net/publication/282575334
CITATION READS
1 1,075
4 authors, including:
Bambang Istijono
Universitas Andalas
97 PUBLICATIONS 160 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Bambang Istijono on 05 October 2015.
Abstrak
Dalam tiga tahun program rehabilitasi dan rekonstruksi (RR) pasca gempa 30 September 2009 di
provinsi Sumatera Barat, pemerintah telah memberikan bantuan RR terhadap 194.636 unit rumah.
Model program RR perumahan yang diterapkan mengadopsi model pembangunan berbasis
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat
terhadap program RR, serta untuk mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan
masyarakat perkotaan dengan masyarakat pedesaan.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan survey kuesioner secara langsung
terhadap 100 masyarakat di Kota Padang dan 100 masyarakat di Kabupaten Padang Pariaman.
Masyarakat penerima bantuan diminta untuk mengisi tingkat kepuasan berdasarkan 5 nilai skala
Likert, antara 1 ‘tidak puas sama sekali’ sampai 5 ‘sangat puas sekali’. Tingkat kepuasan dinilai
terhadap proses pelaksanaan RR yang memiliki 14 indikator, dan tingkat kepuasan terhadap hasil RR
dengan 5 indikator.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap program RR berada pada
kondisi rata-rata. Tingkat kepuasan masyarakat kota secara umum adalah sebesar 2,75 sedangkan di
desa sedikit lebih tinggi sebesar 2,88. Kemudian, kepuasan masyarakat kota dan desa terhadap proses
RR secara berurutan adalah sebesar 2,63 dan 2,75; sedangkan kepuasan terhadap hasil adalah sebesar
2,84 dan 2,95. Disini terlihat bahwa tingkat kepuasan masyarakat desa sedikit lebih tinggi
dibandingkan masyarakat kota, dan tingkat kepuasan hasil lebih tinggi dibandingkan tingkat
kepuasan proses.
PENDAHULUAN
Gempa bumi sebesar 7,6 skala Richter yang terjadi pada tanggal 30 September 2009 jam 17.16 WIB
telah meluluhlantakkan provinsi Sumatera Barat. Korban jiwa yang ditimbulkan adalah sebesar 1195
jiwa dan perkiraan kerugian dan kerusakan sebesar Rp. 15,41 trilyun. Selain korban jiwa, dampak
lainnya adalah terganggunya perekonomian dan kerusakan pada gedung perkantoran, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, tempat ibadah, pasar, jembatan, jalan dan rumah masyarakat. Total
kerusakan rumah masyarakat adalah sebanyak 249.833 unit rumah. Rincian kerusakan rumah
berdasarkan tingkat kerusakan adalah sebagai berikut: rusak berat sebanyak 114.797 unit, rusak
sedang 67.198 unit, dan rusak ringan sebanyak 67.838 unit (Pranoto et al., 2011).
Kebijakan yang diambil pemerintah dalam melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi (RR) rumah di
Sumatra Barat adalah dengan mengimplementasikan model RR berbasis komunitas (community-
based). Di Indonesia, model ini pernah diterapkan sebelumnya di RR Aceh pasca gempa bumi dan
tsunami 2004, dan RR Yogyakarta dan Jawa Tengah pasca gempa bumi 2006. Dalam metoda ini,
komunitas atau masyarakat berperan penting dalam pelaksanaan RR terhadap rumah mereka.
Kesuksesan suatu program RR pasca gempa sering ditentukan dengan melihat berhasil atau tidaknya
RR dalam sektor perumahan. Hal ini disebabkan karena setelah masa tanggap darurat selesai, maka
korban gempa ingin segera untuk kembali ke kehidupan normal. Salah satu cara untuk kembali ke
kehidupan normal diawali dengan tersedianya rumah, yang merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Jika korban bencana masih tinggal di shelter atau menumpang pada sanak keluarganya,
tentu akan sangat sulit bagi mereka untuk beraktifutas seperti sedia kala.
RR sektor perumahan dapat digolongkan sebagai proyek konstruksi. Dalam proyek konstruksi,
kesuksesan ditentukan dengan tercapainya tujuan proyek, yaitu penyelesaian proyek yang tepat
waktu, biaya yang tidak melebihi anggaran yang disediakan, dan kualitas yang sesuai dengan yang
diharapkan. Mengingat bahwa RR perumahan langsung bersinggungan dengan korban bencana,
maka satu variabel lain yaitu faktor kepuasan perlu menjadi suatu parameter kesuksesan suatu
program RR. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana
tingkat kesuksesan ditinjau dari tungkat kepuasan masyarakat terhadap program RR perumahan
pasca gempa 30 September 2009 di Sumatera Barat.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh UNSYIAH and UN Habitat (2006) pasca RR Aceh
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan masyarakat perkotaan jika dibandingkan
dengan masyarakat pedesaan. Penelitian ini juga ingin mengetahui sejauh mana perbedaan tingkat
kepuasan masyarakat perkotaan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan pasca RR di Sumatera
Barat.
STUDI PUSTAKA
Index Rawan Bencana Provinsi Sumatera Barat
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang sangat rawan terhadap bencana. Menurut BNPB
(2011) dalam buku Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI), kerawanan Provinsi Sumatera Barat
berada pada peringkat ke 6 dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia dengan klasifikasi tinggi.
Lebih lanjut 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat juga mempunyai kelas kerawan tinggi seperti
yang terlihat pada Tabel 1 di bawah ini. Sedangkan jenis bencana yang sering terjadi di Sumatera
Barat diantaranya adalah banjir, gempabumi, tsunami, kebakaran permukiman, kekeringan, cuaca
ekstrem, longsor, gunung api, dan abrasi. Diantara sekian banyak bencana yang bisa terjadi di
Sumatera Barat, gempa bumi adalah bencana yang paling mematikan dan membawa banyak
kerugian. Dalam 10 tahun terakhir, gempa yang cukup besar terjadi pada tahun 2007 dan tahun 2009.
Gempa ini mengakibatkan kerusakan di 12 Kota/Kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Daerah
yang mengalami kerusakan parah adalah Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman,
dan Kabupaten Agam. Secara rinci dampak gempa ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2
menunjukkan dampak negatif dari gempa 30 September 2009, sedangkan Tabel 3 menunjukkan
dampak kerusakan khusus di sektor perumahan berdasarkan wilayah terdampak.
Manipulasi
Informasi
Konsultasi
Kolaborasi
Pemberdayaan
Metoda Berbasis
Komunitas
Tingkat Kontrol Masyarakat
Metode RR berbasis komunitas ini telah diterapkan pada beberapa negara yang terkena bencana,
seperti di India, Srilanka, Turki, dan Indonesia. Banyak sekali keuntungan yang didapatkan dengan
penerapan metode RR berbasis komunitas, diantaranya adalah rasa memiliki yang tinggi dari korban
bencana terhadap program RR yang dilaksanakan, dapat membangun kembali jaringan sosial di
masyarakat, akuntabilitas yang tinggi, dapat mengurangi korupsi, dan sesuai dengan budaya dan adat
istiadat setempat. Akan tetapi, model RR berbasi komunitas ini juga memeliki kekurangan seperti
membutuhkan waktu pra-rekonstruksi yang cukup lama dibandingkan dengan metode yang berbasis
kontraktor dan kurangnya pemahaman tentang bagaimana seharusnya program RR berbasis
komunitas ini diimplementasikan.
Pelaksanaan RR Perumahan di Sumatera Barat
Dalam RR Sumatra Barat, pemerintah membentuk suatu badan yang dinamakan Tim Pendamping
Teknis (TPT) yang bertujuan untuk memperkuat pemerintah daerah dalam pendataan, perencanaan,
pendanaan, fasilitasi dan koordinasi, pengawasan, monitoring, dan evaluasi RR. Tugas TPT ini
diantaranya adalah untuk membuat strategi dan kebijakan operasional RR. Pelaksanaan RR sendiri
melibatkan unsur pemerintahan daerah dari level provinsi sampai yang terendah di
Kecamatan/Kelurahan/Nagari. Masyarakat dalam pelaksanaan RR membentuk suatuk kelompok
masyarakat (POKMAS) yang terdiri dari 20-25 kepala keluarga. POKMAS akan didampingi oleh
fasilitator yang bertugas membantu POKMAS baik dalam administrasi maupun teknis pembangunan
rumah.
Secara umum RR perumahan dilaksanakan dalam 4 tahapan, dimulai pada tahun 2009 sampai tahun
2012 dengan sumber pembiayan berasal dari APBN. Dikarenakan terbatasnya dana yang tersedia,
maka dana bantuan perumahan hanya bersifat stimulus. Masyarakat yang rumahnya rusak berat
mendapat bantuan Rp. 15 juta, dan rumah rusak sedang sebesar Rp. 10 juta. Dana bantuan ini
disalurkan (ditransfer) langsung ke rekening POKMAS. Selanjutnya POKMAS yang akan
mendistribusikan ke anggotanya. Pencairan dana dilakukan dalam dua tahap, tahap 1 sebesar 50%
dari dana bantuan yang ditetapkan dan tahap 2 sebesar 50% dicairkan setelah pekerjaan mencapai
minimal 30% dari bantuan dana tahap I.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey. Pemilihan metode ini dilakukan
karena metode ini dianggap paling cocok untuk bisa menjawab research questions yang diajukan
dan mencapai tujuan yang diinginkan. Mengacu pada Yin (2009), metode survey paling cocok
digunakan apabila suatu penelitian memiliki pertanyaan yang lebih mengarah kepada ‘what’, ‘how
many’, dan ‘how much’. Penelitian ini melibatkan pertanyaan seperti yang didefensikan oleh Yin
tersebut. Karena tidak memungkinan bagi peneliti untuk melakukan survey terhadap keseluruhan
populasi maka dilakukanlah metode sampling, dengan menerapkan metode probability sampling.
Jenis yang digunakan adalah metode multi stage random sampling dengan area probability dan
cluster random sampling. Pemilihan sampling secara bertingkat dilakukan pertama dengan memilih
wilayah pelaksanaan survey, satu wilayah kota dan satu wilayah pedesaan (Kabupaten). Pemilihan
dilakukan pada dua daerah yang paling banyak terdampak bencana, yaitu Kota Padang dan
Kabupaten Padang Pariaman masing-masing sebesar 100 sampel. Untuk Kota Padang penelitian
dilakukan di Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Koto Tangah, sedangkan untuk Kabupaten
Padang Pariaman dilakukan di Kanagarian Sungai Sariak.
Kuesioner penelitian terdiri dari dua bagian utama, pertama adalah deskripsi responden dan kedua
adalah pertanyaan tentang tingkat kepuasan. Deskripsi diri responden diantaranya terdiri dari
pertanyaan tentang jenis kelamin, umur, pekerjaan, jumlah bantuan yang diterima dsb. Sedangkan
untuk pengukuran tingkat kepuasan digunakan metode Likert scale: 1 (sangat tidak puas), 2 (tidak
puas), 3 (puas), 4 (sangat puas), dan 5 (sangat puas sekali). Tingkat kepuasan diukur terhadap proses
selama rekonstruksi (14 varibel) dan terhadap hasil rekonstruksi itu sendiri (5 variabel). Selain itu
juga ditanyakan tingkat kepuasan responden secara umum terhadap pelaksanaan RR perumahan di
Sumatra Barat.
Sebelum kuisioner disebarkan ke masyarakat maka dilakukan pengujian kuisioner untuk melihat
tanggapan dan pendapat dari masyarakat apakah perlu adanya perubahan atau tidak terhadap isi
kuisioner dan juga untuk menentukan metoda yang akan digunakan dalam penyebaran kuisioner.
Kuisioner diujicoba pada 3 responden. Dari hasil penyebaran kuisioner tersebut diketahui bahwa
responden terkesan asal-asalan apabila kuisioner diserahkan langsung ke responden. Oleh karena itu
metode pengumpulannya diubah dengan membacakan pertanyaan kuisioner secara langsung,
responden menjawab pertanyaan jawaban yang telah disediakan secara lisan, lalu peneliti mengisikan
jawab tersebut ke kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan September 2014 sampai
Oktober 2014. Waktu pelaksanaan survei umumnya adalah pada hari Sabtu atau Minggu mengingat
pada hari tersebut adalah hari libur dan diharapkan masyarakat berada di rumahnya. Data yang telah
terkumpul kemudian diinput ke dalam Microsoft Excel untuk selanjutnya dilakukan analisa statistik
deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Demografi Responden
Tabel 4 memperlihatkan demografi responden pada kedua lokasi penelitian. Terlihat bahwa sebagian
besar responden adalah perempuan (77%) dan umur dominan antara 40-55 tahun. Tingkat pendidikan
responden pada umumnya adalah tamatan SMA di Kota Padang (35%) dan SD di Kabupaten Padang
Pariaman (35%). Jenis pekerjaan paling dominan adalah tidak bekerja (termasuk di dalamnya ibu
rumah tangga).
Tingkat Kepuasan
Tabel 5 memperlihatkan rata-rata tingkat kepuasan responden terhadap program rekonstruksi pasca
gempa 30 september 2009 di Sumatera Barat.
B. HASIL REKONSTRUKSI
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat Sumatera Barat terhadap program
RR berada pada kondisi rata-rata, yaitu sebesar 2,82. Jika dilihat dari capaian tingkat kepuasan
berdasarkan proses rekonstruksi dan hasil rekonstruksi, maka terlihat bahwa tingkat kepuasan hasil
rekonstruksi lebih tinggi daripada proses rekonstruksi, dengan nilai masing-masingnya adalah
sebesar 2,69 untuk proses rekonstruksi, dan 2,90 untuk hasil rekonstruksi.
Selain itu, berdasarkan hasil yang diperoleh dari tingkat kepuasan masyarakat di Kota Padang dan
Kabupaten Padang Pariaman dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat pedesaan lebih
tinggi daripada tingkat kepuasan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Tingkat kepuasan
masyarakat desa terhadap program RR adalah sebesar 2,88, sedang masyarakat kota sebesar 2,75.
Secara lebih detail, tingkat kepuasan masyarakat kota dan desa terhadap proses RR secara berurutan
adalah sebesar 2,63 dan 2,75; sedangkan kepuasan terhadap hasil adalah sebesar 2,84 dan 2,95
ACKNOWLEDGEMENT
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Andalas
yang telah membiayai penelitian ini pada tahun 2014.
REFERENSI
Davidson, C.H., Johnson, C., Lizarralde, G., Dikmen, N., Sliwinski, A. (2007). Truths and Myths about
Community Participation in Post-disaster Housing Projects. Habitat International, 31(1), 100–115.
Jha, A. K., Barenstein, J. D., Phelps, P. M., Pittet, D. and Sena, S. (2010), Safer Homes, Stronger Communities:
A Handbook for Reconstructing after Natural Disasters, Washington: The World Bank
Ophiyandri, T., Amaratunga, D. and Pathirage, C. (2010a). Community Based Post Disaster Housing
Reconstruction: Indonesian Perspective. In: Barrett, P., Amaratunga, D., Haigh, R., Keraminiyage, K., and
Pathirage, C. (Eds). CIB World Congress, Salford Quays, UK, 10-13 May 2010.
Pranoto, S., Sentosa, S., Kayo, R.B.K.P., Karimi, S., Fauzan, Ermiza, Z. and Antoni, S. (2011). Lesson
Learned, Pembelajaran Rehab Rekon Pasca Gempa di Sumatera Barat 30 September 2009, BuildingBack
Better. Padang: TPT RR.
Universitas Syiah Kuala and UN-HABITAT (2006). Post Tsunami Settlement Recovery Monitoring in Aceh.
Banda Aceh: UNSYIAH-UN-HABITAT
Yin, R.K. (2009). Case study research: Design and methods (4th ed.). London: Sage Publications.