperhatikan prinsip sterilitas dan
asuhan saying ibu.
9) Kebutuhan Akan Proses Persalinan yang Terstandar
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan persalinan
yang terstandar merupakan hak setiap ibu. Hal ini
merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin,
karena dengan pertolongan persalinan yang terstandar
dapat meningkatkan proses persalinan yang alami atau
normal.

b. Kebutuhan Psikologis Ibu Bersalin


1) Pemberian Sugesti
Pemberian sugesti dilakukan untuk memberikan
pengaruh pada ibu dengan pemikiran yang dapat diterima
secara logis. Sugesti yang diberikan berupa sugesti positif
yang mengarah pada tindakan memotivasi ibu untuk
melalui proses persalinan sebagaimana mestinya.
2) Mengalihkan Perhatian
Upaya mengalihkan perhatian bias dilakukan dengan
cara mengajaknya berbicara, sedikit bersenda gurau,
mendegarkan musik kesukaannya atau menonton televisi
atau film.
3) Membangun Kepercayaan
Kepercayaan merupakan salah satu unsure penting
yang dapat membangun citra positif ibu dan membangun
sugesti positif dari bidan.

10. Menolong Persalinan Sesuai APN


Menurut Mutmainnah (2017:128), Asuhan Persalinan Normal
(APN) bertujuan untuk terlaksananya persalinan dan pertolongan
normal yang baik dan mengurangi angka kematian ibu dan bayi
baru lahir. adapun langkah-langkah dalam asuhan persalinan
adalah sebagai berikut:
1) Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan kala II.
2) Memastikan kelengkapan alat, dan mematahkan ampul
½
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml
kedalam wadah partus set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan tidak menggunakan perhiasan, lipat lengan
pakaian, lalu mencuci tangan 6 langkah efektif.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan untuk
melakukan pemeriksaan dalam.
6) Mengambil alat suntik yang steril dengan menggunakan tangan
kanan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali ke partus set.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah
dengan gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah).
9) Mencelupkan sarung tangan kanan kedalam larutan klorin
0,5% dam membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik lalu
rendam di larutan klorin tadi.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
11) Memberitahu ibu bahwa bukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu
sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk mengatur posisi ibu
senyaman mungkin.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
meneran yang kuat.
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan dan berjongkok jika belum
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm.
16) Meletakkan kai bersih yang dilipat pada 1/3 bagian bawah
bokong ibu.
17) Membuka penutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin terlihat di depan vulva dengan diameter 5-6
cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi.
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
22) Setelah paksi luar selesai, pegang secara bipariental, dengan
lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu
depan munvul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan
kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan kiri menyusuri punggung kea
rah bokong dan tungkai bawah janin (selipkan jari telunjuk
tangan kiri diantara kedua lutut janin).
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin.
25) Melakukan penilaian selintas: (a) apakah bayi menangis kuat
dan atau bernapas tanpa kesulitan? (b) apakah bayi berggerak
aktif?
26) Mengeringkan tubuh bayi kecuali bagian tangan dan telapak
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti kain kemudian tetap
letakkan bayi diatas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi
kedua
28) Memberitahu ibu bahwa iya akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
29) Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral.
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong tali pusat kearah ibu dan jepit tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang
topi di kepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva.
35) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas
simfisis untuk mendeteksi. Tangan lainnya digunakan untuk
menekan tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati
kea rah dorsokarnial. Jika plasenta tidak lahir dalam 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur.
37) Melakukan peregangan dan dorongan hingga plasenta terlepas,
meminta ibu untuk meneran dengan penolong menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir.
38) Setelah plasenta tampak didepan vulva, lahirkan plasenta
dengan hati-hati
39) Segera setelah plasenta lahir lakukan massage pada fundus uteri.
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan plasenta dalam keadaan
lengkap. Masukan plasenta kedaalam kantong plastic yang
tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan apabila laserasi mengakibatkan
pendarahan.
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
pendarahan pervaginam.
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotic profilaksis, dan vit K 1 mg secara IM di
paha kiri anterolateral.
45) Setelah 1 jam pemberian vit K, berikan suntik imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan
pervaginam.
47) Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massage uterus
dan menilai kontraksi.
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Memastikan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit, 1 jam pertama, dan 30 menit pada 1 jam kedua pasca
persalinan.
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik.
51) Menempatkan semua alat bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi.
52) Buang bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53) Membersihkan ibu dengan air DTT
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beri tahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin kemudian
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik.
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58) Melengkapi patograf.

D. Konsep Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat
lahir 2.500-4.000 gram (Armini, 2017:1).
Menurut Ekayanthi (2018:387), bayi baru lahir normal memiliki
ciri sebagai berikut:
a. Dilahirkan pada usia kehamilan 37-42 minggu
b.Berat badan lahir 2500-4000 gram
c. Panjang badan 48-52 cm
d.Lingkar kepala 33-35 cm
e. Lingkar dada 30-38 cm
f. Frekuensi jantung 12-160 denyut/menit
g.Pernapasan 40-60 kali/menit
h.Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
i. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
j. Genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora
(perempuan), kedua testis sudah turun ke dalam skrotum (laki-
laki)
k.Refleks bayi sudah terbentuk dengan baik
l. Bayi berkemih dalam 24 jam pertama
m. Pengeluaran meconium dalam 24 jam pertama

2. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir


a. Perubahan Sistem Pernapasan
Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin
adalah plasenta. Paru-paru yang bermula dari satu titik yang
muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian cabang lagi
sehingga membentuk struktur percabangan bronkus. Proses
tersebut berlanjut setelah kelahiran hingga kira-kira usia anak 8
tahun sampai bronkhiolus dan alveolus berkembang sepenuhnya.
Agar alveolus berfungsi harus ada surfaktan yang cukup dan
aliran darah ke paru- paru.
Fenomena yang menstimulus neonatus untuk bernapas
pertama kali adalah peristiwa mekanis, seperti penekanan toraks
pada proses kelahiran pervaginam dan tekanan yang tinggi pada
toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh
stimulus fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan perangsangan
pusat pernapasan (Mutmainnah, 2017:219).
Sedangkan menurut Armini (2017:5), pernapasan pertama
bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir.
usaha pertama untuk bernapas adalah untuk mempertahankan
tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang menarik napas dan
mengeluarkan napas dengan merintik, sehingga udara tertekan di
dalam.
Tabel 2.6 Perkembangan Sistem Pulmoner
Usia Perkembangan
Kehamilan
24 hari Bakal paru-paru terbentuk

26-28 hari Kedua bronchi membesar

6 minggu Dibentuk segmen bronkus

12 minggu Diferensial lobus

24 minggu Dibentuk alveolus

28 minggu Dibentuk surfaktan

34-36 Struktur matang


minggu
Sumber: Armini (2017:4).

b.Peredaran Darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung
kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih tinggi daripada
tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya
foramen ovale secara fungsional. Ini terjadi pada jam pertama
setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan
tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan
biokimia (PaO2 yang naik), duktus arterious berobliterasi ini
terjadi pada hari pertama. Aliran darah ke paru pada hari
pertama ialah 4-5 liter per menit/m2 (Armini, 2017:6).
c. Termogulasi
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan cepat stress akibat
perubahan suhu lingkungan karean belum dapat mengatur suhu
tubuh sendiri. Pada saat meninggalkan lingkungan Rahim suhu
bayi rata-rata 370C, kemudian masuk ke lingkungan dengan suhu
250C sangat berbeda dengan suhu didalam Rahim. Maka dari itu
bayi kehilangan panas melalui empat mekanisme, berikut
merupakan 4 mekanisme menurut Ekayanthi (2018:390), antara
lain:
1) Konveksi, yaitu kehilangan panas tubuh yang terjadi paparan
udara sekitar yang lebih dingin.
2) Radiasi, kehilangan panas bila bayi didekatkan atau
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu
tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
3) Konduksi, kondisi dimana bayi kehilangan panas tubuh
melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari panas bayi.
4) Evaporasi, yang merupakan jalan utama bayi kehilangan panas.

d.Glukosa
Menurut Ekayanthi (2018:390), dalam menjalankan
fungsinya otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan menjepit tali pusat dengan klem pada saat
lahir, seorang bayi harus memulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi, kadar glukosa darah
akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3
cara, yaitu:
1) Melalui penggunaan ASI ( bayi baru lahir harus segera diberi
ASI)
2) Melalui penggunaan cadangan glikogen.
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(gluconeogenesis).

3. Asuhan Bayi Baru Lahir


a. Pengkajian Segera Bayi Baru Lahir
Menurut Mutmainnah (2017:227), pengkajian segera setelah
bayi lahir adalah dengan menilai kondisi bayi, apakah bayi
menangis kuat/bernapas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak
aktif/lemas, apakah warna kulit bayi merah muda, pucat/biru.
1) Pemeliharaan Pernapasan
Pemeliharaan ini sangat penting dilakukan, karena keadaan
hipoksia akan diperparah oleh kegagalan pemeliharaan
pernapasan. Berikut cara untuk memelihara pernapasan menurut
Ekayanthi (2018:391), antara lain:

a) Mempertahankan suhu hangat bayi, untuk menstabilkan


upaya bayi dalam bernapas.
b) Menghindari prosedur yang tidak perlu seperti menghisap
lendir di saluran pernapasan pada bayi yang sudah
menangis spontan, melakukan rangsang taktil berlebihan
dan memandikan bayi segera setelah lahir.
2) Evaluasi Apgar
Menurut Ekayanthi (2018:391), penilaian awal setelah
bayi baru lahir yang digunkan saat ini meliputi dua hal yaitu
apakah bayi menangis/ bernapas sprontan dan apakah tonus
otot aktif atau bayi bergerak aktif. Penilaian dilakuan
maksimal dalam 20 detik pertama setelah lahir. hal tersebut
dilakukan untuk menentukan apakah bayi memerlukan
tindakan resusitasi ( tidak lagi menunggu 1 menit dari
pengkajian Apgar), Apgar dapat digunakan untuk memantau
kondisi bayi selanjutnya.
b.Pemotongan Tali Pusat
Pemotongan tali pusat dilakukan dengan menjepit tali pusat
di dua tempat dengan klem. Klem pertama diletakkan 3 cm
dari pusat bayi, klem kedua diletakkan 2 cm dari klem
pertama, kemudian tali pusat dipotong ditengah-tengah klem.
Waktu optimal untuk penjepitan tali pusat setelah persalinan
masih belum jelas. Beberapa ahli menganjurkan menunda
pemotongan tali pusat hingga pernapasan bayi stabil dan
pulsasi berhenti (tali pusat berhenti berdenyut) untuk
memastikan bayi mendapatkan tambahan transfuse plasenta
sebanyak 70 ml darah. Hal ini banyak dibantah oleh para ahli
karena dapat menyebabkan terjadinya icterus pada bayi baru
lahir (Ekayanthi, 2018:391).
c. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
IMD ini dilakukan segera setelah bayi dilahirkan, dengan
cara bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling
sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk
mencari dan menemukan puting ibunya. Manfaat IMD bagi
bayi sendiri adalah membantu stabilisasi pernapasan,
mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan
dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk
bayi dan mencegah infeksi nosokomial.
Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena
pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat
menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit
dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga di dapat
pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi
cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi
ibu, IMD dapat juga mengoptimalkan pengeluaran hormon
oksitosin, proaktin, dan secara psikologis dapat menguatkan
ikatan batin antara ibu dan bayi (Saifuddin, 2016:369).
d. Menjaga Kehangatan Bayi
Menurut Buku KIA (2018:34), setelah bayi lahir penting
gunanya untuk menjaga kehangatan bayi, agar tidak terjadi
hipotermi. Berikut cara menjaga bayi tetap hangat, antara lain:
1) Memandikan bayi setelah 6 jam, mandikan dengan air
hangat.
2) Bayi harus tetap menggunakan pakaian kering dan lembut
serta diselimuti setiap saat.
3) Ganti popok dan baju jika basah
4) Jangan tidurkan bayi di tempat yang dingin
5) Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos
kaki, dan kaos tangan.
e. Pencegahan Infeksi
Menurut Mutmainnah (2017:230), pencegahan infeksi pada
bayi baru lahir bisa berupa cuci tangan sebelum kontak dengan
bayi lalu berikan obat tetes mata/ salep, diberikan 1 jam
pertama setelah lahir yaitu, eritromysin 0,5 %/ tetrasiklin 1%.
BBL sangat rentan terjadi infeksi sehingga perlu diperhatikan
secara khusus.
f. Pemberian Suntikan Vitamin K
Semua bayi baru lahir harus diberikan suntikan vitamin K 1
mg intramuskuler, di paha kiri anterolateral setelah IMD untuk
mencegah pendarahan BBL akibat defisiensi vitamin K
(Muchtar, 2015:70).

g.Pemberian Imunisasi
Imunisasi hepatitis B diberikan untuk mencegah infeksi
hepatitis B pada bayi terutama saat bayi melewati jalan lahir.
Imunisasi diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K dengan
dosis 0,5 ml intramuskuler di paha kanan anterolateral
(Muchtar, 2015:70).
4. Tanda dan Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Menurut Buku KIA (2018:35), berikut merupakan tanda bahaya
pada bayi baru lahir, antara lain:
a. Tidak mau menyusu
b.Kejang-kejang
c. Lemah
d.Sesak napas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/ menit)
e. Bayi mennagis merintih terus menerus
f. Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah
g.Demam atau panans tinggi
h.Mata bayi bernanah
i. Diare
j. Kulit dan mata kuning
k.BAB berwarna pucat
Jika terdapat tanda-tanda diatas maka segeralah ke fasilitas
kesehatan terdekat.

5. Kunjungan Neonatal
Menurut Ekayanthi (2018:442), pelayanan kesehatan pada bayi
baru lahir atau neonatus dilakukan minimal 3 kali kunjungan oleh
bidan/perawat/dokter, yaitu:
a. Kunjungan I pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir.
b.Kunjungan II hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir.
c. Kunjungan III pada hari ke-8 sampai dengan 28 hari setelah lahir.

E. Konsep Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas merupakan masa keluarnya darah dari jalan lahir
setelah hasil konsepsi dilahirkan, dimulai dari beberapa jam setelah
plasenta lahir dan selesai selama kira-kira 6 minggu (Sumiaty,
2018:440).
Sedangkan menurut Nurjannah, dkk (2020:2), masa nifas
dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis akan pulih
dalam waktu 3 bulan. Masa nifas (postpartum/puerpe rium) berasal
dari bahasa Latin, yaitu dari kata "Puer" yang artinya bayi dan
"Parous" yang berarti melahirkan.

2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Menurut Nurjannah, dkk ( 2020:55 ) perubahan fisiologis masa
nifas adalah sebagai berikut:

a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yang
menyebabkan uterus kembali pada posisi semula seperti
sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involus uteri dapat
juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan
semula atau keadaan sebelum hamil.
Tabel 2.7
Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus
Menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi Lahir Setinggi pusat, 2 jari di


1000 gram
bawah pusat
1 Minggu Pertengahan pusat – simfisis 750 gram

2 Minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gram

6 Minggu Normal 50 gram

8 Minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram


Sumber: Muchtar (2015:102).

2) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum
uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea
adalah sebagai berikut:
a) Lochea Rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama 2 hari postpartum.
b) Lochea Sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah
dan lendir, hari 3-7 postparum.
c) Lochea Serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 postpartum.
d) Lochea Alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
3) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh
2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan
serviks akan menutup.
4) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
perengangan yang sangat besar selama proses melahirkan
bayi terjadi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi menonjol.
5) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi
yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum
sudah mendapatkan kembali seban besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum
melahirkan.
6) Payudara
a) Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan
peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.
b) Kolostrum sudah ada saat persalina, produksi ASI
terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah
persalinan.
c) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda
telah mulainya proses laktasi.
b. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat
segera setelah melahirkan karena terhentinys aliran darah ke
plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang
dapat diatasi dengan hemokonsentrasi sampai volume darah
kembali normar, dan pembuluh darah kembali ke ukuran
semula

c. Sistem Perkemihan
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkaan kadar hormon estrongen yang bersifat menahan air
akan mengslsmi penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.
d. Sistem Gastrointestinal
Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami
penurunan selama 1 atau 2 hari, gerak tubuh berkurang dan
usus bagian bawah sering kososng jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalangi keinginan ke belakang.
e. Sistem Endokrin
Kadar estrongen menurun 10% dalm waktu sekitar 3
jam postpartum. Progesterone turun pada hari ke 3 postpartum.
Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur.
f. Sistem Muskulosklebal
Ambulasi pada umunya dimulai 4-8 jam postpartum.
Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi
dan mempercepat proses involusi.

g. Sistem Integumen
a) Penurunan melain umumnya setelah persalinan
menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit.
b) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit
karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen
menurun.

3. Kebutuhan Pada Masa Nifas


Menurut Sumiaty (2018:444), berikut merupakan kebutuhan
ibu pada masa nifas, antara lain:
a. Nutrisi dan Cairan
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
3) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
b. Pemberian Kapsul Vitamin A 200.000 IU
Kapsul vitamin A 200.000 IU pada masa kehamilan
diberikan sebanyak 2 kali, pertama segera setelah lahir
kemudian 24 jam setelah pemberian pertama. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kandungan vitamin A pada
ASI, bayi menjadi lebih kebal, ibu bisa cepat pulih dan
untuk memenuhi kebutuhan bayi akan vitamin A.
c. Ambulasi
Ambulasi dini merupakan kebijakan yang dilakukan
segera oleh bidan dengan membimbing ibu postpartum
bangun dari tempat tidur dan membimbing ibu untuk
berjalan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum (Nurjannah,
2020:95).
d. Eliminasi
Ibu diminta untuk buang air kecil (BAK) 6 jam
postpartum, jika dalam 8 jam belum dapat berkemih atau
sekali berkemih atau belum melebihi 100 cc, maka
dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk
kateterisasi.
Untuk buang air besar (BAB), ibu postpartum
diharapkan dapat BAB setelah hari ke-2 postpartum. Jika
hari ke-3 belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar
per oral atau per rektal (Nurjannah, 2020:95).
e. Personal Hygiene
Kebersihan diri ibu dapat membantu mengurangi
sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada
ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan
cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti
pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu
tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat
perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptic dan
selalu diingat bahwa memebrsihkan perineum dari arah
depan ke belakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan
untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun
kulit (Nurjannah, 2020:96).

f. Istirahat dan Tidur


Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat
tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam
hari dan 1 jam pada siang hari.anjurkan ibu untuk istirahat
cukup untuk mencengah kelelahan yang berlebihan. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal,
antaranya mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, serta menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya. Sarankan
ibu untuk istirahat yang cukup. Tidur siang atau beristirahat
selagi bayi tidur (Nurjannah, 2020:97).
g. Seksual
Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan huungan
seksual kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu
6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua
luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomy dan luka
bekas section cesarean (SC) biasanya telah sembuh dengan
baik. Bila suatu persalinan di pastikan tidak ada luka atau
perobekan jaringan, hubungan seks telah boleh dilakukan 3-
4 minggu setelah melahirkan (Nurjannah, 2020:97).

h. Kebutuhan Perawatan Payudara


1) Sebaiknya perawatan mammae telah dimulai sejak
wanita hamil supaya putting lemas, tidak keras, dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
2) Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan
cara: pembalut mammae sampai tertekan, pemberian
obat estrongen untuk supresi LH seperti tablet Lynoral
dan Pardolel.
3) Ibu menyusui harus menjaga payudaranya untuk tetap
bersih dan kering.
4) Menggunakan bra yang menyokong payudara.
5) Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI
yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai
menyusui, kemudian apabila lecetnya sangat berat
dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan dengan menggunakan sendok. Selain
itu, untuk menghilangkan rasa nyeri dapat minum
paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
i. Latihan Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari
pertama melahirkan setiap hari sampai hari kesepuluh,
terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk
mempercepat pemulihan keadaan ibu.

j. Rencana KB
Ibu dan suami dapat memilih alat kontasepsi KB apa
saja yang ingin digunakan. Idealnya pasangan harus
menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil
kembali.
Tabel 2.8
Pemilihan Metode Kontrasepsi
Urutan Fase menunda Fase Fase
prioritas kehamilan menjarangkan tidak
kehamilan hamil
(anak <2) lagi
(anak
>3)
1 Pil AKDR Steril
(MOP/MOW)
2 AKDR Suntikan AKDR
3 Kondom Minipil Implan
4 Implant Pil Suntikan
5 Suntikan Implan Kondom
6 Kondom Pil
Sumber: Sumiaty (2018:445).

4. Deteksi Dini Penyulit Masa Nifas


Menurut Muchtar (2015:112), penyulit pada masa nifas
adalah sebagai berikut:
a. Pendarahan Pasca Persalinan
Terdapat 2 jenis pendarahan pada masa nifas, yang
pertama adalah pendarahan pasca persalinan primer (early
postpartum Heomorrhage) atau pendarahan segera setelah
lahir. pendarahan ini terjadi dalam 24 jam pertama,
penyebab utamanya adalah Antonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
Sedangkan yang kedua adalah pendarahan sekunder
(late postpartum haemorrhage), atau pendarahan masa
nifas. Pendarahan ini terjadi setelah 24 jam pasca lahir,
penyebab utamanya adalah robekan jalan lahir dan sisa
plasenta atau membrane.
b. Infeksi Masa Nifas
Ini merupakan infeksi peradangan pada semua alat
genetalia pada masa nifas dengan ciri-ciri suhu badan lebih
dari 380C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama dua hari. Berikut merupakan gejala infeksi masa
nifas:
1) Tekanan darah meningkat/ menurun
2) Pernapasan meningkat/ menurun
3) Kesadaran gelisah/ koma
4) Lochea bernanah dan berbau
5) Terjadi gangguan involusi uterus

c. Pre-Eklamsia dan Eklamsia


Berikut merupakan ciri-ciri dari pre-eklamsia dan eklamsia
1) Tekanan darah tinggi
2) Oedema pada muka dan tangan
3) Pemeriksaan laboratorium protein urine positif
Selama masa nifas di hari ke 1-28, ibu harus
mewaspadai munculnya gejala tersebut, jika keadaan
bertambah berat bisa terjadi eklamsia, dimana kesadaran
hilang dan tekanan darah meningkat. Sehingga dapat
menyebabkan kematian.

5. Kunjungan Masa Nifas


Menurut Nurjannah, dkk (2020:4), Kebijakan mengenai
pelayanan nifas (pueperium), yaitu paling sedikit ada 4 kali
kunjungan pada masa nifas dengan tujuan untuk:
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-
kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan
bayinya.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi
pada masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas ataupun bayinya.seperti
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.9
Frekuensi Kunjungan Masa Nifas
Kunjunga Waktu Tujuan
n
1 6-8 jam a. Mencegah pendarahan masa nifas → atonia uteri
setelah b.Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan :
persalina rujuk jika perdarahan berlanjut
n c. Memberikan konseling pada ibu/salah satu keluarga
→ mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
d.Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
f. Menjaga bayi tetap sehat → mencegah hipotermi.
g.Mendampingi ibu dan bayi baru lahir bagi petugas
kesehatan yang menolong persalinan,minimal 2 jam
pertama setelah lahir pertama sampai keadaan stabil.
2 6 hari a. Memastikan involusio uterus berjalan normal
setelah (kontraksi uterus baik, fundus uteri di bawah
persalina umbilicus dan tidak ada pendarahan maupun bau yang
n abnormal)
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan abnormal.
c. Ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d. Ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu, mengenai asuhan
pada bayi (perawatan tali pusat dan menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari).
3 2 minggu Sama dengan tujuan kunjungan 6 hari setelah sa
setelah persalinan
persalina
n
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit ibu dan bayi
setelah yang alami
persalina
n b. Konseling metode kontrasepsi/KB secara dini

Sumber : Nurjannah, dkk (2020:5)

6. Tujuan Asuhan Pada Ibu Nifas


Menurut Saifuddin (2016:356) ada 2 tujuan asuhan pada ibu
nifas yaitu:
a. Tujuan Umum
Mengetahui kebutuhan ibu dan bayi pada periode
pascapersalinan, mengenali komplikasi pascapersalinan pada
ibu dan bayi, melakukan upaya pencegahan infeksi yang
diperlukan serta menjelaskan dan melaksanakan ASI ekslusif,
konseling HIV/AIDS dan kontrasepsi, prosedur imunisasi.
b. Tujuan Khusus
1) Mengenali dan memenuhi kebutuhan ibu pada masa
pascapersalinan
2) Mengenal komplikasi perdarahan pascapersalinan
3) Mengenal penyebab utama kematian dan kecacatan pada
bayi selama masa pascapersalinan
4) Mengenal dan memenuhi kebutuhan bayi baru lahir
5) Melakukan upaya pencegahan infeksi dasar pada bayi baru
lahir
6) Melakukan upaya untuk menyususi dan bagaimana
mempertahankannya selama minimal 6 bulan (exclusive
breastfeeding).
7) Menjelaskan manfaat konseling IMS/HIV-AIDS dan
penggunaan kontrasepsi.
8) Menjelaskan dan melaksanakan prosedur imunisasi pada
ibu dan bayi.

F. Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian Manajemen
Manajemen kebidanan adalah suatu proses pemecahan masalah yaitu
dengan cara pengorganisasian, perkiraan, tindakan-tindakan dengan
urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi
tenaga kesehatan (Munthe, 2019:209)

2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan


Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang
berurutan dan setiap langkah dusempurnakan secara periodik, proses
dimulai dari pengumpulan data dan berakhit dengan evaluasi. 7 langkah
manajemen kebidanan yaitu sebagai berikut :
a) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
dsemua data lengkap serta semua informasi yang akurat dari berbagai
sumber yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap yaitu :
1)Riwayat kesehatan
2)Pemeriksaan fisik yang sesuai dengan keluhannya
3)Meninjau catatan kesehatan pasien/klien terbaru atau catatan
sebelumnya. Langkah ini akan menjadi langkah awal dan menunjang
langkah-langkah selanjutnya. Oleh karena itu diperlukan
pengumpulan data secara akurat dan lengkap.
b) Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien. Data dasar yang telah terkumpul
kemudian diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
yang spesifik, diagnosis kebidanan yang ditegakkan oleh bidan dalam
lingkup praktik kebidanan yang memenuhi standar nonemklatur (tata
nama) diagnosis kebidanan. langkah selanjutnya adalah
meninterpretasikan data-data tersebut.
c) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan akan melakukan identifikasi terhadap masalah
ataupun diagnosa potensial lain yang berdasarkan pada serangkaian
masalah dan juga diagnosa yang telah diidentifikasi sebelumnya. Pada
langkah ini bidan perlu mengantisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan sambil mengamati klien bidan diharapkan bersiap-siap bila
diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
d) Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Yang Memerlukan
Penanganan Segera
Pada langkah ini bidan akan mengidentifikasi perlunya tindakan
segera yang dilakukan oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e) Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini bidan akan merencanakan asuhan kebidanan yang
menyeluruuh terhadap klien. Langkah ini merupakan langkah lanjutan
dari manajemen terhadap diagnosa dan atau masalah yang diidentifikasi
dan diantisipasi sebelumnya. Pada langkah ini seluruh informasi/data
yang belum lengkap dapat dilengkapi oleh bidan.
f) Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini seluruh rencana yang telah ditetapkan pada langkah
V dilaksanakan dengan efisien dan aman. Seluruh rencana yang telah
disusun dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau hanya dilakukan
sebagian oleh bidan dan sebagian lagi oleh anggota tiim kesehatan
lainnya.
g) Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi terkait dengan keefektifan dari
asuhan yang telah diberikan. Apakah seluruh kebutuhan klien telah
terpenuhi atau belum. (Munthe, 2019:209)

3. Standar Asuhan Kebidanan


Standar asuhan kebidanan merupakan tolak ukur yang digunakan bidan
dalam proses pengambilan keputusan serta tindakan yang sesuai dengan
wewenang dan juga ruang lingkup praktiknya berdasarkan pada ilmu dan kita
kebidanan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No.938/MENKES/SK/VII/2007 mengenai standar asuhan kebidanan adalah
sebagai berikut :
1) Standar I : Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian artinya bidan mengumpulkan semua
informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan pasien/klien
secara akurat, relevan, serta lengkap.
Kriteria penilaian pengkajian ini adalah sebagai berikut :
a) Data tepat, akurat serta lengkap.
b) Data subyektif (hasil anamnesis, biodata, keluhan utama, riwayat
obstetric, riwayat kesehatan serta latar belakang sosial dan budaya).
c) Data objektif (hasil pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan psikologis).
2) Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Setelah dilakukan pengkajian maka bidan dapat menganalisa data
yang telah diperoleh kemudian menginterpretasikannya secara akurat
agar dapat menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
Kriteria yang digunakan dalam perumusan diagnose dan atau
masalah kebidanan adalah sebagai berikut :
a) Diagnosa yang akan ditegakkan sesuai dengan nomenklatur
kebidanan.
b) Masalah yang dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
c) Dapat terselesaikan dengan asuhan kebidanan yang dilakukan secara
mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.

3) Standar III : Perencanaan


Setelah bidan menegakkan diagnosa dan suatu permasalahan
selanjutnya bidan akan melakukan perencanaan asuhan kebidanan yang
akan diberikan.
Kriteria perencanaan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara
komprehensif.
b) Melibatkan pasien/klien dan atau keluarga.
c) Mempertimbangkan kondisi psikologis serta social budaya pasien
dan keluarga.
d) Memilih tindakan yang aman dan sesuai dengan kondisi serta
kebutuhan klien berdasarkan dengan evidence based dan juga
memastikan jika asuhan yang diberikan kepada klien adalah asuhan
yang bermanfaat.
e) Mempertimbangkan kebijakan dan juga peraturan yang berlaku,
sumber daya dan fasilitas yang ada.

4) Standar IV : Implementasi
Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun bidan kemudian
dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
pada evidence based kepada pasien ataupun klien berupa upaya
promotif, preventif, kuratif dan juga rehabilitatif.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural.
b) Setiap tindakan asuhan kebidanan harus mendapatkan persetujuan
baik dari klien ataupun keluarganya. (informed consent).
c) Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan evidence based.
d) Mampu melibatkan klien/pasien dalam setiap asuhan ataupun
tindakan yang diberikan.
e) Menjaga kerahasiaan pasien/klien.
f) Selalu melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
g) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
h) Menggunakan sumber daya, sarana dan prasarana yang ada dan
juga yang sesuai.
i) Melakukan setiap tindakan sesuai dengan standar.
j) Mencatat setiap tindakan yang telah dilakukan.

5) Standar V : Evaluasi
Setelah melakukan tindakan maka bidan akan melanjutkannya
dengan mengevaluasi secara sistematis dan berkesinambungan terkait
tindakan tersebut. Hal ini dilakukan untuk melihat keefektifan dari
asuhan ataupun tindakan yang telah diberikan, sesuai dengan perubahan
dan perkembangan kondisi klien.
Kriteria dari evaluasi tersebut adalah sebagai berikut :
a) Penilaian dilakukan segera setelah asuhan yang sesuai kondisi klien
diberikan.
b) Hasil evaluasi dicatat dan diberitahukan kepada klien dan atau
keluarganya.
c) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
d) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

6) Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan


Setelah dilakukan evaluasi, standar yang terakhir adalah melakukan
pencatatan atau pendokumentasian terkait dengan asuhan kebidanan
yang diberikan. Pencatatan dilakukan secara lengkap, akurat, singkat
dan jelas mengenai kondisi ataupun kejadian yang ditemukan saat
memberikan asuhan kebidanan.
Kriteria pencatatan asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :
a) Pencatatan dilakukan segera setelah melakukan asuhan pada formulir
yang telah tersedia (rekam medis/KMS/status pasien/buku KIA).
b) Ditulis menggunakan bentuk catatan perkembangan SOAP.
S merupakan data subyektif untuk mencatat hasil anamnesis.
O merupakan data objektif untuk mencatat hasil pemeriksaan.
A merupakan hasil analisa untuk mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan.
P merupakan penatalaksanaan untuk mencatat segala
asuhan/tindakan yang diberikan baik berupa tindakan antisipatif,
tindakan segera, ataupun tindakan secara komprehensif (penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi / follow up dan juga rujukan)
(Nurwiandani, 2018:9).

G. Dokumentasi Kebidanan
1. Pengertian Dokumentasi Kebidanan
Menurut KBBI Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan,
pengolaan dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan.
(Nurwiandani, 2018:9).
Dokumentasi kebidanan adalah bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki seorang bidan dalam melakukan catatan keperawatan,
yang berguna untuk kepentingan pasien, bidan, dan tim kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan (Nurwiandani, 2018:9).

2. Tujuan Dokumentasi Kebidanan


Menurut Nurwiandani (2018:9) tujuan dari adanya dokumentasi
kebidanan adalah sebagai berikut :
1) Sebagai sarana komunikasi.
2) Sebagai aspek legal (sarana tanggung jawab dan tanggung
gugat).
3) Sebagai sarana pendidikan
4) Sebagai sarana informasi statistic.
5) Sebagai sarana finansial ekonomi.
6) Sebagai jaminan kualitas mutu pelayanan kesehatan.
7) Sebagai sarana penelitian.
8) Sebagai sumber data asuhan kebidanan yang dilakukan secara
berkesinambungan.

3. Metode Penulisan Dokumentasi Kebidanan


Menurut Nurwiandani (2018:9), metode penulisan dokumentasi
kebidanan yang digunakan adalah metode SOAP sebagai berikut:
a) S (Subyektif)
Pendokumentasian subyektif merupakan pendokumentasian yang
menggambarkan data klien yang didapat melalui anamnesis.
Pendokumentasian ini berupa identitas umum, keluhan klien,
riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan dan KB, riwayat kesehatan klien dan keluarga, pola
hidup serta riwayat psikososial. Pada orang yang tidak bisa
berbicara (bisu) maka dibelakang huruf “S” diberi tanda “O” yang
menandakan jika orang tersebut bisu. Data subyektif ini nantinya
akan menguatkan diagnosa yang dibuat.
b) O (Objektif)
Data objektif menggambarkan pendokumentasian hasil analisis
dan fisik, serta hasil laboratorium dan juga tes diagnostic yang
nantinya dapat digunakan sebagai data fokus dalam merumuskan
assesment/analisa. Data objektif diperoleh dari bidan melalu hasil
pemeriksaan terhadap pasien. Data ini akan memberikan gejala
klinis klien yang berkaitan dengan diagnosis.
c) A (Assesment/Analisa)
Apabila data subyektif dan juga objektif telah disimpulkan maka
bidan dapat menegakkan diagnosis dan masalah klien berdasarkan
hal tersebut. Menganalisis adalah suatu hal yang penting dalam
upaya mengikuti perkembangan klien. Diagnosis merupakan suatu
hasil rumusan yang diperoleh dari hasil pengkajian mengenai
kondisi klien.
d) Penatalaksanaan
Pentalaksanaan menggambarkan pendokumentasian yang
berasal dari perencaan dan juga evaluasi terhadap suatu tindakan
yang diberikan berdasarkan assessment.
1) Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh
bidan untuk membuat rencana tindakan/asuhan yang akan
diberikan kepada klien. Hal ini dilakukan untuk mencapai
keadaan klien yang lebih baik dari keadaannya sekarang.
Tindakan yang diambil harus membantu pasien/klien dalam hal
mencapai kemajuan dalam kesehatan dalam batas waktu
tertentu.
2) Implementasi
Suatu bentuk pelaksanaan dari tindakan ataupun asuhan
yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi serta menghilangkan masalah klien. Tindakan yang
akan diberikan harus disetujui terlebih dahulu oleh klien ataupun
keluarga klien, kecuali apabila tindakan tersebut tidak dilakukan
maka dapat mengancam keselamatan klien.
3) Evaluasi
Proses penilaian terhadap hasil dari pelaksanaan tindakan
yang dilakukan oleh bidan. Analisis dari suatu hasil yang
dicapai menjadi fokus utama dari ketetapan nilai tindakan. Jika
kriteria tujuan tidak tercapai maka proses evaluasi dapat menjadi
dasar untuk mengembangkan suatu tindakan alternative
sehingga mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai