Anda di halaman 1dari 13

SOSIOLOGI PERKOTAAN

PERTISIPASI PEMERINTAH DALAM UPAYA PENANGANAN


PEMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PUWATUU

OLEH:

KELOMPOK 4:

AGUNG ARFAN C1B120033

MUHAMMAD YUSUF AZHAR C1B120063

SEPTIAN ANDRE JAMALUDIN C1B120127

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOCIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua

kota-kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang

lainnya. pengkajian tentang permukiman kumuh (slum), pada umumnya

mencakup tiga segi, pertama kondisi fisiknya, kedua kondisi sosial ekonomi

budaya komunitas yang bermukim di pemukiman tersebut, dan ketiga dampak

oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi

bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan

tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi

serta sampah belum dikelola dengan baik.

Kawasan permukiman kumuh dianggap sebagai penyakit kota yang harus

diatasi. Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang mendorong

pertumbuhan permukiman. Sedangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan

kemampuan pengelola kota akan menentukan kualitas permukiman yang

terwujud.

Sehingga pemerintah pun berupaya keras dalam mengatasi permasalahan-

permasalahan tersebut seperti Peningkatan revitalisasi sarana dan prasarana

permukiman untuk memenuhi akses masyarakat terhadap pelayanan sarana

dan prasarana permukiman yang memadai, Pengoptimaan SDM dalam

penanganan permukiman kumuh dan lain-lain.


B. Rumusan Masalah

Ada pun rumusan masalah dari proposal ini adalah :

1. Apa itu pemukiman kumuh ?

2. Bagaimana strategi penanganan pemukiman kumuh ?

3. Apa saja menjadi kendala dalam melakukan upaya penanganan

pemukiman kumuh ?

4. Ciri-ciri pemukiman kumuh?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari proposal ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa itu pemukiman kumuh.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi dalam mengatasi pemukiman

kumuh.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang di alami dalam upaya

penanganan.

4. Unutk mengetahui ciri-ciri pemukiman kumuh.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian pemukiman kumuh

permukiman kumuh berdasarkan karakteristiknya adalah suatu lingkungan

permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas. Dengan kata lain

memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi maupun sosial budaya. Dan tidak

memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bahkan cenderung

membahayakan bagi penghuninya.

ciri permukiman kumuh merupakan permukiman dengan tingkat hunian

dan kepadatan bangunan yang sangat tinggi, bangunan tidak teratur, kualitas

rumah yang sangat rendah. Selain itu tidak memadainya prasarana dan sarana

dasar seperti air minum, jalan, air limbah dan sampah.

Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian

masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan

prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar

kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air

bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka,

serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.


B. Ciri-ciri pemukiman kumuh adalah sebagai berikut:

1. Dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, baik karena pertumbuhan

penduduk akibat kelahiran maupun akibat dari adanya urbanisasi.

2. Dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, atau

berproduksi subsisten yang hidup dibawah garis kemiskinan.

3. Rumah-rumah yang ada di daerah ini merupakan rumah darurat yang

terbuat dari bahan-bahan bekas dan tidak layak.

4. Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah, biasanya ditandai oleh

lingkungan fisik yang jorok dan mudahnya tersebar penyakit menular.

5. Langkanya pelayanan kota seperti air bersih, fasilitas MCK, listrik, dan

lainya.

6. Pertumbuhanya yang tidak terencana sehingga penampilan fisikhya pun

tidak teratur dan tidak terurus; jalan yang sempit, halaman tidak ada, dan

lainya.

7. Kuatnya gaya hidup “pedesaan” yang masih tradisional.

8. Secara sosial terisolasi dari pemukiman lapisan masyarakat lainya.

9. Ditempati secara ilegal atau status hukum tanah yang tidak jelas

(bermasalah)

10. Biasanya di tandai oleh banyaknya perilaku menyimpang dan tindak

kriminal.

Berdasarkan salah satu ciri diatas, disebutkan bahwa permukiman kumuh

memiliki ciri “kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya

mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin”. Penggunaan


ruang tersebut berada pada suatu ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya

sehingga berubah menjadi fungsi permukiman, seperti muncul pada daerah

sempadan untuk kebutuhan Ruang Terbuka Hijau. Keadaan demikian

menunjukan bahwa penghuninya yang kurang mampu untuk membeli atau

menyewa rumah di daerah perkotaan dengan harga lahan/bangunan yang tinggi,

sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada. Permukiman

tersebut muncul dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai, kondisi

rumah yang kurang baik dengan kepadatan yang tinggi serta mengancam kondisi

kesehatan penghuni. Dengan begitu, permukiman yang berada pada kawasan

SUTET, semapadan sungai, semapadan rel kereta api, dan sempadan situ/danau

merupakan kawasan permukiman kumuh.

Pada penelitian kami pada tanggal 14 desember kami mewawancarai salah

seorang narasumber yang bernama alfian S.P. yang merupakan camat di

kecamatan puwatuu ia mengemukakan bahwasanya banyak upaya yang dapat

dilakukan contohnya saja seperti program yang ia lakukan yakni Memberikan

penyuluhan tentang dampak tinggal di pemukiman kumuh ini. Minimnys

sosialisasi yang di lakukan pemerintah berdampak timbulnya masalah. Salah

satunya adalah mewabahnya penyakit. Karena kebanyakan pemukiman ini

lingkunganya kotor sehingga tidak terlepas dari penyakit. Maka daripada itu

pemerintah harus dapat memberikan penyuluhan tentang dampak yang

ditimbulkan dari pemukiman kumuh ini agar masyarakat bisa sadar dan peka

terhadap bahayanya tinggal di pemukiman kumuh. kemudian bias juga Melalui

program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). Diarahkan untuk


pembangunan jalan lingkungan dan tempat mandi, cuci, kakus (MCK)

dipemukiman serta pembangunan dan perbaikan drainase. Tetapi hal ini belum

didukung oleh biaya yang memadai. Sehingga tidak berjalan sesuai dengan yang

diharapkan. Kemudian masih ada lagi rencana yang ia pikir yakni Membangun

rumah susun. Dengan adanya rumah susun, baik Rusunawa maupun Rusunawi,

masyarakat yang masih tinggal dipemukiman kumuh ini dapat tinggal di rumah

susun ini. Terutama dapat menghemat lahan pemukiman, kemudian Program

perbaikan kampong, saying karena ketersediaan dana yang belum optimal

sehingga rencana tadi belum terlaksanakan.

Pemukiman kumuh pula memiliki dampak contohnya saja Dari segi

pemerintahan. Pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan tidak peduli

dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat. Lalu Dari segi sosial. Dimana

sebagian masyarakat pemukiman kumuh adalah masyarakat dengan

berpenghasilan rendah dan dengan kemampuan ekonomi menengah kebawah

dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-

norma sosial. Kemudian Wajah perkotaan menjadi memburuk dan kotor,

planologi penertiban bangunan sukar dijalankan, Berpotensi mendukung

terjadinya bencana seperti banjir dan kebakaran dan masih banyak lagi.

Adapun yang menjadi kendala dalam upaya penanganan adalah dana yang

belum optimal, kemudian tingkat pendapatan per kapita masyarakat Indonesia

yang sampai saat ini masih rendah.


BAB III

METODE PENELITIAN

1. Lokasi penelitian

Penelitian Kami Lakukan Di Kantor Camat Jl. Pattimura Kecamatan

Puwatuu Kota Kendari .

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian kami yaitu kualitatif,dimana kami mewawancarai ketua

camat kec. Puwa

3. Informan penelitian

Informan penelitian kami adalah ketua camat kec. Puwatuu.

4. Jenis dan sumber data

Pada penelitian ini jenis dan sumber data berasal dari 1 narasumber,dan

melalui social media berupa internet.

5. Teknik pengumpulan data


 Wawancara

Kami melakukan proses wawancara kepada seorang narasumber yang

jawabanya cukup variatif .disini kami tidak mencatat apa yang ia jelaskan kami

hanya memahami yang ia sampaikan ,hal ini kami lakukan untuk menjaga

kenyamanan narasumber, sebelum kami melakukan wawancara kita terlebih

dahulu harus membuat lapord ,dimana lapord adalah situasi yang baik antara

peneliti dengan yang diteliti dan di wawancara .


6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang kami gunakan dalam penelitian kualitatif kami yaitu

pengumpulan data,reduksi,penyajian data,dan penarikan kesimpulan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum penelitian

Pemukiman kumuh merupakan suatu pr yang harus diselesaikan oleh

pemerintah khususnya di kecamatan puwatuu, pemerintah setempatnya pun

sedang berusaha untuk melakukan penanganan terhadap pemukiman kumuh yang

berada di wilayah tersebut.

B. Hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah

Pada penelitian kami pada tanggal 14 desember kami mewawancarai salah

seorang narasumber yang bernama alfian S.P. yang merupakan camat di

kecamatan puwatuu ia mengemukakan bahwasanya banyak upaya yang dapat

dilakukan contohnya saja seperti program yang ia lakukan yakni Memberikan

penyuluhan tentang dampak tinggal di pemukiman kumuh ini. Minimnys

sosialisasi yang di lakukan pemerintah berdampak timbulnya masalah. Salah

satunya adalah mewabahnya penyakit. Karena kebanyakan pemukiman ini

lingkunganya kotor sehingga tidak terlepas dari penyakit. Maka daripada itu

pemerintah harus dapat memberikan penyuluhan tentang dampak yang

ditimbulkan dari pemukiman kumuh ini agar masyarakat bisa sadar dan peka

terhadap bahayanya tinggal di pemukiman kumuh. kemudian bias juga Melalui

program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). Diarahkan untuk

pembangunan jalan lingkungan dan tempat mandi, cuci, kakus (MCK)

dipemukiman serta pembangunan dan perbaikan drainase. Tetapi hal ini belum

didukung oleh biaya yang memadai. Sehingga tidak berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Kemudian masih ada lagi rencana yang ia pikir yakni Membangun

rumah susun. Dengan adanya rumah susun, baik Rusunawa maupun Rusunawi,

masyarakat yang masih tinggal dipemukiman kumuh ini dapat tinggal di rumah

susun ini. Terutama dapat menghemat lahan pemukiman, kemudian Program

perbaikan kampong, saying karena ketersediaan dana yang belum optimal

sehingga rencana tadi belum terlaksanakan.

Pemukiman kumuh pula memiliki dampak contohnya saja Dari segi

pemerintahan. Pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan tidak peduli

dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat. Lalu Dari segi sosial. Dimana

sebagian masyarakat pemukiman kumuh adalah masyarakat dengan

berpenghasilan rendah dan dengan kemampuan ekonomi menengah kebawah

dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-

norma sosial. Kemudian Wajah perkotaan menjadi memburuk dan kotor,

planologi penertiban bangunan sukar dijalankan, Berpotensi mendukung

terjadinya bencana seperti banjir dan kebakaran dan masih banyak lagi.

Adapun yang menjadi kendala dalam upaya penanganan adalah dana yang

belum optimal, kemudian tingkat pendapatan per kapita masyarakat Indonesia

yang sampai saat ini masih rendah.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemukiman kumuh merupakan masalah yang harus di perhatikan

penanganaanya oleh pemerintah karena banyak dampak buruk yang akan terjadi

yang di sebabkan oleh pemukiman kumuh seperti Berpotensi mendukung

terjadinya bencana seperti banjir dan kebakaran,kemudian Dari segi lingkungan,

Lingkungan kotor, semrawut, bau dan becek karena tidak tersedianya sarana dan

utilitas, dan lain-lain.

B. Saran

Saran kami sebagai penulis, pemerintah harus lebih memaksimalkan dalam

menyelesaikan masalah penanganan pemukiman kumuh, agar menciptakan

wilayah yang baik dari segi pemukimandan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

BPS, S. (2016). Kecamatan Krembangan Dalam Angka


2016. surabaya.
Hendro, G. (2014). Peraturan Daerah Kota Surabaya tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota

Surabaya tahun 2014 - 2034. Indonesia.

Jamaludin, A. N. (2015). Sosiologi Perkotaan “Memahami Masyarakat Kota dan


Problematikanya”

(Cetakan-). Bandung: CV Pustaka Setia.

Kemenkes RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor
1077/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Rumah.
Indonesia. Retrieved from http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK
No. 1077 ttg Pedoman
Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah.pdf

Mahawani, Z. F., & Soetomo, S. (2015). Kajian Morfologi Pusat Kota Purworejo.
Jurnal Teknik

PWK, 4(4), 636–652.


Muta’ali, L., & Nugroho, A. R. (n.d.). Perkembangan Program Penanganan
Permukiman Kumuh di Indonesia dari Masa Ke Masa. (Siti, Ed.) (cetakan pe).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wardhana, N. H., & Sulistyarso, H. (2015). Faktor-Faktor Penyebab Kekumuhan
Di Kelurahan
Kapasari Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 4(2), C-150-C-154.

Yuwono, B. (2010). Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010 -


2014. Jakarta, Indonesia.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Kota


Kendari Dalam Angka 2015.
Kendari: Rezky Bersama.

Budiharjo, Eko. 1997. Lingkungan Binaan


dan Tata Ruang Kota. Yogyakarta: PenerbitAndi

Anda mungkin juga menyukai