TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Dengan Komplementer Beserta
Jurnal
Kehamilan merupakan proses fisiologis bagi wanita yang dimulai dengan proses
fertilisasi kemudian janin berkembang di dalam uterus dan berakhir dengan kelahiran.
(Widatiningsih, 2017:1)
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9
hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu, minggu ke-28 hingga ke-40.
dimana ovum dan sperma bertemu (fertilisasi) kemudian mengalami proses implantasi.
2.1.8.10 Travelling
Jika kehamilan berkembang secara normal, maka wanita hamil dapat
melakukan perjalanan sebagaimana yang diinginkan, perlu diingat:
1) Perlunya berjalan secara periodik (setiap 2 jam) untuk mendorong sirkulasi dan
menghindari statis vena yang menyebabkan tromboplebitis dan kaki bengkak.
2) Bepergian dengan pesawat udara boleh, tidak ada bahaya hipoksia selama
tekanan oksigen cukup dalam pesawat udara.
3) Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari
karena dapat menyebabkan pingsan. (Widatiningsih, 2017:130)
2.1.8.11 Persiapan Laktasi
Perawatan payudara sebelum melahirkan bertujuan untuk memelihara
hygiene payudara, melenturkan atau menguatkan puting susu dan mengeluarkan
puting susu yang datar atau masuk ke dalam, dan mempersiapkan produksi ASI.
(Widatiningsih, 2017:131)
2.1.8.12 Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi
1. Membuat rencana persalinan:
1) Tempat persalinan
2) Memilih tenaga kesehatan terlatih
3) Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut
4) Bagaimana ransportasi ke tempat bersalin
5) Siapa yang menemani saat persalinan
6) Berapa biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mendapatkannya
7) Siapa yang akan menjaga keluarga jika ibu tidak ada dirumah
2. Membuat rencana pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan saat
mengambil keputusan pertama tidak ada.
3. Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan.
4. Membuat rencana atau pola menabung.
5. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk pertolongan persalinan.
(Widatiningsih, 2017:133-134)
2.1.9 Tanda-tanda Bahaya pada Ibu Hamil
1. Perdarahan dari Vagina
Pada awal kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah yang berwarna
merah, perdarahan yang banyak, atau disertai rasa nyeri.Perdarahan ini
kemungkinan karena abortus, kehamilan mola, ataupun kehamilan ektopik
terganggu.(Widatiningsih, 2017:151)
Pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal adalah berwarna merah
tua, disertai rasa nyeri, dan ada penyebabnya (misal:trauma) umunya karena
solusio/abruption plasenta. Sedangkan perdarahan berwarna merah segar tanpa
disertai rasa nyeri, biasanya karena plasenta previa.(Widatiningsih, 2017:151)
2. Sakit Kepala yang Hebat
Sakit kepala biasa terjadi pada usia kehamilan >26 minggu dan seringkali hal
ini merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan selama sakit kepala
tersebut hilang dengan rileksasi. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang
serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat.Kadang kadang sakit kepala hebat tersebut disertai dengan penglihatan
kabur/berbayang.Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah salah satu gejala
pre eklampsia.(Widatiningsih, 2017:151)
3. Masalah Penglihatan
Karena pengaruh hormonal ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Perubahan ringan adalah normal, masalah visual yang mengindikasikan
keadaan mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya
pandangan kabur/berbayang.Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan
sakit kepala yang hebat dan mungkin suatu tanda pre eklampsia.(Widatiningsih,
2017:152)
4. Bengkak pada Muka atau Tangan
Hampir seluruh dari ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki
yang biasanya muncul pada sore hari/setelah beraktivitas dan biasanya akan hilang
setelah beristirahatatau meninggikan kaki.
Bengkak bisa menujukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan
tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.
Hal ini dapat menjadi pertanda anemia, gagal jantung atau pre
eklampsia.(Widatiningsih, 2017:152)
5. NyeriAbdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah berisitirahat.
Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang panggul,
kehamilan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang iritabel,
abruption plasenta, infeksi saluran kemih, atau infeksi lain.(Widatiningsih, 2017:153)
6. Janin Kurang Bergerak Seperti Biasa(Widatiningsih, 2017:153)
2.1.10 Asuhan Antenatal Care
2.1.10.1 Pengertian Asuhan Antenatal Care
Asuhan Antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.(Prawirohardjo, 2014:278)
Menurut Mufdillah (2009) asuhan Antenatal care adalah suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil,
untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman
dan memuaskan. (Walyani, 2015:78)
2.1.10.2 Tujuan Asuhan Antenatal Care
Tujuan utama Antenatal Care adalah menurunkan atau mencegah kesakitan
dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah:
1. Memonitoring kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi yang normal.
2. Deteksi dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang
diperlukan.
3. Membina hubungan saling percaya ibu-bidan dalam rangka mempersiapkan ibu
dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi persalinan
serta kemungkinan adanya komplikasi.
4. Menyiapkan ibu untuk menyusui, nifas dengan baik.
5. Menyiapkan ibu agar dapat membesarkan anaknya dengan baik secara fisik,
psikis dan sosial. (Widatiningsih, 2017:32)
2.1.10.3 Jadwal Pemeriksaan Antenatal
Jadwal kunjungan sesuai dengan perkembangan kehamilan menurut
standar WHO bahwa dalam kehamilan minimal kunjungan ANC adalah 4 kali
selama kehamilan dengan penjelasan sebagai berikut:
Kunjungan I : dilakukan sebelum minggu ke-14 (pada TM I)
Kunjungan II : dilakukan sebelum minggu ke-28 (pada TM II)
Kunjungan III : dilakukan antara minggu 28-36 (pada TM III)
Kunjungan IV : dilakukan setelah minggu ke-36 (pada TM III)
Jika ibu menginginkan kunjungan ANC yang sering maka dapat disarankan
10-12 kali selama hamil yaitu sekali pada TM I, tiap 4 minggu pada TM II hingga
28 minggu, kemudian tiap 2 minggu hingga usia 36 minggu, dan seminggu sekali
mulai 37 minggu hingga melahirkan. (Widatiningsih, 2017:188)
2.1.10.4 Pelayanan Asuhan Standar Antenatal
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan
janin.Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan
atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk
menapis adanya faktor pada ibu hamil.Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145
cm meningkatkan risiko untuk terjadinya Cephallo Pelvic
Disproportion.(Widatiningsih, 2017:229)
2. Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90
mmHg) pada kehamilan dan pre eklampsia (hipertensi disertai edema wajah
dan atau tungkai bawah dan atau proteinuria).(Widatiningsih, 2017:230)
3. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis
(KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dimana ukuran LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK akan dapat melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). (Widatiningsih,
2017:230)
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.(Widatiningsih,
2017:230)
Tabel 2.2
Tinggu Fundus Uteri
No. Tinggi Fundus Uteri Umur kehamilan dalam
(cm) minggu
1 12 cm 12
2 16 cm 16
3 20 cm 20
4 24 cm 24
5 28 cm 28
6 32 cm 32
7 36 cm 36
8 40 cm 40
Sumber: Walyani, 2015:80
5. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan letak janin. Jika pada trimester II bagian bawah janin bukan
kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,
panggul sempit atau ada masalah lain. (Widatiningsih, 2017:230)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal.DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat
lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.(Widatiningsih,
2017:231)
6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Berikan Imunisasi Tetanus (TT) Bila
Diperlukan
Untuk mencegah terjadinya Tetanus Neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT.Pada saat kontak pertama ibu hamil di skrining status
imunisasi tetanusnya.Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan
dengan status imunisasi tetanus ibu saat ini.Ibu hamil minimal memiliki status
imunisasi T2 agar dapat perlindungan terhadap infeksi tetanus.Ibu hamil
dengan status imunisasi T5 (long life) tidak perlu diberikan imunisasi TT
lagi.(Widatiningsih, 2017:231)
Tabel 2.3
Imunisasi Tetanus Toxoid
Imunisasi Interval Lama Perlindungan
Perlindungan
TT 1 Pada - -
kunjungan
Pertama ANC
TT 2 4 minggu 3 tahun 80%
setelah TT 1
TT 3 6 bulan 5 tahun 95%
setelah TT 2
TT 4 1 tahun 10 tahun 99%
setelah TT 3
TT 5 1 tahun 25 tahun/seumur 99%
setelah TT 4 hidup
Sumber: Widatiningsih, 2017:99
7. Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)
Untuk mencegah anemiagizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi dan asam folat) minimal 90 tablet sejak
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.(Widatiningsih, 2017:231)
8. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang
harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah
dan pemeriksaan spesifik endemik/epidemi (malaria, HIV dan lain-lain).
Sementara pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada
ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan laboratorium tersebut meliputi:
1) Pemeriksaan Golongan Darah (Widatiningsih, 2017:231)
2) Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Darah (Hb)
Pemeriksaan kadarhemoglobin ibu hamil dilakukanminimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. (Widatiningsih,
2017:232)
3) Pemeriksaan Protein dalam Urine
Pemeriksaanprotein dalam urine pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi.Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil yang merupakan salah satu
indikator terjadinya pre eklampsia.(Widatiningsih, 2017:232)
4) Pemeriksaan Kadar Gula
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes mellitus harus dilakukan
pemeriksaan gula selama kehamilannya minimal sekali pada tiap
trimester.(Widatiningsih, 2017:232)
5) Pemeriksaan Darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan
darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama.(Widatiningsih,
2017:232)
6) Pemeriksaan TesSifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan dengan daerah dengan resiko tinggi
dan ibu hamil yang diduga menderita sifilis.(Widatiningsih, 2017:232)
7) Pemeriksaan HIV
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua
ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan.(Widatiningsih,
2017:232)
Di daerah epidemiHIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga
kesehatan diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif
pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal
atau menjelang persalinan.(Widatiningsih, 2017:233)
Teknik penawaran ini disebut Provider Initiated Testing and
Counseling (PITC) atau tes HIV atas inisiatif Pemberi Pelayanan
Kesehatan dan Konseling (TIPK).(Widatiningsih, 2017:233)
8) Pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam)
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
tuberculosis sebagai pencegahan agar infeksi tuberculosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin.(Widatiningsih, 2017:233)
9. Tatalaksana/Penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standardan kewenangan tenaga kesehatan.(Widatiningsih,
2017:233)
10. Temu Wicara (Konseling) (Widatiningsih, 2017:233)
Konseling Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk
menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya
dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang
dihadapinya. (Walyani, 2015).
2.1.11 Pemeriksaan Fisik pada Ibu Hamil
Menurut Mufdillah (2009) Teknis pemberian pelayanan antenataldapat diuraikan
sebagai berikut:(Walyani, 2015:84)
1. Kunjungan awal/pertama
1) Anamnesa
2) Identitas
Nama, umur, pekerjaan, agama, dan alamat.
3) Keluhan utama
Sadar/tidak akan memungkinkan hamil, apakah semata-mata ingin periksa
hamil, atau ada keluhan/masalah lain yang dirasakan.(Walyani, 2015:84-85)
4) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang meliputi HPHT apakah normal, gerak janin
(kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan yang terjadi), masalah atau
tanda-tanda bahaya, keluhan-keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obat-
obatan (termasuk jamu-jamuan), kekhawatiran-kekhawatiran lain yang dirasakan
oleh ibu.(Walyani, 2015:85)
5) Riwayat kebidanan yang lalu
Riwayat kebidanan lalu meliputi jumlah anak, anak yang lahir hidup,
persalinan aterm, persalinan prematur, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (forceps, vakum, atau operasi seksio sesaria),
riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan, atau nifas sebelumnya,
kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat badan bayi < 2.500 gram atau
>4.000 gram, dan masalah-masalah lain yang dialami ibu.(Walyani, 2015:85)
6) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang didapat dahulu dan
sekarang seperti masalah-masalah cardiovaskuler, hipertensi, diabetes, malaria,
PMS, atau HIV/AIDS, dan lain-lain.(Walyani, 2015:85)
7) Riwayat sosial dan ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan,
kebiasaan hidup sehat, merokok dan minum-minuman keras, mengkonsumsi
obat terlarang, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat dan petugas
kesehatan yang diinginkan untuk membantu persalinan.(Walyani, 2015:85)
2. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum dan kesadaran perilaku
Compos mentis (kesadaran baik), gangguan kesadaran (apatis, somnolen,
spoor, koma).(Walyani, 2015:85)
2) Tekanan darah
Tekanan darah yang normal adalah 110/80 mmHg sampai 140/90 mmHg,
hati-hati adanya hipertensi/preeklamsi.(Walyani, 2015:86)
3) Nadi
Nadi normal adalah 60-100 kali per menit.Bila abnormal mungkin ada
kelainan paru-paru atau jantung.(Walyani, 2015:86)
4) Suhu badan
Suhu badan normal adalah 36,5-37,5ºC. bila suhu lebih tinggi dari 37,5ºC
kemungkinan ada infeksi.(Walyani, 2015:86)
5) Tinggi badan
Diukur dalam cm, tanpa sepatu.Tinggi badan kurang dari 145 cm ada
kemungkinan terjadi Cepalo Pelvic Disproposion(CPD).(Walyani, 2015:86)
6) Berat badan
Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang, perlu mendapatkan
perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan
berat badan tidak boleh lebih dari 0,5 kg per minggu. (Walyani, 2015:86)
3. Pemeriksaan kebidanan
1) Pemeriksaan luar
a. Inspeksi
a) Muka
Periksa palpebral, konjungtiva dan sklera.Periksa palpebral untuk
memperkirakan gejala oedema umum.Periksa konjungtiva dan sklera untuk
memperkirakan adanya anemia dan ikterus.(Walyani, 2015:86)
b) Mulut/gigi
Periksa adanya karies, tonsillitis atau faringitis karena merupakan
sumber infeksi. (Walyani, 2015:86)
c) Jantung
Inspeksi bila tampak sesak, kemungkinan ada kelainan jantung yang
dapat meningkatkan terjadinya resiko yang lebih tinggi baik bagi ibu
maupun bayinya.(Walyani, 2015:86)
d) Payudara
Inspeksi bentuk payudara, bejolan, pigmentasi puting susu. Palpasi
adanya benjolan (tumor mamae) dan kolostrum.(Walyani, 2015:87)
e) Abdomen
Inspeksi pembesaran perut (bila pembesaran perut itu berlebihan
kemungkinan asites, tumor, ileus, dan lain-lain), pigmentasi di linea alba,
nampaklah gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum
atau luka bekas operasi.(Walyani, 2015:87)
f) Tangan dan tungkai
Inspeksi pada tibiadan jari untuk melihat adanya oedema dan
varises. Bila terjadi oedema pada tempat-tempat tersebut kemungkinan
terjadinya preeklamsi.(Walyani, 2015:87)
g) Vulva
Inspeksi untuk mengetahui adanya oedema, varises, keputihan,
perdarahan, luka, cairan yang keluar, dan sebagainya.(Walyani, 2015:87)
b. Palpasi
Palpasi yaitu pemeriksaan kebidanan pada abdomen dengan
menggunakan manuver leopold untuk mengetahui keadaan janin dalam
abdomen.(Walyani, 2015:87)
a) Leopold 1
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang berada pada
bagian fundus dan mengukur tinggifundus uteri dari simfisis untuk
menentukan usia kehamilan dengan menggunakan (kalau>12 minggu)
atau cara Mc. Donald dengan pita ukuran (kalau >22 minggu).(Walyani,
2015:87)
b) Leopold 2
Untuk mengetahui letak janin memanjang atau melintang, dan bagian
janin yang teraba disebelah kiri atau kanan.(Walyani, 2015:87)
c) Leopold 3
Untuk menentukan bagian janin yang ada dibawah
(presentasi).(Walyani, 2015:87)
d) Leopold 4
Untuk menentukan apakah bagian janin sudah masuk panggul atau
belum.(Walyani, 2015:88)
c. Auskultasi
Auskultasi dengan menggunakan stetoskop monoaural atau dopler
untuk menentukan DJJ setelah umur kehamilan 18 minggu, yang meliputi
frekuensi, keteraturan dan kekuatan DJJ.DJJ normal adalah 120-160 kali per
menit.Bila DJJ <120 atau >160 kali per menit, maka kemungkinan ada
kelainan janin atau plasenta.(Walyani, 2015:88)
d. Perkusi
Melakukan pengetukan pada daerah patella untuk memastikan adanya
refleks pada ibu.(Walyani, 2015:88)
4. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan oleh dokter/bidan pada usia kehamilan 34-
36 minggu untuk primigravida atau 40 minggu pada multigravida dengan janin
besar. Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan serviks, ukuran panggul, dan
sebagainya.
1) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Melakukan tes laboratorium yang diperlukan yakni protein urin,
glukosa urin, dan hemoglobin.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi(Walyani, 2015:88)
2.1.12 Pijat Endorphin
1. Pengertian Pijat Endorphin
Salah satu cara penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
persalinan dengan endorphine massage. Menurut Kuswandi (2011) Endorphin
Massage merupakan sebuah terapi sentuhan/pijatan ringan yang cukup penting
diberikan pada wanita hamil, di waktu menjelang hingga saatnya melahirkan. Hal
ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa
endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan
nyaman, Selama ini endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya
(Leny, 2017).
Beberapa diantaranya adalah, mengatur produksi hormon pertumbuhan dan
seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan
perasaan stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endorphin dalam
tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang
dalam dan relaksasi, serta meditasi (Azizah dkk, 2011)
Menurut Moogan (2009) ada Seorang ahli kebidanan, Constance Palinsky,
tergerak menggunakan endorphin untuk mengurangi atau meringankan rasa sakit
pada ibu yang akan melahirkan. Diciptakanlah Endorphin Massage, yang
merupakan teknik sentuhan serta pemijatan ringan, yang dapat menormalkan
denyut jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh
ibu hamil dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Terbukti dari
hasil penelitian, teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin, sebuah
hormon yang memfasilitasi persalinan (Leny, 2017)
2. Cara Pijat Endorphin
Cara Melakukan Massage Endorphin menurut Kuswandi (2013) yaitu:
1) Cara Pertama
a. Ambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan duduk atau
berbaring miring.
b. Tarik nafas yang dalam, lalu hembuskan dengan lembut sambil menutup
mata. Kemudian, mengelus permukaan luar lengan mulai dari tangan
sampai lengan bawah.
c. Setelah sekitar 5 menit, pindahkan pijatan ke lengan/tangan yang lain.
d. Meski sentuhan ringan ini hanya dilakukan dikedua lengan, tetapi
dampaknya luar biasa menjadikan seluruh tubuh menjadi rileks dan tenang.
2) Cara Kedua
a. Teknik sentuhan ini juga sangat efektif jika dilakukan dibagian punggung.
b. Ambil posisi berbaring miring atau duduk. Jika memilih posisi duduk, bisa di
atas kursi, tempat tidur.
c. Kemudian mulai melakukan pijatan lembut dan ringan ke arah bahu kiri dan
kanan membentuk huruf V, ke arah tulang ekor.
d. Terus lakukan pijatan-pijatan ringan ini berulang-ulang.
e. Agar memperkuat efek pijatan lembut dan ringan ini bisa diselingi dengan
kata-kata yang menentramkan. Seperti, “saat aku membelai lenganmu,
biarkan tubuhmu menjadi rileks dan santai” (Hardianti, 2018)
2.1.13 Jurnal Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Dengan Komplementer
1. Pijat Endorphin
1) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Massage Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Punggung Ibu Hamil” oleh Kertikasari dan Nuryanti Tahun 2016
didapatkan hasil bahwa bahwa sebelum dilakukan Endorphin massage
sebagian besar ibu hamil trimester 3 mengalami nyeriberat dan setelah
dilakukan Endorphin massage berkurang menjadi nyeri sedang.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Dengan Komplementer Beserta
Jurnal
1. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan:
1) Kontraksi Braxton Hicks.
2) Ketegangan perut dinding.
3) Ketegangan ligamentum rotundum.
4) Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah.
Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara
biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu
anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik
ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, keser tangan bawah untuk menopang kepala
dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas):
1) Apakah bayi cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
3) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi pada
bayi baru lahir dengan asfiksia. Bila semua jawaban “YA”, lanjut ke-26.
26. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di
perut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil
tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 intraunit
(intramuskular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu
tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari
tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari
pusat bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini pada
posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi
tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tapi pusat pada sekitar 2 cm
distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
1) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
2) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
3) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan
bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala
bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
susu atau areola mamae ibu.
1) Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala
bayi.
2) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
3) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan Inisiasi Menyusu Dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
4) Biarkan bayi berada di dada ibu selama satu jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.
VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN (MAK III)
33. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang
lain untuk menegangkan tali pusat.
35. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu
mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai.
1) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
36. Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka lanjutkan
dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
1) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik
secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu
jalan lahir (kearah bawah-sejajar lantai-atas).
2) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
3) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
a) Ulangi pemberian oksitosin 10 IU secara IM
b) Lakukan katerisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih
penuh
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
e) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual
37. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
1) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
menjadi keras).
IX. MENILAI PERDARAHAN
39. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan
utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
40. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
X. ASUHAN PASCA PERSALINAN
41. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
42. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang
bersih dan kering.
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong.
44. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
45. Mengevaluasi kehilangan darah.
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit).
1) Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit.
2) Jika bayi bernapas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS
Rujukan.
3) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
Kebersihan dan Keamanan
1. Semua ibu dalam fase aktif kala 1 persalinan sampai dengan kelahiran bayi, sebagai
elemen penting asuhan persalinan.
2. Semua tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah
sakit, dan lain-lain).
3. Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan
dan kelahiran. (Prawirohardjo, 2014:316)
Cara pengisian halaman depan partograf
1) Derajat I
Mukosa vagina, faurchette posterior, kulit perineum.
2) Derajat II
Mukosa vagina, faucrhette posterior, kulit perineum, otot perineum.
3) Derajat III
Mukosa vagina, faurchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter
ani eksterna.
4) Derajat IV
Mukosa vagina, faurchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter
ani eksterna, dinding rectum anterior.(Walyani dan Purwoastuti, 2015:95)
2.2.11 Aromaterapi
Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakanminyak
essensial yang bermanfaat meningkatkan keadaan fisik danpsikologi seseorang
agar menjadi lebih baik. Setiap minyak essensialmemiliki efek farmakologis yang
unik, seperti antibakteri, antivirus,diuretic, vasodilator, penenang, dan
merangsang adrenal.Dilihat dari kesenjangan dalam praktik akhir-akhir ini,
perhatianyang diberikan kepada penggunaan Complementary and
AlternativeMedicine (CAM) sebagai pengobatan tambahan
mengalamipeningkatan. Aromaterapi adalah salah satu jenis dari CAM
yangbanyak digunakan dengan tujuan menghirup uap atau penyerapanminyak ke
dalam kulit yang berguna mengobati atau mengurangigejala fisik dan emosional
A. Bahan- bahan Pendukung Aromaterapi
Berikut merupakan bahan pendukung untuk pembuatan Aromaterapi:
a) Minyak Atsiri
Minyak wangi ini diekstrak dari tanaman melalui destilasi uap atauekspresi
(minyak jeruk). Namun istilah ini juga kadang digunakanuntuk
menggambarkan minyak wangi yang diekstrak dari tanamanyang
menggunakan ekstrasi pelarut. Selain itu minyak atsiri jugadikenal dengan
istilah essential oil.
b) Absolutes
Merupakan hasil ekstrasi dari bunga atau jaringan tanaman halusmelalui
fluida superkritis pelarut atau naik mutlak. Digunakanjuga untuk
menggambarkan minyak yang diekstrak dari mentegaharum, beton, dan
pomades enfleurage menggunakan etanol.
c) Pembawa Minyak
Biasanya berminyak tanaman dasar tricglycerides yang cair danbiasanya
minyak ini dapat digunakan pada kulit (Almond manis).
d) Distilat Herbal atau Hydrosols
Merupakan air yang terbentuk dari proses distilasi (Air mawar).Banyak
aromaterapi yang menggunakan sulingan herbal danbiasanya mereka
dapat digunakan pada kuliner, sebagai obat danjuga sebagai perawatan
kulit. Sulingan herbal biasanya berupachamomile, mawar dan lemon balm.
e) Infus
Ekstrak air dengan berbagai tanaman (misalnya infuse chamomile).
f) Phytocendes
Merupakan berbagai senyawa organik yang mudah menguap daritanaman
yang membunuh mikroba.
g) Penguap (Voltiazed)
Herbal BakuBiasanya memiliki kandungan senyawa yang lebih tinggi
darisenyawa tanaman dengan konten berbasis kering, hancur
dandipanaskan untuk mengekstrak dan menghirup uap minyakaromatik
dalam modalitas penghirupan langsung (Rafika, 2013).
B. Bentuk-bentuk Aromaterapi
a) Minyak Essensial Aromaterapi
Berbentuk cairan atau minyak. Penggunaanya bermacam – macam,pada
umumnya digunakan dengan cara dipanaskan pada tungku.Namun bisa
juga jika dioleskan pada kain atau pada saluran udara.
b) Dupa Aromaterapi
Awalnya hanya digunakan untuk acara keagamaan tertentu, namunseiring
dengan perkembangan jaman, dupa pun kini sudah menjadibagian dari
salah satu bentuk aromaterapi. Bentuknya padat danberasap jika dibakar,
biasanya digunakan untuk ruanganberkukuran besar atau pada ruangan
terbuka. Jenis dupa aromaterapi ini, terdiri dari tiga jenis, yaitu dupa aroma
terapipanjang, dupa aromaterapi pendek dan dupa aromaterapi
berbentukkerucut.
c) Lilin Aromaterapi
Ada dua jenis lilin yang digunakan, yaitu lilin yang digunakanuntuk
pemanas tungku dan lilin aromaterapi. Lilin yang digunakanuntuk
memanaskan tungku aromaterapi tindak memiliki wangiaroma, karena
hanya berfungsi untuk memanaskan tungku yangberisi essential oil.
Sedangkan lilin aromaterapi akanmengeluarkan wangi aromaterapi jika
dibakar.
d) Minyak Pijat Aromaterapi
Bentuk ini memiliki wangi yang sama dengan bentuk aromaterapi yang lain,
hanya saja cara penggunaannya yang berbeda, karena inidigunakan untuk
minyak pijat .
e) Garam Aromaterapi
Fungsi dari garam aromaterapi dipercaya dapat mengeluarkantoksin atau
racun yang ada dalam tubuh. Biasanya digunakandengan cara merendam
bagian tubuh tertentu seperti kaki, untukmengurangi rasa lelah.
f) Sabun Aromaterapi
Bentuknya berupa sabun padat dengan berbagai wangiaromaterapi,
namun tidak hanya sekedar wangi saja. Tapi jugamemiliki berbagai
kandungan atau ekstrak dari tumbuh-tumbuhan yang dibenamkan dalam
sabun ini, sehingga sabun inijuga baik untuk kesehatan tubuh, seperti
menghaluskan kulit danmenjauhkan dari serangga (Rafika, 2013).
C. Cara Penggunaan Aromaterapi
a) Inhalasi
Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaanmetode
aromaterapi yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi jugamerupakan
metode yang paling tua. Aromaterapi masuk dari luartubuh ke dalam tubuh
dengan satu tahap yang mudah, yaitu lewatparu – paru di alirkan ke
pembuluh darah melalui alveoli. Inhalasisama dengan metode penciuman
bau, di mana dapat dengan mudahmerangsang olfactory pada setiap kali
bernafas dan tidak akanmengganggu pernafasan normal apabila mencium
bau yangberbeda dari minyak essensial. Aroma bau wangi yang
terciumakan memberikan efek terhadap fisik dan psikologis
konsumen.Cara ini biasanya terbagi menjadi inhalasi langsung dan
inhalasitidak langsung. Inhalasi langsung diperlakukan secara
invidual,sedangkan inhalasi tidak langsung dilakukan secara bersama –
sama dalam satu ruangan. Menurt Walls (2009) aromaterapiinhalasi dapat
dilakukan dengan menggunakan elektrik, baterai, atau lilin diffuser, atau
meletakkan aromaterapi dalam jumlah yangsedikit pada selembar kain
atau kapas. Hal ini berguna untukminyak esensial relaksasi dan penenang.
b) Pijat
Pijat merupakan tehnik yang paling umum. Melalui pemijatan,daya
penyembuhan yang terkandung dalam minyak essensial bisamenembus
melalui kulit dan dibawa ke dalam tubuh, kemudianakan mempengaruhi
jaringan internal dan organ – organ tubuh.Minyak essesnsial berbahaya
jika dipergunakan langsung ke kulit,maka dalam penggunaanya harus
dilarutkan dulu dengan minyakdasar seperti minyak zaitun, minyak kedelai,
dan minyak tertentulainnya. Minyak lavender, ialah salah satu minyak yang
terkenalsebagai minyak pijat yang dapat memberikan relaksasi.
Terapiaroma yang digunakan dengan cara pijat ini merupakan cara
yangsangat digemari untuk menghilangkan rasa lelah pada
tubuh,memperbaiki sirkulasi darah dan merangsang tubuh
untukmengeluarkan racun, serta meningkatkan kesehatan pikiran.
Dalampenggunaannya dibutuhkan dua tetes minyak essensial
yangditambahkan dengan 1 ml minyak pijat.
c) Kompress
Penggunaan melalui proses kompress membutuhkan sedikitminyak
aromaterapi. Kompress hangat dengan minyak aromaterapidapat
digunakan untuk menurunkan nyeri punggung dan nyeriperut. Kompress
dingin yang mengandung minyak lavenderdigunakan pada bagian
perineum saat persalinan.
d) Berendam
Cara ini menggunakan aromaterapi dengan cara menambahkantetesan
minyak essensial ke dalam air hangat yang digunakanuntuk berendam.
Dengan cara ini efek minyak essensial akanmembuat perasaan (secara
psikologis dan fisik) menjadilebihrileks, serta dapat menghilangkan nyeri
dan pegal,memberikan efek kesehatan (Rafika, 2013).
D. Dosis Pemberian
Cara pemakaian bisa dengan mencampurkan 0,1 ml minyak esensial dengan
1 ml air yang diberikan melalui tissue dengan jarak kurang lebih 2cm dari
hidung ibu hamil yang dihirup dengan cara nafas selama 15 menit (Cholifah
dan Titin, 2017). Cara praktis lainnya adalah dengan mengambil botol kecil, 5
ml air dan masukkan bola kapas di dalamnya, tambahkan 2 tetes minyak
essensial peppermint dan tutup. Setiap merasa mual buka tutup nya lalu hirup
pelan-pelan (Aprilia Y, 2017).
2.2.12 Pelvic Rocking Exercise
Teori Theresa Jamieson (2011) mengatakan bahwa pelvic rocking merupakan
cara yang efektif untuk bersantai bagi tubuh bagian bawah khususnya daerah
panggul. Teknik ini sering
disarankan selama persalinan. Untuk meningkatkan relaksasi dan memungkinkan
gaya gravitasi untuk membantu perajalanan bayi melalui jalan lahir. Sehingga
memungkinkan kemajuan proses persalinan menjadi lebih cepat. Saat kehamilan
melakukan pelvic rocking dengan birthing ball dapat menjaga otot- otot yang
mendukung tulang belakang. Pada saat proses persalinan memasuki kala I, jika
duduk di atas bola, dan dengan perlahan mengayunkan dan menggoyangkan
pinggul (Pelvic Rocking) kedepan dan belakang, sisi kanan, sisi kiri, dan melingkar,
akan bermanfaat untuk :
a. Goyang panggul memperkuat otot-otot perut dan punggung bawah
b. Mengurangi tekanan pada pembuluh darah di daerah sekitar rahim, dan tekanan
di kandung kemih
c. Gerakan ini akan membantu anda bersantai.
d. Meningkatkan proses pencernaan.
e. Mengurangi keluhan nyeri di daerah pinggang, inguinal, vagina dan sekitarnya.
f. Membantu kontraksi rahim lebih efektif dalam membawa bayi melalui panggul jika
posisi ibu bersalin tegak dan bisa bersandar ke depan.
g. Tekanan dari kepala bayi pada leher rahim tetap kostan ketika ibu bersalin diposisi
tegak, sehingga dilatasi (pembukaan) serviks dapat terjadi lebih cepat.
h. Ligamentum atau otot disekitar panggul lebih relaks.
i. Bidang luas panggul lebih lebar sehingga memudahkan kepala bayi turun ke dasar
panggul
Teknik Pelvic Rocking
Caranya dengan duduk diatas gym ball sesuai dengan ukuran tinggi badan dan
gerakkan otot dasar panggul kekiri kanan, kedepan kebelakang, berputar searah
jarum jam dan berlawanan dengan arah jarum jam. Untuk faktor keamanan saat
awal berlatih sebaiknya bola diposisikan menempel pada dinding. (Kusuma E,
2014).
Waktu untuk melakukan Pelvic Rocking
Dilakukan pada trimester ke-3 (>34minggu)
Lakukan tiap hari secara bertahap
2.2.13 Jurnal Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Dengan Komplementer
A. Aromaterapi
1) Dalam jurnal yang berjudul “Aromaterapi Untuk Mengurangi Nyeri
Persalinan” oleh Patimah dan Sundari (2020) didapatkan hasil aromaterapi
Lavender, Mawar, Melati, Citrus Aurantium dan Boswellia Carterii telah
terbuktiefektif untuk mengurangi nyeri pada persalinan yang dapat
digunakan dalam berbagaimetode seperti inhalasi, mandi, pijat dan rendam
kaki. Penggunaan aromaterapi yang mudahdapat menjadi salah satu
alternatif untuk mengurangi nyeri persalinan.
2) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Aromaterapi Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab.
Tangerang” oleh Syukrini (2016) didapatkan hasil terdapat pengaruh inhalasi
aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibupersalinan kala I
kelompok intervensi dengan nilai (p=0,000) <0,05. Terdapatperbedaan
rerata skor tingkat kecemasan pada kelompok kontrol (p=0,005)
<0,05.Terdapat perbedaan rerata skor tingkat kecemasan yang bermakna
antara kelompokintervensi dan kelompok kontrol (p=0,000) <0,05 dimana
rata-rata skor kecemasankelompok intervensi lebih kecil daripada kelompok
kontrol yang berarti kelompokintervensi mengalami penurunan tingkat
kecemasan yang lebih baik daripadakelompok kontrol.
3) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender
secara Inhalasi terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Fisiologis
pada Primipara Inpartu Kala Satu Fase Aktif di BPM Fetty Fathiyah Kota
Mataram” oleh Karlina dkk (2014) didapatkan hasil pemberian aromaterapi
lavender secara inhalasi mampu menurunkan intensitas nyeri persalinan
fisiologis pada primipara inpartu kala satu fase aktif.
4) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender
Terhadap Pengendalian Nyeri Persalinan Kala I Pada Ibu Bersalin” oleh
Susilarini dkk (2017) didapatkan hasil bahwa terjadinya penurunan
skalanyeri setelah diberikan aromaterapi lavenderkarena wangi yang
dihasilkan aromaterapilavender akan menstimulasi talamus
untukmengeluarkan enkefalin, berfungsi sebagaipenghilang rasa sakit
alami.
B. Pelvic Rocking
1) Dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Teknik Pelvic Rocking Dengan
Birthing Ball Pada Ibu Bersalin Terhadap Kemajuan Persalinan Di BPM
Syafrida Kabupaten Klaten” oleh Gustiar (2017) didapatkan hasil bahwa
Pelvic Rocking dengan Birthing Ball dapat memberikan
kemajuanpersalinan, mempercepat penurunan kepala dan dilatasi
pembukaan
2) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Pelvic Rocking Dengan
Birth Ball Terhadap Kemajuan Persalinan Di Klinik Pratama Tanjung Deli
Tua” oleh Annisa (2018) didapatkan hasil bahwa Pelvic rocking dengan birth
ball membantu bayi berotasi keposisi yangoptimal dan mempersingkat kala
I persalinan sehingga mengurangi nyeri danmemberi rasa nyaman pada ibu
dalam menghadapi persalinan
3) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Teknik Pelvic Rocking Dengan
Birthing Ball Terhadap Lama Persalinan Kala I” oleh Hiyana dan Masini
(2018) didapatkan hasil bahwa ada pengaruh Pelvic Rocking Dengan
Birthing Ball terhadap Lama Persalinan Kala I Fase Aktif
.
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Komplementer
Beserta Jurnal
Pijat bayi merupakan stimulasi taktil yang memberikan efek biokimia dan efek
fisiologi pada berbagai organ tubuh. Pijat yang dilakukan secara benar dan teratur pada
bayi diduga memiliki berbagai keuntungan dalam proses tumbuh kembang bayi. Pijat
bayi oleh orangtua dapat meningkatkan hubungan emosional antara orangtua dan bayi,
1) Dalam Jurnal Penundaan Penjepitan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir Cukup
Bulan, Sorayah Agustini, Hasil. Risiko bayi dengan penjepitan tali pusat tunda
usia 24 sampai 48 jam. Bayi dengan penjepitan tali pusat tunda memiliki
peningkatan kadar feritin dibandingkan penjepitan dini. Penundaan penjepitan
tali pusat dapat meningkatkan kadar Hb usia 24 sampai 48 jam dan cadangan
besi bayi sampai usia enam bulan. Kesimpulan. Pada bayi cukup bulan
penundaan penjepitan tali pusat satu sampai tiga menit setelah lahir dapat
mencegah anemia sampai usia dua bulan dan meningkatkan cadangan besi
sampai usia enam bulan. Risiko yang dapat terjadi, yaitu hiperbilirubinemia dan
polisitemia
2) Dalam jurnal penelitian penundaan penjepitan tali pusat sebagai strategi yang
efektif untuk menurunkan insiden anemia defisiensi besi pada bayi baru lahir
oleh Ida Bagus Rendra Kurniawan Artha, dengan hasil penundaan penjepitan
tali pusat sebagai strategi yang efektif untuk menurunkan insiden anemia
2. Pijat Bayi
1) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat
2) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Tumbuh Kembang
2015.
3) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Peningkatan Berat
berat badan, peningkatan berat badanyang terjadi yaitu sebesar 700 gram
Beserta Jurnal
2) Lochea
Lochea dalah cairan/sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada
masa nifas. Macam-macam lochea:
a. Lochea rubra : berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks
caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari nifas.
b. Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, 3-7 hari nifas.
c. Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
nifas.
d. Lochea alba : cairan putih, keluar setelah 2 minggu masa nifas.
Selain lochea diatas, ada jenis lochea yang tidak normal, yaitu:
a) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
b) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya. (Astutik, 2015:59)
3) Serviks
Serviks mengalami involusi berssama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks akan menutup. (Astutik, 2015:59)
4) Vulva dan Vagina
a. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan ynag sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
b. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali pada keadaan ketika tidak hamil.
c. Setelah 3 minggu rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.(Astutik, 2015:59-60)
5) Perineum
a. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
b. Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali seperti keadaan
sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
melahirkan. Untuk mengembalikan tonus otot perineum, maka pada masa nifas
perlu dilakukan senam kegel. (Astutik, 2015:60)
6) Payudara
a. Penurunan kadarprogesteron secara cepat dengan peningkatan hormon
prolaktin setelah persalinan.
b. Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau
ke-3 setelah persalinan.
c. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
(Astutik, 2015:60)
2. Perubahan Pada Sistem Perkemihan
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta lahir, kadar hormonestrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis.Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu. (Astutik,
2015:60)
3. Perubahan Pada Sistem Pencernaan
Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadarprogesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari. Rasa sakit di daerah perineum
dapat menghalangi keinginan untuk buang air besar sehingga pada masa nifas sering
timbul keluhan konstipasi akibat tidak teraturnya BAB.(Astutik, 2015:61)
4. Perubahan Pada Sistem Kardiovaskular
Setelah terjadi diuresis akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali
kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali
normal pada hari ke-5. Meskipun kadarestrogen mengalami penurunan yang sangat
besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi
meningkat.Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan
penekanan pembuluh darah pada ambulasi dini.(Astutik, 2015:61)
5. Perubahan Pada Sistem Endokrin
1) Hormon plasenta
Hormon chorionic gonadotropin (hCG) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 masa nifas.
2) Hormon oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari hipotalamus posterior, untuk merangsang
kontraksi otot uterus berkontraksi dan pada payudara untuk pengeluaran air susu.
3) Hormon pituitary
Prolaktin dalam darah meningkat dengan cepat, pada wanita yang tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
4) Hipotalamik pituitay ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi
lamanya mendapatkan menstruasi. Diantara wanita laktasi sekitar 15% menstruasi
setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6
minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi
80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus
pertama anovulasi. (Astutik, 2015:62)
6. Perubahan Pada Sistem Muskuloskeletal
Pada masa nifas awal, ligamen masih dalam masa kondisi terpanjang dan
sendi-sendi masih berada pada kondisi kurang stabil.Hal ini berarti wanita berada
dalam kondisi paling rentan mengalami masalah muskuloskeletal. Ambulasi bisa
dimulai 4-8 jam nifas, dengan ambulasi dini akan membantu mencegah ovulasi dan
mempercepat proses involusi. (Astutik, 2015:63)
7. Perubahan Pada Sistem Integumen
1) Pengurangan melanin menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulit.
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan
menghilang pada saat estrogen menurun. (Astutik, 2015:63)
8. Perubahan TTV pada Masa Nifas
1) Suhu badan
Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik antara 37,2-
37,5ºC yang kemungkinan disebabkan ikutan dari aktivitas payudara.
2) Denyut nadi
Denyut nadi masa nifas umumnya lebih stabil dibandingkan suhu badan.
Pada ibu yang nervous, nadinya akan lebih cepat kira kira 110x/menit, bila disertai
peningkatan suhu tubuh bisa juga terjadi shock karena infeksi.
3) Tekanan darah
Tekanan darah <140 mmHg, dan bisa meningkat dari sebelum persalinan
sampai 1-3 hari masa nifas.
4) Respirasi
Respirasi umumnya lambat atau normal karena ibu dalam keadaan
pemulihan atau keadaan istirahat.(Astutik, 2015:64)
2. Zat Protektif
1) Lactobasillus Bifillus
Berfungsi untuk mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam
asetat yang menjadikan saluran pencernaan menjadi asam sehingga
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, shigela dan jamur.
2) Lactoferin
Laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman
tertentu (stafilokokus dan E.Coli). Selain itu juga menghambat
pertumbuhan jamur candida.
3) Lisozim
Adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri dan
antiinflamatori, bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk menyerang
E.Coli dan sebagian keluarga Salmonela.
4) Komplemen C3 dan C4
Mempunyai daya opsonik, anafilaktoksik, dan hemotaktik yang
bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI.
5) Faktor Antistrepkokus
Bermanfaat melindungi bakteri dari kuman tersebut.
6) Antibodi
Antibodi dapat bertahan di saluran pencernaan bayi karena tahan
terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat
lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri pathogen dan
enterovirus masuk ke dalam mukosa usus.
7) Imunitas Seluler
ASI mengandung sel-sel. Sebagian besar 90% sel tersebut berupa
makrofag yang berfungsi membunuh dan memfagosintesis
mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin.
8) Tidak menimbulkan alergi(Astutik, 2015:41-42)
2.4.9 Laktasi
2.4.9.1 Cara Menyusui yang Benar
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui dengan sabun dan air mengalir.
2. Masase payudara mulai dari korpus menuju areola sampai teraba lemas/lunak.
3. ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan areola.
4. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
1) Ibu duduk atau berbaring santai.
2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan satu didepan.
4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
5. Setelah selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian oleskan pada
puting susu dan areola, dan biarkan kering untuk menghindari puting lecet atau
pecah-pecah.
6. Sendawakan bayi dengan cara menggendong bayi tegak dengan bersandar
pada bahu ibu kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan atau bayi
ditidurkan tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggung bayi ditepuk
perlahan-lahan. (Astutik, 2015:16)
2.4.9.2 Tanda-tanda Bayi Cukup ASI
1. Tiap menyusu, bayi menyusu dengan kuat tetapi kemudian melemah dan
tertidur pulas minimal 8-12 kali dalam 24 jam (setiap menyusu bayi akan
menghisap dengan kuat dan menelan).
2. Payudara akan terasa lunak setelah menyusui dibanding sebelumnya.
3. Bayi akan BAB dan BAK dengan normal.
1) Bayi BAK paling tidak 6-8 kali sehari atau lebih (setiap kali habis menyusu)
dan warna urin kekuningan.
2) Bayi akan BAB paling tidak 2-5 kali sehari (bayi berusia kurang dari 6
minggu). Dengan bertambahnya usia (lebih dari 6 minggu) frekuensi BAB
nya semakin jarang.
4. Bayi mempunyai BB dan TB yang ideal.
1) Selama minggu pertama kehidupan bayi akan kehilangan 10% dari berat
waktu lahir (yaitu 280-336 gram pada bayi yang lahir cukup bulan).
2) Pada akhir minggu kedua BB bayi harus kembali ke BB sewaktu lahir. Jika
asupan ASI cukup bayi akan mengalami kenaikan BB 20 gram sehari
selama 3 bulan pertama.
5. Daya tahan tubuh bayi akan meningkat.
6. Perkembangan motorik yang baik. (Astutik, 2015:20-22)
2.4.9.3 Perawatan Payudara
Tujuan Perawatan Payudara:
1. Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
dehingga memperlancar pengeluaran ASI.
2. Menjaga agar payudara senantiasa bersih dan terawat karena saat menyusui
payudara ibu akan kontak langsung dengan mulut bayi.
3. Menghindari puting susu yang sakit dan infeksi payudara.
4. Menjaga keindahan bentuk payudara. (Astutik, 2015:22)
Waktu Perawatan Payudara:
Perawatan payudara pada masa nifas hendaknya dimulai sedini mungkin
yaitu 1-2 hari setelah bayi lahir dan dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi. (Astutik,
2015:22)
Langkah-langkah Perawatan Payudara:
1. Cuci tangan dibawah air mengalir dengan sabun.
2. Kompres puting susu dengan kapas yang telah dibasahi minyak/baby oil ± 2
menit.
3. Oleskan minyak kelapa/baby oil ke payudara atau kedua telapak tangan.
Letakkan telapak tangan diantara kedua payudara, kemudian telapak tangan
ditarik ke atas melingkari payudara sambil menyangga payudara lalu tangan
dilepaskan dengan gerakan cepat. Lakukan gerakan ini ± 20 kali dengan tujuan
untuk menjaga kekencangan payudara.
4. Sangga payudara kanan dengan tangan kanan kemudian urut payudara dari
pangkal payudara ke arah puting memakai genggaman tangan menyeluruh
atau ruas-ruas jari. Lakukan gerakan ini ± 20 kali.
5. Sangga payudara kanan dengan tangan kanan kemudian sisi ulnar tangan kiri
mengurut payudara kearah puting susu. Lakukan gerakan ini ± 20 kali.
6. Menyiram payudara dengan air hangat dan air dingin bergantian dan berulang-
ulang lalu dikeringkan dengan handuk.
7. Menggunakan bra yang menyangga dan ukuran yang sesuai dengan
pertumbuhan payudara. (Astutik, 2015:23-26)
2.4.10 Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin merupakan pijat disepanjang tulang belakang (vertebre) sampai tulang
costae kelima atau keenam. Pijat ini berfungsi untuk meningkatkan oksitosin yang
dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun keluar dengan sendirinya dan salah satu
terapi yang efektif untuk mengurangi ketidaknyamanan fisik serta memperbaiki mood.
Melalui pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla
oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin.
Oksitosin menyebabkan otot-otot halus disekitar kelenjar payudara mengkerut
sehingga ASI keluar. Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan dan
menghilangkan stres. Pijat oksitosin efektif dilakukan 2 kali sehari pada hari pertama
dan kedua post partum, karena pada kedua hari tersebut ASI belum terproduksi cukup
banyak (Yulizar 2021)
Melalui pijatan atau rangsangan pada daerah punggung, neurotransmitter akan
merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di
hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan payudara
mengeluarkan ASI. Pijatan di daerah punggung belakang juga berfungsi untuk
merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan dan membantu pengeluaran
ASI dibantu dengan hisapanbayi pada puting susu pada saat segera setelah bayi lahir
dengan keadaan bayi normal merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress.
Kolostrum yang menetes atau keluar merupakan tanda aktifnya reflex oksitosin
(Sulaeman, 2019).
Langkah-langkah dalam melakukan pijat oksitosin adalah sebagai berikut: (Kemenkes,
2017)
1. Ibu melepaskan baju bagian atas
2. Ibu miring ke kanan atau ke kiri dan memeluk bantal
3. Petugas kesehatan memasang handuk pada ibu
4. Petugaskesehatan melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
5. Kemudian melakukan pernijatan sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan
6. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan
melingkar kecil- kecil dengan kedua ibujarinya
7. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah, dari
leher ke arah tu;ang belikat, selama 3 – 5 menit
8. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
9. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian.
2.4.11 Jurnal Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Dengan Komplementer
1. Pijat Oksitosin
a) Dalam jurnal “Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas
di BPM Lia Maria Kecamatan Sukarame Bandar Lampung tahun 2018”. Oleh
Asih, dari penelitian tersebut didapatkan bahwa ada pengaruh signifikan
antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum
b) Dalam jurnal “Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Post
Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Kota Mataram tahun 2017”. Oleh
Pilaria dari penelitian tersebut didapatkan bahwa ada pengaruh signifikan
antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum
c) Dalam jurnal yang berjudul “Efektivitas Pijat Oksitosin Pada Pengeluaran ASI
Ibu Postpartum Di Puskesmas Alianyang Kota Pontianak” oleh Fitriani dkk
(2022) didapatkan hasil terdapat perbedaan jumlah pengeluaran ASI pada ibu
nifas sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa pijat oksitosin dan
endorphin di wilayah kerja Puskesmas Alianyang Kota Pontianak.
d) Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Pijat Oksitosin Dan Pijat Endorphin
Terhadap Kelancaran Produksi ASI” oleh Wulandari dkk (2016) didapatkan
hasilintervensi pijat oksitosin dan pijat endorphin sama-sama berpengaruh
untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI.
Keterbatasan:
1) Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
3) Mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).
4) Pada beberapa klien dapat menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan
ereksi.
5) Harus selalu bersedia setiap kali berhubungan seksual.
6) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum.
7) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal
limbah. (Affandi dkk, 2014:MK-19)
Cara penggunaan:
1) Gunakan kondom setiap kali akan melakukan hubungan seksual.
2) Agar efek kontrasepsinya lebih efektif, tambahkan spermisida ke dalam
kondom.
3) Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau
benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
4) Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada
glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra.
Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut
kearah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi
penis ke vagina.
5) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian
ujungnya, maka saat memakai longgarkan sedikit bagian ujungnya agar
tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6) Kondom dilepas sebelum penis melembek.
7) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga
kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom diluar
vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina.
8) Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
9) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.
10) Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan
ditempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi
rusak atau robek saat digunakan.
11) Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak
rapuh atau kusut. (Affandi dkk, 2014:MK-19-20)
2. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks.(Affandi dkk, 2014:MK-21)
Cara kerja diafragma adalah menahan sperma agar tidak mendapatkan
akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi)
dan sebagai alat tempat spermisida.(Affandi dkk, 2014:MK-21)
Manfaat:
1) Kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar.
b) Tidak mengganggu produksi ASI.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6
jam sebelumnya.
d) Tidak mengganggu kesehatan klien.
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
2) Non Kontrasepsi
a) Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila
digunakan dengan spermisida.
b) Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi. (Affandi
dkk, 2014:MK-21-22)
Keterbatasan:
1) Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-
16 kehamilan per 100 perempuan/tahun pertama.
2) Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti
cara penggunaan.
3) Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap
berhubungan seksual.
4) Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk
memastikan ketepatan pemasangan.
5) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran kemih.
6) Pada 6 jam pasca berhubungan seksual, alat masih harus berada di
posisinya. (Affandi dkk, 2014:MK-22)
Cara Penggunaan:
1) Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual.
2) Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
3) Pastikan difragma tidak berlubang.
4) Oleskan sedikit spermisida krim atau jeli pada kapdiafragma.
5) Posisi saat pemasangan diafragma.
6) Lebarkan kedua bibir vagina.
7) Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian
depan pinggiran ke atas dibalik tulang pubis.
8) Masukkan jari kedalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan
karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
9) Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual.
Jika hubungan seksual berlangsung diatas 6 jam setelah pemasangan,
tambahkan spermisida ke dalam vagina. Diafragma berada di dalam vagina
paling tidak 6 jam setelah terlaksananya hubungan seksual. Jangan
tinggalkan diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat
(tidak dianjurkan mencuci vagina setiap waktu, pencucian vagina bisa
dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan seksual).
10) Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk
dan tengah.
11) Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali ke
tempatnya. (Affandi dkk, 2014:MK-23-24)
3. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma.Dikemas dalam bentuk aerosol (busa),
tablet vagina,suppositoria atau dissolvable film, dan krim.(Affandi, 2014:MK-24)
Cara kerja spermisida adalah menyebabkan sel membransperma
terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan
pembuahan sel telur. (Affandi, 2014:MK-24)
Manfaat:
1) Kontrasepsi
a) Efektif seketika (busa dan krim).
b) Tidak mengganggu produksi ASI.
c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
d) Tidak mengganggu kesehatan klien.
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
f) Mudah digunakan.
g) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
h) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus.
2) Non Kontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS. (Affandi, 2014:MK-25)
Keterbatasan:
1) Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per tahun
pertama).
2) Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara
penggunaan.
3) Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai
setiap melakukan hubungan seksual.
4) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum
melakukan hubungan seksual.
5) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam. (Affandi, 2014:MK-25)
Cara penggunaan:
1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator
(busa atau krim) dan insersi spermisida.
2) Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas
hubungan seksual.
3) Jarak tunggu sesudah memasuk kan tablet vagina atau suppositoria adalah
10-15 menit.
4) Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa.
5) Penting untuk mengikuti anjuran dari tentang cara penggunaan dan
penyimpanan dari setiap produk.
6) Spermisida ditempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks terlindungi
dengan baik. (Affandi, 2014:MK-26-27)
2.5.3.5 Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen dan Progesteron)
1. Pil Kombinasi
Jenis pil kombinasi:
1) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen-progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
2) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen-progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
3) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen-progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif. (Affandi, 2014:MK-31)
Cara kerja pil kombinasi adalah menekan ovulasi, mencegah implantasi,
lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergerakan tuba
terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu
pula.(Affandi, 2014:MK-31)
Manfaat:
1) Memiliki efektivitas yang tinggi bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per
100 perempuan per tahun pertama penggunaan).
2) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3) Tidak mengganggu hubungan seksual.
4) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah
anemia), tidak terjadi nyeri haid.
5) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
6) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
7) Mudah dihentikan setiap saat.
8) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
9) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
10) Membantu mencegah:
a) Kehamilan ektopik.
b) Kanker ovarium.
c) Kanker endometrium.
d) Kista ovarium.
e) Penyakit radang panggul.
f) Kelainan jinak pada payudara.
g) Dismenore.
h) Akne. (Affandi, 2014:MK-32-33)
Keterbatasan:
1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
2) Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
3) Perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama.
4) Pusing.
5) Nyeri payudara.
6) Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat
badan justru memiliki dampak positif.
7) Berhenti haid (amenore), jarang pada pil kombinasi.
8) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui.
9) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan
perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan hubungan
seks berkurang.
10) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga risiko
stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
11) Tidak mencegah IMS, HBV, HIV/AIDS. (Affandi, 2014:MK-32)
2. Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron
Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali
(Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali. (Affandi, 2014:MK-36)
Cara kerja suntikan kombinasi adalah dengan menekan ovulasi,
membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasisperma terganggu,
perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu, dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Affandi, 2014:MK-36)
Efektivitas:
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama penggunaan.
Keuntungan Kontrasepsi:
1) Risiko terhadap kesehatan kecil.
2) Tidak berpengaruh pada hubungan seksual.
3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
4) Jangka panjang.
5) Efek samping sangat kecil.
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. (Affandi, 2014:MK-36)
Keuntungan Non kontrasepsi:
1) Mengurangi jumlah perdarahan.
2) Mengurangi nyeri saat haid.
3) Mencegah anemia.
4) Pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium.
5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
6) Mencegah kehamilan ektopik.
7) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan perimenopause.
(Affandi, 2014:MK-37)
Kerugian:
1) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak, atau
perdarahan sela sampai 10 hari.
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan.
3) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat
epilepsi atau obat tuberkulosis.
4) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke,
bekuan pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
5) Perubahan berat badan.
6) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, HBV, HIV/AIDS.
7) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian. (Affandi, 2014:MK-37)
2.5.3.6 Kontrasepsi Progestin
1. Kontrasepsi Suntikan Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu:
1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (di
daerah bokong).
2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler. (Affandi, 2014:MK-43)
Cara Kerja:
1) Menvegah ovulasi.
2) Menghentikan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Affandi, 2014:MK-43)
Efektivitas:
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan
0,3 kehamilan per 100 perempuan/tahun, asal penyuntikannya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. (Affandi, 2014:MK-44)
Keuntungan:
1) Sangat efektif.
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6) Sedikit efek samping.
7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell). (Affandi, 2014:MK-44)
Keterbatasan:
1) Sering ditemukan gangguan haid seperti:
2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan).
3) Tidak dapat berhenti sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas).
10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat. (Affandi, 2014:MK-44)
Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin:
1) Usia reproduksi.
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
tinggi.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5) Telah banyak anak tapi belum menghendaki tubektomi.
6) Perokok.
7) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah.
8) Menggunakan obat untuk epilepsi.
9) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
11) Anemia defisiensi besi.
12) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi. (Affandi, 2014:MK-45)
2. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
Jenis Minipil:
1) Kemasan dengan isi 35 pil: 300 μg levonorgestrel, atau 350 μg noretindron.
2) Kemasan dengan isi 28 pil: 75 μgdesogestrel.
Cara kerja minipil adalah menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium, dan endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit.(Affandi, 2014:MK-50)
3. Kontrasepsi Implant
Cara kerja implant adalah dengan mencegah ovulasi, merubah lendir
serviks menjadi kental dan sedikit sehingga menghambat pergerakan
spermatozoa, dan menghambat perkembangan siklus dari endometrium.
(Hartanto, 2013:183)
Kontraindikasi Implant:
1) Kehamilan/diduga hamil.
2) Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya.
3) Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli.
4) Penyakit hati akut.
5) Tumor hati jinak atau ganas.
6) Karsinoma payudara/tersangka karsinoma payudara,
7) Tumor/neoplasma ginekologik.
8) Penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus. (Hartanto, 2013:180-182)
Efek Samping Implant:
1. Perubahan pola haid yang terjadi pada kira-kira 60% akseptor dalam tahun
pertama setelah insersi.
2. Yang paling sering terjadi adalah:
1) Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus.
2) Perdarahan-bercak (spotting).
3) Berkurangnya panjang siklus haid.
4) Amenore, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama
atau perdarahan bercak.
3. Umunya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang
membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih dari
biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
4. Pada sebagian akseptor perdarahan ireguler akan berkurang dengan
berjalannya waktu.
5. Perdarahan yang hebat jarang terjadi. (Hartanto, 2013:183)
2.5.3.7 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Jenis:
1. AKDR CuT-308A.
2. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering). (Affandi,
2014:MK-80)
Cara kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) Mencegah sperma dan ovum bertemu. (Affandi, 2014:MK-80-81)
Keuntungan:
1) Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi.
2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-308A dan tidak perlu
diganti).
4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7) Tidak ada efek samping hormonal Cu AKDR (CuT-308A).
8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
10) Dapat digunakan sampai menopause (satu tahun lebih setelah haid terakhir).
11) Tidak ada interaksi dengan obat.
12) Membantu mencegah kehamilan ektopik. (Affandi, 2014:MK-81)
Kerugian:
1) Efek samping yang umum terjadi:
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
b) Haid lebih lama dan banyak.
c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
d) Saat haid lebih sakit.
2) Komplikasi lain:
a) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.
b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar).
3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
berganti pasangan.
5) Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
6) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
8) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan
terlatih yang harus melepaskan AKDR.
9) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera sesudah melahirkan).
10) Tidak mencegah kehamilan ektopik.
11) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina,
sebagian perempuan tidak mau melakukan ini. (Affandi, 2014:MK-81-82)
2.5.3.8 Kontrasepsi Mantap
1. Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang ingin
menghentikan kehamilan.(Affandi, 2014:MK-89)
Mekanisme kerja tubektomi adalah dengan mengoklusi tuba falopi
(mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum. (Affandi, 2014:MK-91)
Manfaat:
1) Kontrasepsi:
a) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
c) Tidak bergantung pada faktor senggama.
d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang
serius.
e) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal.
f) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormon ovarium). (Affandi, 2014:MK-91-92)
2) Non Kontrasepsi
a) Berkurangnya risiko kanker ovarium. (Affandi, 2014:MK-92)
Keterbatasan:
1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.
2) Klien dapat menyesal dikemudian hari.
3) Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi umum).
4) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi
atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).
6) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS. (Affandi,
2014:MK-92)
Yang Dapat Menjalani Tubektomi:
1) Usia > 26 tahun.
2) Paritas > 2.
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai kehendaknya.
4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
5) Pasca persalinan.
6) Pasca keguguran.
7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini. (Affandi, 2014:MK-
92)
2. Vasektomi
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode
kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat
efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi
umum. (Hartanto, 2013:307)
Dasar dari Kontap Pria:
Oklusi vas deferens sehingga menghambat perjalanan spermatozoa
dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen (tidak ada penghantar
spermatozoa dari testis ke penis). (Hartanto, 2013:308)
Keuntungan dari Kontap Pria:
1) Efektif.
2) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
3) Sederhana.
4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja.
6) Biaya rendah.
7) Secara kultural, sangat dianjurkan dinegara-negara dimana wanita merasa
malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita
dan paramedis wanita. (Hartanto, 2013:308)
Kerugian dari Kontap Pria:
1) Diperlukan suatu tindakan operatif.
2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
3) Kontap pria belum memiliki perlindungan total sampai semua spermatozoa,
yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas
deferens dikeluarkan.
4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem
reproduksi pria. (Hartanto, 2013:308)