Anda di halaman 1dari 10

PERANCANGAN TAMAN KULINER SEBAGAI

PENUNJANG DI PEMUKIMAN GAMPONG BLANG

MORFOLOGI DAN TIPOLOGI KOTA


Nama : Rizki Arifan
NIM : 1904104010085

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
1. PENDAHULUAN
Kota Banda Aceh adalah salah satu kota yang berada di Aceh dan menjadi ibukota provinsi Aceh,
Indonesia. Dengan jumlah penduduk sekitar 259.913 jiwa pada tahun 2017 dan luas wilayah sekitar
61,36 km² (BPS Banda Aceh, 2017). Sekarang, kota Banda Aceh sudah berusia 817 tahun. Dalam
usianya yang sudah melebihi delapan abad tentu Banda Aceh banyak memiliki permasalahan dalam
kehidupan masyarakatnya. Salah satunya adalah permasalahan tentang permukiman kumuh yang
terdapat di Gampong Blang.
Gampong Blang adalah sebuah kampung yang terletak di Kecamatan Meuraxa dengan luas
wilayah 2,84 ha. Gampong Blang berbatasan dengan Gampong Cot Lamkuweueh dan Gampong Pie di
sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Asoi Nanggro dan di sebelah timur
berbatasan dengan Peukan Bada, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Gampong Lamjabat.
Gampong Blang ditetapkan sebagai kawasan kumuh yang ada di Kecamatan Meuraxa
berdasarkan Surat Keputusan Walikota Banda Aceh No. 422 Tahun 2021 Tentang Penetapan Lokasi
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh Di Kota Banda Aceh. Adapun permasalahan yang
menjadikan Gampong Blang menjadi kumuh, diantaranya permasalahan lingkungan, seperti
persampahan dan sanitasi masih menjadi permasalahan warga yang menetap di sana.
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di
Gampong Blang. Adapun tujuan studi ini adalah untuk mengetahui aspek-aspek yang berpengaruh
terhadap pembentukan kawasan kumuh di Gampong Blang

2. TINJAUAN LITERATUR DAN METODE


2.1. Tinjauan Literatur
Berkembangnya lahan perkotaan umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
pertumbuhan penduduk, penguasaan atas alam lingkungan, kemajuan teknologi, perkembangan pesat
organisasi sosial hingga angka urbanisasi yang jumlahnya semakin tinggi (JH. De Goode, 1992).
Perkembangan kota seperti ini akan menuntut peningkatan terhadap penyediaan fasilitas perumahan,
perdagangan dan jasa, pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, prasarana lalu lintas dan fasilitas
lainnya. Melalui realitas tersebut, kompleksitas fungsi lahan perkotaan semakin meningkat sehingga
memaksa kota berkembang menuju area pinggiran (fringe area) tanpa adanya batas pertumbuhan
kota (urban growth boundary) yang jelas.

Adapun kota-kota yang telah lebih dulu berkembang tanpa dilandasi oleh perencanaan yang
komprehensif dapat memunculkan masalah-masalah perkotaan yang menjamah hingga ke sistem
sosial ekonomi, dan kerusakan lingkungan yang akan berdampak pada terjadinya perubahan guna
lahan dan alih fungsi lahan. Salah satu contoh yang lazim ditemukan dari fenomena perubahan guna
lahan saat ini ialah tumbuhnya permukiman informal/ marjinal yang terbentuk secara organik di
kawasan sempadan, baik sempadan rel kereta api, saluran pengairan, mata air, pantai, waduk, danau,
maupun sungai sehingga menggeser kesesuaian lahan dari peruntukannya (Marpaung B. dan D.
Triska, 2019).

2.2. Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Gampong Blang, Kec. Meuraxa, Kota Banda Aceh, Aceh Jl. Meulaboh –
Banda Aceh yang teridentifikasi kumuh menurut Surat Keputusan Walikota Banda Aceh No. 422 Tahun
2021 tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Banda Aceh.
Gambar 1. Tugu Selamat datang & Peta Gampong Blang.

Penelitian ini menggunakan metode observasi dan studi literatur. Observasi bertujuan
untuk melengkapi data-data yang diperlukan dan berkaitan dengan penelitian ini, seperti
aspek fisik, sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Sedangkan studi literatur digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai permukiman kumuh.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Morfologi Gampong Blang

2010 2020
Gambar 2. Peta Morfologi Gampong Ceurih Tahun 2010-2020

Sumber Peta : Google Earth 2022


Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2010-2020 terjadi pertumbuhan
permukiman yang sangat pesat di beberapa area mengikuti jaringan jalan gampong (ditandai dengan
persegi merah), serta munculnya jalan gampong baru di Gampong Blang (ditandai dengan persegi
kuning).

3.2 Faktor-faktor Terjadinya Permukiman Kumuh

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dan studi literatur yang diperoleh, ditemukan
beberapa hal yang melandasi berkembangnya permukiman kumuh di Gampong Blang, yaitu :
1. Aspek Fisik
Keterbatasan lahan, dan kelengkapan PSU (prasarana, sarana dan utilitas) telah
mempengaruhi struktur permintaan untuk menempati ruang di luar fungsi peruntukannya.
Salah satu indikator yang berkontribusi secara massif dalam ketidaksesuaian guna lahan ialah
backlog, yakni ketidakmampuan pemerintah dan pengembang dalam memenuhi kavling
perumahan serta penyediaan infrastruktur dasar yang layak mendorong masyarakat untuk
membangun tempat tinggal secara bebas tanpa memperhitungkan kesesuaian lahan.

(a) (b)

(c)
Gambar 3. Kurangnya prasarana dan sarana mengakibatkan terjadinya buang
sampah sembarangan (a), kondisi drainase yang buruk sehingga tidak dapat
mengalirkan limpasan (b dan c).

Kondisi bangunan di Gampong Blang, rata-rata memliki konstruksi bangunan semi


permanen. Hal tersebut terlihat dari bahan material yang digunakan masyarakat dalam
membangun rumah mereka.

Gambar 4. Kondisi fisik bangunan di Gampong Blang.


2. Aspek Ekonomi
Perumahan mencerminkan wajah suatu ruang yang dapat dinilai dari kondisi sosial
ekonomi masyarakatnya. Stratifikasi sosial yang tampak melalui derajat pendidikan,
pengetahuan, kepekaan dan kultur yang berkembang melahirkan paradigma yang berbeda di
masyarakat terkait penggunaan ruang untuk berkehidupan. Masyarakat umumnya didominasi
oleh pekerjaan sebagai buruh, pada permukiman ini meskipun banyak pula masyarakat yang
memiliki pekerjaan sebagai buruh, namun pekerjaan yang paling banyak dimiliki oleh
masyarakat tingkat kumuh ini adalah sebagai pedagang dan nelayan karena dekat dengan
daerah pariwisata dan daerah pantai.

Gambar 5. Kondisi ekonomi di gampong blang

3.3 Solusi permasalahan pemukiman kumuh

1. Aspek Fisik
Kawasan permukiman pesisir kampung Blang merupakan salah satu kawasan
yang berpotensi menjadi area wisata di Kota Banda Aceh, sehingga diperlukan upaya
perbaikan dari pemerintah dan masyarakat guna meminimalisir tingkat kekumuhan di
kawasan tersebut.
Solusi untuk mengatasi sistem pengelolaan sampah yang kurang baik adalah
dengan meningkatkan kesadaran penduduk melalui pembentukan komite kebersihan yang
beranggotakan warga setempat, memperbanyak tempat sampah dengan sistem pemilahan
sampah pada skala dosmetik atau rumah tangga dan membuat tempat pengumpulan
sampah dengan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Perbaikan drainase diperlukan untuk drainase yang mulai mengalami kemacetan,
kegiatan ini bisa dilakukan dengan partisipasi penuh dari masyarakat setempat atau
pembaruan struktur parit.
Gambar 6. Struktur parit dan Rencana pemaritan 40cm x 60cm ( ) dan 40cm
x 40cm x cm ( )

Jalan lingkungan sangat dibutuhkan sebagai sarana hubungan lokal antarwarga


masyarakat. Selain itu penting sebagai penghubung dengan daerah luar, misalnya dalam
kasus terjadinya kebakaran. Upaya yang dilakukan yaitu memperbaiki jalan lingkungan
dan paving agar akessbilitas menjadi lancer dan sirkulasi udara dan tranportasi berjalan
baik. Tanpa jalan yang memadai, akan sulit bagi mobil pemadam kebakaran atau
ambulans melaksanakan tugas penyelamatan warga setempat
Gambar 7. Kondisi jalan di gampong blang

2. Aspek Ekonomi
Pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dilakukan dengan pengadaan program-
program pemberdayaan sesuai dengan potensi karakteristik di lokasi penelitian. Secara
riil program ini berbentuk pengembangan potensi yang dimiliki masyarakat. Dengan
demikian program ini diarahkan untuk membangun UKM berbasis masyarakat yang kuat
sehingga mampu meningkatkan taraf ekonomi.
Peningkatan kemampuan pengelolaan sumberdaya yang dapat dilakukan
diantaranya adalah melalui pengolahan hasil-hasil laut yang selama ini hanya dijual tanpa
olahan. hasil laut berupa ikan dapat diolah menjadi abon dan krupuk yang memiliki nilai
jual lebih tinggi dan daya tahan kerusakan yang lebih lama. Kulit kerang yang oleh
penduduk sering dibuang disembarang tempat yang menyebabkan lingkungan menjadi
tercemar dapat diolah menjadi berbagai kerajinan yang bisa mengasilkan nilai ekonomi
yang tinggi. Dalam kegiatan pelatihan perlu ada materi yang dikaitkan dengan upaya
pengendalian lingkungan kumuh, sehingga diharapkan peningkatan ekonomi yang
diperoleh masyarakat sebagian akan dimanfaatkan untuk perbaikan lingkungan kumuh.

3.4 Analisa dan Konsep Tapak

Lokasi Perancangan Taman kuliner berada di Gampong Blang, Kec. Meuraxa, Kota Banda
Aceh, Aceh Jl. Meulaboh – Banda Aceh. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, untuk luas lahan
yang direncanakan sebagai perancangan, taman kuliner memiliki luas sebesar ±1.225m2 . Memiliki
lahan yang persegi dengan panjang 35m dan lebar 35m.
Gambar 7. Gampong Blang, Kec. Meuraxa, Kota Banda Aceh, Aceh
Jl. Meulaboh – Banda Aceh

Kondisi Site
Lokasi lahan berada di Jl.
Meulaboh – Banda Aceh yang
termasuk area wisata,
memiliki karakterisitik tanah
keras karena timbunan tanah
gunung.

Gambar 8. Kondisi Site


Topografi dan Klimatologi

Topografi adalah detail dari suatu tempat, bentuk topografi dari studi kasus yang di ambil adalah
berkontur rata dengan sedikit adanya gelombang bagian tanah yang tidak rata permukaanya.

Gambar 9. Kondisi topografi

Klimatologi atau yang sering di sebut iklim,iklim merupakan salah satu pengaruh bentuk
ketahanan dari rancangan yang berdiri.Dengan studi kasus lahan pada Gampong Blang yang berada di
luar bangunan yang memiliki pelindung iklim secara langsung,dimana rancangan ini berdiri di outdoor
yang mendapat beberapa gejala yang langsung dari iklim di tempat tersebut,dimana iklim yang ada di
daerah ini cenderung panas,hujan,berangin.

Vegetasi dan Sirkulasi


Pohon- Pohon yang terdapat pada sekitar lahan adalah pohon berjenis peneduh dengan tajuk yang
lebar. Vegetasi yang dipilih adalah yang dapat menjadi pelindung dan dapat menghadirkan suasana
nyaman serta menciptakan iklim mikro yang sejuk

Akses sirkulasi cukup strategis, bamyak kendaraan yang berlalu lalang seperti mobil, motor atau
parea pejalan kaki pada sirkulasi, masalah yang timbul, kebisingan yang dihasilkan sangat mengganggu,
solusi yaitu penggunaan tanaman pelindung untuk mereduksi suara.

 Gambar 10. Kondisi sirkulasi, (Jalan Utama (<) Jalan Menuju Tapak (<)
Zoning

Zona Privat yaitu kantor diletakkan di tengah zona


publik sehingga mudah mengontrol di zona publik

masuk

Area depan yang dimundurkan dapat


dijadikan zona servis yaitu parkir

keluar

Zona publik dapat di letakan di sekeliling area


privat
privat,sehingga lebih mudah terkontrol servis
publik

 Gambar 11. Analisis zoning Taman Kuliner

Anda mungkin juga menyukai