Anda di halaman 1dari 40

PERMUKIMAN KUMUH

PENGERTIAN DALAM UU No. 1 TAHUN 2011

1. Rumah merupakan bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak
huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya serta aset
bagi pemiliknya
2. Perumahan kumuh merupakan perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian
3. Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasaran, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan
4. Permukiman kumuh merupakan permukiman yang tidak layak huni, karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas
bangunan serta sarana prasarana yang tidak memenuhi syarat

(UU No. 1/2011 Pasal 1)


Menurut UU No. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan
permukiman, dimana permukiman kumuh adalah permukiman
yang tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang
tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan
bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas,
rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum
bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang
memadai, membahayakan keberlangsungan kehidupan dan
penghuninya.
karakteristik perumahan kumuh dan permukiman kumuh dari aspek fisik sebagai
berikut:
1. Merupakan satuan entitas perumahan dan permukiman;
2. Kondisi bangunan tidak memenuhi syarat, tidak teratur dan memiliki kepadatan
tinggi;
3. Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat. Khusus untuk bidang
keciptakaryaan, batasan sarana dan prasarana adalah sebagai berikut:
 Keteraturan bangunan
 Jalan Lingkungan;
 Drainase Lingkungan,
 Penyediaan Air Bersih/Minum;
 Pengelolaan Persampahan;
 Pengelolaan Air Limbah;
 Pengamanan Kebakaran; dan
 Ruang Terbuka Publik.

Non Fisik : Dasar perumusan kriteria dan indikator dari gejala kumuh
 perilaku masyarakat dalam proses identifikasi lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.
 kepastian bermukim
CIRI-CIRI PERMUKIMAN KUMUH :
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
Kriteria permukiman kumuh terdapat dalam Laporan Akhir Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman,
Depkimpraswil :

Penentuan kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:


• Kesesuaian peruntukan dengan RUTRK/RDTRK
• Status (pemilikan) lahan
• Letak/kedudukan lokasi kawasan kumuh
• Tingkat kepadatan penduduk
• Jumlah penduduk miskin (Pra-Sejahtera & Sejahtera-1)
• Kegiatan usaha ekonomi penduduk disektor informal
• Kepadatan rumah/bangunan
• Kondisi rumah/bangunan (tidak layak huni)
• Kondisi tata letak rumah/bangunan
• Kondisi prasarana dan sarana lingkungan meliputi:
- Penyediaan air bersih
- Jamban keluarga/MCK
- Pengelolaan sampah
- Saluran air/drainase
- Jalan setapak : jalan kecil yang hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki
- Jalan lingkungan : jalan umum berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan kecepatan rendah
• Kerawanan kesehatan (ISPA, diare, penyakit kulit, usia harapan hidup) dan lingkunan (bencana banjir/alam)
2
Ciri-ciri kawasan kumuh menurut kriteria Departemen
Pekerjaan Umum:

1. Lingkungan tidak terawat dan kotor


2. Umur kawasan kadangkala telah mencapa lebih dari 50
tahun dna kondisinya semakin menurun
3. Dibangun spontan sebagai hunian
4. Tidak ada kejelasan hak milik (liar/squatter)
5. Bahan bangunan rmah diperoleh dari bahan-bahan
seadanya
6. Bangunan bersifat semi permanen
7. Warganya merupakan migrasi urbanisasi
8. Warga yang bekerja umumnya pekerja pasar dan serabutan
9. Banyak dihuni oleh pengangguran
10.Tingkat kejahatan/kriminalitas tinggi
11.Miskin dan berpendapatan rendah
12.Sarana dan prasarana publik sangat tidak memadai
Atap dari seng dan tidak rapi
Sumber : Pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Daerah Penyangga Kota Metropolitan
PENYEBAB PERMUKIMAN KUMUH :
Menurut Khomarudin, 1997 penyebab utama tumbuhnya
permukiman kumuh adalah sebagai berikut :
1. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi
kelompok masyarakat berpenghasilan rendah,
2. Sulit mencari pekerjaan,
3. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,
4. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,
5. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para
pemilik rumah serta disiplin warga yang rendah,
6. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya
harga tanah
PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI
INDONESIA :
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan Program
lanjutan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan.

Disosialisasikan di tingkat Nasional yang didukung oleh


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(KemenPUPR) sebagai leading sector kegiatan, Bappenas,
Kemendagri, Kementreian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian
Keuangan, BPKP, BPK-RI, civitas akademika Universitas Brawijaya
dan penggiat penataan kota dan pemukiman.

Melibatkan 20 Kementerian Lembaga, 271 Bupati/Walikota,


Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum/Perkim dari masing-masing Kota
ataupun Kabupaten, serta 40 kantor pertahanan Kabupaten/Kota.
Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh)

1. Dilaksanakan secara nasional di 269 kota/kabupaten di 34 Propinsi yang menjadi


“platform” atau basis penanganan kumuh yang mengintegrasikan berbagai sumber daya
dan sumber pendanaan, termasuk dari pemerintah pusat, provinsi, kota/kabupaten, pihak
donor, swasta, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya.

2. KOTAKU bermaksud untuk membangun sistem yang terpadu untuk penanganan kumuh,
dimana pemerintah daerah memimpin dan berkolaborasi dengan para pemangku
kepentingan dalam perencanaan maupun implementasinya, serta mengedepankan
partisipasi masyarakat.

3. Mendukung penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 Ha yang dilakukan


secara bertahap di seluruh Indonesia

4. pengembangan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat, penguatan kelembagaan,


perencanaan, perbaikan infrastruktur dan pelayanan dasar di tingkat kota maupun
masyarakat, serta pendampingan teknis untuk mendukung tercapainya sasaran RPJMN
2015-2019 yaitu pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen
Pencapaian tujuan program dan tujuan antara diukur dengan merumuskan indikator kinerja
keberhasilan dan target capaian program yang akan berkontribusi terhadap tercapainya sasaran
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yaitu pengentasan
permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen.

Secara garis besar pencapaian tujuan diukur dengan indikator “outcome” sebagai berikut:
1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur dan pelayanan perkotaan pada
kawasan kumuh sesuai dengan kriteria kumuh yang ditetapkan (a.l drainase; air
bersih/minum; pengelolaan persampahan; pengelolaan air limbah; pengamanan kebakaran;
Ruang Terbuka Publik);
2. Menurunnya luasan kawasan kumuh karena akses infrastruktur dan pelayanan perkotaan
yang lebih baik;
3. Terbentuk dan berfungsinya kelembagaan yaitu Pokja PKP di tingkat kota/kabupaten untuk
mendukung program KOTAKU; dan
4. Penerima manfaat puas dengan kualitas infrastruktur dan pelayanan perkotaan di kawasan
kumuh.
(Tahap setelah
pelaksaaan
lapangan
dilakukan)
Pola Penanganan

Tidak hanya mengatasi kekumuhan yang sudah ada, namun juga untuk mencegah tumbuhnya kekumuhan baru. Cakupan
kerja penanganan kumuh dalam Program KOTAKU berdasarkan kondisi kualitas permukiman yang ada dapat dibedakan
menjadi tiga pola penanganan yang mengacu kepada Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, yaitu:
1. Pencegahan

Tindakan pencegahan kumuh meliputi pengelolaan dan pemeliharaan kualitas perumahan dan permukiman, serta
dengan pencegahan tumbuh dan berkembangnya perumahan dan permukiman kumuh baru.
2. Peningkatan Kualitas

Peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dilaksanakan melalui pola-pola penanganan,
antara lain pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali
3. Pengelolaan
a. Pengelolaan dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara
berkelanjutan;
b. Pengelolaan dilakukan oleh masyarakat secara swadaya;
c. Pengelolaan oleh masyarakat difasilitasi oleh pemerintah daerah baik dukungan pendanaan untuk pemeliharaan
maupun penguatan kapasitas masyarakat untuk melaksanakan pengelolaan; dan
d. Pengelolaan oleh pemerintah daerah dengan berbagai sumber pendanaan.
Lokasi Program kotaku dilaksanakan di 269 kota/kabupaten di 34 Propinsi di
seluruh Indonesia. Cakupan lokasi program berdasarkan kategori kegiatan adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan peningkatan kualitas permukiman dilaksanakan di seluruh kawasan
teridentifikasi kumuh yang diusulkan kabupaten/kota. Khusus untuk perbaikan
infrastruktur tingkat kota (infrastruktur primer dan sekunder), dukungan
investasi dari pemerintah pusat hanya akan diberikan kepada kota/kabupaten
terpilih, yang memenuhi kriteria tertentu.

2. Kegiatan pencegahan kumuh dilaksanakan di seluruh kelurahan dan atau


kawasan/kecamatan Perkotaan diluar kel/desa kawasan yang teridentifikasi
kumuh termasuk lokasi kawasan permukiman potensi rawan kumuh yang
diidentifikasi pemerintah kabupaten/kota

1. Kegiatan pengembangan penghidupan berkelanjutan dilakukan di semua lokasi


peningkatan kualitas maupun pencegahan kumuh.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-1 tahun


2004-2009 dan RPJMN ke-2 tahun 2010-2014.
2. Dalam RPJMN ke-3 2015-2019, ada tiga output prioritas nasional di bidang
Cipta Karya untuk mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan,
3. PELAYANAN AIR MINUM, PENANGANAN KAWASAN KUMUH, DAN
PELAYANAN SANITASI.
4. Key Performance Indicators 100-0-100 sebagai aktualisasi visi Cipta Karya
untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan pada
lima tahun ke depan.
5. melibatkan semua pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah, dunia
usaha, maupun masyarakat.
6. Resources APBN ditegaskan tidak sanggup mendukung target yang
ditetapkan. Dari kebutuhan sekitar Rp770 triliun untuk 100-0-100,
kemampuan APBN hanya sepertiganya
Pertama, kondisi PDAM sehat baru 50%, kehilangan air rata-rata nasional 33%
dan idle capacity 22.000 liter/detik. Kedua, rendahnya komitmen Pemda untuk
pendanaan air minum. Ketiga, masih harus ditingkatkannya peran serta
masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat seperti
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dan SPAM
Bukan Jaringan Perpipaan (BJP). Keempat, keterbatasan air baku.

Spam petanu bali 300 liter per detik


Terdapat program Peningkatan Akses Air Minum, Peningkatan Kemampuan
Pendanaan, Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, Pengembangan dan Penerapan
Norma Standar Pedoman dan Kriteria (NSPK), Peningkatan Penyediaan Air Baku,
Peningkatan Keterlibatan Swasta dan Masyarakat (kemitraan), dan Inovasi
Teknologi.

Dukungan prioritas antara lain Bantuan Program Penyehatan PDAM, dan


kabupaten/kota yang memiliki Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM).

Selain itu, tahun 2015 juga memiliki program unggulan berupa kerjasama
peningkatan SPAM Perdesaan melalui pelibatan mahasiswa KKN Tematik dan
Rencana Pembangunan SPAM Kampus akan dilaksanakan di Universitas Gajah
Mada (UGM) sebagai Pilot Project. SPAM (pengolahan air, jaringan distribusi
hingga Fasilitas water tap (air minum) )
Pemanfaatan Kran Air Minum
dari PAMSIMAS di Sulteng
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 di bidang Cipta Karya untuk
mengurangi kawasan kumuh 0 persen. masih ada 12
persen kawasan kumuh sedangkan pada tahun 2015
lebih dari 33 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di
permukiman kumuh

Penanganan kawasan kumuh KOTAKU :

legal (slum area) akan dilihat apakah termasuk kumuh ringan,


sedang atau berat. Terhadap kawasan kumuh sedang sampai
berat akan dilakukan peremajaan kawasan (urban renewal),
yaitu dengan perbaikan atau peningkatan kualitas
lingkungannya, dan tidak perlu dibangun Rusunawa.

Penanganan kawasan kumuh di atas tanah illegal (Squatter)


seperti di bantaran sungai atau pinggiran rel, maka Rusunawa
jadi pilihannya
1. Kampung Deret, Di Jakarta
2. Pengawasan Dan Pengendalian Yang Menekankan
Pada Kesesuaian Terhadap Perizinan
3. Penanganan Dengan Peningkatan Kualitas :
• Pemugaran, Yaitu Perbaikan Dan Pembangunan
Kembali Menjadi Permukiman Layak Huni.
• Kedua, Peremajaan, Untuk Mewujudkan
Permukiman Yang Lebih Baik Guna Melindungi
Keselamatan Dan Keamanan Masyarakat Sekitar
Dengan Terlebih Dahulu Menyediakan Tempat
Tinggal Bagi Masyarakat.
• Ketiga, Pemukiman Kembali, Yaitu Pemindahan
Masyarakat Dari Lokasi Yang Tidak Mungkin
Dibangun Kembali/ Tidak Sesuai Dengan Rencana
Tata Ruang Dan/Atau Rawan Bencana Serta
Menimbulkan Bahaya Bagi Barang Ataupun
Manusia,
Contohnya : Dengan Penyediaan Rusunawa.
Penanganan terhadap kawasan permukiman kumuh:

1. Pertama, untuk kawasan kumuh di atas tanah legal (slum area) akan dilihat apakah
termasuk kumuh ringan, sedang atau berat.Terhadap kawasan kumuh sedang sampai
berat akan dilakukan peremajaan kawasan (urban renewal), yaitu dengan perbaikan
atau peningkatan kualitas lingkungannya, dan tidak perlu dibangun Rusunawa.
2. Penanganan kawasan kumuh di atas tanah illegal (Squatter) seperti di bantaran sungai
atau pinggiran rel, maka Rusunawa dijadikan suatu solusi
SAMPAH
Kegiatan 3R Sampah: Antara Teknis Teknologis dan Sinergitas
Untuk mewujudkan Kegiatan 3R , salah satu upaya penerapan yang dilakukan
Kementerian Pekerjaan Umum adalah
melalui penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS
3R) berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada konsep Reduce (mengurangi),
Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle(daur ulang). Sejak tahun 2007 hingga
tahun 2013, Kementerian Pekerjaan Umum telah memfasilitasi pembangunan TPS
3R yang berperan sebagai stimulan di 439 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia,
dengan tingkat keberfungsian 38 %.

Pada tahun 2014, Kementerian Pekerjaan Umum membangun TPS 3R di 55 lokasi


yang tersebar di 19 provinsi di Indonesia. TPS 3R yang telah terbangun mempunyai
fungsi untuk mereduksi kuantitas sampah (organik maupun anorganik) kemudian
dilakukan kegiatan pengolahan sampah organik, serta pendaurulangan sampah
anorganik. Bahan-bahan yang tidak dapat dilakukan kegiatan pengolahan sampah
maupun pendaurulangan dan sudah terpilah, merupakan sampah residu yang
kemudian akan diangkut dan diolah di TPA sampah.

Dengan pendekatan tersebut, maka kuantitas sampah yang harus ditangani di TPA
sampah menjadi semakin kecil, sehingga memperpanjang umur teknis TPA
sampah.
Pengolahan sampah tidak hanya menghasilkan kompos padat, tetapi juga
menghasilkan kompos cair dan gasbio, dimana pada tanggal 21 Februari 2014) telah
didapatkan hasil dari pengolahan sampah berupa gas bio. Gas bio yang dihasilkan ini
juga dapatdijadikan sumber energi alternatif sebagai substitusi sebagian dari
kebutuhan energi berbasis bahan bakar fosil.
SANITASI

Pemanfaatan Sistem Air Limbah dan PDAM Tirtanadi Medan mengadakan


sosialisasi program percepatan pemanfaatan system air limbah perpipaan
terpusat (sewerage) dan komitmen pelaksanaan demi menciptakan
lingkungan bersih dan sehat.
Kota Medan sudah memulai program sanitasi sistem perpipaan dengan
PDAM Tirtanadi sebagia institusi pengelola. Sampai tahun 2014, baru 2
kecamatan yang terlayani yaitu, Kecamatan Medan Area dan Kecamatan
Medan Kota dengan total jumlah pelanggan 13.200 SR. Untuk itu
diperlukan usaha percepatan untuk meningkatkan pelayanan sanitasi
kepada masyarakat.
RUJUKAN

1 Permen PU No.1 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM)

2 SNI 03-1733-2004 tentang Tatacara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

PP No. 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan dan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
3
Permukiman

Permen PUPR No. 02 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
4
Permukiman Kumuh

5 UU No. 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

6 UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Anda mungkin juga menyukai