Anda di halaman 1dari 6

Kondisi geografis, sosial,

budaya, politik di Malaysia

Malaysia adalah sebuah negara federasi  yang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah
persekutuan di Asia tengara  dengan luas 329.847 km persegi .Ibukotanya adalah Kuala lumpur.
Malaysia terletak di Semenanjung Malaysia dan sebagian Borneo/Kalimantan (Sabah dan Serawak),
yang dipisahkan oleh Laut China Selatan. Mayoritas penduduknya adalah rumpun Melayu, China dan
India serta kelompok kecil lainnya seperti sukuKadazan Dusun dan suku Iban. Secara astronomis
Malaysia terletak pada 2°-7° LU dan 100°-119° BT, negara ini dikaruniai keindahan pantai, gunung,
gua, pulau-pulau termasuk kekayaan flora-fauna yang tersebar di 13 negara bagian.
Suku Melayu menjadi bagian terbesar dari populasi Malaysia. Terdapat pula komunitas Tionghoa-
Malaysia dan India-Malaysia yang cukup besar.Bahasa Melayu dan Islam masing-masing menjadi
bahasa dan agama resmi negara.Malaysia adalah anggota perintis ASEAN dan turut serta di berbagai
organisasi internasional, seperti PBB. Sebagai bekas jajahan Inggris, Malaysia juga menjadi
anggota Negara-Negara Persemakmuran.Malaysia juga menjadi anggota D-8.
Saat ini populasi penduduk Malaysia terdiri dari lebih 20 juta orang yang merupakan campuran dari
berbagai negara. Lokasi Malaysia yang terletak diantara laut China Selatan dan Samudra Hindia telah
membuat Malaysia menjadi tempat pertemuan para pedagang serta para turis mulai dari barat
sampai timur. Jadi secara singkat dapat dijelaskan bahwa kebudayaan Malaysia merupakan
kebudayaan yang multikultural serta multi ras yang terdiri dari kebudayaan asli Malaysia, kebudayaan
China, kebudayaan India, serta kebudayaan dari negara - negara lain yang dibawa oleh penduduk
yang saat ini menetap di Malaysia. 
Masyarakat Malaysia gemar membuat ukiran dan tenun. Adat Timur Malaysia dikenal dengan topeng
kayunya. Sedangkan  arsitektur malaysia yang merupakan bagian dari kebudayaan malaysia terdiri
dari perpaduan budaya Islam dan China yang sebenarnya dibawa oleh kolonis Eropa ke Malaysia.
Sehingga ada kemiripan bentuk dan model arsitektur dengan model dan bentuk arsitektur di Thailand
serta Indonesia. Kolonis Eropa lebih mengenalkan kaca, serta material yang lain yang hingga akhirnya
mengubah konsep arsitektur Malaysia.
 
Sejarah dan perkembangan
arsitektur islam
di Malaysia

Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak terlepas dari peran kerajaan-kerajaan Melayu
jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab, kerajaan-kerajaan di
Malaysia dalam sejarahnya dikenal sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat,
keberadaan kerajaan tersebut dimanfaatkan untuk mendakwahkan Islam ke Malaysia
pada sekitar abad kesembilan.
Sejak sebelum Islam datang ke wilayah Asia Tenggara, Malaysia berada di jalur
perdagangan dunia yang menghubungkan kawasan-kawasan Arab dan India dengan
wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang
amat penting. Maka tidak heran jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya berbagai
keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara kompleks.
Sebenarnya telah terlihat beberapa usaha untuk mengklasifikasi berbagai perancangan
dan pemikiran yang merepresentasikan arsitektur Islam. Hoag (1998: 8-9)” dalam
tulisannya
“Western Islamic Architecture” membagi fokus dari berbagai inovasi dalam Arsitektur
Islam ke dalam dua fokus, yaitu Masjid dan Istana, sebagaimana pendapat beliau
berikut:“Islamic Architecture discovery berkonsentrasi di sekitar dua program utama,
masjid dan istana….The Mosque is a shelter dan perlindungan dari kehidupan kota yang
penuh gejolak… Istana di sisi lain, menggunakan setiap sumber simbolisme arsitektur
untuk menekankan kekuatan dan otoritas penguasa. Dia bertahta di jantung komposisi
aksial yang lebih rumit daripada yang diberikan berhala pagan atau altar Kristen.
Masjid Tradisional Malaysia
Masjid Kampung Tuan merupakan masjid
yang biasa dikategorikan sebagai masjid
dengan atap berlapis tiga. Klasifikasi ini
sangat umum karena hanya melihat
bentuk luar dari masjid ini saja. Namun
demikian, Masjid Kampung Tuan memiliki
ciri yang khas yaitu tidak memiliki empat
tiang yang menyokong atap di bagian
tengah bangunan. Berbeda dengan masjid
tradisional lainnya yang menggunakan
sistem struktur tiang utama di tengah
Masjid tradisional Malaysia memiliki karakter atap yang tidak jauh berbeda dengan masjid yang ada bangunan, Masjid Kampung Tuan
di Indonesia yakni berbentuk limas dan bertingkat tingkat. Ciri yang khas dari masjid tradisional
Malaysia adalah perletakan dan lantainya. Berbeda dengan masjid tradisional Indonesia yang banyak menggunakan tiang gantung sebagaimana
melekat pada permukaan tanah, masjid tradisional Malaysia lebih mirip dengan rumah tradisionalnya sebuah kerangka ruang yang digunakan
yang diangkat dari permukaan tanah
pada banyak bangunan modern saat ini.
Berdasarkan bentuk atapnya, masjid tradisional dapat dibagi menjadi tiga jenis masjid. Jenis masjid Sistem struktur inilah yang
yang pertama adalah masjid yang memiliki atap yang berlapis tiga. Masjid dengan jenis ini dapat
dilihat pada Masjid Kampung Laut dan Masjid Kampung Tuan. Jenis masjid yang kedua adalah masjid membedakannya dari bangunan masjid
dengan atap berlapis dua sebagaimana yang terlihat pada Masjid Papan dan Masjid Lenggeng. Jenis tiga tingkat yang lain.
masjid yang ketiga adalah masjid dengan atap memanjang sebagaimana dapat dilihat pada Masjid
Langgar.
Masjid Sino-Eklektik di Malaysia
Masjid Kampung Hulu adalah sebuah masjid di
Melaka, Malaysia. Masjid tersebut merupakan
masjid tertua di Malaysia. Masjid ini dibangun
pada tahun 1728. Bagian bumbungnya berlapis
tiga membentuk piramida. Bagian antara lapisan
bumbung membuat udara dan cahaya masuk ke
dalam ruangan. Lapisan bumbung dianggap oleh
masyarakat setempat sebagai hubungan antara
Tuhan, manusia dan alam. Masjid Kampung Hulu
Masjid yang juga merupakan masjid tua di Malaysia dan banyak ditemukan di Melaka adalah masjid-masjid punya empat tiang penyokong utama di tengah
yang dikategorikan sebagai Masjid Sino-Eklektik. Masjid jenis ini merupakan masjid yang banyak mendapat bangunan. Gaya arsitektur bangunannya serupa
pengaruh dari Arsitektur Cina yang terlihat pada elemen-elemen bangunan dan bentuk arsitekturnya. Karakter
khas dari masjid ini adalah lantai dasarnya yang melekat pada tapak sebagaimana masjid di Indonesia.
dengan arsitektur China. Perbedaan arsitekturnya
pada bahan bangunan yang memakai batu bata
Berbeda dengan masjid tradisional yang terletak di daerah perkampungan, masjid jenis ini banyak terdapat di dan bukan kayu.
perkotaan seperti Melaka, Penang dan Negeri Sembilan. Karenanya, masjid jenis ini dikelilingi oleh pagar batu
dan seringkali memiliki gerbang sebagaimana yang ditemui pada bangunan kuil Cina. Berbeda dengan masjid
tradisional yang dibangun atau diarahkan oleh ulama pembangunannya, masjid jenis ini biasanya dibangun
oleh para pedagang Cina muslim. Dengan demikian, dalam butiran-butiran bangunan seringkali ditemui banyak
elemen dari Arsitektur Cina.

Masjid Sino-Eklektik yang bertingkat tiga dapat ditemukan pada Masjid Kampung Hulu, Masjid Tengkera, dan
Masjid Kampung Keling di Melaka atau Masjid Undang Kamat dan beberapa masjid lain di Negeri Sembilan,
sedangkan yang bertingkat dua dapat ditemukan pada Masjid Undang Serun di Negeri Sembilan.
Masjid Klasik-Eropa di Malaysia
Masjid Sultan Ibrahim di Muar, Johor menggunakan
atap berbentuk tebar layar yang menutupi ruang
shalat utamanya. Bagian utama masjid ini dinaikkan
ke atas daripada bagian yang lain untuk
menciptakan sebuah tingkap sebagaimana yang
ditemukan pada gereja-gereja awal di Roma.Tiang
utama dibuat dari batu, demikian juga gerbang
lengkung yang merentang antara tiang, pintu, dan
Arsitektur Klasik-Eropa merujuk pada Arsitektur Renaissance akhir yang tingkap. Lantai beton dinaikkan kurang dari satu
meter dari tanah dan berjubin. Struktur atapnya
diturunkan dari warisan Arsitektur Romawi. Karakter utama dari elemennya menggunakan struktur kasau yang dibuat dengan
adalah pembagian tiga elemen utama dari bangunan yaitu dasar, tengah, dan sistem tradisional terbaik Inggris.
atas dengan tiang ganda yang menyokong gerbang dan dinding yang
melengkung dan dilengkapi dengan pilaster. Komposisi simetri yang kuat pada
penyusunan massa dan ruang bangunan juga menjadi salah satu elemen yang
khas.
Masjid India Utara di Malaysia

Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan peniruan terhadap gaya India


Moghul yang berkembang pada zaman kolonial di Malaya. Gaya India
Utara dengan mudah dikenali dari banyaknya penggunaan kubah bawang
dengan ukuran besar dan kecil, menara dengan pelbagai ketinggian,
kanopi berbentuk kubah kecil, lebih dari satu menara, gerbang berbentuk
sarung kaki kuda dengan tiang yang penuh dekorasi.

Masjid Ubudiah di Perak, Masjid Kapitan Keling di Penang, Masjid Jamik


dan Masjid India di Kuala Lumpur merupakan di antara contoh utama dari
gaya-rupa ini. Denah bangunan masjid ini sama dengan gaya masjid yang
lain dengan kubah bagian tengah dan serambi yang bergerbang. Masjid
jenis ini memiliki pagar di sekelilingnya beserta tempat parkir dan padang
rumput di halamannya.

Anda mungkin juga menyukai