Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fetty Listiarini Eka Safitri

NIM : P0712422250

Kelas : IDUKA

Mata Kuliah : Patient Safety

Dosen Pegampu : Bq.Iin Rumintang,SST,M.Kes

RESUME KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PATIENT SAFETY DENGAN PENDEKATAN


SBAR DAN TBAK

Komunikasi efektif merupakan komunikasi di antara para petugas pemberi pelayanan yang
dilakukan dengan tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami oleh penerima, sehingga
dapat mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan untuk keselamatan pasien. Komunikasi
efektif dapat dilakukan secara verbal/ lisan, tertulis dan atau elektronik (RSUP Fatmawati, 2012).
Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan prinsip komunikasi sebagai berikut :

a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan.

b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut.

c. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan.

d. memberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan.

e. Penerima pesan megklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil verifikasi.

Komunikasi efektif dapat terjadi dengan menggunakan suatu format baku agar komunikasi
terstandar dan berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk meningkatkan keselamatan pasien
yang dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan, perawat dan tenaga kesehatan lain harus mampu dan
terampil menerapkan sasaran keselamatan pasien yang kedua, yaitu meningkatkan komunikasi
yang efektif. Pendekatan komunikasi yang digunakan meliputi komunikasi SBAR dan TBAK.

Komunikasi verbal atau komunikasi tulis yang kurang adekuat merupakan sumber
kesalahan yang serius pada pusat pelayanan kesehatan. Analisis akar masalah ditemukan
sebagai sumber kesalahan yang terjadi secara umum di sebabkan dari kedua macam
komunikasi ini. Terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi antar petugas pemberi
pelayanan karena factor hirarki, gender, suku, perbedaan gaya komunikasi antar disiplin
ilmu dan gaya komunikasi individual.

1. Komunikasi dengan pendekatan SBAR

SBAR merupakan kerangka komunikasi yang mempermudah mengatasi hambatan dalam


komunikasi. SBAR merupakan bentuk struktur mendasari komunikasi antara pemberi informasi
dengan penerima informasi. SBAR mudah diingat yang praktis untuk komunikasi atau percakapan.
SBAR tersusun sebagai berikut: S = Situation; B = Background; A = Assessment; R =
Recommendation.

Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR (Byred et al, 2009) ,yaitu :

a) Meningkatkan keamanan keselamatan pasien ( patient safety ).


b) Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi informasi.
c) Meningkatkan kekuatan atau penjelasan dari para pemberi pelayanan kesehatan dalam
mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien atau untuk menyelesaikan
informasi dalam keadaan kritis dengan benar dan akurat.
d) Meningkatkan efektivitas kerja tim.
e) Dapat dipergunakan pada daerah spesifik.

Isi laporan SBAR :

S (Situation) : melaporkan situasi pasien meliputi : nama pasien,umur,lokasi,masalah yang


ingin disampaikan,tanda tanda vital,kekhawatiran petugas terhadap kondisi pasien.

B (Background) : menyampaikan latar belakang atau masalah pasien sebelumnya.

A ( Assessment) : menyampaikan penilaian terhadap kondisi pasien dengan menyampaikan


masalah saat ini.

R ( Recommendation) : menyampaikan rekomendasi berupa saran,pemeriksaan tambahan


atau perubahan tatalaksana jika diperlukan.

Contoh pendekatan SBAR di kebidanan :

S (Situation) B (Background) :
Ibu hamil Ny”F” usia kehamilan 8 minggu Pasien datang ke Puskesmas mengeluh mual
dengan mual muntah serta lemas muntah, dan badan terasa lemas.
A ( Assessment) R ( Recommendation)
Ibu hamil beresiko mengalami gangguan Dokter telah di hubungi melalui telepon
keseimbangan nutrisi dan dehidrasi. dan dokter memberikan instruksi:
1. Pemasangan infus RL 40tpm
2. Injeksi ondansentron 4mg/8 jam
3. Vitamin B6 3x1 tablet
4. Antasid 2x1
5. Observasi lanjut

2. Komunikasi dengan pendekatan TBAK (menerima laporan dengan TBAK)

Komunikasi dengan pendekatan TBAK (Tulis-baca-konfirmasi) dilakukan saat petugas


menerima instruksi verbal pertelepon/ lisan dari Dokter penanggung jawab pasien (DPJP).
Komunikasi ini juga harus dilakukan pada saat petugas menerima laporan hasil tes kritis/critical test/
pemeriksaan cito, yaitu hasil pemeriksaan diagnostik/ penunjang yang memerlukan penanganan
segera.

Contoh pendekatan TBAK di kebidanan :

Bidan S : Selamat malam dok, saya bidan S dari ruang PONED ingin melaporkan bahwa ada
pasien ibu hamil Ny” F” usia kehamilan 8 minggu dengan keluhan mual muntah
serta lemas. Tekanan Darah 90/70 mmhg, Nadi 78x/mnt, Respirasi 20x/mnt, Suhu
36,8oC

Dokter : Berikan KIE untuk dilakukan rawat inap, kemudian pasang infus RL 40tpm, berikan
injeksi ondansentron 4mg/8jam, beri vitamin B6 3x1/tablet dan antasid 2x1, dan
lakukan observasi lanjut

Bidan S : Baik dok, saya sudah tulis dan baca ulang ya dok... Lakukan pemasangan infus RL
40tpm, beri injeksi ondansentron 4mg/ 8jam,beri vitamin B6 3x1 tablet dan antasid
2x1.
Dokter : iya benar, nanti kabari saya lagi mengenai kondisi pasiennya

Bidan L : Baik dokter, terimakasih

Perbedaan komunikasi SBAR dengan TBAK, adalah

1) Komunikasi S B A R dilakukan pada saat


- serah terima Pasien (antar shift kebidanan, perpindahan pasien antar pergantian sift),
- saat Petugas melaporkan kondisi pasien kepada Dokter penanggung jawab Pasien
2) Sedangkan Komunikasi TBAK dilakukan, pada saat:
- saat petugas menerima instruksi verbal via telepon/ lisan dari DPJP
- saat petugas menerima laporan hasil tes kritis/ critical test/ pemeriksaan cito.

Anda mungkin juga menyukai