Anda di halaman 1dari 165

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis.

Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah

mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan

seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar

kemungkinannya terjadi kehamilan.Apabila kehamilan

direncanakan, akan memberi rasa bahagia dan penuh harapan, tetapi

di sisi lain diperlukan kemampuan bagi wanita untuk beradaptasi

dengan perubahan yang terjadi selama kehamilan, baik perubahan

yang bersifat fisiologis maupun psikologis (Fatimah & Nuryaningsih,

2017).

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang

sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).

Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari

awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan

merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar

dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu

maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil

yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat berisiko tinggi

(Katmini, 2020).
2. Proses Kehamilan

Ovulasi biasanya terjadi kira-kira 14 hari sebelum menstruasi

yang akan datang, dengan kata lain, diantara dua haid yang

berurutan, indung telur akan mengeluarkan ovum, setiap kali satu

dari ovarium kanan dan lain kali dari ovarium kiri. Setiap bulan

wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari indung telur

(ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrai) dan masuk ke

dalam sel telur. Waktu parsetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam

vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki

rongga rahim lalu masuk ke sel telur. Pembuahan sel telur oleh

sperma biasa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba fallopi.

Sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi

untuk mencairkan zat yang melindungi ovum kemudian pada tempat

yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel mani dan kemudian

bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi

= fertilisasi) (Fitriahadi, 2017a).

Kehamilan adalah proses yang terjadi dari pembuahan sampai

kelahiran, dimulai dari prosedur sel telur yang dibuahi oleh sperma,

lalu tertanam di dalam lapisan rahim, dan kemudian menjadi janin.

Kehamilan terjadi selama 40 minggu, yang terbagi ke dalam tiga

trimester dengan ciri- ciri perkembangan janin yang spesifik :

a. Trimester pertama (0-13 minggu), struktur tubuh dan sistem

organ bayi berkembang. Kebanyakan keguguran dan

kecacatan lahir muncul selama periode ini.


b. Trimester kedua (14-26 minggu), tubuh bayi terus

berkembang dan Anda dapat merasakan pergerakan pertama

bayi.

c. Trimester ketiga (27-40 minggu), bayi berkembang

seutuhnya (Ophie & Hanifah, 2019).

3. Tanda–Tanda Kehamilan

Ada 2 tanda yang menunjukkan seorang wanita mengalami

suatu kehamilan, tanda pasti dan tanda tidak pasti.Tanda tidak pasti

dibagi menjadi dua, pertama tanda subjektif (presumtif) yaitu

dugaan atau perkiraan seorang wanita mengalami suatu kehamilan,

kedua tanda objektif (probability) atau kemungkinan hamil.

a. Tanda Pasti

1. Gerakan janin dalam Rahim

2. Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian- bagian

janin.

3. Denyut jantung janin.Didengar dengan stetoskop Laenec,

alat kardiotokografi, alat Doppler dan dapat dilihat

dengan ultrasonografi (Yulizawati et al., 2017).


b. Tanda-Tanda Tidak Pasti

Berikut adalah tanda-tanda dugaan adanya kehamilan :

1. Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan

nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel

de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama

haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle, dapat

ditentukan perkiraan persalinan.

2. Mual dan muntah (Emesis). Pengaruh estrogen dan

progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung

yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi

hari disebut morning sickness. Dalam batas yang

fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan

muntah, nafsu makan berkurang

3. Ngidam. Wanita hamil sering menginginkan makanan

tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.

4. Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke

daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan

saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.

Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16

minggu

5. Payudara tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan

somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air

dan garam pada payudara. Payudara membesar dan

tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit


terutama pada hamil pertama.

6. Sering miksi. Desakan rahim kedepan menyebabkan

kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.

Pada trimester II, gejala ini sudah mulai menghilang.

7. Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesteron dapat

menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan

untuk buang air besar.

8. Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating

hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi

kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding

perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam)

dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae,

puting, susu makin menonjol, kelenjar Montgomery

menonjol, pembuluh darah manifes sekitar payudara).


9. Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat

terjadi bila hamil.

10. Varises atau penampakan pembuluh darah vena.

Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron

terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama

bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan

pembuluh darah itu terjadi di sekitar genitalia

eksterna, kaki, betis dan payudara. Penampakan

pembuluh darah ini dapat menghilang setelah

persalinan (Yulizawati et al., 2017).

4. Perubahan-perubahan pada ibu hamil

Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari

minggu ke minggu atau dari bulan ke bulan, terjadi perubahan pada

fisik dan mental. Perubahan ini terjadi akibat adanya ketidak

seimbangan hormon progesteron dan hormon estrogen, yakni

hormon kewanitaan yang ada di dalam tubuh ibu sejak terjadinya

proses kehamilan. Adanya ketidak seimbangan hormon ini akan

merangsang lambung sehingga asam lambung meningkat dan

menimbulkan rasa mual hingga muntah jika adaptasi ibu tidak

kuat. Bahkan ada yang sampai tidak mampu lagi menjalankan

aktivitas kehidupan sehari- hari, misalnya memasak, mencuci,

mandi, makan, bahkan harus istirahat di tempat tidur hingga

ada yang dirawat di rumah sakit. Pada ibu hamil yang mampu

beradaptasi dengan perubahan keseimbangan hormon ini, perasaan


mual tidak begitu dirasakan, mereka dapat melaksanakan aktivitas

sehari-hari seperti saat tidak hamil (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

a. Perubahan Fisiologis Kehamilan 1).

Perubahan Sistem Reproduksi

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama

dibawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya

meningkat. Berat uterus itu normal lebih kurang 30

gram.Pada akhir kehamilan (40 minggu), berat uterus itu

menjadi 1.000 gram. Perubahan uterus adalah sebagai

berikut: pada minggu ke-16 dari luar, fundus uteri kira-kira

terletak diantara setengah jarak pusat ke simfisis, pada

minggu ke-20 fundus uteri terletak kira-kira dipinggir bawah

pusat, pada minggu ke-24 fundus uteri berada tepat dipinggir

atas pusat, pada minggu ke-28 fundus uteri terletak kira- kira

3 jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat ke

prosessus xifodeus, pada minggu ke-39 fundus uteri

terletik diantara setengah jarak pusat dari prosessus

xifodeus, pada mingguke-36 fundus uteri terletak kira-kira 3

jari di bawah prosessus xifodeus, pada minggu ke-40

fundus uteri turun kembali dan. Hal ini disebabkan oleh

kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk ke

dalam rongga panggul Vagina, terjadi pembuluh darah

vagina bertambah, hingga warna selaput lendirnya

membiru (tanda Chadwick), kekenyalan (elastis). Vagina


bertambah artinya daya direnggang bertambah, sebagai

persiapan persalinan (Fatimah & Nuryaningsih, 2017) .

2) Sistem Integument

Ibu hamil sering mengalami perubahan pada kulit

yaitu terjadi hiperpigmentasi atau warna kulit kelihatan lebih

gelap.Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan

Melanosit Stimulating Hormon (MSH). Hiperpigmentsi

dapat terjadi pada muka, leher, payudara, perut, lipat paha

dan aksila. Hiperpigmentasi pada muka disebut kloasma

gravidarum biasanya timbul pada hidung, pipi dan dahi.

Hiperpigmentasi pada perut terjadi pada garis tengah

berwarna hitam kebiruan dari pusat kebawah sampai

sympisis yang disebut linea nigra. Perubahan keseimbangan

hormon pada ibu hamil dapat juga menimbulkan perubahan

berupa penebalan kulit, pertumbuhan rambut maupun kuku.

Perubahan juga terjadi pada aktifitas kelenjar meningkat

sehingga wanita hamil cenderung lebih banyak

mengeluarkan keringat maka ibu hamil sering mengeluh

kepanasan. Peregangan kulit pada ibu hamil menyebabkan

elastis kulit mudah pecah sehingga timbul striae gravidarum

yaitu garis-garis yang timbul pada perut ibu hamil. Garis-

garis pada perut ibu berwarna kebiruan disebut striae

livide. Setelah partus striae livide akan berubah menjadi

striae albikans. Pada ibu hamil multigravida biasanya


terdapat striae livide dan striae albikan (Tyastuti &

Wahyuningsih, 2016).

3) Mammae

Selama kahamilan payudara bertambah besar, tegang,

berat. Dapat teraba nodule-noduli, akibat hipertrofi kelenjar

alveoli, bayangan vena-vena lebih membiru.

Hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara.

Kalau diperas keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna

kuning. Perkembangan payudara ini karena pengaruh

hormon saat kehamilan yaitu estrogen, progesterone dan

somatomamotropin (Fitriahadi, 2017b).

Perubahan payudara pada ibu hamil yaitu payudara

menjadi lebih besar, areola payudara makin hitam karena

hiperpigmentasi, glandula Montgomery makin tampak

menonjol dipermukaan areola mamae, pada kehamilan 12

minggu keatas dari puting susu keluar cairan putih jernih

(kolostrum) yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai

bereaksi, pengeluaran ASI belum berjalan oleh karena

prolaktin ini ditekan oleh PIH (Prolaktine Inhibiting

Hormone), dan setelah persalinan, dengan dilahirkannya

plasenta pengaruh estrogen, progesterone dan

somotomammotropin terhadap hipotalamus hilang

sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi

(Fitriahadi, 2017b).
4) Endokrin

Beberapa kelenjar endokrin terjadi perubahan seperti :

Kelenjar tiroid : dapat membesar sedikit

Kelenjar hipofise : dapat membesar terutama lobus

anterior

Kelenjar adrenal : tidak begitu terpengaruh

(Fitriahadi, 2017b).

5) Sistem Kardiovaskular

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan

perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular

sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung.

antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume

plasma. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi

oleh penurunan resistensi vascular sistemik dan perubahan

padaaliran pulsasi arterial. Ventrikel kiri akan mengalami

hipertrofi dan dilatasi untuk memfasilitasi perubahan cardiac

output, tetapi kontraktilitasnya tidak berubah. Sejak

pertengahan kehamilan pembesaran uterusakan menekan

vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam

posisi terlentang, sehingga mengurangi aliran balik ke

jantung. Akibatnya, terjadi penurunan preload dan cardiac

output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi

arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine dan

pada keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu


kehilangan kesadaran. Eritropoetin ginjal akan meningkatkan

jumlah sel darah merah sebanyak 20%-30%, tetapi tidak

sebanding dengan peningkatan plasma darah hingga

mengakibatkan hemodelusi dan penurunan kadar

hemoglobin mencapai 11 g/dL (Yulizawati et al., 2017).

6) Sistem Respirasi

Wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas.

Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah

diafragma akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital paru

meningkat sedikit selama hamil. Seorang wanita hamil selalu

bernafas dada (thoracic breathing) (Fitriahadi, 2017b).

7) Sistem Pencernaan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan

enek (nausea). Mungkin ini akibat kadar hormon estrogen

yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun

sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang.

Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang

telah dicernakan lebih lama berada dalam usus-usus. Hal ini

mungkin baik untuk resorpsi akan tetapi menimbulkan pola

obstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan utama

wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan-bulan

pertama kehamilan gejala muntah

(emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai

morning sickness. Emesis, bila terlampau sering dan terlalu


banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum,

keadaan ini patologik. Salivasi ini adalah pengeluaran air liur

berlebihan dari pada biasa. Bila terlampau banyak, inipun

menjadi patologik (Fitriahadi, 2017b).

8) Sistem Perkemihan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung

kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga

timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin

tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga

panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun

ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan

timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali.

Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena

pengaruh progesterone. Akan tetapi ureter kanan lebih

membesar daripada ureter kiri karena mengalami lebih

banyak tekanan dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini

disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar ke arah

kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering

memakai tangan kanannya atau disebabkan oleh letak kolon

dan sigmoid yang berada di belakang kiri uterus.Akibat

tekanan pada ureter kanan tersebut lebih sering dijumpai

hidroureter dekstra dan pielitis dekstra. Disamping sering

kencing tersebut diatas terdapat pula poliuri. Poliuri

disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal


pada kehamilan sehingga filtrasi glomerulus juga meningkat

sampai 69 %. Reabsorbsi di tubulus tidak berubah sehingga

lebih banyak dapat dikeluarkan urea, asam folik dalam

kehamilan (Fitriahadi, 2017a).

9) Sistem Muskuloskeletal

Bentuk tubuh ibu hamil berubah secara bertahap

menyesuaikan penambahan berat ibu hamil dan semakin

besarnya janin, menyebabkan postur dan cara berjalan ibu

hamil berubah. Peningkatan hormon seks steroid yang

bersirkulasi mengakibatkan terjadinya jaringanikat dan

jaringan kolagen mengalami perlunakan dan elastisitas

berlebihan sehingga mobiditas sendi panggul mengalami

peningkatan dan relaksasi. Derajat relaksasi bervariasi,

simfisis pubis merenggang 4 mm, tulang pubik melunak

seperti tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus

mengendur membuat tulang coccigis bergeser kebelakang

untuk persiapan persalinan. Otot dinding perut meregang

menyebabkan tonus otot berkurang. Pada kehamilan

trimester III otot rektus abdominus memisah mengakibatkan

isi perut menonjol digaris tengah tubuh, umbilikalis menjadi

lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan tonus otot

secara bertahap kembali tetapi pemisahan

otot rekti abdominalis tetap (Tyastuti & Wahyuningsih,

2016).
10) Kenaikan Berat Badan

Ibu hamil diharapkan berat badannya bertambah,

namun demikian seringkali pada trimester I berat badan (BB)

ibu hamil tetap dan bahkan justru turun disebabkan rasa

mual, muntah dan nafsu makan berkurang sehingga asupan

nutrisi kurang mencukupi kebutuhan. Pada kehamilan

trimester ke II ibu hamil sudah merasa lebih nyaman

biasanya mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu

makan mulai bertambah maka pada trimester II ini BB ibu

hamil sudah mulai bertambah sampai akhir kehamilan.

Peningkatan BB selama hamil mempunyai kontribusi penting

dalam suksesnya kehamilan maka setiap ibu hamil periksa

harus ditimbang BB. Sebagian penambahan BB ibu hamil

disimpan dalam bentuk lemak untuk cadangan makanan

janin pada trimester terakhir dan sebagai sumber energi

pada awal masa menyusui. Ibu hamil perlu disarankan untuk

tidak makan berlebihan karena penambahan BB berlebihan

pada saat hamil kemungkinan akan tetap gemuk setelah

melahirkan maka konsultasi gizi sangat diperlukan pada ibu

hamil. Peningkatan BB pada trimester II dan III merupakan

petunjuk penting tentang perkembangan janin.Peningkatan

BB pada ibu hamil yang mempunyai BMI normal (19,8-

26) yang direkomendasikan adalah 1 sampai 2 kg pada

trimester pertama dan 0,4 kg per minggu. Keperluan


penambahan BB semua ibu hamil tidak sama tetapi harus

melihat dari BMI atau IMT sebelum hamil. Penambahan BB

selama hamil dan perkembangan janin berhubungan dengan

BB dan TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT). Cara menghitung

IMT adalah BB sebelum hamil (dalam kg) dibagi TB (dalam

meter) pangkat 2 misalnya seorang ibu hamil BB sebelum

hamil 50 kg dan TB 150 cm maka IMT adalah 50/(1,5) 2 =

22,22 termasuk normal (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).

b. Perubahan Psikologis dalam Masa Kehamilan

1) Trimester I

Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu

mencari tenda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa

dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi

pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama,

karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan

rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukanya kepada

orang lain/ dirahasiakanya. Hasrat untuk melakukan

hubungan sex, pada wanita trimester pertama ini berbeda.

Walaupun beberapa wanita mengalami gairah sex yang

lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan

libido selama periode ini, keadaan ini menciptakan

kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur

dengan suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai

dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa


berhubungan sex. Libido sangat dipengaruhi oleh

kelelahan, masa mual,pembesaran payudara, keprihatinan,

dan kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal

dari proses kehamilan pada trimester pertama (Fitriahadi,

2017a).

2) Trimester II

Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa

sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang

lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah

berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum

dirasakan sebagai beban, ibu menerima kehamilannya dan

mulai dapat menggunakan energi dan pikiran nya secara

lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat

merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu yang merasa

terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti

yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan

meningkatnya libido (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

3) Trimester III

Trimester ketiga seringkali disebut periode

menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa

tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi

dan membesarnya perut merupakan dua hal yang

mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu


merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-

waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan

kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan

terjadinya persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir

atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya

tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap

melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau

benda apa saja yang dianggapnya membahayakan

bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan

rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu

melahirkan (Fitriahadi, 2017b).

5. Kebutuhan Dasar Pada Ibu Hamil

Perubahan fisik dan psikologis dalam masa kehamilan

menyebabkan terjadinya perubahan kebutuhan pada masa

kehamilan. Sehingga setiap ibu hamil perlu disiapkan dengan baik

agar mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut. Mahasiswa

diharapkan mampu memberikan edukasi kepada ibu hamil terkait


perubahan dan kebutuhan pada masa kehamilan (Yulizawati et al.,

2017).

a. Kebutuhan Nutrisi

1) Karbohidrat merupakan sumber utama dalam makanan

sehari hari. Sebenarnya tidak ada rekomendasi tetap

mengenai asupan minimal karbohidrat bagi ibu hamil dan ibu

menyusui. Namun bila di US dan Kanada rekomendasi

asupan karbohidrat bagi ibu hamil sebesar 175 gram per hari

dan bagi ibu menyusui sebesar 210 gram per hari.

2) Protein pada trimester awal kehamilan, pada ibu hamil usia

19- 50tahun kebutuhan asupan protein sebesar 46 gram per

hari. Pada trimester II dan III 60 gram per hari. Protein pada

kehamilan berguna untuk membantu sintesis jaringan

maternal dan pertumbuhan janin.

3) Lemak, rekomendasi intake lemak dalam masa kehamilan

sebesar 20-35 % dari total energi keseluruhan. Lemak

membantu penyerapan vitamin larut lemak yaitu vitamin A,

D, E, dan K. Selama kehamilan, janin mengambil asam

lemak sebagai sumber makanan dari ibu. Namun pada

trimester III janin dapat membuat asam lemak sendiri yang

berguna untuk menaikkan berat badan saat lahir nanti

(Yulizawati et al., 2017).

b. Kebutuhan personal hygiene

1) Cuci tangan
2) Mencegah Penyebaran Penyakit

3) Keseluruhan kebersihan tubuh

a) Mandi harian akan mencegah bakteri memasuki vagina.

b) Jika menjalani operasi caesar, jangan mencukur atau

menghilangkan rambut kemaluan anda selama

seminggu sebelum operasi. Mandi pada hari operasi dan

jaga luka tetap bersih dan kering sampai sembuh.

4) Vaginal Hygiene

5) Kebersihan payudara (Yulizawati et al., 2017).

c. Kebutuhan Mobilisasi

1) Mobilisasi

Sejalan dengan bertambahnya berat badan selama

kehamilan, terjadi perubahan pemusatan gravitasi tubuh yang

bergeser ke depan yang menyebabkan ibu hamil menjadi

lordosis. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan

seperti nyeri pada punggung.

a) Posisi duduk

Ibu hamil harus memilih kursi yang nyaman yang

menopang pungung dan pahanya dengan baik. Posisi

punggung harus tegak tidak miring ke kanan atau

kiri atau ke depan.

b) Berdiri

Postur harus setegak mungkin dengan abdomen dan

bokong dikontraksikan. Berat badan harus terbagi rata


untuk mencegah tegangan pada ligamen pelvis dan

menyebar diantara tumit dan kaki.Hindari pemakaian

alasaki yang memiliki timit tinggi agar tidak

mengganggu keseimbangan saat berdiri atau berjalan.

c) Berbaring

Hindari posisi berbaring telentang yang dapat

menyebabkan hipotensi karena tertekannya vena cava

inferior oleh uterus. Posisi tidur miring seperti tanda

koma dengan bantal yang diletakkan dibawah bagian

lengan atas dan lutut biasanya merupakan posisi yang

nyaman selama kehamilan, tetapi posisi ini tidak

dianjurkan jika ibu mengalami rasa tidak nyaman pada

pelvis.Sebagai gantinya berbaring miring dengan kedua

kaki saling bertindihan tetapi dipisahkan dengan bantal

dapat menjadi posisi yang lebih nyaman bagi ibu hamil.

d) Bangun dari tidur

Pada saat bangun dari posisi berbaring, ibu harus

menekuk lutunya, berguling ke satu sisi kemudian

menggunakan tangan untuk mendorong badan ke posisi

duduk atau berdiri. Hal ini dapat mencegah terkilirnya

otot punggung dan abdomen.

e) Mangangkat benda berat

Sebisa mungkin hal ini harus dihindari selama


kehamilan. Jika tidak dapat dihindari, objek harus

diangkat dengan jarak yang dekat dengan tubuh dengan

menekuk lutut dan punggung lurus. Dengan demikian

tegangan yang terjadi diambil oleh otot paha bukan otot

punggung (Yulizawati et al., 2017).

2) Senam Hamil

a) Latihan kegel. Kontraksi dan lemaskan otot

iskiokavernosa dan perineal transversal, otot levator

dan diafragma dan otot sfingter secara terpisah dan

serentak. Lakukan 50x.Latihan ini dapat memperkuat

dan merilekskan otot dasar pelvis dan jalan lahir.

b) Latihan transversus. Posisi merangkak dengan

punggung lurus. Tarik napas dan keluarkan, perlahan

tarik ke dalam bagian bawah abdomen di bawah

umbilikus sambil tetap menahan tulang belakang agar

tidak bergerak dan bernapas secara normal. Tahan

posisi tersebut selama 10 detik lakukan 10x. Ini

bertujuan utnuk mengurangi rasa sakit di punggung dan

pelvis

c) Menengadahkan atau mengayun pelvis. Lakukan latihan

ini pada posisi setengah berbaring, ditopang dengan baik

menggunakan bantal, lutut ditekuk dan kaki datar.

Tempatkan satu tangan di bawah punggung bagian

bawah dan tangan satunya diatas abdomen. Kencangkan


abdomen dan bokong dan tekan bagian punggung ke

bawah. Bernapas secara normal tahan selama 10 detik,

kemudian rileks.

d) Latihan kaki dan tungkai. Duduk atau setengah

berbaring dengan tungkai ditopang. Tekuk dan

regangkan pergelangan kaki sediktinya 12x. Putar kedua

pergelangan kaki sedikitnya 20x pada tiap arah.

Konstaksikan kedua lutut tahan sampai hitungan 4,

kemudian rileks, ulangi 12x. Hal ini dapat mengurangi

kram, varises vena, dan edema (Yulizawati et al., 2017).

d. Kebutuhan Istirahat/Tidur

Waktu tidur pada wanita dipengaruhi oleh perubahan

psikologi efek dari hormon endokrin, temperatur tubuh, mood

dan status emosi selama pubertas, siklus menstruasi,

kehamilan, dan menopause. Berdasarkan survey oleh Hedman

terhadap 325 wanita hamil didapati frekuensi tidur ibu hamil,

sebelum hamil 8,2 jam/ hari, pada trimester I 7,8 jam/ hari,

trimester II 8 jam/ hari, trimester III 7,8 jam/ hari (Yulizawati et

al., 2017).

6. Tanda–Tanda Bahaya Ibu Hamil

a. Perdarahan pervaginam

1) Plasenta Previa

Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa


nyeri, biasa terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja. Bagian

terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada

bagian bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat

mendekati pintu atas panggul. Pada plasenta previa, ukuran

panjang rahim berukuran lebih besar maka pada plasenta

previa lebihsering disertai kelainan letak (Simanullang, 2017).

2) Solusi Plasenta

Darah dari tempat pelepasan keluar dari serviks dan

terjadilah perdarahan tampak. Kadang-kadang darah tidak

keluar, terkumpul di belakang plasenta.Solusio plasenta

dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang

lebih khas (rahim keras seperti papan) karena seluruh

perdarahan tertahan di dalam.Umumnya berbahaya karena

jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya

syok. Nyeri abdomen pada saat dipegang, palpasi sulit

dilakukan, fundus uteri makin lama makin naik dan bunyi

jantung biasanya tidak ada (Simanullang, 2017).

b. Hipertensi

Hipertensi dalam kehamilan mencakupi hipertensi karena

kehamilan dan hipertensikronik (meningkatnya tekanan darah

sebelum usia kehamilan 20 minggu). Nyeri kepala, kejang, dan

hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi

dalam kehamilan. Keadaan lain yang dapat mengakibatkaan

kejang adalah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis,


ensefalitis (Fitriahadi, 2017b).

c. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang hebat atau yang menetap timbul pada ibu

hamil mungkin dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.

Wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang hebat.Sakit kepala

seringkali merupakan ketidak nyamanan yang normal dalam

kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius

adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu

mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau

berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah

gejala dari preeklampsia (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

d. Penglihatan kabur

Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur.Karena

pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah

dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal.

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam adalah perubahan visual yang mendadak,

misalnya pandangan kabur dan berbayang. Perubahan

penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan

mungkin menandakan preeklampsia (Fatimah & Nuryaningsih,

2017).

e. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

Hampir dari separuh ibu hamil akan mengalami bengkak


yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari

akan biasanya hilang setelah beristirahat dengan meninggikan

kaki. Bengkak biasanya menunjukkan adanya masalah serius

jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah

istirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini

dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-

eklampsia (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

f. Keluar cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada

trimester III. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi

sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput

ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum

kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm.

Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal

kala (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

g. Gerakan janin tidak terasa

Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan

trimester III. Normalnya ibu mulai merasakan janinnya

bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah.

Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbarig atau

beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.

Gejala yang akan terjadi gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam

periode 3 jam (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

h. Nyeri perut yang hebat


Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester III.

Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal

adalah normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan

masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang

hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hai ini

bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit

radang panggul, persalinan preterm, grastitis, penyakit atau

infeksi lain (Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

a. Asuhan Kehamilan (Antenatal Care)

Perkembangan pada pelayanan antenatal care

memberikan kesempatan pada ibu hamil untuk berkomunikasi

serta member dukungan kepada ibu. Komunikasi yang efektif

tentang masalah fisiologis, biomedis, perilaku dan sosiokultural,

serta dukungan yang efektif, termasuk dukungan sosial, budaya,

emosional dan psikologis kepada wanita hamil mampu

memberikan pengalaman positif selama kehamilan dan persalinan

sebagai pondasi untuk mewujudkan ibu yang sehat. Satu kali

kunjungan selama trimester pertama (12 minggu) (Priyanti et al.,

2020).

Untuk mendapatkan semua informasi yang diperlukan,

petugas kesehatan memberikan asuhan antenatal yang baik,

sesuai dengan Kemenkes RI tahun 2016 pelayanan asuhan

antenatal harus sesuai standar yaitu “10 T”, meliputi :

i. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan


Timbang dan ukur tinggi badan Timbang BB dan

pengukuran TB pertambahan BB yang normal pada ibu hamil

yaitu berdasarkan massa tubuh (BMI: Body Massa Index),

dimana metode ini menentukan pertambahan optimal selama

masa kehamlan, karena merupakan hal yang penting

untuk
mengetahui BMI wanita hamil. Total pertambahan BB pada

kehamilan yang normal adalah 11,5-16 Kg adapun TB

menentukan tinggi panggul ibu, ukuran normal yang baik

untuk ibu hamil antara lain <145 cm (Susanti & Fadmiyanor,

2020a).

Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung

dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil.

Tabel 2.1

Rentang total kenaikan berat badan yang

direkomendasikan untuk wanita hamil berdasarkan IMT

sebelum kehamilan

Kategori IMT Rentang total kenaikan

yang dianjurkan (kg)

Underweight (IMT <18,5) 12,5 – 18

Weight (IMT 18,5-24,9) 11,5 – 16

Overweigh (IMT 25-29,9) 7,0 – 11,5

Obesitas ≥ 30 5-9

Sumber :(Susanti & Fadmiyanor, 2020b) & (Kemenkes


RI, 2020a).

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk

mendeteksi faktor risiko terhadap kehamilan yang sering


berhubungan dengan keadaan rongga panggul.
ii. Ukur tekanan darah

Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui

perbandingan nilai dasar selama kehamilan. Tekanan darah

yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta,

tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolik 90

mmHg pada awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi

hipertensi (Susanti & Fadmiyanor, 2020b).

iii. Nilai status gizi

Bila LILA< 23,5 cm menunjukkan ibu hamil

menderita Kurang Energi Kronis (Ibu hamil KEK) dan

beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

(Kemenkes RI, 2020b).

iv. Ukur tinggi fundus uteri

Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu

pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila

kehamilan diatas 24 minggu memakai Mc.Donald yaitu

dengan cara mengukur tinggi fundus memakai metlin dari

tepi atas sympisis sampai fundus uteri kemudian

ditentukan sesuai rumusnya (Susanti & Fadmiyanor, 2020b).

v. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan

kepala atau kepala belum masuk panggul kemungkinan


adanya
kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung

janin kurang dari 120 kali/ menit ataulebih dari 160

kali/menit menunjukkan adanya gawat janin (Susanti &

Fadmiyanor, 2020b).

vi. Pemberian Tablet Fe

Pada ibu hamil mendapatkan minimal 90 tablet

selama kehamilan (Kemenkes RI, 2020b).

vii. Imunisasi TT

Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk

membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan

terhadap infeksi tetanus. Pemberian imunisasi Tetanus

Toxoid (TT) pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali.

Imunisasi pertama diberikan pada usia 16 minggu untuk

yang kedua diberikan 4 minggu kemudian, akan tetapi

untuk memaksimalkan perlindungan maka dibuat jadwal

pemberian imunisasi pada ibu (Susanti & Fadmiyanor,

2020b).

Tabel 2.2

Jadwal Pemberian Imunisasi TT


Selang Waktu
Imunisasi TT Lama Perlindungan
Minimal
Langkah awal

pembentukan kekebalan
I
tubuh terhadap penyakit

tetanus.

II 1 bulan setelah TT I 3 tahun

III 6 bulan setelah TT II 5 tahun

12 bulan setelah TT
IV 10 tahun
III

12 bulan setelah TT
V > 25 tahun
IV

Sumber : (Kemenkes RI, 2020b).

Imunisasi TT jangan diberikan pada ibu dengan riwayat

reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya (contoh:

kejang, koma, demam >40°C, nyeri/ bengkak ekstensif di lokasi

bekas suntikan).

viii. Test laboratorium (rutin dan khusus)

Tes kehamilan, kadar hemoglobin darah, golongan

darah, tes tripleeliminasi (HIV, Sifilis dan Hepatitis B) dan

malaria pada daerah endemis. Tes lainnya dapat dilakukan

sesuai indikasi seperti: gluko-protein urin, gula darah sewaktu,

sputum Basil Tahan Asam (BTA), kusta, malaria daerah non

endemis, pemeriksaan feses untuk kecacingan, pemeriksaan

darah lengkap untuk deteksi dini thalasemia dan pemeriksaan


lainnya. Tes
laboratorium yang masuk dalam Standar Pelayanan Minimal

adalah: pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan Hb (Hb ≥ 11

gr% disebut tidak anemia, Hb 9-10 gr% disebut anemia ringan,

Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang, Hb ≤ 7 gr% disebut anemia

berat), dan pemeriksaan glukoproteinuri (atas indikasi)

(Kementrian Kesehatan RI, 2020a).

ix. Tatalaksana kasus

Pada tahap ini diberikan tatalaksana kasus/ apabila ibu

memiliki masalah dalam kesehatan saat hamil (Kementrian

Kesehatan RI, 2020b).

x. Temu Wicara

Pada tahap ini diberikan diberikan konsultasi atau

melakukan kerjasama penanganan (Kementrian Kesehatan RI,

2020b)

i. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta dan

selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap

normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan

dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi mengakibatkan

perubahan serviks (Rosyati, 2017a).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil


konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat

hidup di luar
uterus melalui vagina secara spontan. Pada akhir kehamilan,

uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya timbul

kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan (Yulizawati et

al., 2019).

b. Jenis-Jenis Persalinan

i. Persalinan spontan Bila persalinan berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.

ii. Persalinan buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari

luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi

Sectio Caesaria.

iii. Persalinan anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan

sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan

ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin (Buda & Fajrin,

2018a).

c. Sebab–Sebab Terjadinya Persalinan

Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan

pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori.

i. Faktor–Faktor Hormonal yang Menyebabkan Persalinan

1) Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot

rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar

seperti rangsangan oksitosin,rangsanganprostaglandin,

rangsangan mekanis (Utami, 2019a).

2) Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot

rahim,menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar

seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan

mekanik, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos

relaksasi (Utami, 2019b).

Pada kehamilan, kedua hormon tersebut berada

dalam keadaan yang seimbang sehingga kehamilan dapat

dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon

tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh

hipose parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam

bentuk Braxton Hicks. Dengan demikian dapat

dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan

terjadinya proses persalinan:

1) Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang

dalam batas tertentu. Setelah melewati batas waktu

tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat

dimulai.Keadaan uterus yang terus membesar dan

menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot

uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat

mengganggu sirkulasi utero plasenter sehingga

plasenta mengalami degenerasi (Utami, 2019b).

2) Teori penurunan progresteron


Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,

pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

Villi koriales mengalami perubahan-perubahan dan

produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga

otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya

otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat

penurunan progesteron tertentu (Utami, 2019b).

3) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipose parst

posterior.Perubahan keseimbangan estrogen dan

progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim,

sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.

Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya

kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan

aktivitas, sehingga persalinan dimulai (Utami, 2019b).

4) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur

kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.

Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi

persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan

pemicu terjadinya persalinan (Utami, 2019b).

5) Teori hipotalamus pituitari dan glandula suprarenalis


Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan

anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan

karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian

kortikos teroid yang dapat menyebabkan maturitas

janin, induksi persalinan. Dari beberapa percobaan

tersebut disimpulkan ada hubungan antara

hipotalamus pituitari dengan mulainya persalinan.

Glandula suprerenal merupakan pemicu terjadinya

persalinan (Utami, 2019b).

6) Teori berkurangnya nutrisi

Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh

Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada

janin berkurang, maka konsepsi akan segera

dikeluarkan (Utami, 2019b).

7) Faktor lain

Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus

frankenhauser yang terletak di belakang serviks.

Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus

dapat dibangkitkan (Utami, 2019b).

d. Tanda-Tanda Persalinan

i. Permulaanya Persalinan

Tanda persalinan sudah dekat yaitu:

1) Adanya Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, beberapa


calon ibu akan merasa bahwa keadaannya menjadi

lebih
ringan, merasa kurang sesak, tetapi berjalan sedikit

lebih susah, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri

pada ekstremitas bawah.

Beberapa penyebabnya yaitu:

a) Adanya kontraksi Braxton Hicks

b) Terjadi ketegangan dinding perut

c) Terjadi ketegangan ligamentum rotundum

d) Adanya gaya berat janin, kepala ke arah bawah

uterus Proses masuknya kepala janin ini juga

dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan

tanda- tanda diantaranya:

(1) Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak

berkurang

(2) Dibagian bawah terasa penuh dan mengganjal

(3) Kesulitan saat berjalan

(4) Serta merasa sering berkemih

2) Pollakisuria

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan

didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri lebih

rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin

sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul.

Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan

sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang

disebut Pollakisuria.
3) Timbulnya His

His persalinan ialah his pembukaan dengan

sifat- sifatnya sebagai berikut:

a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke

perut bagian depan.

b) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin

kuat intensitasnya.

c) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat

d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau

pembukaan cerviks

4) Bloody show (Lendir disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari

canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah.

Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena

lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen

bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.

5) Premature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya cairan banyak dari jalan

lahir.Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput

janin robek.Ketuban biasanya pecah kalau

pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam

hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat

sekali.Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada

pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput


janin robek sebelum
persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan

akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar

(Buda & Fajrin, 2018b).

e. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan

Berikut perubahan fisiologi yang terjadi pada persalinan kala

I, kala II, kala III, dan kala IV(Rosyati, 2017b).

i. Kala I

1) Perubahan pada uterus

Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama

miometrium dan serviks. Berikut ini akan dibahas tentang

kedua komponen fungsional dengan perubahan yang terjadi

pada kedua komponen tersebut. Terdapat 4 perubahan

fisiologi pada kontraksi uterus yaitu :

a) Fundal dominan atau dominasi. Kontraksi berawal dari

fundus pada salah kornu. Kemudian menyebar ke samping

dan ke bawah. Kontraksi tersebar dan terlama adalah

dibagian fundus. Namun pada puncak kontraksi dapat

mencapai seluruh bagian uterus

b) Kontraksi dan retraksi. Pada awal persalinan kontraksi

uterus berlangsung setiap 15-20 menit selama 30 detik dan

diakhir kala 1 setiap 2-3 menit selama 50-60 detik dengan

intensitas yang sangat kuat. Pada segmen atas rahim tidak

berelaksasi sampai kembali kepanjang aslinya setelah


kontraksi namun relative menetap pada panjang yang

lebih pendek. Hal ini disebut dengan retraksi.

c) Polaritas. Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keselarasan saraf-saraf otot yang berada

pada dua kutub atau segmen uterus ketika berkontraksi.

Ketika segmen atas uterus berkontraksi dengan kuat dan

berertraksi maka segmen bawah uterus hanya berkontraksi

sedikit dan membuka.

d) Differensisiasi atau perbedaan kontraksi uterus. Selama

persalinan aktif uterus berubah menjadi dua bagian yang

berbeda segmen atas uterus yang berkontraksi secara aktif

menjadi lebih tebal ketika persalinan maju. Segmen

bawah uterus dan servik relative pasif dibanding dengan

dengan segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi

jalan yang berdinding jauh lebih tipis untuk janin. Cincin

retraksi terbentuk pada persambungan segmen bawah dan

atas uterus. Segmen bawah Rahim terbentuk secara

bertahap ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian

menipis sekali pada saat persalinan

2) Perubahan serviks

Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi

persalinan yang ditandai dengan perubahan serviks secara

progesif dan diakhiri dengan pembukaan servik lengkap, Kala

ini dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif
a) Fase laten

Fase yang dimulai pada pembukaan serviks 0 dan

berakhir sampai pembukaan servik mencapai 3 cm.

pada fase ini kontraksi uterus meningkat frekuensi,

durasi, dan intensitasnya dari setiap 10-20 menit, lama

15-20 detik dengan intensitas cukup menjadi 5-7

menit, lama 30-40 detik dan dengan intensitas yang

kuat

b) Fase aktif

Fase yang dimulai pada pembukaan serviks 4 dan

berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 10 cm.

pada fase ini kontraksi uterus menjadi efektif ditandai

dengan meningkatanya frekuensi, durasi dan kekuatan

kontraksi. Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan

mencapai ≥ 40 mmHg. Diakhir fase aktif kontraksi

berlangsung 2-3 menit sekali, selama 60 detik dengan

intensitas lebih dari 40 mmHg. Fase aktif dibedakan

menjadi fase akselerasi, fase lereng maksimal dan fase

deselarasi.

(a) Fase akselerasi

Dari pembukaan servik 3 menjadi 4 cm.

fase ini merupakan fase persiapan menuju fase

berikutnya.
(b) Fase dilatasi maksimal
Fase ini merupakan waktu ketika dilatasi

servik meningkat dengan cepat. Dari pembukaan 4

cm menjadi 9 cm selama 2 jam. Normalnya

pembukaan servik pada fase ini konstan yaitu 3 cm

perjam untuk multipara dan 1.2 cm untuk

primipara.

(c) Fase deselerasi

Merupakan akhir fase aktif dimana dilatasi

servik dari 9 cm menuju pembukaan lengkap 10

cm. dilatasi servik pada fase ini lambat rata–rata 1

cm perjam namun pada multipara lebih cepat.

Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada servik :

1) Pendataran servik disebut juga penipisan servik pemendekan

saluran servik dari 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar

dengan tepi hampir setiis kertas. Proses ini terjadi dari atas ke

bawah sebagai hasil dari aktivitas myometrium. Serabut-serabut

otot setinggi os servik internum ditarik keatas dan dipendekkan

menuju segmen bawah uterus, sementara os eksternum tidak

berubah

2) Pembukaan serviks terjadi sebagai akibat dari kontraksi uterus

serta tekanan yang berlawanan dari kantong membrane dan

bagian bawah janin. Kepala janin saat fleksi akan membantu

pembukaan yang efisien. Pada primigravida pembukaan

didahului oleh pendatara servik. Sedangkan multi gravida


pembukaan servik dapat terjadi bersamaan dengan pendataran
3) Kardiovaskuler. Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan

dari uterus dan masuk kedalam system vaskuler ibu. Hal ini akan

meningkatkan curah jantung meningkat 10% -15%

4) Perubahan tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi

(sistolik rata-rata naik 15 mmHg, diastolic 5-10 mmHg), antara

kontraksi tekanan darah kembali normal pada level sebelum

persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas jugaakan meningkatkan

tekanan darah.

5) Perubahan metabolisme, Selama persalinan metabolisme aerob

maupun anaerob terus menerus meningkat seiring dengan

kecemasan dan aktivitas otot. Peningkatan metabolisme ini

ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh, nadi, pernafasan,

cardiac output dan kehilangan cairan.

6) Perubahan ginjal Poliuri akanterjadi selama persalinan selama

persalinan. Ini mungkin disebabkan karena meningkatnya curah

jantung selama persalinan dan meningkatnya filtrasi glomelurus

dan aliran plasma ginjal.

7) Perubahan hematologi Hemoglobin meningkat sampai 1.2

gram/100 ml selama persalinan dan akan kembali pada tingkat

seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada

perdarahan pot partum (Rosyati, 2017b).

ii. Kala II

1) Tekanan darah
Tekanan darah dapat meningkat 15 sampai 25

mmHg selama kontraksi pada kala dua. Upaya mengedan

pada ibu juga dapat memengaruhi tekanan darah,

menyebabkan tekanan darah meningkat dan kemudian

menurun dan pada akhirnya berada sedikit diatas normal.

Oleh karena itu, diperlukan evaluasi tekanan darah dengan

cermat diantara kontraksi. Rata-rata peningkatan tekanan

darah 10 mmHg di antara kontraksi ketika wanita telah

mengedan adalah hal yang normal.

2) Metabolisme

Peningkatan metabolisme yang terus menerus

berlanjut sampai kala dua disertai upaya mengedan pada

ibu yang akan menambah aktivitas otot-otot rangka untuk

memperbesar peningkatan metabolisme.

3) Denyut nadi

Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada setiap

kali mengedan. Secara keseluruhan, frekuensi nadi

meningkat selama kala dua persalinan disertai takikardi

yang mencapai puncaknya pada saat persalinan

4) Suhu

Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat

persalinan dan segera setelahnya. Peningkatan normal

adalah 0.5 sampai 1°C

5) Perubahan system pernafasan


Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih

normal diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung

selama persalinan dan mencerminkan peningkatan

metabolisme yang terjadi

6) Perubahan ginjal

Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi

ini dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah

jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan

laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal. Polyuria

menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi

ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan

7) Perubahan gastrointestinal

Penurunan motilitas lambung berlanjut sampai

kala dua. Muntah normalnya hanya terjadi sesekali.

Muntah yang konstan dan menetap merupakan hal yang

abnormal dan kemungkinan merupakan indikasi

komplikasi obstetric, seperti rupture uterus.

8) Dorongan mengejan

Perubahan fisiologis terjadi akibat montinuasi

kekuatan serupa yang telah bekerja sejak jam-jam awal

persalinan, tetapi aktivitas ini mengalami akselerasi

setelah serviks berdilatasi lengkap namun, akselerasi ini


tidak terjadi
secara tiba-tiba. Beberapa wanita merasakan dorongan

mengejan sebelum serviks berdilatasi lengkap dan

sebagian lagi tidak merasakan aktivitas ini sebelum sifat

ekspulsif penuh.Kontraksi menjadi ekspulsif pada saat

janin turun lebih jauh kedalam vagina.Tekanan dan

bagian janin yang berpresentasi menstimulasi reseptor

saraf di dasar pelvik (hal ini disebut refleks ferguson) dan

ibu mengalami dorongan untuk mengejan. Reflex ini pada

awalnya dapat dikendalikan hingga batas tertentu, tetapi

menjadi semakin kompulsif, kuat, dan involunter pada

setiap kontraksi. Respon ibu adalah menggunakan

kekuatan ekspulsi sekundernya dengan mengontraksikan

otot abdomen dan diafragma

9) Pergeseran jaringan lunak

Saat kepala janin yang keras menurun, jaringan

lunak pelvis mengalami pergeseran. Dari anterior,

kandung kemih terdorong keatas kedalam abdomen

tempat risiko cedera terhadap kandung kemih lebih sedikit

selama penurunan janin. Akibatnya, terjadi peregangan

dan penipisan uretra sehingga lumen uretra mengecil

10) Perubahan hematologi

Hemoglobin meningkat rata–rata 1.2 gm/ 100 ml

selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum

persalinan
pada hari pertama paska partum jika tidak ada kehilangan

darah yang abnormal (Rosyati, 2017b).

iii. Kala III

Kala III adalah fase yang dimulai segera setelah bayi lahir

sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri

diatas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi

untuk melepaskan plasenta plasenta dari dindingnya. Biasanya

plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar

spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran

plasenta, disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang

dapat timbul pada kala II adalah perdarahan akibat atonia uteri,

retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali

pusat.Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat

pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga

plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah

pada ruang utero-plasenter akan mendorong plasenta keluar.

Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayinya.

Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat

perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin

kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta

akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding

Rahim, setelah lepas,


plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina

(Rosyati, 2017b).

iv. Kala IV

Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan

berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis

untuk mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan

perdarahan. Selama kala IV, bidan harus memantau ibu setiap 15

menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua setelah

persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau

lebih sering. Setelah pengeluaran plasenta, uterus biasanya berada

pada tengah dari abdomen kira-kira 2/3 antara simphysis pubis

dan umbilikus atau berada tepat diatas umbilikus (Rosyati, 2017b).

f. Perubahan Psikologis Ibu Bersalin

Perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi

namun ia memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong

persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang terjadi selama

persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi

terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. fase laten dimana

fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa

kehamilannya akan segera berakhir. Namun, pada awal persalinan

wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan khawatir sehubungan

dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya dia ingin

berbicara, perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan-jalan dan

menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat menyadari


bahwa proses ini
wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan tersebut

dan pada fase aktif saat kemajuan persalinan sampai pada fase

kecepatan maksimum rasa khawatir wanita menjadi meningkat.

Kontraksi menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih sering

sehingga wanita tidak dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini

wanita akan menjadi lebih serius. Wanita tersebut menginginkan

seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut tidak

mampu beradaptasi (Utami, 2019b).

g. Asuhan Persalinan

i. Asuhan Persalinan Normal

Berikut tatalaksana asuhan persalinan normal tergabung

dalam 60 langkah APN (Suprapti & Mansur, 2018a)

1) Mengenali Tanda dan Gejala Kala II

a) Mendengar dan melihat tanda kala II persalinan

(1) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran

(2) Ibu merasakan tekanan yang semakin

meningat pada rectum dan vagina

(3) Perineum tampak menonjol

(4) Vulva dan sfingter ani membuka

2) Menyiapkan Pertolongan Persalinan

Perlengkapan bahan, dan obat esensial diletakkan pada

trolley dengan alasnya. Tempat datar, rata bersih, kering

dan hangat

a) Bak instrument yang berisi partus set:


1) 2 pasang handscone

2) ½ kocher

3) Gunting episiotomy

4) Benang tali pusat/ klem umbilical

5) 2 arteri klem

6) Gunting tali pusat

7) Kassa steril

8) Spuit

9) Kateter nelaton

b) Kom tertutup berisi de lee

c) Kom kecil berisi:

1) Oksitosin 1 ampul

2) Lidokain 1% 1 ampul

d) Kom kecil yang berisi kapas DTT

e) Bak instrument yang berisi hecting set:

(1) Handscone

(2) Spuit

(3) Pinset

(4) Needle holder

(5) 2 buah nald hecting yang terdiri dari 1 buah nald

kulit dan 1 buah nald otot cut gut (chromic)

f) Tensi meter

g) Stetoskop

h) Thermometer
i) Leanec

j) 2 buah nierbeken

k) 1 buah piring placenta

l) Schort

m) Masker

n) Geogle (kaca mata)

o) Sepatu boot/sandal tertutup

p) 1 buah handuk kecil untuk cuci tangan

q) 3 buah kain bersih

r) 2 buah handuk bersih

s) Pakaian bayi terdiri dari:

(1) Kain varnel/bedong

(2) Popok bayi

(3) Baju bayi

t) Pakaian ibu, yang terdiri dari:

(1) Pakaian dalam

(2) Pembalut

(3) Baju ibu

u) Partograf

v) Baki dengan alasnya berisi peralatan infuse:

(1) Cairan NaCl 0,9% dan RL

(2) Abocath

(3) Kassa

(4) Plester
(5) Gunting

w) Bak
instrument
berisi:

(1) 1 handscone panjang steril

(2) 1 handscone pendek steril

(3) Foley
kateter
steril

(4) Kocher

(5) Suit 5 cc

x) Perlengkapan resusitasi
bayi:

(1) 3 buah kain

(2) Balon resusitasi, sungkup No 0 dan 1

(3) Kom bertutup berisi


de lee

(4) Kassa tempat dalam tempatnya

(5) Kapas DTT

y) Oksigen dan
regulator

z) Larutan klorin 0,5 % dan Tiga buah tempat sampah:

(1) 1 buah berwarna merah untuk tempa sampah kering

(2) 1 buah berwarna kuning untuk tempat sampai infeksi

(3) 1 buah berwarna hitam untuk pakaian kotor

3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus

cairan.

4) Melepaskan dan menyiapkan semua perhiasan yang


dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tisu/ handuk pribadi

yang bersih dan kering.


5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan

digunakan untuk periksa dalam.

6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan

tangan yang memakai sarung tangan DTT atau steril dan

pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

7) Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin

a) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya

dengan hati-hati dari anterior (depan) ke posterior

(belakang) menggunakan kapas atau kasa yang

dibasahi air DTT.

(1) Jika introitus vagina, perineum atau anus

terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama

dari arah depan ke belakang

(2) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi)

dalam wadah yang tersedia.

(3) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi,

lepaskan dan rendam sarung tangan tersebut dalam

larutan klorin 0,5% selanjutnya langkah ke 9. Pakai

sarung tangan DTT/steril untuk melaksanakan

langkah lanjutan.

b) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap.

(1) Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan

sudah lengkap maka lakukan amniotomi.


c) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik,

dan rendam dalam klorin 0,5%, selama 10 menit). Cuci

kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. Tutup

kembali partus set.

d) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi

uterus mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ masih

dalam batas normal (120-160x/menit).

(1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak


normal.

(2) Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ,

semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang

diberikan ke dalam partograf.

(3) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu

proses meneran

e) Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap

dan keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu

menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan

keinginannya.

(1) Tunggu timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,

lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu

dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase

aktif) dan dokementasikan semua temuan yang ada.


(2) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran

mereka untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu dan meneran secara benar.

(3) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi

meneran jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi

yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan

setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan

danpastikan ibu merasa nyaman.

f) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa

ingin meneran atau timbul kontraksi yang kuat.

g) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

(1) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan

perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

(2) Bantu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihanya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam

waktu yang lama).

(3) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

(4) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan

semangat untuk ibu.

(5) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

(6) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera

lahir setelah pembukaan lengkap dan dipimpin

meneran >120 menit (2 jam) pada primigravida

atau
>60 menit (1 jam) pada multigravida.
h) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa

ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60

menit.

8) Persiapan untuk Melahirkan

a) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka

vulva dengan diameter 5-6 cm.

b) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai

alas bokong ibu.

c) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan

peralatan dan bahan.

d) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

9) Pertolongan untuk Melahirkan Bayi Lahirnya kepala

a) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu

tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,

tangan yang lain menahan belakang kepala untuk

mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahirnya

kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau

bernafas cepat dan dangkal.

b) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi), segera

lanjutkan proses kelahiran bayi.Perhatikan!


(1) Jika tali pusat melilit leher secara longgar,

lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi

(2) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali

pusat di dua tempat dan potong tali pusat di antara

dua klem tersebut.

(3) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar

yang berlangsung secara spontan.

10) Lahirnya Bahu

Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi

secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah

bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah

arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan

distal untuk melahirkan bahu belakang.

11) Lahirkan Badan dan Tungkai

a) Setelah bahu lahir, satu tangan menyangga kepala

dan bahu belakang, tangan yang lain menelusuri

dan memegang lengan dan siku bayi sebelah atas.

b) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan

atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan

kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk

diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan

melingkarkan ibu jari pada satu dan jari-jari lainnya

pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari


telunjuk)
12) Asuhan Bayi Baru Lahir

a) Lakukan penilaian (selintas) :

(1) Apakah bayi cukup bulan?

(2) Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernafas

tanpa kesulitan?

(3) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke

langkah resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-

b) Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa

membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan

handuk/ kain yang kering. Pastikan bayi dalam

posisi dan kondisi aman diperut bagian bawah ibu.

c) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya

satu bayi yang lahir (hamil tunggal) dan bukan

kehamilan ganda (gemeli)

d) Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar

uterus berkontraksi baik

e) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan

oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3 distal

lateral paha (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikkan oksitosin)
f) Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali

pusat dengan klem kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi.

Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang

lain untuk mendorong isi tali kearah ibu, dan klem

tali pusat pada sekitar 2 cm dari klem pertama.

g) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

(1) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang

telah di jepit (lindungi perut bayi), dan

pengguntingan tali pusat di antara 2 klem

tersebut.

(2) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada

satu sisi kemudian lingkarkan lagi benang

tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci

pada sisi lainnya.

(3) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah

yang telah disediakan.

h) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak

kulit ibu-bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada

bayi menempel di dada ibunya.Usahakan kepala

bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi

lebih rendah dari putting susu atau areola mama

ibu.

(1) Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan

hangat, pasang topi di kepala bayi.


(2) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di

dada ibu paling sedikit 1 jam.


(3) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan

inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60

menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

(4) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam

walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

13) Manajemen Aktif Kala III Persalinan (MAK III)

a) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm

dari vulva

b) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah

ibu (diatassimfisis), untuk mendeteksi kontraksi.

Tangan lain memegang klem untuk menegangkan

tali pusat.

c) Setelah uterus berkontraksi, teganggakan tali pusat

kea rah bawah sambil tangan yang lain mendorong

uterus kearah belakang-atas (dorso kranial) secara

hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga

timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali

prosedur diatas.

d) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,

suami atau anggota keluarga untuk melakukan

stimulasi puting susu.

14) Mengeluarkan Plasenta


a) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan

uterus ke arah dorsal ternyata diikuti dengan

pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan

dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat di

lahirkan.

b) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya

ditegangkan (jangan ditarik secara kuat terutama

jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu

jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas)

c) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan

lahirkan plasenta

d) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit

menegangkan tali pusat:

(1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

(2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik)

jika kandung kemih penuh.

(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

(4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan

tali pusat 15 menit berikutnya.

(5) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak

bayi lahir atau terjadi perdarahan maka segera

lakukan tindakan plasenta manual.


e) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan

plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian

lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

telah disediakan.

(1) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan

DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa

selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau

klem ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan

selaput yang tertinggal.

15) Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

a) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di

fundus dan lakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras)

(1) Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi

bimanual internal, kompresi aorta abdominalis,

tampon kondom-kateter) jika uterus tidak

berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan

taktil/masase.

16) Menilai Perdarahan


a) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan

plasenta telah dilahirkan lengkap. Masukkan

plasenta kedalam kantung plastik atau tempat

khusus.

b) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi

derajat 1 dan 2 yang menimbulkan perdarahan.

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,

segera lakukan penjahitan.

17) Asuhan Pasca Persalinan

a) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak

terjadi perdarahan pervaginam.

b) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan

kateterisasi.

18) Evaluasi

a) Celupkan tangan yang masih memakai sarung

tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, bersihkan

noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT

tanpa melepas sarung tangan, kemudian keringkan

dengan handuk

b) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus

dan menilai kontraksi

c) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum

ibu baik
d) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
e) Pantau keadaan bayi dan pastikan

bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60

kali/menit).

(1) Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau

retraksi, resusitasi dan segera merujuk ke rumah

sakit.

(2) Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas,

segera rujuk ke Rumah Sakit (RS) Rujukan.

(3) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan


hangat.

Lakukan kembali kontak kulit ibu-

bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu

selimut.

19) Kebersihan dan Keamanan

a) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam

larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10

menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi.

b) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat

sampah yang sesuai

c) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh

dengan menggunakan air DTT. Bersihkan cairan

ketuban, lendir dan darah di ranjang atau di sekitar

ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.


d) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu

memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk

memberi ibu minuman dan makanan yang

diinginkannya
e) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan

klorin 0,5%

f) Celupkan tangan yang masih memakai sarung

tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

g) Cuci ke dua tangan sabun dan air mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tissue atau

handuk pribadi yang bersih dan kering

h) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan

pemeriksaan fisik bayi

i) Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan

kondisi bayi baik, pernapasan normal, (40-60

kali/menit) dan temperatur stubuh normal (36,5-

37,5°C) setiap 15 menit

j) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan

suntikan hepatitis B di paha kanan bawah lateral.

Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar

sewaktu-waktu dapat disusukan.

k) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik

dan rendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

l) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

kemudian keringkan dengan tissue atau handuk


pribadi yang bersih dan kering.
20) Dokumentasi

Lengkapi partograf (halaman depan dan

belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV

persalinan.

ii. Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan untuk

memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk

membuat keputusan klinik (Suprapti & Mansur, 2018b).

1. Penggunaan Partograf

a. Untuk semua ibu dalam

fase aktif kala satu

persalinan sebagai

bagian penting asuhan

persalinan. Partograf

harus digunakan, baik

tanpa ataupun adanya

penyulit.

b. Selama persalinan dan

kelahiran di semua

tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan

swasta, rumah sakit, dll)

c. Secara rutin oleh semua

penolong persalinan
yang memberikan

asuhan persalinan

kepada ibu dan kelahiran

bayinya (Spesialis

Obstetri, bidan, dokter

umum, residen dan

mahasiswa kedokteran)

(Suprapti & Mansur,

2018b).

Partograf membantu penolong persalinan dalam

memantau, mengevaluasi, dan membuat keputusan klinik

baik persalinan normal maupun yang disertai dengan

penyulit. Pencatatan pada partograf dimulai pada saat

proses persalinan masuk dalam “fase aktif”. Untuk

menyatakan ibu sudah masuk dalam fase aktif harus

ditandai dengan :

1) Kontraksi yang teratur minimal 4-5 kali selama 10 menit


2) Lama kontraksi minimal ≥ 40 detik

3) Pembukaan 4 cm disertai penipisan

4) Bagian terendah sudah masuk pintu atas panggul.

2. Komponen Yang Harus


Diobservasi

komponen yang harus diobservasi

menggunakan partograf meliputi :

a. Denyut jantung janin


setiap ½ jam

b. Frekuensi dan lamanya


kontraksi uterus setiap ½
jam

c. Nadi setiap ½ jam

d. Pembukaan serviks setiap


4 jam

e. Penurunan setiap 4 jam

f. Tekanan darah dan


temperatur tubuh setiap 4
jam

g. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam

Lembar partograf halaman depan menyediakan

lajur

dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama

fase aktif persalinan, termasuk :

1) Informasi tentang ibu :

a) Nama, umur

b) Gravida, para, abortus (keguguran)

c) Nomor catatan medis/nomor puskesmas


d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika

dirumah, tanggal dan waktu penolong persalinan

mulai merawat ibu.)

e) Waktu pecahnya selaput ketuban


2) Kondisi janin :

a) DJJ

b) Warna dan adanya air ketuban

c) Penyusupan (molase) kepala janin

3) Kemajuan persalinan :

a) Pembukaan serviks

b) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi

janin

c) Garis waspada dan garis bertindak

4) Jam dan waktu :

a) Waktu mulainya fase aktif persalinan

b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan

5) Kontraksi uterus :

a) Frekuensi dan lamanya

6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan :

a) Oksitosin

b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

7) Kondisi ibu :

a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

b) Urin (volume, aseton atau protein)

c) Asupan cairan dan nutrisi

8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya

(dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf

atau di catatan kemajuan persalinan). Halaman


belakang partograf diisi
setelah kelahiran berlangsung, semua proses, tindakan

dan obat-obatan serta observasi yang dilakukan dicatat

dilembar ini. Data ini penting jika tiba-tiba ibu

mengalami penyulit diklinik atau setelah.

j. Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta

lahir hingga alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil dalam waktu kurang lebih 6 minggu. Bidan harus

mengetahui tujuan pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas

(Wahyuningsih, 2018a).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam

waktu 3 bulan (Wahyuningsih, 2018b).

b. Taha

pan

dala

masa

Nifas

Taha

pan
masa

nifas

melip

uti :

i. Puerperium dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan

untuk berdiri dan berjalan-jalan.

ii. Puerperium intermedial

Suatu masa dimana kepulihan dari

organ-organ reproduksi selama kurang lebih

enam minggu.
iii. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali

dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil

atau waktu persalinan mengalami komplikasi (Buda & Fajrin,

2018b).

c. Fisiologi Nifas

Selama masa nifas, alat-alat interna atau eksterna

berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada

masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya (Rosyati, 2017b).

i. Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang

berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih

pertengahan antara umbilicus dan simfisis, atau sedikit lebih

tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian

mengerut, sehingga dua minggu telah turun masuk kedalam

rongga pelvis dan tidak dapay diaraba lagi dari luar

Tabel 2.4

TFU dan Berat Uterus menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Uteri (gram)

Saat bayi Setinggi pusat,2 jari 1000

baru lahir Dibawah Pusat


1 minggu Pertengahan Pusat- 500

postpatum simfisis

2 minggu Tidak teraba diatas 350

postpartum simfisis

6 minggu Normal 50

postpartum

8 minggu Normal seperti sebelum 30

postpartum hamil

Sumber : (Rosyati, 2017b).

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan

dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi.

Subinvolusi disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa

plasenta/ perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage).

Selain itu, beberapa faktor lain yang menyebabkan

kelambatan uetrus berinvolusi diantaranya:

1) Kandung kemih penuh,

2) Rektum berisi,

3) Infeksi uterus,

4) Retensi hasil konsepsi,

5) Fibroid,

6) Hematoma ligamentum latum uteri

ii. Serviks
Serviks terdapat oedema tipis dan terbuka.Pada portio

tampak kemerahan dan lecet. Hari keempat sampai dengan

hari

2 jam bila dimasukan kedalam mulut serviks, setelah 18 jam

postpartum serviks menjadi pendek, mengeras konsistensi

lunak, tipis dan akhir pertama pulih sempurna (Rosyati, 2017b).

iii. Lokia

Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum

uteri dan vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi

tiga jenis, yaitu lokia rubra, sanguinolenta dan lokia serosa

atau alba. Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang

terdapat pada wanita masa nifas (Rosyati, 2017b).

1) Lokia Rubra (Cruenta) berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,

lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post partum.

2) Lokia Sanguinolenta berwarna merah kuning berisi

darah dan lendir, hari 3-7 post partum.

3) Lokia Serosa Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi,

pada hari ke 7-14 post partum.

4) Lokia Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu.

5) Lokia Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah berbau busuk.

6) Lokiastasis adalah Lokia tidak lancar keluarnya (Lail,

2019a).
iv. Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum
Vagina dan lubang vagina pada permulaan

puerperium merupakan saluran yang luas berdinding tipis.

Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang

sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul

kembali pada minggu ke tiga. Hymen tampak sebagai tonjolan

jaringan yang kecil, yang dalan proses pembentukan berubah

menjadi karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita

multiara (Rosyati, 2017b).

v. Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses

laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua

mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut:

1) Produksi susu

2) Sekresi susu atau let down

Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara

tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan

makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika

hormone yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk

menghambatnya kelenjar pituitary akan mengeluarkan

prolactin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah

melahirkan, efek prolactin pada payudara mulai bias dirasakan.

Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah,

sehingga timbul terasa hangat, bengkak, dan rasa sakit.

Ketika bayi menghisap putting, reflek


saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresi

hormone oksitosin (Rosyati, 2017b).

d. Perubahan Psikologis Nifas

perubahan psikologis yang terjadi paha masa nifas ada 3

tahap, periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin (Rosyati, 2017b).

i. Taking in period terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu

masih pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap

tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan

persalinan yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu

makan meningkat (Lail, 2019b).

ii. Taking hold period berlangsung 3-4 hari setelah post


partum,

ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima

tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada

masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan

bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan

yang dialami ibu (Lail, 2019b).

iii. Letting go period Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu

dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat

tergantung dari kesehatan sebagai ibu(Lail, 2019b).

e. Kebutuhan Dasar Nifas

Pada umumnya kebutuhan dasar ibu pada masa nifas yang

harus terpenuhi adalah :

i. Nutrisi dan cairan pada ibu menyusui Ibu yang menyusui

harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:


1) Mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari

2) Diet berimbang yaitu makanan yang mengandung

karbohidrat yang cukup, protein dan vitamin yang

tinggi serta mineral yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter tiap hari, yaitu

menganjurkan ibu untuk minum air hangat kuku

setiap kali hendak menyusui.

4) Konsumsi zat besi

5) Konsumsi kapsul vitamin A

6) Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup


kalori.

Sebaiknya makan makanan yang mengandung

protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-

buahan (Moudy E.U Djami, 2018a).

ii. Ambulasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat,

tidur telentang selama 8 jam post partum. Kemudian boleh

miring ke kiri/ kanan untuk mencegah terjadinya trombosis

dan tromboemboli, pada hari kedua dibolehkan duduk, hari

ketiga diperbolehkan jalan-jalan. Mobilisasi diatas punyai

variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan

sembuhnya luka (Moudy E.U Djami, 2018b).

iii. Eliminasi

1) Buang Air Kecil (BAK)


Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri

secepatnya kadang-kadang mengalami sulit BAK

karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan

spasme oleh iritasi muskullo spingter ani selama

persalinan juga oleh karena adanya oedema kandung

kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung

kemih penuh dan sulit kencing sebaiknya dilakukan

kateterisasi (Moudy E.U Djami, 2018b).

2) Buang Air Besar (BAB)

BAB seharusnya dilakukan 3–4 hari post

partum. Bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi

dapat diberika obat rangsangan per oral atau per

rektal. Jika masih belum bisa dapat dilakukan klisma

(Moudy E.U Djami, 2018b).

iv. Personal hygiene

1) Kebersihan Diri

a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh/ personal


hygiene

b) Anjurkan kebersihan daerah genitalia

c) Sarankan untuk sering mengganti pembalut

d) Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan

alat genitalia

e) Jika ada luka episiotomi/ laserasi, hindari

menyentuh daerah luka, kompres luka tersebut

dengan kassa bethadine setiap pagi dan sore hari


untuk
pengeringan luka dan menghindari terjadinya
infeksi

(Moudy E.U Djami, 2018b).

2) Perawatan payudara

Telah dimulai sejak wanita hamil supaya

puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai

persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi

meninggal, laktasi harus dihentkan dengan cara:

a) Pembalutan mammae sampai tertekan

b) Pemberian obat esterogen untuk supresi LH


(Moudy

E.U Djami, 2018b).

3) Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari

kehamilan terjadi perubahan pada kelenjar

mammae.Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting

merupakan rangsangan yang psikis yang secara

reflektoris, mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh

hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai

efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna.

Disamping itu, ASI merupakan makanan utama bagi

bayi yang tidak ada bandingannya.Tanda bayi

mendapat cukup ASI

a) Bayi BAK 6 kali dalam 24 jam

b) Bayi ada BAB


c) Bayi tampak puas

d) Menyusui 10-12 kali dalam 24 jam


e) Payudara ibu tampak lonjong dan terasa lembut

f) Bayi bertambah berat badan

g) Ibu merasakan aliran ASI (Moudy E.U Djami, 2018b).

4) Pemeriksaan Pasca
Persalinan

a) Pemeriksaan umum: TD, nadi, keluhan

b) KU, suhu, selera


makan, dll

c) Payudara: ASI, puting susu

d) Dinding perut, perineum, kandung kemih

e) Sekret yang keluar, lokia, flour albus

f) Keadaan alat kandungan (Moudy E.U Djami, 2018b).

v. Istirahat

Anjurkan ibu untuk istirahat cukup 2.Sarankan

kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan

3.Sarankan untuk istirahat siang selagi bayi tidur 4. Kurang

istirahat dapat menyebabkan:

a) Kurangnya suplai ASI

b) Memperlambat proses involusi

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat

bayi sendiri (Moudy E.U Djami, 2018b).

vi. Aktivitas seksual

1) Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dan

ibu dapat memasukkan satu atau dua jari


2) Tradisi yang menunda hubungan suami istri sampai

waktu tertentu. Hal ini tergantung pasangan


3) Begitu darah merah berhenti, boleh melakukan

hubungan suami istri

4) Untuk kesehatan sebaiknya ibu mengikuti program KB

5) Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan

jumlah waktu, penggunaan kontrasepsi (jika

menggunakan), dispareuni, kenikmatan dan kepuasan

wanita dan pasangan serta masih dalam hubungan

seksual (Moudy E.U Djami, 2018b).

vii. Latihan dan senam nifas

Latihan yang paling penting untuk dilakukan dalam

beberapa minggu pertama setelah melahirkan adalah

beristirahat dan mengenal bayinya. Relaksasi dan tidur adalah

hal yang sangat penting. Semua wanita akan sembuh dari

persalinannya dengan waktu yang berbeda-beda, ingatkan ibu

agar bersikap ramah terhadap dirinya sendiri.Ada beberapa

faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam

post partum:

a) Tingkat kesegaran tubuh ibu sebelum kelahiran bayi

b) Apakah ibu telah mengalami persalinan yang lama

dan sulit atau tidak

c) Apakah bayinya mudah dilayani atau rewel

dalam meminta asuhan

d) Penyesuaian post partum yang sulit oleh karena

suatu sebab (Moudy E.U Djami, 2018b).


f. T
a
n
d
a
B
a
h
a
y
a
M
a
s
a
N
if
a
s

1) Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi

sebagai berikut.

a) Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum

Hemorrhage) adalah perdarahan lebih dari 500-600

ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir, atau

perdarahan dengan volume seberapapun tetapi terjadi

perubahan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital

sudah menunjukkan analisa adanya perdarahan.

Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta,

sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak

dalam 2 jam pertama.

b) Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum

Hemorrhage) adalah perdarahan dengan konsep


pengertian yang sama seperti perdarahan postpartum

primer namun terjadi setelah 24 jam postpartum

hingga masa nifas selesai. Perdarahan postpartum

sekunder yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi

antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. Penyebab

utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah

bersalin didefinisikan sebagai perdarahan postpartum, namun

dari beberapa kajian evidence based menunjukkan terdapat


beberapa perkembangan mengenai lingkup definisi

perdarahan postpartum (Wahyuningsih, 2018b).

2) Infeksi Masa Nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah

persalinan, Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab

utama morbiditas dan mortalitas ibu.Infeksi alat genital

merupakan komplikasi masa nifas.Infeksi yang meluas

kesaluran urinari, payudara, dan pasca pembedahan

merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi.Gejala

umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi

cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan

danrasa nyeri pada payudara atau adanya disuria

(Wahyuningsih, 2018b).

3) Lokia yang berbau busuk (bau dari vagina)

Lokia adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui

vagina dalam masa nifas sifatlokia alkalis, jumlah lebih

banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi

dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya

atau implantasi plasenta). Apabila pengeluaran lokia lebih

lama dari pada yang disebutkan di atas kemungkinandapat

disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a) Tertinggalnya plasenta atau selaput janin karena

kontraksi uterus yang kurang baik


b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea

rubra lebih banyak karena kontraksi uterus dengan

cepat.

c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang

baik sehingga lebih lama mengeluarkan lokia dan

lokia berbau anyir atau amis.

d) Bila lokia bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri

perut bagian bawah kemungkinan analisa

diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi

uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu

penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan

terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses

pelvik, peritonitis, syok septik (Wahyuningsih, 2018b).

4) Nyeri pada perut dan pelvis

Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan

tanda dan gejala komplikasi nifas seperti Peritonitis.

Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis

umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh

kematian karena infeksi (Wahyuningsih, 2018b).

5) Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri

epigastrik, dan penglihatan Kabur

Pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas.

Pusingbisa disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Sistol ≥140

mmHg dan distolnya ≥90 mmHg), Pusing yang berlebihan


juga
perlu diwaspadai adanya keadaan preeklampsi/ eklampsi

postpartum, atau keadaan hipertensi esensial. Pusing dan

lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila

kadar haemoglobin <10 gr%. Lemas yang berlebihan juga

merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas dapat

disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan

kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah

(Wahyuningsih, 2018b).

6) Demam, Muntah dan Nyeri Saat Berkemih

Pada masa nifas ini ibu cenderung mengalami

peningkatan suhu badan dan nyeri saat berkemih.Nyeri ini

disebabkan oleh luka bekas episiotomi, atau laserasi periuretra

yang menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu. Demam

dengan suhu >38°C mengindikasikan adanya infeksi, serta

terjadinya diuresis dan overdistensi dapat menyebabkan

infeksi pada saluran kemih (Wahyuningsih, 2018b).

7) Kehilangan Nafsu Makan Dalam waktu Yang Lama.

Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat

mempengaruhi nafsu makan, sehingga terkadang ibu tidak

ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah

bersalin berikan ibu minuman hangat, susu, kopi atau teh yang

bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah

makanan yang sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu

proses guna
memulihkan keadaanya kembali pada masa
postpartum

(Wahyuningsih, 2018b).

8) Payudara Berubah Kemerahan, Panas, dan Terasa Sakit.

Keadaan ini dapat disebabkan oleh payudara yang

tidak disusu secara adekuat, putting susu yang lecet, BH yang

terlalu ketat, ibu dengan diet yang kurang baik, kurang

istirahat, serta anemia. Keadaan ini juga dapat merupakan

tanda dan gejala adanya komplikasi dan penyulit pada proses

laktasi, misalnya pembengkakan payudara, bendungan ASI,

mastitis dan abses payudara (Wahyuningsih, 2018b).

9) Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di wajah maupun

ekstremitas

Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus

sementara pada vena-vena di pelvis maupun tungkai yang

mengalami dilatasi. Keadaan ini secara klinis dapat

menyebabkan peradangan pada vena-vena pelvis maupun

tungkai yang disebut tromboplebitis pelvica (pada panggul)

dan tromboplebitis femoralis (pada tungkai). Pembengkakan

ini juga dapat terjadi karena keadaan udema yang merupakan

tanda klinis adanya preeklampsi/ eklampsi (Wahyuningsih,

2018b).

g. Asuhan Ibu Pada Masa Nifas Normal

Kunjungan masa nifas dilakukan sedikitnya 4 kali

kunjungan karena untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan
untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi

(Kementerian Kesehatan RI, 2020a).

1) KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2

(dua) hari pasca persalinan;

2) KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7

(tujuh) hari pasca persalinan;

3) KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan

28 (dua puluh delapan) hari pasca persalinan;

4) KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan)

sampai dengan 42 (empat puluh dua) hari pasca

persalinan

k. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada

usia kehamilan genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang

kepala atau letak sungsang yang melewati vagina tanpa memakai

alat. Neonatus adalah bayi baru lahir yang menyesuaikan diri dari

kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus (Sinta et al.,

2019a).

b. Ci

ri-

cir

i
Ba

yi

Ba

ru

La

hir

Ci

ri-

cir

Ba

yi

Ba

ru

La

hir

i. Berat badan 2.500-4.000 gram.

ii. Panjang badan 48-52 cm.

iii. Lingkar dada 30-38 cm.


iv. Lingkar kepala 33-35 cm.

v. Frekuensi jantung 120-160 x/menit.

vi. Pernapasan ± 40-60 x/menit.

vii. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup.

viii. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

ix. Kuku agak panjang dan lemas.

x. Genitalia: pada perempuan, labia mayora sudah menutupi

labia minora; pada laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah

ada.

xi. Refleks isap dam menelan sudah terbentuk dengan baik.

xii. Refleks moro atau gerak memeluk jika di kagetkan sudah baik.

xiii. Refleks graspatau menggenggam sudah baik.

xiv. Eiminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecokelatan (Sinta et al.,

2019b).

c. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Klasifikasi bayi baru lahir beradasarkan usia gestasi yaitu:

i. Bayi Pematur adalah bayi yang lahir kurang 37 minggu

lengkap (< 259 hari), dengan berat badan antara 1000-2499

gram

ii. Bayi Matur adalah bayi yang lahir mulai dari 37 minggu

sampai kurang dari 42 minggu lengkap (259 hari sampai 293


hari), dengan berat antara 2500-4000 gram

iii. Bayi Postmatur adalah bayi yang lahir 42 minggu lengkap

atau lebih (294 hari) (Qonitun & Utaminingsih, 2018a).


d. Tahapan Bayi Baru Lahir

Tahapan yang terjadi pada bayi baru lahir yaitu:

i. Tahapan I

Tahapan ini terjadi segera setelah lahir, selama menit-

menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem

scoring apgar untuk pemeriksaan fisik dan scoring gray

untuk interaksi ibu dan bayi.

ii. Tahapan II

Tahapan ini disebut tahap transisional reaktivitas. Pada

tahap II ini dilakukan pengkaajian selama 24 jam pertama

terhadap adanya perubahan perilaku.

iii. Tahapan III

Tahapan ini disebut tahap periodik. Pada tahap ini

dilakukan pengkajian setelah 24 jam pertama yang meliputi

pemeriksaan seluruh tubuh (Sinta et al., 2019b).

e. Mekanisme Kehilangan Panas pada Bayi

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir adalah:

i. Evaporasi :kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan

cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri

karena setelah setelah lahir, tubuh bayi tidak segera

dikeringkan. Kehilangan panas juga dapat terjadi pada bayi

yang cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan

dan diselimuti.
ii. Konduksi :kehilangan panas melalui kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan bayi.

iii. Konveksi :kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin.

iv. Radiasi :kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu

tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi (Sinta et al., 2019b).

f. Fisiologi Bayi Baru Lahir

Fisiologi neonatus adalah ilmu yang mempelajari fungsi

dan proses vital pada neonatus. Di bawah ini akan diuraikan

beberapa fungsi dan proses vital neonatus.

i. Sistem Pernapasan

Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah

ketika harus mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan

yang pertama kali. Dan proses pernapasan ini bukanlah

kejadian yang mendadak, tetapi telah dipersiapkan lama sejak

intrauterin. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran

gas harus melalui paru-paru bayi. Perkembangan sistem

pulmoner terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada umur

kehamilan 24 hari dan pada umur kehamilan 34-36 minggu

struktur peru-peru matang, artinya paru-paru sudah bisa

mengembangkan sistem alveoli. Pernapasan pertama pada bayi

normal terjadi dalam waktu 30 detik pertama sesudah lahir.


Saat kepala bayi melewati jalan
lahir, ia akan mengalami penekanan yang tinggi pada

toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba setelah

bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di

dalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer

paru-paru untuk kemudian diabsorbsi. Adanya stimulus sensor

kimia, suhu, serta mekanis menyebabkan bayi memulai

aktivasi napas untuk yang pertama kalinya (Setiyani et al.,

2016a).

ii. Perubahan Peredaran Darah Neonatus

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat

diklem. Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta

menjadi tidak ada dan menyebabkan serangkaian reaksi

selanjutnya. Sirkulasi janin memiliki karakteristik sirkulasi

bertekanan rendah. Karena paru-paru adalah organ tertutup

yang berisi cairan, maka paru-paru memerlukan aliran darah

yang minimal. Sebagian besar darah janin yang teroksigensi

melalui paru-paru mengalir melalui lubang antara atrium kanan

dan kiri yang disebut dengan foramen ovale. Darah yang kaya

akan oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak

melalui duktus arteriosus (Setiyani et al., 2016b).

Pada saat tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah

yang berada pada unit janin plasenta terputus sehingga berubah

menjadi sistem sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi dan berdiri

sendiri. Efek yang terjadi segera setelah tali pusat di klem


adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik. Hal

yang paling
penting adalah peningkatan tahanan pembuluh darah dan

tarikan napas pertama terjadi secara bersamaan. Oksigen dari

napas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah

berelaksasi dan terbuka sehingga paru-paru menjadi system

bertekanan rendah (Setiyani et al., 2016b).

Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi

sistemik dan menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan

perubahan tekanan aliran darah dalam jantung.Tekanan akibat

peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung menyebabkan

foramen ovale menutup, duktus anteriorsus yang mengalirkan

darah teroksigenasi ke otak janin kini tak lagi diperlukan.

Dalam 48 jam, duktus ini akan mengecil dan secara fungsional

menutup akibat penurunan kadar prostaglandin E2, yang

sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah teroksigenasi yang

secara rutin mengalir melalui duktus anteriorzsus serta

foramen ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomi

dan fisiologi jantung. Darah yang tidak kaya akan oksigen

masuk ke jantung bayi menjadi teroksigenasi sepenuhnya di

dalam paru, kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh

(Setiyani et al., 2016b).

g. Asuhan Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat

meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan


berhasil. Tujuan asuhan kebidanan yang lebih luas selama masa

ini
adalah memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru

lahir pada saat ia dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang

tua bagaimana merawat bayi mereka dan untuk memberi motivasi

terhadap upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga orang tua

percaya diri dan mantap (Sinta et al., 2019b).

i. Asuhan Bayi Segera Lahir

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang

diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah

kelahiran. Aspek-aspek penting asuhan segera bayi baru lahir

1) Memantau pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit

sekali (Sinta et al., 2019b).

a) Evaluasi nilai APGAR, yaitu Apperance (Warna

kulit), Pulse (denyut nadi), Grimace (respon

refleks), Activity (tonus otot) dan Respiratory

(pernafasan) dilakukan mulai dari menit pertama

sampai 5 menit. Hasil pengamatan masing-masing

aspek dituliskan dalam skala skor 0-2.

Tabel 2.5

Penilaian Bayi dengan Metode APGAR

Aspek Skor
Pengamatan 0 1 2
Bayi Baru

Lahir

Seluruh tubuh Warna kulit tubuh Warna

Appearance/ bayi berwarna normal,tetapi

warna kulit kebiruan Tangan dan kaki kulit seluruh

Berwarna tubuh normal

kebiruan

Denyut nadi Denyut nadi , 100 Denyut nadi

Pulse/denyut tidak ada kali/menit > 100

nadi kali/menit

Tidak ada Wajah meringis Meringis,

Grimace/ respon saat distimulasi menarik, batuk

respon reflex terhadap atau

stimulasi bersin saat

distimulasi

Lemah, tidak Lengan dan kaki Bergerak aktif

Activity/ tonus ada gerakan dalam posisi fleksi dan

otot dengan sedikit spontan

gerakan

Tidak Menangis lemah, Menangis

Respiratory/ bernafas, terdengar seperti lemah,

pernafasan pernafasan merintih terdengar

lambat dan seperti

tidak teratur merintih


Sumber : (Sinta et al.,

2019b). Keterangan :

Nilai 1-3 asfiksia

berat Nilai 4-6

asfiksia Sedang

Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)

2) Jaga agar bayi tetap kering dan hangat dengan cara ganti

handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan

selimut serta pastikan kepala bayi telah terlindung baik.

3) Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit:

a) Jika telapak bayi dingin periksa suhu aksila bayi.

b) Jika suhu kurang dari 36,5°C segera hangatkan bayi.

4) Kontak dini dengan bayi

Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk :

a) Kehangatan yaitu untuk mempertahankan panas.

b) Untuk ikatan batin dan pemberian ASI.

c) Jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi

bersamaibunya paling sedikit 1 jam setelah

persalinan.

d) Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat,

kenakan topi pada bayi dan bayi diletakkan secara

tengkurap di dada ibu, kontak langsung antara kulit

dada bayi dan kulit dada ibu. Bayi akan merangkak

mencari puting susu ibu dan menyusu.


5) Perawatan Mata
Obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1%

dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena

klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata perlu

diberikan pada jam pertama setelah persalinan, yang lazim

digunakan adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan

langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi

lahir (Sinta et al., 2019b).

ii. Asuhan 24 Jam Bayi Baru Lahir

Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami

masalah apapun, berikanlah asuhan berikut :

1) Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna dan aktifitas bayi.

2) Pertahankan suhu tubuh bayi

a) Hindarkan memandikan bayi minimal 6 jam dan hanya

setelah itu jika tidak terdapat masalah medis serta

suhunya 36,5°C atau lebih.

b) Bungkus bayi dengan kain yang kering/hangat.

c) Kepala bayi harus tertutup.

3) Pemeriksaan fisik bayi

Butir-butir penting pada saat memeriksa bayi baru lahir:

a) Gunakan tempat yang hangat dan bersih.

b) Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa, gunakan

sarung tangan dan bertindak lembut pada saat

menangani bayi.
c) Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah mulai dari

kepala sampai jari-jari kaki.

d) Jika ada faktor resiko dan masalah minta bantuan

lebih lanjut jika diperlukan.

e) Rekam hasil pengamatan.

4) Berikan vitamin K untuk mencegah terjadinya

perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL.

5) Identifikasi bayi.

6) Perawatan lain :

a) Lakukan perawatan tali pusat.

b) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi pulang

ke rumah beri imunisai BCG, Polio Oral dan Hepatitis

B.

c) Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua.

d) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi.

e) Beri ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam.

f) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit

atau infeksi.

g) Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau

menyusui kurang baik.

h) Penyuluhan sebelum bayi pulang.

(1) Perawatan tali pusat

(2) Pemberian ASI

(3) Jaga kehangatan bayi


(4) Tanda-tanda bahaya
(5) Imunisasi

(6) Perawatan harian atau rutin

(7) Pencegahan infeks

iii. Asuhan 2-6 Hari Bayi Baru Lahir

Pada hari ke 2-6 setelah persalinan ada hal-hal

yang perlu diperhatikan pada bayi, yaitu:

1) Minum

Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan

ibu (jika payudara penuh) dan tentu saja lebih berarti

menyusui sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi setip

2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian pada

payudara kiri dan kanan.

Pemberian ASI saja cukup pada periode usia 0-6

bulan, kebutuhan gizi bayi baik kualitas dan kuantitas

terpenuhi dari ASI saja tanpa makanan atau minuman

lainnya. Pemberian makanan lain akan mengganggu

produksi ASI dan mengurangi kemampuan bayi

menghisap.

2) Buang Air Besar

Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan

biasanya berbentuk seperti ter atau aspal lembek.Zat

buangan ini berasal dari perncernaan bayi yang dibawa

dari kandungan.

Umumnya warna-warna feses bayi dapat


dibedakan menjadi kuning, coklat, hijau, merah dan putih

atau keabuan.
Normal atau tidaknya sistem pencernaan bayi

dapat dideteksi dari warna-warna feses tersebut

(Sinta et al., 2019b).

a) Feses kuning : normal (ASI penuh yaitu

foremilk/ASI depan dan hindmilk/ASI belakang.

b) Feses hijau :normal (tidak boleh terus-

menerus karena bayi hanya mendapat foremilk

saja).

c) Feses merah :disebabkan adanya tetesan darah

yang menyertai.

d) Feses keabu-abuan: waspada (disebabkan

gangguan pada hati)

3) Buang Air Kecil

Bayi baru lahir cenderung sering BAK 7-10 x

sehari.Jika urine pucat, kondisi ini menunjukkan masukan

cairan yang cukup.

4) Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi

normalnya sering tidur, bayi baru lahir sampai usia 3

bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari.

5) Kebersihan Kulit

Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan

secara teratur. Selalu mencuci tangan sebelum dan

sesudah memegang bayi.


6) Keamanan
Jangan sekali-sekali meninggalkan bayi tanpa ada

yang menunggu.Hindari pemberian apapun ke mulut bayi

selain ASI.

h. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir

(Kementerian Kesehatan RI, 2020b) yaitu:

i. Pernafasan > 60X/ menit,

ii. Kehangatan > 37,5°C,

iii. Warna kuning (24 jam I), biru/ pucat, memar,

iv. Adanya tanda-tanda Infeksi, ditandai dengan:

1) suhu tinggi, merah, bengkak (nanah, bau busuk,

pernafasan sulit),

2) Tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan/ nanah, bau

busuk dan berdarah,

3) Tinja/ kemih dalam waktu 24 jam, tinja lembek dan

sering, warna hijau tua, ada lendir dan darah pada tinja.

4) Aktifitas terlihat menggigil, tangis lemah, kejang dan lemas.

i. Jadwal Kunjungan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan yang

sesuai dengan standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0-28

hari, baik di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.

Pelaksanaan kunjungan tersebut adalah sebagai berikut:


i. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu

6- 48 jam setelah lahir,

ii. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun

waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir,

iii. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu

hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir (Qonitun &

Utaminingsih, 2018b).

l. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,

ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk

pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Suprapti &

Mansur, 2018b).

a. Pengkajian

Langkah awal dalam memberikan asuhan masa nifas

normal adalah melakukan pengkajian data.Data yang dikaji

meliputi data subyektif dan data obyektif. Data subyektif diambil

dari anamnesa (wawancara) langsung dengan klien, keluarganya

maupun dari petugas kesehatan yang terkait.Sedangkan data

obyektif diambil melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik

maupun pemeriksaan penunjang sesuai. Proses pengumpulan data

mencakup data subjektif dan data objektif adalah sebagai berikut


(Suprapti & Mansur, 2018b).
i. Data Subyektif merupakan Informasi

yang dicatat dan diperolehdari hasil

wawancara langsung kepada

pasien/klien atau darikeluarga dan

tenaga kesehatan

ii. Data Obyektif merupakan pencatatan

dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,

pemeriksaan khusus kebidanan, data

penunjang yang dilakukan sesuai

dengan beratnya masalah.

1) Pemeriksaan umum

Bertujuan untuk menilai keadaan umum pasien, status

gizi, tingkat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk

badan.

2) Kesadaran

Pemeriksaan yang bertujuan menilai status kesadaran pasien.

1) Tanda vital sign

a) Tekanan darah : Untuk menilai system kardiovaskuler

berkaitan dengan hipertensi. Hipertensi dalam

kehamilan dengan kenaikan = 140/90 mmHg.

b) Nadi :Untuk menentukan masalah sirkulasi tungkai

(Takikardi). Frekuensi normal 60-90X/ menit.

c) Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh pasien normal

atau tidak. Peningkatan suhu menandakan terjadi


infeksi, Suhu normal adalah 36,5-37,6̊C

d) Pernafasan : Untuk mengetahui sistem fungsi pernafasan.

Frekuensi normal 16-24X/menit.


e) Berat Badan : Untuk mengetahui faktor obesitas,

selama kehamilan berat badan naik 9-12 kg.

f) Tinggi Badan : Untuk menentukan kemungkinan

adanya panggul sempit (terutama pada yang pendek)

tinggi badan normal = 145 cm.

g) LILA : Untuk mengetahui adanya faktorkurang gizi

bila kurang dari 23,5 cm..

2) Pemeriksaan fisik

Merupakan salah satu cara untuk mengetahui

gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien

Berikut pemeriksaan headto toe (Suprapti & Mansur,

2018b).

a. Kepala

Bagaimana bentuk kepala, warna rambut

hitam atau tidak, bersih atau tidak, adakah ketombe

dan rambut rontok.

b. Muka

Apakah terdapat odema atau tidak, muka pucat

atau tidak

c. Mata

Adakah gangguan penglihatan, konjungtiva

anemis atau tidak, sclera ikterik atau tidak).

d. Telinga

Bersih atau tidak, adakah gangguan


pendengaran, adakah massa didalam telinga.
e. Hidung

Bersih atau tidak, adakah pernafasan cuping

hidung, adakah polip.

f. Mulut dan gigi

Mulut, lidah dan gigi bersih atau tidak, adakah

caries gigi, adakah perdarahan gusi, bibir stomatitis

atau tidak.

g. Leher

Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah

pembesaran vena jugularis, adakah pembesaran getah

bening.

h. Dada dan Axila

a) Mamae Untuk mengetahui adanya pembesaran

pada mamae, simetris atau tidak, puting susu

menonjol atau tidak, ada benjolan atau tidak, dan

sudah ada pengeluaran kolostrum atau belum.

b) Axila Untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan

adanya benjolan pada daerah axila

i. Ekstremitas atas

Ujung jari pucat atau tidak, turgor ikterik atau

tidak tangan dan kuku bersih atau tidak.

j. Ekstremitas bawah

Turgor baik atau tidak, adakah

oedema, bagaimana refleks patella.


k. Anus

Untuk mengetahui adakah hemoroid dan varises pada

anus

3) Pemeriksaan khusus

a) Inspeksi

Tanda chadwick, adakah hemoroid. Proses

pengamatan atau observasi untuk mendeteksi masalah

kesehatan pasien.

1. Muka

Adakah oedem, kloasma gravidarum.

2. Payudara

Bagaimana pembesaran payudara, puting susu

menonjol atau tidak, terjadi hiperpigmentasi

aerola atau tidak.

3. Abdomen

Adakah bekas luka operasi, adakah striae

gravidarum, adakah linea nigra.

4. Genetalia

Adakah pengeluaran per vagina Lendir darah, air

ketuban, darah dll

b) Palpasi
Digunakan untuk menentukan besarnya rahim,

dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan

letak janin dalam rahim.

(1) Payudara

Adakah benjolan abnormal, adakah rasa

nyeri, adakah pengeluaran kolostrum

(2) Abdomen

Leopold I : Digunakan untuk menentukan usia

kehamilan dan bagian apa janin yang ada dalam

fundus.

Leopold II : Digunakan untuk menetukan letak

punggung anak dan letak bagian kecil pada anak.

Leopold III : Digunakan untuk menentukan

bagian apa yang terdapat dibagian bawah dan

apakah bagian bawah anak sudah masuk atau

belum ke PAP. Leopold IV : Menentukan

apakah bagian terendah janin masuk atau belum

ke PAP dan seberapa masuknya bagian bawah

tersebut ke dalam rongga panggul

TBJ (Tafsiran Berat Janin) menurut johnson-

Toshack: Jika belum masuk Panggul (TFU-

13) X 155), jika masuk rongga panggu

(TFU-12) X 155, Jika sudah masuk

Panggul Atas Panggul (TFU- 11) X 155


(Rianti & Aminah, 2017).
c) Auskultasi

Digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung

janin, bising tali pusat, bising usus.Dalam keadaan

sehat bunyi jantung janin 120-140 x/menit.

a) Pemeriksaan dalam

Untuk mengetahui keadaan vagina,

porsio(tebal atau tipis), pembukaan, ketuban (utuh

atau tidak), penurunan kepala (bidang Hodge

berapa), ubun-ubun kecil, dan untuk mendeteksi

kesan panggul. Pada kasus selaput ketuban sudah

tidak teraba, dinding vagina teraba lebih hangat,

adanya cairan di sarung tangan

b) Pemeriksan Penunjang

(1) Pemeriksaan laboratorium

(a) Uji Ferning

dengan hasil positif disebabkan karena

pada kaca objek mikroskop terdapat

natrium klorida dan protein dalam cairan

amnion

(b) Pemeriksaan USG

Dapat mengidentifikasi pada janin

mengenai ukuran, bentuk dan posisi. Pada

kasus untuk pemeriksaan oligohidramnion

atau pengurangan cairan ketuban


b. Merumuskan Diagnosis/ Masalah Aktual
Interpretasi data (data dari hasil pengkajian) mencakup

diagnosis kebidanan, masalah dan kebutuhan. Data dasar yang

sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan

diagnosa masalah yang spesifik (Suprapti & Mansur, 2018b).

i. Diagnosis Kebidanan

Diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup

praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

(tata nama) diagnosa kebidanan Diagnosis : Ny X

G,P,A,umur, tahun, hamil (minggu), janin hidup, intra

uteri, letak (puka/ puki), divergen/ konvergen.

ii. Data subjektif

1) Ibu mengatakan berusia berapa tahun

2) Ibu mengatakan hamil ke, keguguran (kali)

3) Ibu mengatakan sudah mengeluaran cairan sejak

tanggal, jam

4) Ibu mengatakan cemas dengan keadaan bayinya.

iii. Data objektif

1) TTV (TD, N, S, RR), BB, TB, LILA.

2) Pemeriksaan palpasi abdomen LI, LII, LIII, LIV

3) Tampak cairan keluar dari jalan lahir

4) Pembukaan (cm)

5) Belum merasa kenceng-kenceng

6) Pemeriksaan tes Nitrazin (tes lakmus).

iv. Masalah
Adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta

atau kenyataan

v. Kebutuhan.

Dalam bagian ini bidan menentukan

kebutuhan pasien berdasarkan keadaan

dan masalahnya.

c. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial

Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis yang

sudah diidentifikasi, oleh karena itu membutuhkan antisipasi

pencegahan serta pengawasan pada ibu nifas dengan bendungan

ASI (Suprapti & Mansur, 2018b).

Contoh: Pada ibu nifas dengan bendungan ASI diagnosis

potensial yang mungkin terjadi adalah mastitis

d. Tindakan segera atau Kolaborasi

Menunjukan bahwa bidan dalam melakukan tindakan

harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang

dihadapi kliennya, setelah bidan merumuskan tindakan yang

dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis atau masalah potensial

yang sebelumnya (Suprapti & Mansur, 2018b).

Contoh: Penanganan segera pada kasus bendungan ASI ini adalah

melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter

obsgyn

e. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan


Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan

pada tahap sebelumnya, juga mengantisipasi diagnosis dan


masalah kebidanan secara komprehensif yang didasari atas

rasional tindakan yang relevan dan diakui kebenarannya sesuai

kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan asumsi yang

seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan (Suprapti &

Mansur, 2018b).

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien, atau dari setiap

masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap perempuan tersebut.

f. Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan yang

menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima,

dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat

dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien atau

tenaga lainya (Suprapti & Mansur, 2018b).

g. Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dan seluruh asuhan yang sudah

diberikan, apakah telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah diagnosis

(Suprapti & Mansur, 2018b).

m.Pendokumentasian SOAP

Pendokumentasian asuhan kebidanan dilakukan dengan

metodedokumentasi Subjektif,Objektif,Assessement,Planning

(SOAP). SOAP merupakan urutan langkah yang dapat membantu kita


mengatur
pola pikir kita dan memberikan asuhan yang menyeluruh. Metode ini

merupakan inti sari dariproses penatalaksanaan kebidanan guna

menyusun dokumentasi asuhan (Suprapti & Mansur, 2018b).

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian

mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien.

Menurut (Suprapti & Mansur, 2018b), di dalamnya tersirat proses

berfikir bidan yang sitematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai

langkah-langkah manajemen kebidanan maka didokumentasikan

dalam bentuk SOAP , yaitu :

a. Data Subjektif (S)

Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut helen varney langkah pertama

(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui

anamnesis. Data Subjektif ini berhubungan dengan masalah dari

sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran

dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau

ringkasan yang akan berhubungan lansung atau ringkasan yang

akan berhubungan lansung dengan diagnosis.

b. Data Obyektif (O)

Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama

(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan
diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau

orang lain dapat dimaksudkan dalam data objektif ini.

c. Assesment (A)

Assesment (A), merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena

keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan

akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data

objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat

dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan

analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti

perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat

mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat

diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan

diambil keputusan/ tindakan yang tepat.

Assesment (A) merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut helen varney langkah kedua,

ketiga, dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini:

diagnosis/ masalah kebidanan, diagnosis/ masalah potensial serta

perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk

antisipasi diagnosis/ masalah potensial dan kebutuhan tindakan

segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi:

tindakan mendiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk

klien.
d. Planning (P)
Planning/ perencanaan, adalah membuat rencana asuhan

saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun

berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.Rencana asuhan

ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien

secara optimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannnya.Rencana

asuhan ini harus bidan mencapai kriteria tujuan yang ingin

dicapat dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan

dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan

dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain,

anatara lain dokter.

Meskipun secara istilah, P adalah planning/ perencanaan

saja, namun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran

pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain,

P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam, dan

ketujuh.

Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan

asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan

dan dalam rangka mengarasi masalah pasien. Pelaksanaan

tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak

dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak

mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini.

Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana


asuhan maupun implementasinyapun kemungkinan besar akan

ikut berubah atau harus disesuaikan.


Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi,

yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai

efektifitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi

analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan

nilai tindakan/ asuhan.Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses

eveluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan

alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk

mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah

catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada SOAP.


DAFTAR PUSTAKA

Buda, E., & Fajrin, A. M. (2018a). Asuhan Kebidanan II

(Nifas). 90. Buda, E., & Fajrin, A. M. (2018b). Asuhan

Kebidanan II (Nifas). 90.

Fatimah, & Nuryaningsih. (2017). ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN. In FEBS


Letters (Vol.
90, Issue 1). https://doi.org/10.1016/0014-5793(85)80729-8

Fitriahadi, E. (2017a). Buku Ajar Asuhan Kehamilan (1st ed.). Yogyakarta:


Universitas ‘Aisyiyah.

Fitriahadi, E. (2017b). BUKU AJAR ASUHAN KEHAMILAN DISERTAI DAFTAR TILIK (E.
Fitriahadi, Ed.). Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah.

Katmini, K. (2020). Determinan Kesehatan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya


Kehamilan dengan Pencapaian Kontak Minimal 4 Kali Selama Masa
Kehamilan (K4).
Determinan Kesehatan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan
Dengan Pencapaian Kontak Minimal 4 Kali Selama Masa Kehamilan (K4),
5, 29–35. https://doi.org/10.37341/jkkt.v5i1.137

Kemenkes RI. (2020a). Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
kementrian kesehatan dan JICA (Japan Intrnational
Cooperation Agency).

Kemenkes RI. (2020b). Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak.

Kementerian Kesehatan RI. (2020a). Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan
Bayi Baru Lahir Selama Social Distancing. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu
Nifas Dan Bayi Baru Lahir Selama Social Distancing, 16.

Kementerian Kesehatan RI. (2020b). Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan
Bayi Baru Lahir Selama Social Distancing. \, 16.

Kementrian Kesehatan RI. (2020a). pedoman pelayanan Antenatal terpadu


edisi pertama (ketiga). jakarta: kementrian kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2020b). pedoman pelayanan Antenatal


terpadu edisi pertama (ketiga).

Lail, N. H. (2019a). Modul nifas. In Asuhan Kebidanan Komprehensif. Jakarta:

LPU-UNAS. Lail, N. H. (2019b). Modul nifas-Nurul 2019.


Moudy E.U Djami. (2018a). Kebutuhan Dasar Ibu Nifas. Kebutuhan Dasar

Ibu Nifas, 1. Moudy E.U Djami. (2018b). Kebutuhan Dasar Ibu Nifas. 06 July,

1.

Ophie, & Hanifah, I. (2019). Kajian Asupan Protein dan Asam Folat Pada Ibu
Hamil Anemia. Kajian Asupan Protein Dan Asam Folat Pada Ibu Hamil
Anemia, 7–18.
Priyanti, S., Irawati, D., Syalfina, & Dwi, A. (2020). Frekuensi Dan Faktor Risiko
Kunjungan Antenatal Care. Frekuensi Dan Faktor Risiko Kunjungan
Antenatal Care, 6(1), 1–9. https://doi.org/10.33023/jikeb.v6i1.564

Qonitun, U., & Utaminingsih, S. (2018a). Gambaran Kestabilan Suhu Tubuh


Bayi Baru Lahir Yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Gambaran
Kestabilan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir Yang Dilakukan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD), 10(1), 7. https://doi.org/10.30736/midpro.v10i1.58

Qonitun, U., & Utaminingsih, S. (2018b). Gambaran Kestabilan Suhu Tubuh


Bayi Baru Lahir Yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (Di Ruang
Mina RS Muhammadiyah Tuban). Jurnal Kebidanan, 10(1), 7.
https://doi.org/10.30736/midpro.v10i1.58

Rianti, E., & Aminah, S. (2017). Deviasi Taksiran Berat Janin pada
Metode Johnson- Toshack, Formula Sederhana dan Formula Dare.
Jurnal Kesehatan, 8(2), 235. https://doi.org/10.26630/jk.v8i2.496

Rosyati, H. (2017a). Modul PersalinaRosyati, H. (2017). Modul Persalinan.


Materi.n.
Materi.

Rosyati, H. (2017b). Modul PersalinaRosyati, H. (2017). Modul Persalinan.


Materi.n.
Materi.

Setiyani, A., Sukesi, & Esyuananik. (2016a). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah.

Setiyani, A., Sukesi, & Esyuananik. (2016b). Asuhan Kebidanan Neonatus,


Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.

Simanullang, E. (2017). Modul Askeb Kebidanan Kehamilan. Medan: Akbid

Mitra Husada. Sinta, L. El, Andriani, F., Yulizawati, & Insani, A. A. (2019a). Buku

Ajar Asuhan Kebidanan


Pada Neonatus, Bayi Dan Balita (asli). Sidoarjo: Griya kebonagung.

Sinta, L. El, Andriani, F., Yulizawati, & Insani, A. A. (2019b). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Pada Neonatus, Bayi Dan Balita.

Suprapti, & Mansur, H. (2018a). Praktik Klinik Kebidanan II.

Suprapti, & Mansur, H. (2018b). Praktik Klinik Kebidanan II. Praktik Klinik

Kebidanan II. Susanti, A., & Fadmiyanor, I. (2020a). Antenatal care by Bidan
Delima in Pekanbaru.
Jurnal Ibu Dan Anak, 8(1), 1–7.

Susanti, A., & Fadmiyanor, I. (2020b). Antenatal care by Bidan Delima in


Pekanbaru.
Jurnal Ibu Dan Anak, 8(1), 1–7.
Tyastuti, S., & Wahyuningsih, heni puji. (2016). modul bahan ajar cetak
kebidanan auhan kebidanan kehamilan. Jakarta : kementrian kesehatan
RI.

Utami, F. (2019a). Buku Ajar Asuhan Persalinan & Managemen Nyeri


Persalinan. Buku Ajar Asuhan Persalinan & Managemen Nyeri
Persalinan, 284 hlm.

Utami, F. (2019b). Buku Ajar Asuhan Persalinan & Managemen Nyeri Persalinan.
Universitas Aisyiyiah Yogyakarta, 284 hlm.

Wahyuningsih, H. P. (2018a). Asuhan Kebidanan Nifas Dan

Menyusui. Wahyuningsih, H. P. (2018b). Asuhan Kebidanan Nifas

Dan Menyusui.

Yulizawati, Insani, A. A., Sinta, L. El, & Andriani, F. (2019). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada Persalinan. In Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada
Persalinan.

Yulizawati, Iryani, dr. D., Bustami, L. E., Insani, A. A., & Andriani, F. (2017).
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan (Bd. Yulizawati, Ed.;
Pertama). Padang: CV. Rumahkayu Pustaka Utama Anggota.

Anda mungkin juga menyukai