Anda di halaman 1dari 8

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No.

1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C223

Strategi Penanganan Permukiman Kumuh


Kawasan DAS Metro Kota Malang Berdasarkan
Prinsip Sustainable Development Goals (SDGs)
Chalimatus Sakdiah dan Dian Rahmawati
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
e-mail: d_rahmawati@urplan.its.ac.id

Abstrak—Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 2015 perencanaan yang kurang baik, dan sebab lainnya. Proporsi
merumuskan 17 poin Sustainable Development Goals (SDG’s) dari penduduk dunia yang tinggal pada kawasan kumuh yaitu
untuk menanggulangi permasalahan yang ada di dunia, seperti tertinggi pada benua Afrika (62%), diikuti oleh Asia Selatan
kemiskinan, pemanasan global, serta menjawab isu-isu sosial,
(35%), Asia Tenggara (31%), dan Asia Timur (28%).
ekonomi, dan lingkungan yang ada di perkotaan. Salah satu
tujuan yang terdapat dalam SDG’s adalah pada tujuan no. 11 Indonesia menjadi salah satu negara yang menyumbang
(sebelas) yaitu Sustainable Cities and Communities. Salah satu jumlah kawasan permukiman kumuh di Asia Tenggara
permasalahan dunia yang dibahas dalam tujuan ini yaitu dengan luasan total 38.641 Ha [2].
permukiman kumuh yang terdapat pada poin 11.1, dimana Kota Malang menjadi salah satu kota di Indonesia yang
permasalahan ini masih banyak ditemukan di dunia, salah termasuk dalam kategori kepadatan sangat tinggi yaitu 7.826
satunya di kawasan DAS Metro, Kota Malang. Tujuan dari
jiwa/km² dan jumlah penduduk pada tahun 2018 yaitu sebesar
penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi penanganan
kawasan permukiman kumuh sesuai dengan prinsip SDG’s 861.414 jiwa [3]. Hingga tahun 2014, kawasan permukiman
yang dijelaskan dalam tujuan 11 poin 11.1. Penelitian ini di Kota Malang yang teridentifikasi sebagai kawasan
melewati 3 tahap analisis, yaitu tahap pertama untuk permukiman kumuh terdapat pada 29 (dua puluh sembilan)
mengetahui kesesuian kebijakan yang ada di Kota Malang lokasi yang didasarkan pada profil kawasan Permukiman
dengan prinsip SDG’s. Tahap kedua yaitu menentukan Kumuh Kota Malang [4]. Kemudian ditetapkan dalam Surat
karakteristik permukiman kumuh yang ada di kelurahan
Keputusan (SK) Walikota Malang Nomor 86 Tahun 2017
sekitar DAS Metro yaitu Kelurahan Bandulan,
Bandungrejosari, Sukun, dan Tanjungrejo. Dan tahapan tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh
terakhir yaitu merumuskan strategi penanganan permukiman Kota Malang. Adanya permukiman kumuh tersebut yang ada
kumuh menggunakan metode analisis triangulasi. Hasil dari di Kota Malang, membuat pemerintah kota bergerak untuk
penelitian ini berupa strategi penanganan permukiman kumuh mengatasi permasalahan permukiman kumuh yang tersebar
yang dirinci berdasarkan hasil karakteristik yang didapatkan. di Kota Malang, salah satunya yaitu pada kawasan sempadan
sungai DAS Metro.
Kata Kunci—DAS Metro, Permukiman Kumuh, Strategi
Penanganan Permukiman Kumuh. Daerah Aliran Sungai (DAS) Metro yang terdapat di Kota
Malang merupakan salah satu kawasan yang memiliki
permasalahan permukiman kumuh. Dalam RTRW Kota
I. PENDAHULUAN Malang tahun 2010 - 2030, kawasan ini diperuntukkan

P ERMUKIMAN kumuh adalah permukiman yang tidak


layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat
kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta
sebagai kawasan lindung sempadan sungai. Berdasarkan
dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota Malang,
sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat [1]. UN- Kawasan DAS Metro masuk menjadi kawasan prioritas 1
Habitat mendefinisikan kawasan kumuh (slum) sebagai “a dalam penanganan kawasan kumuh. Luas kawasan kumuh
highly populated urban residential area consisting mostly of pada DAS Metro yaitu sebesar 111,12 Ha yang tersebar pada
closely packed, decrepit housing units in a situation of beberapa kelurahan; yaitu Kelurahan Bandulan, Tanjungrejo,
deteriorated or incomplete infrastructure, inhabited Sukun, dan Bandungrejosari. Permasalahan utama yang
primarily by impoverished persons”. UN-HABITAT menjadi penyebab munculnya permukiman kumuh pada
menjabarkan karakteristik permukman kumuh sebagai kawasan ini adalah adanya rumah-rumah milik warga yang
kawasan permukiman yang tidak memiliki sarana dan tumbuh di kawasan sempadan sungai seiring meningkatnya
prasarana dasar permukiman, permukiman yang berada di jumlah penduduk yang melakukan urbanisasi ke Kota
kawasan ilegal dan tidak memiliki status legal lahan dan Malang. Selain itu, belum terpenuhinya beberapa
bangunan, kondisi bangunan rumah tidak layak, infrastruktur dasar pada permukiman ini berpengaruh besar
berkepadatan tinggi, berada di kawasan tidak sehat dan pada kondisi kualitas permukiman.
memiliki potensi bencana, dihuni oleh masyarakat miskin, Adanya urgensitas mengenai penanganan permukiman
serta kawasan permukiman yang minim [2]. kumuh yang ada di dunia sekaligus menjadi salah satu sasaran
Berdasarkan data UN-Habitat, pada tahun 2012 sekitar dalam Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 11
33% populasi dunia atau sekitar 863 juta manusia di dunia untuk membentuk kota dan komunitas yang berkelanjutan,
bertempat tinggal pada kawasan kumuh. Munculnya kawasan maka diperlukan suatu upaya untuk menghadapi
permukiman kumuh di dunia disebabkan dari meningkatnya permasalahan ini. Hal tersebut juga dikarenan kota yang
urbanisasi, kondisi ekonomi yang stagnan, kemiskinan, berkelanjutan merupakan salah satu dari 17 tujuan global
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C224

Tabel 1.
Variabel Penelitian
Indikator Variabel
Kondisi Fisik dan Legalitas Bangunan
Legalitas Bangunan Kesesuaian dengan RTRW
Kondisi Bangunan
Kepadatan Bangunan
Keteraturan Bangunan
Kondisi Sarana dan Kondisi Jaringan Jalan Lingkungan
Prasarana Dasar Kondisi drainase
Permukiman Kondisi jaringan air minum
Kondisi Persampahan
Kondisi Air Limbah
Kondisi Proteksi Kebencanaan
RTH
Kondisi Sosial dan Partisipasi Masyarakat
Ekonomi Kegiatan gotong royong
Tingkat Pendapatan penduduk
Jumlah masyarakat miskin

Tabel 2.
Jumlah Sampel tiap Kelurahan
Kelurahan Jumlah Sampel
Bandulan 22 KK
Bandungrejosari 25 KK
Sukun 21 KK
Tanjungrejo 31 KK
Total 99 KK

dalam agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan


dimana akses untuk semua perumahan dan layanan dasar
memadai, aman dan terjangkau, serta peningkatan daerah
kumuh (upgrade slums) sehingga tujuan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development goals) untuk kota
tanpa kumuh dalam agenda 2030 tercapai [5]. Selanjutnya,
pemerintah Indonesia melalui KOTAKU (Kota Tanpa
Kumuh) juga berupaya untuk menyelesaikan permasalahan
kumuh yang ada. Namun, karena fokus luasan permukiman Gambar 1. Peta Delineasi Wilayah Kumuh DAS Metro Kota Malang.
kumuh di Indonesia sangat luas, maka penanganan kumuh
ditentukan berdasarkan penentuan proporsional random
dalam lingkup yang lebih mikro menjadi kurang maksimal.
sampling. Pada Tabel 2 merupakan jumlah sampel penelitian
Maka dari itulah, diperlukan adanya strategi penanganan
tiap kelurahan:
untuk mengatasi permukiman kumuh yang ada di DAS Metro
sesuai dengan prinsip Sustainable Development Goals D. Metode Analisis Data
(SDG’s). Metode yang digunakan dalam tahap pertaman yaitu
analisis kebijakan tata ruang mengenai perumahan dan
II. METODE PENELITIAN permukiman pada DAS Metro menggunakan teknik content
analysis. Analisis isi dilakukan terhadap dokumen kebijakan
A. Variabel Penelitian anatara lain RTRW Kota Malang, RDTRK Kota Malang
Variabel penelitian yang digunakan dalam merumuskan Bagian Barat, RJMD Kota Malang, RP2KPKP Kota Malang,
strategi penanganan permukiman kumuh kawasan DAS RPLP masing-masing Kelurahan. Pada tahapan kedua, yaitu
Metro Kota Malang dapat dilihat pada Tabel 1. analisis mengenai karakteristik permukiman kumuh
B. Metode Pengumpulan Data dilakukan menggunakan teknik analisis statistik deskriptiv.
Dan yang terakhir yaitu penentuan strategi penanganan
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
permukiman kumuh dilakukan dengan menggunakan teknik
dengan dua cara, yaitu survey primer dan survey sekunder.
analisis triangulasi dengan input yang digunakan adalah hasil
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan
analisis kebijakan dari sasaran pertama, karakteristik
observasi, kuisioner, dan wawancara. Sedangkan untuk
permukiman kumuh, dan best practice serta housing policies
metode pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
dalam SDGs.
mengumpulkan data dari instansi pemerintah terkait.
C. Populasi dan Sampling
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, populasi yang menjadi objek
A. Gambar Umum Kawasan Penelitian
penelitian adalah seluruh masyarakat yang tinggal di
permukiman kumuh DAS Metro. Sedangkan sampel dalam Dalam penelitian ini, wilayah yang menjadi objek
penelitian ini ditentukan berdasarkan metode proporsional penelitian adalah wilayah permukiman yang ada di sekitar
random sampling menggunakan rumus Slovin yang daerah aliran sungai (DAS) Metro, Kecamatan Sukun, Kota
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 99 orang yang Malang. Berdasarkan dokumen RP2KPKP Kota Malang,
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C225

Tabel 3.
Karakteristik Permukiman Kumuh DAS Metro
Variabel Karakteristik
Legalitas didominasi oleh bangunan yang ilegal ditandai dari banyaknya jumlah bangunan yang tidak memiliki IMB sebesar 68
Bangunan
Kesesuaian sebagian kawasan kumuh berada pada kawasan lindung sempadan sungai Metro (ilegal), namun sebagian besar permukiman telah
dengan RTRW sesuai berada pada peruntukkan dalam RTRW yaitu di kawasan permukiman.
Kondisi didominasi oleh bangunan semipermanen (67%) yang memiliki atap berbahan genting, dinding berupa percampuran bata dan
Bangunan papan, serta lantai yang diperkeras menggunakan semen
Kepadatan berkepadatan tinggi dengan rata-rata tingkat kepadatan bangunan yaitu 183 Unit/Ha.
Bangunan
Keteraturan didominasi oleh bangunan teratur (76%), namun masih terdapat bangunan yang belum teratur terutama pada kawasan yang padat
Bangunan bangunan.
Kondisi cukup baik dengan perkerasan jalan yang didominasi oleh paving dan semen, namun masih terdapat permasalahan mengenai
Jaringan Jalan kualitas jaringan jalan yang masih berupa tanah dan berlubang serta bergelombang.
Lingkungan
Kondisi cukup baik namun dengan rata-rata intensitas genangan pada kawasan permukiman yaitu kurang dari 30 menit. Selain itu, masih
drainase terdapat permasalahan berupa drainase yang tersumbat oleh sampah dan bercampur dengan air limbah sehingga jaringan drainase
masih kurang maksimal dalam melimpahkan genangan air. (
Kondisi didominasi dengan pengguna sumur (58%) dengan kualitas yang cukup baik, namun masih terdapat permasalahan dengan kualitas
jaringan air air yang terkadang kotor dan PDAM yang sering mati.
minum
Kondisi cukup baik dimana terdapat pengambilan rutin, sedangkan pada kawasan yang berbatasan secara langsung dengan DAS Metro
Persampahan tidak terdapat pengelolaan persampahan yang memadai yang disebabkan karena kawasannya yang sulit dijangkau.
Kondisi Air 73% masyarakat telah menggunakan WC pribadi sedangkan terdapat 21% masyarakat yang menggunakan WC Komunal yang
Limbah disediakan oleh pemerintah dan 6% yang masih menggunakan sungai sebagai tempat BABS.
Proteksi memiliki banyak potensi bencana, terutama bencana longsor dan banjir namun belum memiliki sarana dan prasarana kebencanaan
Kebencanaan yang memadai (belum tersedia APAR dan jalur evakuasi).
RTH permukiman kumuh DAS Metro belum memiliki RTH yang memadai sebagai tempat beraktivitas masyarakat. RTH yang tersedia
hanyalah makam dan lapangan.
Partisipasi cukup tinggi dengan jenis partisipasi masyarakat yang didominasi dengan partisipasi berupa tenaga dan barang/makanan.
Masyarakat
Kegiatan terdapat kegiatan masyarakat berupa gotong royong membersihkan lingkungan di kawasan permukiman kumuh DAS Metro
gotong royong dengan intensitas yang tidak menentu.
Tingkat tingkat pendapatannya termasuk pada kategori rendah dimana didominasi oleh penduduk dengan pendapatan kurang dari UMR
Pendapatan Kota Malang (84% responden).
penduduk
Jumlah 39% dari jumlah kepala rumah tangga yang ada pada permukiman DAS Metro merupakan MBR yang belum mampu memenuhi
masyarakat kebutuhan akan rumah layak huni.
miskin

kawasan kumuh Daerah Aliran Sungai (DAS) Metro terdiri


B. Analisis Kebijakan Tata Ruang Mengenai Perumahan dan
atas 4 kelurahan yang masuk pada delineasi kumuh dengan
Permukiman Pada DAS Metro
luas total 111,12 Ha. Kelurahan tersebut adalah Keluruhan
Bandungrejosari, Bandulan, Tanjungrejo, dan Sukun dengan Berdasarkan hasil analisis kebijakan pada dokumen
batas wilayah sebagai berikut: RTRW Kota Malang, didapatkan bahwa kawasan DAS Metro
Sebelah Utara :Kelurahan Bareng dan Pisangcandi termasuk pada kawasan lindung sempadan sungai yang
Sebelah Timur :Kelurahan Bakalan Krajan dan dibatasi kegiatan dan pemanfaatannya untuk menghindari
Kebonsari adanya eksploitasi yang berlebihan sehingga dapat
Sebelah Selatan :Kelurahan Gadang, Ciptomulyo, dan mempengaruhi kualitas sungai. Aturan lainnya yaitu terkait
Kasin dengan fungsi pengawasan dan pelestarian dengan
Sebelah Barat : Kelurahan Mulyorejo. pembangunan jalan inspeksi maupun dengan pengaturan
terkait orientasi bangunan yang ada di sekitar sempadan
Sungai Metro merupakan anak sungai dari Sungai Brantas, sungai. Hal ini tidak luput menjadi salah satu aturan yang
yang menjadi salah satu sungai terpanjang yang melintasi diimplementasikan pada DAS Metro. Berikut merupakan
Kota Malang. Panjang sungai adalah berkisar antara 5.233 beberapa aturan terkait dengan kawasan lindung sempadan
meter dan lebar 30 meter. Debit air maksimum 4.752 m3 sungai [6], antara lain: (1)Pengamanan dan perlindungan
/detik dan debit air minimum 1.721 m3/detik. Dasar kali sekitar sungai atau sempadan sungai baik sungai-sungai besar
berbentuk U, berbatu dengan kedalaman air rata-rata 3 meter. maupun kecil dilarang untuk alih fungsi lindung yang
Peta delineasi wilayah kumuh DAS Metro Kota Malang dapat menyebabkan atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan
dilihat pada Gambar 1. dasar sungai serta alirannya; (2)Pengendalian kegiatan yang
DAS Metro merupakan daerah pengaliran sungai yang telah ada di sekitar sungai atau bangunan di sepanjang
mengalir dari arah utara ke selatan melalui bagian barat Kota sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan
Malang. Sungai ini melintasi beberapa kecamatan di Kota pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan;
Malang, yaitu sebagian besar Kecamatan Sukun dan (3)Mencegah dan menangkal pembangunan di sepanjang
Kecamatan Lowokwaru, serta sebagian kecil Kecamatan sempadan sungai untuk kebutuhan sosial, ekonomi dan
Klojen dan Kecamatan Kedungkandang.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C226

pembangunan fisik lainnya, kecuali pembangunan yang Metro Kota Malang berdasarkan prinsip SDGs. Kawasan
digunakan untuk maksud dan tujuan perlindungan dan ilegal merupakan kawasan kumuh yang masuk pada kawasan
pengelolaan sungai; (4)Pembangunan jalan inspeksi di lindung sempadan Sungai Metro, sedangkan kawasan legal
sepanjang sungai untuk memudahkan pengawasan terhadap menunjukkan kawasan kumuh yang berada di luar kawasan
berkembangnya kawasan terbangun pada sempadan sungai lindung sempadan Sungai Metro.
maupun alih fungsi lahan lainnya; (5)Mengarahkan orientasi 1) Aspek Legalitas Bangunan
pembangunan sepanjang sungai dengan menjadikan sungai 1. Kawasan permukiman kumuh ilegal,
sebagai bagian latar depan; (6)Pelestarian kawasan lindung Kawasan permukiman kumuh ilegal, antara lain:
setempat juga dilakukan pada kawasan sekitar mata air dan (1)Sosialisasi kepada masyarakat mengenai aturan hukum
kawasan sempadan irigasi. dalam perencanaan tata ruang, dimana masyarakat yang
Kelurahan Bandulan dan Tanjungrejo masuk ke dalam Sub tinggal pada kawasan kumuh ilegal sempadan Metro tidak
BWP II, sedangkan Kelurahan Bandungrejosari masuk ke bisa memiliki IMB karena peruntukkan lahan seharusnya
dalam sub BWP III . Dijelaskan pula dalam pasal 13 bahwa merupakan kawasan lindung; (2)Secara bertahap melakukan
Sub BWP II memiliki pusat sub BWP yang berada di Jalan relokasi warga yang berada di sempadan sungai ke daerah
Bandulan dengan dengan fungsi pelayanan primer sebagai lain yang telah disepakati atau ke tempat yang telah
pengembangan perumahan, perdagangan, dan jasa deret. Sub disediakan pemerintah sebagai alternatif tempat tinggal
BWP II memiliki pusat blok yaitu blok B-II yang merupakan sementara; (3)Melakukan advokasi dan empowerment
sebagian wilayah Kelurahan Bandulan. kepada pada pemilik bangunan ilegal di sempadan sungai
Blok II-B pada sub BWP II masuk menjadi salah satu sebagai bentuk perlindungan hukum oleh LSM/NGO dan
bagian dalam zona perlindungan setempat dengan peruntukan juga mengoptimalkan peran BKM/LKM dalam penanganan
sebagai zona sempadan sungai yang direncanakan dengan legalitas bangunan milik masyarakat.
luas kurang lebih 58,76 Ha. Sub zona semapadan sungai 2. Kawasan Kumuh Legal
tersebut direncanakan dengan melakukan fasilitasi penetapan Kawasan Kumuh Legal antara lain: (1)Memberikan
semapadan sungai dengan lebar 15 meter dari tepi kiri dan edukasi dan advokasi kepada masyarakat untuk mengurus
kanan palung serta pengendalian ketat pada seluruh area perijinan lahan dan bangunan sebagai barang bukti legal
sempadan sungai. Selain itu pengelolaan area sempadan kepemilikan tanah/bangunan; (2)Memberikan insentif
sungai direncanakan melalui pengembalian fungsi konservasi kepada warga yang mengurus perizinan bangunan, dan
sempadan sungai dengan melakukan relokasi bangunan yang disinsentif/sanksi kepada warga yang menolak atau tidak
ada di sekitar sempadan sungai. Lebih lanjut, selain mengurus perizinan bangunan; (3)Melakukan monitoring dan
direncanakan sebagai kawasan sempadan sungai, pada blok evaluasi secara terus menerus terhadap pembangunan rumah
II-B akan direncanakan sebagai zona RTH dengan baru dengan mempertimbangkan adanya IMB sehingga
pengembangan fungsi sebagai hutan kota, jalur hijau, dan pertumbuhan permukiman dapat dibatasi.
makam. 2) Kesesuaian dengan RTRW:
1. Kawasan ilegal sempadan sungai
C. Analisis Karakteristik Permukiman Kumuh Kawasan DAS Kawasan ilegal sempadan sungai: (1)Penduduk yang
Metro Kota Malang bermukim dalam radius 15 meter dari sisi sungai perlu
Analisis ini menggunakan teknik statistik deskriptif direlokasi karena tidak sesuai dengan kebijakan tata ruang
dimana setiap variabel akan dihitung berdasarkan kondisi dimana kawasan sempadan sungai Metro diperuntukkan
yang ada di lapangan. Data yang didapatkan berasal dari sebagai kawasan lindung berupa RTH; (2)Mengendalikan
kuisioner terhadap responden, observasi lapangan, dan data dan melakukan pengawasan pada sempadan sungai Metro
sekunder dari dokumen-dokumen terkait. Berikut merupakan secara ketat oleh pemerintah dengan memberikan
parameter penilaian tiap variabel, dapat dilihat pada Tabel 3. disinsentif/sanksi kepada para pelanggar dan insentif kepada
D. Analisis Strategi Penanganan Permukiman Kumuh DAS pihak yang mampu mempertahankannya sebagai zona
Metro Berdasarkan Prinsip SDGs lindung; (3)Memberikan edukasi dan sosialisasi secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu untuk berpindah lokasi
Perumusan strategi dalam analisis ini menggunakan teknil
tempat tinggal kepada masyarakat penghuni sempadan sungai
triangulasi yang juga dikombinasikan dengan mengguankan
Metro, namun secara bersamaan pemerintah juga harus
prinsip pembangunan permukiman berkelanjutan.
menyiapkan lahan dan bangunan seperti rusunawa sebagai
Pembangunan permukiman berkelanjutan memiliki prinsip
tempat tinggal alternatif/sementara bagi masyarakat
sebagai berikut [7], antara lain: (a)Kesetaraan (equality)
terdampak; (4)Tidak melakukan penggusuran secara paksa
dimana seluruh masyarakat mempunyai kesempatan yang
karena masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan
sama dalam memperoleh akses terhadap perumahan,
rumah yang layak tanpa mendapatkan ancaman lainnya.
infrastruktur, dan sumber daya; (b)Keberpihakan pada
2. Kawasan Legal
penduduk miskin (pro poor) yang merupakan salah satu cara
Kawasan Legal: (1)Sosialisasi kepada masyarakat
dalam menciptakan kualitgas hidup masyarakat yang setara;
mengenai pentingnya pembangunan rumah yang sesuai
(c)Berkelanjutan (sustainable) yaitu dapat mencapai tujuan
dengan perencanaan tata ruang; (2)Mengawasi dan
sosial dan ekonomi yang sejalan dengan prinsip
mengendalikan permukiman agar tetap sesuai dengan
pembangunan berkelanjutan; dan (4)Pendekatan
peraturan pada pola ruang rencana tata ruang wilayah dengan
pemberdayaan (empowerment approach) dimana masyarakat
pertimbangan IMB pada pembangunan bangunan baru;
dilibatkan secara penuh dalam keseluruhan proses yang
(30Membentuk komunitas masyarakat atau kader lingkungan
dilakukan. Berikut merupakan hasil analisis triangulasi dalam
sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat pada kawasan
perumusan strategi penangan permukiman kumuh DAS
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C227

permukiman. pentingnya keteraturan bangunan yang ada di sempadan


3) Kondisi Bangunan sungai Metro dan akibat yang ditimbulkan apabila tidak
1. Kawasan ilegal sempadan sungai mengikuti tata aturan yang berlaku dengan pemberian insentif
Kawasan ilegal sempadan sungai; (1)Menyediakan hunian dan disinsentif.
vertikal seperti rumah susun sebagai alternatif permukiman 2. Kawasan legal
untuk warga yang disediakan oleh pemerintah sehingga Kawasan legal: (1)Melakukan pengawasan terhadap
bangunan yang tidak layak huni dan ilegal yang mengempati pembangunan rumah baru dengan mempertimbangkan IMB
sempadan sungai Metro tidak perlu untuk ditinggali kembali sehingga dapat terkendali; (2)Mengendalikan bangunan yang
karena faktor bencana yang mengancam seperti banjir dan telah dibangun agar tetap mempertahankan standar sesuai
longsor; (2)Memberikan insentif kepada warga yang bersedia dengan peraturan zonasi; (3)Sosialiasasi terhadap warga
untuk tinggal di hunian vertikal yang telah disediakan oleh tentang akibat yang ditimbulkan dari tata bangunan yang
pemerintah, seperti kemudahan mencicil sewa, pemberian tidak sesuai dengan standar yang ditentukan;Pemberian
modal usaha, dan lain-lain dan disinsentif kepada warga yang disinsentif kepada penduduk (4)yang melanggar ketentuan
menolak. zonasi dan insentif kepada yang dapat mengikuti aturan yang
2. Kawasan legal telah ditetapkan.
Kawasan legal: (1)Melakukan rehabilitasi atau bantuan 6) Kondisi Jaringan Jalan Lingkungan
perbaikan rumah pada bangunan yang tidak layak terutama 1. Kawasan ilegal
milik Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR); Kawasan ilegal: (1)Membangun jalan inspeksi atau jalan
(2)Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai titian di sempadan sungai Metro untuk memudahkan
pentingnya membangun rumah yang layak huni dan aman. pengawasan terhadap adanya pembangunan rumah oleh
4) Kepadatan Bangunan masyarakat /pihak lain dan mencegah alih fungsi lahan
1. Kawasan ilegal: lainnya, sekaligus untuk mempermudah akses untuk kegiatan
Kawasan ilegal: (1)Secara bertahap melakukan relokasi pengendalian dan pengelolaan kawasan sempadan sungai
masyarakat yang tinggal di sempadan sungai Metro ke daerah Metro; (2)Sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
lain (hunian vertikal yang disediakan ataupun opsi lainnya akses jaringan jalan di kawasan sempadan sungai Metro
yang disepakati) sehingga kepadatan bangunan di sempadan karena selama ini akses permukiman ke sungai masih
sungai dapat dikurangi; (2)Memberlakukan sanksi tegas didominasi oleh jaringan jalan berupa tanah sehingga
kepada masyarakat yang membangun rumah/bangunan pada kawasan tidak dapat diakses dengan mudah.
kawasan sempadan sungai Metro dan melarang adanya 2. Kawasan legal
kegiatan pembangunan permukiman dan melakukan Kawasan legal: (1)Meningkatkan kualitas jaringan jalan
pengawasan secara terus-menerus pada kawasan sempadan lingkungan menggunakan bahan yang ramah lingkungan
sungai Metro; (3)Sosialisasi kepada masyarakat mengenai seperti paving agar dapat menyerap air secara langsung dan
pengendalian pertumbuhan bangunan, dimana pertumbuhan tidak menggenangi jalan apabila hujan dan melengkapinya
yang tidak terkendali pada kawasan sempadan sungai akan dengan fasilitas jalan berupa lampu; (2)Melakukan pelebaran
menyebabkan permasalahan seperti erosi yang menyebabkan jalan terutama pada kawasan permukiman yang memiliki
bencana longsor. lebar kurang dari 1 meter sehingga dapat dilewati oleh
2. Kawasan legal kendaraan terutama pemadam kebakaran; (3)Melakukan
Kawasan legal: (1)Menata ulang permukiman warga pemeliharaan secara berkala pada jaringan jalan yang telah
dengan menggunakan konsep Land Sharing atau land memiliki kondisi yang baik dan memperbaiki jaringan jalan
Consolidation pada kawasan permukiman yang padat; yang memiliki kerusakan; (4)Mengadakan sosialisasi tentang
(2)Menyediakan rumah susun murah sebagai opsi bagi pembangunan jalan sekaligus pengadaan kegiatan
masyarakat yang ingin memiliki hunian baru sehingga masyarakat yang bertujuan untuk pemeliharaan jaringan jalan
kepadatan bangunan dapat dikendalikan dan tidak semakin dengan melibatkan masyarakat secara langsung seperti
bertambah; (3)Mempertahankan dan mengendalikan kegiatan kerja bakti dan lain-lain.
kawasan permukiman yang telah padat agar tidak semakin 7) Kondisi drainase
padat dengan melakukan pengawasan lebih ketat terhadap 1. Kawasan legal
pembangunan rumah baru dengan mempertimbangkan IMB. Kawasan legal: (1)Membangun jaringan drainase baru
5) Keteraturan Bangunan yang terpisah dengan saluran air limbah rumah tangga milik
1. Kawasan ilegal penduduk pada kawasan permukiman yang belum terlayani
Kawasan ilegal: (1)Melakukan penataan permukiman jaringan drainase lingkungan, terutama pada kawasan
sempadan sungai Metro dengan jarak 15 meter dari bibir permukiman yang berkepadatan tinggi; (20Melakukan
sungai dan mengembalikan orientasi/view bangunan ke arah pemeliharaan secara rutin dan berkala pada jaringan drainase
sungai dengan tetap memperhatikan kelayakan bangunan dan dengan melakukan pembersihan yang mengikutsertakan
luasan standar bagi penghuninya; (2)Penataan terhadap GSS masyarakat secara langsung; (3)Sosialisasi PHBS kepada
pada sungai Metro yang merupakan upaya untuk masyarakat dan ajakan untuk melakukan pemeliharaan
mengembalikan fungsi lindung Sungai Metro melalui drainase di sekitar lingkungan rumah masih-masing sehingga
pengaturan setback dan orientasi bangunan terhadapsungai terbentuk lingkungan yang bersih; (4)Mengadakan kegiatan
(waterfront view), disertai penataan sempadan sungai sebagai gotong royong membersihkan saluran drainase secara rutin
kawasan muka yang hijau dan tertata, dengan setiap bulan minimal 1x yang dikoordinir RT/RW setempat
pengembangkan konsep bangunan maisonette di sepanjang atau kelompok PKK dan karang taruna sehingga trebentuk
sungai; (3)Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang masyarakat yang peduli terhadap kebersihan lingkungan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C228

khususnya pada jaringan drainase. (reduce, reuse, recycle) pada seluruh lapisan masyarakat.
2. Kawasan ilegal 10) Kondisi Air Limbah
Kawasan ilegal: (1)Melakukan normalisasi jaringan 1. Kawasan legal
drainase yang berada pada kawasan sempadan sungai Metro Kawasan legal: (1)Memastikan bahwa setiap
dan melakukan pembersihan secara berkala pada drainase keluarga/rumah memiliki akses terhadap wc dan septictank
yang terhubung langsung pada sempadan Sungai Metro pribadi yang memadai. Apabila tidak memungkinkan adanya
sehingga tidak terjadi timbunan sampah yang mencemari septictank pribadi maka dapat mengkoneksikannya dengan
sungai. ; (2)Melakukan pemeliharaan secara rutin dan berkala septictank komunal sehingga semua keluarga memiliki akses
pada saluran drainase yang menuju langsung pada sungai terhadap sistem pembuangan air limbah yang memadai dan
Metro mulai dari perbaikan, pembersihan sampah, dan berkelanjutan; (2)Pengeolaan limbah secara off site system
kegiatan pemeliharaan yang lain; (3)Sosialisasi kepada atau terpusat yaitu dengan pembangunan IPAL komunal di
masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan jaringan masing-masing RT/RW (disesuaikan dengan kebutuhan)
drainase, kampanye PHBS, dan pelibatan secara langsung sehingga dapat menghindari pembuangan limbah rumah
dalam proses pemeliharaan saluran drainase yang menuju tangga ke sungai Metro secara langsung; (3)Pembangunan
sungai Metro. MCK Komunal di setiap gang/jalan pada permukiman padat
8) Kondisi jaringan air minum sehingga dapat menjangkau semua masyarakat dan tetap
1. Kawasan ilegal memperhatikan penyediaan air bersihnya; (4)Sosialisasi
Kawasan ilegal: (1)Memberikan akses pemenuhan air kepada masyarakat dengan melibatkan BKM/LKM, PKK,
bersih dengan PDAM pada keluarga/rumah yang belum dan karang taruna tentang perilaku hidup bersih dan sehat
terjangkau PDAM untuk mengurangi penggunaan air sumur (PHBS) dengan tujuan menciptakan masyarakat yang sadar
karena sebagai cadangan air tanah; (2)Sosialisasi mengenai akan kesehatan lingkungannya
pentingnya air bersih dalam penggunaannya sehari-hari dan 2. Kawasan ilegal
pemenuhan kebutuhan air bersih yang layak yaitu 20 Kawasan ilegal: (1)Sosialisasi kepada masyarakat
liter/orang/hari dengan tetap memperhatikan kualitas air yang mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dengan
digunakan; (3)Pemberdayaan masyarakat dengan tidak melakukan kegiatan buang air besar (BAB) pada sungai
bekerjasaman dengam BKM/KSM untuk pengelolaan air secara langsung karena kuaitas air sungai yang kurang baik
sungai dan pembuatan instalasi air bersih untuk pemenuhan dan dapat menyebabkan pencemaran air; (2)Pembangunan
air bersih di kawasan sekitar sungai Metro sehingga terbentuk WC portable komunal yang fleksibel dan dapat diakses
pengelolaan air yang berkelanjutan dan efisien semua masyarakat sempadan Sungai Metro sehingga dapat
2. Kawasan legal mengurangi masyarakat yang BAB di sungai; (3)Pemberian
Kawasan legal: (1)Sebelum proses relokasi, maka sanksi kepada masyarakat yang masih membuang limbah
pemenuhan jaringan air minum pada permukiman ilegal rumah tangga pada Sungai Metro dan pemberian insentif bagi
dapat menggunakan air sumur yang telah ada dengan tetap warga yang mengikuti aturan dalam penanganan air limbah.
memperhatikan kualitas air yang ada. Selain itu, masyarakat 11) Proteksi Kebencanaan
juga dapat melakukan pengadaan air minum swadaya dari 1. Kawasan ilegal
pembuatan instalasi air bersih yang ada di sekitar sungai Kawasan ilegal: (10Membangun tanggul atau plengsengan
Metro dengan bekerja sama dengan pemerintah setempat dan dengan material yang kuat sebagai penahan longsor dan
swasta; (2)Sosialisasi mengenai pentingnya pemenuhan air banjir sempadan sungai yang belum tersedia di sekitar Sungai
bersih yang layak kepada masyarakat dengan bekerjasama Metro sebagai langkah preventif awal untuk menghindari
dengan BKM/KSM atau organisasi lainnya terjadinya bencana pada saat musim penghujan ketika debit
9) Kondisi Persampahan air meningkat; (2)Melakukan relokasi secara bertahap
1. Kawasan Legal terhadap warga yang memiliki rumah berbatasan langsung
Kawasan Legal; (1)Pengadaan sarana persampahan seperti dengan sempadan sungai karena potensi bencana longsor
bak sampah di masing-masing rumah, gerobak sampah yang yang tinggi; (3)Membentuk kader kampung tangguh dan
mampu menampung sampah setiap harinya pada setiap RT, masyarakat yang tanggap bencana pada masing-masing RT
dan penambahan personil/petugas pengambilan sampah terutama pada kelurahan Sukun dan Bandulan yang belum
sehingga pengelolaan sampah dapat optimal di setiap RT dan memiliki organisasi Kampung Tangguh; (4)Membuat jalur
tidak terjadi penumpukan sampah; (2)Mengembangkan dan evakuasi bencana dan pelatihan tanggap bencana kepada
meningkatkan sistem pengelolaan sampah seperti penentuan masyarakat sehingga apabila terjadi bencana masyarakat
lokasi pengumpulan awal, sistem pengangkutan, lokasi mengetahui bagaimana proses penyelamatan diri yang benar;
pengumpulan (TPS), dan pemilihan sistem pengelolaan atau (50Pengawasan dan pegendalian terhadap adanya bangunan
pembuangan akhir oleh masing-masing RT; (3)Sosialisasi baru dan lama agar tidak membangun maupun menambahkan
dengan melakukan kerja sama dengan BKM/KSM mengenai volume bangunan pada area rawan longsor sempadan Sungai
pentingnya menjaga kebersihan rumah dan lingkungan Metro
permukiman, serta menerapkan kebiasaan membuang 2. Kawasan legal:
sampah pada tempatnya; (4)Pelaksanaan program bank Kawasan legal: (1)Penyediaan APAR disetiap area
sampah dan pelatihan pengolahan sampah untuk semua permukiman warga (setiap gang atau RT), P3K di setiap RT,
masyarakat sehingga sampah yang didapatkan bisa memiliki hydran, dan mobil pemadam kebakaran mini di kelurahan
nilai tambah dan meningkatkan pendapatan keluarga; sehingga apabila terjadi kebakaran dapat dilakukan
(5)Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pemadaman secepatnya;(2)Membuat jalur evakuasi bencana
pengelolaan persampahan dengan penerapan konsep 3R dan pelatihan tanggap bencana kepada masyarakat sehingga
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C229

apabila terjadi bencana, masyarakat telah mengetahui kegiatan membersihkan lingkungan ataupun kegiatan
bagaimana proses penyelamatan diri yang benar; pembangunan terutama untuk menanggulangi permasalahan-
(3)Melebarkan jalan dengan lebar minimal 2,5 – 3 meter pada permasalahan kumuh yang ada di masing-masing wilayah
permukiman yang padat sehingga mobil pemadam kebakaran sehingga terbentuk masyarakat yang peduli terhadap
dapat mengakses kawasan; (4)Pengawasan dan pengendalian lingkunganya. Kegiatan gotong royong tersebut dapat
terhadap jarak antar bangunan agar memudahkan dalam dilakukan dengan koordinasi RT dan RW serta
pengamanan bencanan kebakaran di setiap kawasan mengikutsertakan organisasi pemuda setempat ataupun
permukiman mengundang pihak lain seperti organisasi sosial dan
12) RTH (Ruang Terbuka Hijau) komunitas dari luar sehingga masyarakat semakin
1. Kawasan legal bersemangat dalam mengikuti kegiatan gotong royong.
Kawasan legal;(1)Mengembangkan kawasan sempadan Kawasan ilegal:Membangun kesadaran masyarakat
sungai Metro sebagai Ruang terbuka hijau publik berupa mengenai kualitas lingkungan sempadan sungai yang sehat
hutan kota atau taman untuk menghindari adanya dengan melakukan kegiatan gotong royong membersihkan
pembangunan permukiman oleh masyarakat sekaligus lingkungan terutama sampah yang terdapat pada pinggiran
sebagai tempat bertumbuhnya vegetasi secara alami maupun sungai Metro sehingga tidak terjadi pencemaran air. Selain
buatan; (2)Membuat green belt pada sempadan sungai Metro itu, kegiatan gotong royong dapat dilakukan untuk tujuan
dengan fungsi utama untuk membatasi tindakan eksplorasi menciptakan semapadan sungai Metro sebagai kawasan
ataupun eksploitasi pada sempadan Sungai Metro oleh pihak- lindung dengan mengajak masyarakat untuk bahu membahu
pihak yang tidak bertanggung jawab; (3)Melarang adanya melestarikannya.
kegiatan pembangunan di kawasan sempadan sungai Metro 15) Tingkat Pendapatan penduduk
kecuali untuk pembuatan RTH dan bangunan sarana dan 1. Kawasan legal
prasarana pendukungnya; (4)Meningkatkan partisipasi Kawasan legal; (1)Melakukan pelatihan ketrampilan
masyarakat dalam kegiatan revitalisasi sempadan Sungai sebagai bentuk upaya peningkatan ekonomi terutama pada
Metro menjadi RTH; (5)Memberikan insentif kepada pengangguran; (2)Pemberdayaan kegiatan usaha ekonomi
warga/pihak yang berperan aktif dalam proses revitalisasi yang berbasis ekonomi keluarga dan kelompok usaha
sempadan sungai Metro dan pemberian disinsentif hingga bersama atau UMKM; (3)Mengoptimalkan fungsi KSM di
sanksi tegas pada pihak yang melanggar masing-masing kelurahan untuk membantu masyarakat dan
2. Kawasan legal memicu munculnya usaha-usaha produktif yang dapat
Kawasan legal; (1)Menambah jumlah RTH publik di setiap meningkatkan pendapatan; (4)Memberikan modal untuk
RT dan RW sebagai tempat yang dapat digunakan untuk masyarakat kecil yang ingin membuka usaha.
aktivitas sosial dan ekonomi; (2)Melakukan pemeliharaan 2. Kawasan ilegal
secara berkala terhadap kawasan RTH yang telah tersedia Kawasan ilegal; (1)Memberikan bantuan berupa layanan
agar tidak terjadi kerusakan sekaligus menambah jumlah rumah susun dengan harga sewa yang murah agar masyarakat
vegetasi dan variasi kegiatan sehingga terlihat lebih asri. yang tinggal pada kawasan sempadan sungai mau untuk
13) Partisipasi Masyarakat berpindah secara suka rela; (2)Memberikan bantuan
1. Penduduk kawasan kumuh legal: pengembangan ekonomi pada masing-masing keluarga
Penduduk kawasan kumuh legal: (1)Memberdayakan sebagai bentuk insentif kepada penduduk yang bersedia
peran BKM/KSM dan karang taruna sebagai wadah melakukan relokasi
masyarakat untuk pengembangan kegiatan masyarakat dan 16) Jumlah Masyarakat Miskin
untuk tetap mempertahankan tingginya tingkat partisipasi 1. Kawasan legal
masyarakat; (2)Memastikan masyarakat untuk ikut Kawasan legal; (1)Untuk penduduk permukiman kumuh
berpartisipasi aktif dalam kegiatan penanganan permukiman DAS Metro pada kawasan yang legal, maka strategi yang
kumuh dimana partisipasi yang dilakukan dapat berupa dapat dilakukan untuk permalahan jumlah masyarakat MBR
opini/pemikiran, bantuan dana, bantuan tenaga, dan bantuan adalah dengan memberikan bantuan berupa rehabilitasi
kegiatan sosial yang lain yang disesuaikan dengan rumah dalam bentuk material, uang, ataupun tenaga sehingga
kemampuan masing-masing keluarga; (3)Pembuatan media kebutuhan akan rumah layak bagi MBR dapat terpenuhi.
informasi yang menarik dalam kegiatan yang membutuhkan Selain itu dapat dengan peningkatan pelayanan pendidikan,
partisipasi masyarakat sehingga dapat menarik perhatian pelatihan, dan ketrampilan sehingga dapat meningkatkan
masyarakat. kapasitas MBR.
2. Penduduk kawasan kumuh ilegal 2. Kawasan ilegal
Penduduk kawasan kumuh ilegal; (1)Meningkatkan Kawasan ilegal: (1)Memberikan opsi bantuan berupa
inisiatif masyarakat dalam perumusan perencanaan penyediaan layanan rumah susun dengan harga sewa yang
pembangunan di tingkat RT dan RW hingga kelurahan murah kepada masyarakat yang tinggal pada kawasan
dengan pembuatan media informasi yang dapat sempadan sungai Metro; (2)Memberikan bantuan
meningkatkan partisipasi masyarakat; (2)Memberikan pengembangan ekonomi pada masing-masing keluarga
insentif kepada warga yang berperan aktif dalam melakukan sebagai bentuk insentif kepada penduduk yang bersedia
revitalisasi dan penanganan kekumuhan sempadan sungai melakukan relokasi
dan disinsentif kepada warga yang tidak berperan aktif.
14) Kegiatan gotong royong
IV. KESIMPULAN
Kawasan legal: Mempertahankan budaya gotong royong
sebagai identitas budaya masyarakat dengan melakukan DAS Metro merupakan kawasan semapadan sungai di
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C230

Kota Malang yang memiliki permasalahan yang kompleks. berdasarkan prinsip sustainable, pro poor, equality, dan
Kawasan DAS Metro ditetapkan menjadi kawasan kumuh empowerment approach serta kebijikan terkait dan juga best
prioritas pertama dalam dokumen RP2KPKP Kota Malang, practice maka dirumuskan berbagai strategi sesuai dengan
yang menujukkan bahwa kondiisi kekumuh pada kawasan ini karaketristik permukiman kumuh DAS Metro dari masing-
tinggi sehingga memerlukan adanya strategi yang dapat masing variabel. Strategi yang dilakukan mencakup strategi
mengentaskannya dari kekumuhan. Berdasarkan dokumen pada kawasan kumuh legal (berada di luar kawasan sempadan
kebijakan seperti RTRW Kota Malang dan RDTRK Bagian Sungai Metro) dan ilegal (kawasan kumuh yang berada di
Malang Barat, kawasan DAS Meto merupakan kawasan dalam kawasan lindung Sungai Metro).
lindung sempadan sungai.dimana terdapat keterbatasan
dalam pemanfaatan lahannya. Kawasan ini dilarang untuk
DAFTAR PUSTAKA
dimanfaatkan sebagai permukiman dan diarahkan untuk
[1] Pemerintah Republik Indonesia, “Undang-undang Republik Indonesia
menjadi ruang terbuka hijau. No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,”
Berdasarkan hasil survey dan observasi, didapatkan bahwa 2011.
sebagian kawasan DAS Metro dimanfaatkan sebagai [2] UN‐Habitat, “The challenge of slums: global report on human
permukiman oleh masyarakat dan menunjukkan banyaknya settlements 2003,” Manag. Environ. Qual. An Int. J., vol. 15, no. 3, pp.
337–338, 2004, doi: 10.1108/meq.2004.15.3.337.3.
permasalahan kumuh seperti terdapatnya rumah ilegal, [3] Badan Pusat Statistik, “Kecamatan Sukun dalam Angka Tahun 2018,”
bangunan tidak teratur, rumah yang tidak layak huni, dan 2019.
memiliki kepadatan tinggi. Selain itu, dari sisi sarana dan https://malangkota.bps.go.id/publication/2018/09/26/801616c489418d
9043e1c714/kecamatan-sukun-dalam-angka-2018.html.
prasarana permukiman masih banyak terdapat permasalahan [4] B. P. dan P. D. (Bappeda) K. Malang, Rencana Pencegahan dan
seperti kondisi jalan yang rusak dan berlubang, drainase yang Peningkatan Kualitas Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota Malang
belum dapat menampung air hujan secara maksimal, tidak Tahun 2017. Malang:
[5] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang,
adanya proteksi kebencanaan, belum terpenuhinya RTH 2017.
publik, dan permsalahan lainnya. Hal ini menunjukkan DAS [5] R. Putri, K. Dian, D. Perencanaan, F. Arsitektur, and D. Perencanaan,
Metro memenuhi ketentuan dalam goals 11.1 SDGs “Peningkatan kualitas permukiman kumuh di desa tambak cemandi ,
kecamatan sedati ,kabupaten sidoaejo,” J. Tek. ITS, vol. 8, no. 2, pp.
mengenai slum dimana fakta empiri masih menunjukkan 144–149, 2019.
banyak aspek slum SDGs yang membuktikan bahwa kawasan [6] P. K. Malang, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang
ini dapat dikatakan belum tertangani dan tidak sustainable. Tahun 2011 – 2031. Malang, 2011.
[7] W. I. Ervianto and S. Felasari, “Pengelolaan permukiman kumuh
Berdasarkan hasil temuan tersebut dan dengan prinsip berkelanjutan di perkotaan,” J. Spektran, vol. 7, no. 2, pp. 178–186,
SDGs yaitu pendekatan penanganan permukiman kumuh 2019.

Anda mungkin juga menyukai