Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir Merupakan suatu keadaan
yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang
dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh
karena itu, Hal ini harus ditangani oleh petugas kesehatan yanag berwenang demi
kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi.
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang memerlukan perawatan khusus
karena menyangkut kehidupan ibu dan janin, agar dapat melewati masa kehamilan,
persalinan, nifas dan menghasilkan bayi yang sehat.
Antenatal care merupakan salah satu wujud yang dapat dilakukan untuk
melakukan perawatan khusu tersebut. ANC sebagai salah satu upaya pencegahan
awal dari faktor resiko kehamilan dengan tujuan untuk mendeteksi dini terjadinya
resiko tinggi terhadapt kehamilan dan persalinan dan juga dapat menurunkan angka
kematian ibu dan memantau keadaan janin.Sesuai dengan peran seorang bidan yaitu
sebagai pelaksana pelayanan kebidanan yang kegiatannya meliputi antenatal
care,bidan diharapkan dapat melaksanakan dan menrapkan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar yang sudah ditetapkan. pelayanan antenatal sendiri sangat penting
memberi gambaran-gambaran kepada ibu hamil tentang keadaan kesehatannya dan
janin dalam kandungannya. Pengawasan antenatal care memberika manfaat dengan
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan
persalinan,nifas maupun BBL ( Bayi Baru Lahir) nya nanti. Dan pada kehamilan tua
ibu bisa mengkonsultasikan ingin memakai kontrasepsi seperti apa, karena program
keluarga berencana sendiri merupakan suatu usaha untuk megukur jumlah anak yang
ibu inginkan. agar mencapai hal tersebut maka ibu boleh memilih beberapa seperti
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencaan keluarga. Program KB

1
bertujuan untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi
suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diproleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Tujuan
Tujuan asuhan kebidanan berkelanjutan meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus yaitu :
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB
terhadap Ny. W dengan menggunakan pendekatan menajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan asuhan kebidanan terhadap Ny. W pada masa kehamilan
b. Melaksanakan asuhan kebidanan terhadap Ny. W pada masa persalinan
c. Melaksanakan asuhan kebidanan terhadap Ny. W pada masa neonatus
terhadap bayi Ny. W
d. Melaksanakan asuhan kebidanan terhadap Ny. W pada masa nifas
e. Melaksanakan asuhan kebidanan terhadap Ny. W pada masa Program
keluarga berencana

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum
kemudian dilanjutkan dengan implantasi atau nidasi. Kehamilan normal akan
berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional jika
dihitung dari fertilisasi sampai bayi lahir. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester
yaitu trimester pertama mulai dari 0-12 minggu, trimester kedua 13-27 minggu,
dan trimester ketiga 28-40 minggu. (Saifuddin: 2014)
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari
atau 40 minggu yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Terbagi dalam 3
triwulan yaitu tirwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai enam bulan dan trimester ketiga
bulan ketujuh sampai bulan ke sembilan.
Asuhan kehamilan difokuskan pada intervensi yang telah terbukti
bermanfaat mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir. (Bidan dan Dosen Indonesia: 2017 ). Menurut federasi obstetric
ginekologi international, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau
penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. (Prawirohardjo, Sarwono: 2014)

3
2. Proses Konsepsi
a. Konsepsi
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi, konsepsi adalah pertemuan antara
ovum matang dan sperma sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan.
Konsepsi ini dapat terjadi jika terpenuhi beberapa kriteria, yaitu:
1) Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
2) Ovarium wanita harus melepaskan ovum sehat pada saat ovulasi.
3) Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan seh\hat selama
ejakulasi.
4) Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai,
melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya membuahi ovum.
Agar terjadi kehamilan sebaiknya senggama dilakukan sebelum tepat di
hari wanita ovulasi karena sperma dapat hidup sempai tiga hari didalam vagina,
sedanngkan ovum hanya bertahan 12-24 jam setelah dikeluarkan dari ovarium
(ovulasi). Kapan wanita mengalami ovulasi dapat dikenali melalui bentuk cairan
vagina keluar. Jika terlihat bening, banyak, dan licin, maka kemungkinan besar
wanita dalam keadaan subur, cairan vagina secara bertahap akan menjadi kental
dan berwarna putih keruh setelah melewati masa ovulasi. Selain mengamati
karakter cairan vagina, ovulasi dapat juga diprediksi melalui perhitungan siklus
menstruasi. Wanita mengalami ovulasi pada hari ke-12 sampai ke-14 siklus
menstruasi, namun cara ini kurang dapat digunakan pada wanita dengan siklus
menstruasi yang tidak teratur.
Diperkirakan ada 300 juta sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi dan
dapat ditampung oleh bagian belakang vagina, namun dalam perjalanannya
hanya beberapa ribu saja yang dapat mencapai tuba falopii. Lingkungan vagina
yang asam dan adanya daya fagosit dari uterus membuat sebagian besar sperma
tidak mampu untuk bertahan hidup, yang akhirnya dikeluarkan lagi melalui
vagina. (Sulatyawati Ari. 2011)

4
b. Fertilisasi
Merupakan kelanjutan dari proses konsepsi, yaitu sperma bertemu dengan
ovum, terjadi penyatuan sperma dengan ovum, sampai terjadi perubahan fisik
dan kimiawi ovum-sperma sehingga menjadi buah kehamilan. Gambaran proses
dari konsepsi sampai dengan dengan fertilisai adalah sebagai berikut:
1) Sperma memasuki vagina
Sperma diejakulasikan di forniks vagina saat koitus, menuju ke ampula
tuba sehingga tempat fertilisasi.
2) Proses kapasitasi
Sperma mengalami perubahan biokimiawi agar lebih kuat untuk mencapai
ampula tuba.
3) Reaksi akromosom
Sperma mengadakan pengeluaran cairan hyaluronidase dan tripsin agar
bisa menembus lapisan Oosit/ovum.
4) Sperma memasuki zona pellusida dan corona radiata
Zat yang dikeluarkan melalui reaksi akromosom akan mengencerkan
corona radiata dan zona pellusida.
5) Reaksi granula kortikal
Granula kortikol merupakan sel-sel granulose yang berada di sekitar oosit
yang akan menutup setelah satu buah sperma masuk ke dalam oosit,
sehingga mencegah sperma yang lain untuk masuk.
6) Fertilisasi
a) Kepala sperma membesar dan inti sel sperma membentuk
pronukleus pria.
b) Inti sel ovum membentuk pronukleus wanita.
c) Kedua pronukleus berfusi
Dalam proses ini akhirnya kedua pronukleus bersatu dan membentuk zigot
yang terdiri atas bahan genetik dari wanita dan pria. Dalam beberapa
jam setelah konsepsi, mulailah terjadi proses pembelahan zigot.
Setelah pembelahan sel terjadi, maka pembelahan-pembelahan

5
selanjutnya akan berjalan dengan lancar dan akhirnya dalam waktu
tiga hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama besarnya,
disebut morulla. Proses selanjutnya adalah perubahan morulla
menjadi blastula. Hasil konsepsi tiba ke dalam kavum uteri pada
tingkat blastula. (Sulatyawati Ari. 2011)
7) Implantasi (Nidasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Blastula diselubungkan oleh suatu simpai, disebut
trofoblast, yang mampu menghancurkan atau mencairkan jaringan. Ketika
blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam fase
sekresi. Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner cell
mass) akan mudah masuk kedalam desidua, menyebabkan luka kecil yang
kemudian sembuh dan menyatu lagi. Itulah sebabnya kadang-kadang pada
saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua yang disebut
dengan tanda heartman. Umunya nidasi terjadi pada dinding depan atau
belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri. Dalam peringkat nidasi
trofoblast dihasilkan hormon human chorionic gonadotropin (HCG).
(Sulatyawati Ari. 2011).

3. Tanda-Tanda Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosa kehamilan, ditetapkan dengan melakukan
penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan:
a. Tanda Dugaan Kehamilan (Presumtif)
1) Amenore/tidak mengalami menstruasi sesuai siklus (terlambat haid)
2) Nausea (mual), anoreksia (tidak nafsu makan), emesis, dan hipersaliva
3) Pusing
4) Miksing/sering buang air kecil
5) Obstipasi
6) Hiperpigmentasi: striae, cloasma
7) Varises

6
8) Payudara menegang
9) Perubahan perasaan
10) BB bertambah
b. Tanda Tidak Pasti Hamil
1) Perut membesar
2) Perubahan pada Organ Pelvik
3) Tanda hegar
Pada kehamilan 6-12 minggu ismus uteri mengadakan hipertropi
ismus menjadi panjang dan lunak.
4) Tanda chadwicks
Sejak hamil 8 minggu warna merah kebiru-biruan pada membran
mukosa serviks, vagina dan vulva.
5) Tanda piskacek
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas
kejurusan pembesaran tersebut.
6) Tanda braxton hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi, tanda ini khas untuk
uterus dalam masa hamil.
7) Ballottement positif
Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu dengan caa
menggoyangkan-goyangkan di salah satu sisi, maka akan terasa
“pantulan” disisi yang lain.
8) Tes Urine kehamilan (tes hCG) positif
Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi
pembuahan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar
hormon gonadotropin dalam urine. Kadar yang melebihi ambang
normal, mengidentifikasikan bahwa wanita mengalami kehamilan.
c. Tanda Pasti Kehamilan
1) Terdengar denyut jantung janin (DJJ).
2) Terasa gerak janin.

7
3) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada
gambaran embrio.
4) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16 minggu).
(Sulatyawati Ari. 2011)

4. Perubahan Fisiologis Kehamilan


Adaptasi fisiologis pada sistem tubuh pada masa hamil yaitu sebagai
berikut :
a. Uterus
Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola lampu
yang gepeng, terdiri dari corpus uteri berbentuk segitiga dan cervix uteri
berbentuk silindris. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio. Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol  atau
beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperpla-sia, sehingga menjadi
seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami
hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti
pembesaran rahim karena pertumbuhan janin (Medical notes 2016)
Jika penambahan ukuran TFU per tiga jari, apat dicermati dalam tabel
berikut ini:
Usia Kehamilan (Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 1-2 Jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat-px
36 3 jari di bawah px
40 Pertengahan pusat-px
(Sulatyawati Ari. 2011)

8
Ukuran uteri dan fundus uteri yang diukur menggunakan palpasi abdomen:
1) Kehamilan 1 bulan: sebesar telur ayam
2) Kehamilan 8 minggu: sebesar telur angsa
3) Kehamilan 12 minggu: sebesar telur angsa atau 1-2 jari atas simfisis
4) Kehamilan 16 minggu: pertengahan antara simfisis pusat
5) Kehamilan 20 minggu: 3 jari bawah pusat
6) Kehamilan 24 minggu: setinggi pusat
7) Kehamilan 28 minggu: 3 jari atas pusat
8) Kehamilan 32 minggu: pertengahan prossesus xypoideus-pusat
9) Kehamilan 36 minggu: 3 jari dibawah prossesus xypoideus
10) Kehamilan 40 minggu: pertengahan antara prossesus xypoideus-pusat
(Bidan dan Dosen Indonesia: 2017)

b. Ovarium
Ovulasi berhenti selama kehamilan dan pematanga folikel ditunda.
Biasanya hanya satu corpus luteum kehamilan  dapat ditemukan di dalam
ovarium wanita hamil dan hanya berfungsi maksimal sampai 6-7 minggu
pertama kehamilan dan selanjutnya fungsinya menurun sampai akhirnya pada
minggu ke-16 kehamilan fungsinya digantikan oleh plasenta untuk
menghasilkan estrogen dan progesterone.
c. Vagina dan Perineum
Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara lain
terjadinya peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah meningkat)
pada kulit dan otot perineum, vulva, pelunakan pasa jaringan ikat, munculnya
tanda chadwick yaitu warna kebiruan pada daerah vulva dan vagina yang
disebabkan hiperemia, serta adanya keputihan karena sekresi serviks yang
meningkat akibat stimulasi estrogen.
d. Payudara
Kadar estrogen dan progesterone yang tinggi yang dihasilkan oleh
plasenta mememberikan perubahan terhadap jaringan payudara dan pigmentasi

9
kulit. Hormone human placental lactogen (hPL) bersifat lactogenic sehingga
perannya menstimulasi pertumbuhan payudara dan sejumlah perubahan
metabolic diantaranya menstimulasi sintesis kasein, dan laktalbumin di alveoli.
Estrogen meningkatkan jumlah duktus glandular sedangkan progesterone
meningkatkan jumlah alveoli pada payudara.
Bersama dengan hPL, estrogen, dan progesterone menyebabkan
perubahan pembesaran payudara, payudara terasa tegang, pembesaran putting
perubahan warna areola mamae menjadi lebih gelap diduga efek estrogen dan
progesterone yang menstimulasi melanosit, munculnya kolostrum yang
biasanya dapat dikeluarkan minggu ke-12 hipertrofi alveoli payudara sehingga
teraba nodular dan adanya tuberkel yang merupakan kelenjar sebasea pada
areola mamae yang keduanya teraba pada dua bulan pertama kehamilan.
e. Sistem Respirasi
Perubahan anatomi toraks ini menjamin terpenuhinya aliran udara
disempanjang percabangan bronkus untuk menkompensasi penurunan kapasitas
vital pernapasan sehingga fasilitas untuk proses transver kejanin terpenuhi,
menyebabkan volume tidal pada ibu hamil meningkat. Selain itu faktor
peningkatan metobelisme basal pada wanita hamil serta pertambahan ukuran
tubuh, meningkatkan kebutuhan total oksigen dalam tubuh. Peningkatan volume
tidal menyebabkan tekanan parsial karbon dioksida (PCO2) menurun sebesar
15-20% dan tekanan parsial oksigen (PO2) meningkat sedikit. Perubahan paru
dalam kehamilan yakni anatomi toraks berubah, volume tidak meningkat,
kapasitas vital menurun, kapasitas residu fungsional menurun, PCO 2 menurun
15-20%, PO2 meningkat, ekskresi bikarbonat meningkat atau alkalosis
respiratorik ringan.
f. Sistem Perkemihan
Peningkatan progesteron selama kehamilan yang menyebabkan
vesodilatasi perifer pembuluh terjadi pula fase dilatasi pada saluran kemih.
Peningkatan volume darah serta plasenta dan vasodilatasi pembuluh darah
menyebabkan peningkatan aliran darah keseluruh organ termasuk ginjal

10
meningkat sebesar 60-70%. Selain itu efek aldosteron termasuk terhadap retensi
natrium dan air memberikan efek peningkatan natrium yang terfilterasi
diglomerulus sebesar 60-70%.
Wanita hamil cenderung lebih sering berkemih di malam hari karena saat
berbaring menyebabkan mobilisasi cairan sangat lancar kearah ginjal dan
kemudian mengekskresikannya, sedangkan pada siang hari wanita hamil
mengakumulasi air dalam bentuk edema dependen pada tungkai akibat tekanan
uterus pada pembuluh darah panggul dan vena kava inferior.
g. Metabolisme
Menurut Manuaba (2010) perubahan metabolisme pada kehamilan:
1) Metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula, teru-tama pada
trimester ketiga.
2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter
menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemo-delusi darah dan
kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan
laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat
badan atau sebutir telur ayam sehari.
4) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
5) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil:
a) Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30-40 gram untuk pemben-tukan
tulang janin.
b) Fosfor, rata – rata 2 gram dalam sehari.
c) Zat besi, 800 mg atau 30-50 mg per hari.
d) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi
retensi air.
6) Berat badan ibu hamil bertambah.

11
Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5-16,5 kg selama hamil
atau terjadi kenaikan berat badan 0,5 kg/ minggu.

5. Tanda Bahaya dalam Kehamilan


Menurut Husin, Farid, 2014 untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
yang mungkin terjadi selama kehamilan adalah dengan mengenali tanda- tanda
bahaya kehamlilan yaitu :
a. Perdarahan Vagina
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada
masa awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit
atau spotting di sekitar waktu pertama terlambat haid. Hal ini karena terjadinya
implantasi. Pada waktu lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin
pertanda dari serviks yang rapuh (erosi), mungkin normal atau disebabkan oleh
infeksi.
Perdarahan vagina yang terjadi pada wanita hamil dapat dibedakan menjadi 2
bagian :
1) Pada awal kehamilan : abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan
ektopik terganggu.

2) Pada akhir kehamilan : solusio plasenta dan plasenta previa.

b. Sakit Kepala yang Hebat, Menetap dan Tidak Hilang


Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit
kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat adalah salah
satu gejala preeklampsi. Preeklampsi biasanya juga disertai dengan penglihatan
tiba-tiba hilang/kabur, bengkak/oedema pada kaki dan muka serta nyeri pada
epigastrium.
c. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang dimaksud adalah yang tidak berhubungan dengan
persalinan normal. Merupakan nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang

12
setelah beristirahat bisa berarti appendicitis, abortus, penyakit radang panggul,
persalinan preterm, gastritis dan infeksi kandung kemih.

d. Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa


Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam. Biasanya diukur dalam waktu selama 12 jam yaitu sebanyak 10
kali.
e. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya (Ketuban Pecah Dini)
Dapat diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau yang
khas. Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan prematuritas
yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.
f. Muntah Terus-menerus (Hiperemesis Gravidarum)
g. Terdapat muntah yang terus-menerus yang menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi.
Gejala-gejala hiperemesis lainnya :
1) Nafsu makan menurun.

2) Berat badan menurun.

3) Nyeri daerah epigastrium.

4) Tekanan darah menurun dan nadi meningkat.

5) Lidah kering.

6) Mata Nampak cekung.

h. Demam
Demam tinggi terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa sakit
seluruh tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan oleh malaria.
i. Kejang

13
Kejang pada ibu hamil merupakan gejala lanjut dari preeklampsi.

6. Keluhan Kehamilan pada Trimester III


Trimester III mencakup mingguke 29 sampai 42 kehamilan.
a. Sering Berkemih
Menjelang akhir kehamilan, pada nulipara presentasi terendah sering
ditemukan janin yang memasuki pintu atas panggul, sehingga
menyebabkan dasar kandung kemih terdorong kedepan dan keatas,
mengubah permukaan yang semula konveks menjadi konkaf akibat
tekanan.
Dalam menangani keluhan ini, bidan dapat menjelaskan pada ibu bahwa
seing berkemih merupakan hal normal akibat dari perubahan yang terjadi
selama kehamilan, menganjurkan ibu mengurangi asupan cairan 2 jam
sebelum tidur agar istirahat ibu tidak akan terganggu.
b. Varises dan wasir
Varises adalah pelebaran pada pembuluh darah balik-vena sehingga katup
vena melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembuluh darah
balik dan biasa terjadi pada pembuluh balik supervisial. Varises terjadi
pada 40% wanita, biasanya terlihat pada bagian kaki, namun sering juga
muncul pada vulva dan anus. Varises pada bagian anus biasa disebut
hemoroid.
Kelemahan katup vena pada kehamilan karena tingginya kadar hormone
progesterone dan estrogen sehingga aliran darah balik menuju jantung
melemah dan vena dipaksa berkerja lebih keras untuk dapat memompa
darah.
Riwayat keluarga, frekuesnsi berdiri terlalu lama dan usia menjadi factor
pencetus terjadinya varises.

14
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh catano, dkk (2004), cara mengatasi
varises dank ram diantaranya yaitu dengan melakukan exercise selama
kehamilan dengan teratur, menjaga sikap tubuh yang baik, tidur dengan
posisi kaki sedikit lebih tinggi selama 10-15 menit dan dalam keadaan
miring, hindarai duduk dengan posisi kaki menggantung, dan gunakan
stoking, serta mengonsumsi suplemen kalsium.
c. Bengkak dan kram kaki
Bengkak atau odema adalah penumpukan atau retensi cairan pada daerah
luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler. Hal
ini dikerenkan tekanan uterus yang semakin memingkat dan
mempengaruhi sirkulasi cairan. Dengan bertambahnya tekanan uterus dan
tarikan gravitasi menyebabkan retensi cairan semakin besar ( jean,2011).
Asuhan kebidanan: menghindari pakaian ketat dan berdiri lama, duduk
tanpa adanya sandaran, lakukan latihan ringan dan berjalan secara teratur
untuk menfasilitasi peningkatan sirkulasi, Lakukan mandi air hangat untuk
menenagkan,anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan mengandung
kalsium dan vitamin B.
d. Nyeri perut bawah
Nyeri perut bawah dikeluhkan oleh sebagian besar ibu hamil. Keluhan ini
dapat bersifat fisiologis dan beberapa lainnya merupakan tanda adanya
bahaya dalam kehamilan. Secara normal,nyeri perut bawah dapat
disebabkan oleh muntah yang berlebihan dan konstipasi yang dialami oleh
sebagian besar ibu dalam kehamilannya.
e. Sesak nafas
Peningkatan ventilisasi yang menyertai kehamilan sering dianggap sebagai
sesak nafas. Sesak nafas merupakan salah satu keluhan yang sering
dialami oleh ibu (70%) pada kehamilan trimester III yang dimulai pada
28-31 minggu. Sekitar 75% wanita hamil mengalami sesak nafas saat
beraktivitas pada usia kehamilan 30 minggu. Sesak nafas yang
berlangsung pada saat istirahat atau aktivitas yang ringan sering disebut

15
sebagai sesak nafas yang normal. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
usaha bernafas ibu hamil. Peningkatan ventilisi menit pernafasan dan
beban pernafasan yang meningkat dikarenakan oleh Rahim yang
membesar sesuai dengan kehamilan sehingga menyebabkan peningkatan
kerja pernafasan.
f. Gangguan tidur dan mudah lelah
Dalam sebuah penelitian terbaru oleh national sleep foundation, lebih dari
79% wanita hamil mengalami ketidakteraturan dalam tidurnya. Gangguan
tidur dan sering lelah adalah salah satu keluhan yang paling sering
dilaporkan oleh ibu hamil. Rata-rata 60% dari ibu hamil merasakan sering
lelah pada akhir trimester dan lebih dari 75% mengeluhkan gangguan
tidur. Pada trimester III,hamper semua wanita mengalami gangguan
tidur.cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering
berkemih dimalam hari), terbangun dimalam hari dan menganggu tidur
yang nyenyak.
7. Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care)
Antenatal care merupakan suatu program yang terencana berupa
obsevasi, edukasi, dan penangan medik pada ibu hamil. Pemeriksaan fisik pada
ibu hamil ini dilakukan setiap ibu datang untuk melakukan pemeriksaan dan
harus dilakukan secara lengkap agar mendapat hasil diagnosa yang tepat.
a. Tujuan ANC
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara
umum.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya.

16
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan normal.

b. Standar Asuhan Antenatal 10 T


1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. Ditujukan guna mendeteksi
adanya gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan dan menepis
adanya faktor resiko terjadinya cephalopelvic disproportion karena
indikator kemungkinan tinggi bdan kurang dari 145 cm.
2) Pemeriksaan tekanan darah. Untuk mendeteksi adanya hipertensi dan pre-
eklamsia kehamilan.
3) Tentukan status gizi ( ukur lingkar lengan atas). Berguna untuk
mendeteksi ibu hamil kurang energi kronis (KEK) yang dapat
mengakibatkan bayi berat lahir rendah.
4) Tentukan tinggi fundus uteri (TFU). Bertujuan untuk mendeteksi adanya
gangguan pertumbuhan janin.
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). Bertujuan untuk
mengetahui letak janin dan untuk mengetahui keadaan janin apakah ada
gawat janin.
6) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
(TT). Untuk mencegah tetanus neonatorum dan agar ibu hamil
mendapatkan perlindungan dari imunisasi tetanus.
7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet sellama kehamilan. Untuk
mencegah anemia gizi besi.
a) Kebutuhan zat besi trimester I ±1 mg/hari dengan kehilangan basal 0,8
mg/hari ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.

17
b) Kebutuhan zat besi trimester II ±5 mg/hari dengan kehilangan basal
0,8 mg/hari ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan kebutuhan
janin 115 mg.
c) Kebutuhan zat besi trimester III ±5 mg/hari dengan kehilangan basal 0,8
mg/hari ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan janin 223 mg.
8) Tes laboratorium ( rutin dan khusus)
a) Pemeriksaan golongan darah
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
c) Pemeriksaan protein dalam urine
d) Pemeriksaan kadar gula darah
e) Pemeriksaan darah malaria
f) Pemeriksaan sifilis
g) Pemeriksaan HIV
h) Pemeriksaan BTA ( tuberculosis)
9) Tata laksana kasus. Yaitu setiap kelainan yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan harus ditangani sesuai standar.
10) Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca-persalinan. Untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehamilan.
Dilakukan pada setiap kunjungan ibu hamil, dengan anjuran:
a) Kesehatan ibu hamil
b) Perilaku hidup bersih dan sehat
c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
d) Tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
e) Asupan gizi seimbang
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular
g) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di daerah
epidemic meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan
TB di daerah epidemic rendah

18
h) Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif
i) KB pasca-persalinan
j) Imunisasi
c. Asuhan Trimester III
Dalam dasar pemantauan pada Trimester III yaitu pada usia 27- 42
minggu, diantaranya (Irianti bayu,2013) :
1) Pemantauan Berat Badan berdasarkan IMT ibu
2) Pemeriksaan tekanan darah
3) Pemeriksaan tinggi fundus dan penentuan berat badan janin
4) Pemantauan letak janin dengan palpasi abdominal
5) Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin
6) Deteksi terhadapa masalah psiologis dan berikan dukungan selama
kehamilan
7) Kebutuhan exercise ibu yaitu senaam hamil
8) Deteksi dini pertumbuhan janin terhambat baik dengan palpasi abdominal.
9) Mengurangin keluhan ketidaknyaman yang terjadi pada Trimester III
10) Deteksi dinimomplikasi pada Trimester III dan melakukan tindakan
kolaborasi dan atau rujukan secara tepat.
11) Melibatkan keluarga setiap asuhan
12) Persiapan laktasi
13) Persiapan persalinan
14) Melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika ditemukan kelainan letak
janin
15) Lakukan rujukan apabila ditemukan tanda- tandapatologi pada trimester
III.

B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

19
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006). Persalinan adalah proses
dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. (JNPK-KR,2012).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian
fisiologi yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2006)

2. Tahapan Persalinan
Menurut Indrayani(2016:43-47)) persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus (his) yang
teratur dan meningkat hingga serviks berdilatasi sampai 10 cm. (Indrayani dkk,
2016:43) Kala satu persalinan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase
aktif yaitu:
1) Fase Laten berlangsung secara bertatahap selama 6-8 jam. Pembukaan
terjadi sangat lambat hingga mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase Aktif terbagi lagi menjadi 3 fase yaitu :
a) Fase akselerasi yaitu terjadi dalam waktu 2 jam pembukaan dari 3-
4 cm
b) Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat sekali dalam
waktu 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm (lengkap).
Pada fase aktif frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi 3 kali/lebih

20
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nullipara/primigravida) atau lebih dari
1 cm hingga 2 cm (multipara).
Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan dan dipantau dengan menggunakan lembar partograf. Masalah atau
komplikasi yang dapat muncul pada kala satu adalah ketuban pecah sebelum
waktunya (pada fase laten), gawat janin, inerrsia uteri.

b. Kala II (pengeluaran bayi)


Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan bayi
lahir, proses ini biasanya berlangsung rata-rata 1 jam pada primigravida dan
rata-rata 0,5 jam pada multigravida (JNPK-KR, 2012:78). Tanda dan gejala kala
dua sebagai berikut:
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya.
3) Perineum menonjol
4) Vulva dan sfingter ani membuka
5) Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah
Pada kala dua penurunan bagian terendah janin hingga masuk keruang
panggul sehingga menekan otot-otot dasar pangul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin meneran, karena adanya penekanan pada rectum
sehingga ibu merasa seperti mau buang air besar yang ditandai dengan anus
membuka. Saat adanya his bagian terendah janin akan semakin terdorong keluar
sehingga kepala mulai terlihat, vulva membuka dan perineum menonjol.
(Indrayani, 2016:45)
Pada keadaan ini, ketika ada his kuat, pimpin ibu untuk meneran hingga
lahir seluruh badan bayi. Masalah atau komplikasi yang dapat muncul pada kala
dua adalah pre-eklamsia/eklamsia, gawat janin, kala dua memanjang, tali pusat

21
menumbung, partus macet, kelelahan ibu, distosia bahu, inersia uteri, lilitan tali
pusat.
c. Kala III (Pelepasan uri)
Kala II dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras
dengan fundus uteri agak ke atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi kembali untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
(Prawirohardjo, 2013:345). Pada kala tiga persalinan otot uterus berkontraksi
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.
Karena tempat perlekatan semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tetap maka
plasenta akan terlipat, menebal dan akan terlepas dari dinding uterus.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-
tanda:
1) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri
2) Tali pusat bertambah panjang
3) Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan
d. Kala IV (Pemantauan)
Kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
Petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah
kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua dan jika kondisi ibu
tidak stabil ibu harus dikontrol lebih sering. Komplikasi yang dapat muncul
pada kala empat adalah perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri,
laserasi jalan lahir, dan sisa plasenta. (Indrayani, 2016:47).
Oleh karena itu harus dilakukan pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi
dan mencegah perdarahan pervaginam. Pemantauan kala IV dilakukan:
1) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan
2) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
3) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri yang sesuai.

22
3. Tanda dan Gejala
Menurut Sulistyawati (2012:7) tanda dan gejala persalinan adalah sebagai
berikut:
a. Terjadinya His Persalinan
1) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan
2) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar
3) Terjadi perubahan pada serviks
4) Jika pasien menambah aktivitasnya misalnya dengan berjalan, maka
kekuatannya bertambah

b. Pengeluaran Lendir dan Darah (Penanda persalinan)


Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan :
1) Pendataran dan pembukaan
2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis terlepas
3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran Cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban.
Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam
24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya di akhiri
dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum, atau sectio caesaria.

4. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Faktor penting yang mempengaruhi persalinan menurut Indrayani
(2016:58-54) yaitu:
a. Passage Way
Passage Way merupakan jalan lahir dalam persalinan berkaitan keadaan
segmen atas dan segmen bawag rahim pada persalinan. Segmen atas

23
memegang peran yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya segmen bawah
rahim memegang peran pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan
karena peregangan. Jalan lahir terdiri dari pelvis dan jaringan lunak
serviks, dasar panggul, vagina dan introitus (bagian luar/lubang luar dari
vagina).
b. Passanger
Passanger meliputi janin, plasenta dan air ketuban
1) Janin
Janin bergerak sepanjang jalan lahir akibat interaksi beberapa faktor,
diantaranya: ukuran kepala janin, presentasi letak, sikap dan posisi
janin karena plasenta dan air ketuban juga harus melewati jalan lahir,
maka dianggap sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin.
Namun plasenta dan air ketuban jarang menghambat proses persalinan
pada kehamilan normal. Bagian yang paling besar dan keras dari janin
adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi
jalan
2) Tali Pusat
Umumnya plasenta akan terbentuk lengkap pada kehamilan kira-kira
16 minggu, dimana ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim.
Tali pusat/cord umbilicalis disebut juga feoniculus. Pada minggu ke-5
tali pusat terbentuk. Tali pusat terdapat antara pusat janin dan
permukaan fetal plasenta.
3) Plasenta
Selama minggu ke-3 setelah konsepsi, sel tropoblast dari villi
chorionic berlanjut untuk meng-invasi desidua basalis. Saat kapiler
uteri terbentuk, keadaan ini berlanjut dengan arteri endometrial yang
membentuk posisi seperti spiral, ruang yang terbentuk diisi dengan
darah maternal. Villi chorionic tumbuh di dalam rongga dengan dua
lapisan sel, yang terluar namanya syncitium dan yang bagian dalam

24
adalah cytotropoblast. Lapisan yang ketiga berkembang didalam septa
yang membagi desidua ke dalam area yang terpisah yang disebut
cotyledons. Pada setiap 15-20 kotiledon, villi chorionic bercabang
keluar dengan sistem pembuluh darah fetal yang begitu kompleks.
Setiap cotyledon merupakan satu unit fungsional. Struktur secara
keseluruhan disebut dengan plasenta. Plasenta adalah alat yang sangat
penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat anatara ibu
dan anak dan sebaliknya.
4) Air ketuban
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500
cc. Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis.
Reaksinya agak alkalis atau netral. Komposisinya terdiri atas 90% air,
sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut
lanugo, verniks caseosa dan garam an-organik. Kadar protein kira-kira
2,6%g/l terutama albumin. Cavum amnion menerima cairan dengan
difusi dari darah maternal. Fetus menelan cairan tersebut dan
mengalirkannya ke dalam dan keluar paru fetal. Urine fetus juga
mengalir masuk ke dalam cairan ini yang akan mempertinggi volume
cairan amnion. Sedikitnya kurang dari 300 ml cairan amnion
dihubungkan dengan abnormalitas pada renal fetal. Cairan yang lebih
tinggi dari 2 liter cairan amnion (hydramnion) dihubungkan dengan
malformasi gestrointestinal dan malformasi lainnya.
c. Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
1) His (kontraksi otot uterus)
2) His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan yang terdiri dari
kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau
kekuatan mengejan dan kontraksi ligamentum rotundum.
3) Tenaga mengejan
Power atau tenaga yang mendorong anak keluar

25
5. Asuhan Sayang Ibu dalam Persalinan
Asuhan sayang ibu yang dapat diberikan saat persalinan menurut
Prawirohardjo (2014:336-337) adalah sebagai berikut:
a. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya.
b. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai
asuhan tersebut dan sesudah dilakukan asuhan
c. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan khawatir.
e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kehawatiran ibu.
f. Berikan dukungan,besarkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu dan
anggota keluarga lainnya.
g. Anjurkan ibu untuk ditemani suami atau anggota keluarga yang lain.
h. Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenai cara-cara
bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
i. Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan konsisten
j. Hargai privasi ibu.
k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
l. Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ia
menginginkannya.
m. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi
pengaruh merugikan
n. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti
episiotomi, pencukuran,dan klisma.
o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah
kelahiran bayinya

26
q. Menganjurkan ibu melakukan mobilisasi miring kanan dan kiri setelah 2
jam postpartum
r. Siapkan rencana rujukan.
Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik serta bahan-bahan
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan.Siap untuk melakukan resusitasi
bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

C. Bayi Baru Lahir


1. Pengertian BBL
Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin. (vivian,2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada
usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram.
( kristiana,ibrahim,1984).
Asuhan Bayi Baru Lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahirakan
menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan
(Syaifuddin,Abdul, 2002).
2. Ciri-Ciri BBL Normal
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat lahir 2500-4000 gram
c. Panjang badan waktu lahir 48 – 51 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
h. Pernafasan ± 60-40 kali/menit
i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub cutan cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
k. Kuku agak panjang dan lemas
l. Gerakan aktif
m. Bayi lahir langsung menangis kuat

27
n. Genitalia :
1) Perempuan ditandai dengan vagina dan uterus yang berlubang
serta labia mayora sudah menutupi labia minora
2) Laki-laki testis sudah turun pada skotum dan penis yang berlubang
3) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
o. Reflek morrow atau gerakan memeluk bila dikagetkan sudah baik
p. Reflek graps atau menggengam sudah baik
q. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium bewarna hitam kecoklatan
3. Adaptasi Bayi Baru Lahir
Beberapa saat dan beberapa jam pertama kehidupan ekstra uteri adalah
salah satu masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Pada saat
lahir, bayi baru lahir berpindah dari ketergantungan total kekemandirian
fisiologis. (Varneyl,2008). Beberapa organ, misalnya paru-paru mengalami
perubahan yang pesat sehingga selesai dengan sempurna dalam beberapa hari
setelah lahir. Secara keseluruhan, transisi kekehidupan ekstra uteri harus
dipandang sebagai proses berkesinambungan yang terjadi selama keseluruhan
bulan pertama (Varney,2008).

4. Manajemen Bayi Baru Lahir


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan manajemen Bayi
Baru Lahir:
a. Apgar Skor
Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah bayi lahir dengan
penggunaan nilai APGAR.Penilaian ini perlu untuk menilai apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak. Bila nilai APGAR dalam 2 menit tidak mencapai
7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut, kerena jika bayi
menderita asfiksia lebh dari 5 menit kemungkinan terjadi gejala – gejala
neurologic lanjutan dikemudian hari akan lebih besar, maka penilaian APGAR
selain dilakukan pada menit pertama juga dilakukan pada menit ke-5 setelah
bayi lahir.

28
NILAI APGAR SKOR
Nilai 0 1 2

Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh

Pulse Tidak ada Ekstremitas biru < 100 / menit Kemerahan > 100/ menit

Grimace Tidak ada Sedikit gerakan mimik Batuk / bersin

Activity Tidak ada Ekstremitas sedikit fleksi Gerak aktif

Respiration Tidak ada Lemah Baik, menangis, kuat

5. Pemantauan Tanda Bahaya Pada Bayi


a. Sesak nafas.
1) Frekuensi pernapasan 60 kali / menit.
2) Gerak retraksi di dada.
3) Malas minum.
4) Panas atau suhu badan bayi rendah.
5) Kurang aktif.
6) Berat lahir rendah ( 1500 – 2500 gram) dengan kesulitan minum.
b. Memberikan asuhan aman, dan bersih segera setelah bayi baru lahir
merupakan bagian esensial dari asuhan pada BBL.
1) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Cegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan tubuh bayi
dengan handuk atau kain bersih kemudian selimuti tubuh bayi dengan
selimut atau kain yang hangat, kering, dan bersih.Tutupi bagian kepala
bayi dengan topi dan anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui
bayinya serta jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir karena bayi baru lahir mudah kehilangan panas tubuhnya.
2) Merawat tali pusat
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.Cuci tangan
dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.

29
Bersihkan dengan lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas
basah, kemudian bungkus tali pusat dengan longgar dengan kassa
steril kering. Alkohol dan povidone-iodine tidak lagi dianjurkan untuk
merawat tali pusat karena dapat mengiritasi kulit dan menghambat
pelepasan tali pusat. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan
perawatan terbuka tanpa dibubuhi apapun.
3) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Dengan
ditempatkan diatas perut ibu selama 1 jam. Kemudian bayi merangkak
mencari putting sendiri.
Manfaat IMD :
1) Mengurangi 22% kematian bayi 0-28 hari.
2) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif.
3) Merangsang produksi ASI.
4) Memperkuat reflek menghisap
4) Pencegahan perdarahan
Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin perenteral dengan dosis
0,5-1 mg IM.
5) Pencegah infeksi mata
Salep atau tetes mata untuk mencegah infeksi mata diberika setelah
IMD dan bayi sudah menyusu. Salep mata atau tetes mata tersebut
mengandung Tetrasiklin 1%.
6) Pemberian imunisasi hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
pada saat bayi berumur 2 jam.

6. Asuhan Bayi Baru Lahir


Penatalaksanaan bayi baru lahir di komunitas terbagi atas dua, yaitu
asuhan bayi baru lahir 0-6 jam dan asuhan bayi baru lahir 6 jam – 28 hari.

30
Untuk asuhan baru baru lahir 0- 6 jam dilaksanakan setelah lahir, dan diletakkan
bersama ibu dalam ruangan yang sama, dan untuk asuhan bayi baru lahir
dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan ibunya atau di ruangan
khusus. Untuk asuhan baru lahir 6 jam -28 hari, Anda dapat melaksanakan
pemeriksaan neonates di puskesmas/ polindes atau kunjungan rumah dengan
pendampingan bidan. Yang harus Anda ingat saat pemeriksaan fisik adalah
sebagai berikut.
a. Pastikan suhu ruangan hangat, lepaskan pakaian hanya pada daerah yang
akan diperiksa.
b. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki.
c. Untuk prosedur yang mengganggu bayi seperti pemeriksaan reflex dilakukan
terakhir.
d. Aspek yang perlu Anda kaji: menilai keadaan umum, TTV, Timbang dan
ukur Panjang badan, periksa bagian kepala, telinga, mata, hidung, leher,
dada, bahu, perut, alat kelamin, tungkai kaki, punggung, anus, dan kulit.
e. Perhatikan pula penampilan BBL dan perilaku BBL.
f. Pelaksanaan asuhan BBL mengacu pada pedoman asuhan persalinan normal
yang tersedia di puskesmas.
g. Asuhan bayi baru lahir yang harus Anda lakukan meliputi : pencegahan
infeksi, penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi, pemotongan
dan perawatan tali pusat Inisiasi Menyusui Dini (IMD), pencegahan
kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan
ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi, pencegahan perdarahan
melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di pada kiri, pemberian
imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan, pencegahan
infeksi mata melewati pemberian salep mata antibiotika dan pemberian asi
ekslusif. (Junengsih : 47).

D. Nifas
1. Pengertian Nifas

31
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Ambarwati, 2015).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-
perubahan fisiologis yaitu : Perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran
lochea, Laktasi/ pengeluaran ASI, Perubahan sistem tubuh lainnya, Perubahan
psikis.

32
Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi Uteri TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Placenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

2. Tahapan Masa Nifas


a. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote peurperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Sumber :
(Anggraini, Yeti. 2010)

3. Penyesuaian Psikologi pada Masa Nifas


Rubin dalam varney 2007, Membagi 3 tahap :
a. Periode Taking In (Hari ke 1-2 setelah melahirkan)
1) Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
2) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan tubuhnya
3) Ibu akan mengulangi pengalaman – pengalaman waktu melahirkan
4) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal

33
5) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses
pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal
b. Periode Taking Hold (Hari ke 2-4 setelah melahirkan)
1) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orangtua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya
2) Ibu menfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,
BAB dan daya tahan tubuh
3) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok 4) Ibu
cendrung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi
4) Kemungkinan ibu mengalami depresi postrpartum karena merasa
tidak mampu membesarkan bayinya.
c. Periode Letting Go
1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan
serta perhatian keluarga
2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu
dalam kebebasan dan hubungan sosial.

4. Tujuan Asuhan Masa Nifas


a. Membantu ibu dan pasangan selama transisi awal mengasuh anak
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
c. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
e. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

34
5. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
a. Perubahan reproduksi
1) Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri kira-kira satu jari
bawah pusat (1 cm). Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3
jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di
atas symphisis.Tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari.Secara
berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil.
2) Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong.Bentuk
ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi,
sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada
berbatasan antara korpus dan servik uteri berbentuk, semacam
cincin.Warna servik sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah, konsistensinya lunak, segera setelah janin
dilahirkan.Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan
setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri.
3) Ligamen-ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan persalinan setelah jalan lahir berangsur-angsur
mengecil kembali seperti sedia kala tidak jarang ligamentum rotundum
menjadi kendor mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia tersebut
juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk

35
melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke 2 post partum sudah
dapat diberikan fisioterapi.
4) Tahapan Perubahan Lochea
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea
berupa darah dimana di dalamnya mengandung trombosit, sel-sel tua,
sisa jaringan desidua yang nekrotik (sel-sel mati) dari uterus.
Proses keluarnya lochea terdiri atas 4 tahapan :
a) Lochia lubra ( cruenta ) : berisi darah segar dan sisa – sisa selaput
ketuban, sel –sel desidua (decidua, yaitu selaput lendir rahim dalam
keadaan hamil), vernix caseosa  ( yaitu palit bayi, zat seperti salep
terdiri atas palit atau semacam noda dan sel – sel epitel, yang
menyelimuti kulit janin ), lanugo(yaitu bulu halus pada anak yang
baru lahir ), dan meconium ( yaitu isi usus janin cukup bulan yang
terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau
kehitaman ), selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochia sanguinolenta : warnanya merah kuning berisi darah dan
lendir. Ini terjadi pada hari ke 3 -7 pasca persalinan.
c) Lochia serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi
pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
d) Lochia alba: cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu.
Lochia mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau
ini lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin
lebih keras jika bercampur dengan keringat dan harus cermat
membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya
infeksi.
Selain itu, kita juga harus bisa mengenali jika terjadi tanda ketidak
normalan pada Lochia yaitu berupa keluarnya cairan seperti nanah
dan berbau busuk, Lochia yang seperti ini disebut Lochea
Purulenta.Loche Purulenta ini muncul jika terjadi infeksi.Di samping

36
Lochea Purulenta dapat juga terjadi suatu keadaan dimana
pengeluaran Lochea tidak lancar.Lochea ini disebut Lochea statis.

5) Vulva vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
6) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada post natal hari ke 5, Perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.
7) Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
a) Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan
hormone prolaktin setelah persalinan.
b) Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada hari
ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
c) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi.

6. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


a. Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan

37
ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya
selama 40 hari pascapersalinan.
Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya
dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak
perlu lagi menahan ibu post partum terlentang di tempat tidurnya selama
7-14 hari setelah melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika
dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih
belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi,
kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak menunggu 8 jam untuk
kateterisasi.
2) Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah
hari kedua postpartum.Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu
diberi obat pemcahar per oral atau per rektal.Jika setelah pemberian

38
obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma
(huknah).
d. Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi.  Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat
penting untik tetap dijaga.
e. Istirahat Tidur
Hal-hal yang biasa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur adalah berikut :
1) Anjurkan ibu agar  istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
a) Mengurangi  jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan mamperbanyak
perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri
f. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakuakan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat berikut ini:
1) Secara fisik aman untuk memelai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6

39
minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan
yang bersangkutan.

E. Keluarga Berencana (KB)


1. Pengertian KB
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
(Anggraini, dkk, 2012).Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk mencegah kehamilan, penundaan usia kehamilan
serta menjarangkan kehamilan (Pinem, dkk, 2009).
Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja dan tidak
mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot
medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM) setiap
12 minggu (Varney, 2006)
Menurut WHO Expert Commite keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk (Pinem, 2009) :
a. Mendapatkan objek-objek tertentu.

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.

c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.

d. Mengatur interval di antara kelahiran.

e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.

f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

2. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik Progestin


a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma

40
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2010).

3. Jenis Kontrasepsi Suntik Progestin


Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu :
a. Depo provera 150 mg, depo provera berisi progestin, mengandung 150 mg
DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat).
b. Noristerat 200 mg, noristerat berisi progesterone 200 mg norethindrone
enanthate (Saifuddin, 2010:MK-41).

4. Keuntungan Kontrasepsi Suntik Progestin


a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d. Tidak mengandung estrogren
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
f. Sedikit efek samping
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopouse
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
k. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Saifuddin, 2010 : MK-42).

5. Kerugian Kontrasepsi Suntik Progestin


a. Sering ditemukan gangguan haid seperti:
1) Siklus haid yang memendek atau memanjang
2) Perdarahan yang banyak atau sedikit

41
3) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
4) Tidak haid sama sekali
b. Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntikan.
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
e. Tidak menjamin terhadap perlindungan penularan IMS, Hep B/ HIV
f. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
g. Pada penggunaan jangka panjangdapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi ( jarang ), sakit kepala,
jerawat

6. Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik Progestin


Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
a. Usia reproduksi.
b. Nulipara dan yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas
tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus atau keguguran
g. Perokok
h. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit.
i. Menggunakan obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rimfamisin).
j. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung esterogen
k. Sering lupa bila menggunakan pil.
l. Anemia defisiensi besi

42
m. Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi (Saifuddin, 2010:MK-43).
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin, antara lain:
a. Hamil atau dicurigai hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorrhea
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e. DM disertai komplikasi ( Saifuddin, 2010: MK-43)

7. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntik Progestin


a. Setiap saat selama siklus haid asal ibu tersebut tidakhamil
b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapatdiberikan setiap saat,
asalkan ibu tersebut tidak hamil.Selama 7 hari setelah suntikan tidak
bolehmelakukan hubungan seksual
d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal laindan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan.Bila ibu tidak hamil, suntikan pertama dapat
segera diberikan atau tidak perlu menunggu sampai haidberikutnya
datang.
e. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi suntikanjenis lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsisuntikan yang lain lagi, kontrasepsi
suntikan yangakan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsisuntikan yang sebelumnya.
f. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantikannya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal
saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu
haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu
tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.

43
g. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,
atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja
yakin ibu tersebut tidak hamil.
h. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama
7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual
(Saifuddin, 2010).

8. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik Progestin


Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin (2010) adalah :
a. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular (IM) dalam daerah pantat. Apabila suntikan diberikan
terlalu dangkal penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak
bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90 hari.
b. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi
etil/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik,
setelah kering baru disuntik.
c. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung
udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terjadi endapan
putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dan dengan
menghangatkannya.

9. Efek Samping
Efek samping yang terjadi pada penggunaan kontrasepsi suntik progestin
menurut Hartanto (2004 : 169), antara lain :
a. Gangguan haid pada akseptor dapat berupa:
1) Amenore
2) Perdarahan berat, ireguler, bercak.
3) Perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah.

44
4) Insiden yang tinggi dari amenorea diduga karena atrofi endometrium.
Penanggulangan :
1) Melakukan konseling sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi
suntik.
2) Bila perdarahan hebat atau lama disebabkan oleh kontrasepsi suntikan,
maka tindakan yang harus diambil:
a) Pemberian tablet ekstradiol 25 mg 3x1 sehari untuk 3 hari atau 1
pil oral kombinasi per hari untuk 14 hari.
b) Bila perdarahan tetap saja berlangsung terus, pertimbangkan untuk
melakukan dilatasi atau kuretasi.
b. Berat badan bertambah.
1) Pemberian konseling medik sebelum dan selama pemakaian
kontrasepsi suntikan.
2) Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar antara 1-5 kg
dalam tahun pertama.
3) Depo provera merangsang pusat pengendalian nafsu makan di
hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak
daripada biasanya.
c. Sakit kepala
1) Melakukan konseling sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi
suntikan.
2) Terjadi pada 1-17% akseptor.
d. Pada sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit
peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol.
1) Hampir tidk ada efek tekanan darah atau sistem pembekuan darah
maupun sistem fiorinolitik.
2) Perubahan dalam metabolisme lemak, terutama penurunan HDL,
kolesterol dicurigai dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit
kardiovaskuler, HDL kolesterol yang rendah dapat menyebabkan

45
timbilnya arterosklerosis sedangkan terhadap trigliserida dan
kolesterol total tidak ditemukan efek apapun dari kontrasepsi suntikan.

46

Anda mungkin juga menyukai