Anda di halaman 1dari 19

IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH

DI KELURAHAN BENTENG

DISUSUN OLEH :

NAMA NIM
 Gregorius Nisan 19.023.22.201.123
 Ikbal 19.023.22.201.048

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua

kota- kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar dan kecil di negara

berkembang lainnya. pengkajian tentang permukiman kumuh (slum), pada

umumnya mencakup tiga segi, pertama kondisi fisiknya, kedua kondisi sosial

ekonomi budaya komunitas yang bermukim di pemukiman tersebut, dan ketiga

dampakoleh kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari

kondisi bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah,

jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase

tidak berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik.

Salah satu sifat urbanisasi yang terjadi pada negara yang sedang

berkembang umumnya dikatakan sebagai urbanisasi semu (Pseudo

Urbanization) yang dapat diartikan bahwa urbanisasi semu merupakan fenomena

Migrasi dari desa ke kota tanpa adanya persiapan, sehingga pada Urbanisasi

semu ini ditandai dengan berbagai masalah seperti kemiskinan perkotaan,

membengkaknya sektor informal dengan berbagai permasalahan. Sebagai

lawannya adalah sifat urbanisasi di negara-negara industri yang maju yang

dikatakan sebagai urbanisasi murni (True Urbanization) sebagaiamana

Urbanisasi murni merupakan fenomena migrasi dari desa ke kota dengan

dilakukan persiapan untuk menunjang kebutuhan diperkotaan, sehingga tidak

menimbulkan permasalahan kemiskinan di perkotaan maupun permasalahan


lainnya yang disebabkan urbanisasi, dan sebaliknya fenomena urbanisasi

menjadi memberkan dampak baik untuk keberlangsungan suatu kawasan

perkotaan Hal ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa di negara- negara maju

perpindahan penduduk dari desa ke kota telah dijamin oleh tersedianya lapangan

pekerjaan non pertanian di kota-kota, tetapi umumnya di negara sedang

berkembang pekerjaan non pertanian di kota tidak terjamin (Sujarto dalam

Kuswartojo, 2005).

Di Indonesia penurunan kualitas lingkungan perumahan desa maupun kota

banyak dijumpai pada daerah - daerah lingkungan padat, seperti lingkungan

permukiman kumuh perkotaan. Penggunaan lahan secara optimal, wujud

bangunan yang semrawut, prasarana dan sarana lingkungan yang kurang

memadai merupakan pertanda terjadinya penurunan tersebut.

Berbagai upaya perlu dilakukan untuk pola pendekatan yang bersifat

holistic, perbaikan kualitas lingkungan permukiman yang pernah dilakukan

diantaranya adalah: pemugaran rumah, bantuan teknik, rumah contoh, perbaikan

kampung yang meliputi prasarana jalan dan saluran, perbaikan sanitasi,

penyediaan sarana MCK, bak sampah, dan penyediaan air bersih.Program ini di

dukung konsep Dirgen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, yaitu 100 – 0 – 100 yang bertujuan penanganan kualitas

permukiman seperti air bersih, permukiman kumuh dan sanitasi.

Permasalahan lingkungan permukiman yang di kategorikan tidak sehat

juga dialami di Kelurahan Pontap, penyebab utamanya sama seperti di kota-kota

kecil lainnya di Indonesia dengan ciri-ciri sebagai berikut :


1. Dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, baik karena pertumbuhan

penduduk akibat kelahiran maupun karena adanya urbanisasi.

2. Dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, atau

berproduksi subsistem yang hidup di bawah garis kemiskinan.

3. Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah, biasanya ditandai oleh

lingkungan fisik yang jorok dan mudahnya tersebar penyakit menular.

4. Langkanya pelayanan kota seperti air bersih, fasilitas MCK, listrik, dan

sebagainya.

5. Pertumbuhannya yang tidak terencana sehingga penampilan fisiknya pun

tidak teratur dan tidak terurus; jalan yang sempit, halaman tidak ada, dan

sebagainya.

6. Kuatnya gaya hidup “pedesaan” yang masih tradisional.

7. Biasanya ditandai oleh banyaknya perilaku menyimpang dan tindak kriminal.

Kelurahan Benteng , Kecamatan Wara Timur, merupakan salah satu titik

kawasan permukiman kumuh yang berada di Kota Palopo. Kondisi permukiman

kumuh di Kecamatan Wara Timur ini, sebenarnya ini sudah terbentuk lama

namun karena kurangnya perhatian dari pemerintah membuat kawasan

permukiman kumuh di kelurahan rangas ini tidak teratasi. Faktor- faktor atau

permasalahan Permukiman Kumuh di Kelurahan rangas adalah permasalahan

sarana dan prasarana Lingkungan seperti hunian yang kondisi rumah tidak sehat

baik pencahayaan, udara dan toilet serta bersifat temporer, dimana tidak

diperbaiki dengan baik, hal ini sangat rentan terhadap kebakaran dan
permasalahan kurangnya ketersediaan prasarana lingkungan di kelurahan ini

seperti air bersih, sanitasi, jalan lingkungan dan drainase di kawasan ini

kondisinya masih minim dan ,menyebab lingkungan permukiman tampak kotor.

Maka dari itulah Penulis Termotivasi mengangkat sebuah judul tentang

”IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN BENTENG ”

sebagai bahan penelitian penulis, dilihat atau ditinjau langsung di lapangan prasarana

yang kurang memadai menjadi kendala dalam pelaksanaan keberhasilan

menciptakan kualitas permukiman yang baik dan sehat pada kelurahan rangas

kecamatan Benteng tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kekumuhan permukiman kumuh di kelurahan benteng,


Kecamatan Wara Timur.
2. Bagaimana Strategi Penanganan permukiman kumuh di kelurahan benteng,
Kecamatan Wara Timur.

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui tingkat kekumuhan permukiman di Kelurahan Benteng,

Kecamatan Wara Timur.

2. Untuk mengetahui strategi penanganan permukiman kumuh Kelurahan

Benteng,Kecamatan Wara Timur?


D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengkaji hal-hal

yang tentunya berkaitan dengan permukiman kumuh.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah Kota Palopo

dalam menentukan kebijakan pengembangan/ penataan permukiman

kumuh Kelurahan Benteng Kecamatan Wara Timur.

E. Ruang Lingkup Pembahasan

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dari penelitian ini yakni mengenai identifikasi

kawasan kumuh yang dibatasi pada bentuk pemetaan kawasan kumuh

Kelurahan Benteng Kecamatan Wara Timur. dengan fokus kajian pada aspek

kriteria kawasan kumuh disertai beberapa analisis pendukung untuk

penetapan kawasan kumuh seperti analisis fisik kawasan, kondisi sarana dan

prasarana serta konsep penanganan kawasan kumuh.

2. Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Kelurahan

Benteng Kecamatan Wara Timur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Permukiman

1. Pengertian Permukiman

Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun

2011 adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu

satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta

mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan

perdesaan.

Permukiman didalam kamus tata ruang terdiri dari tiga pengertian yaitu :

a. Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan

perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatanyang mendukung

perikehidupan dan penghidupan.

b. Kawasan yang didominasi kawasan hunian dengan fungsi utama sebagai

fungsi tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan

dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja

terbatas untuk mendukung perikehidupan danpenghidupan sehingga fungsi

permukiman tersebut dapat berdaya gunadan berhasil guna.

c. Tempat atau daerah untuk bertempat tinggal atau tempat untuk menetap.
2. Faktor dalam Permukiman

Agar terciptanya tertib pembangunan permukiman, terdapat lima

faktor utama yang saling berkaitan dan harus dijadikan pokok perhatian, yaitu

(Doxiadis dalam Budihardjo, 1985:52-54):

a. Alam, menyangkut tentang pola tata guna tanah, pemanfaatan dan

pelestarian sumber daya alam, daya dukung lingkungan serta taman, area

rekreasi atau olahraga.

b. Manusia, antara lain menyangkut tentang pemenuhan kebutuhan fisik atau

fisiologis, penciptaan rasa aman dan terlindung, rasa memiliki lingkungan

(handarbeni) serta tata nilai dan estetika.

c. Masyarakat, menyangkut tentang partisipasi penduduk, aspek hukum, pola

kebudayaan, aspek sosial ekonomi, dan kependudukan.

d. Wadah atau sarana kegiatan, menyangkut tentang perumahan, pelayanan

umum dan fasilitas umum.

e. Jaringan prasarana, menyangkut utilitas, transportasi dan komunikasi.

3. Aspek dalam Permukiman

Suatu permukiman hendaknya mengikuti kriteria bagi permukimanyang

baik, dengan memenuhi hal-hal berikut (Silas, Johan;1990):

a. Aspek fisik, meliputi :

1). Letak Geografis, yaitu aspek yang menentukan keberhasilan

danperkembangan dari suatu kawasan.

2). Lingkungan alam dan binaan, yaitu aspek lingkungan alam dan
binaan yang akan sangat mempengaruhi kondisi permukiman serta

kehidupan penghuninya.

3). Sarana dan prasarana lingkungan, yaitu penyediaan sarana dan

prasarana akan mendukung kegiatan dan kehidupan masyarakatdalam

permukiman tersebut.

b. Aspek non fisik, meliputi:

1). Aspek politik, yang termasuk kebijaksanaan yang mengatur

kawasan permukiman, keberadaan lembaga-lembaga desa dan

sebagainya.

2). Aspek ekonomi, yaitu aspek yang meliputi kegiatan yang berkaitan

dengan mata pencaharian masyarakat.

3). Aspek sosial, yaitu aspek yang meliputi kehidupan sosial

masyarakat, bertetangga dan sebagainya.

4). Aspek budaya, yaitu aspek yang berkaitan dengan kehidupan adat

istiadat, kehidupan beragama dan kebiasaan bekerja.

B. Permukiman Kumuh

1. Pengertian Permukiman Kumuh

Kawasan pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang

kualitasnyasangat tidak layak huni, ciri-cirinya antara lain berada pada lahan

yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat

tinggi dalamluasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit

lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani


prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan

kehidupan dan penghidupan penghuninya (Budiharjo: 1997).

Di Indonesia, beberapa upaya perbaikan/peningkatan lingkungan

permukiman kumuh telah dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun oleh

masyarakat lingkungan setempat. Menurut Jayadinata (1986:11) pelaksanaan

penanganan masalah kualitas lingkungan kumuh ini sedemikian kompleks dan

tidak hanya terbatas pada lingkup lingkungan permukiman itu sendiri,

melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari permasalahan kota,

antar kota dan hubungan antara kota dan desa (urban-rural linkages): .

2. Dimensi Permukiman Kumuh

Pada dasarnya suatu permukiman kumuh terdiri dari beberapa aspek

penting, yaitu tanah/lahan, rumah/perumahan, komunitas, sarana dan prasarana

dasar, yang terajut dalam suatu sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baik

dalam suatu ekosistem lingkungan permukiman kumuh itu sendiri atau

ekosistem kota. Oleh karena itu permukiman kumuh harus senantiasa dipandang

secara utuh dan intégral dalam dimensi yang lebih luas. Beberapa dimensi

permukiman kumuh yang senantiasa harus mendapat perhatian serius (Suparno,

2006) adalah; Permasalahan lahan di perkotaan, Permasalahan prasarana dan

sarana dasar, Permasalahan sosial ekonomi, Permasalahan sosial budaza,

Permasalahan Tata Ruang Kota, Permasalahan Aksesibilitas.

3. Tipelogi Permukiman Kumuh

Berdasar pada kajian dan pengamatan di lapangan, secara umum

lingkungan permukiman kumuh dapat diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) tipologi


permukiman kumuh (Ditjen Perumahan dan Permukiman; 2002) yaitu;

Permukiman kumuh nelayan, Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial

ekonomi, Permukiman kumuh di pusat kota, Permukiman kumuh di pinggiran

kota, Permukiman kumuh di daerah pasang surut, Permukiman kumuh di daerah

rawan bencana, Permukiman kumuh di tepi sungai.

4. Teori Pendeketan Pembangunan Kumuh

Pendekatan yang saat ini diadopsi dalam pelaksanaan peningkatan

kualitas permukiman kumuh antara lain adalah locally based demand,

pembangunan yang berkelanjutan dengan pendekatan TRIDAYA, kesetaraan

gender, dan penataan ruang yang partisipatif. Sebagaimana telah diatur didalam

Pasal 5 UU No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, bahwa

setiap warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan

serta di dalam pembangunan perumahan dan permukiman dan pada Pasal 29

juga dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan

yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan di dalam pembangunan

perumahan dan permukiman, pemberdayaan masyarakat dan para pelaku kunci

lainnya di dalam penyelenggaraannya merupakan hal pokok yang harus

dijalankan guna mewujudkan visi perumahan dan permukiman tersebut.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian atau wilayah survey yang dilakukan berlokasi di

Kelurahan Benteng, Kecamatan Wara Timur, Kota Palopo. Pemilihan lokasi

survey dikarenakan Kelurahan Benteng merupakan kelurahan dengan tingkat

kepadatan yang cukup tinggi di Kota Palopo.

B. Jenis dan Sumber Data

Hal yang penting dalam persiapan penelitian lapangan adalah

dengan penyusunan kebutuhan data dan informasi. Dalam penelitian ini

menjelaskan jenisdata dan sumber data.

1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data

kualitatif dan data kuantitatif yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Data kualitatif yaitu data yang berbentuk bukan angka atau menjelaskan

secara deskriptif tentang lokasi penelitian secara umum. Jenis data

kualitatif yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Data Kondisi fisik wilayah, yang mencakup letak geografis,

kondisitopografi, kelerengan, geologi dan hidrologi.

2) Data Pola penggunaan lahan, mencakup pola penggunaan lahan.

3) Data Karakteristik Wilayah Permukimana yaitu


(a) Aspek Fisik berupa kondisi bangunan, kondisi jalan lingkungan,

kondisi drainase lingkungan, kondisi penyediaan air minum,

kondisi pengelolaan air limbah, kondisi pengelolaan

persampahan, kondisi pengamanan kebakaran.

(b) Aspek non fisik berupa nilai strategis lokasi, potensi sosial

ekonomi, dukungan, masyarakat, komitmen pemda.

(c) Aspek legalitas lahan berupa status tanah, kesesuain RTR dan

persyaratan administrasi bangunan (IMB).

b. Data kuantitatif yaitu data yang menjelaskan kondisi lokasi penelitian

dengan tabulasi angka yang dapat dikalkulasikan untuk mengetahui nilai

yang diinginkan. Data kuantitatif yang dimaksud adalah :

1) Data demografi, seperti jumlah penduduk, jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin, kepadatan penduduk, jumlah keluarga

tahapan keluarga sejahtera.

2) Data jumlah ketersediaan saran dan prasarana

3) Data jumlah pemakaian air bersih

4) Data jumlah bangunan yang memiliki persyaratan administrasi

bangunan

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan, digolongkan ke dalam dua

kelompok, yaitu data primer dan data sekunder. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat uraian berikut ini :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi lapangan

seperti data yang diperoleh dari responden melalui observasi langsung di


lapangan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitatif obyek

studi. Jenis data yang dimaksud meliputi :

1) Pengamatan langsung berupa kondisi bangunan, kondisi jalan lingkungan,

kondisi drainase lingkungan, kondisi penyediaan air minum, kondisi

pengelolaan air limbah, kondisi pengelolaan persampahan, kondisi

pengamanan kebakaran, potensi sosial ekonomi, komitmen pemda

2) Wawancara mengenai administrasi bangunan (IMB), status tanah dan

dukungan masyarakat.

b. Sumber sekunder merupakan sumber data yang berasal dari instansi yang

terkait dengan studi untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk

kegiatan analisis. Selain itu, data sekunder lainnya adalah studi literatur untuk

mendapatkan literatur yang berkaitan dengan studi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

maka dilakukan suatu teknik pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan

data yang dilakukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi Lapangan.

Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang

lebih akurat dan sekaligus membandingkan atau mencocokkan data dari

instansi terkaitdengan data yang sebenarnya di lapangan seperti:

a. Data tentang kondisi fisik bangunan Kawasan kumuh Kelurahan

Benteng.

b. Kriteria Vitalitas Ekonomi seperti letak strategis wiayah dan jarak ke

tempat mata pencaharian

c. Kondisi Sarana dan Prasarana


a. Analisis Tingkat Kekumuhan
Analisis ini merupakan analisis untuk mengelompokkan kriteria berdasarkan nilai sesuai

tingkatannya. Analisis pembobotan pada penelitian ini dilakukan untuk menghitung tingkat

kekumuhan berdasarkan karakteristik persebaran permukiman kumuh dari Kementerian

Pekerjaan Umum Republik Indonesia tentang draft pedoman teknis peningkatan kualitas

perumahan dan permukiman kumuh.

D. Objek Penelitian

1. Permukiman Warga

Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah bagaimana

karakteristik-karakteristik permukiman kumuh di kelurahan Benteng,Kecamatan

Wara Timur,Kota Palopo.

Faktor-faktor yang menyebabkan penduduk tinggal di daerah permukiman

kumuh dan bagaimanakah sikap responden di permukiman kumuh terhadap

pengembangan wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik

permukiman kumuh di Kelurahan Benteng,Kecamatan Wara Timur, Kota

Palopo. Pola bangunan fisik permukiman kumuh sanggat memprihatinkan karna

rumah rumah dan sara-prasarana yang ada sedikit kurang layak.Berikut adalah

gambar permukiman warga


2. Drainase (Saluran Air)

Jaringan Drainase buangan air, terutama bangunan air hujan adalah rekayasa

teknik sipil guna mengendalikan air hujan dalam lingkungan permukiman.

Tujuannya adalah untuk mengatasi genangan air hujan yang dapat menyebabkan

banjir. Banjir yang dimaksud dalam kasusu ini adalah banjir yang terjadi karena

kesalahan sistem dan konstruksi Drainase. Pembuatan saluran Drainase yang

salah dan tidak teratur akan memperbesar peluang banjir. Drainase dilingkungan

permukiman adalah drainase yang mengalirkan limbah air hujan yang turun

dalam daerah permukiman tersebut, ke arah saluran penampungan yang

besar(drainase tersier dan drainase sekunder). Berikut adalah gambar drainase di

permukiman warga:

Banyak faktor yang menyebabkan kontruksi drainase di permukiman warga

Kelurahan Benteng tidak berfungsi dengan baik, di antaranya timbunan sampah,

endapan lumpur/ sedimen dan lain lain.

3. Tempat Pembuangan Sampah

Permasalahan sampah merupakan salah-satu permasalahan utama di indonesia

meningkatnya aktifitas manusia menjadi sebab peningkatan folume setiap


tahunnya.Permasalahan sampah merupakan salah-satu pekerjaan rumah yang

uatama dikarnakan sudah menumpuknya sampah di tempat pembuangan akhir

yang tidak terurai dan terkelolah dengan baik, Berikut gambar pembuangan

sampah yang ada di Kelurahan Benteng:

Tidak tersediannya pembuangan akhir maka sampah menumpuk dan tersebar di

badan jalan.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Identifikasi, pemukiman kumuh di Kota Palopo, khususnya di lingkungan

Wara Timur, Kelurahan Benteng, merupakan permasalahan yang perlu mendapat perhatian

serius. Identifikasi pemukiman kumuh di wilayah tersebut menunjukkan adanya kondisi

permukiman kumuh yang perlu penanganan. Dalam konteks ini, penting untuk melakukan

pemetaan, pendataan, dan identifikasi kondisi pemukiman kumuh guna merumuskan strategi

penanganan yang tepat. Dengan demikian, upaya perbaikan dan peningkatan kualitas

pemukiman kumuh di Kota Palopo, terutama di Kecamatan Wara Timur, menjadi hal yang

mendesak untuk dilakukan guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memperbaiki

lingkungan sekitar.
DAPTAR PUSTAKA

[1] Hidayat, A., & Fisu, A. A. (2020). Konsep Arsitektur Panti Rehabilitasi Ketergantungan
Narkotika & Psikotropika Di Makassar, Pendekatan Arsitektur Postmodern Historiscm.
PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 5(1), 31-43.
[2] Sulaiman, L., & Fisu, A. A. (2020). Pengaruh Campuran Terhadap Kuat Tekan Beton
Agregat Recycle. Rekayasa Sipil, 14(1), 35-42.
[3] Suharto, Imam, MANAJEMEN PROYEK: Dari Konseptual sampaiOperasional,
[4] Rochmanhadi, ALAT – ALAT BERAT DAN PENGGUNAANYA. Departemen
Pekerjaan Umum
[5] Wahana Komputer, PANDUAN APLIKATIF PENGELOLAAN PROYEK
[6] Marzaman, L. U., & Fisu, A. A. (2020). Hunian Vertikal Kontainer Buruh Pt Kima Dengan
Konsep Arsitektur Humanis. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 5(2), 91-
103.
[7] Fisu, A. A. (2020). Analisis Perencanaan Pengembangan Fasilitas Terminal Khusus PLTU
Nagan Raya Aceh.
[8] Marsus, B., Indriani, N. K., Darmawan, V., & Fisu, A. A. (2020). PENGARUH PANJANG
INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PDRB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
KOTA PALOPO.
[9] Fisu, A. A. (2019). 17 Tahun Kota Palopo: Kota, Manusia dan Para Penggerak.
[10] Nurhijrah, N., Fisu, A. A., Marzaman, L. U., & Hafid, Z. KONSEP PENATAAN
KAWASAN LALEBBATA SEBAGAI KAWASAN HERITAGE DI KOTA
PALOPO. Jurnal Arsitektur ZONASI, 4(1).
[11] Fisu, A. A., & Syabri, I. (2020). Demand Potential On Canal Utilization As Alternative
Urban Transportation Medium In Makassar City.
[12] Marzaman, L. U., Hafid, Z., Fisu, A. A., & Nurhijrah, N. (2021). Planning Concept of
Lalebbata: Combining Heritage, Policy and Participation. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Teknik, 6(1), 39-47.
[13] Fisu, A. A. (2018). ANALISIS LOKASI PADA PERENCANAAN TERMINAL TOPOYO
MAMUJU TENGAH. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 3(1), 1-12.
[14] FISU, A. A. STUDI AWAL LOKASI RENCANA PELABUHAN DI TELUK PRIGI
KABUPATEN TRENGGALEK.

Anda mungkin juga menyukai