Saat ini pengadaan barang dan jasa pemerintah diatur dalam peraturan yang mana? Apa saja
metode pemilihan penyedia menurut peraturan yang saat ini berlaku? Apa bedanya antara
masing-masing metode?
Pada Bagian Menimbang huruf b Perpres 16/2018 ditegaskan bahwa Perpres 16/2018
diharapkan memberikan pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya dan kontribusi
dalam peningkatan penggunaan produk dalam negeri, peningkatan peran Usaha Mikro, Usaha
Kecil, dan Usaha Menengah serta pembangunan berkelanjutan.
Dikutip dari artikel Siaran Pers: Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada laman Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (“LKPP”), perubahan pada Perpres 16/2018 berupa perubahan
struktur, istilah, definisi, dan perubahan pengaturan.
Strukturnya lebih disederhanakan dengan hanya mengatur hal-hal yang bersifat normatif, dan
menghilangkan bagian penjelasan, sedangkan hal-hal yang bersifat standar dan prosedur
diatur dalam peraturan LKPP dan peraturan kementerian terkait.
Pengadaan barang/jasa pemerintah ini meliputi:[1]
a. barang;
b. pekerjaan konstruksi;
c. jasa konsultansi; dan
d. jasa lainnya.
a. e-purchasing;
b. pengadaan langsung;
c. penunjukan langsung;
d. tender cepat; dan
e. tender.
a. spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara rinci; dan
b. pelaku usaha telah terkualifikasi dalam sistem informasi kinerja penyedia.
Sedangkan tender dilaksanakan jika tidak dapat menggunakan metode pemilihan penyedia
lain sebagaimana dimaksud Pasal 38 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d Perpres
16/2018.[10]
a. pelaksanaan kualifikasi;
b. pengumuman dan/atau undangan;
c. pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilihan;
d. pemberian penjelasan;
e. penyampaian dokumen penawaran;
f. evaluasi dokumen penawaran;
g. penetapan dan pengumuman pemenang;
h. sanggah; dan
i. sanggah banding (khusus pada pekerjaan konstruksi saja)
Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
Selanjutnya, khusus untuk metode pemilihan penyedia jasa konsultansi, terdiri dari:[12]
1. Seleksi, dilaksanakan untuk jasa konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas Rp100
juta.
2. Pengadaan Langsung, dilaksanakan untuk jasa konsultansi yang bernilai sampai
dengan paling banyak Rp 100 juta.
3. Penunjukan Langsung, dilaksanakan untuk jasa konsultansi dalam keadaan tertentu,
meliputi:
a. jasa konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh satu pelaku usaha yang mampu;
b. jasa konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh satu pemegang hak cipta yang telah
terdaftar atau pihak yang telah mendapat izin pemegang hak cipta;
c. jasa konsultansi di bidang hukum meliputi konsultan hukum/advokasi atau pengadaan
arbiter yang tidak direncanakan sebelumnya, untuk menghadapi gugatan dan/atau
tuntutan hukum dari pihak tertentu, yang sifat pelaksanaan pekerjaan dan/atau
pembelaannya harus segera dan tidak dapat ditunda; atau
d. permintaan berulang (repeat order) untuk penyedia jasa konsultansi yang sama, dengan
batasan 2 kali.
Dasar Hukum:
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.