Dalam rangka melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh perlu ditetapkan pedoman
sebagai panduan dalam melaksanakan identifikasi. Untuk itulah disiapkan konsep pedoman
identifikasi kawasan permukiman kumuh.
Pedoman ini disusun dengan sasaran umum yaitu menghasilkan sebaran kawasan permukiman
kumuh yang ada di setiap daerah (kota/kabupaten). Dengan tambahan kriteria prioritas
penanganan maka pedoman ini dirancang dapat menghasilkan lokasi-lokasi kawasan
permukiman kumuh yang memiliki hubungan dengan kota metropolitan dan fungsi daerah yang
bersangkutan sebagai penyangga.
E-1
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
3. Data-data dan informasi mengenai lokasi kawasan permukiman kumuh yang terkumpul
digunakan untuk melakukan analisis sebab akibat dan rekomendasi penanganan kawasan
permukiman yang ada di kota/kabupaten penyangga kota metropolitan.
Untuk melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria. Penentuan kriteria
kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek atau
dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, status (kepemilikan)
tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan,
kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal. Selain itu digunakan kriteria sebagai
kawasan penyangga kota metropolitan seperti kawasan permukiman kumuh teridentifikasi yang
berdekatan atau berbatasan langsung dengan kawasan yang menjadi bagian dari kota
metropolitan.
Berdasarkan uraian diatas maka untuk menetapkan lokasi kawasan permukiman kumuh
digunakan kriteria-kriteria yang dikelompok kedalam kriteria:
Prioritas Penanganan
Kegiatan penilaian kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan sistem pembobotan pada
masing-masing kriteria diatas. Umumnya dimaksudkan bahwa setiap kriteria memiliki bobot
pengaruh yang berbeda-beda. Selanjutnya dalam penentuan bobot kriteria bersifat relatif dan
bergantung pada preferensi individu atau kelompok masyarakat dalam melihat pengaruh masing-
masing kriteria.
E-2
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
1. Pendekatan Tridaya
c. Menerapkan aplikasi teknologi tepat gun yang sesuai dengan kondisi setempat sehingga
dapat menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas masyarakat.
3. Pemberdayaan Lingkungan:
E-3
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
b. Pendekatan Peremajaan
(lnstruksi Presiden Republik Indonesia Nomor: 5 Tahun 1990, Tanggal 26 September 1990,
Tentang Peremajaan Permukiman Kumuhyang Berada di Atas Tanah Negara)
Peremajaan dilakukan sesuai dengan Pola Dasar Pembangunan Daerah dan/atau Rencana
Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), serta dengan pendekatan kepada masyarakat
E-4
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
setempat agar masyanakat berperan secara aktif dalam prose peremajaan tersebut.
Pendekatan yang digunakan guna mencapai tujuan Perencanaan peremajaan kawasan perkotaan
akan didasarkan kepada :
Pendekatan strategis, yang menyangkut penentuan kedudukan dan peran wilayah studi dalam
arahan pengembangan perkotaan.
E-5
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
1. Pengumpulan data kondisi sosial ekonomi masyarakat perkotaan secara umum dan data
sosial ekonomi serta data fisik kawasan yang dijadikan obyek lokasi kegiatan urban renewal.
2. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan perkotaan yang terkait dengan permukiman dan
mengidentifikasi potensi dan permasalahan kawasan yang dijadikan obyek lokasi kegiatan
urban renewal.
1) Lokasi.
2) Luas.
3) Batas-batas fisik.
4) Topografi.
5) Kondisi tanah.
6) Status tanah.
7) Peruntukan tanah.
1) Lokasi.
2) Luas.
3) Batas-batas fisik.
4) Kondisi bangunan.
5) Status bangunan.
6) jumlah bangunan.
7) Umur bangunan.
8) Konstruksi bangunan.
E-6
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
1) Jenis dan jumlah komoditi yang beredar melalui Koperasi/Lembaga Keuangan Mikro.
d. Informasi Lembaga Keuangan yang dapat memberikan kredit perumahan, antara lain:
1) Bank Umum.
3. Informasi lainnya yang berkaitan dengan Penyusunan DED Perumahan Kumuh di Kawasan
Cibinong Raya.
5. Menganalisis kondisi sosial-ekonomi masyarakat dan fisik kawasan yang dijadikan obyek
lokasi kegiatan urban renewal.
7. Merumuskan peluang dan kendala pengembangan kawasan yang dijadikan obyek lokasi
kegiatan urban renewal.
E-7
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
9. Menyusun masterplan yang berisikan antara lain konsep perencanaan peremajaan kawasan
dan konsep pengelolaan kawasan dengan melibatkan stakeholders terkait sehingga diketahui
tugas dan fungsi stakeholders terkait dalam menjadi sustainabilitas kawasan.
10. Menyusun rencana pengembangan kawasan dari aspek sosial dan ekonomi dengan
memperkuat peran dan keterlibatan masyarakat dan stakeholders lainnya.
11. Menyusun kebutuhan program penanganan kegiatan kedepan. Kebutuhan program ini
dituangkan dalam matriks program penanganan yang bersikan perkiran kebutuhan dana,
sumber pendanaan, dan pelaksana kegiatan.
12. Menyusun DED dan RAB tahun pertama rencana penanganan kawasan yang akan dijadikan
acuan pelaksanaan kegiatan fisik peremajaan kawasan.
13. Menyiapkan konsep MOU penanganan kawasan pemerintah selama 5 tahun kedepan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Data dan informasi, baik primer maupun sekunder, tersebut di atas dapat dikumpulkan dengan
beberapa metode pengumpulan data, dengan menggunakan instrumen-instrumen berikut ini :
A. Data Primer
Data primer diperoleh dari survei yang sengaja dilakukan di daerah, langsung kepada lokasi-
lokasi kawasan atau desa/kelurahan sasaran untuk menghasilkan data-data masukan
(input) proses penilaian kriteria kawasan permukiman kumuh. Proses memperoleh data
primer dipersiapkan, diorganisasikan, dan dilaksanakan oleh sebuah tim survei yang
dibentuk di daerah.
Lingkup survei paling tidak mencakup seluruh variabel pada kriteria identifikasi kawasan
permukiman kumuh. Setiap variabel ditetapkan parameter yang tetap yang memungkinkan
diperoleh data primer dari lapangan sehingga proses identifikasi, baik dilakukan secara
manual maupun berbasis komputer, dapat memperoleh hasil yaitu kawasan permukiman
kumuh yang ada di daerah.
E-8
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Survei infrastruktur dilakukan untuk memperoleh data kondisi infrastruktur utilitas dengan
cara pengamatan lapangan guna menangkap/menginterpretasikan data-data sekunder
lebih baik. Di samping itu survei ini dilakukan untuk memperoleh masukan dari para
stakeholders terkait mengenai permasalahan dan kondisi infrastruktur yang bersangkutan.
Masukan tersebut dapat diperoleh melalui wawancara maupun penyebaran kuesioner.
Data-data yang dikumpulkan melalui survei serta informasi yang diperlukan dari data-data
tersebut adalah seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Survei ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai transportasi dengan
bentuk survai yang dilakukan adalah :
Pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi dan permasalahan jaringan dan sistem
E-9
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Data-data yang dikumpulkan melalui survai serta informasi yang diperlukan dari data-data
tersebut adalah seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut :
B. Sosial Kependudukan
Survei ini akan terkait dengan pencarian data yang bersumber langsung dari masyarakat
dengan teknik wawancara maupun pembagian kuesioner yang akan meliputi jenis data :
Data fakta, berupa data faktual, baik data demografis, data status lainnya terkait
dengan data yang melekat pada masyarakat secara individu maupun kolektif;
Wawancara semi terstruktur terkait dengan pengumpulan data yang bersumber langsung
dari sumber data dengan menggunakan teknik wawancara. Dalam teknik wawancara akan
digunakan cara sebagai berikut :
E - 10
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Wawancara ini dilakukan kepada pihak-pihak terkait yang diperlukan dalam penyusunan
pekerjaan, yaitu :
(2) Bappeda
(3) Instansi lainnya yang tekait dalam hal koordinasi lintas sektoral;
D. Survei Sekunder
Survei sekunder khususnya kepada instansional akan terkait dengan pengumpulan data
mengenai peremajan kawasn perkotaan dari berbagai aspek dalam lingkup internal
maupun eksternal. Data yang dikumpulkan dapat berupa peta grafis, data teks dan
numerik, kebijaksanaan dan peraturan. Sumber data adalah berbagai instansi terkait, baik
departemental maupun pemerintah daerah, serta sumber-sumber lainnya.
E.2.2 Analisis
Proses penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dilihat
dalam bagan alir sebagai berikut.
2. Prosedur Pendataan
E - 12
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Dengan prosedur pendataan seperti ini diharapkan hasil pendataan akan memiliki
validitas yang tepat. Secara skematis, prosedur pendataan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada gambar
diatas.
B. Identifikasi Lokasi
E - 13
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut di atas,
selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam
berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.
E - 14
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
E - 15
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
E - 16
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Rencana sistem jaringan utilitas meliputi materi yang direncanakan dan materi yang diatur.
Materi yang diatur meliputi semua sistem jaringan makro/pengumpul, dan sistem jaringan
sekunder (jalur distribusi); sedangkan materi yang direncanakan meliputi jaringan distribusi
E - 17
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Pelayanan jaringan utilitas dirinci sampai pengukuran pola dan sistem jaringan, kapasitas
dan intensitas pelayanan jaringan utilitas yang meliputi :
b. Sistem jaringan air minum (hingga jaringan distribusi sekunder/per blok peruntukan);
‐ Kebutuhan
Penetapan sistem prasarana dan utilitas yang tepat sesuai dengan tipe penataan
lingkungan yang ditetapkan pada kawasan perencanaan.
Penetapan sistem yang dapat mencapai kualitas lingkungan yang layak huni baik
dari segi keamanan, keselamatan maupun kesehatan (higienitas), sekaligus dapat
mendorong penciptaan kualitas hidup dan kenyamanan warga.
b) Penciptaan suatu sistem yang terpadu dan terkait dengan sistem dan
kapasitas prasarana/ infrastruktur wilayah/ kawasan secara lebih luas.
E - 18
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
‐ Penempatan elemen utilitas yang terlihat dari ruang luar atau di muka tanah
diupayakan menjadi bagian dari elemen wajah kawasan atau wajah jalan dan
dikaitkan dengan pembentukan karakter khas.
Analisis ini dilakukan dengan mengetahui data lokasi sasaran dari tiap jenis program dan
dampak program. Dengan mengetahui data ini maka akan dapat diidentifikasikan di level
propinsi program apa saja yang pernah dilakukan. Selanjutnya akan dianalisis secara logic
deskriptive apakah tipologi program tertentu sesuai untuk dilaksanakan di suatu wilayah
tipologi tertentu. Tingkat kesesuaian ini akan diberikan ranking dan diberi score untuk
dapat mengukur sejauh mana tipologi program yang dilaksanakan sesuai dengan wilayah
sasaran sebagai lokasi dimana program tersebut dilaksanakan.
Analisis pada prinsipnya dilakukan untuk menganalisa sejauh mana karakteristik strategi
pusat pertumbuhan berpengaruh terhadap indikator-indikator program.
E - 19
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
E. Analisis Tapak
Analisis tapak harus menyatakan sifat, struktur dan potensi tapak tersebut. Dalam
menemukan sifat dan mengandalkannya untuk mengilhami tataguna tanah yang
semestinya, analisis tapak harus mempertimbangkan dan merekam hal-hal yang terkait
dengan tata guna tanah, topografi, drainase, tanah, vegetasi, iklim, kondisi yang ada serta
ciri khusus (Chiara dan Koppelman, 1978 dengan perubahan).
Dalam menganalisis kawasan diperlukan suatu analisis eksternal dan analisis internal agar
diketahui potensi dan kendala yang dimiliki kawasan secara komprehensif. Proses analisis
dilakukan untuk mendasari pembuatan konsep pengembangan kawasan yang dapat
mengatasi permasalahan eksisiting, mengantisipasi kebutuhan di masa depan serta
mewadahi kepentingan semua pihak yang terlibat. Hal-hal yang harus dianalisis adalah :
1 Tataguna Lahan yang Berdekatan, meliputi :
• Jenis dan dampak tataguna tanah yang berdekatan,
• Arah dan jarak fasilitas lingkungan, rumah sakit, tempat belanja dan lain
sebagainya,
• Jalur dan pemberhentian transportasi umum.
2 Topografi, meliputi :
• Topografi dasar,
• Bentuk permukaan tanah khusus atau unik,
• Persentase kemiringan.
3 Drainase, meliputi :
• Daerah aliran sungai (arah),
• Cekungan drainase,
• Daerah rawa.
4 Tanah, meliputi :
• Kedalaman dan kondisi permukaan tanah,
• Titik pengambilan sampel tanah.
5 Vegetasi, meliputi :
• Letak dan masa pohon yang ada,
• Letak dan spesi bahan tanaman,
• Jenis tutupan tanah.
6 Iklim
E - 20
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
1. Biaya
Anggaran untuk rancangan proyek yang disediakan untuk perbaikan bangunan dan
bangunan pelengkap lainnya. Biaya ini akan memberikan pengembangan rencana.
2. Waktu Pelaksanaan
Sasaran waktu untuk penyelesaian tahapan berikutnya. Perkiraan saat dimulainya
konstruksi.
3. Unit Hunian
- Tipe kepemilikan atau sewa (persewaan, koperasi, kondomium).
- Jumlah total unit yang diperkirakan.
- Kepadatan tapak yang diperbolehkan.
- Tipe unit hunian (dibedakan menurut jumlah ruang tidur, luas lantai dan susunan)
dan distribusi dari jumlah total unit diantara berbagai tipe.
- Pernyataan khusus kondisi atau ciri.
4. Fasilitas lingkungan
- Metode dan persyaratan pemasaran, pengelolaan dan pemeliharaan proyek.
- Ruang pengelolaan dan pemeliharaan, serta ruang dan fasilitas sosial yang
diperlukan.
E - 21
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
E - 22
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Design dalam konteks arsitektur, secara sederhana adalah ”membuat atau melahirkan
idea dari gagasan atau penugasan, idea harus merupakan jawaban optimal dari proses
pengkajian dan imaginasi yang dikongkretkan dalam perwujudan rancangan dan rencana
implementasi.
Ada berbagai teori tentang tahapan proses design, walapun demikian menurut hemat
saya relatif sama karena proses design kadang kadang tidak berjalan linier, tetapi bisa
berjalan zigzag , berputar karena datangnya idea bisa kapan saja. Teori tersebut
perbedaannya terletak pada pengelompokan tahapan sedangkan akhirnya adalah
menghasilkan design yang diinginkan oleh gagasan/penugasan.
Menurut J. C Jones’s dalam bukunya Design Method; menyatakan bahwa proses Design
ada enam tahapan yaitu:
Sedangkan menurut James C. Snyder, menyatakan bahwa proses design terbagi lima
yaitu :
E - 23
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Disain Awal
Disain yang optimal adalah disisain yang konsisten terhadap tujuan dan
Disain
Optimal Konsep rancangan desain Optimal yang disetujui.
Pembuatan
dokumen
perencanaan
Penyusunan dokumen untuk proses tender pelaksanaan
1. Pemrograman
2. Perencanaan
3. Perancangan
E - 24
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Analisis
Orientasi angin
Topografi
E - 25
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
topografi dan fungsi bangunan. Upaya untuk melawan topografi pada lahan
berkontur tajam dan tidak teratur bukanlah suatu kebiasaan yang baik
walaupun hal ini banyak dilakukan oleh para pelaksana pembangunan.
Walaupun dalam beberapa hal terdapat alasan yang kuat untuk mengubah ide
yang mendasar dari lahan curam manjadi landai, namun ide dasar terbaik yang
merupakan prinsip umum adalah perencanaan yang menyesuaikan
perencanaan massa bangunan terhadap kontur eksisting. Untuk
pembangunan rumah pribadi dengan luas kecil masih dapat dilakukan pada
kondisi site curam dengan aturan penggunaan KDB (koefisien dasar bangunan)
yang tinggi. Namun untuk pembangunan massa bangunan besar dengan
jumlah yang banyak sebaiknya tidak dianjurkan dilaksanakan pada daerah
berkontur curam seperti ini. Ketentuan KDB yang tinggi ini juga bertujuan
untuk tetap melestarikan lingkungan alami eksisting semaksimal mungkin.
Kelandaian
E - 26
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Kebisingan
Struktur keruangan
Aspek lain yang tidak kalah penting dalam struktur keruangan adalah dalam hal
menentukan dan mengembangkan lokasi tapak yang dapat mendukung
berbagai fungsi tata guna lahan.
Adapun sifat khas keruangan pada umumya tergantung pada tiga hal :
E - 27
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Unsur lansekap.
Upaya pelestarian unsur vegetasi tersebut menghemat waktu dan biaya dalam
penyediaan unsur peneduh lingkungan juga dapat menambah unsur estetika
lingkungan. Beberapa perubahan kecil dalam rencana yang berupaya untuk
memasukkan unsur vegetasi kedalam rancangannya akan sangat membantu
menghasilkan suatu penampilan informal yang alami dan menyenangkan.
Menurut Berlyne ada satu konsep yang berkenaan langsung dengan masalah estetika
lingkungan ini, yaitu Collative Stimulus Properties, yang menekankan pada perbandingan
stimulus (rangsangan) mana yang cocok dan mana yang tidak cocok, sehingga orang
dapat menetapkan mana objek yang lebih bagus atau lebih indah.
E - 28
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Akan tetapi masalah estetika lingkungan ini dipengaruhi juga oleh kesukaan
(preferensi) terhadap lingkungan yang berbeda-beda. S. Kaplan & R. Kaplan
menyatakan bahwa preferensi itu ditentukan oleh beberapa hal yaitu :
Umum
Struktur harus didesain untuk mampu menopang beban tetap (beban mati dan beban
hidup) dan kombinasi beban tetap + beban gempa, serta beban tetap + beban angin
untuk struktur patung.
Desain struktur beton harus dilakukan sesuai dengan metode LRFD dimana faktor beban
dan faktor reduksi nya sesuai dengan RSNI 2002 - Tata Cara Penghitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung.
Desain struktur baja harus juga dilakukan sesuai dengan metode LRFD dimana faktor
beban dan faktor reduksi nya sesuai dengan SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
Seluruh perhitungan struktur beton harus memenuhi konsep “Kolom Kuat Balok Lemah“,
dimana perhitungan “kolom kuat balok lemah” untuk struktur beton sepenuhnya
mengikuti ketentuan dalam RSNI 2002 - Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
E - 29
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
program struktur yang biasa digunakan seperti SAP 2000, ETABS dan SAFE .
Beban
1. Berat Jenis Beton Bertulang yang diambil sebagai acuan pembebanan adalah
2400 kg/m2
3. Beban Dinding ½ Bata atau setara Con Block Cisangkan = 250 kg/m2.
4. Beban Dinding/ Partisi Ringan Buatan Pabrik (misalnya Hebel/ Celcon) = 100 kg/m 2.
5. Apabila Pemberi Tugas memproduksi sendiri material dindingnya dari batu kapur
setempat dicampur semen, maka harus dipastikan dulu berapa besar beban per
m2 dari material owner supply tersebut. Namun demikian, apabila belum jelas,
dapat diambil terlebih dahulu setara dinding ½ bata = 250 kg/m2.
7. Beban plafon dan M&E (termasuk ducting AC) diambil sebesar 30 kg/m2.
8. Beban plafon dan M&E (apabila tidak berducting AC) dapat diambil sebesar 20
kg/m2.
9. Beban equipment M&E di ruang M&E = 600 kg/m 2, kecuali ada ketentuan lain
yang lebih berat.
9. Beban tanah dan tanaman, sesuai dengan ketebalan tanah, dengan mengambil
tanah = 1800 kg/m3.
E - 30
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
C. Beban Gempa
Beban Gempa diperhitungkan 100 % pada arah yang ditinjau ditambah dengan 30 %
pada arah lainnya, sesuai dengan ketentuan dalam SNI-03-1726-2002 - Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, butir 5.8.2.
Pemodelan Struktur
Pada bangunan ini taraf penjepitan lateral diletakkan pada lantai dasar tanah. Tidak
ada external stiffness yang perlu dilakukan pada bangunan ini.
E - 31
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
retakan beton harus diperhitungkan. Untuk itu, momen inersia penampang utuh
harus direduksi dengan suatu faktor sebagai berikut :
Faktor reduksi momen inersia untuk kolom dan balok beton bertulang : 75 %.
Oleh karena itu, pada kondisi gempa, momen inersia balok dan kolom gedung ini
harus direduksi 75 %, sementara Ec beton nya dapat naik sebesar 30 %. Namun
demikian, karena Ec gempa x Ireduksi = 1.3 Ec x 0.75 I = 0.975 Ec x I , maka untuk
perhitungan kombinasi beban akibat beban gravitasi saja, tetap diambil saja kondisi
0.975 Ec x I , sehingga tidak perlu 2 kali running untuk menulangi kondisi beban
tetap dan kondisi beban gempa.
Lendutan pelat lantai tidak boleh dicek dalam kondisi 1.3 E c x 0.4 I. Lendutan pelat
harus dicek pada kondisi I gross saja dan tanpa kenaikan 30 % pada E beton.
D. Rigid Zone
E - 32
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Dalam pemodelan struktur beton untuk analisis struktur maka semua komponen
struktur gedung ini harus sudah termodelkan dalam input ETABS nya dan dianalisis
sekaligus sebagai satu kesatuan.
Pelat lantai pada gedung ini harus dimodel sekaligus dalam input ETABS nya
sehingga seluruh pengaruh akibat pembebanan kombinasi vertikal dan lateral
gempa dapat langsung ditulangi oleh program SAFE.
E - 33
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Dari beberapa macam type pondasi yang dapat dipergunakan salah satu diantaranya
adalah Pondasi sumuran. Pemakaian Sumuran (stauss pile) dipergunakan untuk suatu
pondasi bangunan apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai
daya dukung (bearing capacity), yang cukup untuk memikul berat bangunan dan
bebannya, atau apabila tanah keras yang mampu memikul berat bangunan letaknya
sangat dalam.
Pondasi Sumuran (stauss pile) ini berfungsi untuk memindahkan atau menyalurkan
beban-beban dari konstruksi di atasnya ke lapisan tanah yang lebih dalam.
Pemindahan beban Sumuran (stauss pile) dibagi 2 , yakni :
Strauss ini meneruskan beban melalui tahanan ujung ke lapisan tanah keras.
B. Friction Pile :
Friction Pile pada tanah dengan butir-butir kasar (coarse grained) dan mudah
dilalui air ( permeable soil) . Strauss ini meneruskan beban ke tanah melalui
geseran kulit (skin friction) . Pada proses pemancangan Strauss dalam suatu grup
dimana jarak antar Strauss berdekatan akan menyebabkan berkurangnya pori-pori
tanah dan memadatkan tanah diantara Strauss-Strauss tersebut .
Oleh karena itu disebut Compaction Pile. Friction Pile pada tanah dengan butiran yang
sangat halus (very fine grained) dan sulit dilalui air. Strauss ini mengandalkan skin
friction, tetapi pada saat pemancangan Strauss dalam grup tidak menyebabkan tanah
sekitarnya menjadi padat. Sehingga Strauss ini disebut Floating Pile.
Dengan penjelasan tersebut diatas, maka dapat dipilih suatu alternatif pondasi yang
sesuai dengan kondisi di lapangan yang tentunya memenuhi kriteria dan sesuai dengan
soil test yang dilakukan fihak laboratorium di lokasi tersebut.
E - 34
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Pembangunan lingkungan fisik pada kebanyakan desain tata ruang pada umumnya
berorientasi pada arsitektur bangunan dan lansekap. Namun tak jarang pembangunan
fisik tersebut kurang dikaitkan dengan kaidah ekosistem yang merupakan kunci dari
keberlanjutan interaksi peran antara mahluk hidup dengan lingkungannya, termasuk
manusia. Penerapan kaidah-kaidah ekosistem dalam pembangunan dapat menghasilkan
daya dukung lingkungan secara terus menerus berkelanjutan karena lingkungan
selamanya terperbaharui baik unsure mikro maupun unsur makro tanah juga akan terjadi
pengkayaan unsur biota yang produktif dan positif pengaruhnya terhadap ekosistem.
Proses ini terbebas dari unsur kimiawi sehingga dapat efisien dari sisi biaya proses
maupun penggunaan Energi.
Konsep Eco-Engineering pada prinsipnya adalah; penggunaan kembali limbah atau bahan
buangan atau bahan buangan dari suatu proses menjadi bahan baku untuk proses
selanjutnya dengan menggunakan atau dengan bantuan mikroba pengurai. Konsep ini
dapat diaplikasikan di lokasi rencana pembangunan yang secara strategis sehingga dapat
menjadi contoh penerapan konsep Eco-Engineering yang mudah diakses sehingga dapat
dijadikan tujuan studi banding dalam hal penanganan dan pemanfaatan lingkungan hidup.
Limbah WC dari toilet di setiap gedung akan ditampung dengan septic tank dan
kemudian diberi perlakuan dengan mikroba pengurai yang ramah lingkungan
dengan tujuan membunuh bakteri patogen dari tinja dan urine.
2. Desain umum rancangan septic tank dengan prinsip bioremidiasi dan reuse limbah
air yang dihasilkan untuk pengolahannya sebagai berikut:
1.
Dengan konsep disain diatas proses bioremidiasi dan reuse air limbah dapat
E - 35
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
dijadikan elemen estetis lingkungan, karena dengan proses tersebut tidak ada
bau dan sudah dapat ditanami ikan ataupun tanaman yang produktif.
Pembuatan kolam, merupakan elemen Lanscape gedung. Air yang masuk kekolam
tersebut dari sungai irigasi harus sudah bersih sehingga kolam tersebut memiliki
nilai estetik. Sumber air berasal dari proses reuse air buangan. Pengolahan air
untuk menjadi air bersih di lokasi rencana kegiatan ini dilakukan melalui suatu
proses pengolahan air yang mengikuti prinsip aplikasi ecosystem engineering air,
yaitu memanfaatkan jasa tumbuhan.
Penggunaan air yang berwarna keruh akibat tingginya suspensi terlarut, terutama
pada musim hujan, akan dilakukan melalui suatu proses bertahap, yang dimulai
dari proses penjernihan dan pegurangan zat-zat terlarut baik dari beban aktivitas
pertanian maupun proses erosi di sekitar DAS melalui saluran-saluran filtrasi
dengan tanaman hingga akhirnya muncul air yang lebih jernih (dengan proses fisik
dan biologi). Sistem ini tentu akan menghemat penggunaan sumber air bersih dan
sumber air tersebut dapat dipusatkan untuk pemenuhan air bersih manusia
sehari-hari.
Inovasi engineering dalam proses penjernihan air yang dipakai pada proses ini
sebenarnya adalah mengikuti prinsip alam dengan mencontoh dari fungsi kolam-
kolam wetland yaitu air mengalir pelan, sehingga partikel padat akan mengendap
sesuai dengan gravitasi akibat pengurangan kecepatan aliran, sehingga partikel
terlarut akan terabsorbsi dan terurai dengan peran sistem tanaman serta proses
mikroorganisme air didalamnya. Jenis tanaman air yang digunakan, seperti typha
dan lemna, akan ditata secara artistik sehingga menghadirkan pemandangan
kolam yang indah tanpa mengurangi fungsi proses utama sebagai tanaman
remidiasi.
Skema aplikasi sistem penjernihan air dari saluran irigasi yang akan mensuplai
kebutuhan air dalam kolam utama dilakukan di sisi barat saluran irigasi yang
dibuat sejajar dengan saluran tersebut secara simetris dibagian barat dan timur.
Desain parit yang dibuat disesusuaikan dengan debit aliran maksimum saluran
irigasi sehingga mampu menahan beban pada saat air besar. Di dalam parit
E - 36
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
tersebut, akan ditanam tumbuhan remidiasi berupa rumput typha serta lemna
yang memiliki kemampuan untuk membantu proses filtrasi air. Air keluaran dari
sistem filtrasi tersebut akan masuk ke kolam yang berisi lemna. Air dari kolam ini
kemudian akan masuk ke sistem kolam display yang lebih besar dan bernilai
estetik. Pemilihan jenis ikan yang di pelihara dalam kolam besar ini dapat
dikombinasikan dari jenis ikan hias seperti ikan Koi serta dikombinasikan dengan
ikan herbivor yang berfungsi untuk memakan lumut yang dapat mengurangi nilai
estetik kolam display.
Pola kerja penyusunan Penyusunan DED Perumahan Kumuh di Kawasan Cibinong Raya adalah
sebagai berikut :
1. Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan setelah SPMK diperoleh, maka tim akan segera
dimobilisasi dan segera melakukan rapat/diskusi guna mendapatkan persamaan persepsi
mengenai pekerjaan yang akan dilakukan terutama pemahaman terhadap KAK.
2. Melakukan Kick of Meeting dengan pemberi kerja dalam rangka penyamaan persepsi
mengenai rencana pelaksanaan pekerjaan.
4. Mobilisasi tenaga ahli disesuaikan dengan jadwal dan penugasan, serta keterlibatan
masing-masing tenaga ahli dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan sesuai dengan jumlah
orang-bulan masing-masing tenaga ahli.
5. Pekerjaan studio, yaitu semua pekerjaan/kegiatan yang dilakukan tim kerja untuk sampai
menghasilkan produk/dokumen rencana. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan studio
meliputi mempersiapkan kebutuhan survey lapangan, Pengumpulan dan seleksi data,
proses Penyusunan laporan Pendahuluan, Proses tabulasi data, Pembuatan Kompilasi Data,
Proses pengolahan dan analisis data, proses penyusunan laporan antara, proses
pembuatan laporan akhir, termasuk penyempurnaan dari mulai laporan pendahuluan,
laporan antara, laporan draft akhir dan laporan final berdasarkan hasil masukan dari diskusi
E - 37
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
6. Konsultan secara berkala berkoordinasi dan melakukan konsultasi teknis kepada tim
teknis dan Instansi Terkait, Asosiasi profesi, pakar, pemerhati, maupun dengan
stakeholder lainnya yang terlibat dan mempunyai kepentingan dalam pelaksanaan
Penyusunan DED Perumahan Kumuh di Kawasan Cibinong Raya . Konsultan secara
periodik melaporkan setiap progres yang telah dihasilkan kepada Tim Teknis.
Prosedur teknis proses perencanaan Penyusunan DED Perumahan Kumuh di Kawasan Cibinong
Raya meliputi tahapan kegiatan sebagai berikut:
Secara garis besar rencana kerja yang akan dilakukan sebagai berikut:
Persiapan Kegiatan. Tahapan awal dari kegiatan ini adalah melakukan persiapan berupa
pemahaman terhadap kerangka acuan kerja, pemahaman terhadap materi pekerjaan, serta
penyusunan jadual pelaksanaan pekerjaan, penyusunan rencana survai, dan penyusunan
data-data yang dibutuhkan.
Survai / Pengumpulan Data dan Informasi. Survai dilakukan berdasarkan jadwal yang telah
disusun dan daftar data-data yang hendak dikumpulkan.
Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kawasan. Identifikasi dilakukan berdasarkan data yang
diperoleh dari kegiatan survai baik berupa data primer maupun data sekunder yang
kemudian dikompilasi atau disusun secara sistematis sehingga mudah dipahami dan
dimengerti mengenai kondisi, potensi, dan permasalahan kawasan fungsional tersebut.
Analisis atau penelaahan. Analisis atau penelaahan dilakukan dengan menggunakan metoda-
metoda atau teknik analisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisis dilakukan
dengan input data yang berhasil dikumpulkan.
E - 38
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Diskusi. Perlu dilakukan dengan berbagai institusi terkait di lingkungan pemerintah daerah
untuk mendapatkan masukan dari berbagai stakeholder yang terkait dengan kegiatan ini
agar didapat hasil yang handal dan dapat diterima oleh semua pihak.
a. Tim Konsultan
Tim Konsultan terdiri dari : ketua tim konsultan (team leader), tenaga ahli, dan tenaga
pendukung.
E - 39
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Dalam melaksanakan pekerjaan yang dimaksud, konsultan akan membentuk satu tim yang
dipimpin oleh team leader dengan didukung oleh beberapa tenaga ahli dan juga beberapa tenaga
pendukung yang berkompeten. Untuk mengetahui lebih jelas, struktur organisasi pelaksanaan
pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut.
E - 40
USULAN TEKNIS 2018
PENYUSUNAN DED PERUMAHAN KUMUH
DI KAWASAN CIBINONG RAYA
Office Manager
Team Leader
Ahli Perencana Kota (S2) sebagai TIM TEKNIS/SUPERVISI
Team Leader
Tim Ahli
Tim Pendukung
Drafter
Tenaga Komputer
Tenaga Surveyor
E - 41