Anda di halaman 1dari 12

PERSEPSI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KRITERIA PERMUKIMAN KUMUH DI RW 10

KELURAHAN KOTALAMA, KOTA MALANG


Iskhak Nindya Utami, Dian Dinanti
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
Email: utami.nindya@gmail.com

ABSTRAK

Program Pemerintah Kota Malang adalah menata lingkungan permukiman kumuh. Program yang telah masuk
pada Kelurahan Kotalama masih belum memberikan hasil yang signifikan dalam menangani permasalahan
permukiman kumuh dan seringkali menghasilkan program yang tidak sesuai dengan dengan kebutuhan
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi permukiman kumuh serta melihat presepsi
masyarakat terkait kepuasan dan kepentingan terhadap kriteria permukiman tempat tinggalnya. Kondisi tingkat
kekumuhan dinilai berdasarkan indikator Permen PU Nomor 02/PRT/M/2016. Selanjutnya adalah menilai tingkat
kepuasan dan kepentingan terhadap kriteria permukiman yang dianalisis menggunakan metode Importance
Performance Analysis (IPA). Hasil Penelitian menunjukan bahwa tidak semua indikator menyebabkan kekumuhan
pada permukiman RW 10. 12 RT yang ada masuk dalam kategori kumuh ringan. Berdasarkan Analisis tingkat
kepuasan dan kepentingan, dengan kondisi kumuh ringan masyarakat RW 10 merasa puas dengan nilai kepuasan
3,54. Untuk meningkatkan kepuasan masyarakat serta meningkatkan kualitas lingkungan RW 10 untuk langkah
selanjutnya adalah overlay permasalahan antara hasil tingkat kekumuhan dan hasil analisis kepuasan dan
kepentingan sehingga didapatkan arahan perbaikan yang dikelompokan menjadi lima prioritas penangan sesuai
dengan kondisi kekumuhan dan kebutuhan masyarakat. Hasil overlay permasalahan menunjukan program
prioritas utama adalah program perbaikan prasarana dan sarana persampahan, program perbaikan sistem
pengolahan persampahan, program pengadaan prasarana proteksi kebakaran, dan program pengadaan sarana
proteksi kebakaran.

Kata Kunci : Permukiman-kumuh, Kepuasan-masyarakat, program-kekumuhan

ABSTRACT

Malang City Government Program is organizing a slum settlement environment. Programs included which is in
Kelurahan Kotalama still have not provided significant. results in handling slum settlement problems and often
result in programs that are not in accordance with the needs of the community so that the program does not go
well. This study aims to identify the conditions of slums and see the perception of the community related to the
satisfaction and interests of the criteria of settlement where he lived. The condition of slum level is assessed based
on Permen PU No. 02/PRT/M/2016. Moreover, this study assess the level of satisfaction and interest on the
criteria of settlements analyzed using the method of Importance-Performance Analysis (IPA). The result of the
research shows that not all indicators cause slum in RW 10. 12 Households is included in the category of a light
slum. Based on the analysis of satisfaction and interest rates, with mild conditions of community RW 10 was
satisfied with the value of satisfaction 3,54. To improve the community's satisfaction and to improve the
environmental quality of RW 10 for the next step is to overlay the problems between slum level and satisfaction
and interest analysis result so that the improvement directions are grouped into five priority handlers according
to the condition of slum and community needs. The results of overlay problems indicate the main priority
programs are Improvement program of waste infrastructure and facilities, Improvement of a waste management
system, Procurement of fire protection infrastructure program, and procurement program of fire protection
facility.

Keywords: Slums, Community-satisfaction, slum-program

menyebabkan permukiman menjadi kumuh dan


PENDAHULUAN berakibat pada berubahnya kualitas lingkungan
Permukiman merupakan salah satu fisik kawasan. Pengembangan kawasan
kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi permukiman dikota Malang diarahkan untuk
(Kondoti, 2003). Perkembangan kawasan pemenuhan perumahan yang layak huni dan
permukiman yang tidak tertib dapat manusiawi untuk barbagai lapisan masyarakat

Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019 75
PERSEPSI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KRITERIA PERMUKIMAN KUMUH DI RW 10 KELURAHAN KOTALAMA, KOTA MALANG

dan konsep terpadu yang bertujuan melakukan METODE PENELITIAN


pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
Penelitian ini menggunakan pendekatan
lingkungan baik ekonomi, masyarakat, maupun
penelitian kuantitatif yang dilakukan
lingkungan (RTRW Kota Malang, 2010-2030).
menggunakan penelitian ini adalah pembobotan
Kelurahan Kotalama merupakan kawasan
untuk melihat tingkat kekumuhan dan analisis IPA
teridentifikasi memiliki permukiman kumuh yang
untuk mengetahui tingkat kepuasan penghuni.
tergolong dalam kluster bantaran sungai, dan
Kemudian untuk meningkatkan kualitas
kluster permukiman padat di Kota Malang (RP4D
lingkungan serta meningkatkan kepuasan
Kota Malang, 2012). Kawasan permukiman
masyarakat diperlukan adanya keterkaitan antara
kampung Kotalama merupakan kawasan kumuh
hasil analisis terkait kondisi lingkungan dan hasil
prioritas dengan luas 49,584 Ha (Perda 13 Tahun
kebutuhan masyarakat sehingga program yang
2014 tentang Rencana Pembangunan dan
dihasilkan berjalan dengan baik dan sesuai
Pengembangan Kawasan Permukiman Kota
dengan harapan pemerintah maupun
Malang tahun 2014-2034).
masyarakat. Penelitian ini berdasarkan batas
Berbagai program pemerintah untuk
administrasi wilayah RT yaitu sebanyak 12 RT
mengatasi kekumuhan telah dilakukan pada
bertujuan untuk menjabarkan tingkat
Kelurahan Kotalama namun sampai saat ini,
kekumuhan dan kepuasan masyarakat terhadap
beberapa program yang dilaksanakan
kriteria permukiman pada masing-masing RT.
Pemerintah Daerah Kota Malang Khususnya
Gambar 1. Lokasi Penelitian.
Kelurahan Kotalama masih belum memberikan
hasil yang signifikan dalam menangani
permasalahan permukiman kumuh dan seringkali
menghasilkan program yang tidak sesuai dengan
dengan kebutuhan masyarakat sehingga program
tidak berjalan dengan baik. Keberhasilan program
penataan lingkungan permukiman kumuh sangat
bergantung terhadap keterlibatan masyarakat
setempat sebagai subyek pembangunan, yang
pada akhirnya menempati dan memanfaatkan
permukiman tersebut (Sulaiman, 2005).
Pelibatan masyarakat sangat diperlukan dalam
usaha penataan permukiman kumuh agar
penataan yang dilakukan akan sesuai dengan
keinginan masyarakat sehingga dapat
menanggulangi kekumuhan. Pelibatan
masyarakat dapat berupa informasi yang diambil
dari masyarakat untuk mewadahi keinginan dan
harapan masyarakat dalam menentukan kondisi
lingkungan hunian yang nyaman melalui
penilaian persepsi terhadap kepuasan dan dan
kepentingan masyarakat terhadap komponen
permukiman. Dari kepuasan dan kepentingan
masyarakat diharapkan bisa meningkatkan
kualitas hidup masyarakat RW 10 Kelurahan
Kotalama. Hal ini kemudian memunculkan suatu Populasi dan Sample
pertanyaan bagaimanakah kondisi kekumuhan di Populasi dalam penelitian ini adalah
RW 10 dari kondisi kekumuhan tersebut. masyarakat RW 10 Kelurahan Kotalama dengan
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui jumlah populasi sebanyak 1311 KK menggunakan
presepsi kepuasan dan kepentingan masyarakat metode proportional stratified random sampling.
terhadap komponen permukiman sehingga dapat Perhitungan sampel dari Isaac dan Michael, 1981
menjadi bahan rekomendasi pemerintah dalam dengan rumus:
mengentas kekumuhan sesuai dengan kebutuhan ⋏2 . 𝑁. 𝑃. 𝑄
masyarakat. 𝑠= = 279 𝐾𝐾
𝑑 2 (𝑁 − 1) +⋏2 . 𝑃 𝑄

76 Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Iskhak Nindya Utami, Dian Dinanti

Tabel 1. Distribusi Sample dibutuhkan oleh masyarakat RW 10. Skala likert 5


RW RT Jumlah KK Jumlah Sample tingkat sebagai berikut :
RT 1 153 33
RT 2 138 29
a) Sangat Penting/Sangat Puas diberi bobot 5
RT 3 231 49 b) Penting/Puas diberi bobot 4
RT 4 106 23 c) Kurang Penting/Kurang Puas diberi bobot 3
RT 5 34 7
d) Tidak Penting/Tidak Puas diberi bobot 2
RT 6 121 26
10 e) Sangat Tidak Penting/Sangat Tidak Puas diberi
RT 7 40 9
RT 8 44 9 bobot 1
RT 9 146 31
RT 10 134 29 Setelah melakukan pembobotan
RT 11 90 19 menggunakan skala likert kemudian menghitung
RT 12 74 15
Total 1311 279
tingkat kesesuaian Kepuasan pengguna antara
penilaian persepsi terhadap kualitas dan
Penilaian Tingkat Kekumuhan penilaian tingkat kepentingan aspek-aspek dalam
Kegiatan penilaian kawasan permukiman kinerja pelayanan. Rumus perhitungan tingkat
kumuh menggunakan sistem penilaiaan pada kesesuaian sebagai berikut.
masing-masing kriteria (Permen PU Nomor 𝑋
𝑇𝑘𝑖 = 𝑌𝑖 × 100%
02/PRT/M/2016 tentang peningkatan kualitas 𝑖

terhadap perumahan kumuh dan permukiman Keterangan :


kumuh). Proses penilaian menggunakan batas Tki = Tingkat kesesuaian
ambang yang dikategorikan kedalam penilaian Xi = Skor penilaian kepuasan
dengan kategori kumuh berat, kumuh sedang, Yi = Skor penilaian kepentingan
kumuh ringan, dan tidak kumuh dengan 7
variabel yang terdiri dari 19 indikator dengan Hasil dari perhitungan diatas digunakan
lingkup penilaian pada 12 RT yang terdapat di RW untuk membuat diagram kartesius 4 tingkat
10 Kelurahan Kotalama. Setelah proses penilaian menggunakan program SPSS. Diagram kartesius
pada setiap indikator, tahap selanjutnya adalah memiliki 2 sumbu yaitu Sumbu X diisi skor tingkat
penjumlahan akhir untuk pemeringkatan kualitas pelayanan/pelaksanaan, dan sumbu Y
kekumuhan dan hasil penilaiaan untuk diisi oleh skor tingkat kepentingan.
pemeringkatan kekumuhan berdasarkan
lampiran II Peraturan Mentri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 02/ PRT/ M/ 2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan kumuh dan Permukiman Kumuh
adalah sebagai berikut.
1. Kumuh berat bila memiliki nilai 71 - 95
2. Kumuh sedang bila memiliki nilai 45 - 70
3. Kumuh ringan bila memiliki nilai 19 - 44
4. Tidak kumuh bila memilki nilai 0 - 18
Importance Performance Analysis (IPA)
Metode IPA secara detail mulai dari
tahap pembobotan hingga tahap penentuan
variabel berdasarkan masing-masing kuadran Gambar 2. Diagram Kartesius.
IPA. Pembobotan tingkat kepuasan dan Gambar 2 menunjukkan penjelasan
kepentingan terhadap kriteria permukiman kuadran yang dihasilkan oleh diagram kartesius 4
menggunakan skala linkert 5 tingkat (Riduwan, tingkat dari hasil importance performance
2009). Dalam penelitian ini digunakan persepsi analysis (IPA) yaitu prioritas utama, pertahankan
kepuasan dan kepentingan terhadap kriteria kinerja, prioritas rendah, dan berlebihan. Dimana
permukiman dari penghuni RW 10 kelurahan setiap kuadran memiliki arti yang berbeda dilihat
Kotalama terhadap suatu pelayanan lingkungan dari kepentingan dan tingkat kepuasan
yang akan digunakan sebagai pertimbangan masyarakat sebagai berikut (Ong, 2014):
acuam program prioritas yang diingikan dan

Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019 77
PERSEPSI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KRITERIA PERMUKIMAN KUMUH DI RW 10 KELURAHAN KOTALAMA, KOTA MALANG

1. Kuadran I (Concentrate Here / Prioritas Utama) proteksi kebakaran, prasarana proteksi


dimana variabel yang terletak pada kuadran ini kebakaran, dan keteraturan bangunan. Untuk
dianggap sebagai faktor dengan tingkat lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar peta
kepentingan yang sangat tinggi namun dalam kekumuhan berikut.
pelaksanaannya belum memuaskan atau
belum sesuai dengan masyarakat.
2. Kuadran II (Keep Up The Good Work
/Pertahankan Kinerja) dimana variabel yang
terletak pada kuadran II dianggap penting dan
dalam pelaksanaannya telah memuaskan
masyarakat sehingga kinerjanya harus tetap
dipertahankan.
3. Kuadran III (Low Priority /Prioritas Rendah)
dimana variabel yang terletak pada kuadran ini
memiliki tingkat kepuasan yang rendah dan
dianggap kurang penting bagi masyarakat,
sehingga tidak perlu memprioritaskan atau
terlalu memberi perhatian pada faktor-faktor
tersebut.
4. Kuadran IV (Possible Overkill /Cenderung
Berlebihan) dimana variabel yang terletak
pada kuadran ini telah memiliki pelayanan
yang baik namun dianggap kurang penting
oleh msyarakat, sehingga dianggap sudahlebih
cukup dan penanganannya lebih dioptimalkan
pada variabel yang memiliki prioritas lebih
tinggi untuk diperbaiki.
Gambar 3.Peta Kekumuhan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi kekumuhan RW 10 dinilai
berdasarkan 3 kriteria yaitu nilai 5 yang artinya
A. Kondisi Kekumuhan
kondisi lingkungan 76-100% dinilai buruk, nilai 3
Permukiman kumuh Kelurahan Kotalama yang artinya kondisi ligkungan dinilai buruk
tergolong dalam cluster permukiman padat dan sebesar 51-75%, dan nilai 1 ketika kondisi
permukiman bantaran sungai. RW 10 Kelurahan lingkungan dinilai buruk 25-50%. Variable
Kotalama terdiri dari 12 RT dengan kepadatan pertama yang dinilai buruk dengan nilai 5 adalah
penduduk mencapai 1130 jiwa/ Ha. Berdasarkan variabel sarana dan prasarana persampahan
Hasil penilaian tingkat kekumuhan yang dilakukan sebesar 100% kondisi sarana dan prasaran
pada tiap RT dengan 19 indikator penilaian persampahan pada 12 RT yang ada tidak sesuai
menunjukan 12 RT yang ada di RW 10 masuk persyaratan teknis karena pada RW 10 tidak
kedalam kategori kumuh ringan. Penilaiaan terdapat tempat sampah dengan pemilahan
kekumuhan tetinggi dalah RT 11 dengan nilai 41 minimal 3R dan masyarakat RW 10 cenderung
dan penilaian terendah tingkat kekumuhan membuang sampah pada tepi sungai amprong.
terdapat pada RT 8 dengan nilai 23. Terdapat 10 Kedua variabel pengolahan sampah sebesar
variabel yang menyebabkan RW 10 masuk 100% masyarakat pada 12 RT tidak melakukan
kedalam kategori permukiman kumuh karena pemilahan sampah. Variabel ketiga adalah sarana
memiliki kondisi yang 76-100% kondisinya Proteksi kebakaran karena pada 12 RT yang ada
dinyatakan buruk atau tidak sesuai dengan sebesar 100% tidak terdapat sarana kebakaran,
persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh lingkungan permukiman harus tersedia sumber
pemerintah dalam Permen PU No. air berupa hidran halaman, sumur kebakaran
02/PRT/M/2016 tentang peningkatan kualitas atau reservoir air dan sebagainya yang
terhadap perumahan kumuh dan permukiman memudahkan instansi pemadam kebakaran.
kumuh. Variabel yang dinyatakan memiliki nilai Variabel keempat adalah Prasarana Kebakaran
buruk adalah variabel sarana dan prasarana pada 12 RT yang ada sebesar 100% prasarana
persampahan, pengolahan sampah, sarana jalur pemadam kebakaran < 4meter sehingga

78 Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Iskhak Nindya Utami, Dian Dinanti

tidak sesuai persyaratan teknis, APAR, dan mobil ternyata pada RT 5 sebanyak 76% masyarakat
pompa. Variabel kelima adalah keteraturan yang tinggal tidak terpenuhi kebutuhan air
bangunan pada 8 RT dari 12 RT di RW 10 minum sebanyak 60 liter/orang/ hari telah
kondisinya 75-100% bangunan pada lokasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum. Variabel
memiliki keteraturan. Kepadatan bangunan juga terpelihara drainase dan konstruksi drainase
merupakan variabel yang menyebabkan pada RT 2 sebesar 80% tidak terpelihara dan
permukiman RW 10 Kumuh akan tetapi tidak mengalami kerusakan konstruksi, kotor dan
pada semua RT hanya terdapat 4 RT kepadatan berbau sehingga menyebabkan kekumuhan
mencapai >80% yaitu RT 1, RT 3, RT 10 dan RT 11, sedangkan RT lain seperti RT 4 dan RT 8 100%
sedangakan terdapat RT dengan kepadatan 45% kondisi drainase terpelihara dengan konstruksi
yaitu RT 7. 4 variabel lain yang menyebabkan RW drainase dalam kondisi bagus. Variabel
10 masuk kedalam kategori permukiman kumuh pengolahan air limbah masuk kedalam penilaian
karena terdapat 1 RT yang ternyata kondisinya buruk dikarenakan terdapat 1 RT yaitu RT 10
75-100% tidak sesuai persyaratan teknis sehingga sebesar 100% masyarakat tidak memiliki jamban
keempat variabel tersebut menyebabkan keluarga / jamban bersama. Untuk lebih jelasnya
kekumuhan sedangkan 11 RT lain tidak dapat dilihat pada tabel tingkat kekumuhan
mengalami masalah terhadap 4 variabel tersebut berikut.
yaitu variabel terpenuhi kebutuhan air minum
Tabel 2. Penilaian Tingkat Kekumuhan RW 10 Kelurahan Kotalama Kota Malang
Nilai Kekumuhan
Indicator RT RT RT
RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6 RT 7 RT 8 RT 9
10 11 12
Ketidakterarturan
5 0 5 0 5 5 5 0 5 0 5 5
bangunan
Tingkat kepadatan
5 3 5 3 1 3 1 3 3 5 5 3
bangunan
Kualitas bangunan 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
Cakupan pelayanan jalan 1 0 1 3 0 0 0 0 1 0 3 1
Kualitas permukaan
1 0 1 3 0 0 0 0 1 0 3 1
jalan
Ketersediaan akses
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
aman air minum
Terpenuhinya
0 1 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0
kebutuhan air minum
Kemampuan
mengalirkan limpasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
air
Ketersediaan drainase 1 0 1 3 0 0 0 0 1 0 3 1
Keterhubungan dengan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
sistem drainase
Terpeliharanya drainase 0 5 0 0 3 3 3 0 0 3 1 0
Kualitas konstruksi
0 5 0 0 3 3 3 0 0 3 1 0
drainase
Sistem pengolahan air
0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 0 0
limbah
Prasarana dan sarana
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
pengolahan air limbah
Prasarana dan sarana
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
persampahan
Sitem pengolahan
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
persampahan
Terpeliharanya sarana
dan prasarana
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pengolahan
persampahan
Ketersediaan prasarana
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
proteksi kebakaran
Ketersediaan sarana
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
proteksi kebakaran
Total 33 34 33 32 38 35 33 23 32 36 41 31
Kategori KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR KR
Keterangan : KR = Kumuh Ringan

Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019 79
PERSEPSI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KRITERIA PERMUKIMAN KUMUH DI RW 10 KELURAHAN KOTALAMA, KOTA MALANG

B. Presepsi Masyarakat RW 10 Terhadap Kuadran No Atribut X Y


Kualitas
Komponen Permukiman 12 3.80 4.52
Konstruksi
Ketersediaan
Keberlangsungan kondisi permukiman juga 20 4.02 4.86
Listrik
dipengaruhi oleh tingkat kepuasan dan Kuadran III kualitas
3 3.63 4.31
(Possible bangunan
kepentingan masyarakat dan tergantung pada Overkill 4 Cakupan Jalan 3.55 4.45
kualitas permukiman yang mereka tempati, /Cenderung 13 sistem limbah 3.70 4.35
apakah sudah memenuhi keinginan atau harapan Berlebihan)
14 Sarpras Limbah 3.65 4.44
dari masyarakat atau belum. Tingkat kepuasan Kuadran IV keteraturan
1 3.52 3.79
dan kepentingan masyarakat terhadap kondisi (Low bangunan
Priority/prioritas kepadatan
permukiman RW 10 dinilai melalui komponen 2 3.24 3.97
rendah) bangunan
permukiman berdasarkan Permen PU Nomor 16 Sistem Sampah 3.27 4.44
02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas 17
Terpelihara
3.18 4.34
Lingkungan Perumahan Kumuh dan Permukiman Sampah

Kumuh. Perhitungan dari nilai kepentingan dan


kepuasan menghasilkan 4 kuadran berbeda yang Masyarakat RW 10 merasa puas dengan
akan menjadi acuan program perencanaan pada kondisi lingkungan hunianya dengan nilai
RW 10. kepuasan 3,54 dan setelah dilihat pada kondisi
kekumuhanya ternyata kondisi kekumuhan RW
10 masuk kedalam kategori kumuh ringan,
namun untuk meningkatkan kepuasan
masyarakat perlu dilakukan perbaikan lingkungan
terhadap permasalahan lingkungan yang masuk
kedalam kategori buruk. Agar sasaran program
tepat maka perlu dilakukan penarikan persepsi
terkait kebutuhan masyarakat karena subyek
utama pembangunan adalah masyarakat. Setelah
didapatkan hasil persepsi masyarakat, program
yang menjadi prioritas utama kurang tepat
sasaran karena terdapat 7 kriteria permukiman
yang kondisinya buruk namun dianggap tidak
penting oleh masyarakat. Kondisi kualitas jalan
Gambar 4. Kuadran Analisis IPA RW 10 merupakan kondisi yang masuk dalam prioritas
utama padahal pada penilaian tingkat
Dari hasil diagram kartesius diatas kekumuhan kondisi kualitas jalan masuk kedalam
didapatkan kepuasan dan kepentingan pada 4 kategori baik hingga sedang. Penentuan program
kuadran berbeda. Masing-masing variabel akan prioritas menjadi kurang efektif dikarenakan
dikelompokan sesuai dengan hasil kuadran masyarakat mahami kondisi lingkunganya namun
kartesiuas sebagai berikut. kurang memahami dalam menilai sesuai dengan
standart yang ditentukan oleh pemerintah yang
Tabel 4. Pengelompokan Atribut Kuadran IPA tertuang dalam Permen PU Nomor
Kuadran No Atribut X Y 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas
Kuadran I 5 Kualitas Jalan 3.51 4.54
(Concentrate 15 Sarpras Sampah 3.15 4.53
Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman
Here/ Prioritas Prasarana Kumuh karena keterbatasan ilmu dalam bidang
Utama) 18 2.80 4.49
Kebakaran perencanaan. Untuk hasil yang lebih maksimal
Sarana
19
Kebakaran
2.63 4.52 maka diperlukan adanya overlay permasalahan
Kuadran II (Keep 6 Tersediaan Air 3.81 4.66 dari hasil analisis tingkat kekumuhan dengan
Up The Good 7 Terpenuhi Air 3.79 4.81 keinginan masyarakat.
Work /Lanjutkan Mengalirkan
Prestasi) 8
Limpasan
3.94 4.60 Program-program yang telah diterima
Ketersediaan masyarakat jika disandingkan dengan hasil
9 4.04 4.66
Drainase kepuasan dan kepentingan ternyata masyarakat
Keterhubungan
10
Drainase
3.84 4.53 banyak merasa puas terhadap program-program
Terpelihara yang telah dilakukan. Program yang dilakukan
11 3.79 4.78
Drainase kebanyakan berada pada kuadran IV yang

80 Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Iskhak Nindya Utami, Dian Dinanti

merupakan atribut yang dinilai kurang penting kepentingan masyarakat pada posisi kuadran
dan kinerjanya sudah memuaskan dan terdapat 2 I maka akan menjadi prioritas 1
program yang berada pada kuadran II yang 2. Jika nilai kondisi lingkungan pada posisi 5 dan
artinya program tersebut merupakan program
kepuasan masyarakat pada posisi kuadran II
yang dibutuhkan masyarakat dan kinerjanya
sudah memuaskan yaitu pada tribute konstruksi maka menjadi prioritas 2.
drainase dan ketersediaan air bersih padahal 3. Jika Kondisi permukiman mendapat nilai 5
pada kondisi eksisting konstruksi masih terdapat dan kepuasan masyarakat pada kuadaran III
konstruksi drainase dalam kondisi buruk karena maka menjadi prioritas 3
sepanjang 346 meter konstruksi drainase pada RT 4. Jika Kondisi permukiman mendapat nilai 5
2 mengalami kerusakan. Program IPAL terpadu dan kepuasan masyarakat pada kuadaran IV
dilakukan pada tahun 2012 dan kembali
maka menjadi prioritas 4
dilakukan pada tahun 2016 namun pada saat ini
kondisi sistem pengolahan air limbah RW 10 5. Jika Kondisi permukiman mendapat nilai 3
dinilai buruk karena sebanyak 73 rumah yang ada dan kepuasan masyarakat pada kuadaran I
pada RT 10 tidak terhubung dengan tanki septic maka menjadi prioritas 5
sehingga berpotensi mencemari air sungai dan air 6. Jika Kondisi permukiman mendapat nilai 3
tanah akan tetapi masyarakat menilai system dan kepuasan masyarakat pada kuadaran II
pengolahan air limbah merupakan kriteria maka menjadi prioritas 6
permukiman yang dianggap kurang penting
namun sudah memberikan kinerja yang Tabel 5 menunjukan prioritas program
memuaskan. Dari kondisi diatas dapat penanganan lingkungan permukiman kumuh
disimpulkan bahwa penilaian masyarakat berdasarkan overlay hasil analisis penilaian
menjadi kurang efektif karena keterbatasan tingkat kekumuhan setiap kriteria dan
pengetahuan masyarakat. berdasarkan hasil analisis kepuasan dan
kepentingan setiap kriteria yang ada di RW 10.
C. Overlay Permasalahan Maka urutan program penanganan lingkungan
Dari hasil analisis penilaian tingkat pada RW 10 adalah sebagai berikut.
kekumuhan serta persepsi kepuasan dan a. Prioritas 1
kepentingan masyarakat RW 10 diatas terdapat 1) Program perbaikan prasarana dan sarana
perbedaan antara kondisi pada permukiman yang persampahan
memang dalam kondisi buruk sehingga perlu 2) Program perbaikan sistem pengolahan
adanya perbaikan lingkungan dengan persepsi persampahan
kebutuhan masyarakat terhadap kriteria 3) Program pengadaan prasarana proteksi
permukiman. Sebagai langkah awal mengetahui kebakaran
permasalahan permukiman pada permukiman 4) Program pengadaan sarana proteksi
RW 10 ialah dengan memetakan tiap kebakaran
permasalahan yang dinilai buruk karena tidak b. Prioritas 2
sesuai dengan standart yang ditetapkan dalam 1) Program masyarakat RW 10 terpenuhi
Permen PU Nomor 02/PRT/M/2016 tentang kebutuhan air minum
peningkatan kualitas terhadap perumahan 2) Program perbaikan konstruksi drainase
kumuh dan permukiman kumuh pada tiap 3) Program pemeliharaan drainase
bangunan. Setelah mengetahui permasalahan c. Prioritas 3
pada tiap bangunan, selanjutnya dilakukan 1) Program perbaikan ketidak teraturan
overlay permasalahan berdasarkan kebutuhan bangunan gedung
masyarakat melalui hasil analisis kepuasan dan 2) Program arahan kepadatan bangunan
kepentingan prioritas permasalahan pada tiap d. Prioritas 4
bangunan. Penilaian pada overlay permasalahan 1) Program system pengolahan air limbah
yaitu dengan manggabungkan hasil 2 analisis e. Prioritas 5
yaitu analisis terkait kriteria kekumuhan dengan 1) Program perbaikan kualitas jalan
hasil kuadran diagram kartesius menggunakan
skala penilaian sebagai berikut.
1. jika nilai lingkungan permukiman pada posisi
5 (buruk) dan hasil kepuasan dan

Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019 81
PERSEPSI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KRITERIA PERMUKIMAN KUMUH DI RW 10 KELURAHAN KOTALAMA, KOTA MALANG

Tabel 5. Uraian Permasalahan kekumuhan dan Hasil Kuadaran IPA RW 10


Kondisi kriteria
lingkungan RW 10 yang Hasil analisis
dinilai kumuh tingkat Kepuasan Prioritas
Uraian Masalah Lokasi Ukuran
berdasarkan standart dan tingkat Penanganan
Permen PU kepentingn RW 10
PRT/M/2016
Prasarana dan sarana  Tempat sampah tidak RT 1 143 rumah
persampahan dibedakan atau RT 2 132 rumah
(5) pemilahan minimal RT 3 214 rumah
berdasarkan 5 jenis
sampah RT 4 64 rumah
RT 5 39 rumah
 Tidak terdapat
RT 6 88 rumah I 1
tempat untuk
pengolahan sampah RT 7 39 rumah
terpadu (TPST) RT 8 33 rumah
RT 9 142 rumah
RT 10 73 rumah
RT 11 67 rumah
RT 12 66 rumah
System pengolahan  Tidak dilakukannya RT 1 143 rumah
persampahan pemilahan sampah RT 2 132 rumah
(5)
 Tidak dilakukannya RT 3 214 rumah
pengolahan sampah RT 4 64 rumah
RT 5 39 rumah
 Tidak ada sosialisasi
RT 6 88 rumah
pemilahan dan I 1
RT 7 39 rumah
pengolahan sampah
(bank sampah, RT 8 33 rumah
composting, dan RT 9 142 rumah
kerajinan sampah) RT 10 73 rumah
RT 11 67 rumah
RT 12 66 rumah
Ketersediaan prasarana  Tidak ada jalan keluar RT 1 143 rumah
proteksi kebakaran dan aksesibilitas RT 2 132 rumah
(5) untuk mobil RT 3 214 rumah
pemadaman RT 4 64 rumah
kebakaran. RT 5 39 rumah
 Tidak ada hidran RT 6 88 rumah
halaman, sumur RT 7 39 rumah
I 1
kebakaran atau RT 8 33 rumah
reservoir air dan RT 9 142 rumah
sebagainya yang RT 10 73 rumah
memudahkan RT 11 67 rumah
instansi pemadam
kebakaran untuk RT 12 66 rumah
digunakan,
Ketersediaan sarana  Tidak tersedia APAR,
proteksi kebakaran dan tersedianya
(5) kendaraan seperti RT 1 143 rumah I 1
mobil pompa dan
mobil tangga
Terpenuhinya  Kebutuhan minimal
kebutuhan air minum air minum tiap orang
(5) tidak tercapai karena
kualits air minum RT 5 30 rumah II 2
yang dikonsumsi
tidak sesuai
persyaratan kualitas
air minum.
Terpeliharanya drainase  Saluran drainase
(5) menimbulkan bau
karena kurang
rutinnya masyarakat RT 2 346 meter II 2
dalam membersihkan
atau normalisasi
saluran
Kualitas konstruksi  Terjadi kerusakan
drainase konstruksi drainase
(5) RT 2 346 meter II 2
pada RT 2 sepanjang
346 meter
Ketidakteraturan RT 1 121 rumah III 3

82 Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Iskhak Nindya Utami, Dian Dinanti

Kondisi kriteria
lingkungan RW 10 yang Hasil analisis
dinilai kumuh tingkat Kepuasan Prioritas
Uraian Masalah Lokasi Ukuran
berdasarkan standart dan tingkat Penanganan
Permen PU kepentingn RW 10
PRT/M/2016
bangunan gedung  Ketidak keteraturan RT 3 184 rumah
(5) bangunan RT 5 34 rumah
disebabkan oleh RT 6 83 rumah
fasad bangunan yang RT 7 38 rumah
tidak sama karena RT 9 116 rumah
tidak menerapkan RT 11 66 rumah
konsep berupa
tanaman atau
vertikal garden pada
RT 12 64 rumah
wajah utama atau
penampilan suatu
bangunan.
Tingkat kepadatan  Minimnya ruang RT 1 143 rumah
bangunan terbuka dengan RT 3 214 rumah
(5) terbatasnya lahan RT 10 73 rumah
kosong dan halaman
perkarangan rumah
dengan KDB 91%-
100% sebanyak 497
unit bangunan pada
RW 10. Tingginya KDB
ini dikarenakan III 3
terbatasnya lahan
yang dimiliki, dan RT 11 67 rumah
lahan dimaksimalkan
terbangun untuk
pembagian ruang
dalam rumah,
sehingga tidak
terdapat ruang
terbuka hijau sebagai
media resapan air.
Sistem pengolahan air  Tidak memiliki RT 10 73 rumah IV 4
limbah septictank (kloset
(5) tidak terhubung
dengan sistem
pengolahan air
limbah)
Kualitas Jalan  Permukaan jalan RT 4 400 Meter
(3) pada RT 4 dan RT 11
mengalami
kerusakan I 5
RT 11 197 Meter
perkerasan jalan
dibeberapa ruans
jalan lingkungan

1. Arahan Sarana dan Prasarana Persampahan


D. Program Peningkatan Kualitas Prasarana dan sarana persampahan sesuai
Permukiman RW 10 dengan persyaratan teknis yaitu tempat
Program peningkatan kualitas lingkungan sampah dengan pemilahan sampah pada skala
didasarkan pada hasil identifikasi nilai domestik atau rumah tangga, TPS 3R (reduce,
karakteristik permukiman dan hasil analisis IPA. reuse, recycle) pada skala lingkungan, gerobak
Program peningkatan kualitas permukiman akan sampah, dan tempat pengolahan sampah
membahas berdasarkan hasil penilaian tingkat terpadu (TPST) pada skala lingkungan.
kekumuhan dan analisis IPA yang terletak pada 2. Arahan Sistem Pengolahan Persampahan
kuadran I atau prioritas utama (tingkat Sistem pengelolaan persampahan sesuai
kepentingan tinggi namun tingkat kepuasan dengan persyaratan teknis yaitu pewadahan
rendah). dan pemilahan domestik, pengumpulan
Prioritas 1 lingkungan, pengangkutan lingkungan, dan
pengolahan lingkungan. Selain itu perlu

Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019 83
PERSEPSI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KRITERIA PERMUKIMAN KUMUH DI RW 10 KELURAHAN KOTALAMA, KOTA MALANG

adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang 3. Arahan Program Perbaikan Konstruksi


pemilihan sampah ditujukan agar masyarakat Drainase
dapat memahami pentingnya pemilahan Berdasarkan permasalahan konstruksi
sampah sebelum dikumpulkan dan dibuang. drainase yaitu drainase mengalami kerusakan
Masyarakat diajak untuk mengurangi sampah konstruksi sepanjang 346 meter, maka di
dengan cara paling mudah yaitu memilah arahkan untuk peningkatan kualitas konstruksi
sampah organik dan anorganik. Pendekatan drainase, pemeliharaan rutin, serta dimensi
kepada masyarakat dapat dilakukan dengan drainase terutama pada RT 2 agar drainase
cara menginfokan kepada masyarakat terkait dapat mengalirkan limpasan air hujan, tidak
jenis-jenis sampah. terdapat endapan, dan tidak berbau.
3. Proteksi Kebakaran Prioritas 3
Penyediaan sarana proteksi kebakaran terdiri 1. Arahan Perbaikan Ketidakteraturan Bangunan
dari tersedianya APAR, dan tersedianya Arahan Ketidak keteraturan bangunan adalah
kendaraan seperti mobil pompa dan mobil menerapkan konsep berupa tanaman atau
tangga (Kepmen Pu No 11/KPTS/2000 tentang vertikal garden pada wajah utama atau
Ketentuan Teknis Manajemen penampilan bangunan karena keteraturan
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan). bangunan disebabkan oleh fasad bangunan
4. Arahan Prasarana proteksi Kebakaran yang tidak sama. Arahan perbaikan
Arahan terkait permasalahan proteksi ketidakteaturan bangunan diarahkan pada RT
kebakaran adalah dengan pengadaan hidran, 1, RT 3, RT 5, RT 6, RT 7, RT 9, RT 11, dan RT 12.
Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam 2. Arahan Kepadatan Bangunan
maupun buatan dan sosialisasi terkait cara Arahan kepadatan bangunan diarahkan untuk
penanganan jika terjadi kebakaran. pemanfaatan berupa vertikal garden atau
Berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan kebun vertikal. Pengadaan kebun vertikal
Umum No 26/PRT/M/2008 tentang merupakan pengembangan metode cara
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran bertanam dengan konsep vertikal yang
Pada Bangunan Gedung dan Lingkunganya, diaplikasikan pada dinding-dinding pergola
lingkungan permukiman harus tersedia dan pada pagar dengan menanam tanaman
sumber air berupa hidran halaman, sumur produktif seperti markisa, anggur, dan tomat.
kebakaran atau reservoir air dan sebagainya Dengan adanya pergola dengan tanaman
yang memudahkan instansi pemadam produktif tersebut, dapat dimanfaatkan pula
kebakaran untuk digunakan, sehingga setiap untuk peningkatan ekonomi masyarakat
rumah dan bangunan gedung dapat dijangkau dengan cara memanfaatkan hasil produksi
oleh pancaran air unit pemadam kebakaran tanaman tersebut untuk dijual secara
dari jalan di lingkungannya. berkelompok dalam satu lingkungan RW 10
Prioritas 2 kepasar dengan sistem bagi hasil.
1. Arahan Program Kebutuhan air Minum Prioritas 4
Penyelesaiaan permasalahan terpenuhi 1. Arahan Program Sistem Pengolahan Air
kebutuhan air minum adalah dengan Limbah
pemberian informasi terkait kebutuhan Perlu adanya pengolahan sistem sanitasi
minimal air minum dan berkualitas baik (tidak permukiman yang lebih layak dan sesuai
berwarna, berasa, dan berbau). Hal ini berlaku dengan standar untuk meningkatkan kualitas
pada RT 5 karena sebanyak 30 rumah tidak sanitasi lingkungan yaitu kakus atau kloset
terpenuhi kebutuhan air minum 60 liter/ terhubung dengan tangki septik baik secara
orang/hari. individual atau domestik, komunal, maupun
2. Arahan Program Pemeliharaa Drainase terpusat (Permen PU Nomor 02/PRT/M/2016,
Penyelesaian permasalahan bau saluran pada tentang Peningkatan Kualitas Perumahan
RT 2 adalah dengan pemeliharaan rutin Kumuh dan Permukiman Kumuh).
saluran atau normalisasi saluran dan Berdasarkan hasil kondisi kekumuhan maka
pengadaan IPAL sebagai sistem pengolahan perlu adanya perencanaan IPAL pada RT 10.
limbah agar limbah tidak di buang ke saluran karena sebanyak 73 unit rumah yang memiliki
dranase. jamban namun tidak ada yang terhubung
dengan tanki septic.

84 Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019
Iskhak Nindya Utami, Dian Dinanti

Prioritas 5 dan berbau). Hal ini berlaku pada RT 5


1. Arahan Perbaikan Kualitas jalan karena sebanyak 30 rumah tidak
Berdasarkan permasalahan kondisi jalan, terpenuhi kebutuhan air minum 60 liter/
maka di arahkan untuk peningkatan kualitas orang/hari.
perkerasan jalan dari plester menjadi paving, b. Arahan program pemeliharaan drainase
agar jalan tidak mudah retak dan rusak karena adalah penyelesaian permasalahan bau
terkena limpasan air hujan. Arahan perbaikan saluran pada RT 2 adalah dengan
peningkatan kualitas jalan diarahkan pada RT pemeliharaan rutin saluran atau
4 dan RT 11. normalisasi saluran dan pengadaan IPAL
sebagai sistem pengolahan limbah agar
KESIMPULAN limbah tidak di buang ke saluran dranase.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai c. Arahan program perbaikan konstruksi
Presepsi Kepuasan Masyarakat Terhadap drainase maka di arahkan untuk
Komponen Permukiman di Permukiman Kumuh peningkatan kualitas drainase pada RT 2
RW 10 Kelurahan Kotalama, Kota Malang, maka agar drainase dapat mengalirkan
hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai limpasan air hujan.
berikut. Prioritas 3
1. Berdasarkan perhitungan nilai tingkat a. Arahan Ketidak keteraturan bangunan
kekumuhan didapatkan 12 RT yang ada pada adalah menerapkan konsep berupa
RW 10 masuk kedalam kategori kumuh tanaman atau vertikal garden pada wajah
ringan, dengan kondisi kekumuhan tersebut utama atau penampilan bangunan
masyarakat RW 10 merasa puas dengan nilai karena keteraturan bangunan
kepuasan 3,54 disebabkan oleh fasad bangunan yang
2. Berdasarkan hasil overlay permasalahan tidak sama. Arahan perbaikan
antara hasil kekumuhan dan nalisis IPA untuk ketidakteaturan bangunan diarahkan
memperbaiki kualitas lingkungan serta pada RT 1, RT 3, RT 5, RT 6, RT 7, RT 9, RT
meningkatkan kepuasan masyarakat maka 11, dan RT 12.
program perbaikan lingkungan terbagi b. Arahan kepadatan bangunan diarahkan
menjadi 5 prioritas antara lain: untuk pemanfaatan berupa vertikal
Prioritas 1 garden atau kebun vertikal.
a. Kondisi persampahan yaitu dengan Prioritas 4
penambahan bak sampah 5R, dan a. Arahan program sistem pengolahan air
pembuatan TPST (tempat pengolahan limbah Berdasarkan hasil kondisi
sampah terpadu sampah terpadu) kekumuhan maka perlu adanya
b. Arahan sistem pengolahan persampahan perencanaan IPAL pada RT 10 karena
yaitu dengan Pengadaan program 5R, sebanyak 73 unit rumah yang memiliki
Pengoptimalan dan pengadaan bank jamban namun tidak ada yang terhubung
sampah dengan tanki septik.
c. Arahan sarana proteksi kebakaran Prioritas 5
dengan penyediaan sarana proteksi a. Arahan perbaikan kualitas jalan
kebakaran terdiri dari tersedianya APAR, berdasarkan permasalahan kondisi jalan,
dan tersedianya kendaraan seperti mobil maka di arahkan untuk peningkatan
pompa dan mobil tangga (Kepmen Pu No kualitas perkerasan jalan dari plester
11/KPTS/2000). menjadi paving, agar jalan tidak mudah
d. Arahan terkait permasalahan prasarana retak dan rusak karena terkena limpasan
proteksi kebakaran adalah dengan air hujan, dan dapat meresapkan air
pengadaan hidran dan sosialisasi terkait hujan ke tanah. Arahan perbaikan
cara penanganan jika terjadi kebakaran. peningkatan kualitas jalan diarahkan
Prioritas 2 pada RT 4 dan RT 11.
a. Arahan penyelesaian permasalahan
terpenuhi kebutuhan air minum adalah DAFTAR PUSTAKA
dengan pemberian informasi terkait Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang
kebutuhan minimal air minum dan dan Walikota Malang. Rencana Tata Ruang
berkualitas baik (tidak berwarna, berasa,

Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019 85
PERSEPSI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KRITERIA PERMUKIMAN KUMUH DI RW 10 KELURAHAN KOTALAMA, KOTA MALANG

Wilayah (RTRW) Kota Malang Tahun 2010- Pengembangan Perumahan dan Kawasan
203. Permukiman Kota Malang Tahun 2012.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Kondoti. 2003. Introduction to the Science of
Ciptakarya. Peraturan Mentri Pekerjaan Human Settlement. London. Hutchinson
Umum No 26/PRT/M/2008 tentang and Co.
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Ong. 2014. Analisis Kepuasan Pelanggan dengan
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Analisis IPA di SBU Laboratory Cibitung.
Lingkunganya. Universitas Diponegoro.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
dan Walikota Malang. Perda 13 Tahun 2014 Rakyat. Permen PU Nomor 02/PRT/M/2016
tentang Rencana Pembangunan dan tentang peningkatan kualitas terhadap
Pengembangan Kawasan Permukiman perumahan kumuh.
Kota Malang tahun 2014-2034 Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-
Direktorat Jendral Cipta Karya Kota Malang. Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rencana Pembangunan Permukiman dan Sulaiman, 2015. Pengaruh jenis perumahan real
Perumahan Daerah Kota Malang (RP4D) estate terhadap interaksi sosial penghuni di
tahun 2012. Kota Malang.
Direktorat Jendral Cipta Karya Kota Malang, BKM Isaac, Stephen dan Michael, William. 1981. Hand
Sejahtera. Rencana Penataan Lingkungan Book in Research and Evaluation. San
Permukiman (RPLP) Kelurahan Kotalama Diego. California.
Tahun 2016. Menteri Negara Pekerjaan Umum. Kepmen Pu No
Direktorat Jendral Cipta Karya Kota Malang. 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Rencana Pembangunan dan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan.

86 Planning for Urban Region and Environment Volume 8, Nomor 3, Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai