PENDAHULUAN
Melalui Dinas Cipta Karya dan Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Lampung,
pemerintah mengupayakan untuk mengakomodir kebutuhan akan tempat
berkumpul dan refrensi tempat untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan
tambahan dari yang sudah diajarkan di bangku sekolah maupun perkuliahan.
Sebelumnya Provinsi Lampung sudah memiliki Perpustakaan Daerah yang
berlokasi di Jalan Wolter Monginsidi N0.120a, Pengajaran, Kec Teluk Betung
Utara, Kota Bandar Lampung. Perpustakaan ini diresmikan pada tanggal 24
September 1988. Akan tetapi seiring berkembangnya zaman, fasilitas-fasilitas
yang terdapat di gedung perpustakaan mengalami penurunan fungsi. Dan dari segi
1
lokasi pun tidak lagi strategis untuk gedung perpustakaan karena cukup jauh dari
beberapa sekolah maupun universitas. Maka diadakannya pembangunan gedung
perpustakaan baru yang memiliki fasilitas-fasilitas yang diharap dapat menunjang
masyarakat untuk berkembang dalam aspek pendidikan.
Dalam penelitian ini untuk menganalisa nilai ekonomis sebuah bangunan dengan
mempertimbangkan biaya pengoperasian sepanjang umur hidup bangunan, maka
digunakan metode Life Cycle Cost (LCC). LCC ini sudah dikenal sejak
pertengahan tahun 1970 dan telah diterapkan oleh beberapa negara, perusahaan-
perusahaan besar dan proyek-proyek yang disponsori oleh pemerintah. Metode ini
dapat digunakan untuk mempermudah pengambilan keputusan berdasarkan nilai
ekonomis dengan mempertimbangkan lokasi, perencanaan teknik dan arsitektur,
pembangunan, pengaturan, pengoperasian sampai dengan pembuangan yang
diikuti dengan penggantian dari komponen selama jangka waktu umur hidup
bangunan.
2
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
3
1.5. Sistematika Penulisan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proyek adalah suatu kegiatan yang telah ditentukan dengan alokasi sumber daya
terbatas dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Cleland & King (1983),
Proyek adalah kumpulan dari berbagai sumber daya yang dikumpulkan dalam
wadah organisasi sementara untuk mencapai tujuan tertentu. Maka dapat
diartikan, proyek adalah kegiatan yang bersifat sementara (waktu terbatas), tidak
berulang, tidak bersifat rutin dan mempunyai waktu awal dan waktu akhir. Dalam
pembahasan ini pengertian proyek dibatasi pada proyek kontruksi, yaitu proyek
yang berhubungan dengan bidang kontruksi (pembangunan).
Daur hidup proyek adalah tahapan suatu proyek yang menggambarkan dari awal
perumusan masalah (need), kepada perencanaan, hingga penyelesaian dan pada
akhirnya penghancuran. Alur daur hidup proyek seperti pada Gambar 2.1.
5
Berdasarkan Gambar 2.1 terdapat 7 tahapan pada daur hidup proyek yaitu sebagai
berikut.
1. Need
Proyek mulai dikarenakan adanya suatu kebutuhan untuk memenuhi keperluan
tertentu. Oleh karena itu, diperlukan suatu infrastruktur untuk memfasilitasi
dan memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Project Formulation Process
Setelah mengetahui kebutuhan yang diperlukan, kemudian ditetapkan rumusan-
rumasan masalah yang dapat diselesaikan dengan adanya infrastruktur tersebut
di masa mendatang.
3. Planning Process
Pada tahap ini perlu dipahami apakah solusi dari permasalahan yang ada akan
lebih bermanfaat dari biaya yang dikeluarkan (benefit/cost). Maka akan
dilakukan investigasi terhadap masalah serta ruang lingkup masalah , kemudian
mengembangkan suatu solusi untuk masalah tersebut.
4. Engineering and Design Process
Setelah proyek ditetapkan layak untuk dilakukan, langkah selanjutnya adalah
melanjutkan ke tahap perencanaan dan perancangan. Pada tahapan ini, perihal
rencana teknis proyek akan diatur secara rinci dalam dokumen proyek yang
meliputi: penggambaran, perhitungan, spesifikasi teknis, anggaran biaya,
jadwal, sumber daya, serta metode pekerjaannya.
5. Construction Process
Pada proses konstruksi, semua hal-hal teknis yang ada di dokumen proyek akan
dilaksanakan di lapangan. Proses pengadaan material, tahapan-tahapan
konstruksi, pengendalian mutu material, pembagian sumber daya manusia,
pengendalian jadwal, dan metode pekerjaan akan terlibat dalam tahap ini.
6. Use Management Process
Setelah proyek konstruksi telah selesai dilaksanakan, maka infrastruktur
tersebut selama masa layannya sudah dapat dipakai oleh user/pengguna untuk
memenuhi kebutuhan awal. Umumnya, masa layan berkisar antara 20-50
tahun.
6
7. Disposal Process
Infrastruktur tersebut akan dibongkar kembali, diperbaharui atau diubah
menjadi infrastruktur lain apabila infrastruktur tersebut sudah habis masa
layannya.
Menurut jurnal Lei Su (SU, 2012), terdapat empat (4) hal yang menjadi tujuan
utama WBS yaitu :
1. Sebagai alat perencanaan dan desain yang dapat dideskripsikan sebagai urutan
keterkaitan dari setiap proses atau kegiatan secara berurutan
2. Sebagai pendekatan untuk melakukan desain terstruktur yang dapat
menggambarkan hubungan dari setiap project unit secara jelas
3. Sebagai alat perencanaan yang dapat menggambarkan secara berurutan hingga
selesainya proyek dengan petunjuk lebih detail bagi setiap unit untuk
menyelesaikan proyek
4. Sebagai alat pelaporan, dimana dengan WBS dapat digunakan untuk
menghasilkan laporan status sebuah proyek, termasuk untuk mengawasi
kinerja, beban kerja, tanggung jawab hingga proses komunikasi.
7
Terdapat 8 tahapan pembuatan WBS, tahapannya adalah sebagai berikut.
1. Find The Project Deliverables
Tahap awal adalah menemukan produk luaran dari proyek. Setiap aktivitas
proyek memiliki produk luaran tersendiri, sehingga kita bisa memastikan fokus
utama dari proyek merupakan hasil luaran aktivitas. Produk luaran
(deliverable) dari suatu proyek utamanya berasal dari kebutuhan klien.
2. Build And Review The Initial Product Breakdown Strucure (PBS)
Setelah menemukan kebutuhan klien tentang luaran proyek, hal selanjutnya
adalah membangun dan mengkaji PBS awal. Terdapat dua langkah pada tahap
ini, yakni:
a. Membangun Product Breakdown Structure (PBS)
Pada langkah ini membuat PBS bisa menggunakan bentuk grafik organisasi
maupun dengan format garis besar. Dalam pembuatan PBS menunjukan
bagaimana merakit produk luaran proyek hingga selesai dan produk luaran
yang terpenting berdasarkan level
b. Mempresentasikan langkah 1 kepada klien
Hasil visual dari langkah pertama akan disajikan kepada klien dan pada
langkah ini akan terciptanya persetujuan produk luaran proyek dari klien
dan tim proyek. Hal biasanya disebut manajer proyek dengan “ruang
lingkup proyek”.
3. Build down the PBS
Melanjutkan tahap selanjutnya, tahap ini adalah tahap melengkapi fase yang
telah dibuat pada tahap sebelumnya untuk dapat menghasilkan PBS.
4. Establish The Activities
Setelah melengkapi fase sebelumnya, selanjutnya adalah tahap
mengembangkan PBS dalam bentuk aktivitas proyek. Selama fase ini seorang
manajer proyek menetapkan hasil produk luaran kepada individu-individu
tertentu.
5. Building The Network
Pada tahap ini tim proyek akan membuat jaringan dari setiap proses yang ada.
Pada tahap kelima hingga terakhir adalah tahap WBS Process yaitu tahap
dalam mengaitkan antar aktvitas yang telah diidentifikasikan pada tahap
8
sebelumnya. Pada tahap ini akan mendirikan kualitas dari keseluruhan proses.
Diagram jaringan yang dibuat berorientasi waktu dan terorganisir berdasarkan
urutan logis dari aktivitas-aktivitas yang telah ditentukan dari tahapan
sebelumnya.
6. Assigning Resources
Tahap keenam adalah menugaskan sumber daya, dari jaringan yang telah
dibuat maka akan dilengkapi dengan penambahan informasi, tim proyek akan
mengidentifikasi sumber informasi setiap aktivitas. Sumber informasi
diperlukan ketika melakukan alokasi sumber daya. Dari penugasan sumber
daya akan diketahui siapa saja yang akan bertanggung jawab atas berjalannya
proyek tersebut.
7. Estimate The Duration
Tahap selanjutnya ialah mengestimasi durasi proyek. Setiap angggota tim
proyek menetapkan waktu untuk aktivitas yang mereka kerjakan. Kombinasi
yang benar dari jaringan aktivtas dan durasi akan mendirikan penjadwalan
proyek.
8. Verify The Project Timeline
Tahap selanjutnya ialah dengan memastikan struktur aktivitas yang telah dibuat
sesuai dengan estimasi durasi pengerjaan proyek.
9
2.4.2 Jenis-jenis Bangunan Gedung
10
6. Bangunan Fasilitas Peribadatan
Bangunan-bangunan yang dibangunan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan batin manusia sebagai makhluk yang memiliki Tuhan adalah
bangunan peribadatan. Bangunan ini biasanya digunakan sebagai tempat
beribadah dan upacara keagamaan. Yang termasuk bangunan peribadatan
contohnya masjid, gereja, kelenteng, pura, dan vihara.
7. Bangunan Fasilitas Transportasi
Terminal untuk tempat berhentinya bus, pelabuhan sebagai tempat menepinya
kapal, stasiun untuk pemberhentian kereta api, dan bandara sebagai tempat
mendaratnya pesawat adalah beberapa contoh bangunan fasilitas transportasi.
Bangunan ini umumnya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas layanan yang
menunjang alat transportasi tersebut.
8. Bangunan Budaya dan Hiburan
Bangunan budaya adalah bangunan yang digunakan untuk melestarikan dan
atau mempertunjukkan suatu kebudayaan. Berbeda dengan bangunan hiburan,
bangunan ini ialah bangunan yang dipakai guna tempat menciptakan hal-hal
yang menghibur. Tetapi, pada bangunan terdapat hubungan antara keduanya
yang saling merekat dan mendukung satu sama lain. Contohnya, gedung
pertunjukan yang menampilkan drama sarat budaya yang dapat menghibur
penonton. Begitu pula dengan bioskop, museum, dan perpustakaan.
9. Bangunan Pemerintahan dan Layanan Publik
Bangunan pemerintahan merupakan bangunan yang dibangun oleh pemerintah
guna melaksanakan tugas dan kewajibannya. Selain itu, bangunan ini juga
dipakai sebagai bangunan layanan publik misalnya dalam pengurusan data
kependudukan, berkas-berkas resmi, surat perijinan, laporan pengaduan, dan
lain-lain. Oleh sebab itu, pembuatan bangunan ini harus dirancang sedemikian
rupa agar dapat mendukung kegiatan-kegiatan tersebut. Contoh dari bangunan
pemerintahan dan layanan publik antara lain, kantor polisi, kantor perizinan,
kantor dinas, dan balai pemerintahan.
11
2.5. Life Cycle Cost
Sejak dahulu sudah diketahui bahwa evaluasi biaya bangunan yang hanya
berdasarkan biaya awal saja tidaklah cukup. Pertimbangan terkait biaya
pemakaian yang diperlukan sepanjang usia bangunan harus juga diperhatikan.
Namun, hal ini kembali lagi dapat dipengaruhi oleh tipe klien. Contohnya,
developer yang membangun gedung untuk dijual hanya akan memperhatikan
komponen-komponen biaya pemakaian di masa datang sehingga membuat proyek
tersebut menarik bagi pembeli. Sehingga, tingkat kepentingan yang berbeda akan
berkaitan dengan faktor biaya pemakaian, tergantung apakah proyek yang
dibangun tersebut akan dijual kembali, disewakan ataukah ditempati klien sendiri.
Life Cycle Cost adalah salah satu gagasan yang dapat digunakan dimana semua
biaya yang timbul akibat keputusan investasi adalah relevan terhadap keputusan
12
tersebut. Seluruh tahapan dalam siklus pembangunan berlangsung selama umur
bangunan berjalan, dan tentunya sepanjang bangunan dijalankan tentu semua
tahapan tersebut memerlukan biaya (cost).
Terdapat beberapa pengertian Life Cycle Cost menurut beberapa ahli, diantaranya
sebagai berikut :
1. Menurut Asworth (1994), Life Cycle Cost merupakan biaya bangunan
mencakup biaya total yang berkaitan mulai dari tahap permulaan hingga tahap
pembongkaran akhir.
2. Dalam New South Wales Treasury (2004), menjelaskan bahwa Life Cycle Cost
adalah seluruh biaya yang di pergunakan sepanjang masa pakai yang mencakup
pesiapan, desain, akuisisi dan biaya lainnya yang langsung berhubungan
dengan kepemilikan atau penggunaan aset.
3. Menurut Fuller. & Petersen (1995), Life Cycle Cost (LCC) adalah suatu metode
ekonomi guna mengevaulasi proyek berdasarkan keseluruhan biaya yang
terjadi mulai dari tahap pengelolaan, pengoprasian, pemeliharaan, dan
pembuangan suatu komponen dari sebuah konstruksi, dimana hal ini di jadikan
pertimbangan yang begitu penting dalam pengambilan keputusan.
4. Menurut Barringer & Weber (1996), Life Cycle Cost (LCC) adalah salah satu
konsep pemodelan perhitungan biaya dimulai dari tahapan permulaan sampai
pembongkaran suatu aset dari suatu proyek sebagai alat untuk mengambil
keputusan atas sebuah studi analisis dan perhitungan dari total biaya yang ada
selama siklus hidup bangunan.
5. Menurut Sieglinde. K. Fuller dan Stephen. R. Petersen dalam National Institute
of Standards and Technology (NIST) Handbook 135 (1996), Life Cycle Cost
(LCC) merupakan suatu cara ekonomi dalam melakukan pengevaluasiaan suatu
proyek atas keseluruhan biaya yang timbul dimulai dari tahap pengelolaan,
pengoperasian, pemeliharaan, dan pembuangan suatu komponen dari sebuah
proyek, dimana hal ini dijadikan pertimbangan yang begitu penting untuk
mengambil suatu keputusan.
6. Menurut I Nyoman Pujawan (2004), Life Cycle Cost dari suatu item merupakan
jumlah keseluruhan pengeluaran yang berkaitan dengan item tersebut sejak
mulai dirancang sampai tidak terpakai lagi.
13
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, Life Cycle Cost dapat diartikan dengan
biaya awal adalah biaya perencanaan dan pelaksanaan bangunan, biaya
operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama bangunan beroperasi, biaya
perawatan dan penggantian ialah biaya untuk perawatan dan penggantian
komponen-komponen penyusun bangunan selama umur rencana bangunan dan
biaya demolisi adalah biaya penghancuran gedung yang di lakukan ketika sudah
habis umur rencana bangunan. Dapat disimpulkan biaya bangunan adalah biaya
selama umur rencana bangunan. Oleh karena itu, life cycle cost dapat dirumuskan
seperti dibawah ini.
LCC = C + M + O – S
Keterangan :
C = Biaya awal (present cost, rupiah)
M = Biaya perawatan dan penggantian (annual cost, rupiah/tahun)
O = Biaya operasional
S = Salvage value (future cost, rupiah)
Rencana Life Cycle Cost adalah suatu langkah terkait pengeluaran usulan dari
suatu proyek konstruksi sepanjang usia proyek tersebut. Sejak pelaksanaan
pembangunan, mulai dari ide, studi kelayakan, perencanaan, pelaksanaan, sampai
pada operasi pemeliharaan dan pembongkaran membutuhkan bermacam-macam
biaya yang dikelompokkan menjadi beberapa komponen yaitu :
1. Biaya Awal
Biaya awal adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dibutuhan mulai dari pra-
studi sampai proyek selesai di bangun, mulai dari biaya persiapan, biaya
perencanaan, biaya konstruksi dan juga pengawasan selama pelaksanaan.
2. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah seluruh biaya yang di keluarkan oleh pengelola
bangunan gedung untuk menjalankan tugas sehari-hari seperti :
14
a. Gaji Pegawai
Menurut Sugiyarso & Winarni (2005), Gaji merupakan sejumlah
pengeluaran dalam bentuk tunai kepada pegawai yang diberi tugas
administratif dan manajemen, dimana pengeluaran ini biasanya ditetapkan
secara bulanan. Berlainan dengan upah yang merupakan imbalan yang
diberikan kepada buruh yang melakukan pekerjaan kasar dan lebih banyak
mengandalkan kekuatan fisik, jumlah imbalan upah biasanya ditetapkan
secara harian atau berdasarkan unit pekerjaan yang diselesaikan.
b. Biaya listrik dan fasilitas umum
Biaya Listrik dan fasilitas umum adalah salah satu pengeluaran pokok
dalam pengoperasian sebuah gedung. Biaya ini sangat bergantung pada
jumlah dan kapasitas orang/pengguna yang menempati bangunan tersebut.
Dimana, orang/penggunan sebanding lurus dengan biaya yang akan
dikeluarkan, kerena semakin banyak orang/pengguna bangunan gedung
tersebut maka akan semakin tinggi pula kebutuhan listik dan fasilitas umum
yang digunakan. Biaya ini dihitung berdasarkan jumlah pemakaian listrik
untuk penerangan dan untuk pengoperasian pompa air pertimbangan dalam
menentukan biaya tersebut adalah:
1) Komponen elektronik
2) Komponen pencahayaan
3) Tarif dasar listrik
c. Pajak bumi dan bangunan (PBB)
Pajak bumi dan bangunan (PBB) merupakan pajak yang bersifat kebendaan.
Artinya, besar pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek pajak tersebut.
Yang termasuk kedalam objek pajak yaitu bumi dan bangunan. Pajak bumi
dan bangunan di tentukan berdasarkan nilai jual objek pajak (NJOP).
Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya
jumlah pajak yang terutang. Berdasarkan UU No. 12 Tahun 1985 Tentang
Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 3 tentang objek pajak yang tidak dikenakan
Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang :
15
1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang
tidak dimaksud-kan untuk memperoleh keuntungan;
2) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu; merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak;
3) Digunakan oleh perwakilan diplomati konsulat berdasarkan asas timbal
balik;
4) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini studi kasus termasuk kedalam
objek yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan sesuai dengan
pernyataan 1 yang merupakan objek untuk melayani kepentingan umum.
3. Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan adalah biaya pengeluaran kegiatan yang sering tidak di
perhitungkan secara jangka panjang dalam pengelolaan suatu konstruksi,
sehingga dalam pengoperasiannya sering terjadi permasalahan biaya. Terutama
biaya penggantian komponen yang merupakan biaya perawatan berkala yang
ditujukan agar bangunan dapat bekerja sesuai fungsinya dan umur rencana
bangunan tersebut. Dijelaskan dalam Permen PU No.45 tahun 2007 bahwa
biaya pemeliharaan per m2 bangunan gedung setiap tahunnya di tetapkan
maksimum adalah sebesar 2% dari harga bangunan. Menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung sebagai berikut.
a. Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung
selalu layak fungsi (preventive maintenance).
b. Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau
prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap layak fungsi (currative
maintenance).
16
Tujuan utama dari proses pemeliharaan adalah :
a. Untuk memperpanjang usia bangunan,
b. Untuk menjamin ketersediaan perlengkapan yang ada dan juga
mendapatkan keuntungan dari investasi yang maksimal,
c. Untuk menjamin keselamatan manusia yang menggunakan bangunan
tersebut, dan
d. Untuk menjamin kesiapan operasional dari setiap peralatan atau
perlengkapan.
17
Penelitian ini mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Gedung. Pekerjaan permeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan,
pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau
perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan
pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung. Namun,
dikarenakan keterbatasan waktu dalam penelitian, sehingga tidak seluruh
komponen dapat diamati. Lingkup pemeliharaan yang diamati antara lain :
1. Arsitektural
a. Memelihara secara baik dan teratur jalan keluar sebagai sarana
penyelamat (egress) bagi pemilik dan pengguna bangunan.
b. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur tampak luar bangunan
sehingga tetap rapi dan bersih.
c. Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur dalam ruang serta
perlengkapannya.
d. Menyediakan sistem dan sarana pemeliharaan yang memadai dan
berfungsi baik, berupa perlengkapan atau peralatan tetap dan atau alat
bantu kerja (tools).
e. Melakukan pemeliharaan ornamen arsitektural dan dekorasi yang benar
oleh petugas dengan keahlian dan atau kompetensi di bidangnya.
2. Mekanikal (Tata Udara, Sanitasi, Plumbing, dan Transportasi dalam
Bangunan)
a. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara agar
mutu udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis dan
kesehatan yang disyaratkan meliputi pemeliharaan peralatan utama dan
salugtn udara.
b. Memelihara dan melakukan pemerikaan berkala sistem distribusi air
yang meliputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor, sistem
hidran, sprinkler (alat penyemprot air), septik tank, serta unit pengolah
limbah.
18
c. Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi
dalam gedung, baik berupa lift, eskalator, dan peralatan transportasi
vertikal lainnya.
3. Elektrikal (Listrik, Tata Cahaya, Telepon, Komunikasi, dan Alarm)
a. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara perlengkapan
pembangkit daya listrik cadangan.
b. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara perlengkapan
penangkal petir.
c. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi listrik,
baik untuk pasokan daya listrik maupun penerangan ruangan.
d. Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi tata
suara dan komunikasi (telepon) serta data.
e. Melakukan pemeriksaan periodik serta memelihara jaringan sistem tanda
bahaya dan alarm.
Dengan diketahui umur rencana masing-masing komponen diperlukan guna
dilakukan pergantian untuk mengetahui biaya perawatan yang dibutuhkan.
Dalam penentuan umur/usia komponen yang perlu dilakukan pergantian,
penelitian mengacu pada Permen Pu No 24 tahun 2008, serta hasil dari
wawancara dengan supllier-supplier di Kota Bandar Lampung
4. Biaya Pembongkaran
Pembongkaran bangunan adalah kegiatan membongkar atau merobohkan
seluruh atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan dan/atau
sarana prasarananya (UU No.28, 2002). Pembongkaran bangunan juga dapat
diartikan meruntuhkan atau menghacurkan suatu bangunan. Pembongkaran
dilakukan sebagai tahap akhir ketika bangunan sudah mencapai umur
ekonomis atau umur rencana bangunan. Menurut Sundaquist & Karomui
(2008) dalam Life Cycle Cost Methodology and LCC Tools mengasumsikan
biaya demolisi sebesar 10 % dari nilai total investasi bangunan.
19
2.5.3 Faktor-Faktor Penting dalam Life Cycle Cost
Menurut Asworth (1994), terdapat beberapa faktor yang dianggap penting dan
berhubungan dengan Life Cycle Cost, faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
1. Usia Bangunan
Usia bangunan atau usia pakai bangunan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti metode konstruksi yang diterapkan pada desain bangunan dan
metode pemeliharaan selama usia bangunan. Ashworth (1994) juga
menyebutkan bahwa terdapat 3 cara pandang dalam melihat usia suatu
bangunan yaitu sebagai berikut.
a. Usia fisik, yaitu usia yang dipengaruhi oleh material dan bahan yang
digunakan selama proses konstruksi bangunan tersebut. Beberapa bangunan
dengan material tertentu dapat memiliki usia pakai yang sangat lama
sedangkan bangunan lain dengan material yang berbeda membutuhkan
perbaikan dan pembaruan secara berkala.
b. Usia fungsional yaitu usia bangunan dengan ketidakmampuan untuk
memenuhi kapasitas atau kebutuhan sesuai dengan fungsinya yang telah
direncanakan.
c. Usia ekonomi yaitu usia bangunan dalam jangka waktu pemakaian yang di
harapkan oleh investor, di pengaruhi oleh cara pemeliharaan atau kebijakan
lain yang telah diterapkan. Usia ekonomis bisa didapat dengan cara
membandingkan biaya pemeliharan dengan biaya penggantian.
2. Usia Komponen, adalah usia bangunan yang dipengaruhi berdasarkan masa
pakai dari material dan bahan yang digunakan pada proses konstruksi
bangunan.
3. Suku Bunga adalah persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal
jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu.
4. Perpajakan, terdapat biaya untuk pembayaran pajak yaitu pajak bumi dan
bangunan. Pajak ini bersifat kebendaan dalam artian besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek pajak yaitu bumi dan bangunan. Pajak ini
ditentukan berdasarkan nilai jual objek pajak (NJOP).
20
2.6. Konsep Nilai Waktu dan Uang
Pengertian bahwa satu rupiah saat ini akan bernilai lebih tinggi dari waktu yang
akan datang merupakan konsep dasar atas perhitungan dalam membuat keputusan
investasi. Nilai uang yang sekarang tidak akan sama dengan nilai di masa depan,
itu berarti uang yang saat ini di miliki lebih berharga nilainya dibandingan dengan
dengan nilainya nanti di masa datang. Uang akan mengalami perubahan dalam
rentang waktu yang berbeda. Karena LCC dinyatakan dalam annual cost, maka
biaya awal (present worth) harus diubah menjadi annual worth dengan rumus :
𝑖 (1+𝑖)𝑛
A=P
(1+𝑖)𝑛 − 1
= P (A/P, i%, n)
Demikian pula future cost diubah menjadi annual cost dengan rumus :
1
A=F
(1+𝑖)𝑛 − 1
= F (A/F, i%, n)
Untuk melakukan perhitungan annual worth, dengan beberapa future cost, maka
dibutuhkan nilai sekarang (present value) adapun rumusnya sebagai berikut.
F = P (1+i)n
= P (F/P, i%, n)
Keterangan:
A = annual cost
P = present cost
F = future cost
N = periode
I = % bunga per tahun
(A/P, i%, N) = capital recovery factor
(A/F, i%, N) = sinking fund factor
21
2.7. Inflasi
Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan inflasi dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan
kenaikan harga) pada barang lainnya.
Sejak tahun 2014, IHK didasarkan pada pola konsumsi pada survei biaya hidup di
82 kota tahun, besaran tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia dirangkum pada
Tabel 2.1 sebagai berikut.
22
2.8. Depresiasi
Giatman (2011: 144) Depresiasi adalah suatu waktu dimana aset tidak mampu
atau tidak efektif lagi menjalankan fungsinya diakibatkan dari adanya penurunan
atau penyusutan performance nilai aset tersebut. Aset yang dapat mengalami
depresiasi adalah aset tetap (fixed asset), dimana aset tetap adalah aset yang
bersifat fisik, seperti bangunan, mesin/peralatan, dan lain-lain. Menurut Giatman
(2011), terjadinya depresiasi dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
1. Penyusutan Fisik (Deterioration), adalah penyusutan yang terjadi diakibatkan
oleh menurun atau berkurangnya kemampuan fisik dari suatu aset dalam
menghasilkan suatu produksi dikarenakan keausan dan kemerosotan. Dengan
adanya penyusutan fisik maka akan berdampak pada biaya-biaya operasional
dan perawatan yang meningkat, dan berkebalikan dengan produksi yang akan
mengalami penurunan. Secara sistematis penyusutan fisik sebagai berikut.
Ue
Penyusutan fisik = x 100%
Um
Keterangan :
Ue = Umur Efektif
Um = Umur Manfaat
2. Penyusutan Fungsional (Obsolescence), adalah penyusutan yang terjadi karena
tidak terbaruinya fungsi dari suatu aset. Hal ini dapat diakibatkan dari adanya
pergantian mode, munculnya mesin/alat yang lebih efisien atau pasar telah
jenuh. Pada penyusutan ini relatif sulit untuk diidentifikasikan, tetapi tidak
patut untuk diabaikan.
3. Penyusutan Moneter (Monetery Depreciation), adalah penyusutan yang
diakibatkan adanya perubahan tingkat suku bunga moneter.
23
Pada penelitian ini akan digunakan 2 metode depresiasi, yaitu sebagai berikut.
1. Straight Line Depreciation (SLD) / Depresiasi Garis Lurus
Metode garis lurus pada konsepnya menghasilkan perhitungan depresiasi yang
akan sama di setiap tahunnya selama umur perhitungan aset. Maka dari itu, jika
dituangkan kedalam grafik nilai buku aset akan membentuk garis lurus seperti
pada gambar 2.2 sebagai berikut.
24
tahun-tahun permulaan daripada tahun-tahun akhir dari usia pakainnya. Yang
patut diperhatikan pada metode ini adalah nilai jual (nilai sisa) aset harus lebih
besar daripada nol. Secara sistematis, metode DBD diperhitungkan sebagai
berikut.
DBDt = R x BVt-1
Jika BVt-0 maka,
DBD1 = R x I
Keterangan :
DBDt = Depresiasi pada tahun ke-t
BVt-1 = Nilai buku tahun ke-t
R = Tingkat/laju depresiasi tahunan
I = Investasi/harga aset awal
Sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian tugas akhir, maka
akan dijelaskan dalam bentuk tabel hasil penelitian sejenis yang sudah dilakukan
pada Tabel 2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Penulis Tahun Judul Konsep Metodologi Hasil
1 Trixy 2012 Analisa a Pengertian a Pengumpulan Dengan periode
Firsani Life Cycle Life Cycle Data analisa 10
dan Cost pada Cost tahun, total LCC
Chistion Green b Umur b Identifikasi sebesar RM
Utomo Building Siklus Biaya 235.096.883
Diamond Hidup dengan rincian :
Building c Time Value c Cost Initial cost
Malaysia of Money Breakdow 75,306%;
Structure Energy cost
d Metode d Estimasi 0,737%; O/P
. Nilai . Biaya 23,932%;
Sekarang Replacement
e Cost e Metode Nilai 0,02%; Residual
Breakdown Sekarang cost 17,09%
Structure
f Analisa f LCC
Sensitivitas Modelling
g Analisa
Sensitivitas
2 Marlian 2014 Analisis A Life Cycle a Pengumpulan Biaya
syah Rencana Cost Data pembangunan
Life Cycle B Umur b Cost sebesar
Cost Siklus Breakdow Rp7.150.000.00
Gedung Hidup Structure 0,00; Biaya
25
No Penulis Tahun Judul Konsep Metodologi Hasil
Hostel C Time Value c Estimasi operasional
Pada of Money biaya tiap Rp.3.799.333.25
Kawasan pekerjaan 0,00; Biaya
Rumah d Metode d Analisa Biaya perawatan dan
Saki . Nilai . Total penggantian
Jimbun Sekarang Rp.2.590.900.00
Medika 0,00-.
Kediri E Cost
Breakdown
Structure
3 Wongka 2016 Analisis A Siklus a Identifikasi Biaya
r Life Cycle Proyek biaya pemeliharaan
Cost Pada Konstruksi dinding Rp
Pembang B Rencana b Perhitungan 204.559.574,57;
unan LCC LCC Biaya
Gedung C Pemeliharaa c Analisa Biaya pemeliharaan
(Sudi n Bangunan Total lantai sebesar
Kasus: Gedung Rp
Sekolah 1.530.119,49;
st. Ursula Didapatkan total
Kotamob biaya sebesar
agu) Rp
567.981.658,94.
4. Grace 2013 Analisis A Pengertian a Identifikasi Biaya awal
Kamagi Life Cycle Life Cycle biaya konstruksi Rp
Cost Pada Cost 574.598.000,00;
Pembang B Rencana b Perhitungan Biaya
unan LCC LCC pemeliharaan
Gedung C Faktor LCC c Analisa Biaya dinding sebesar
(Studi Total Rp
Kasus: 722.742.750,00;
ProyeK Biaya
Bangunan pemeliharaan
Rukan lantai sebesar
Bahu Rp
Mall 1.059.551,15;
Manado Biaya
pemeliharaan
atap sebesar Rp
418.818.353,70;
Biaya
Pembongkaran
sebesar Rp
5.415.681,86
5. Rio 2011 Analisis A Life Cycle a Identifikasi Biaya
Wardha Life Cycle Cost biaya Pemeliharaan
na Cost Pada Fisik Rp
Pemelihar B Rencana b Perhitungan 84.246.733,27;
aan LCC LCC Biaya
Gedung C Metode c Pengaruh Pemeliharaan
(Studi Nilai inflasi Non Fisik Rp
Kasus: Sekarang 11.187.805,06;
PDAM d Inflasi Total biaya
Tirta . pemeliharaan
Nauli sebesar Rp
Sibolga) 95.434.538,33
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27
Gambar 3.2. Peta Lokasi Penelitian Proyek Pembangunan Perpustakaan
Modern Provinsi Lampung
Sumber: Google Earth, 2021
28
3.3.2 Metode Pengambilan Data
29
3.5. Analisis Data Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian, metode analisa dilakukan dalam nilai total
biaya siklus hidup (Life Cycle Cost) bangunan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Melakukan perhitungan biaya pemeliharaan
Untuk mendapatkan total biaya pemeliharaan selama bangunan difungsikan
dibutuhkan tahapan sebagai berikut.
a. Menentukan tiap-tiap pekerjaan yang akan dilakukan pemeliharaan dan
perbaikan dengan membuat Work Breakdown Structure (WBS) Proyek,
b. Melakukan perhitungan analisis harga satuan tiap-tiap pekerjaan
c. Melakukan perhitungan biaya pemeliharaan untuk tiap-tiap pekerjaan
selama 20 tahun menggunakan konsep nilai sekarang (Present Value)
dengan pengaruh inflasi.
2. Melakukan perhitungan biaya operasional
Untuk mendapatkan total biaya operasional yang akan dikeluarkan pengelola
selama bangunan difungsikan dibutuhkan tahapan sebagai berikut.
a. Memperkirakan kapasitas orang yang akan menempati bangunan
b. Melakukan perhitungan tahun awal pengeluaran biaya listrik dan
penggunaan air berdasarkan tarif dasar listrik dan air
c. Melakukan perhitungan biaya operasional selama 20 tahun menggunakan
konsep nilai sekarang (Present Value) dengan pengaruh inflasi.
3. Melakukan perhitungan total biaya siklus hidup bangunan (Life Cycle Cost).
30
Gambar 3.3. Diagram Alir Penelitian
31