Anda di halaman 1dari 99

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Dengan Komplementer Beserta

Jurnal

2.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan proses fisiologis bagi wanita yang dimulai dengan proses

fertilisasi kemudian janin berkembang di dalam uterus dan berakhir dengan kelahiran.

(Widatiningsih, 2017:1)

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya

bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9

bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana

trimester 1 berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu, minggu ke-28 hingga ke-40.

(Prawirohardjo, 2014:213 Kehamilan merupakan hal fisiologis yang dialami wanita

dimana ovum dan sperma bertemu (fertilisasi) kemudian mengalami proses implantasi.

2.1.2 Proses Terjadinya Kehamilan


Proses kehamilan harus ada sel spermatozoa, sel telur (ovum) yang bersatu
membentuk konsepsi dan hasil konsepsi menanamkan dirinya didalam endometrium.
(Walyani,2014:2)
2.1.2.1 Oogenesis
Melalui proses oogenesis terbentuklah ova dari oogonia. Sebagian besar
oogonium mengalami perubahan-perubahan yaitu pembelahan mitosis menjadi
oosit primer (46 kromosom, diploid), waktu lahir dan masa pubertas ditemukan
400.000-500.000 yang kemudian mengalami degresi sehingga tinggal 400-500
oosit. Pada waktu pematangan pertama dengan proses miosis pertama dari oosit
primer terbentuk oosit sekunder (23 kromosom, haploid) dan badan kutub pertama
Pematangan kedua terjadi setelah spermatozoon membuahi ovum dimana
terbentuk1 ovurn dan 3 badan kutub kedua. Badan kutub terletak diantara zona
pellusida dan membran vitellina dari ovum yang telah dipenetrasi oleh
spermatozoon. (Walyani, 2014:2-3)
2.1.2.2 Spermatogenesis
Spermatogonium tumbuh dari sel primitif tubulus seminiferus testis yang
relatif berjumlah tetap sampai pubertas. Spermatogenesis di rangsang oleh
hormon testosteron dari sel yang dipengaruhi oleh intertisial stimulating hormon".
Permbentukan spermatozoa memerlukan waktu 3 hari. Spermatozoa terdiri dari
bagian kepala, leher, dan ekor. Bagian kepala berbentuk bulat atau lonjong,
sedangkan bagian leher banyak mengandung mitokondria merupakan penghasil
energi dalam bentuk gradien ion adenosin trifosfat (ATP). Energi yang terdapat
dalam mitokondria digunakan untuk geraka spermatozoa melalui ekornya
menembus lendir serviks, uterus dan tuba. (Walyani, 2014:3)
2.1.2.3 Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi
diliputi oleh korona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi. Pada ovum
dijumpai inti dalam bentuk metaphase ditengah sitoplasma yang disebut vitellus.
Dalam perjalanan ovum, korona radiata makin berkurang pada zona pellusida.
Dalam beberapa jam setelah terjadi pembuahan, mulailah pembelahan zigot. Hal
ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung zat asam amino
dan enzim. Setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahan berjalan lancar, dan
dalam waktu 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang besarnya sama berada
dalam stadium morula. Hasil konsepsi disalurkan terus ke pars interstisialis. Mika
dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan kearah kavum
uteri. Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula. Blastula
diselubungi oleh satu sampai yang terdiri dari sekelompok sel yang merupakan
dinding yaitu tropoblast. Tropoblast inilah yang yang memberi makan ovum sampai
terbentuk sirkulasi darah didalam plasenta. (Walyani, 2014:3)
2.1.2.4 Nidasi (Implantasi pada Uterus)
Tropoblast yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mercairkan
jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi dengan sel-sel desidua.
Sel-sel ini besar dan mengandung banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh
tropoblast, kemudian blastokist masuk dan menanamkan dirinya kedalam
endometrium, peristiwa inilah yang disebut implantasi atau nidasi. (Walyani, 2014)
Implantasi umumnya terjadi pada dinding depan atau dinding belakang di
daerah fundus uteri. Pada umumnya blastula menyentuh endometrium pada
bagian yang mengandung bintik benih atau nodus, embrional (inner cell mass).
Bintik benih adalah sekelompok sel yang padat yang terletak di dalam blastula
yang kemudian akan berdifferensiasi menjadi lapisan eksoderm, mesoderm dan
endoderm yang membentuk diskus embrional yang bakal menjadi mudigah.
(Walyani, 2014:4)
2.1.3 Tanda-tanda Kehamilan
2.1.3.1 Tanda Dugaan Hamil (Presumtif Signs)
Yang dimaksud dengan tanda presumtif kehamilan yaitu perubahan-
perubahan fisiologis yang dialami oleh wanita dan pada mayoritas kasus akan
menunjukkan bahwa wanita tersebut hamil. Ini merupakan tanda dan gejala yang
sedikit sekali mengarah pada kehamilan karena dapat ditemukan juga pada
kondisi lain. Sebagian besar bersifat subyektif dan hanya dirasakan oleh ibu hamil.
Yang termasuk presumtif signs yaitu:(Widatiningsih, 2017:12)

1) Amenorea (berhentinya menstruasi)


Haid dapat berhenti karena konsepsi, namun dapat pula terjadi pada
wanita karena stress atau emosi, faktor hormonal, gangguan metabolisme,
serta kehamilan yang terjadi pada wanita yang tidak haid karena menyusui
ataupun sesudah kuretase. Amenorea penting dikenali untuk menentukan Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan tanggal/Hari Perkiraan Lahir
(HPL).(Widatiningsih, 2017:12)
2) Nausea dan vomitus (mual dan muntah)
Keluhan yang sering dirasakan wanita hamil sering disebut morning
sickness.Dapat timbul karena bau rokok, keringat, masakan, atau sesuatu yang
tidak disenangi. Keluhan ini umunya terjadi hingga usia 8 minggu kehamilan
meskipun dapat juga berlangsung sampai usia kehamilan 12 minggu. Nausea
dan vomitus sering pula menyertai masalah lain seperti gangguan emosi
(pseudosis/kehamilan palsu, anoreksia nervosa), gangguan gastrointerstinal
(enteritis, keracunan makanan, apendistis, hernia), infeksi akut (influenza,
encephalitis).(Widatiningsih, 2017:12)
3) Mengidam
Ibu hamil ingin makanan/minuman atau menginginkan sesuatu.Penyebab
mengidam ini belum pasti dan biasanya terjadi pada awal
kehamilan.(Widatiningsih, 2017:13)
4) Fatique(kelelahan) danSyncope (pingsan)
Sebagian ibu hamil dapat mengalami kelelahan hingga pingsan terlebih
lagi apabila berada di tempat ramai. Keluhan ini akan menghilang setelah 16
minggu.(Widatiningsih, 2017:13)
5) Mastodynia
Pada awal kehamilan, mamaedirasakan membesar dan sakit. Ini karena
pengaruh tingginya kadar hormon estrogen dan progesteron. Keluhan nyeri
pada payudara ini dapat terjadi pada kasus mastitis, pseudosiesis, ketegangan
pra haid, penggunaan pil KB.(Widatiningsih, 2017:13)

6) Gangguan Saluran Kencing


Keluhan rasa sakit saat kencing, atau kencing berulang-ulang namun
hanya sedikit keluarnya dapat dialami ibu hamil.Penyebabnya selain pengaruh
progesteron yang meningkat juga karna pembesaran uterus.Keluhan semacam
ini dapat terjadi pada kasus infeksi saluran kemih/ISK, DM, tumor pelvis, atau
keadaan stress mental.(Widatiningsih, 2017:13)
7) Konstipasi
Konstipasi mungkin timbul pada kehamilan awal dan sering menetap
selama kehamilan dikarenakan relaksasi otot polos akibat pengaruh
progesteron.Penyebab lainnya yaitu perubahan pola makan selama hamil dan
pembesaran uterus yang mendesak usus serta penurunan motilitas
usus.(Widatiningsih, 2017:13)
8) Perubahan Berat Badan
Berat badan meningkat pada awal kehamilan karena perubahan pola
makan dan adanya timbunan cairan berlebihan selama
kehamilan.(Widatiningsih, 2017:13)
9) Quickening
Ibu merasakan adanya gerakan janin untuk yang pertama kali.Sensasi ini
bisa juga dikarenakan peningkatan peristaltik usus, kontraksi otot perut atau
gerakan isi perut yang dirasakan seperti janin begerak.(Widatiningsih, 2017:14)
2.1.3.2 Tanda Tidak Pasti Kehamilan (Probable Signs)
Probable Signs merupakan perubahan-perubahan fisiologis dan anatomis
diluar semua tanda presumtif yang terdeteksi pada saat pemeriksaan. Tanda ini
dapat ditemukan oleh pemeriksa.Meskipun lebih dapat dipercaya dari pada tanda
presumtif, namun tetap bukan menjadi temuan diagnostik yang pasti dari
kehamilan.Probable Signs adalah tanda dan gejala objektif yang dilengkapi
dengan informasi yang berarti termasuk pemeriksaan laboratorium. Yang
termasuk probable sign yaitu: (Widatiningsih, 2017:14)

1) Peningkatan Suhu Basal Tubuh


Kenaikan suhu basal lebih dari 3 minggu, kemungkinan adanya
kehamilan. Kenaikan ini berkisar antara 37,2-37,8ºC.(Widatiningsih, 2017:14)
2) Perubahan pada Kulit
Cloasmagravidarum/topeng kehamilan merupakan warna kehitaman
sekitar mata, hidung dan pelipis yang umumnya terjadi pada kehamilan mulai
16 minggu. Warna akan semakin gelap jika terpapar sinar matahari. Perubahan
kulit lainya bisa berupa hiperpigmentasi disekitar areola dan puting mamae,
munculnya linea nigra yaitu pigmentasi pada linea medialis perut yang tampak
jelas mulai dari pubis sampai umbilikus.Umunya terjadi pada bulan ke 3 atau
sebelumnya.Perubahan pada kulit terjadi karena rangsanganMelanotropin
Stimulating Hormone/MSH.(Widatiningsih, 2017:14)
Strie Gravidarum berupa garis-garis tidak teratur sekitar perut berwarna
kecoklatan, dapat juga berwarna hitam atau ungu tua (Strie Livide) atau putih
(Strie Albican) yang terjadi dari jaringan kolagen yang retak diduga pengaruh
adrenocortikosteroid.(Widatiningsih, 2017:14)
3) Perubahan Payudara
Pembesaran dan hipervaskularisasi mamae terjadi pada kehamilan
sekitar 6-8 minggu.Pelebaran areola dan menonjolnya kelenjar montgomeri
karna rangsangan hormon steroid.Pengeluaran kolosrum biasanya pada
kehamilan 16 minggu karena pengaruh prolaktin dan progesteron.Tanda ini
dapat dijumpa pada pseudo-lactation karena pil KB.(Widatiningsih, 2017:15)
4) Pembesaran Perut
Biasanya tampak pada usia kehamilan 16 minggu karena pembesaran
uterus. Ini bukan tanda diagnostik pasti tapi harus dihubungkan dengan tanda
kehamilan lain. Perubahan kurang dirasakan primigravida karena kondisi otot-
otot masih baik. Pembesaran perut mungkin ditemui pada obesitas, kelemahan
otot perut, tumor pelvik dan perut, ascites, hernia perut bagian depan.
(Widatiningsih, 2017:15)
5) Epulis
Hipertrofi pada gusi (gingival papillae).Belum diketahui penyebabnya
secara jelas. Dapat terjadi juga pada infeksi lokal, pengapuran gigi atau
kekurangan vitamin C. (Widatiningsih, 2017:15)
6) Ballotement
Pada kehamilan 16-20 minggu. Pemeriksaan palpasi: kesan seperti ada
massa yang keras mengapung dan memantul di uterus. Dapat terjadi pada
tumor uterus, mioma, ascites, kista ovarium.(Widatiningsih, 2017:15)
7) Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus yang dirasakan seperti tertekan dan kencang, disebut
kontaksi Braxton Hicks.Uterusmudah terangsang oleh peninggian hormon
oksitosin. Gejala ini biasanya mulai usia kehamilan 28 minggu pada primi dan
semakin lanjut kehamilannya semakin sering dan kuat. (Widatiningsih, 2017:15)
8) Tanda Chadwick dan Goodell
Terjadi perubahan warna pada vagina atau porsiomenjadi kebiruan atau
ungu yang disebut tanda Chadwick.Perubahan konsistensi serviks menjadi
lunak disebut tanda Goodell, yang jika dideskripsikan kelunakan serviks ini
seperti lunaknya bibir.Kedua tanda tersebut disebabkan karena peningkatan
aliran darah pada vagina dan serviks di awal kehamilan, tanda ini dapat
dijumpai pada stadium pra haid (pengaruh progesteron), infeksi pada vagina
dan serviks, tumor serviks.(Widatiningsih, 2017:16)
9) Perubahan Konsistensi dan Bentuk Uterus
Pada awal kehamilan minggu ke 4-5 terjadi perlunakan fundus uteri pada
lokasi implantasidisebut tanda Von Fernwald.Terjadi pembesaran satu sisi,
uterus menjadi tidak simetris pada daerah implantasidisebut tanda
Piskacek.(Widatiningsih, 2017:16)
10) Pemeriksaan Laboratorium
Tes kadar hCG dalam urine 0,5 SI per ml air kencing merupakan kadar
terendah untuk memberi hasil positif. (Widatiningsih, 2017:16)
2.1.3.3 Tanda Pasti Kehamilan (Positive Sign)
Tanda pasti adanya kehamilan yang secara langsung dikaitkan dengan
adanya janin, tanda ini terdeteksi oleh pemeriksa.Tanda-tanda ini mengacu pada
temuan objektif yang merupakan bukti diagnostik bahwa kehamilan terjadi yang
menjadi bukti absolut adanya janin. Yang termasuk tanda pasti kehamilan yaitu:
(Widatiningsih, 2017:16)
1) Teraba Bagian-bagian Janin
Umumnya pada kehamilan 22 minggu janin dapat diraba pada wanita
kurus dan otot perut relaksasi.Kehamilan 28 minggu jelas bagian janin dapat
diraba demikian pula gerakan janin dapat dirasakan oleh ibu.(Widatiningsih,
2017:17)
2) Gerakan Janin
Usia kehamilan 16 minggu pada multiparitas dan 18 minggu pada
primiparitas. Pada kehamilan 20 minggu gerakan janin dapat dirasakan oleh
pemeriksa.(Widatiningsih, 2017:17)
3) Terdengar Denyut Jantung Janin
Dengan menggunakan ultrasound denyut jantung janin dapat terdengar
pada usia 6-7 minggu, jika menggunakan doplerpada usia 12 minggu,
sedangkan jika menggunakan stetoskop Laennec pada usia 18 minggu.
Frekuensi denyut jantung janin antara 120-160 kali per menit yang akan jelas
terdengar bila ibu tidur terlentang atau miring dengan punggung bayi didepan.
(Widatiningsih, 2017:17)
4) Pemeriksaan Rontgent
Gambaran tulang mulai terlihat pada kehamilan 6 minggu dengan sinar X
namun masih belum dapat dipastikan bahwa itu adalah gambaran janin.Pada
kehamilan 12-14 minggu baru dapat dipastikan gambaran tulang janin.Perlu
diperhatikan efek pemakaian sinar X terhadap janin.(Widatiningsih, 2017:17)
5) Ultrasonografi
USG dapat digunakan pada umur kehamilan 4-5 minggu untuk
memastikan kehamilan dengan melihat adanya kantong gestasi, gerakan janin
dan denyut jantung janin.(Widatiningsih, 2017:17)
6) Elektrokardiografi
ECG jantung janin mulai terdeteksi pada kehamilan 12 minggu.
(Widatiningsih, 2017:17)
2.1.4 Perubahan Anatomi dan Fisiologi dalam Kehamilan
2.1.4.1 Sistem Reproduksi
1) Uterus
Selama kehamilan, uterusakan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus
mempunyai kemampuan untuk bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu
setelah persalinan.Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g
dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah
menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta dan cairan
amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 l bahkan
dapat mencapai 20 l atau lebih dengan berat rata-rata 1.100 g. (Prawirohardjo,
2014:175)
2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsiserviksakan menjadi lebih lunak dan kebiruan
yang terjadi karena penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada
seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada
kelenjar-kelenjar serviks. (Prawirohardjo, 2014:177)
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel
baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium.
Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan
setelah itu akan berperan sebagai pengasil progesteron dalam jumlah yang
relatif minimal. (Prawirohardjo, 2014:178)
4) Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas
pada kulit di otot-otot perineum dan vulva, sehingga pada vaginaakan terlihat
berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick. Perubahan ini
meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi
dari sel-sel otot polos. (Prawirohardjo, 2014:178)
2.1.4.2 Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha yang
disebut striae gravidarum. Pada banyak perempuan, kulit digaris pertengahan
perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan
linea nigra. Adanya peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone
pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebagai penyebabnya.
(Prawirohardjo, 2014:179)
2.1.4.3 Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi
lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-
vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar,
kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan
yang disebut kolostrum dapat keluar. (Prawirohardjo, 2014:179)
2.1.4.4 Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari
uterus dan isinya.Kemudian payudara, volume darah dan cairan ekstraseluler.
Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg pada
trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah
berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi
kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-
masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg. (Prawirohardjo, 2014:180)
2.1.4.5 Sistem Kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac outputakan meningkat dan perubahan ini terjadi
untuk mengurangi resistensivaskular sistemik. Selain itu juga terjadi peningkatan
denyut jantung.Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma
sehingga juga terjadi peningkatan preload.(Prawirohardjo, 2014:182)
Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterusakan menekan vena kava
inferior dan aorta bawah ketika berada pada posisi terlentang yang akan
mengurangi darah balik ke vena jantung sehingga mengakibatkan penurunan
preload dan cardiac output. (Prawirohardjo, 2014:183)
2.1.4.6 Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan yang lainnya seperti appendiks yang akan bergeser kearah
atas dan lateral. (Prawirohardjo, 2014:185)
Perubahan akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus
digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung
sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan
oleh refluks asam lambung ke esophagus bawah sebagai akibat perubahan posisi
lambung dan menurunnya tonus sfingter esophagus bagian bawah.
(Prawirohardjo, 2014:185)
2.1.4.7 Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan
ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga
panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas
panggul, keluhan itu akan timbul kembali. (Prawirohardjo, 2014:185)
2.1.4.8 Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisisakan membesar ±135%. Akan
tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan. Kelenjar
tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat
dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Kelenjar adrenal pada
kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormonandrostenodion, testosteron,
dihidroepiandrosteron, aldosteron, dan kortisol akan meningkat. Sementara itu
dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun. (Prawirohardjo, 2014:186)
2.1.4.9 Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan
akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser
pusat daya berat ke belakang kearah dua tungkai. (Prawirohardjo, 2014:186)
2.1.5 Menentukan Taksiran Persalinan
Dengan Rumus Neagele berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) untuk
memperkirakan Tanggal Perkiraan Lahir/EDC (Expected Date of Confinement).
1. Jika HPHT pada Bulan Januari-Maret maka rumusnya:
TPL = (Tanggal+7 hari), (bulan+9), (tahun+0)
2. Jika HPHT pada Bulan April-Desember maka rumusnya:
TPL = (Tanggal+7 hari), (bulan-3), (tahun+1)
(Widatiningsih, 2017:20)
2.1.6 Menentukan Usia Kehamilan
1. Dihitung sejak HPHT sampai sekarang.
2. Dihitung dari gerakan anak pertama yang pada umumnya dirasakan pada usia
kehamilan 20 minggu.
3. Dihitung dari saat denyut jantung janin mulai dapat didengar baik menggunakan
leanec (20 minggu) maupun dopler (16 minggu).
(Walyani, 2015:54)
2.1.7 Perubahan dan Adaptasi Psikologis Ibu Hamil
2.1.7.1 Trimester Pertama (Periode Penyesuaian Terhadap
Kehamilan)
Reaksi awal begitu mengetahui dirinya hamil dapat berupa terkejut, bahagia,
sedih, cemas, kecewa yang diikuti dengan perasaan bercampur aduk.Sebagian
besar wanita merasa belum siap saat mengetahui dirinya hamil.Terlebih lagi pada
ibu dan suami yang masih ingin menyelesaikan sekolah, mengejar karir,
meningkatkan status ekonomi terlebih dahulu, dan sebagainya. Penolakan pada
awal kehamilan merupakan hal yang normal sebagai persiapan terhadap peran
yang baru, dan biasanya akan diikuti penerimaan pada akhir trimester I.
(Widatiningsih, 2017:75)
Pada awal kehamilan juga sering muncul perasaan ambivalen dimana ibu
hamil merasa ragu (menerima sekaligus menolak) terhadap kenyataan bahwa
dirinya hamil.Ambivalen dapat terjadi sekalipun kehamilan ini direncanakan dan
sangat diharapkan.(Widatiningsih, 2017:75)
Peningkatan kadar hormon estrogen, progesteron, serta hCG segera setelah
konsepsi menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, rasa lemah,
lelah dan membesarnya payudara. Hal ini membuat ibu merasa tidak sehat dan
seringkali tidak menyukai kehamilannya.(Widatiningsih, 2017:76)
Selain itu pada trimester I ini dapat terjadi labilitas emosional, yaitu perasaan
yang mudah berubah dalam waktu singkat dan tak dapat diperkirakan.Ini dapat
berupa peningkatan sensitifitas terhadap hal-hal yang biasa terjadi sehari-hari. Ibu
menjadi mudah tersentuh atau bahkan menangis, mudah marah, ataupun merasa
cemas oleh hal-hal sepele, namun tak lama kemudian ia menjadi gembira dan
ceria yang tak dapat dijelaskan. (Widatiningsih, 2017:76)
2.1.7.2 Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya saat ibu merasa sehat. Tubuh ibu sudah terbiasa
dnegan kadarhormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah
berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai
beban.Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi
dan pikirannya secara lebih konstruktif.Pada trimester ini pula ibu dapat
merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai
seorang diluar dari dirinya sendiri.Banyak ibu merasa terlepas dari rasa
kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama
dan merasakan meningkatnya libido.(Widatiningsih, 2017:77)
Ibu merasa lebih stabil, kesanggupan mengatur diri lebih baik, kondisi ibu
lebih menyenangkan, ibu mulai terbiasa dengan perubahan fisik tubuhnya, janin
belum terlalu besar sehingga belum menimbulkan ketidaknyamanan.Ibu sudah
mulai menerima dan mengerti tentang kehamilannya.(Widatiningsih, 2017:78)
2.1.7.3 Trimester Ketiga (Periode Menunggu dan Waspada)
Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada
saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan
membesarnya perut merupakan dua hal yang meningatkan ibu akan bayinya.
Kadang-kadang ibu akan khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini
menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan
gejala akan terjadinya kehamilan. Perasaan khawatir atau takut kalau-kalau bayi
yang akan dilahirkannya tidak normal lebih sering muncul. Kebanyakan ibu juga
akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa
saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai
merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan. (Widatiningsih, 2017:78)
2.1.8 Kebutuhan Dasar pada Ibu Hamil
2.1.8.1 Kebutuhan Oksigen
Peningkatan metabolisme menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen
antara 15-20% selama kehamilan. Tujuan pemenuhan kebutuhan oksigen adalah
untuk mencegah/mengatasi terjadinya hipoksia, melancarkan metabolisme,
menurunkan kerja pernafasan, menurunkan beban kerja otot jantung (miokard).
(Widatiningsih, 2017:108)
2.1.8.2 Kebutuhan Nutrisi
Perubahan fisiologis tubuh ibu hamil merupakan masa stress fisiologik yang
menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrien. Makanan wanita hamil harus lebih
diperhatikan karena dipergunakan untuk: mempertahankan kesehatan dan
kekuatan badan, pertumbuhan dan perkembangan janin, mempercepat
penyembuhan luka persalinan dalam masa nifas, cadangan untuk masa laktasi,
dan penambahan berat badan. (Widatiningsih, 2017:109)
Penambahan BB adekuat bukan merupakan indikasi penting, akan tetapi
setidaknya dapat mengurangi risiko lahir preterm. Kenaikan BB yang primer
tergantung BB sebelum hamil. Metode evaluasi yang mendekati dengan
mempertimbangkan kesesuaian antara BB sebelum hamil dengan TB, yaitu
menggunakan indeks masa tubuh (Body Mass Index/BMI). (Widatiningsih,
2017:109)
Tabel 2.1
Kebutuhan Beberapa Zat yang Penting pada Wanita
Nutrien Tidak Penambahan Kegunaan
Hamil Selama Hamil
Kalori (kcal) 2.100 300 Sumber energi untuk
pertumbuhan janin dan
produksi ASI.
Protein (g) 44 30 Sintesa prosuk
kehamilan (janin, cairan
amnion, plasenta),
pertumbuhan jaringan
ibu (uterus, mamae,
protein plasma, sel darah
merah).
Vitamin A/Retinol 800 200 Mendukung sintesis
(iu) glikoprotein untuk
pertumbuhan dan
diferensiasi sel,
pembentukan tunas gigi,
pertumbuhan tulang.
Vitamin D (µq) 7,5 5 Penyerapan kalsium dan
fosfor, memperkuat
proses mineralisasi
tulang dan gigi ibu/janin.
Vitamin E (mg) 10 2 Antioksidan, mencegah
hemolisis eritrosit,
memelihara integritas
dinding sel.
Vitamin C (mg) 60 20 Antioksidan,
metabolisme folat,
histamin, beberapa obat
seperti zat besi,
integritas kulit, jaringan
penyambung.
Folacin/folat (mg) 0,4 0,4 Metabolisme asam
amino, sintesis asam
nukleat, proses mitosis,
produksi, mencegah
anemia.
Niasin/vit. B3 (mg) 14 2 Metabolisme energi

Riboflavin/B2 (mg) 1,3 0,3 Metabolisme energi dan


protein
Thiamin/B1 (mg) 1,1 0,4 Metabolisme energi

Vitamin 2,0 0,6 Metabolisme protein dan


B6/piridoksin (mg) glikogen

Vitamin B12 (mg) 3,0 1,0 Penghasil asam nukleta


dan protein, penting
untuk mitosis, sintesis
protein, pemeliharaan
epitel mielin, produksi
eritrosit dan leukosit.
Kalsium (mg) 800 400 Membentuk kerangka
janin dan gigi, persiapan
tulang ibu dan
mineralisasi gigi.
Fosfor (mg) 800 400 Pertumbuhan tulang
Yodium (mg) 150 25 Peningkatan
metabolisme sintesis T3
dan T4
Besi (mg) 15 15 Peningkatan Hb,
penyimpan zat besi janin
Magnesium (mg) 300 150 Metabolisme energi dan
protein, pertumbuhan
jaringan, gerak otot
Zink (mg) 15 5 Metabolisme asam
nukleat, protein,
reproduksi sel,
kemungkinan mencegah
cacat bawaan.
Sumber: Widatiningih, 2017:109

2.1.8.3 Personal Hygiene


1) Gigi dan mulut
Jaringan gusi cenderung hipertrofi yang menyebabkan plak mudah
terbentuk didaerah antara gusi dan gigi. Ibu hamil harus menggosok gigi
dengan benar sampai bersih dengan sikat yang lembut agar tidak melukai gusi.
(Widatiningsih, 2017:112)
2) Mandi
Ibu hamil hendaknya mandi minimal 1 kali sehari karena banyak
berkeringat. Hindari air yang terlalu panas atau terlalu dingin. (Widatiningsih,
2017:112)
3) Genetalia
Ibu hamil mengalami peningkatan pengeluaran pervaginam (leukorrhea),
oleh karena itu genetalia harus sering dibersihkan dengan air terutama setelah
defekasi/miksi. Arah pembersihan dari depan dahulu menuju ke anus, lalu
dikeringkan memakai tisu/handuk dari depan ke belakang. (Widatiningsih,
2017:113)
4) Pakaian
Sebaiknya ibu hamil mengenakan pakaian yang longgar dan mudah
menyerap keringat (dari bahan katun). Hindari penggunaan stocking karena
memperparah bendungan vena yang sudah ada. Untuk celana pilih yang tidak
ketat.
Penopang payudara (bra) yang baik sangat penting untuk
mencegah/mengurangi sakit punggung atas, terjadi perubahan ukuran
payudara pada usia kehamilan 4-5 bulan. Bra sebaiknya menyangga berat dan
besar payudara dengan tali yang cukup nyaman.
Penggunaan sepatu haak rendah akan meminimalkan nyeri tulang
belakang dan panggul serta mencegah jatuh karena kurang seimbang.
(Widatiningsih, 2017:113)
2.1.8.4 Eliminasi
1) Buang Air Kecil
Peningkatan frekuensi miksi pada awal dan akhir kehamilan perlu
dipastikan bahwa tidak disertai dengan rasa panas/nyeri (disuria) saat miksi
atau adanya darah dalam urin yang merupakan tanda Infeksi Saluran Kemih.
Anjurkan untuk mengurangi minuman yang mengandung kafein (teh, kopi).
Mengajarkan latihan penguatan otot dasar panggul dengan Kegel’s exercise.
(Widatiningsih, 2017:114)
2) Buang Air Besar
Kemungkinan terjadinya obstipasi pada wanita hamil disebabkan oleh
kurang gerak badan, peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon,
peningkatan absorbsi air di kolon karena pengaruh hormonal, tekanan pada
usus oleh pembesaran uterus, kurang intake serat dan air, serta konsumsi tablet
zat besi. Hal tersebut dapat dikurangi dengan segera merespon jika ada
keinginan buang air besar, minum banyak, gerak badan cukup, makan
makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan. (Widatiningsih,
2017:114)
2.1.8.5 Seksualitas
Aktifitas Seksual dalam Masa Kehamilan:
Pada trimester I hubungan seksual boleh dilakukan selama tidak ada
kontraindikasi yaitu: perdarahan pervaginam, adanya riwayat abortus berulang, ibu
dengan abortus iminens, prematurus iminens. Trimester II biasanya gairah seksual
meningkat. Tidak ada kontraindikasi, disarankan untuk modifikasi posisi dan tidak
melakukan penetrasi terlalu dalam. Pada trimester III biasanya gairah seksual
akan dipengaruhi oleh rasa tidak nyaman dan body image. Tidak ada
kontraindikasi kecuali ketuban pecah dini dan sudah ada pembukaan, disarankan
untuk modifikasi posisi dan melakukan dengan lembut dan hati-hati.
(Widatiningsih, 2017:116)
Hubungan Seksual Disarankan untuk Dihentikan Apabila:
1) Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau
panas.
2) Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.
3) Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.
4) Terdapat perlukaan disekitar alat kelamin bagian luar.
5) Sering mengalami keguguran, persalinan preterm, mengalami IUFD.
(Widatiningsih, 2017:117)
Beberapa Posisi Hubungan Seks Selama Kehamilan:
1) Posisi wanita diatas. Posisi ini yang paling nyaman untuk banyak ibu hamil
terutama karena wanita hamil dapat mengontrol kedalaman penetrasi.
2) Posisi duduk. Posisi ini biasanya pada kehamilan pertengahan atau lanjut
dimana tidak memerlukan banyak gerakan. Pria duduk dan wanita duduk
diatasnya saling berhadapan atau membelakangi yang pria bila perut sudah
sangat besar. Posisi ini juga memungkinkan wanita mengontrol kedalaman
penetrasi.
3) Posisi laki-laki diatas tetapi berbaring hanya separuh tubuh.
4) Posisi berlutut atau berdiri. (Widatiningsih, 2017:117)
2.1.8.6 Body Mechanics
1. Postur tubuh:koreksi lordosis, ataupun bahu membungkuk
Postur tubuh yang harus diperhatikan oleh ibu hamil adalah:
1) Postur berdiri yang benar:
a) Kepala tegak, jangan menunduk, menengadah ataupun miring ke satu
sisi.
b) Luruskan kedua bahu, sedikit membusungkan dada.
c) Ujung kaki keduanya mengarah kedepan, berat badan didistribusikan
secara imbang pada kedua kaki.
d) Jangan berdiri diposisi yang sama dalam waktu lama.
e) Jika harus bekerja dalam posisi yang lama, sesuaikan tinggi meja kerja
pada tingkat yang dirasa nyaman. Istirahatkan satu kaki dengan cara
menginjak sebuah kotak, setelah 5-15 menit ganti kaki yang lain.
2) Cara duduk yang benar:
a) Duduk dengan pinggang/pantat menyentuh sandaran kursi. Kedua bahu
diluruskan.
b) Padang penyangga/pengganjal berupa bantal atau gulungan kain/handuk
pada cekungan kurva pinggang.
c) Tumpuan pada kedua tulang duduk dan pangkal paha.
d) Usahakan sudut lutut sedikit lebih tinggi daripada paha, jika perlu gunakan
pijakan kaki. Jangan menyilangkan kaki, kedua telapak kaki harus
menapak datar ke lantai.
e) Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 30 menit.
f) Saat bekerja sesuaikan tinggi kursi dengan meja agar nyaman, dan meja
hendaknya dekat dengan tubuh. Istirahatkan lengan dan siku pada lengan
kursi, relaksasikan kedua bahu.
g) Jika duduk dikursi putar, jangan memutar pinggang jika hendak berpaling,
melainkan gunakan seluruh tubuh untuk berpaling.
h) Jika mengalami nyeri pinggang hendaknya membatasi agar tidak duduk
lebih dari 15 menit.
2. Mengangkat beban: hendaknya dengan beban didekatkan dengan sumbu
tubuh.
3. Bangun dari posisi berbaring dapat dimulai dengan menekuk lutut, berbalik ke
samping, lalu menahan badan dengan lengan ke posisi duduk.
4. Meluruskan panggul untuk mengatasi ketidaknyamanan punggung/pinggang.
(Widatiningsih, 2017:118)
2.1.8.7 Latihan dan Olahraga
Jenis olahraga dan latihan yang sesuai untuk tiap trimester kehamilan:
1. Trimester Pertama
1) Latihan aerobik
2) Berenang
3) Berjalan
4) Latihan kegel
5) Teknik relaksasi
2. Trimester Kedua
1) Senam kehamilan harus dilakukan dengan lambat dan mantap serta harus
beristirahat atau bersantai disela-sela waktu olahraga jika merasa lelah.
2) Latihan beban
3) Jogging, berjalan dan berenang
3. Trimester Ketiga
1) Jika ibu hamil masih merasa nyaman, mungkin masih bisa melanjutkan
berjalan, jogging dan yoga, tetapi harus menghentikan latihan beban.
2) Kurangi waktu olahraga. (Widatiningsih, 2017:125-127)
2.1.8.8 Istirahat/Tidur
Cara melakukan sikap santai:
1) Berbaring miring/mengambil posisi setengah duduk di tempat tidur/kursi
dengan disangga bantal mulai dari punggung hingga kepala.
2) Tenangkan pikiran, kosongkan lalu pusatkan pada suatu kesenangan.
3) Lakukan ±10-15 menit untuk relaksasi. (Widatiningsih, 2017:128)
2.1.8.9 Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan toksoid tetanus dianjurkan
untuk dapat menurunkan angka kematian bayi karena infeksi tetanus.
(Widatiningsih, 2017:129)

2.1.8.10 Travelling
Jika kehamilan berkembang secara normal, maka wanita hamil dapat
melakukan perjalanan sebagaimana yang diinginkan, perlu diingat:
1) Perlunya berjalan secara periodik (setiap 2 jam) untuk mendorong sirkulasi dan
menghindari statis vena yang menyebabkan tromboplebitis dan kaki bengkak.
2) Bepergian dengan pesawat udara boleh, tidak ada bahaya hipoksia selama
tekanan oksigen cukup dalam pesawat udara.
3) Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari
karena dapat menyebabkan pingsan. (Widatiningsih, 2017:130)
2.1.8.11 Persiapan Laktasi
Perawatan payudara sebelum melahirkan bertujuan untuk memelihara
hygiene payudara, melenturkan atau menguatkan puting susu dan mengeluarkan
puting susu yang datar atau masuk ke dalam, dan mempersiapkan produksi ASI.
(Widatiningsih, 2017:131)
2.1.8.12 Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi
1. Membuat rencana persalinan:
1) Tempat persalinan
2) Memilih tenaga kesehatan terlatih
3) Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut
4) Bagaimana ransportasi ke tempat bersalin
5) Siapa yang menemani saat persalinan
6) Berapa biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mendapatkannya
7) Siapa yang akan menjaga keluarga jika ibu tidak ada dirumah
2. Membuat rencana pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan saat
mengambil keputusan pertama tidak ada.
3. Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan.
4. Membuat rencana atau pola menabung.
5. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk pertolongan persalinan.
(Widatiningsih, 2017:133-134)
2.1.9 Tanda-tanda Bahaya pada Ibu Hamil
1. Perdarahan dari Vagina
Pada awal kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah yang berwarna
merah, perdarahan yang banyak, atau disertai rasa nyeri.Perdarahan ini
kemungkinan karena abortus, kehamilan mola, ataupun kehamilan ektopik
terganggu.(Widatiningsih, 2017:151)
Pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal adalah berwarna merah
tua, disertai rasa nyeri, dan ada penyebabnya (misal:trauma) umunya karena
solusio/abruption plasenta. Sedangkan perdarahan berwarna merah segar tanpa
disertai rasa nyeri, biasanya karena plasenta previa.(Widatiningsih, 2017:151)
2. Sakit Kepala yang Hebat
Sakit kepala biasa terjadi pada usia kehamilan >26 minggu dan seringkali hal
ini merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan selama sakit kepala
tersebut hilang dengan rileksasi. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang
serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat.Kadang kadang sakit kepala hebat tersebut disertai dengan penglihatan
kabur/berbayang.Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah salah satu gejala
pre eklampsia.(Widatiningsih, 2017:151)
3. Masalah Penglihatan
Karena pengaruh hormonal ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Perubahan ringan adalah normal, masalah visual yang mengindikasikan
keadaan mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya
pandangan kabur/berbayang.Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan
sakit kepala yang hebat dan mungkin suatu tanda pre eklampsia.(Widatiningsih,
2017:152)
4. Bengkak pada Muka atau Tangan
Hampir seluruh dari ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki
yang biasanya muncul pada sore hari/setelah beraktivitas dan biasanya akan hilang
setelah beristirahatatau meninggikan kaki.
Bengkak bisa menujukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan
tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.
Hal ini dapat menjadi pertanda anemia, gagal jantung atau pre
eklampsia.(Widatiningsih, 2017:152)
5. NyeriAbdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah berisitirahat.
Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang panggul,
kehamilan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang iritabel,
abruption plasenta, infeksi saluran kemih, atau infeksi lain.(Widatiningsih, 2017:153)
6. Janin Kurang Bergerak Seperti Biasa(Widatiningsih, 2017:153)
2.1.10 Asuhan Antenatal Care
2.1.10.1 Pengertian Asuhan Antenatal Care
Asuhan Antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.(Prawirohardjo, 2014:278)
Menurut Mufdillah (2009) asuhan Antenatal care adalah suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil,
untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman
dan memuaskan. (Walyani, 2015:78)
2.1.10.2 Tujuan Asuhan Antenatal Care
Tujuan utama Antenatal Care adalah menurunkan atau mencegah kesakitan
dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah:
1. Memonitoring kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi yang normal.
2. Deteksi dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang
diperlukan.
3. Membina hubungan saling percaya ibu-bidan dalam rangka mempersiapkan ibu
dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi persalinan
serta kemungkinan adanya komplikasi.
4. Menyiapkan ibu untuk menyusui, nifas dengan baik.
5. Menyiapkan ibu agar dapat membesarkan anaknya dengan baik secara fisik,
psikis dan sosial. (Widatiningsih, 2017:32)
2.1.10.3 Jadwal Pemeriksaan Antenatal
Jadwal kunjungan sesuai dengan perkembangan kehamilan menurut
standar WHO bahwa dalam kehamilan minimal kunjungan ANC adalah 4 kali
selama kehamilan dengan penjelasan sebagai berikut:
Kunjungan I : dilakukan sebelum minggu ke-14 (pada TM I)
Kunjungan II : dilakukan sebelum minggu ke-28 (pada TM II)
Kunjungan III : dilakukan antara minggu 28-36 (pada TM III)
Kunjungan IV : dilakukan setelah minggu ke-36 (pada TM III)
Jika ibu menginginkan kunjungan ANC yang sering maka dapat disarankan
10-12 kali selama hamil yaitu sekali pada TM I, tiap 4 minggu pada TM II hingga
28 minggu, kemudian tiap 2 minggu hingga usia 36 minggu, dan seminggu sekali
mulai 37 minggu hingga melahirkan. (Widatiningsih, 2017:188)
2.1.10.4 Pelayanan Asuhan Standar Antenatal
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan
janin.Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan
atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk
menapis adanya faktor pada ibu hamil.Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145
cm meningkatkan risiko untuk terjadinya Cephallo Pelvic
Disproportion.(Widatiningsih, 2017:229)
2. Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90
mmHg) pada kehamilan dan pre eklampsia (hipertensi disertai edema wajah
dan atau tungkai bawah dan atau proteinuria).(Widatiningsih, 2017:230)
3. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis
(KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dimana ukuran LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK akan dapat melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). (Widatiningsih,
2017:230)
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.(Widatiningsih,
2017:230)
Tabel 2.2
Tinggu Fundus Uteri
No. Tinggi Fundus Uteri Umur kehamilan dalam
(cm) minggu
1 12 cm 12
2 16 cm 16
3 20 cm 20
4 24 cm 24
5 28 cm 28
6 32 cm 32
7 36 cm 36
8 40 cm 40
Sumber: Walyani, 2015:80
5. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan letak janin. Jika pada trimester II bagian bawah janin bukan
kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,
panggul sempit atau ada masalah lain. (Widatiningsih, 2017:230)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal.DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat
lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.(Widatiningsih,
2017:231)
6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Berikan Imunisasi Tetanus (TT) Bila
Diperlukan
Untuk mencegah terjadinya Tetanus Neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT.Pada saat kontak pertama ibu hamil di skrining status
imunisasi tetanusnya.Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan
dengan status imunisasi tetanus ibu saat ini.Ibu hamil minimal memiliki status
imunisasi T2 agar dapat perlindungan terhadap infeksi tetanus.Ibu hamil
dengan status imunisasi T5 (long life) tidak perlu diberikan imunisasi TT
lagi.(Widatiningsih, 2017:231)
Tabel 2.3
Imunisasi Tetanus Toxoid
Imunisasi Interval Lama Perlindungan
Perlindungan

TT 1 Pada - -
kunjungan
Pertama ANC
TT 2 4 minggu 3 tahun 80%
setelah TT 1
TT 3 6 bulan 5 tahun 95%
setelah TT 2
TT 4 1 tahun 10 tahun 99%
setelah TT 3
TT 5 1 tahun 25 tahun/seumur 99%
setelah TT 4 hidup
Sumber: Widatiningsih, 2017:99
7. Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)
Untuk mencegah anemiagizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi dan asam folat) minimal 90 tablet sejak
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.(Widatiningsih, 2017:231)
8. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang
harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah
dan pemeriksaan spesifik endemik/epidemi (malaria, HIV dan lain-lain).
Sementara pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada
ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan laboratorium tersebut meliputi:
1) Pemeriksaan Golongan Darah (Widatiningsih, 2017:231)
2) Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Darah (Hb)
Pemeriksaan kadarhemoglobin ibu hamil dilakukanminimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. (Widatiningsih,
2017:232)
3) Pemeriksaan Protein dalam Urine
Pemeriksaanprotein dalam urine pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi.Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil yang merupakan salah satu
indikator terjadinya pre eklampsia.(Widatiningsih, 2017:232)
4) Pemeriksaan Kadar Gula
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes mellitus harus dilakukan
pemeriksaan gula selama kehamilannya minimal sekali pada tiap
trimester.(Widatiningsih, 2017:232)
5) Pemeriksaan Darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan
darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama.(Widatiningsih,
2017:232)
6) Pemeriksaan TesSifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan dengan daerah dengan resiko tinggi
dan ibu hamil yang diduga menderita sifilis.(Widatiningsih, 2017:232)
7) Pemeriksaan HIV
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua
ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan.(Widatiningsih,
2017:232)
Di daerah epidemiHIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga
kesehatan diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif
pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal
atau menjelang persalinan.(Widatiningsih, 2017:233)
Teknik penawaran ini disebut Provider Initiated Testing and
Counseling (PITC) atau tes HIV atas inisiatif Pemberi Pelayanan
Kesehatan dan Konseling (TIPK).(Widatiningsih, 2017:233)
8) Pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam)
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
tuberculosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberculosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin.(Widatiningsih, 2017:233)
9. Tatalaksana/Penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standardan kewenangan tenaga kesehatan.(Widatiningsih,
2017:233)
10. Temu Wicara (Konseling) (Widatiningsih, 2017:233)
Konseling Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk
menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya
dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapinya. (Walyani, 2015).
2.1.11 Pemeriksaan Fisik pada Ibu Hamil
Menurut Mufdillah (2009) Teknis pemberian pelayanan antenataldapat diuraikan
sebagai berikut:(Walyani, 2015:84)
1. Kunjungan awal/pertama
1) Anamnesa
2) Identitas
Nama, umur, pekerjaan, agama, dan alamat.
3) Keluhan utama
Sadar/tidak akan memungkinkan hamil, apakah semata-mata ingin periksa
hamil, atau ada keluhan/masalah lain yang dirasakan.(Walyani, 2015:84-85)
4) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang meliputi HPHT apakah normal, gerak janin
(kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan yang terjadi), masalah atau
tanda-tanda bahaya, keluhan-keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obat-
obatan (termasuk jamu-jamuan), kekhawatiran-kekhawatiran lain yang dirasakan
oleh ibu.(Walyani, 2015:85)
5) Riwayat kebidanan yang lalu
Riwayat kebidanan lalu meliputi jumlah anak, anak yang lahir hidup,
persalinan aterm, persalinan prematur, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (forceps, vakum, atau operasi seksio sesaria),
riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan, atau nifas sebelumnya,
kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat badan bayi < 2.500 gram atau
>4.000 gram, dan masalah-masalah lain yang dialami ibu.(Walyani, 2015:85)
6) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang didapat dahulu dan
sekarang seperti masalah-masalah cardiovaskuler, hipertensi, diabetes, malaria,
PMS, atau HIV/AIDS, dan lain-lain.(Walyani, 2015:85)
7) Riwayat sosial dan ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan,
kebiasaan hidup sehat, merokok dan minum-minuman keras, mengkonsumsi
obat terlarang, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat dan petugas
kesehatan yang diinginkan untuk membantu persalinan.(Walyani, 2015:85)
2. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum dan kesadaran perilaku
Compos mentis (kesadaran baik), gangguan kesadaran (apatis, somnolen,
spoor, koma).(Walyani, 2015:85)
2) Tekanan darah
Tekanan darah yang normal adalah 110/80 mmHg sampai 140/90 mmHg,
hati-hati adanya hipertensi/preeklamsi.(Walyani, 2015:86)
3) Nadi
Nadi normal adalah 60-100 kali per menit.Bila abnormal mungkin ada
kelainan paru-paru atau jantung.(Walyani, 2015:86)
4) Suhu badan
Suhu badan normal adalah 36,5-37,5ºC. bila suhu lebih tinggi dari 37,5ºC
kemungkinan ada infeksi.(Walyani, 2015:86)
5) Tinggi badan
Diukur dalam cm, tanpa sepatu.Tinggi badan kurang dari 145 cm ada
kemungkinan terjadi Cepalo Pelvic Disproposion(CPD).(Walyani, 2015:86)
6) Berat badan
Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang, perlu mendapatkan
perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan
berat badan tidak boleh lebih dari 0,5 kg per minggu. (Walyani, 2015:86)
3. Pemeriksaan kebidanan
1) Pemeriksaan luar
a. Inspeksi
a) Muka
Periksa palpebral, konjungtiva dan sklera.Periksa palpebral untuk
memperkirakan gejala oedema umum.Periksa konjungtiva dan sklera untuk
memperkirakan adanya anemia dan ikterus.(Walyani, 2015:86)
b) Mulut/gigi
Periksa adanya karies, tonsillitis atau faringitis karena merupakan
sumber infeksi. (Walyani, 2015:86)
c) Jantung
Inspeksi bila tampak sesak, kemungkinan ada kelainan jantung yang
dapat meningkatkan terjadinya resiko yang lebih tinggi baik bagi ibu
maupun bayinya.(Walyani, 2015:86)
d) Payudara
Inspeksi bentuk payudara, bejolan, pigmentasi puting susu. Palpasi
adanya benjolan (tumor mamae) dan kolostrum.(Walyani, 2015:87)
e) Abdomen
Inspeksi pembesaran perut (bila pembesaran perut itu berlebihan
kemungkinan asites, tumor, ileus, dan lain-lain), pigmentasi di linea alba,
nampaklah gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum
atau luka bekas operasi.(Walyani, 2015:87)
f) Tangan dan tungkai
Inspeksi pada tibiadan jari untuk melihat adanya oedema dan
varises. Bila terjadi oedema pada tempat-tempat tersebut kemungkinan
terjadinya preeklamsi.(Walyani, 2015:87)
g) Vulva
Inspeksi untuk mengetahui adanya oedema, varises, keputihan,
perdarahan, luka, cairan yang keluar, dan sebagainya.(Walyani, 2015:87)
b. Palpasi
Palpasi yaitu pemeriksaan kebidanan pada abdomen dengan
menggunakan manuver leopold untuk mengetahui keadaan janin dalam
abdomen.(Walyani, 2015:87)
a) Leopold 1
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang berada pada
bagian fundus dan mengukur tinggifundus uteri dari simfisis untuk
menentukan usia kehamilan dengan menggunakan (kalau>12 minggu)
atau cara Mc. Donald dengan pita ukuran (kalau >22 minggu).(Walyani,
2015:87)
b) Leopold 2
Untuk mengetahui letak janin memanjang atau melintang, dan bagian
janin yang teraba disebelah kiri atau kanan.(Walyani, 2015:87)
c) Leopold 3
Untuk menentukan bagian janin yang ada dibawah
(presentasi).(Walyani, 2015:87)
d) Leopold 4
Untuk menentukan apakah bagian janin sudah masuk panggul atau
belum.(Walyani, 2015:88)
c. Auskultasi
Auskultasi dengan menggunakan stetoskop monoaural atau dopler
untuk menentukan DJJ setelah umur kehamilan 18 minggu, yang meliputi
frekuensi, keteraturan dan kekuatan DJJ.DJJ normal adalah 120-160 kali per
menit.Bila DJJ <120 atau >160 kali per menit, maka kemungkinan ada
kelainan janin atau plasenta.(Walyani, 2015:88)
d. Perkusi
Melakukan pengetukan pada daerah patella untuk memastikan adanya
refleks pada ibu.(Walyani, 2015:88)
4. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan oleh dokter/bidan pada usia kehamilan 34-
36 minggu untuk primigravida atau 40 minggu pada multigravida dengan janin
besar. Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan serviks, ukuran panggul, dan
sebagainya.
1) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Melakukan tes laboratorium yang diperlukan yakni protein urin,
glukosa urin, dan hemoglobin.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi(Walyani, 2015:88)
2.1.12 Pijat Endorphin
1. Pengertian Pijat Endorphin
Salah satu cara penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
persalinan dengan endorphine massage. Menurut Kuswandi (2011) Endorphin
Massage merupakan sebuah terapi sentuhan/pijatan ringan yang cukup penting
diberikan pada wanita hamil, di waktu menjelang hingga saatnya melahirkan. Hal
ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa
endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan
nyaman, Selama ini endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya
(Leny, 2017).
Beberapa diantaranya adalah, mengatur produksi hormon pertumbuhan dan
seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan
perasaan stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endorphin dalam
tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang
dalam dan relaksasi, serta meditasi (Azizah dkk, 2011)
Menurut Moogan (2009) ada Seorang ahli kebidanan, Constance Palinsky,
tergerak menggunakan endorphin untuk mengurangi atau meringankan rasa sakit
pada ibu yang akan melahirkan. Diciptakanlah Endorphin Massage, yang
merupakan teknik sentuhan serta pemijatan ringan, yang dapat menormalkan
denyut jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh
ibu hamil dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Terbukti dari
hasil penelitian, teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin, sebuah
hormon yang memfasilitasi persalinan (Leny, 2017)
2. Cara Pijat Endorphin
Cara Melakukan Massage Endorphin menurut Kuswandi (2013) yaitu:
1) Cara Pertama
a. Ambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan duduk atau
berbaring miring.
b. Tarik nafas yang dalam, lalu hembuskan dengan lembut sambil menutup
mata. Kemudian, mengelus permukaan luar lengan mulai dari tangan
sampai lengan bawah.
c. Setelah sekitar 5 menit, pindahkan pijatan ke lengan/tangan yang lain.
d. Meski sentuhan ringan ini hanya dilakukan dikedua lengan, tetapi
dampaknya luar biasa menjadikan seluruh tubuh menjadi rileks dan tenang.
2) Cara Kedua
a. Teknik sentuhan ini juga sangat efektif jika dilakukan dibagian punggung.
b. Ambil posisi berbaring miring atau duduk. Jika memilih posisi duduk, bisa di
atas kursi, tempat tidur.
c. Kemudian mulai melakukan pijatan lembut dan ringan ke arah bahu kiri dan
kanan membentuk huruf V, ke arah tulang ekor.
d. Terus lakukan pijatan-pijatan ringan ini berulang-ulang.
e. Agar memperkuat efek pijatan lembut dan ringan ini bisa diselingi dengan
kata-kata yang menentramkan. Seperti, “saat aku membelai lenganmu,
biarkan tubuhmu menjadi rileks dan santai” (Hardianti, 2018)
2.1.13 Jurnal Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Dengan Komplementer
1. Pijat Endorphin
1) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Massage Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Punggung Ibu Hamil” oleh Kertikasari dan Nuryanti Tahun 2016
didapatkan hasil bahwa bahwa sebelum dilakukan Endorphin massage
sebagian besar ibu hamil trimester 3 mengalami nyeriberat dan setelah
dilakukan Endorphin massage berkurang menjadi nyeri sedang.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Dengan Komplementer Beserta

Jurnal

2.2.1 Definisi Persalinan


Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. (Walyani dan Purwoastuti, 2015:5)
Persalinan adalah klimaks dari kehamilan dimana berbagai sistem yang
nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan
bayi. (Manuaba, 2008)
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi yaitu janin, plasenta
dan selaput ketuban setelah usia kehamilan aterm atau cukup bulan (37-42 minggu)
dari intra uterin ke ekstrauterin.
2.2.2 Jenis-jenis Persalinan
2.2.2.1 Menurut cara persalinan
1. Partus biasa (spontan), disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.(Walyani dan Purwoastuti, 2015:5)
2. Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea.(Walyani dan
Purwoastuti, 2015:5)
2.2.2.2 Menurut tua (umur) kehamilan
1. Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup
(viable), berat janin dibawah 1000 gram, tua kehamilan dibawah 28 minggu.
(Walyani dan Purwoastuti, 2015:5)
2. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-36
minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1.000-2.500 gram.
(Walyani dan Purwoastuti, 2015:5)
3. Partus matures atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40
minggu, janin matur, berat badan diatas 2.500g. (Walyani dan Purwoastuti,
2015:5)
4. Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus yang ditaksir. (Walyani dan Purwoastuti, 2015:5)
5. Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat. (Walyani dan
Purwoastuti, 2015:5)
2.2.3 Sebab Mulainya Persalinan
Menurunnya kadarestrogen dan progesteron terjadi kira-kira 1 sampai 2 minggu
sebelum partus dimulai. Kadar progesteron dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga
aterm meningkat.Plasenta menjadi tua, dengan tuanya kehamilanvilli koriales
mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun.
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-
otot uterus.Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenter, sehingga plasenta mengalami degenerasi. Berkurangnya nutrisi pada
janin, maka hasil konsepsiakan segera dikeluarkan. (Walyani dan Purwoastuti, 2015:7)
2.2.4 Tanda-tanda Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut:
1. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu:
1) Pengeluaran lendir.
2) Lendir bercampur darah.
3. Dapat disertai ketuban pecah dini.
4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks:
1) Perlunakan serviks.
2) Perdarahan serviks.
3) Terjadi pembukaan serviks.(Walyani dan Purwoastuti, 2015:17)
Tanda persalinan sudah dekat:

1. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan:
1) Kontraksi Braxton Hicks.
2) Ketegangan perut dinding.
3) Ketegangan ligamentum rotundum.
4) Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah.
Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul

1) Terasa ringan di bagian atas, rasa sesaknya berkurang.


2) Di bagian bawah terasa sesak.
3) Terjadi kesulitan saat berjalan.
4) Sering miksi (kencing). (Walyani dan Purwoastuti, 2015:18)
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara
ketiga P yaitu, Power (kekuatan his), Passage (jalan lahir normal), dan Passenger
(janin dan plasenta).Pada multipara gambarannya tidak jelas, karena pada kepala
janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.(Walyani dan Purwoastuti,
2015:18).

2. Terjadinya his permulaan


Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.Kontraksi ini dapat
dikemukakan sebagai keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu.Kontraksi
Braxton Hicks terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin.(Walyani dan Purwoastuti, 2015:18)
Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesteron makin
berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering,
sebagai his palsu.(Walyani dan Purwoastuti, 2015)
Sifat his palsu:
1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
2) Datangnya tidak teratur.
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.
4) Durasi pendek.
5) Tidak bertambah bila beraktivitas. (Walyani dan Purwoastuti, 2015:19)
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power (tenaga yang mendorong bayi keluar)
Seperti his atau kontraksi uterus, kekuatan ibu mengedan, kontraksi diafragma,
dan ligamentum action terutama ligamen rotundum.(Walyani dan Purwoastuti,
2015:12)
2. Passage (faktor jalan lahir)
Perubahan pada serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks, dan
perubahan pada vagina dan dasar panggul.(Walyani dan Purwoastuti, 2015:12)
3. Passanger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin.Ukuran kepala janin lebih besar
daripada bagian bahu, kurang lebih seperempat dari panjang ibu.Passenger terdiri
dari janin, plasenta, dan selaput ketuban.(Walyani dan Purwoastuti, 2015:12)
4. Psikis ibu
Penerimaan klien atas jalannya perawatan antenatal (petunjuk dan persiapan
untuk menghadapi persalinan), kemampuan klien untuk bekerjasama dengan
penolong, dan adaptasi terhadap rasa nyeri persalinan.(Walyani dan Purwoastuti,
2015:13)
5. Penolong
Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kesabaran,
pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara dan multipara.(Walyani dan
Purwoastuti, 2015:13)
2.2.6 Tahapan Persalinan
2.2.6.1 Kala I
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10
cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase: (Walyani dan Purwoastuti,
2015:13).
1. Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
1) Pembukaan kurang dari 4 cm
2) Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
2. Fase Aktif
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih).
2) Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1 cm/jam hingga
pembukaan lengkap.
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
4) Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 fase, yaitu: Berdasarkan kurva
Friedman:
a. Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b. Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam, pembukaan 9
cm menjadi 10 cm/lengkap.
2.2.6.2 Kala II : Kala Pengeluaran Janin
Proses pegeluaran hasil kehamilan sebagai hasil pengenalan proses dan
penatalaksanaan kala pembukaan, batasan kala II dimulai ketika pembukaan
serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir kelahiran bayi. (Walyani dan
Purwoastuti, 2015:14).
Lamanya kala II pada primipara berlangsung 1,5-2 jam dan pada multipara
0,5-1 jam. (Walyani dan Purwoastuti, 2015:14).
Pada kala II ini mempunyai ciri khas:
1. His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali.
2. Kepala janin telah turun masuk ke ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan.
3. Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB.
4. Anus membuka.
2.2.6.3 Kala III : Kala Uri
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta).Setelah bayi lahir
kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri
setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa
saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit
plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan. (Walyani dan Purwoastuti, 2015:14)
Tanda kala III terdiri atas 2 fase:
1. Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
1) Schultze
Sebanyak 80% yang lepas terlebih dahulu di tengah kemudian terjadi
retroplasenterhematoma yang menolak uri mula-mula ditengah kemudian
seluruhnya.
2) Dunchan
a) Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari pinggir.
b) Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban.
3) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
2. Fase pengeluaran uri
Prasat-prasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu:
1) Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada/diatas simfisis, tali pusat
diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat
maju/memanjang berarti plasenta sudah terlepas.
2) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti
belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas.
3) Strasman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila pusat bergetar berarti
belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah terlepas.
4) Rahim menonjol diatas simfisis.
5) Tali pusat bertambah panjang.
6) Rahim bundar dan keras.
7) Keluar darah secara tiba-tiba.
2.2.6.4 Kala IV (Tahap Pengawasan)
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
perdarahan. Pengawasan dilakukan selama kurang lebih 2 jam. Dalam tahap ini
ibu masih mengeluarkan dari vagina, tapi tidak banyak yang berasal dari pembuluh
darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah
beberapa hari akan mengeluarkan lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan. Pada
beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak.
Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi
otot-otot rahim. (Walyani dan Purwoastuti, 2015:16)
2.2.7 Kebutuhan Dasar Ibu dalam Proses Persalinan
2.2.7.1 Dukungan Fisik dan Psikologis
Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat pasien (suami, keluarga,
teman, perawat, bidan maupun dokter). Pendamping persalinan hendaknya orang
yang sudah terlibat sejak dalam kelas-kelas antenatal. Mereka dapat membuat
laporan tentang kemajuan ibu dan secara terus menerus memonitor kemajuan
persalinan. (Walyani dan Purwoastuti, 2015:27)
2.2.7.2 Kebutuhan Makanan dan Cairan
Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif oleh karena
makan padat lebih lama tinggal dalam lambung dari makanan cair, sehingga proses
pencernaan lebih lambat selama persalinan. Untuk mencegah dehidrasi pasien
dapat diberikan banyak minum segar selama proses persalinan, namun bila
mual/muntah dapat diberikan cairan IV(RL). (Walyani dan Purwoastuti, 2015:28)
2.2.7.3 Kebutuhan Eliminasi
Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses persalinan.
Bila pasien tidak dapat berkemih sendiri dapat dilakukan katerisasi oleh karena
kandung kencing yang penuh akan menghambat penurunan bagian terbawah janin.
(Walyani dan Purwoastuti, 2015:29)
2.2.7.4 Posisioning dan Aktifitas
Posisi untuk Persalinan:
1. Duduk atau setengah duduk. Lebih mudah untuk bidan membimbing kelahiran
kepala bayi dan mengamati atau mensuport perineum.
2. Posisi merangkak. Baik untuk persalinan dengan punggung sakit.
1) Membantu bayi melakukan rotasi
2) Peregangan minimal pada perineum
3. Berjongkok/berdiri. Membantu penurunan kepala bayi.
1) Memperbesar ukuran panggul
2) Memperbesar dorongan untuk meneran
4. Berbaring miring ke kiri. Memberi rasa santai bagi ibu yang letih.
1) Memberi oksigenasi yang baik bagi bayi
2) Membantu mencegah terjadinya laserasi. (Walyani dan Purwoastuti,
2015:30)
2.2.7.5 Pengurangan Rasa Nyeri
Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit menurut Varney’s Midwifery:
1) Adanya seseorang yang dapat mendukung saat persalinan.
2) Pengaturan posisi.
3) Relaksasi dan latihan pernafasan.
4) Istirahat dan privasi.
5) Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen sakroiliaka.
6) Pijatan ganda pada pinggul.
7) Penekanan pada lutut.
8) Kompres hangat dan kompres dingin.
9) Berendam.
10) Pengeluaran suara.
11) Visualisasi dan pemusatan perhatian.
12) Musik. (Walyani dan Purwoastuti, 2015:31-32)
2.2.8 Asuhan Persalinan Normal
60 Langkah Asuhan Persalinan Normal (Modul Midwifery Update, 2016):
I. MENGENALI TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
1) Ibu merasa ada dorongan kuat meneran.
2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vaginanya.
3) Perineum tampak menonjol.
4) Vulva dan sfingter ani membuka.

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan
bayi baru lahir.
1) Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan:
a) Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
b) 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)
c) Alat penghisap lendir
d) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
2) Untuk ibu:
a) Menggelar kain di perut bawah ibu
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit
c) Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.
6. Masukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus
terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama
dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di
dalam larutan dekontaminasi, langkah 9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti
di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit)
1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
2) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES MENERAN
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
1) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan
temuan-temuan.
2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran.
(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran:
1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk
meneran.
2) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang).
4) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
6) Menganjurkan asupan cairan per oral. Menilai DJJ setiap lima menit.
7) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau
60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak
mempunyai keinginan untuk meneran.
8) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-
kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
9) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil pososi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang
waktu 60 menit.
V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
17. Membuka partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, tangan
yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif untuk
bernafas cepat dan dangkal.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
1) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
2) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara
biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu
anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik
ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, keser tangan bawah untuk menopang kepala
dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas):
1) Apakah bayi cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
3) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi pada
bayi baru lahir dengan asfiksia. Bila semua jawaban “YA”, lanjut ke-26.

26. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di
perut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil
tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 intraunit
(intramuskular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu
tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari
tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari
pusat bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini pada
posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi
tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tapi pusat pada sekitar 2 cm
distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
1) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
2) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
3) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan
bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala
bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
susu atau areola mamae ibu.
1) Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala
bayi.
2) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
3) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi Menyusu Dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
4) Biarkan bayi berada di dada ibu selama satu jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.
VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN (MAK III)
33. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang
lain untuk menegangkan tali pusat.
35. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu
mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai.
1) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan Plasenta

36. Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka lanjutkan
dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
1) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik
secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu
jalan lahir (kearah bawah-sejajar lantai-atas).
2) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
3) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
a) Ulangi pemberian oksitosin 10 IU secara IM
b) Lakukan katerisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih
penuh
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
e) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual
37. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
1) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
menjadi keras).
IX. MENILAI PERDARAHAN
39. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan
utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
40. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
X. ASUHAN PASCA PERSALINAN
41. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
42. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang
bersih dan kering.
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong.
44. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
45. Mengevaluasi kehilangan darah.
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit).
1) Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit.
2) Jika bayi bernapas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS
Rujukan.
3) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
Kebersihan dan Keamanan

48. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk


dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
50. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
51. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
52. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
53. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi
56. Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi, Vitamin K1
1 mg Im dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
pernapasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan temperatur tubuh (normal
36,5-37,5ºC) setiap 15 menit.
57. Setelah 1 jam pemberian Vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu dapat disusukan.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda-tanda
vital dan asuhan kala IV persalinan. (Modul Midwifery Update, 2016)
2.2.9 Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama
penggunaan partograf adalah: (Prawirohardjo, 2014:315)
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
2. Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal
3. Deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
4. Secara dini mengidentifikasi adanya penyulit persalinan
Partograf digunakan untuk:

1. Semua ibu dalam fase aktif kala 1 persalinan sampai dengan kelahiran bayi, sebagai
elemen penting asuhan persalinan.
2. Semua tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah
sakit, dan lain-lain).
3. Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan
dan kelahiran. (Prawirohardjo, 2014:316)
Cara pengisian halaman depan partograf

1. Informasi tentang ibu


Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam” pada partograf) dan perhatikan
kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah
ketuban.(Prawirohardjo, 2014:317)
2. Kesehatan dan kenyamanan janin
1) Denyut Jantung Janin
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat
janin) dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ.Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya
dengan garis yang tidak terputus.(Prawirohardjo, 2014:317)
2) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Gunakan lambing-lambang berikut:
U : Ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
(Prawirohardjo, 2014:317)
3) Molase (Penyusupan Tulang Kepala Janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu.Tulang kepala yang
saling menyusup atau tumpang tindih menunjukkan kemungkinan adanya
disproporsi tulang panggul.Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai
penyusupan kepala janin.Catat temuan di kotak yang sesuai dibawah lajur air
ketuban. Gunakan lambing-lambang berikut:
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi
masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak
bisa dipisahkan.(Prawirohardjo, 2014:319)
3. Kemajuan persalinan
1) Pembukaan serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika
ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada
partograf setiap hasil pemeriksaan.Tanda “X” harus ditulis digaris waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.Beri tanda untuk temuan-
temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif
persalinan di garis waspada.Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan
garis utuh.(Prawirohardjo, 2014:319)
2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Penurunan kepala janin diukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis.Dibagi
menjadi 5 kategori dengan simbol 5/5 sampai 0/5.Simbol 5/5 menyatakan bahwa
bagian kepala janin belum memasuki tepi atas simfisis pubis, sedangkan simbol
0/5 menyatakan bahwa kepala janin sudah tidak dapat lagi dipalpasidi atas simfisis
pubis.Berikan tanda (o) pada garis waktu yang sesuai.Sebagai contoh, jika kepala
bayi bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda (o) dinomor 4.Hubungkan tanda (o) dari
setiap pemeriksaan dengan garis terputus.(Prawirohardjo, 2014:320)
3) Garis waspada dan garis bertindak
Jika pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada, maka
harus dipertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan
(amniotomi, infus oksitosin atau persiapan rujukan).Jika pembukaan serviks
berada disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan
persalinan harus dilakukan.(Prawirohardjo, 2014:320)
4. Jam dan waktu
1) Waktu mulainya fase aktif persalinan
Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera
kotak-kotak diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam setelah
dimulainya fase aktif persalinan. (Prawirohardjo, 2014:320)
2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak
untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan yaitu dengan dua kotak
waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi
dibawahnya.(Prawirohardjo, 2014)
5. Kontraksi uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat lajur kotak dengan tulisan “kontraksi per
10 menit” disebelah luar kolom paling kiri.Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi.Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
(Prawirohardjo, 2014:321)
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.

6. Obat-obatan dan cairan yang diberikan


1) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, didokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan
tetepan per menit.(Prawirohardjo, 2014:322)
2) Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan IV dalam
kontak yang sesuai dengan kolom waktunya.(Prawirohardjo, 2014:322)
7. Kesehatan dan kenyamanan ibu
1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.Beri
tanda titik pada kolom waktu yang sesuai. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap
4 jam selama fase aktif persalinan dan beri tanda panah pada partograf pada
kolom yang sesuai. (Prawirohardjo, 2014:322)
2) Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu setiap 2 jam (setiap berkemih). Jika
memungkinkan lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam
urin.(Prawirohardjo, 2014:322)
8. Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya
1) Jumlah cairan per oral yang diberikan
2) Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
3) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
4) Persiapan sebelum melakukan rujukan
5) Upaya rujukan (Prawirohardjo, 2014:323)
2.2.10 Perlukaan Jalan Lahir
Perlukaan jalan lahir merupakan perlukaan yang terjadi pada jalan lahir saat atau
setelah terjadinya persalinan yang biasanya ditandai oleh perdarahan pada jalan
lahir.Perlukaan jalan lahir karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina, dan
uterus.Jenis perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan yang
disertai perdarahan hebat.(Walyani dan Purwoastuti, 2015:94)
1. Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya.Robekan perineum umumnya terjadi digaris
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan
ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia sub oksipito bregmatika.(Walyani
dan Purwoastuti, 2015:94)
Biasanya robekan perineum terjadi pada:
1) Kepala janin terlalu cepat lahir.
2) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya.
3) Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut.
4) Pada persalinan dengan distosia bahu. (Walyani dan Purwoastuti,2015:94)
Robekan perineum terbagi menjadi 4 derajat:

1) Derajat I
Mukosa vagina, faurchette posterior, kulit perineum.
2) Derajat II
Mukosa vagina, faucrhette posterior, kulit perineum, otot perineum.
3) Derajat III
Mukosa vagina, faurchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter
ani eksterna.
4) Derajat IV
Mukosa vagina, faurchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter
ani eksterna, dinding rectum anterior.(Walyani dan Purwoastuti, 2015:95)
2.2.11 Aromaterapi
Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakanminyak
essensial yang bermanfaat meningkatkan keadaan fisik danpsikologi seseorang
agar menjadi lebih baik. Setiap minyak essensialmemiliki efek farmakologis yang
unik, seperti antibakteri, antivirus,diuretic, vasodilator, penenang, dan
merangsang adrenal.Dilihat dari kesenjangan dalam praktik akhir-akhir ini,
perhatianyang diberikan kepada penggunaan Complementary and
AlternativeMedicine (CAM) sebagai pengobatan tambahan
mengalamipeningkatan. Aromaterapi adalah salah satu jenis dari CAM
yangbanyak digunakan dengan tujuan menghirup uap atau penyerapanminyak ke
dalam kulit yang berguna mengobati atau mengurangigejala fisik dan emosional
A. Bahan- bahan Pendukung Aromaterapi
Berikut merupakan bahan pendukung untuk pembuatan Aromaterapi:
a) Minyak Atsiri
Minyak wangi ini diekstrak dari tanaman melalui destilasi uap atauekspresi
(minyak jeruk). Namun istilah ini juga kadang digunakanuntuk
menggambarkan minyak wangi yang diekstrak dari tanamanyang
menggunakan ekstrasi pelarut. Selain itu minyak atsiri jugadikenal dengan
istilah essential oil.
b) Absolutes
Merupakan hasil ekstrasi dari bunga atau jaringan tanaman halusmelalui
fluida superkritis pelarut atau naik mutlak. Digunakanjuga untuk
menggambarkan minyak yang diekstrak dari mentegaharum, beton, dan
pomades enfleurage menggunakan etanol.
c) Pembawa Minyak
Biasanya berminyak tanaman dasar tricglycerides yang cair danbiasanya
minyak ini dapat digunakan pada kulit (Almond manis).
d) Distilat Herbal atau Hydrosols
Merupakan air yang terbentuk dari proses distilasi (Air mawar).Banyak
aromaterapi yang menggunakan sulingan herbal danbiasanya mereka
dapat digunakan pada kuliner, sebagai obat danjuga sebagai perawatan
kulit. Sulingan herbal biasanya berupachamomile, mawar dan lemon balm.
e) Infus
Ekstrak air dengan berbagai tanaman (misalnya infuse chamomile).
f) Phytocendes
Merupakan berbagai senyawa organik yang mudah menguap daritanaman
yang membunuh mikroba.
g) Penguap (Voltiazed)
Herbal BakuBiasanya memiliki kandungan senyawa yang lebih tinggi
darisenyawa tanaman dengan konten berbasis kering, hancur
dandipanaskan untuk mengekstrak dan menghirup uap minyakaromatik
dalam modalitas penghirupan langsung (Rafika, 2013).
B. Bentuk-bentuk Aromaterapi
a) Minyak Essensial Aromaterapi
Berbentuk cairan atau minyak. Penggunaanya bermacam – macam,pada
umumnya digunakan dengan cara dipanaskan pada tungku.Namun bisa
juga jika dioleskan pada kain atau pada saluran udara.
b) Dupa Aromaterapi
Awalnya hanya digunakan untuk acara keagamaan tertentu, namunseiring
dengan perkembangan jaman, dupa pun kini sudah menjadibagian dari
salah satu bentuk aromaterapi. Bentuknya padat danberasap jika dibakar,
biasanya digunakan untuk ruanganberkukuran besar atau pada ruangan
terbuka. Jenis dupa aromaterapi ini, terdiri dari tiga jenis, yaitu dupa aroma
terapipanjang, dupa aromaterapi pendek dan dupa aromaterapi
berbentukkerucut.
c) Lilin Aromaterapi
Ada dua jenis lilin yang digunakan, yaitu lilin yang digunakanuntuk
pemanas tungku dan lilin aromaterapi. Lilin yang digunakanuntuk
memanaskan tungku aromaterapi tindak memiliki wangiaroma, karena
hanya berfungsi untuk memanaskan tungku yangberisi essential oil.
Sedangkan lilin aromaterapi akanmengeluarkan wangi aromaterapi jika
dibakar.
d) Minyak Pijat Aromaterapi
Bentuk ini memiliki wangi yang sama dengan bentuk aromaterapi yang lain,
hanya saja cara penggunaannya yang berbeda, karena inidigunakan untuk
minyak pijat .
e) Garam Aromaterapi
Fungsi dari garam aromaterapi dipercaya dapat mengeluarkantoksin atau
racun yang ada dalam tubuh. Biasanya digunakandengan cara merendam
bagian tubuh tertentu seperti kaki, untukmengurangi rasa lelah.
f) Sabun Aromaterapi
Bentuknya berupa sabun padat dengan berbagai wangiaromaterapi,
namun tidak hanya sekedar wangi saja. Tapi jugamemiliki berbagai
kandungan atau ekstrak dari tumbuh-tumbuhan yang dibenamkan dalam
sabun ini, sehingga sabun inijuga baik untuk kesehatan tubuh, seperti
menghaluskan kulit danmenjauhkan dari serangga (Rafika, 2013).
C. Cara Penggunaan Aromaterapi
a) Inhalasi
Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaanmetode
aromaterapi yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi jugamerupakan
metode yang paling tua. Aromaterapi masuk dari luartubuh ke dalam tubuh
dengan satu tahap yang mudah, yaitu lewatparu – paru di alirkan ke
pembuluh darah melalui alveoli. Inhalasisama dengan metode penciuman
bau, di mana dapat dengan mudahmerangsang olfactory pada setiap kali
bernafas dan tidak akanmengganggu pernafasan normal apabila mencium
bau yangberbeda dari minyak essensial. Aroma bau wangi yang
terciumakan memberikan efek terhadap fisik dan psikologis
konsumen.Cara ini biasanya terbagi menjadi inhalasi langsung dan
inhalasitidak langsung. Inhalasi langsung diperlakukan secara
invidual,sedangkan inhalasi tidak langsung dilakukan secara bersama –
sama dalam satu ruangan. Menurt Walls (2009) aromaterapiinhalasi dapat
dilakukan dengan menggunakan elektrik, baterai, atau lilin diffuser, atau
meletakkan aromaterapi dalam jumlah yangsedikit pada selembar kain
atau kapas. Hal ini berguna untukminyak esensial relaksasi dan penenang.
b) Pijat
Pijat merupakan tehnik yang paling umum. Melalui pemijatan,daya
penyembuhan yang terkandung dalam minyak essensial bisamenembus
melalui kulit dan dibawa ke dalam tubuh, kemudianakan mempengaruhi
jaringan internal dan organ – organ tubuh.Minyak essesnsial berbahaya
jika dipergunakan langsung ke kulit,maka dalam penggunaanya harus
dilarutkan dulu dengan minyakdasar seperti minyak zaitun, minyak kedelai,
dan minyak tertentulainnya. Minyak lavender, ialah salah satu minyak yang
terkenalsebagai minyak pijat yang dapat memberikan relaksasi.
Terapiaroma yang digunakan dengan cara pijat ini merupakan cara
yangsangat digemari untuk menghilangkan rasa lelah pada
tubuh,memperbaiki sirkulasi darah dan merangsang tubuh
untukmengeluarkan racun, serta meningkatkan kesehatan pikiran.
Dalampenggunaannya dibutuhkan dua tetes minyak essensial
yangditambahkan dengan 1 ml minyak pijat.
c) Kompress
Penggunaan melalui proses kompress membutuhkan sedikitminyak
aromaterapi. Kompress hangat dengan minyak aromaterapidapat
digunakan untuk menurunkan nyeri punggung dan nyeriperut. Kompress
dingin yang mengandung minyak lavenderdigunakan pada bagian
perineum saat persalinan.
d) Berendam
Cara ini menggunakan aromaterapi dengan cara menambahkantetesan
minyak essensial ke dalam air hangat yang digunakanuntuk berendam.
Dengan cara ini efek minyak essensial akanmembuat perasaan (secara
psikologis dan fisik) menjadilebihrileks, serta dapat menghilangkan nyeri
dan pegal,memberikan efek kesehatan (Rafika, 2013).
D. Dosis Pemberian
Cara pemakaian bisa dengan mencampurkan 0,1 ml minyak esensial dengan
1 ml air yang diberikan melalui tissue dengan jarak kurang lebih 2cm dari
hidung ibu hamil yang dihirup dengan cara nafas selama 15 menit (Cholifah
dan Titin, 2017). Cara praktis lainnya adalah dengan mengambil botol kecil, 5
ml air dan masukkan bola kapas di dalamnya, tambahkan 2 tetes minyak
essensial peppermint dan tutup. Setiap merasa mual buka tutup nya lalu hirup
pelan-pelan (Aprilia Y, 2017).
2.2.12 Pelvic Rocking Exercise
Teori Theresa Jamieson (2011) mengatakan bahwa pelvic rocking merupakan
cara yang efektif untuk bersantai bagi tubuh bagian bawah khususnya daerah
panggul. Teknik ini sering
disarankan selama persalinan. Untuk meningkatkan relaksasi dan memungkinkan
gaya gravitasi untuk membantu perajalanan bayi melalui jalan lahir. Sehingga
memungkinkan kemajuan proses persalinan menjadi lebih cepat. Saat kehamilan
melakukan pelvic rocking dengan birthing ball dapat menjaga otot- otot yang
mendukung tulang belakang. Pada saat proses persalinan memasuki kala I, jika
duduk di atas bola, dan dengan perlahan mengayunkan dan menggoyangkan
pinggul (Pelvic Rocking) kedepan dan belakang, sisi kanan, sisi kiri, dan melingkar,
akan bermanfaat untuk :
a. Goyang panggul memperkuat otot-otot perut dan punggung bawah
b. Mengurangi tekanan pada pembuluh darah di daerah sekitar rahim, dan tekanan
di kandung kemih
c. Gerakan ini akan membantu anda bersantai.
d. Meningkatkan proses pencernaan.
e. Mengurangi keluhan nyeri di daerah pinggang, inguinal, vagina dan sekitarnya.
f. Membantu kontraksi rahim lebih efektif dalam membawa bayi melalui panggul jika
posisi ibu bersalin tegak dan bisa bersandar ke depan.
g. Tekanan dari kepala bayi pada leher rahim tetap kostan ketika ibu bersalin diposisi
tegak, sehingga dilatasi (pembukaan) serviks dapat terjadi lebih cepat.
h. Ligamentum atau otot disekitar panggul lebih relaks.
i. Bidang luas panggul lebih lebar sehingga memudahkan kepala bayi turun ke dasar
panggul
Teknik Pelvic Rocking
Caranya dengan duduk diatas gym ball sesuai dengan ukuran tinggi badan dan
gerakkan otot dasar panggul kekiri kanan, kedepan kebelakang, berputar searah
jarum jam dan berlawanan dengan arah jarum jam. Untuk faktor keamanan saat
awal berlatih sebaiknya bola diposisikan menempel pada dinding. (Kusuma E,
2014).
Waktu untuk melakukan Pelvic Rocking
Dilakukan pada trimester ke-3 (>34minggu)
Lakukan tiap hari secara bertahap
2.2.13 Jurnal Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Dengan Komplementer
A. Aromaterapi
1) Dalam jurnal yang berjudul “Aromaterapi Untuk Mengurangi Nyeri
Persalinan” oleh Patimah dan Sundari (2020) didapatkan hasil aromaterapi
Lavender, Mawar, Melati, Citrus Aurantium dan Boswellia Carterii telah
terbuktiefektif untuk mengurangi nyeri pada persalinan yang dapat
digunakan dalam berbagaimetode seperti inhalasi, mandi, pijat dan rendam
kaki. Penggunaan aromaterapi yang mudahdapat menjadi salah satu
alternatif untuk mengurangi nyeri persalinan.
2) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Aromaterapi Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab.
Tangerang” oleh Syukrini (2016) didapatkan hasil terdapat pengaruh inhalasi
aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibupersalinan kala I
kelompok intervensi dengan nilai (p=0,000) <0,05. Terdapatperbedaan
rerata skor tingkat kecemasan pada kelompok kontrol (p=0,005)
<0,05.Terdapat perbedaan rerata skor tingkat kecemasan yang bermakna
antara kelompokintervensi dan kelompok kontrol (p=0,000) <0,05 dimana
rata-rata skor kecemasankelompok intervensi lebih kecil daripada kelompok
kontrol yang berarti kelompokintervensi mengalami penurunan tingkat
kecemasan yang lebih baik daripadakelompok kontrol.
3) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender
secara Inhalasi terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Fisiologis
pada Primipara Inpartu Kala Satu Fase Aktif di BPM Fetty Fathiyah Kota
Mataram” oleh Karlina dkk (2014) didapatkan hasil pemberian aromaterapi
lavender secara inhalasi mampu menurunkan intensitas nyeri persalinan
fisiologis pada primipara inpartu kala satu fase aktif.
4) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender
Terhadap Pengendalian Nyeri Persalinan Kala I Pada Ibu Bersalin” oleh
Susilarini dkk (2017) didapatkan hasil bahwa terjadinya penurunan
skalanyeri setelah diberikan aromaterapi lavenderkarena wangi yang
dihasilkan aromaterapilavender akan menstimulasi talamus
untukmengeluarkan enkefalin, berfungsi sebagaipenghilang rasa sakit
alami.
B. Pelvic Rocking
1) Dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Teknik Pelvic Rocking Dengan
Birthing Ball Pada Ibu Bersalin Terhadap Kemajuan Persalinan Di BPM
Syafrida Kabupaten Klaten” oleh Gustiar (2017) didapatkan hasil bahwa
Pelvic Rocking dengan Birthing Ball dapat memberikan
kemajuanpersalinan, mempercepat penurunan kepala dan dilatasi
pembukaan
2) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Pelvic Rocking Dengan
Birth Ball Terhadap Kemajuan Persalinan Di Klinik Pratama Tanjung Deli
Tua” oleh Annisa (2018) didapatkan hasil bahwa Pelvic rocking dengan birth
ball membantu bayi berotasi keposisi yangoptimal dan mempersingkat kala
I persalinan sehingga mengurangi nyeri danmemberi rasa nyaman pada ibu
dalam menghadapi persalinan
3) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Teknik Pelvic Rocking Dengan
Birthing Ball Terhadap Lama Persalinan Kala I” oleh Hiyana dan Masini
(2018) didapatkan hasil bahwa ada pengaruh Pelvic Rocking Dengan
Birthing Ball terhadap Lama Persalinan Kala I Fase Aktif
.
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Komplementer

Beserta Jurnal

2.3.1 Definisi Bayi Baru lahir


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4.000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa
cacat bawaan. (Rukiyah dan Yuliyanti, 2013:2)
Bayi baru lahir normal adalah janin yang lahir melalui proses persalinan dan
mampu hidup diluar kandungan. (Elmeida, 2015:13)
Neonatus merupakan bayi baru lahir yang berumur 0-28 hari dengan usia
kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan lahir yaitu 2500-4000 g.
2.3.2 Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal
1. Usia 36-42 minggu.
2. Berat badan lahir 2500-4000 g.
3. Dapat bernapas dengan teratur dan normal.
4. Organ fisik lengkap dan dapat berfungsi dengan baik. (Elmeida, 2015:42)
2.3.3 Periode Transisi
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang
mula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu)
yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.(Elmeida, 2015:42)
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan
kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan mengatur setiap penyakit. Periode
adaptasi BBL ini disebut periode transisi yaitu dari kehidupan didalam rahim ke
kehidupan diluar rahim. Periode ini berlangsung sampai 1 bulan atau lebih.(Elmeida,
2015:42)
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptasi BBL
1. Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya terpajan zat toksik dan
sikap orangtua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak).
2. Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya lama persalinan, tipe
analgesik, atau anastesia intrapartum).
3. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan
ekstrauterin.
4. Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan
tepat pada saat terjadi.(Elmeida, 2015:43)
2.3.5 Perkembangan Reflek Bayi Baru Lahir
Reflek yaitu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa disadari pada
bayi normal. Reflek pada bayi, sebagai berikut:
1. Tonic neck reflek, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya.
2. Rooting reflek, yaitu bila jarinya menyentuh sekitar mulut bayi maka ia akan membuka
mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah datangnya jari.
3. Moro reflek, reflek yang timbul diluar kemauan atau kesadaran bayi. Contoh: bila bayi
diangkat secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan
gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang yang mendekapnya.
4. Startle reflek, reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang
pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangis.
5. Stepping reflek, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya
satu per satu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan.
6. Reflek menghisap (sucking), yaitu areola puting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan
langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI.
7. Reflek menelan (swallowing), dimana ASI dimulut bayi mendesak otot di daerah mulut
dan faring sehingga mengaktifkan reflek menelan dan mendorong ASI ke dalam
lambung. (Rukiyah dan Yuliyanti, 2013:62-63)
2.3.6 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
1. Tidak dapat menyusu.
2. Kejang.
3. Bayi bergerak hanya jika dirangsang.
4. Kecepatan napas > 60 kali/menit.
5. Tarikan dinding dada bawah yang dalam.
6. Merintih.
7. Sianosis sentral. (JNPK-KR, 2012:117)
2.3.7 Manajemen Bayi Baru Lahir
2.3.7.1 Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara:
1. Konduksi, melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.
2. Konveksi, pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi.
3. Evaporasi, kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah.
4. Radiasi, melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung
dengan kulit bayi. (Prawirohardjo, 2014:367)
2.3.7.2 Resusitasi Neonatus
Resusitasi neonatus tidak rutin dilakukan pada semua bayi baru lahir.Bayi
gagal bernapas spontan, hipotinus, atau ketuban keruh bercampur mekonium,
maka harus dilakukan langkah-langkah resusitasi.Semua peralatan harus
disiapkan dan di cek sebelum persalinan.(Prawirohardjo, 2014:368)
2.3.7.3 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama
paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan
menemukan puting ibunya dengan manfaat yaitu membantu stabilisasi
pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi, menjaga kolonisasi kuman yang
aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosocomial .(Prawirohardjo, 2014:369)
2.3.7.4 Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat
Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan banyak
dilakukan secara luas di seluruh dunia, tetapi penelitian menunjukkan hal ini tidak
bermanfaat bagi ibu maupun bayi. Penundaan pengikatan tali pusat selama 2-3
menit memfasilitasi terjadinya kontak dini antara ibu dengan bayi, dimana bayi
diletakkan diatas perut ibu sebelum tali pusat dipotong.(Prawirohardjo, 2014:370)
2.3.7.5 Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu
pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi neonatus.Yang terpenting
dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering dan
bersih.Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali
pusat.Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas basah,
kemudian bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kassa
bersih/steril.Popok atau celana bayi diikat dibawah tali pusat, tidak menutupi tali
pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan urin.Hindari penggunaan
kancing, koin atau uang logam untuk membalut tekan tali pusat.(Prawirohardjo,
2014:370)
2.3.7.6 Pelabelan
Label nama bayi atau nama ibu harus diletakkan pada pergelangan tangan
atau kaki sejak diruang bersalin. Pemasangan dilakukan dengan sesuai agar tidak
terlalu ketat ataupun longgar sehingga mudah lepas.(Prawirohardjo, 2014:371)
2.3.7.7 Profilaksis Mata
Konjungtivis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada bayi dengan
ibu yang menderita penyakit menular seksual seperti gonore dan
klamidiasis.Pemberian antibiotik profilaksis terbukti dapat mencegah terjadinya
konjungtivis.Profilaksis yang digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1%, salep
mata eritromisin, dan salep mata tetrasiklin.(Prawirohardjo, 2014:371)
2.3.7.8 Pemberian Vitamin K
Salah satu penyebab angka kematian neonatus adalah perdarahan akibat
defisiensi vitamin K1 (PDVK).Melihat bahaya dari PDVK, Departemen Kesehatan
telah membuat kebijakan nasional yang berisi semua bayi baru lahir harus
mendapat profilaksis vitamin K1 (fetomenadion).(Prawirohardjo, 2014:371)

2.3.7.9 Pengukuran Berat dan Panjang Lahir


Bayi baru lahir harus ditimbang berat lahirnya, bila diperlukan data mengenai
panjang lahir, maka sebaiknya digunakan dengan stadiometer bayi dengan
menjaga bayi dalam posisi lurus dan ekstremitas dalam keadaan
ekstensi.(Prawirohardjo, 2014:372)
2.3.7.10 Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan hal yang sering dilakukan, tetapi masih banyak
kebiasaan yang salah dalam memandikannya, seperti memandikan bayi segera
setelah lahir dapat mengakibatan hipotermi.(Prawirohardjo, 2014:372)
2.3.8 Imunisasi Dasar
1. BCG (Bacille Calmette Guerin)
Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit Tuberculosis berat.Misalnya
TB paru berat.Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2-3 bulan.
Dosis untuk bayi kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. disuntikkan secara
intradermal dibawah lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak
dianjurkan BCG ulangan. Suntikkan BCG akan meninggalkan jaringan parut pada
bekas suntikan. Apabila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya
dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.(Rukiyah dan Yuliyanti, 2013:317)
2. Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir.Pemberian
imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir harus berdasarkan apakah ibu
mengandung virus Hepatitis B aktif atau tidak pada saat melahirkan.Ulangan
imunisasi Hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Apabila sampai
usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi Hepatitis B maka diberikan
secepatnya.(Rukiyah dan Yuliyanti, 2013:318)
3. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari 3 penyakit, yaitu difteri, pertussis, dan
tetanus.Difteri disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheriae yang sangat
menular.Dimulai dengan gangguan tenggorokan dan dengan cepat menimbulkan
gangguan pernapasan dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi
selaput di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat menyebabkan
kematian.Selain itu juga menyebabkan toksin atau racun yang berbahaya untuk
jantung.(Rukiyah dan Yuliyanti, 2013:319)
Batuk rejan atau yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari, disebabkan
bakteri Bordetella pertussis.Penyakit ini membuat penderita mengalami batuk keras
secara terus menerus dan bisa berakibat gangguan pernapasan dan saraf.(Rukiyah
dan Yuliyanti, 2013:319)
Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan toksin dari
clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran binatang dan
manusia.Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh melalui luka goresan atau luka
bakar yang telah terkontaminasi oleh tanah, atau dari gigi yang telah busuk.Apabila
tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan kejang dan kematian.(Rukiyah dan
Yuliyanti, 2013:319)
Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak anak umur 2 bulan dengan interval
4-6 minggu. DPT 1 diberikan umur 2-4 bulan, DPT 2 umur 3-5 bulan, DPT 3 umur 4-
6 bulan. Imunisasi DPT bpada bayi 3 kali (3 dosis) akan memberikan imunitas sampai
3 tahun.(Rukiyah dan Yuliyanti, 2013:320)
4. Polio
Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes per oral
dengan interval tidak kurang dari 2 minggu.(Rukiyah dan Yuliyanti, 2013:320)
5. Campak
Vaksin campak diberikan dalam 1 dosis 0,5 ml pada usia 9 bulan. Hanya saja
mengingat kadar antibodi campak pada anak sekolah mulai berkurang.(Rukiyah dan
Yuliyanti, 2013:320)
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh
virus campak.Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan
penderita.Gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada
permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam.(Rukiyah dan Yuliyanti,
2013:320)
2.3.9 Penundaan pemotongan tali pusat

Penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat (Delayed Cord Clamping)


adalah praktik penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat dimana tali pusat
tidak dijepit atau dipotong sampai setelah denyutan berhenti atau sampain setelah
plasenta lahir seluruhnya (Mercer, 2006) Setelah bayi lahir bayi diletakkan diatas perut
ibu kemudian dikeringkan menggunakan kain kering dan dilakukan penundaan
pemotongan tali pusat selama 5 menit dengan tujuan untuk meningkatkan kadar
hemoglobin dalam darah dan penurunan resiko jaundice atau bayi kuning.
Penundaan penjepitan tali pusat atau penjepitan tali pusat lambat dimaksudkan
bahwa waktu setelah bayi lahir sampai dengan terpotongnya tali pusat diperkirakan 2 –
3 menit atau sampai tidak ada
denyut ditali pusat. Sampai saat ini waktu yang tepat untuk menunda penjepitan tali
pusat masih diperdebatkan oleh beberapa ahli. Penundaan penjepitan tali pusat
menyediakan darah sebanyak 80 ml selama 1 menit dan 100 ml selama 3 menit saat
kelahiran. Hal ini
dapat memberikan tambaan 40-50 mg/kg zat besi ekstra pada bayi, sehingga dapat
mencegah terjadinya anemia defisiensi besi pada tahun pertama kehidupan bayi.
2.3.10 Baby Massage (Pijat Bayi)

Pijat bayi merupakan stimulasi taktil yang memberikan efek biokimia dan efek

fisiologi pada berbagai organ tubuh. Pijat yang dilakukan secara benar dan teratur pada

bayi diduga memiliki berbagai keuntungan dalam proses tumbuh kembang bayi. Pijat
bayi oleh orangtua dapat meningkatkan hubungan emosional antara orangtua dan bayi,

serta dapat meningkatkan berat badan bayi (Santi,2012).

Manfaat Menurut Purnamasari (2011), manfaat pijat bayi sebagai berikut:

1) Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap.


2) Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
3) Membina ikatan kasih sayang orangtua dan anak (boanding).
4) Memperlancar peredaran darah serta membuat kulit bayi terlihat lebih sehat.
5) Bayi yang sering dipijat jarang mengalami kolik, sembelit, dan diare.
6) Sistem kekebalan tubuh bayi akan lebih kuat serta membuatnya lebih tahan
terhadap infeksi dan berbagai masalah kesehatan lain.
7) Bayi yang sering dipijat tumbuh menjadi anak yang lebih riang dan bahagia, serta
jarang rewel. Secara umum anak-anak ini jarang mengalami masalah psikologis
atau emosional.
8) Meningkatkan produksi ASI.
Indikasi Menurut Roesli (2013), indikasi pijat bayi yaitu :
1) Bayi lahir premature.
2) Bayi berat badan kurang.
3) Bayi dengan sulit makan.
4) Bayi yang rewel karena kecapekan.
5) Bayi sehat untuk merangsang perkembangan motorik.
Kontraindikasi Menurut Roesli (2013), kontraindikasi yaitu :
1) Memijat langsung setelah makan.
2) Memijat bayi saat tidur.
3) Bayi dalam keadaan sakit.
4) Memaksa bayi yang tidak mau dipijat.
2.3.11 Jurnal Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Komplementer

1. Penundaan Pemotongan tali Pusat

1) Dalam Jurnal Penundaan Penjepitan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir Cukup

Bulan, Sorayah Agustini, Hasil. Risiko bayi dengan penjepitan tali pusat tunda

mengalami anemia lebih rendah dibandingbayi dengan penjepitan dini pada

usia 24 sampai 48 jam. Bayi dengan penjepitan tali pusat tunda memiliki
peningkatan kadar feritin dibandingkan penjepitan dini. Penundaan penjepitan

tali pusat dapat meningkatkan kadar Hb usia 24 sampai 48 jam dan cadangan

besi bayi sampai usia enam bulan. Kesimpulan. Pada bayi cukup bulan

penundaan penjepitan tali pusat satu sampai tiga menit setelah lahir dapat

mencegah anemia sampai usia dua bulan dan meningkatkan cadangan besi

sampai usia enam bulan. Risiko yang dapat terjadi, yaitu hiperbilirubinemia dan

polisitemia

2) Dalam jurnal penelitian penundaan penjepitan tali pusat sebagai strategi yang

efektif untuk menurunkan insiden anemia defisiensi besi pada bayi baru lahir

oleh Ida Bagus Rendra Kurniawan Artha, dengan hasil penundaan penjepitan

tali pusat sebagai strategi yang efektif untuk menurunkan insiden anemia

defisiensi besi pada bayi baru lahir.

2. Pijat Bayi

1) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat

Badan Neonatus” oleh Daniati dan Novayelinda (2010) ditemukan hasil

bahwapijat bayi mempengaruhi berat badan neonates.

2) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Tumbuh Kembang

bayi Usia 0-12 Bulan Di Desa Margodari Kecamatan Seyegan” oleh

Nugrohowati (2015) ditemukan hasil bahwa pijat bayi memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap tumbuh kembang bayi sebelum dan sesudah

treatment di Desa Margodadi Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Tahun

2015.

3) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Peningkatan Berat

Badan Bayi” oleh Irva dkk (2019) ditemukan hasil bahwaadanyapeningkatan

berat badan, peningkatan berat badanyang terjadi yaitu sebesar 700 gram

selama 2minggu pemijatan.


2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Dengan Komplementer

Beserta Jurnal

2.4.1 Definisi Nifas


Masa nifas merupakan masa setelah melahirkan bayi dan plasenta sampai 6
minggu atau 40 hari.(Astutik, 2015:1)
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan
untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12
minggu.(Nugroho dkk, 2014:1)
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara
pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi,
serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarakkan kehamilan, imunisasi
dan nutrisi bagi ibu. (Prawirohardjo, 2014:356)
Masa nifas merupakan masa pemulihan keadaan fisik dan fungsi organ tubuh
sehingga kembali seperti sebelum hamil.
2.4.2 Tahapan Masa Nifas
1) Puerperium Dini
Masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berjalan.Pada masa ini tidak
dianggap perlu lagi menahan ibu setelah persalinan terlentang di tempat tidurnya
selama 7-14 hari setelah persalinan.Ibu nifas sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidurnya dalam 24-48 jam setelah persalinan.(Astutik, 2015:5)
2) Puerperium intermedial
Puerperium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
eksterna dan interna yang lamanya 6-8 minggu.Alat genetalia tersebut meliputi
uterus, bekas implantasi plasenta, luka jalan lahir, serviks, endometrium dan ligamen-
ligamen. (Astutik, 2015:5)
3) Remote puerperium
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bagi ibu selama hamil atau melahirkan mempunyai
komplikasi.(Astutik, 2015:5-6)
2.4.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi lebih kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.(Astutik, 2015:58)
Tabel 2.4
Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus
Menurut Masa Involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari dibawah 750 gram
pusat
1 Minggu Pertengahan pusat- 500 gram
symphisis
2 Minggu Tidak teraba diatas 350 gram
symphisis
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber: Astutik, 2015:58

2) Lochea
Lochea dalah cairan/sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada
masa nifas. Macam-macam lochea:
a. Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks
caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari nifas.
b. Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, 3-7 hari nifas.
c. Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
nifas.
d. Lochea alba : cairan putih, keluar setelah 2 minggu masa nifas.
Selain lochea diatas, ada jenis lochea yang tidak normal, yaitu:

a) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
b) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya. (Astutik, 2015:59)
3) Serviks
Serviks mengalami involusi berssama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks akan menutup. (Astutik, 2015:59)
4) Vulva dan Vagina
a. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan ynag sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
b. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali pada keadaan ketika tidak hamil.
c. Setelah 3 minggu rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.(Astutik, 2015:59-60)
5) Perineum
a. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
b. Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali seperti keadaan
sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
melahirkan. Untuk mengembalikan tonus otot perineum, maka pada masa nifas
perlu dilakukan senam kegel. (Astutik, 2015:60)
6) Payudara
a. Penurunan kadarprogesteron secara cepat dengan peningkatan hormon
prolaktin setelah persalinan.
b. Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau
ke-3 setelah persalinan.
c. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
(Astutik, 2015:60)
2. Perubahan Pada Sistem Perkemihan
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta lahir, kadar hormonestrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis.Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu. (Astutik,
2015:60)
3. Perubahan Pada Sistem Pencernaan
Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadarprogesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari. Rasa sakit di daerah perineum
dapat menghalangi keinginan untuk buang air besar sehingga pada masa nifas sering
timbul keluhan konstipasi akibat tidak teraturnya BAB.(Astutik, 2015:61)
4. Perubahan Pada Sistem Kardiovaskular
Setelah terjadi diuresis akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali
kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali
normal pada hari ke-5. Meskipun kadarestrogen mengalami penurunan yang sangat
besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi
meningkat.Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan
penekanan pembuluh darah pada ambulasi dini.(Astutik, 2015:61)
5. Perubahan Pada Sistem Endokrin
1) Hormon plasenta
Hormon chorionic gonadotropin (hCG) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 masa nifas.
2) Hormon oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari hipotalamus posterior, untuk merangsang
kontraksi otot uterus berkontraksi dan pada payudara untuk pengeluaran air susu.
3) Hormon pituitary
Prolaktin dalam darah meningkat dengan cepat, pada wanita yang tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
4) Hipotalamik pituitay ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi
lamanya mendapatkan menstruasi. Diantara wanita laktasi sekitar 15% menstruasi
setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6
minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi
80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus
pertama anovulasi. (Astutik, 2015:62)
6. Perubahan Pada Sistem Muskuloskeletal
Pada masa nifas awal, ligamen masih dalam masa kondisi terpanjang dan
sendi-sendi masih berada pada kondisi kurang stabil.Hal ini berarti wanita berada
dalam kondisi paling rentan mengalami masalah muskuloskeletal. Ambulasi bisa
dimulai 4-8 jam nifas, dengan ambulasi dini akan membantu mencegah ovulasi dan
mempercepat proses involusi. (Astutik, 2015:63)
7. Perubahan Pada Sistem Integumen
1) Pengurangan melanin menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulit.
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan
menghilang pada saat estrogen menurun. (Astutik, 2015:63)
8. Perubahan TTV pada Masa Nifas
1) Suhu badan
Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik antara 37,2-
37,5ºC yang kemungkinan disebabkan ikutan dari aktivitas payudara.
2) Denyut nadi
Denyut nadi masa nifas umumnya lebih stabil dibandingkan suhu badan.
Pada ibu yang nervous, nadinya akan lebih cepat kira kira 110x/menit, bila disertai
peningkatan suhu tubuh bisa juga terjadi shock karena infeksi.
3) Tekanan darah
Tekanan darah <140 mmHg, dan bisa meningkat dari sebelum persalinan
sampai 1-3 hari masa nifas.
4) Respirasi
Respirasi umumnya lambat atau normal karena ibu dalam keadaan
pemulihan atau keadaan istirahat.(Astutik, 2015:64)

9. Perubahan Pada Sistem Hematologi


Pada hari pertama masa nifas, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun, tetapi darah lebih mengental dengan meningkatnya viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Penurunan volume dan peningkatan sel
darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin
pada hari ke 3-7 masa nifas dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu masa nifas.
(Astutik, 2015:65)
2.4.4 Adaptasi Psikologis Masa Nifas
Adaptasi psikologis ibu pada masa nifas berbeda antara individu satu dengan yang
lainnya. Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang dalam memasuki peran sebagai
seorang ibu, seorang wanita mengalami masa adaptasi psikologis yang terbagi dalam
fase-fase berikut:
1. Fase Taking In
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua stelah melahirkan. Ciri-ciri fase tersebut adalah:
1) Ibu nifas masih pasif dan sangat tergantung.
2) Fokus perhatian ibu adalah pada dirinya senriri.
3) Ibu nifas lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami
sehingga pengalaman selama proses persalinan diceritakan secara berulang-
ulang dan lebih suka didengarkan.
4) Kebutuhan tidur meningkat sehingga diperlukan istirahat yang cukup karena baru
saja melalui proses persalinan yang melelahkan.
5) Nafsu makan meningkat.
Jika kondisi kelelahan dibiarkan terus menerus, maka ibu nifas akan menjadi lebih
mudah tersinggung dan pasif terhadap lingkungan. (Astutik, 2015:67-68)
2. Fase Taking Hold
Fase taking hold berlangsung mulai hari ke-3 sampai ke-10 masa nifas. Adapun
ciri-cirinya adalah:
1) Ibu nifas sudah bisa menikmati peran sebagai seorang ibu.
2) Ibu nifas mulai belajar merawat bayi tetapi masih membutuhkan orang lain untuk
membantu.
3) Ibu nifas lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggung jawab
terhadap perawatan bayi.
4) Ibu nifas merasa khawatir akan ketidakmampuan serta tanggungjawab dalam
merawat bayi.
5) Perasaan ibu nifas sangat sensitif sehingga mudah tersinggung, maka diperlukan
komunikasi dan dukungan yang positif dari keluarga selain bimbingan dan
dorongan tenaga kesehatan untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.(Astutik,
2015:68)
3. Fase Letting Go
Fase ini terjadi setelah hari ke-10 masa nifas atau pada saat ibu nifas sudah
berada dirumah.Pada fase ini ibu nifas sudah bisa menikmati dan menyesuaikan diri
dengan tanggung jawab peran barunya.Selain itu keinginan untuk merawat bayi
secara mandiri serta bertanggung jawab terhadap diri dan bayinya sudah
meningkat.(Astutik, 2015:69)
2.4.5 Kebutuhan Dasar pada Masa Nifas
Pada masa nifas merupakan masa pemulihan tubuh wanita seperti keadaan
sebelum hamil sehingga diperlukan nutrisi, istirahat serta kebutuhan-kebutuhan lain agar
bisa melalui masa nifas dengan baik dan menyusui bayi selama 6 bulan.(Astutik,
2015:75)
2.4.5.1 Nutrisi dan Cairan
Nutrisi merupakan makanan yang dikonsumsi dan mengandung zat-zat gizi
tertentu untuk pertumbuhan dan menghasilkan energi. Masa nifas memerlukan
nutrisi untuk mengganti cairan yang hilang, keringat berlebihan selama proses
persalinan, mengganti sel-sel yang keluar pada proses melahirkan, menjaga
kesehatan ibu nifas atau memperbaiki kondisi fisik setelah melahirkan (pemulihan
kesehatan), membantu proses penyembuhan serta membantu produksi Air Susu
Ibu (ASI). (Astutik, 2015:75)
2.4.5.2 Mobilisasi
Pada masa nifas, ibu nifas sebaiknya melakukan ambulasi dini (early
ambulation) yakni segera bangun dari tempat tidur dan bergerak agar lebih kuat
dan lebih baik setelah beberapa jam melahirkan. Early ambulation mencegah
thrombosis vena selain itu juga melancarkan sirkulasi peredaran darah dan
pengeluaran lochea.Early ambulation tidak dianjurkan dilakukan pada ibu nifas
dengan penyulit seperti anemia, demam tinggi, penyakit jantung, penyakit paru-
paru ataupun ibu yang mengalami perdarahan. (Astutik, 2015:81)
2.4.5.3 Eliminasi
1) Miksi
Rasa nyeri kadang mengakibatkan ibu enggan untuk berkemih (miksi),
tetapi harus diusahakan untuk berkemih secara teratur.Hal ini dikarenakan
kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan gangguan kontraksi uterus
yang dapat menyebabkan perdarahan uterus.BAK yang normal pada masa
nifas adalah BAK spontan setiap 3-4 jam.(Astutik, 2015:82)
2) Defekasi
BAB normal sekitar 3-4 hari masa nifas. Setelah melahirkan, ibu nifas
sering mengeluh mengalami kesulitan untuk BAB yang disebabkan
pengosongan usus besar sebelum melahirkan serta faktor individual misalnya
nyeri pada luka perineum ataupun perasaan takut jika BAB menimbulkan
robekan jahitan perineum. (Astutik, 2015:82)
Untuk mencegah timbulnya kecemasan dalam defekasi yang berlebihan
pada ibu nifas dapat dilakukan dengan cara mengajarkan teknik relaksasi serta
memberikan informasi tentang diet, pola atau jenis makanan yang dikonsumsi
yaitu makanan yang memiliki kandungan serat tinggi, asupan cairan yang cukup
dapat membentu proses penyembuhan masa nifas. (Astutik, 2015:82)
2.4.5.4 Kebersihan diri
Ibu nifas yang harus istirahat ditempat tidur (misalnya, karena hipertensi,
pemberian infus, post SC) harus dimandikan setiap hari dengan pembersihan
daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai
BAB. Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptur atau laserasi merupakan
daerah yang harus dijaga agar tetap bersih dan kering karena rentan terjadi
infeksi.(Astutik, 2015:83)
2.4.5.5 Istirahat dan tidur
Melahirkan merupakan rangkaian peristiwa yang memerlukan tenaga,
sehingga setelah melahirkan ibu merasa lelah sehingga memerlukan istirahat yang
cukup, yaitu sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. (Astutik,
2015:84)
2.4.5.6 Seksualitas
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka
koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum. Hasrat seksual pada bulan
pertama akan berkurang baik kecepatannya maupun lamanya, selain itu orgasme
juga akan menurun. Pada masa nifas, wanita menghadapi peran baru sebagai
orangtua sehingga sering melupakan peranannya sebagai istri. Hal tersebut
disebkan oleh stress dan traumatik, adanya luka episiotomi, keletihan, dan
depresi. (Astutik, 2015:88)
2.4.5.7 Senam nifas
Senam nifas adalah sederetan gerakan tubuh yang dilakukan setelah
melahirkan untuk memulihkan dan mempertahankan tekanan otot yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan.(Astutik, 2015:90)
2.4.6 Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Kunjungan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, dengan tujuan:
1. Kunjungan 1 (6-8 jam masa nifas)
1) Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
7) Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2
jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan
stabil. (Astutik, 2015:6)
2. Kunjungan 2 (6 hari masa nifas)
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca persalinan.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali
pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat. (Astutik, 2015:6)
3. Kunjungan 3 (2 minggu masa nifas)
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pada masa nifas.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi dan bagaimana
menjaga bayi agar tetap hangat. (Astutik, 2015:7)
4. Kunjungan 4 (6 minggu masa nifas)
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Astutik, 2015:7)
2.4.7 Tanda Bahaya Masa Nifas
1. Lelah dan sulit tidur.
2. Adanya tanda dan infeksi puerperalis (demam).
3. Nyeri/panas sakit berkemih, nyeri abdomen.
4. Sembelit, haemoroid.
5. Sakit kepala terus menerus, nyeri uluhati dan edema.
6. Lochea berbau busuk.
7. Puting susu pecah.
8. Sulit menyusui.
9. Rabun senja. (Nugroho dkk, 2014:177)
2.4.8 Air Susu Ibu
2.4.8.1 Pengertian ASI Eksklusif
Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan
cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk atau tambahan makanan lain
sebelum mencapai usia 6 bulan. Pemberian ASI saja tanpa makanan pendamping
apapun sambai bayi berusia 6 bulan akan mempunyai manfaat luar biasa bagi
perkembangan dan pertumbuhan bayi disamping meningkatkan kasih saying ibu
dan bayi.(Astutik, 2015:31)
2.4.8.2 Manfaat ASI
1. Mempunyai kompisisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang dilahirkan.
2. Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi
sampai usia 6 bulan.
3. ASI mengandung antibodi yang melindungi terhadap penyakit.
4. Dengan diberikannya ASI saja minimal sampai 6 bulan menyebabkan
perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat.
5. ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan.
6. Dengan diberikan ASI maka akan memperkuat ikatan batin ibu dan bayi.
7. Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang sesuai
dengan kebutuhan bayi.
8. Mengurangi kejadian maloklusi akibat penggunaan dot yang lama. (Astutik,
2015:36)
2.4.8.3 Komposisi Gizi Dalam ASI
1. Nutrien (zat gizi) yang Sesuai untuk Bayi
1) Lemak
Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%. Walaupun kadar lemak
dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam
ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase
yang terdapat pada ASI. (Astutik, 2015:39)
Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada
permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk dimana kadar
lemak ASI rendah (1-2 gr/dl) dan lebih tinggi pada hindmilk (ASI yang
dihasilkan pada akhir menyusu, setelah 15-20 menit). Kadar lemak bisa
mencapai 3 kali dibandingkan dengan foremilk.(Astutik, 2015:40)
2) Karbohidrat
Kadar karbohidrat utama ASI adalah laktosa.Laktosa mudah diurai
menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah
ada dalam saluran pencernaan sejak lahir.(Astutik, 2015:40)
3) Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein sebesar
0,99% dan 60% diantaranya adalah whey yang mudah dicerna
dibandingkan kasein (protein utama susu sapi). (Astutik, 2015:40)
4) Garam dan Mineral
Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium,
kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat.Kadar garam dan mineral
yang rendah pada ASI diperlukan oleh bayi baru lahir, dikarenakan ginjal
bayi baru lahir belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan
baik.(Astutik, 2015:40)
5) Vitamin
ASI cukup mengandung vitamin D, E, dan K. Vitamin E terdapat
dalam kolostrum, vitamin K diperlukan sebagai katalisator dalam proses
pembekuan darah dan terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup dan
mudah diserap. (Astutik, 2015:41)

2. Zat Protektif
1) Lactobasillus Bifillus
Berfungsi untuk mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam
asetat yang menjadikan saluran pencernaan menjadi asam sehingga
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, shigela dan jamur.
2) Lactoferin
Laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman
tertentu (stafilokokus dan E.Coli). Selain itu juga menghambat
pertumbuhan jamur candida.
3) Lisozim
Adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri dan
antiinflamatori, bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk menyerang
E.Coli dan sebagian keluarga Salmonela.
4) Komplemen C3 dan C4
Mempunyai daya opsonik, anafilaktoksik, dan hemotaktik yang
bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI.
5) Faktor Antistrepkokus
Bermanfaat melindungi bakteri dari kuman tersebut.
6) Antibodi
Antibodi dapat bertahan di saluran pencernaan bayi karena tahan
terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat
lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri pathogen dan
enterovirus masuk ke dalam mukosa usus.
7) Imunitas Seluler
ASI mengandung sel-sel. Sebagian besar 90% sel tersebut berupa
makrofag yang berfungsi membunuh dan memfagosintesis
mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin.
8) Tidak menimbulkan alergi(Astutik, 2015:41-42)

2.4.9 Laktasi
2.4.9.1 Cara Menyusui yang Benar
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui dengan sabun dan air mengalir.
2. Masase payudara mulai dari korpus menuju areola sampai teraba lemas/lunak.
3. ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan areola.
4. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
1) Ibu duduk atau berbaring santai.
2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan satu didepan.
4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
5. Setelah selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian oleskan pada
puting susu dan areola, dan biarkan kering untuk menghindari puting lecet atau
pecah-pecah.
6. Sendawakan bayi dengan cara menggendong bayi tegak dengan bersandar
pada bahu ibu kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan atau bayi
ditidurkan tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggung bayi ditepuk
perlahan-lahan. (Astutik, 2015:16)
2.4.9.2 Tanda-tanda Bayi Cukup ASI
1. Tiap menyusu, bayi menyusu dengan kuat tetapi kemudian melemah dan
tertidur pulas minimal 8-12 kali dalam 24 jam (setiap menyusu bayi akan
menghisap dengan kuat dan menelan).
2. Payudara akan terasa lunak setelah menyusui dibanding sebelumnya.
3. Bayi akan BAB dan BAK dengan normal.
1) Bayi BAK paling tidak 6-8 kali sehari atau lebih (setiap kali habis menyusu)
dan warna urin kekuningan.
2) Bayi akan BAB paling tidak 2-5 kali sehari (bayi berusia kurang dari 6
minggu). Dengan bertambahnya usia (lebih dari 6 minggu) frekuensi BAB
nya semakin jarang.
4. Bayi mempunyai BB dan TB yang ideal.
1) Selama minggu pertama kehidupan bayi akan kehilangan 10% dari berat
waktu lahir (yaitu 280-336 gram pada bayi yang lahir cukup bulan).
2) Pada akhir minggu kedua BB bayi harus kembali ke BB sewaktu lahir. Jika
asupan ASI cukup bayi akan mengalami kenaikan BB 20 gram sehari
selama 3 bulan pertama.
5. Daya tahan tubuh bayi akan meningkat.
6. Perkembangan motorik yang baik. (Astutik, 2015:20-22)
2.4.9.3 Perawatan Payudara
Tujuan Perawatan Payudara:
1. Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
dehingga memperlancar pengeluaran ASI.
2. Menjaga agar payudara senantiasa bersih dan terawat karena saat menyusui
payudara ibu akan kontak langsung dengan mulut bayi.
3. Menghindari puting susu yang sakit dan infeksi payudara.
4. Menjaga keindahan bentuk payudara. (Astutik, 2015:22)
Waktu Perawatan Payudara:
Perawatan payudara pada masa nifas hendaknya dimulai sedini mungkin
yaitu 1-2 hari setelah bayi lahir dan dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi. (Astutik,
2015:22)
Langkah-langkah Perawatan Payudara:
1. Cuci tangan dibawah air mengalir dengan sabun.
2. Kompres puting susu dengan kapas yang telah dibasahi minyak/baby oil ± 2
menit.
3. Oleskan minyak kelapa/baby oil ke payudara atau kedua telapak tangan.
Letakkan telapak tangan diantara kedua payudara, kemudian telapak tangan
ditarik ke atas melingkari payudara sambil menyangga payudara lalu tangan
dilepaskan dengan gerakan cepat. Lakukan gerakan ini ± 20 kali dengan tujuan
untuk menjaga kekencangan payudara.
4. Sangga payudara kanan dengan tangan kanan kemudian urut payudara dari
pangkal payudara ke arah puting memakai genggaman tangan menyeluruh
atau ruas-ruas jari. Lakukan gerakan ini ± 20 kali.
5. Sangga payudara kanan dengan tangan kanan kemudian sisi ulnar tangan kiri
mengurut payudara kearah puting susu. Lakukan gerakan ini ± 20 kali.
6. Menyiram payudara dengan air hangat dan air dingin bergantian dan berulang-
ulang lalu dikeringkan dengan handuk.
7. Menggunakan bra yang menyangga dan ukuran yang sesuai dengan
pertumbuhan payudara. (Astutik, 2015:23-26)
2.4.10 Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin merupakan pijat disepanjang tulang belakang (vertebre) sampai tulang
costae kelima atau keenam. Pijat ini berfungsi untuk meningkatkan oksitosin yang
dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun keluar dengan sendirinya dan salah satu
terapi yang efektif untuk mengurangi ketidaknyamanan fisik serta memperbaiki mood.
Melalui pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla
oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin.
Oksitosin menyebabkan otot-otot halus disekitar kelenjar payudara mengkerut
sehingga ASI keluar. Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan dan
menghilangkan stres. Pijat oksitosin efektif dilakukan 2 kali sehari pada hari pertama
dan kedua post partum, karena pada kedua hari tersebut ASI belum terproduksi cukup
banyak (Yulizar 2021)
Melalui pijatan atau rangsangan pada daerah punggung, neurotransmitter akan
merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di
hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan payudara
mengeluarkan ASI. Pijatan di daerah punggung belakang juga berfungsi untuk
merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan dan membantu pengeluaran
ASI dibantu dengan hisapanbayi pada puting susu pada saat segera setelah bayi lahir
dengan keadaan bayi normal merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress.
Kolostrum yang menetes atau keluar merupakan tanda aktifnya reflex oksitosin
(Sulaeman, 2019).
Langkah-langkah dalam melakukan pijat oksitosin adalah sebagai berikut: (Kemenkes,
2017)
1. Ibu melepaskan baju bagian atas
2. Ibu miring ke kanan atau ke kiri dan memeluk bantal
3. Petugas kesehatan memasang handuk pada ibu
4. Petugaskesehatan melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
5. Kemudian melakukan pernijatan sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan
6. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan
melingkar kecil- kecil dengan kedua ibujarinya
7. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah, dari
leher ke arah tu;ang belikat, selama 3 – 5 menit
8. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
9. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian.
2.4.11 Jurnal Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Dengan Komplementer
1. Pijat Oksitosin
a) Dalam jurnal “Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas
di BPM Lia Maria Kecamatan Sukarame Bandar Lampung tahun 2018”. Oleh
Asih, dari penelitian tersebut didapatkan bahwa ada pengaruh signifikan
antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum
b) Dalam jurnal “Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Post
Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Kota Mataram tahun 2017”. Oleh
Pilaria dari penelitian tersebut didapatkan bahwa ada pengaruh signifikan
antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum
c) Dalam jurnal yang berjudul “Efektivitas Pijat Oksitosin Pada Pengeluaran ASI
Ibu Postpartum Di Puskesmas Alianyang Kota Pontianak” oleh Fitriani dkk
(2022) didapatkan hasil terdapat perbedaan jumlah pengeluaran ASI pada ibu
nifas sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa pijat oksitosin dan
endorphin di wilayah kerja Puskesmas Alianyang Kota Pontianak.
d) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pijat Oksitosin Dan Pijat Endorphin
Terhadap Kelancaran Produksi ASI” oleh Wulandari dkk (2016) didapatkan
hasilintervensi pijat oksitosin dan pijat endorphin sama-sama berpengaruh
untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI.

2.5 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana


2.5.1 Definisi Keluarga Berencana
Menurut WHO, Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk:
1) Mendapatkan objektif-objektif tertentu.
2) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
3) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
4) Mengatur interval diantara kehamilan.
5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.
6) Menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hartanto, 2013:27)
Secara garis besar definisi ini mencakup beberapa komponen dalam pelayanan
kependudukan/KB yang dapat diberikan sebagai berikut:
1) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
2) Konseling.
3) Pelayanan kontrasepsi.
4) Pelayanan infertilitas.
5) Pendidikan seks (sex education).
6) Konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan.
7) Konsultasi genetik.
8) Test keganasan.
9) Adopsi. (Hartanto, 2013:27)
2.5.2 Memilih Metode Kontrasepsi
2.5.2.1 Syarat-syarat Metode Kontrasepsi yang Baik
1. Aman/tidak berbahaya.
2. Dapat diandalkan.
3. Sederhana, sedapat-dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang dokter.
4. Murah.
5. Dapat diterima oleh orang banyak.
6. Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi). (Hartanto, 2013:36)
2.5.2.2 Faktor-faktor dalam Memilih Metode Kontrasepsi
1. Faktor Pasangan
1) Umur.
2) Gaya hidup.
3) Frekuensi senggama.
4) Jumlah keluarga yang diinginkan.
5) Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu. (Hartanto, 2013:36)
2. Faktor Kesehatan
1) Status kesehatan.
2) Riwayat haid.
3) Riwayat keluarga.
4) Pemeriksaan fisik.
5) Pemeriksaan panggul. (Hartanto, 2013:36)
3. Faktor Metode Kontrasepsi
1) Efektivitas.
2) Efek samping minor.
3) Kerugian.
4) Komplikasi-komplikasi yang potensial.
5) Biaya. (Hartanto, 2013:37)
2.5.3 Macam-macam Metode Kontrasepsi
2.5.3.1 Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,artinya hanya diberikan ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun. (Affandi dkk, 2014:MK-2)
Keuntungan Kontrasepsi:
1) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan).
2) Tidak mengganggu senggama.
3) Tidak ada efek samping secara sistemik.
4) Tidak perlu pengawasan medis. (Affandi dkk, 2014:MK-2)
Keuntungan Non Kontrasepsi:
1) Untuk Ibu
a) Mengurangi perdarahan pasca persalinan.
b) Mengurangi resikoanemia.
c) Meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi. (Affandi dkk, 2014:MK-2)
2) Untuk Bayi
1) Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat
ASI).
2) Sumber asupan gizi yang terbaikdan sempurna untuk tumbuh kembang bayi
yang optimal.
3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dan air, susu lain atau
formula atau alat minum yang dipakai. (Affandi dkk, 2014:MK-2)
Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL:
1) Sudah mendapat haid setelah bersalin.
2) Tidak menyusui secara eksklusif.
3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam. (Affandi dkk, 2014:MK-3)
2.5.3.2 Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
1. Metode Kalender
Dasar:
Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan
terakhir. (Hartanto, 2013:47)
Teknik Metode Kalender:
1) Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal dari
masa suburnya.
2) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan akhir dari
masa suburnya. (Hartanto, 2013:47)
2. Metode Suhu Basal
Dasar:
Peninggian suhu badan basal 0,2-0,5ºC pada waktu ovulasi. Peninggian
suhu badan basal mulai 1-2 hari setelah ovulasi, dan disebabkan oleh peinggian
kadar hormoneprogesterone. (Hartanto, 2013:48)
Teknik Metode Suhu Basal:
1) Umumnya digunakan termometer khusus dengan kalibrasi yang diperbesar
(basal termometer), meskipun termometer biasa dapat juga dipakai.
2) Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur
nyenyak sedikitnya 3-5 jam serta masih dalam keadaan istirahat mutlak.
(Hartanto, 2013:48)
3. Metode Lendir Serviks
Dasar:
Perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan
kadarestrogen. (Hartanto, 2013:50)
Teknik Lendir Serviks:
Abstinens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid
dan berlanjut sampai dengan hari ke-empat setelah gejala puncak (peak
symptom). (Hartanto, 2013:52)
2.5.3.3 Senggama Terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi.(Affandi dkk, 2014:MK-15)
Cara kerja dari senggama terputus ini adalah alat kelamin (penis)
dikeluarkan sebelum ejakulasisehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan
tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat
dicegah.(Affandi dkk, 2014:MK-15)
Manfaat:
1. Kontrasepsi
1) Efektif bila dilaksanakan dengan benar.
2) Tidak mengganggu produksi ASI.
3) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
4) Tidak ada efek samping.
5) Dapat digunakan setiap waktu.
6) Tidak membutuhkan biaya. (Affandi dkk, 2014:MK-15)
2. Non Kontrasepsi
1) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga.
2) Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang
sangat dalam. (Affandi dkk, 2014:MK-15)
Keterbatasan:
1) Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-27
kehamilan per 100 perempuan/tahun).
2) Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi
masih melekat pada penis.
3) Memutuskan kenikmatan dalam berhubungan seksual. (Affandi dkk, 2014:MK-
16)
2.5.3.4 Metode Barier
1. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.(Affandi
dkk, 2014:MK-17)
Cara kerja:
1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan
cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan.
2) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS)
dari satu pasangan ke pasangan lain (khusus kondom yang terbuat dari
lateks dan vinil). (Affandi dkk, 2014:MK-18)
Manfaat:
1) Kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar.
b) Tidak mengganggu produksi ASI.
c) Tidak mengganggu kesehatan klien.
d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
e) Murah dan dapat dibeli secara umum.
f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
g) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya perlu
ditunda.
2) Non Kontrasepsi
a) Memberi dukungan pada suami untuk ikut ber-KB.
b) Dapat mencegah penularan IMS.
c) Mencegah ejakulasi dini.
d) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks.
e) Saling berinteraksi sesama pasangan.
f) Mencegah imuno infertilitas. (Affandi dkk, 2014:MK-18)

Keterbatasan:
1) Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
3) Mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).
4) Pada beberapa klien dapat menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan
ereksi.
5) Harus selalu bersedia setiap kali berhubungan seksual.
6) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum.
7) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal
limbah. (Affandi dkk, 2014:MK-19)
Cara penggunaan:
1) Gunakan kondom setiap kali akan melakukan hubungan seksual.
2) Agar efek kontrasepsinya lebih efektif, tambahkan spermisida ke dalam
kondom.
3) Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau
benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
4) Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada
glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra.
Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut
kearah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi
penis ke vagina.
5) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian
ujungnya, maka saat memakai longgarkan sedikit bagian ujungnya agar
tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6) Kondom dilepas sebelum penis melembek.
7) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga
kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom diluar
vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina.
8) Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
9) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.
10) Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan
ditempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi
rusak atau robek saat digunakan.
11) Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak
rapuh atau kusut. (Affandi dkk, 2014:MK-19-20)
2. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks.(Affandi dkk, 2014:MK-21)
Cara kerja diafragma adalah menahan sperma agar tidak mendapatkan
akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi)
dan sebagai alat tempat spermisida.(Affandi dkk, 2014:MK-21)
Manfaat:
1) Kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar.
b) Tidak mengganggu produksi ASI.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6
jam sebelumnya.
d) Tidak mengganggu kesehatan klien.
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
2) Non Kontrasepsi
a) Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila
digunakan dengan spermisida.
b) Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi. (Affandi
dkk, 2014:MK-21-22)

Keterbatasan:
1) Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-
16 kehamilan per 100 perempuan/tahun pertama.
2) Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti
cara penggunaan.
3) Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap
berhubungan seksual.
4) Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk
memastikan ketepatan pemasangan.
5) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran kemih.
6) Pada 6 jam pasca berhubungan seksual, alat masih harus berada di
posisinya. (Affandi dkk, 2014:MK-22)
Cara Penggunaan:
1) Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual.
2) Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
3) Pastikan difragma tidak berlubang.
4) Oleskan sedikit spermisida krim atau jeli pada kapdiafragma.
5) Posisi saat pemasangan diafragma.
6) Lebarkan kedua bibir vagina.
7) Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian
depan pinggiran ke atas dibalik tulang pubis.
8) Masukkan jari kedalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan
karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
9) Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual.
Jika hubungan seksual berlangsung diatas 6 jam setelah pemasangan,
tambahkan spermisida ke dalam vagina. Diafragma berada di dalam vagina
paling tidak 6 jam setelah terlaksananya hubungan seksual. Jangan
tinggalkan diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat
(tidak dianjurkan mencuci vagina setiap waktu, pencucian vagina bisa
dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan seksual).
10) Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk
dan tengah.
11) Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali ke
tempatnya. (Affandi dkk, 2014:MK-23-24)
3. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma.Dikemas dalam bentuk aerosol (busa),
tablet vagina,suppositoria atau dissolvable film, dan krim.(Affandi, 2014:MK-24)
Cara kerja spermisida adalah menyebabkan sel membransperma
terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan
pembuahan sel telur. (Affandi, 2014:MK-24)
Manfaat:
1) Kontrasepsi
a) Efektif seketika (busa dan krim).
b) Tidak mengganggu produksi ASI.
c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
d) Tidak mengganggu kesehatan klien.
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
f) Mudah digunakan.
g) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
h) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus.
2) Non Kontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS. (Affandi, 2014:MK-25)
Keterbatasan:
1) Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per tahun
pertama).
2) Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara
penggunaan.
3) Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai
setiap melakukan hubungan seksual.
4) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum
melakukan hubungan seksual.
5) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam. (Affandi, 2014:MK-25)
Cara penggunaan:
1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator
(busa atau krim) dan insersi spermisida.
2) Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas
hubungan seksual.
3) Jarak tunggu sesudah memasuk kan tablet vagina atau suppositoria adalah
10-15 menit.
4) Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa.
5) Penting untuk mengikuti anjuran dari tentang cara penggunaan dan
penyimpanan dari setiap produk.
6) Spermisida ditempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks terlindungi
dengan baik. (Affandi, 2014:MK-26-27)
2.5.3.5 Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen dan Progesteron)
1. Pil Kombinasi
Jenis pil kombinasi:
1) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen-progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
2) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen-progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
3) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen-progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif. (Affandi, 2014:MK-31)
Cara kerja pil kombinasi adalah menekan ovulasi, mencegah implantasi,
lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergerakan tuba
terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu
pula.(Affandi, 2014:MK-31)
Manfaat:
1) Memiliki efektivitas yang tinggi bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per
100 perempuan per tahun pertama penggunaan).
2) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3) Tidak mengganggu hubungan seksual.
4) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah
anemia), tidak terjadi nyeri haid.
5) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
6) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
7) Mudah dihentikan setiap saat.
8) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
9) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
10) Membantu mencegah:
a) Kehamilan ektopik.
b) Kanker ovarium.
c) Kanker endometrium.
d) Kista ovarium.
e) Penyakit radang panggul.
f) Kelainan jinak pada payudara.
g) Dismenore.
h) Akne. (Affandi, 2014:MK-32-33)
Keterbatasan:
1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
2) Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
3) Perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama.
4) Pusing.
5) Nyeri payudara.
6) Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat
badan justru memiliki dampak positif.
7) Berhenti haid (amenore), jarang pada pil kombinasi.
8) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui.
9) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan
perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan hubungan
seks berkurang.
10) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga risiko
stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
11) Tidak mencegah IMS, HBV, HIV/AIDS. (Affandi, 2014:MK-32)
2. Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron
Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali
(Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali. (Affandi, 2014:MK-36)
Cara kerja suntikan kombinasi adalah dengan menekan ovulasi,
membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasisperma terganggu,
perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu, dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Affandi, 2014:MK-36)
Efektivitas:
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama penggunaan.
Keuntungan Kontrasepsi:
1) Risiko terhadap kesehatan kecil.
2) Tidak berpengaruh pada hubungan seksual.
3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
4) Jangka panjang.
5) Efek samping sangat kecil.
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. (Affandi, 2014:MK-36)
Keuntungan Non kontrasepsi:
1) Mengurangi jumlah perdarahan.
2) Mengurangi nyeri saat haid.
3) Mencegah anemia.
4) Pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium.
5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
6) Mencegah kehamilan ektopik.
7) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan perimenopause.
(Affandi, 2014:MK-37)
Kerugian:
1) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak, atau
perdarahan sela sampai 10 hari.
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan.
3) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat
epilepsi atau obat tuberkulosis.
4) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke,
bekuan pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
5) Perubahan berat badan.
6) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, HBV, HIV/AIDS.
7) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian. (Affandi, 2014:MK-37)
2.5.3.6 Kontrasepsi Progestin
1. Kontrasepsi Suntikan Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu:
1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (di
daerah bokong).
2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler. (Affandi, 2014:MK-43)
Cara Kerja:
1) Menvegah ovulasi.
2) Menghentikan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Affandi, 2014:MK-43)
Efektivitas:
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan
0,3 kehamilan per 100 perempuan/tahun, asal penyuntikannya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. (Affandi, 2014:MK-44)
Keuntungan:
1) Sangat efektif.
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6) Sedikit efek samping.
7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell). (Affandi, 2014:MK-44)
Keterbatasan:
1) Sering ditemukan gangguan haid seperti:
2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan).
3) Tidak dapat berhenti sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas).
10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat. (Affandi, 2014:MK-44)
Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin:
1) Usia reproduksi.
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
tinggi.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5) Telah banyak anak tapi belum menghendaki tubektomi.
6) Perokok.
7) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah.
8) Menggunakan obat untuk epilepsi.
9) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
11) Anemia defisiensi besi.
12) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi. (Affandi, 2014:MK-45)
2. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
Jenis Minipil:
1) Kemasan dengan isi 35 pil: 300 μg levonorgestrel, atau 350 μg noretindron.
2) Kemasan dengan isi 28 pil: 75 μgdesogestrel.
Cara kerja minipil adalah menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium, dan endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit.(Affandi, 2014:MK-50)
3. Kontrasepsi Implant
Cara kerja implant adalah dengan mencegah ovulasi, merubah lendir
serviks menjadi kental dan sedikit sehingga menghambat pergerakan
spermatozoa, dan menghambat perkembangan siklus dari endometrium.
(Hartanto, 2013:183)
Kontraindikasi Implant:
1) Kehamilan/diduga hamil.
2) Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya.
3) Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli.
4) Penyakit hati akut.
5) Tumor hati jinak atau ganas.
6) Karsinoma payudara/tersangka karsinoma payudara,
7) Tumor/neoplasma ginekologik.
8) Penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus. (Hartanto, 2013:180-182)
Efek Samping Implant:
1. Perubahan pola haid yang terjadi pada kira-kira 60% akseptor dalam tahun
pertama setelah insersi.
2. Yang paling sering terjadi adalah:
1) Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus.
2) Perdarahan-bercak (spotting).
3) Berkurangnya panjang siklus haid.
4) Amenore, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama
atau perdarahan bercak.
3. Umunya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang
membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih dari
biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
4. Pada sebagian akseptor perdarahan ireguler akan berkurang dengan
berjalannya waktu.
5. Perdarahan yang hebat jarang terjadi. (Hartanto, 2013:183)
2.5.3.7 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Jenis:
1. AKDR CuT-308A.
2. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering). (Affandi,
2014:MK-80)
Cara kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) Mencegah sperma dan ovum bertemu. (Affandi, 2014:MK-80-81)
Keuntungan:
1) Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi.
2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-308A dan tidak perlu
diganti).
4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7) Tidak ada efek samping hormonal Cu AKDR (CuT-308A).
8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
10) Dapat digunakan sampai menopause (satu tahun lebih setelah haid terakhir).
11) Tidak ada interaksi dengan obat.
12) Membantu mencegah kehamilan ektopik. (Affandi, 2014:MK-81)
Kerugian:
1) Efek samping yang umum terjadi:
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
b) Haid lebih lama dan banyak.
c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
d) Saat haid lebih sakit.
2) Komplikasi lain:
a) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.
b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar).
3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
berganti pasangan.
5) Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
6) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
8) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan
terlatih yang harus melepaskan AKDR.
9) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera sesudah melahirkan).
10) Tidak mencegah kehamilan ektopik.
11) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina,
sebagian perempuan tidak mau melakukan ini. (Affandi, 2014:MK-81-82)
2.5.3.8 Kontrasepsi Mantap
1. Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang ingin
menghentikan kehamilan.(Affandi, 2014:MK-89)
Mekanisme kerja tubektomi adalah dengan mengoklusi tuba falopi
(mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum. (Affandi, 2014:MK-91)
Manfaat:
1) Kontrasepsi:
a) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
c) Tidak bergantung pada faktor senggama.
d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang
serius.
e) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal.
f) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormon ovarium). (Affandi, 2014:MK-91-92)
2) Non Kontrasepsi
a) Berkurangnya risiko kanker ovarium. (Affandi, 2014:MK-92)

Keterbatasan:
1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.
2) Klien dapat menyesal dikemudian hari.
3) Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi umum).
4) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi
atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).
6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS. (Affandi,
2014:MK-92)
Yang Dapat Menjalani Tubektomi:
1) Usia > 26 tahun.
2) Paritas > 2.
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai kehendaknya.
4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
5) Pasca persalinan.
6) Pasca keguguran.
7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini. (Affandi, 2014:MK-
92)
2. Vasektomi
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode
kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat
efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi
umum. (Hartanto, 2013:307)
Dasar dari Kontap Pria:
Oklusi vas deferens sehingga menghambat perjalanan spermatozoa
dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen (tidak ada penghantar
spermatozoa dari testis ke penis). (Hartanto, 2013:308)
Keuntungan dari Kontap Pria:
1) Efektif.
2) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
3) Sederhana.
4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja.
6) Biaya rendah.
7) Secara kultural, sangat dianjurkan dinegara-negara dimana wanita merasa
malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita
dan paramedis wanita. (Hartanto, 2013:308)
Kerugian dari Kontap Pria:
1) Diperlukan suatu tindakan operatif.
2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
3) Kontap pria belum memiliki perlindungan total sampai semua spermatozoa,
yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas
deferens dikeluarkan.
4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem
reproduksi pria. (Hartanto, 2013:308)

Anda mungkin juga menyukai