Anda di halaman 1dari 54

PERBANDINGAN PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU

PADA PEMBANGUNAN PERUMAHAN


(Studi Kasus Pada Perumahan Grand Devina Estate Malang)

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:
MILUANUS ELLA AWA
1606130005

UNIVERSITAS WISNUWARDANA MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi oleh Miluanus Ella Awa ini


telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Malang, _______________ 2021


Pembimbing I

Nama Lengkap
NIP. ..........

Malang, _______________ 2021


Pembimbing II

Nama Lengkap
NIP...........
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Skripsi oleh oleh Miluanus Ella Awa ini


telah dipertahankan di depan dewan
penguji pada tanggal ...............

Dewan Penguji,

..............................., Ketua
(Nama Lengkap)

..............................., Anggota
(Nama Lengkap)

..............................., Anggota
(Nama Lengkap)

Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Program Studi Dekan Fakultas
............... Teknik

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)


NIP................. NIP.................
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atau Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini membahasa tentang penggunaan Solar
cell.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
sedalamdalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan
berupa arahan dan dorongan selama peneliti studi. Oleh karena itu peneliti
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Wisnuwardhana dan Dekan Fakultas Teknik beserta staf,
atas segala kebijaksanaan, perhatian dan dorongan sehingga peneliti selesai
studi.
2. Bapak A dan Ibu B selaku dosen pembimbing, yang telah banyak membantu
mengarahkan, membimbing dan menberikan dorongan sampai skripsi ini
terwujud,
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Wisnuwardhanadan berbagai pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan moril sehingga
peneliti selesai studi.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala
yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya. Amin

Malang, ………………..2021

Miluanus Ella Awa


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACT
HALAMAN PERSEMBAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Batasan Masalah
1.6. Sistematika Pembahasan
1.7. Lokasi Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Kerangka Teoretis
2.1.1. Sel Surya
2.1.2 Parameter sel surya
2.1.3. Rankaian Seri dan paralel
2.2. Kerangka Berpikir
2.3. Pengajuan Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2. Metode Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.4. Variabel dan Definisi Operasional
3.5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
3.5.1. Teknik Pengumpulan Data
3.5.2. Instrumen Pengumpulan Data
3.5.3 Uji Coba Instrumen
3.6. Teknik Analisis Data
BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2. Target Pengujian
4.3. Pengujian Hipotesis
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seiring dengan perkembangan pembangunan manajemen konstruksi
gedung yang sangat pesat, maka tingkat kesulitan untuk mengelolah dan
menjalankan sebuah proyek bangunan semakin tinggi tingkat kesulitannya,
berarti semakin panjang durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek tersebut. Oleh karena itu disini sangat diperlukan suatu manajemen
waktu (time management) yang disamping mempertajamkan prioritas, juga
mengusahakan peningkatan efektivitas pengelolaan proyek agar dicapai
hasil yang maksimal dari sumber daya yang tersedia. Semuanyan itu untuk
mencapai tujuan dari sebuah proyek bangunan yaitu kesuksesan yang
memenuhi kriteria waktu (jadwal), selain juga biaya (anggaran ) dan mutu
(kualitas). Selain manajemen waktu, tentu njuga harus diikuti dengan
pelaksanaan proyek yang baik dan sesuai dengan perencanaannya.
Dengan manajemen waktu dan pelaksanaan yang baik, maka resiko sebuah
proyek konstruksi bangunan tersebut akan mengalami keterlambatan
menjadi kecil. Secara langsung hal tersebut akan mengurangi
pembengkakan biaya proyek serta pada akhirnya akan memberikan
keuntungan tersendiri bagi para kontraktor sebagai penanggung jawab
pelaksanaan proyek (Widiasanti, Irika & Lenggogeni, 2013).
Selain manajemen waktu, tentu juga harus diikuti dengan pelaksanaan
proyek yang baik dan sesuai dengan perencanaannya. Dengan manajemen
waktu dan pelaksanaan yang baik, maka resiko sebuah proyek konstruksi
bangunan gedung tersebuk akan mengalami keterlambatan menjadi kecil.
Secara langsung hal tersebut akan mengurangi pembekakan anggaran
proyek, serta pada akhirnya akan memberikan keuntungan tersendiri bagi
para kontraktor sebagai penaggung jawab pelaksanaan proyek (Ardani.
2009).
Saat ini banyak dijumpai proyek proyek bangunan gedung yang
mempunyai performa yang kurang baik untuk penyelesaian tepat waktu,
maka diperlukan suatu analisa tentang pelaksanaan manajemen waktu
proyek bangunan gedung pada perusahaan kontraktor, sehingga dapat

1
2

diketahui kelemahan yang dilakukan selama ini, yang nantinya dapat


menjadi masukan bagi kontraktor, untuk dapat lebih baik lagi dalam
pelaksanaan manajemen waktu suatu proyek bangunan gedung.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka penerapan manajemen
waktu suatu proyek mendapatkan perhatian. Oleh karena itu, penulisan
tertarik melihat sejauh mana perbandingan penerapan manajemen waktu
pada pembangunan perumahan Grand Devina Estate Malang.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasikan ada
kesalahan dalam penerapan manajemen waktu terhadap pengeluaran biaya
pada pembangunan perumahan Grand Devina Estate Malang.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diperoleh
rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pengeluaran biaya proyek pembangunan perumahan Grand
Devina Estate Malang yang tidak menerapkan manajemen waktu?
2. Bagaimana pengeluaran biaya proyek pembangunan perumahan Grand
Devina Estate Malang yang menerapkan manajemen waktu?
3. Bagaimana perbandingan penerapan manajemen waktu pada
pembangunan perumahan Grand Devina Estate Malang?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah.
1. Mengidentifkasi pengeluaran biaya proyek pembangunan perumahan
Grand Devina Estate Malang yang tidak menerapkan manajemen waktu.
2. Mengidentifkasi pengeluaran biaya proyek pembangunan perumahan
Grand Devina Estate Malang yang menerapkan manajemen waktu.
3. Menganalisis perbandingan penerapan manajemen waktu pada
pembangunan perumahan Grand Devina Estate Malang.
3

1.5 Pembatasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Proyek
yang diteliti adalah Proyek perumahan Grand Devina Estate Malang.
Responden yang diwawancarai adalah orang-orang yang berkaitan dengan
proyek tersebut diatas yang mengerti tentang manajemen waktu dalam hal
ini yaitu kontraktor. Pelaksanaan proyek data primer yang digunakan hanya
data pengeluaran biaya dan lama proyek.

1.6 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan dalam skripsi ini disusun sebagai berikut.
1. Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, manfaat penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika
pembahasan.
2. Landasan Teori
Pada bab ini berisi uraian tentang tinjauan teoritis mengenai
berbagai sistem time management, aspek-aspek manajemen, dan
pelaksanaan manajemen waktu yang sebaiknya.
3. Metodologi
Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis
dan sumber data, objek penelitian, sarana penelitian, jadwal penelitian,
metode penelitian yang digunakan. Pada bab ini berisi tentang jenis
penelitian yang akan dilakukan penelitian.
4. Analisa Pembahasan
Pada bab ini data-data yang telah dikumpulkan, yaitu data berupa
hasil wawancara yang akan dianalisa dengan metode PERT.
5. Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan terhadap terhadap pihak proyek, baik penelitian melalui
wawancara maupun studi literatur.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Analisis Teoritis


1. Proyek Konstruksi Sipil
Menurut buku Referensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan
Sipil proyek mempunyai arti sekumpulan aktivitas yang saling
berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu.
Atau arti lain berdasar buku ajar Manajemen Konstruksi Teknik Sipil
UNDIP menyebutkan bahwa proyek adalah suatu rangkaian kegiatan
yang bersifat khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi
oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sifat khusus ini memiliki
makna bahwa apabila hasil yang diinginkan telah tercapai maka
rangkaian kegiatan juga dihentikan sehingga dalam jangka pendek
kegiatan itu tidak tidak akan dilakukan lagi. Sebagai contoh pada proyek
pembangunan gedung, maka proyek ini akan berakhir dengan
tersedianya gedung tersebut untuk kepentingan umum yang telah siap
dipergunakan (Budi, 2017).
Menurut Fitra (2016), bisa dikatakan bahwa setiap proyek
memiliki tujuan khusus, dimana didalamnya memiliki batasan yang
mendasar yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal dan
mutu yang harus dipenuhi. Hubungan atau keterkaitan antara bagian
yang satu terhadap bagian yang lain, seperti :
a. Anggaran proyek harus disesuaikan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran
b. Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan
tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk
baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang
telah ditentukan.
c. Mutu proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang
dipersyaratkan.
2. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia dalam Proyek yang dimaksud menurut
Soeharto (2000) ialah seluruh tenaga kerja yang dipergunakan sebagai

4
5

masukan atau input pada suatu rangkaian kegiatan proyek untuk


memperoleh hasil proyek telah ditetapkan. Pada proyek konstruksi
terdapat banyak pihak yang terlibat didalamnya, seperti pemilik proyek,
kontraktor, konsultan, sub kontraktor dan sebagainya yang masing-
masing pihak memberikan peran yang cukup penting sesuai perannya
masing-masing dan saling mendukung antar bagian tersebut. Hal ini
dimungkinkan terjadi dikarenakan hasil akhir pekerjaan suatu konstruksi
bergantung pada kinerja tenaga kerja pada tiap pekerjaan yang
dikerjakannya dilapangan, walupun tanpa mengesampingkan adanya
faktor lain yang berpengaruh terhadap penyelesaian pekerjaan proyek
konstruksi seperti peralatan yang digunakan, bahan pekerjaan konstruksi
maupun yang lainnya.
Menurut Husen (2008), beberapa contoh tenaga kerja yang terlibat
secara langsung dilapangan dalam pekerjaan proyek konstruksi dan
memiliki peranan yang cukup dominan seperti :
a. Project Manager
Merupakan orang yang bertangung jawab penuh atas
pelaksanaan proyek, ia mengawasi semua tenaga kerja yang terlibat
dalam proyek, baik yang berada di lapangan serta yang bertugas di
kantor.
b. Site Manager
Merupakan staff ahli untuk mewakili pekerjaan kontraktor di
lapangan dan memiliki wewenang penuh untuk mengambil tindakan-
tindakan yang berkaitan dengan pelaksanaan semua pembangunan
serta bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada pekerjaan
proyek konstruksi.
c. Site Engineer
Site Engineer merupakan pembantu tugas manager proyek
yang memiliki tugas dalam perencanaan teknis dan material yang
meliputi menyediakan seluruh shop drawing, membuat perhitungan
konstruksi yang diperlukan, menentuk anspesifikasi data teknis bahan
dan volume pekerjaan. Selain itu, juga membuat metode pelaksanaan
yang diperlukan oleh proyek dan waktu kerja yang diperlukan.
6

d. Administrasi atau Keuangan


Bagian ini merupakan bagian yang membantu project manager
dalam menangani masalah administrasi atau keuangan. Tugasnya
adalah mengatur administrasi proyek, mengurus keuangan proyek,
mengurus upah tenaga kerja dan mengatur surat-surat yang
diperlukan.
e. Logistik atau Gudang
Merupakan orang yang mengurusi pengadaan barang,
peralatan dan material untuk pelaksanaan proyek.
f. Kepala Pelaksana
Merupakan tenaga kerja yang mengkoordinir berbagai
pekerjaan di lapangan dan bertanggung jawab kepada site manager
atas kemajuan pelaksanaan pekerjaan. Tugas kepala pelaksana
diantaranya mengkoordinir pelaksana dan mengawasi pelaksanaan
pekerjaan sehari-hari serta menetapkanje nis dan bagian-bagian
pekerjaan untuk setiap mandor.
g. Pelaksana
Pelaksana merupakan orang yang membantu kepala
pelaksana dalam mengerjakan pekerjaan fisik secara keseluruhan.
Tugas pelaksana adalah menghitung volume pekerjaan, mengawasi
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan bertanggung jawab kepada
kepala pelaksana. Bagian inilah yang secara intens berinteraksi
dengan tenaga kerja di lapangan dan secara langsung pula memberi
instruksi atau komando pada tenaga kerja.
h. Mandor
Mandor ialah orang yang dapat mengatur pekerjaan tertentu
sehingga ia apat mendatangkan sejumlah tenaga kerja sesuai dengan
kualifikasi yang diperlukan, seperti kelompok tukang kayu, besi dan
sebagainya.
i. Kepala
Tukang Kepala Tukang merupakan tenaga terampil yang
mempunyai dasar pengetahuan teknik sampai tingkat tertentu seperti
membaca atau memahami gambar konstruksi, menghitung kebutuhan
bahan, dan sebagainya.
7

j. Tukang
Tukang merupakan orang yang mempunyai keahlian dan
keterampilan tertentu dalam pekerjaan yang disebabkan karena
pengalaman dan kebiasaan, namun masih terbatas pada pekerjaan
sederhana diantaranya adalah membuat bekisting, merakit tulangan,
memplester dan lain-lain.
k. Pekerja atau Laden
Pekerja adalah orang yang tidak mempunyai keahlian sama
sekali, hanya mengandalkan kemampuan fisik. Jenis pekerjaan yang
dilaksanakan diantaranya adalah penggalian tanah, melayani dan
mengangkut material.
3. Manajemen
a. Pengertian
Manajemen berasal dari kata “manage” yang artinya mengatur,
mengurus atau mengelola. Manajemen dapat diartikan sebagai:
1) Manajemen sebagai suatu proses
2) Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen
3) Menajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu
pengetahuan (science)
Menurut George Robert Terry:
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu dengan menggunakan kegiatan orang lain yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan (actuating), dan pengendalian controlling).
Tujuan manajemen:
1) Untuk mencapai keteraturan, kelancaran, dan kesinambungan
usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
2) Untuk mencapai efisiensi, yaitu suatu perbandingan terbaik antara
input dan output.
b. Fungsi Manajemen
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu dengan menggunakan kegiatan orang lain yang terdiri
8

dari tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian


(organizing), penggerakan (actuating), dan pengendalian (controlling).
1) Produktifitas Tenaga Kerja
Mengingat bahwa pada umumnya proyek berlangsung
dalam kondisi yang berbeda-beda, maka dalam merencanakan
tenaga kerja hendaknya dilengkapi dengan analisis produktifitas
dan indikasi variabel yang mempengaruhinya. Variabel ini
misalnya disebabkan oleh lokasi geografi, iklim, keterampilan,
pengalaman ataupun oleh aturan-aturan yang berlaku. Variabel
tersebut kebanyakan bersifat intangibles yang sulit untuk
dinyatakan dalam nilai numerik, apalagi dihitung secara
matematis. Meskipun demikian, perlu adanya pegangan atau tolak
ukur untuk memperhitungkan produktifitas tenaga kerja bagi
proyek yang hendak ditangani yaitu untuk mengukur hasil guna
atau efisiensi kerja misalnya dengan membandingkannya
terhadap suatu patokan yang dipakai
2) Anggaran Biaya Proyek
Pada pelaksanaan proyek konstruksi, disamping kita
mengetahui pihak-pihak yang berperan dalam pekerjaan
konstruksi, diperlukan juga perencanaan Anggaran atau
keuangan. Masalah keuangan ini mencakup biaya dan
pendapatan proyek serta penerimaan dan pengeluaran kas,
secara umum biaya proyek dapat dikelompokan menjadi Biaya
tetap (modal tetap) dan Biaya tidak tetap ( modal kerja ). Modal
tetap merupakan bagian dari biaya proyek yang digunakan untuk
menghasilkan produk yang diinginkan, mulai dari studi kelayakan
sampai konstruksi atau instalasi tersebut berjalan penuh.
Sedangkan modal kerja merupakan biaya yang digunakan untuk
menutupi kebutuhan pada tahab awal operasi. Secara lebih jelas,
total biaya yang dikeluarkan pada suatu proyek dapat dilihat pada
bagan dibawah ini:
9

Total biaya proyek

Modal tetap Modal kerja


Upah tenaga
kerja pada awal
operasi
Suku cadang (1
tahun)
Persediaan
Biaya langsung Biaya tak langsung bahan mentah
Pekerjaan Tanah Desain engineering dan produk
Pengadaan Manajemen dan Fasilitas
peralataan penyelia sementara
Memasang Peralatan Pengeluaran
peralatan konstruksi lain-lain
Pipa dan instrumen Fasilitas sementara
Listrik Overhead dan pajak
Gedung Kontinensi laba
perkantoran atau fee
Utility dan off site Utility dan off site
Pembebasan tanah Pembebasan tanah

Gambar.2.1. Klasifikasi Perkiraan Biaya Proyek

Anggaran menunjukkan perencanaan penggunaan dana


untuk melaksanakan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu.
Dalam penyelenggaraan proyek, suatu anggaran yang disusun
rapi yaitu anggaran yang dikaitkan dengan rencana jadwal
pelaksanaan pekerjaan, akan merupakan patokan dasar atau
pembanding dalam kegiatan pengendalian. Anggaran dapat
menjadi tidak sesuai dengan kenyataan. Bila perbedaan sudah
terlalu besar maka penggunaan anggaran sebagai alat
perencanaan dan pengendalian menjadi tidak ampuh lagi. Oleh
karenanya anggaran perlu disesuaikan, bila hal ini memang
diperlukan dari segi pengendalian dan perencanaan. Jadi
penyesuaian disini adalah untuk membuat anggaran tetap
10

terhadap situasi akhir. Dengan demikian sifat-sifat ketat dan


realistik dari suatu anggaran tetap terjaga.
c. Manajemen Konstruksi
Menurut Husen (2008), pengertian manajemen proyek adalah
penerapan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, cara teknis
yang terbaik dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai
sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu, dan waktu, serta
keselamatan kerja.
Manajemen konstruksi merupakan bentuk manajemen proyek
yang mencakup tahapan kegiatan sejak awal pelaksanaan
pembangunan terdiri dari empat tahap, yaitu:
1) Perencanaan (planning)
2) Pengorganisasian (organizing)
3) Pelaksanaan (actuating)
4) Pengawasan (controlling)
Dalam mencapai tujuan proyek telah ditentukan batasan yaitu
besar biaya yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus
dipenuhi. Ketiga batasan tersebut disebut tiga kendala (triple
constraint). Ketiga hal ini merupakan parameter penting bagi
penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran
proyek, yaitu:
1) Biaya, proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran
2) Mutu, produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi
spesifikasi dan kriteria yang ditentukan
3) Waktu, proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan
tanggal akhir yang telah ditentukan.
Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan
sejauh mana ketiga sasaran proyek tersebut terpenuhi (Soeharto,
2000). Ilmu manajemen proyek sangat diperlukan dalam
mengintegrasikan, mengkoordinasikan semua sumber daya yang
dimiliki dalam mencapai keberhasilan dalam pencapaian sasaran
proyek. Menurut Project Management Institute (1996), manajemen
11

proyek mencakup sembilan bidang ilmu. Adapun kesembilan ilmu


yang dimaksud antara lain: Manajemen Ruang Lingkup, Manajemen
Waktu, Manajemen Biaya, Manajemen Komunikasi, Manajemen
Risiko, dan Manajemen Integrasi. Pada penelitian ini yang akan
dibahas adalah bagian manajemen waktu.
d. Sistem Manajemen Waktu
Manajemen waktu proyek mencakup segala proses yang
diperlukan untuk memastikan proyek selesai tepat pada waktunya.
Sistem manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya
perencanaan dan penjadwalan proyek, dimana dalam perencanaan
dan penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman yang spesifik
untuk menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien
(Clough dan Sears,1991). Sumber daya dalam proyek konstruksi
biasa disebut dengan istilah 5 M, yang terdiri dari:
1) Men (manusia)
2) Material (bahan-bahan untuk pengerjaan konstruksi)
3) Machines(mesin/peralatan)
4) Money (uang)
5) Methods (metode/cara/teknologi)
Walaupun dalam manajemen waktu seluruh pekerjaan telah
dipelajari dan dianalisa secara mendalam, tidak ada rencana yang
sempurna. Tidak satu pun perencana mampu mengantisipasi setiap
hal mengenai pekerjaan yang mungkin akan terjadi saat konstruksi
berlangsung, ada banyak hal yang akan menjadi kendala penerapan
manajemen waktu. Kendala dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
memiliki makna: (1) halangan; rintangan; kendala; (2) faktor atau
keadaan yang membatasi, menghalangi, mencegah pencapaian
sasaran atau pembatalan pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan suatu proyek banyak masalah yang tidak
diperhitungkan sebelumnya dapat muncul setiap hari. Cuaca buruk,
keterlambatan pengiriman material, konflik dengan pekerja, kerusakan
peralatan, kecelakaan kerja, perubahan urutan kerja, dan berbagai
macam kejadian lainnya dapat menggangu rencana dan jadwal yang
telah disusun sebelumnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan evaluasi
12

mengenai performance pekerjaan di lapangan apakah telah sesuai


atau tidak dengan rencana.
e. Aspek-aspek Manajemen Waktu
Rencana operasional dan jadwal harus dibuat selaras dengan
batas waktu yang telah ditentukan. Jadwal dan jaringan kerja dipakai
untuk melakukan kontrol terhadap pekerjaan, dimana didalamnya
tercantum waktu kapan pekerjaan tersebut seharusnya dimulai dan
kapan selesainya dapat diketahui apakah suatu pekerjaan mengalami
kemajuan atau kemunduran.

Menyusun Jadwal

Mengukur dan membuat laporan kemajuan

Membandingkan kemajuan di lapangan dengan rencana

Menentukan akibat yang timbul pada saat penyelesaian

Merencanakan dan mengimplementasikan tindakan perbaikan

Memperbaharui jadwal

Gambar 2.1 Siklus Manajemen Waktu


Sumber : Clough and Sears (1991)
Jarang ditemui suatu keadaan dimana suatu jadwal rencana
dapat tepat dengan pelaksanaan di lapangan. Untuk dapat mencapai
kondisi demikian dibutuhkan suatu perencanaan yang cermat dan
didukung faktor eksternal agar hal tersebut dapat tercapai.
Penandaan prestasi pekerjaan dalam alat pengendalian (schedule)
dilanjutkan dengan penyesuaian urutan kegiatan disebut dengan
updating (Ervianto, 2002). Walaupun menghadapi keadaan yang terus
13

mengalami perubahan, target waktu yang ditunjukkan pada Gambar


2.1 diulang secara teratur selama proyek berlangsung.
1) Menyusun Jadwal (Planning)
Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil
perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal
rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya
berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta durasi
proyek dan progress waktu untuk menyelesaikan proyek. Dalam
proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar
kegiatan dibuat lebih rinci. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan adalah pengalokasian
waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing
pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek sehingga
tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-
keterbatasan yang ada (Husen.2008).
Proses penyusunan jadwal tidak hanya berlangsung
sebelum pekerjaan dimulai, namun tetap berlanjut selama
pekerjaan berlangsung. Project Management Institute (1996)
mengindentifikasikan proses yang berlangsung sebelum dan
selama pekerjaan berlangsung sebagai berikut:
a) Identifikasi Kegiatan (Activity Definition)
Agar sebuah proyek yang kompleks mudah
dikendalikan, maka perlu untuk diuraikan dalam bentuk
komponen-komponen individual dalam struktur hirarki, yang
dikenal dengan Work Breakdown Structure (WBS). Pada
dasarnya WBS merupakan suatu daftar yang bersifat top down
dan secara hirarkis menerangkan komponen-komponen yang
harus dibangun dan pekerjaan yang berkaitan dengannya.
Struktur dalam WBS mendefinisikan tugas-tugas yang
dapat diselesaikan secara terpisah dari tugas-tugas lain,
memudahkan alokasi sumber daya, penyerahan tanggung
jawab, pengukuran dan pengendalian proyek. Pembagian
tugas menjadi sub tugas yang lebih kecil tersebut dengan
14

harapan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan dan diestimasi


lama waktunya.
Melakukan rincian sebuah proyek ke dalam bagian-
bagian komponen yang lebih kecil akan memudahkan
pembagian alokasi sumber daya dan pemberian tanggung
jawab individual. Perlu kiranya memberi perhatian pada
penggunaan detail level yang sangat tinggi akan menyerupai
hasil dan manajemen mikro. Sedangkan kondisi ekstrim
kebalikannya, tugas-tugas mungkin akan menjadi demikian
lebar untuk bisa diatur secara efektif. Hasil dari WBS berupa
daftar kegiatan.
b) Penyusunan Urutan Kegiatan (Activity Sequencing)
Setelah diuraikan menjadi komponen-komponen,
lingkup proyek disusun kembali menjadi urutan kegiatan
sesuai dengan logika ketergantungan. Tujuan dari
penyusunan urutan kegiatan adalah untuk mengetahui
bagamana meletakkan kegiatan ditempat yang benar, apakah
harus bersamaan(paralel), setelah pekerjaan yang lain selesai
atau sebelum pekerjaan yang lain selesai(sequental). Pada
penyusunan urutan kegiatan ketergantungan dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
(1) Mandatory dependencies, atau juga disebut hard logic,
adalah ketergantungan alami yang ada pada proyek,
biasanya melibatkan keterbatasan fisik kegiatan yang
dikerjakan. Misalnya, pekerjaan atap tidak bisa dikerjakan
sebelum pekerjaan pondasi selesai.
(2) Discretionary dependencies, atau juga disebut soft logic,
adalah ketergantungan yang ditetapkan oleh tim
manajemen berdasarkan best pratice pada kegiatan
tertentu
(3) External dependencies, adalah ketergantungan yang
melibatkan hubungan kegiatan proyek dengan yang bukan
merupakan kegiatan proyek, misalnya pemancangan tiang
15

pancang baru bisa dilakukan setelah tiang pancang tiba di


lokasi proyek.
c) Perkiraan kurun waktu kegiatan (Duration estimating)
Setelah terbentuk jaringan kerja, masing-masing
komponen kegiatan diberikan perkiraan kurun waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan,
juga perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan tersebut. durasi suatu aktivitas adalah
panjangnya waktu pekerjaan mulai dari awal hingga akhir.
Dalam memperkirakan kurun waktu kegiatan, kontraktor harus
menyusun time schedule yang akan dipakai sebagai acuan
dalam mengerjakan proyek. Ada 2 pendekatan dalam
menentukan durasi aktivitas, yaitu:
(1) Pendekatan teknik, meliputi pemeriksaan persediaan
sumber daya, mencatat produktivitas sumber daya,
memeriksa kuantitas pekerjaan dan kemudian menentukan
durasi.
(2) Pendekatan praktek, meliputi pengalaman dan penilaian
ahli (expertjudgement)
d) Penyusunan Jadwal (Schedule Development)
Penyusunan jadwal berarti menentukan waktu mulai
dan berakhirnya seluruh kegiatan pada suatu proyek. Apabila
waktu mulai dan berakhirnya tidak realistis kemungkinan besar
proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan
jadwal. Untuk dapat menyusun jadwal yang akurat diperlukan
berbagai macam masukan seperti; diagram jaringan kerja,
perkiraan durasi pekerjaan, kebutuhan sumber daya,
ketersediaan sumberdaya, kalender, batasan (tenggat waktu
dan milestone), asumsi dan leads and lags.
Analisis matematika adalah teknik yang umumnya
digunakan dalam menyusun jadwal. Mtoda yang digunakan
dalam menyusun jadwal antara lain :
16

(1) Critical Path Method (CPM)


CPM (Critical Path Method) adalah teknik
manajemen proyek yang menggunakan hanya satu faktor
waktu per kegiatan. Merupakan jalur tercepat untuk
mengerjakan suatu proyek, dimana setiap proyek yang
termasuk pada jalur ini tidak diberikan waktu jeda/istirahat
untuk pengerjaannya. Dengan asumsi bahwa estimasi
waktu tahapan kegiatan proyek dan ketergantungannya
secara logis sudah benar. Jalur kritis merupakan jalur yang
terdiri dari kegiatan-kegiatan yang bila terlambat akan
mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek.
Dalam CPM aktivitas disimbolkan dengan panah sehingga
CPM disebut juga activity on arror (AOA),
(2) Program Evaluation and Review Technique (PERT)
PERT merupakan teknik estimasi yang
menggunakan metode statistik. Teknik ini berbasis pada
peristiwa (event oriented) untuk setiap aktivitas. Untuk
setiap aktivitas dievaluasi waktu penyelesaian yang paling
cepat (optimistis), paling lama (pesimistis) dan yang paling
realistisnya. Dari data-data ini, kemudian dihitung distribusi
rata-ratanya, dan dianggap sebagai nilai akhir yang paling
memungkinkan. Dengan menggunakan teknik PERT maka
estimasi akan lebih realistis karena mendasarkan
perhitungan pada teori peluang dan variasinya.
(3) Precendence Diagramming Method (PDM)
Metode perancangan jaringan kerja ini
menggunakan node untuk mewakili suatu kegiatan,
kemudian menghubungkannya dengan panah untuk
menunjukkan ketergantungannya. Terdapat empat
ketergantungan dalam PDM yaitu: finish-to-start (FS);
aktivitas B dapat dimulai ketika aktivitas A selesai, start to
start (SS); aktivitas B dapat dimulai apabila aktivitas A
dimulai, finih-to-finish(FF); aktivitas B tidak dapat diakhiri
apabila aktivitas A belum berakhir, dan start-to-finish (SF);
17

aktivitas B tidak dapat diakhiri selama aktivitas A belum


dimulai.
(4) Duration Compression
Duration Compression adalah analisis matematika
khusus yang mencari jalan untuk memperpendek jadwal
tanpa mengubah scope pekerjaan. Metode yang
digunakan antara lain crashing dan fast tracking Output
dari proses penyusunan jadwal ini dapat berupa:
(a) Bagan Balok (Gantt Chart)
Metode bagan balok diperkenalkan oleh H.L
Gantt pada tahun 1917. Bagan balok disusun dengan
maksud untuk mengindentifikasi unsur-unsur waktu
dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang
terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian, dan pada
saat pelaporan.
Bagan balok dapat dibuat secara manual atau
dengan menggunakan komputer. Bagan ini tersusun
pada arah vertikal dan horizontal. Pada sumbu
horizontal, dicatat pekerjaan atau elemen atau paket
kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek dan
digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu
vertikal, tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu
atau bulan.
(b) Project Network Diagram
Diagram jaringan kerja adalah output yang
dihasilkan oleh metode-metode jaringan kerja seperti
CPM, PERT dan PDM
(c) Milestones Chart
Milestone adalah event yang mendapat
perhatian khusus dalam suatu proyek, milestone
biasanya ditempatkan sebelum akhir suatu kegiatan
agar corrective action masih dapat dilakukan saat
terjadi masalah. Milestone chart dapat digunakan
18

sebagai alat kontrol kemajuan proyek terutama pada


jaringan kerja.
e) Pengendalian Jadwal (Schedule Control)
Pengendalian waktu proyek (schedule control)
merupakan salah satu bagian dari pengendalian proyek
(project controlling) yang bertujuan bagaimana menjaga
proyek tersebut agar selesai sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Manajemen pengendalian waktu proyek harus
meliputi semua proses yang diperlukan untuk menjamin
ketepatan waktu penyelesaian proyek tersebut. Selama proses
pengendalian ini, dilakukan pengukuran serta monitoring
secara rutin terhadap apa yang telah dicapai selama
pelaksanaan pekerjaan, kemudian hasilnya dievaluasi dan
dibandingkan dengan rencana semula, sehingga dapat
diketahui apakah terjadi penyimpangan terhadap tujuan atau
tidak.
f. Pelaksanaan Proyek
Tahap pelaksanaan di lapangan dimulai sejak ditetapkannya
pemenang lelang dan diawali dengan menerbitkan Surat Perintah
Kerja serta penyerahan lapangan dengan segala keadaannya kepada
kontraktor. Kontraktor mengawali kegiatannya dengan mengeluarkan
surat pemberitahuan saat mulai bekerja yang sekaligus memuat
informasi mengenai organisasi dan petugas lapangannya. Kemudian
dimulailah pekerjaan-pekerjaan persiapan, pengujian material, survei
pengukuran dan persiapan pula tata cara dan prosedur penanganan
masalah-masalah administratif. Selanjutnya perlu mengembangkan
jadwal rencana kerja menjadi jadwal yang lebih terinci.
Pengembangan jadwal rencana kerja harus mampu mengantisipasi
kemungkinan munculnya permasalahan dan hambatan, termasuk
memperhitungkan jalan keluarnya. Jadwal rencana detail berlaku
sebagai kerangka induk untuk dijabarkan lebih rinci lagi dalam bentuk
jadwal pengadaan material, alat-alat dan tenaga kerja, jadwal
penagihan, pembayaran prestasi dan penyusunan arus kas.
Kemudian perlu ditetapkan pedoman praktis mekanisme dalam
19

rangka mewujudkan sistem pengelolaan , koordinasi, pengendalian


dan pemeriksaan pekerjaan kontraktor sampai sedetail mungkin.
Selama proses konstruksi berjalan dilakukan pengendalian dengan
selalu mengikuti laporan dan evaluasi pekerjaan, termasuk jadwal
rencana kerja yang dipersiapkan secara teratur dalam waktu periodik
harian, mingguan dan bulanan. Biasanya setiap laporan dilengkapi
foto-foto keadaan dan perkembangan lapangan yang disertai pula
catatan- catatan penting seperlunya. Penerapan pelaksanaan
pekerjaan yang didasarkan pada rencana kerja dari waktu ke waktu
harus selalu dimonitoring, termasuk mengevaluasi segala kendala
dan hambatan yang dihadapi agar segera dapat diberikan cara
penyelesaiannya. Untuk itu perlu diadakan rapat-rapat koordinasi
secara periodik.
Setiap proses pelaksanaan konstruksi memerlukan program
pengendalian mutu hasil pekerjaan berdasarkan pada sistem
pengendalian yang menyeluruh. Pelaksanaan tugas kegiatan
pengendalian mutu pada hakikatnya adalah pemantauan langkah
demi langkah terhadap proses pelaksanaan pekerjaan. Jadi bukan
hanya memberikan penilaian terhadap hasil akhir suatu proyek.
Proses pemantauan ini mencakup penilaian terhadap metode kerja,
ketrampilan kerja, pengadaan material, pengadaan peralatan,
pengadaan tenaga kerja, termasuk keselamatan dan keamanan kerja.
g. Pengendalian Pelaksanaan Proyek
Pengendalian pelaksanaan proyek konstruksi pada dasarnya
adalah pemeriksaan, yaitu memeriksa apakah hasil kerja atau
pelaksanaan telah direalisasikan sesuai dengan perencanaan.
Apabila hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan
yang sudah direncanakan, maka harus segera dibuat langkah-
langkah tindak lanjut (counter-measure) agar pelaksanaan dapat
sesuai dengan yang sudah direncanakan. Pemeriksaan dilakukan
secara terusmenerus secara rutin sesuai chek point dan control point.
Control point bisa dikatakan sebagai hold point yaitu titik dimana
pelaksanaan pekerjaan lanjutan tidak boleh dimulai sebelum
pekerjaan sebelumnya selesai dikerjakan. Dalam hal ini, Soeharto,
20

2001, memberikan definisi bahwa pengendalian adalah usaha yang


sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran
perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan standar
dengan pelaksanaan, kemudian mengadakan tindakan pembetulan
yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan
efisien dalam rangka mencapai sasaran. Untuk proyek konstruksi, ada
tiga unsur yang selalu dikendalikan dan diukur yaitu kemajuan
dibandingkan dengan kesepakatan kontrak, pembiayaan terhadap
rencana anggaran dan mutu hasil pekerjaan terhadap spesifikasi
teknik.
h. Pengendalian Biaya
Pegendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses
pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan
dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa
anggaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, aspek dan objek
pengendalian biaya akan identik dengan perencanaan biaya,
sehingga berbagai jenis kegiatan di kantor pusat dan lapangan harus
selalu dipantau dan dikendalikan agar hasil implementasinya sesuai
dengan anggaran yang telah ditentukan.
Agar suatu pegendalian biaya dapat terlaksana dengan baik, di
samping pelakunya harus menguasai masalah teknis serta
tersedianya prosedur dan perangkat penunjang, dalam perusahaan
yang bersangkutan diperlukan suatu suasana atau kondisi yang
mendukung, antara lain :
1) Sikap sadar anggaran; ini berarti semua pihak penyelenggara
proyek menyadari dampak kegiatan yang dilakukan terhadap
biaya.
2) Selalu mencari alternatif yang dapat menghasilkan penghematan
biaya.
Salah satu cara yang mendorong terciptanya suasana tersebut
adalah mengkomunikasikan kepada pihak pimpinan dan mereka yang
berkepentingan perihal penggunaan dana dan menekankan adanya
area-area yang berpotensial dapat diperbaiki kinerjanya.
21

Proses pengendalian biaya proyek dimulai pada saat membuat


RAPK (Rencana Anggaran Proyek Pengendali) dan contract review
(Kaji Ulang Kontrak) hingga proses fisik proyek mencapai akhir
pelaksanaan. Sebagai salah satu alat pengendalian adalah berupa
laporan keuangan proyek atau Evaluasi Biaya Pelaksanaan Proyek
(EBPP ). EBPP ini memuat informasi atau laporan tentang anggaran
biaya yang direncanakan, realisasi penggunaan anggaran biaya
dilapangan sampai kemajuan pekerjaan tetentu dan proyeksi biaya
sampai penyelesaian proyek atau disebut Projected Final Cost (PFC).
i. Pengendalian Manajemen
1) Pengendalian Biaya Bahan
Pengendalian biaya bahan untuk proyek dilakukan untuk
menentukan kebutuhan riil bahan atau material proyek guna
mendukung pelaksanaan proyek dilapangan. Adapun kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian biaya bahan adalah:
a) Menghitung volume keseluruhan bahan pokok atau utama
berdasarkan gambar.
b) Mencocokkan dengan volume dalam RAP.
c) Membuat SPP (Surat Permintaan Pembelian) bahan sebesar
max.80 % dari total volume rencana, kecuali untuk material
import, agar dihitung secara tepat dan dipesan 100 %. d.Untuk
material yang memerlukan persetujuan pemilik proyek :
(1) Mendapatkan contoh material yang harga satuannya lebih
murah dari RAP, tetapi masih bisa diterima spesifikasinya.
(2) Mengajukan contoh, material tersebut untuk disetujui
Pemilik proyek.
(3) Membuat persetujuan tertulis.
d) Melakukan penawaran harga dengan supplier dan
menyiapkan surat.
e) Membuat PO (Purchase Order) atau surat pesanan bahan
dengan volume maksimum. sebesar SPP dan harga satuan
sesuai negosiasi.
22

f) Melampirkan dalam PO jadwal pengiriman bahan. h.Membuat


PO dalam kondisi Lumpsum fixed price dan pasal – pasal
sesuai kontrak kontraktor dengan pemilik proyek.
g) Mengadakan pengendalian secara periodik terhadap realisasi
penerimaan bahan dan dengan memperhitungkan sisa
pekerjaan.
2) Pengendalian Biaya Upah
Dalam setiap kegiatan proyek, pengendalian biaya upah
menjadi kegiatan penting dan sangat menentukan keberhasilan
suatu proyek. Adapun tahapan yang perlu diperhatikan dalam
pengendalian biaya upah yang bisa dilakukan adalah :
a) Menghitung volume pekerjaan sesuai lingkup pekerjaan dalam
kontrak.
b) Mencocokan volume yang tertera dalam RAP ( Rencana
Anggaran Pelaksanaan).
c) Melakukan negosiasi upah dengan pedoman standar upah
dari proyek lain yang sejenis sampai mencapai harga yang
paling efisien.
d) Membuat SPK, yang semaksimal mungkin mencakup volume
80 – 90 % dari total volume pekerjaan.
e) Merinci nilai atau biaya dalam SPK dengan jelas, mencakup
semua jenis pekerjaan yang mendukung dan masing-masing
harganya, misalnya pembersihan atau perapian, alat Bantu
dan lembur.
3) Pengendalian Biaya Subkontraktor
Untuk melaksanakan pengendalian biaya Subkontraktor
dapat dilakukan dengan mekanisme seperti :
a) Memilih Subkontraktor hendaknya ditekankan pada
kemampuan teknis dan kesiapannya pada waktu diperlukan.
b) Paket kerja yang lengkap dan terinci perihal deskripsi lingkup
kerja, jadwal dan spesifikasi.
c) Membuat kontrak yang bersifat lumpsum fixed price, yang
artinya biaya untuk pekerjaan yang disubkan telah tetap.
23

d) Menjaga agar pekerjaan subkontraktor tidak boleh terlambat


dari jadwal yang telah disepakati.
e) Sebelum memulai eksekusi kontrak, diadakan pembahasan
bersama mengenai sistem pengendalian yang akan
diterapkan.
Karena umumnya kontrak berbentuk lump sum, maka
kontraktor (pemilik) dalam aspek pengendalian biaya
memperhatikan masalah change order yang diajukan oleh
subkontraktor. Untuk lingkup pekerjaan subkontraktor yang
relative besar, seperti mendirikan tangki, membangun pelabuhan
atau pengerukan, kontraktor secara internal harus memiliki
prosedur dan mekanisme pengendalian. Secara keseluruhan
aktivitas pengendalian biaya dan jadwal subkontraktor meliputi :
a) Pemantauan kemajuan fisik
b) Penelitian jumlah tenaga kerja. Ini dilakukan dengan meneliti
laporan mingguan serta bulanan yang ada.
c) Pemantauan agar pembayaran disesuaikan dengan kemajuan.
d) Pegkajian dampak apabila terjadi keterlambatan jadwal
terhadap proyek secara keseluruhan.
e) Forecast biaya dan jadwal pekerjaan tersisa.
4) Pengendalian Biaya Alat
Peralatan yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan
proyek konstruksi dapat berupa peralatan yang dimiliki sendiri
maupun yang berupa sewa. Untuk melaksanakan pengendalian
terhadap peralatan yang akan dipergunakan ini dapat dilakukan
dengan :
a) Mengusahakan agar alat (terutama alat berat) dapat bekerja
dengan optimal sehingga OR (Occupancy Ratio) dapat
tercapai semaksimal mungkin atau dengan perkataan lain
produktifitas alatnya yang tinggi.
b) Kebutuhan alat ringan dapat dipenuhi secara Outsourcing
(sewa dari luar) untuk menghindari biaya perawatan dan
penyimpanan yang tinggi.
24

5) Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk menjaga
agar waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang telah
dipersiapkan sebelum proyek dimulai. Hal ini dimaksudkan agar
rencana waktu yang telah ada dapat digunakan sebagai tolok ukur
terhadap pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan.
Pengendalian waktu pelaksanaan proyek dapat dilakukan
dengan menggunakan alat bantu jadwal pelaksanaan seperti Bar
Chat Schedule, kurva S sebagai indikator terlambat tidaknya
proyek dan formulir-formulir pengendalian jadwal yang lebih rinci,
masing-masing untuk bahan, alat maupun subkontraktor.
4. Laporan Kemajuan Pekerjaan
Seiring dengan adanya kemajuan ( progress ) pada masing-masing
pekerjaan, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan
terhadap rencana perlu dilakukan pengukuran pada pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Hasil pengukuran pekerjaan dituangkan dalam suatu
laporan. Laporan kemajuan proyek menjelaskan kemajuan proyek sampai
dengan saat pelaporan, termasuk didalamnya :
a. Tabulasi persentase penyelesaian pekerjaan utama.
b. Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk.
c. Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahannya.
d. Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besar
terhadap pencapaian sasaran proyek.
Sistem informasi (laporan) sebaiknya memberikan keterangan
yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi kemajuan pekerjaan
menjelaskan hasil-hasil kegiatan perencanaan, pangadaan dan
pelaksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan, kumulatif dan
pada bulan yang bersangkutan.
5. Kurva S (lengkung S)
Kurva Pengendalian Kurva-S dapat dibuat dengan cepat dan
mudah dalam penggunaannya untuk berbagai tujuan, termasuk
pembandingan visual antara target dan kemajuan aktual. Kurva S dipakai
juga untuk pengujian ekonomi dan mengatur pembebanan sumber daya
serta alokasinya, menguji perpaduan kegiatan terhadap rencana kerja,
25

pembandingan kinerja aktual target rencana atau anggaran biaya untuk


keperluan evaluasi dan analisis penyimpangan. Kurva kemajuan secara
grafis dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan pada sumbu tegak
dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu mendatar. Kriteria kemajuan
dapat berupa persentase bobot prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai
uang yang dibelanjakan, jumlah kuantitas atau volume pekerjaan,
penggunaan berbagai sumber daya dan masih banyak lagi ukuran
lainnya. Kurva-S rangkap ini membentuk semacam pembungkus. Jika
pelaksanaan yang sebenarnya berada dalam daerah pembungkus, maka
sasaran proyek besar kemungkinannya akan tercapai. Jika pelaksanaan
sebenarnya berada dalam lingkungan pembungkus itu maka sasaran
proyek besar kemungkinan akan dapat tercapai. Bila pelaksanaan
sebenarnya berada di bawah rencana memulai lambat maka proyek
umumnya tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya jika tidak
diadakan revisi. Untuk mencegah sampai adanya kurva pelaksanaan
berada di bawah rencana mulai paling lambat maka pada setiap unit
waktu tertentu disajikan kecenderungan arah kemiringan kurva (trend).
Pada kurun waktu tertentu, bila trend kurva naik berarti kinerja
pelaksanaan proyek baik. Kondisi yang demikian mengakibatkan hasil
yang dicapai lebih besar dari yang direncanakan. Tetapi ada kalanya
trend kurva mendatar atau bahkan turun. Gejala ini jika terus berlanjut
mengakibatkan kurva berada di bawah mulai paling lambat. Ini berarti
prestasi kerja yang dicapai lebih rendah dari yang direncanakan.
Dengan mengetahui trend kurva pengendalian pihak pengawas
dapat memberikan saran atau peringatan kepada pihak pelaksana
proyek. Penggunaan grafik “S” dijumpai dalam hal-hal berikut : 1.Pada
analisis kemajuan proyek secara keseluruhan. 2.Penggunaan sama
dengan butir di atas, tetapi untuk satuan unit pekerjaan atau elemen-
elemennya. 3.Pada kegiatan engineering dan pembelian untuk
menganalisis prosentase (%) penyelesaian pekerjaan, misalnya jam-
orang untuk menyiapkan rancangan, produksi gambar, menyusun
pengajuan pembelian terhadap waktu. 4.Pada kegiatan kontruksi, yaitu
untuk menganalisa pemakaian tenaga kerja atau jam- orang dan untuk
menganalisa prosentase (%) penyelesaian serta pekerjaan lain yang
26

diukur dalam unit versus waktu. Grafik “S” sangat berfaedah untuk dipakai
sebagai bulanan dan laporan kepada pimpinan proyek maupun pimpinan
perusahaan karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukkan kemajuan
proyek maupun pimpinan perusahaan karena grafik ini dapat dengan
jelas menunjukkan kemajuan proyek
6. Unsur Waktu (Diagram Network)
Pada penggambaran network planning, digunakan simbol yang
dapat berbentuk segi empat ataupun lingkaran. Simbol – simbol ini dapat
digunakan asalkan disertai legenda yang menjelaskan maksud oleh
pembuatannya. Misalnya saja, seseorang menggunakan simbol berupa
lingkaran dan segi empat.
7. Syarat Syarat Pembuatan Network Diagram
Beberapa hal yang dgunakan sebagai pedoman dalam pembuatan
network diagram adalah sebagai berikut:
a. Dalam penggambaran, network diagram harus jelas dan mudah untuk
dibaca.
b. Harus dimulai dari event/kejadian dan akhiri pada event/kejadian.
c. Kegiatan disimbolkan dengan anak panah yang digambar garis lurus
dan boleh patah yang digambar garis lurus dan boleh patah.
d. Dihindari terjadinya perpotongan antar anak panah.
e. Di antara dua kejadian, hanya boleh ada satu anak panah.
f. Penggunaan kegiatan semu ditunjukan dengan garis putus-putus
g. Penulisan kejadian dan kegiatan.

Gambar 2.2 Simbol Antar Kejadian Berbentuk Bulat


27

Gambar 2.3Simbol Antar kejadian Berbentuk Kotak

Gambar 2.4 Simbol antar kejadian Menunjukan Durasi Pekerjaan


Untuk memberikan ilustrasi yang lebih jelas, marilah kita cermati
sebuah network diagram berikut. Contoh ini diberikan untuk menjelaskan
Earliest Event Time (EET), Latest Event Time (LET).

Gambar 2.5 Contoh Activity On Arrow Pada Perusahaan A


28

2.2 Kerangka Berfikir

Pendahuluan

Rumusan Masalah

Studi Literatur

Pustaka Survei Lapangan


1. Buku 1. Wawancara
2. Jurnal 2. Schedule
3. Internet 3. Kuesioner
4. Manajemen waktu

Pengolahan Data

Kesimpulan

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual Perbandingan Penerapan Manajemen Waktu


terhadap Pengeluran Biaya Pada Pembangunan Perumahan Studi
Kasus di Grand Devina Estate Malang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 2 Juni 2020 sampai dengan
tanggal 27 Januari 2021.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perumahan Grand Devina Estate Malang

29
30

3.2 Metode Penelitian


Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk
menjawab pertanyaan peneliti dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang
mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2011). Penelitian ini
menggunakan metode studi perbandingan (comparative study) yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan
perbedaan sebagai fenomena untuk mencari faktor-faktor apa, atau situasi
bagaimana yang menyebabkan timbulnya suatu peristiwa tersebut.
(Notoatmodjo, 2010).
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal
komparatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk membandingkan variable
bebas dari beberapa kelompok subyek yang mendapat pengaruh berbeda
dari variable bebas. Desain penelitian kausal komparatif dapat dibedakan
menjadi dua yaitu desain penelitian kohort dan kontrol. Pendekatan yang
dipakai pada desain penelitian case control adalah rancangan penelitian
yang membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol.
Sehingga penelitian ini disebut juga penelitian prospektif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan penerapan manajemen waktu
dan tidak menerapkan manajemen waktu terhadap pengeluaran biaya
pembangunan.
Pengambilan sampel melalui metode wawancara ini dilakukan
kepada responden dari kontraktor. Daftar pertanyaan yang dibuat hanya
satu jenis saja. Dalam hal ini, satu perusahaan kontraktor yang
diwawancarai hanya satu orang saja, yaitu Project Manager yang mengerti
dan terlibat langsung mulai dari penjadwalan, pelaksanaan, pengontrolan,
hingga meng-update kembali jadwal suatu proyek konstruksi.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi mencakup
segala hal, termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang
ada pada objek.
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
31

yang ada pada populasi, misalnya pada keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi
harus benar-benar representatif (Sugiyono, 2012).
Sampel dalam penelitian ini hanya satu orang saja, yaitu Project
Manager yang mengerti dan terlibat langsung dengan pembangunan.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakterisistik yang memberikan
nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Nursalam,
2017).
a. Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang
menjadi sebab dari suatu kejadian sehingga menimbulkan akibat.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan manajemen
waktu pada proyek Grand Devina Estate Malang.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang
dihubungkan oleh variabel bebas atau variabel independent.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah total biaya yang
dikeluarkan pada proyek perumahan Grand Devina Estate Malang.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan
istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional
sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna
penelitian (Setiadi, 2015). Dari data-data yang sudah didapatkan,
selanjutnya dilakukan perhitungan bobot pekerjaan untuk masing-
masing item. Kemudian dilakukan analisis pengendalian biaya dan
waktu menggunakan beberapa pendekatan yaitu :
a. Perhitungan Budgeted Cost Of Work Schedule (BCWS)
Penulis akan membuat BCWS dengan cara menghitung dari
persentasi rencana kerja di kali dengan jumlah biaya proyek yang
telah direncanakan. BCWS = % Rencana × BAC
32

b. Perhitungan Budgeted Cost Of Work Performance (BCWP)


Penulis akan membuat BCWP dengan cara menghitung dari
persentasi penyelesaian/realisasi di kali dengan jumlah biaya proyek
yang telah direncanakan. BCWP = % Aktual × BAC
c. Perhitungan Actual Cost Of Performance (ACWP)
ACWP di dadapatkan dari jumlah anggaran sesungguhnya
yang terpakai untuk kegiatan yang telah dilaksanakan.
d. Perhitungan Schedule Varians (SV)
Penulis melakukan perhitungan SV untuk mengetahui
penyimpangan antara nilai BCWP dengan BCWS. Jika nilai SV
bernilai positif maka pekerjaan proyek yang terlaksana lebih banyak
dari rencana. Sebaliknya jika nilai negatif menunjukkan kinerja
pekerjaan yang buruk karena pekerjaan yang terlaksana lebih sedikit
dari jadwal yang direncanakan. SV = BCWP – BCWS
e. Perhitungan Cost Variance (CV)
Penulis melakukan perhitungan CV untuk mengetahui apakah
proyek yang sedang dijalankan masih dalam batas anggaran atau
melebihi anggaran. CV = BCWP – ACWP
f. Perhitungan Schedule Performance Index (SPI)
Penulis melakukan perhitungan SPI untuk membandingkan
bobot pekerjaan di lapangan dan dalam perencanaan. Jika nilai SPI
= 0 maka proyek tepat waktu, jika nilai SPI < 1 maka progres proyek
tertinggal dibandingkan rencana. Dan sebaliknya, jika SPI > 1 maka
progres lebih cepat dibandingkan rencana. SPI = BCWP : BCWS
g. Perhitungan Cost Performance Index (CPI)
Penulis melakukan perhitungan CPI dengan membandingkan
nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (BCWS) dengan
biaya yang telah di keluarkan dalam periode yang sama (ACWP).
CPI = BCWP/ACWP
h. Perhitungan Perkiraan Biaya Untuk Pekerjaan Tersisa (ETC)
Penulis melakukan perhitungan ETC untuk mengetahui
perkiraan biaya pekerjaan tersisa dalam periode tertentu.
ETC = (BAC – BCWP) / CPI
33

i. Perkiraan total biaya proyek Estimate At Completion (EAC)


Penulis melakukan perhitungan EAC untuk mengetahui
perkiraan total biaya dalam periode tertentu.
EAC = ACWP + ETC
j. Perhitungan Estimate Date Complete (EDC)
Penulis melakukan perhitungan EDC untuk mengetahui
estimasi sisa waktu proyek dalam periode tertentu.
EDC = (Sisa Waktu / SPI) + Waktu lewat
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
1. Studi kepustakaan
Kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik
atau masalah. Informasi diperoleh dari berbagai macam sumber yang
relevan.
2. Studi lapangan
Pengumpulan data secara langsung ke lapangan dengan teknik
wawancara. Pertanyaan terdiri dari lima sub bahasan pertanyaan, yaitu :
a. Pertanyaan mengenai Schedule
b. Pertanyaan mengenai Monitoring
c. Pertanyaan mengenai Analysis
d. Pertanyaan mengenai Corrective Action
e. Pertanyaan mengenai Update Schedule

3.6 Teknik Analisa Data


Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena
atau gejala sosial dengan lebih menitikberatkan pada gambaran yang
lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi
variabel-variabel yang saling terkait. Harapannya ialah diperoleh
pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya
dihasilkan sebuah teori. Karena tujuannya berbeda dengan penelitian
kuantitatif, maka prosedur perolehan data dan jenis penelitian kualitatif juga
berbeda (Rahardjo, 2010).
Di dalam ilmu manajemen proyek terdapat istilah Konsep Nilai hasil
(Earned Value Concept) atau disingkat dengan EVC. Konsep ini merupakan
suatu konsep perhitungan anggaran biaya sesuai dengan pekerjaan yang
34

telah diselesaikan (budget cost of work performance). Dengan kata lain,


konsep ini mengukur besarnya satuan pekerjaan yang telah selesai pada
waktu tertentu, bila dinilai berdasarkan jumlah anggaran yang tersedia untuk
pekerjaan tersebut. Untuk nantinya dapat diketahui hubungan antara yang
telah dicapai secara fisik terhadap jumlah anggaran yang telah dikeluarkan.
Metode Earned Value mengkombinasikan biaya, jadwal dan prestasi
pekerjaan. Earned Value mengukur besarnya pekerjaan yang telah
diselesaikan pada waktu dan menilai berdasarkan jumlah anggaran yang
disediakan untuk pekerjaan tersebut. Metode ini dapat mengungkapkan
apakah kemajuan pelaksanaan pekerjaan proyek senilai dengan pemakaian
bagian anggarannya.
Dengan analisis konsep Earned Value dapat diketahui hubungan
antara apa yang sesungguhnya telah dicapai secara fisik terhadap jumlah
anggaran yang telah dikeluarkan. Formula Earned Value adalah sebagai
berikut :
Nilai Hasil = (% penyelesaian) x (anggaran)
BAB IV
ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data Penelitian


1. BCWS (Budget Cost Work Schedule)
Dalam konsep nilai hasil (earned value concept), ada tiga
komponen dasar dalam menganalisa kinerja dari proyek yaitu BCWS
(Budget Cost Work Schedule), BCWP (Budget Cost Work Performance),
dan ACWP (Actual Cost Work Performance). Adapun tahap-tahap dalam
membuat ketiga komponen dasar tersebut yaitu akan dijelasakan pada
gambar 4.1 di bawah ini:

Gambar 4.1 Diagram Komponen Dasar Earned Value Concept

Selanjutnya akan dianalisa mengenai pengendalian biaya dan


jadwal (waktu) proyek Pembangunan/Perluasan perumahan Grand
Devina Estate Malang sehingga nanti dapat diketahui apakah proyek di
masa mendatang akan memperoleh profit dan dapat selesai tepat waktu
atau tidak. Berikut juga disajikan rambu-rambu atau early warning dan
metode pencegahan agar masalah yang terjadi dalam pelaksanaan
proyek dapat teratasi.

35
36

BCWS (Budget Cost Work Schedule) adalah anggaran biaya yang


dialokasikan berdasarkan rencana kerja yang telah disusun terhadap
waktu. Selanjutnya akan ditampilkan Master Schedule proyek yang
memuat kurva S rencana atau kurva BCWS pada gambar 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2 Master Schedule Proyek


2. ACWP (Actual Cost Work Performance)
ACWP (Actual Cost Work Performance) adalah representasi dari
keseluruhan pengeluaran yang telah dikeluarkan untuk menyelesaikan
pekerjaan dalam periode tertentu. ACWP berasal dari laporan finansial
(akuntan) proyek yang berupa catatan kas keluar.
3. BCWP (Budget Cost Work Performance)
BCWP (Budget Cost Work Performance) adalah nilai yang
diterima dari penyelesaian pekerjaan selama periode waktu tertentu. Nilai
tersebut dapat diekpresikan sebagai anggaran (budget) dari pekerjaan.
BCWP inilah yang disebut nilai hasil (earned value). Berikut akan
dijabarkan mengenai evaluasi pelaksanaan proyek per bulan yang
memuat master schedule, evaluasi biaya dan waktu, serta keadaan biaya
dan waktu tiap bulannya yang ditampilkan dalam kuadran biaya vs.
waktu.
37

4.2 Pengeluaran biaya proyek pembangunan perumahan Grand Devina Estate


Malang yang tidak menerapkan manajemen waktu
CV = BCWP – ACWP = -0,08% (Nilai pekerjaan yang telah
diselesaikan lebih rendah dibandingkan
dengan biaya yang telah dikeluarkan
atau dengan kata lain kontraktor
mendapatkan kerugian dalam proyek,
CV = negatif)
SV = BCWP – BCWS = -5,06% (Pekerjaan yang terlaksana lebih
sedikit dibanding rencana atau
dikatakan proyek berjalan lebih lambat,
SV = negatif)
BCWP
CPI  = 0,99 (Terjadi pemborosan biaya, CPI < 1)
ACWP
BCWP
SPI  = 0,91 (Kinerja pekerjaan tidak mencapai
ACWP
target yang telah direncanakan, SPI <
1)
(BAC - BCWP)
EAC = ACWP + = Rp. 30.937.904.634
CPIxSPI
VAC = BAC – EAC = -Rp. 6.158.271.503 (Ramalan kerugian pada akhir
proyek)
Terjadi pemborosan biaya dan kinerja pekerjaan tidak mencapai
target yang telah direncanakan. Pada gambar 4.5.a di bawah, dapat
dilihat bahwa garis ACWP berada di atas garis BCWP. Hal tersebut
menandakan terjadi kerugian pada proyek. Dapat pula dilihat bahwa garis
BCWP berada di bawah garis BCWS. Hal ini berarti proyek I-46 berjalan
lebih lambat dari rencana. Karena hasil peramalan menunjukkan hal
tersebut jika nilai BCWP pada bulan III nanti berada di bawah rencana
(55,58%), maka menjadi early warning bagi kontraktor untuk
mengantisipasi dan berusaha memenuhi target BCWP yang telah
ditetapkan.
Dimisalkan tindakan penanganan warning situation yang muncul
tidak dilakukan, maka kuadran biaya vs. waktu pada gambar 4.3.b
38

memberikan tanda berwarna merah (bad situation), di mana proyek


mengalami keterlambatan dan akan terjadi kerugian pada akhir proyek.
Hal ini telah diramalkan pada perhitungan CPI (Cost Performance Index)
dan VAC (Variance At Completion) di atas sehingga tanpa penanganan,
dapat dikatakan bulan III nanti akan mengalami bad situation (bad
schedule). Berikut adalah gambar 4.3:

Gambar 4.3 Master Schedule Control


(Gambar dari Kontraktor)

4.3 Pengeluaran biaya proyek pembangunan perumahan Grand Devina Estate


Malang yang menerapkan manajemen waktu
CV = BCWP – ACWP = 0,28% (Nilai pekerjaan yang telah peroleh
lebih banyak dibandingkan dengan
biaya yang telah dikeluarkan atau
dengan kata lain kontraktor
mendapatkan keuntungan dalam
proyek, CV=Positif)
SV = BCWP – BCWS = 0,65% (Pekerjaan yang terlaksana lebih
banyak dibanding rencana atau
dengan kata lain proyek berjalan lebih
cepat, SV=Positif)
BCWP
CPI  = 1,13 (Terjadi penghematan biaya, CPI > 1)
ACWP
39

BCWP
SPI  = 1,36 (Kinerja pekerjaan mencapai target
ACWP
yang telah direncanakan, SPI > 1)
(BAC - BCWP)
EAC = ACWP + = Rp. 16.238.723.721
CPIxSPI
VAC = BAC – EAC = Rp. 8.540.909.410 (Ramalan keuntungan
pada akhir proyek)
Terjadi penghematan biaya dan kinerja pekerjaan telah mencapai
target yang direncanakan. Pada gambar 4.4.a di bawah, dapat dilihat
bahwa garis ACWP berada di bawah garis BCWP. Hal ini berarti terjadi
keuntungan pada proyek. Dapat pula dilihat bahwa garis BCWP berada di
atas garis BCWS. Hal ini berarti proyek berjalan lebih cepat dari rencana.
Berikut adalah gambar 4.4:

Gambar 4.4 Master Schedule Control


(Gambar dari Kontraktor)

4.4 Perbandingan penerapan manajemen waktu pada pembangunan perumahan


Grand Devina Estate Malang.
Berdaarkan hasil pekerjaan pembangunan perumahan Grand Devina
Estate Malang yang tidak menerapkan manajemen waktu menunjukkan hasil
bahwa terjadi pemborosan biaya dan kinerja pekerjaan tidak mencapai target
yang telah direncanakan. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil Earned
Value menunjukkan ramalan kerugian pada akhir proyek sebesar -Rp.
6.158.271.503. Sedangkan hasil pekerjaan yang menerapkan manajemen
40

waktu menunjukkan hasil bahwa terjadi penghematan biaya dan kinerja


pekerjaan telah mencapai target yang direncanakan dengan hasil Earned
Value menunjukkan ramalan keuntungan pada akhir proyek sebesar Rp.
8.540.909.410.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pembangunan yang
menerapkan manajemen waktu tidak akan mengalami kerugian ataupun
pemborosan biaya. Dalam konsep nilai hasil (earned value), nilai BCWP
sangatlah berperan penting dalam menentukan kondisi proyek yang sedang
berlangsung ataupun yang akan datang. Dari segi biaya, telah terjadi
penghematan dengan ditandakan oleh garis ACWP berada di bawah garis
BCWP. Sehingga kontraktor mendapatkan keuntungan dalam proyek.
Menurut Lock (1992) manajemen proyek adalah suatu cabang khusus
dalam manajemen. Bidang ini tumbuh dan berkembang karena adanya
kebutuhan dalam dunia industri modern untuk mengkoordinasi dan
mengendalikan berbagai kegiatan yang kian kompleks. Manajemen yang
penerapannya lebih banyak menggunakan pendekatan sarana dan
prasarana adalah manajemen proyek. Itulah karakteristik khas proyek sesuai
dengan „sifat dan ciri khas proyek (Syah. 2004).
Pengendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan
biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya
sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, aspek dan objek pengendalian biaya akan identik dengan
perencanaan biaya, sehingga berbagai jenis kegiatan di kantor pusat dan
lapangan harus selalu dipantau dan dikendalikan agar hasil implementasinya
sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam konsep nilai hasil (earned value), nilai BCWP sangatlah berperan
penting dalam menentukan kondisi proyek yang sedang berlangsung
ataupun yang akan datang. Dari segi biaya, telah terjadi penghematan
dengan ditandakan oleh garis ACWP berada di bawah garis BCWP.
Sehingga kontraktor mendapatkan keuntungan dalam proyek.
2. Dari segi waktu, proyek diramalkan akan selesai dalam waktu lebih cepat
dari yang direncanakan di mana nilai BCWP sesuai dengan target yang
direncanakan. Ramalan ini akan terwujud apabila pihak kontraktor
mampu menjaga kualitas dan kuantitas kerjanya hingga proyek selesai.

5.2 Saran
1. Diperlukan kesigapan dari QS (Quantity Surveyor) dan pihak MK
(Manajemen Konstruksi) dalam menghitung dan meramalkan nilai BWCP
ke depannya sehingga proyek tetap dapat terkendali dalam segi biaya
dan waktu.
2. Segala keterlambatan proyek, contohnya keterlambatan dalam
pengiriman material haruslah dapat diramalkan sebelumnya, menentukan
berapa lama durasi yang dibutuhkan dalam pengiriman material hingga
sampai ke gudang sehingga keterlambatan proyek dapat diantisipasi.

41
42

DAFTAR PUSTAKA

Soeharto, 2000 Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional,


Jakarta : Erlangga

Husen. 2008. Manajemen Proyek Edisi Revisi, Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET

Widiasanti, Irika & Lenggogeni, 2013, Manajemen Konstruksi, Bandung :


PT.Remaja Rosdakarya Offset

Fitra Ramdhani, 2016. “Analisis Biaya dan Waktu dengan Metode Earned Value
Concept pada Proyek BJDM area RL Construction AT WELL 3S-21B
Area 9 PT. Adhi karya CS Work Unit Rate Packgea – Duri”. Racic,
Volume 1, Nomor 1

Biemo W. Soemardi, dkk. 2006. Konsep Earned Value untuk Pengelolaan Proyek
Konstruksi. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung. Bandung

Ardani. 2009. Analisa Penerapan Manajemen Waktu pada Proyek Konstruksi


Jalan. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara

Budi Witjaksana, Samuel Petrik Reresi. 2017. Analisis Biaya Proyek dengan
Metode Earned Value dalam Proses Kerja. Jurnal Teknik Sipil Untag
Surabaya. Vol. 05, No. 02, hal 45−56

Fitra Ramdhani, 2016. “Analisis Biaya dan Waktu dengan Metode Earned Value
Concept pada Proyek BJDM area RL Construction AT WELL 3S-21B
Area 9 PT. Adhi karya CS Work Unit Rate Packgea – Duri”. Racic,
Volume 1, Nomor 1 Juni 2016 17−35
43

Lampiran 1

Sumber Daya Tenaga Kerja

No Kegiatan Jabatan Jumlah Satuan


1 Pekerjaan Pendahuluan Pekerja
Mandor
2 Pekerjaan Pondasi Pekerja
Tukang
Mandor
3 Pekerjaan Lantai Pekerja
Tukang
Mandor
4 Pekerjaan Dinding Pekerja
Tukang
Mandor
5 Pekerjaan Atap Pekerja
Tukang
Mandor
6 Pekerjaan Plafon Pekerja
Tukang
Mandor
7 Pekerjaan pintu dan jendela Pekerja
Tukang
Mandor
8 Pekerjaan Cat Pekerja
Tukang
Mandor
9 Pekerjaan Akhir Proyek Pekerja
Tukang
Mandor

Sumber Daya Peralatan

No Kegiatan Kebutuhan Peralatan


44

Sumber Daya Material

No Kegiatan Kebutuhan Material

Data Biaya Proyek

No Kegiatan Biaya

Lampiran 2
45

Pengeluaran biaya proyek pembangunan perumahan Grand Devina Estate


Malang yang tidak menerapkan manajemen waktu
46

Lampiran 3

Pengeluaran biaya proyek pembangunan perumahan Grand Devina Estate


Malang yang menerapkan manajemen waktu

Anda mungkin juga menyukai