Anda di halaman 1dari 17

Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau

Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

4.1 PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


4.1.1 Pendekatan Partisipatif
Untuk mendapatkan data mikro hingga berbasis BnBa, maka diperlukan
pendataan pada level masyarakat (user). Pola dan model pendataan secara partisipatif
di level masyarakat sudah sangat banyak pola dan modelnya. Berdasarkan cara
keterlibatannya, menurut Sundariningrum (Sugiyah, 2010 : 38) dapat dibedakan:
a) Partisipasi langsung : partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan
kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap
orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan,
mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.
b) Partisipasi tidak langsung : partisipasi yang terjadi apabila individu
mendelegasikan hak partisipasinya pada orang lain.

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4-1
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

Namun pada prinsipnya, sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan


Pendekatan Partisipasi yang disusun oleh Department for International Development
(DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004:106-107) adalah :
a) Cakupan : meliputi semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang
terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses.
b) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership) : pada dasarnya setiap orang
mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak
untuk menggunakan prakarsa tersebut dan terlibat dalam setiap proses guna
membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-
masing pihak.
c) Transparansi : semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi
dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
d) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) : berbagai pihak
yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan
kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
e) Kesetaraan tanggung jawab (Sharing Responsibility) : berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya
kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses
pelatihan.
f) Pemberdayaan (Empowerment) : keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari
segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui
keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar
dan saling memberdayakan satu sama lain.
g) Kerjasama : diperlukan adanya kerjasama berbagai pihak yang terlibat untuk
saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada,
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.
Tema yang mungkin berbeda dengan peta biasa misalnya adalah batas tanah
adat/desa, sosial mapping, tingkat kepuasan dan keinginan pengguna dan lain
sebagainya. Secara umum, karaktersitik pemetaan partisipatif dalam kajian Identifikasi
Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau Terkena Relokasi di WP
3 & 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG dianggap tepat dan dapat menghasilkan data dan
informasi yang diperlukan.

4.1.2 Pendekatan Triangulasi


Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah
bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh
kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena
tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat
kebenaran yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data
atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda
dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan
dan analisis data.
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data
dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4-2
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran


informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti
bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti
menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya. Peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation),
dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan
gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang
berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula
mengenai fenomena yang diteliti.

4.1.3 Pendekatan Mix Scanning


Mix Scanning adalah sistem perencanaan kewilayahan yang
mempertimbangkan bahwa wilayah makro tetap menjadi bagian dari sistem wilayah
yang lebih mikro, walaupun tidak secara menyeluruh, dan sebaliknya. Pendekatan ini
dapat memberikan pemahaman keruangan secara lebih lengkap, karena
mempertimbangkan keseluruhan sistem yang mempengaruhi, baik sistem eksternal
maupun internal. Secara teori, pendekatan MSPA merupakan kombinasi antara
pendekatan rasional menyeluruh dengan pendekatan terpilah (incremental), yaitu
menyederhanakan pende-katan menyeluruh dalam lingkup wawasan secara sekilas dan
memperdalam tinjauan atas unsur yang strategis terhadap permasalahan menyeluruh.
Ciri utama pendekatan perencanaan ini adalah:
• Perencanaan mengacu pada garis kebijakan umum yang ditentukan pada tingkat
tinggi (atas);
• Perencanaan dilatarbelakangi oleh suatu wawasan menyeluruh serta memfokuskan
pendalaman penelaahan pada unsur-unsur yang diutamakan;
• Ramalan mendalam menyangkut unsur yang diutamakan dilandasi oleh ramalan
singkat tentang lingkup menyeluruh dan didasarkan pada wawasan sistem.
• Dinilai sebagai penghematan waktu dan dalam dalam lingkup penelaahan, analisis,
serta proses teknis penyusunan rencana karena terdapat penyederhanaan dalam
penelaahan dan analisis makro.
Untuk menunjang hasil ramalan dan analisis, maka proses pemantauan,
pengumpulan pendapat, komunikasi, dan konsultasi dengan masyarakat yang
berkepentingan dan pemerintah dilakukan secara menerus mulai dari perumusan sasaran
dan tujuan rencana pembangunan. Dengan pendekatan Mixed Scanning Planning
Approach, maka secara lebih substantif, pendekatan dalam pekerjaan ini dapat dibagi
atas:
• Pendekatan eksternal, yang berarti bahwa dalam penataan ruang dipertimbangkan
faktor-faktor determinan yang dianggap mempengaruhi dalam penentuan arah
pengembangan, seperti kebijakan-kebijakan yang mengikat atau harus diacu, kondisi
dinamika global, dan lain-lain. Dari pendekatan ini nantinya akan teridentifikasi
gambaran tentang peluang yang tercipta dan tantangan yang harus dijawab dalam
penataan ruang suatu wilayah atau kawasan.
• Pendekatan internal, yang berarti bahwa dalam penataan ruang dipertimbangkan
faktor-faktor lingkungan strategis yang berpengaruh, seperti kondisi fisik dan
lingkungan, kependudukan, perekonomian, kelembagaan, dll. Pendekatan ini terkait

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4-3
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

dengan potensi yang dimiliki dan permasalahan yang akan dihadapi dalam penataan
ruang suatu wilayah.

4.1.4 Pendekatan Scoping Review


Scoping review merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
literatur secara mendalam dan menyeluruh yang diperoleh melalui berbagai sumber
dengan berbagai metode penelitian serta memiliki keterkaitan dengan topik penelitian.
Scoping review bertujuan untuk menjawab pertanyaan dari topik penelitian yang telah
ditentukan dengan menggunakan berbagai sumber artikel penelitian serupa lalu
dikelompokkan dan membuat kesimpulan. Dalam menyusun scoping review terdapat
beberapa tahapan yang harus peneliti lakukan.
Adapun tahapannya scoping review, yaitu:
1. mengidentifikasi pertanyaan penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian,
2. mengidentifikasi sumber literatur yang relevan melalui berbagai sumber,
3. seleksi literatur yang telah didapat menyesuaikan dengan topik penelitian,
4. melakukan pemetaan dan mengumpulkan literatur yang digunakan, dan
5. menyusun dan melaporkan hasil analisis literatur yang telah dipilih, dan
6. konsultasi kepada pihak kompeten.
Tahapan yang diaplikasikan pada scoping review ini adalah:
1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi
mengenai pertanyaan penelitian untuk digunakan sebagai acuan dalam pencarian
artikel. Pengembangan protokol penelitian merupakan salah satu cara untuk
melakukan penelitian yang berkualitas, karena semua tahap dan proses penelitian
bersifat transparan, mencegah terjadinya penolakan karena kurangnya koherensi
antara desain penelitian, serta hasil dan kesimpulan yang diperoleh. Protokol
penelitian juga digunakan untuk mencegah pengambilan sumber-sumber yang tidak
berkualitas agar tidak digunakan dan dijadikan bahan untuk melakukan penelitian.
Hal tersebut dilakukan sebagai pengawasan eksternal melalui per-review.
2. Identifikasi Sumber Literatur yang Relevan Sumber literatur didapatkan melalui
pencarian dengan menggunakan beberapa search engine dengan kata kundi
perbaikan rumah, rumah deret, kampung deret, dan kebijakan terkait kundi
perbaikan rumah.
Seleksi Literatur Pada tahap ini peneliti melakukan pemilihan terhadap literatur yang
diperoleh dari berbagai search engine berdasarkan kata kunci yang telah ditetapkan.

4.1.5 Pendekatan Evaluasi Kegiatan Pembangunan


Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan
suatu kegiatan yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk mengendalikan
pelaksanaan kegiatan agar jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat
melihat ke depan, dan mengarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi
keberhasilan suatu kegiatan. Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur dan
memberi nilai secara objektif pencapaian hasil yang telah direncanakan sebelumnya

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4-4
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

dimana hasil evaluasi tersebut akan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan
dilakukan.
Evaluasi dilakukan dengan maksud dapat mengetahui dengan pasti apakah
pencapaian hasil kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana
pembangunan dapat dinilai dan dapat dipelajari untuk perbaikan masa yang akan
datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output), hasil (outcomes) dan
dampak (impacts)dari pelaksanaan rencana pembangunan. Kaitan pengertian evaluasi
diatas dimana evaluasi dapat mengetahui rancangan suatu kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan dari setiap kegiatan tersebut.
Secara umum evaluasi dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Evaluasi pada tahap perencanaan
Kata Evaluasi sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka mencoba
memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan
kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh perencana. Satu hal
yang patut dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah metode- metode yang
ditempuh dalam pemilihan prioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan,
melainkan berbeda menurut hakekat dari permasalahan sendiri.
2. Evaluasi kemajuan pelaksana.
Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan melakukan analisis untuk menentukan
tingkat kemajuan pelaksana dibanding dengan rencana. Terdapat perbedaan antara
evaluasi menurut pengertian ini dengan monitoring/pengendalian. Monitoring
menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah tepat dan proyek tersebut
direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Monitoring melihat apakah
pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana tersebut, dan sudah tepat untuk
mencapai tujuan, apakah tujuan tersebut sudah berubah, apakah pencapaian hasil
proyek tersebut akan memecahkan masalah pembangunan yang ingin dipecahkan.
Evaluasi juga mempertimbangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi
keberhasilan proyek tersebut, baik membantu atau menghambat.
3. Evaluasi pelaksanaan
Disini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada tahap pelaksana,
hanya perbedaannya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat kemajuan
pelaksana dibanding rencana, tetapi hasil pelaksana dibanding dengan rencana yakni
apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksana kegiatan tersebut sesuai dengan
tujuan yang dicapai
Dalam kegiatan Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi
Perumahan atau Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG, jenis
evaluasi yang dipergunakan adalah Evaluasi pelaksanaan. Dimana Evaluasi pelaksanaan
dipergunakan untuk menilai pembangunan dan perbaikan rumah yang telah dilakukan
oleh Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan atau Lembaga lain
di Kabupaten Bekasi sebagai bahan untuk membuat konsep yang lebih baik dari pernah
dilakukan ataupun dapat dijadikan sebagai acuan untuk pembangunan perbaikan rumah.
Pendekatan evaluasi diartikan sebagai beberapa pendapat tentang apa tugas
evaluasi dan bagaimana dilakukan dengan kata lain tujuan dan prosedur evaluasi.
Adapun beberapa Pendekatan evaluasi, sebagai berikut;

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4-5
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

1. Pendekatan Experimental
Pendekatan experimental yaitu evaluasi yang berorientasi pada pengguna
experimental science dalam kegiatan evaluasi. Pendekatan ini berasal dari kontrol
experiment yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik, tujuan evaluator
yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu
kegiatan tertentu yang mengontrol sebanyak–banyakan nya faktor dalam pengaruh
kegiatan.
2. Pendekatan yang berfokus kepada keputusan.
Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk
pengolahan kegiatan dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini,
informasi akan sangat berguna apabila dapat membantu para pengelola kegiatan
pembuat keputusan, oleh karena itu kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai
dengan kebutuhan untuk suatu kegiatan.
3. Pendekatan yang responsif
Dalam pendekatan ini evaluasi berarti mencari pengertian suatu isu dari berbagai
sudut pandang dari semua orang yang terlibat, yang berminat dan yang
berkepentingan dengan evaluasi, evaluator tidak begitu percaya ada suatu jawaban
untuk suatu evaluasi kegiatan yang dapat ditemukan dengan tes, kuesioner, atau
analisis statistik. Tetapi setiap orang yang dipengaruhi oleh kegiatan merasakan
secara unik dan evaluator mencoba menjawab pertanyaan yang berhubungan
dengan menguraikan pertanyaan melalui pandang orang-orang tersebut. Tujuan
evaluator adalah berusaha mengerti urusan kegiatan melalui berbagai sudut pandang
yang berbeda.
4. Pendekatan evaluasi bebas dari tujuan
Evaluasi kegiatan secara tradisional artinya mengukur pencapaian suatu tujuan,
berdasarkan perangkat yang dibuat sebelumnya secara hati-hati dari tujuan yang
dapat diukur. Evaluasi bebas dari tujuan artinya mengumpulkan data secara langsung
tentang pengaruh dan efektifitas kegiatan tanpa dibatasi oleh fokus sempit yang
dinyatakan sebagai tujuan. Pada umumnya evaluasi bebas dari tujuan masyarakat
evaluator mendapat penilaian tentang apakah kegiatan itu mencoba melakukan
sesuatu dengan memfokuskan pada temuan apa yang sebenarnya terjadi dalam
kegiatan dan sebagai akibat dari kegiatan. Evaluator selanjutnya dapat mencapai
terbuka apakah data muncul dari fenomena suatu kegiatan.

4.1.6 Pendekatan Partisipasi


Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai bentuk keterlibatan dan
keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukerala, baik karena alasan-alasan dari dalam
dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrisik) dalam keseluruhan proses
suatu kegiatan. Dalam pendekatan partisipatif, keterlibatan masyarakat tidak hanya
terbatas dalam pengertian ikut serta secara fisik, melainkan keterlibatan yang
memungkinkan mereka melaksanakan penilaian terhadap masalah serta berbagai
potensi yang terdapat dalam lingkungannya sendiri, untuk kemudian menentukan
kegiatan yang dibutuhkan. Keterlibatan masyarakat ini adalah keterlibatan yang
mengarah kepada tumbuhnya kemampuan-kemampuan untuk lebih berdaya
menghadapi segala permasalahan yang ada tanpa harus bergantung dengan orang lain.

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4-6
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

Adapun Prinsip-prinsip partisipasi:


1. Cakupan semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak
dari hasil- hasil suatu keputusan atau proses-proyek pembangunan misalnya;
2. Kesetaraan dan Kemitraan (Equal Partnership).
Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan
prakarsa, serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat
dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan
struktur masing-masing pihak;
3. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuh kembangkan komunikasi dan
iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog;
4. Kesetaraan Kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang
terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan
untuk menghindari terjadinya dominasi;
5. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya
kesetaraan kewenangan (Sharing Power) dan keterlibatannya dalam proses
pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya;
6. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari
segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui
keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar
dan saling memberdayakan satu sama lain;
7. Kerjasama.
Diperlukan adanya kerjasama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi
kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang
berkaitan dengan kemampuan sumberdaya manusia.
Pendekatan partisipatif adalah pendekatan yang digunakan dengan dasar
pertimbangan bahwa proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan yang terkait dengan perencanaan kawasan. Hal ini dimaksudkan
agar hasil penyusunan disepakati bersama sehingga dapat dirasakan dan dimiliki oleh
seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah khususnya di masyarakat.

4.2 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


Metode pelaksanaan pekerjaan Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai
Lokasi Relokasi Perumahan atau Terkena Relokasi di WP 3 & 4 Kabupaten Bekasi Berbasis
SIG dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data dan informasi:
• Survei Instansional dan literature
• Survei Lapangan
• Survei Wawancara
Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah :
• Analisis deskriptif

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4-7
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

• Analisis scoring
• Analisis overlay
• Integrasi data dan informasi
• Pembuatan profil lingkungan perumahan & permukiman

4.3 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Tahapan pelaksanaan pekerjaan dilakukan didasari pada kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan. Lingkup kegiatan yang dilakukan tersebut secara garis besar terdiri
dari 6 (enam) tahapan.

4.3.1 Alur Pikir Pekerjaan


Alur pikir pekerjaan merupakan guide dalam pelaksanaan pekerjaan, yang di
dalamnya terdapat alur/tahapan-tahapan dalam penyelesaian pekerjaan. Lebih jelas
mengenai alur pikir pekerjaan Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi
Perumahan atau Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG dapat
dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.

4.3.2 Tahap Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan


Tahapan yang dilakukan pada tahap persiapan pelaksanaan pekerjaan ini terdiri dari:
1) Koordinasi dan mobilisasi
Pada tahap ini dilakukan koordinasi antar tenaga ahli yang terlibat dalam pekerjaan.
Setelah itu tenaga ahli akan melakukan mobilisasi. Sebelum survey dilakukan tenaga
ahli perlu melakukan koordinasi dengan pemberi kerja terkait kunjungan di
lapangan
2) Penyusunan rencana kerja
Setelah tenaga ahli melakukan mobilisasi, tenaga ahli akan melakukan diskusi terkait
rencana kerja pelaksanaan pekerjaan. Dalam kegiatan ini, dilakukan pula
penyusunan kebutuhan data yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
3) Pemantapan metodologi
Metodologi yang sudah disusun, akan dibahas dengan Pemberi kerja untuk
mendapatkan masukan terhadap metode digunakan dalam pelaksanaan kerja.
Selanjutnya akan diperbaiki bilamana disepakati metode yang lebih efisien dan
efektif dalam menjawab kebutuhan pekerjaan.
4) Penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan
Pada tahap ini disusun jadwal pelaksanaan kegiatan yang akan dijadikan acuan
dalam melaksanakan pekerjaan ini.

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4-8
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

Gambar 4.1 Metodologi Pekerjaan


DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN
DAN PERTANAHAN 4-9
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

5) Kajian Literatur dan studi terdahulu


Kajian literatur dilakukan sebelum seluruh tim melakukan survey lapangan. Bahan
yang dapat dijadikan oleh konsultan sebagai bahan kajian dapat berupa kebijakan-
kebijakan yang terkait dengan perencanaan dan dokumen-dokumen sebelumnya
yang terkait dengan perencanaan, diantaranya :
❖ Data dan pola sebaran rumah di lokasi rawan bencana pada perumahan formal
dan swadaya
❖ Peta persil bangunan
❖ Jumlah rumah di lokasi rawan bencana di WP 3 dan WP 4
❖ RTRW Kabupaten Bekasi
❖ RDTR WP 3 dan RDTR WP 4
❖ Peta penggunaan lahan
❖ Peta Lahan Baku sawah
❖ Kawasan rawan bencana kabupaten
❖ Kawasan Permukiman Kumuh

4.3.3 Tahap Pengumpulan Data


4.3.3.1 Inventarisasi Data Sekunder
Melakukan pengambilan data dan informasi dari berbagai instansi terakit, sesuai
dengan data yang diperlukan dari dokumen yang berlaku maupun sumber kajian lainnya
yang sudah pernah dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

Jenis informasi : Dinas/Instansi :


Data dan pola sebaran rumah di lokasi rawan bencana pada Dinas Perumahan Rakyat,
perumahan formal dan swadaya Kawasan Permukiman dan
Peta persil bangunan Pertanahan
Kawasan Permukiman Kumuh
RTRW Kabupaten Bekasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
RDTR WP 3 dan RDTR WP 4 Kabupaten Bekasi
Peta penggunaan lahan
Kawasan rawan bencana kabupaten Kantor Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD)
Peta Lahan Baku Sawah Dinas Pertanian

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4 - 10
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

Gambar 4.2 Alur Pengumpulan data & analisa

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4 - 11
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

4.3.3.2 Inventarisasi Data Primer


Melakukan survei primer yang diperlukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang terkini dan akurat, adapun metode yang dilakukan yaitu observasi dan
wawancara. Untuk mendapatkan informasi data rumah yang tepat, maka sebelumnya
dilakukan pembuatan peta kerja, adapun tahapannya sebagai berikut :

Analisis tumpang susun : Pembuatan peta kerja : Instrumen survey :


• Peta WP 3 dan WP 4 Peta sebaran lahan potensial • Peta kerja (data spasial).
• Peta Pola Ruang RTRW di lokasi WP 3 & 4 • Form wawancara dan
• Peta Penggunaan Lahan form observasi (data
• Peta Persil Bangunan atribut).
• Peta LSD • Kamera, GPS, Drone.
• Peta Satuan Kemampuan
Lahan (SKL)
• Peta Bahaya Bencana

Peta Potensi Lahan untuk Lokasi Lahan Terpilih


relokasi Perumahan

Setelah disepakati lokasi yang terpilih, selanjutnya data tekstual untuk mengisi
data atribut dari data spasial yang sudah disiapkan. Untuk memudahkan dalam mobilisasi
saat wawancara dan observasi, maka form dibuat dalam bentuk google form.
A. Formulir wawancara dan observasi untuk ketua RT/RW :
1) Informasi Responden
o Nama :
o Usia :
o Nomer telpon :
2) Kondisi lingkungan permukiman
o Informasi umum
- RW :
- Desa :
- Kecamatan :
- Luas kawasan (Ha) :
- Jumlah penduduk (jiwa) :
- Tipologi lingkungan kawasan :
- Koordinat (diambil oleh surveyor) :
o Kriteria/indikator penilian lingkungan permukiman

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4 - 12
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

B. Form Survey Lahan Potensial Untuk Relokasi Berbasis GIS


- WP : ……………….………………………………………….
- Kecamatan : ……………….………………………………………….
- Desa : ……………….………………………………………….
- RT/RW : ……………….………………………………………….
- Luas Lahan : ……………….………………………………………….
- Status Lahan : ……………….………………………………………….
- Nama Pemilik Lahan : ……………….………………………………………….
- Harga Pasaran Lahan (per m2) : ……………….………………………………………….
- Alamat Lahan : ……………….………………………………………….
- Jenis Guna Lahan : ……………….………………………………………….
- Aksesibilitas (Jalan) & saluran : Ada/tidak, (apabila ada seberapa jauh dan kondisi
Drainase nya)
……………….………………………………………….
- Ketersediaan Air PDAM : Ada/tidak (apabila ada seberapa jauh ke Pipa PDAM
……………….………………………………………….
- Ketersediaan Air Tanah : Ada/tidak (apabila ada berapa meter
- Ketersediaan Listrik : ……………….………………………………………….
- Ketersediaan Layanan Persampahan : ……………….………………………………………….
- Bahaya rawan bencana : Ada/tidak (apabila ada sebutkan
……………….………………………………………….

3) Informasi Lainnya
Kesesuaian dengan tata ruang : …….
Status lahan : …….
Nilai strategis lokasi : …….
Kegiatan ekonomi dalam lokasi : …….
Respon umum masyarakat setempat dalam upaya : …….
perbaikan lingkungan permukiman
Harapan masyarakat setempat terhadap perbaikan : …….
lingkungan permukiman
Keberadaan dan aktivitas sistem/kelompok pengelolaa : …….
lingkungan
Komitmen pemerintah kabupaten terhadap : …….
penanganan lingkungan permukiman terutama dari
dampak bahaya bencana
Permasalahan utama lingkungan : …….

4.3.4 Tahap Kompilasi & Analisis Data


Tahap ini sebagai proses pengolahan data hasil inventarisasi data sekunder dan
inventarisasi data primer. Untuk memudahkan dalam proses pengintegrasian data, maka
jenis data dibagi menjadi data spasial dan data atribut. Tujuan dari tahapan ini yaitu
mendapatkan data dan informasi terkait kondisi sosial ekonomi penghuni, kondisi fisik
bangunan rumah di lokasi rawan bencana, kondisi lingkungan permukiman, kondisi
Aksesbilitas lingkungan permukiman dan kondisi potensi lahan-lahan potensial untuk
relokasi perumahan.

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4 - 13
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

A. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data
sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan
dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.
Pada analisis deskriptif data biasanya ditampilkan dalam bentuk tabel biasa atau
tabel frekuensi, grafik, diagram batang, diagram garis, diagram lingkaran, ukuran
pemusatan data, ukuran penyebaran data dan sebagainya yang berkaitan dengan
Kajian Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG.
Analisis Deskriftip ini merupakan sejenis penelitian data yang membantu dalam
menggambarkan, mendemonstrasikan, atau membantu meringkas poin-poin data
sehingga pola-pola itu dapat berkembang yang memenuhi semua kondisi data
terutama terkait pemilihan lokasi relokasi kawasan rawan bencana.
Ini adalah teknik mengidentifikasi pola dan tautan dengan memanfaatkan data
terkini dan historis. Karena mengidentifikasi pola dan asosiasi tanpa melangkah lebih
jauh, ini sering disebut sebagai analisis data paling dasar. Ketika menggambarkan
perubahan dari waktu ke waktu, analisis ini bermanfaat. Ini menggunakan pola
sebagai titik awal untuk penelitian lebih lanjut untuk menginformasikan
pengambilan keputusan. Ketika dilakukan secara sistematis, analisis ini tidak rumit
atau melelahkan.

B. Analisis Scoring
Pada tahap ini dilakukan analisis Skoring berdasarkan Variabel-variabel yang telah
ditentukan yang berkaitan dengan potensi lahan-lahan potensial untuk relokasi
perumahan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).
Dalam metode kali ini dilakukan pembobotan dan skoring parameter. Dalam analisis
spasial menggunakan metode ini dirasa sangat cocok untuk penentuan lokasi yang
didasarkan oleh beberapa parameter yang dinilai. Parameter yang dibahas dalam
penelitian ini menjadi acuan dalam penentuan alternative lokasi atau lahan-lahan
potensial untuk relokasi perumahan. Adapun Parameter dan Variabel yang
digunakan mengacu kepada beberapa peraturan, sebagai berikut:

KRITERIA PENETAPAN LOKASI UNTUK PERUMAHAN SUMBER


Kesesuaian terhadap rencana tata ruang daerah dan tanah ❖ UU No. 1 / 2011,
tidak dalam status sengketa ❖ PP No 14 / 2016, dan
❖ PERMEN PUPR No. 7 /
2018
Memiliki akses dengan PSU Kawasan ❖ UU No. 1 / 2011,
❖ PP No 14 / 2016, dan
❖ PERMEN PUPR No. 7 /
2018
Mitigasi tingkat risiko bencana dan keselamatan ❖ PP No. 12/2021
❖ lokasi harus bebas dari bencana alam seperti banjir, risiko
tanah longsor, tsunami, radius bahaya letusan gunung
berapi;

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4 - 14
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

KRITERIA PENETAPAN LOKASI UNTUK PERUMAHAN SUMBER


❖ lokasi tidak berada di atas patahan (sesar) pada peta
zonasi gempa;
❖ lokasi harus berada pada area bebas garis sempadan
❖ ketinggian lahan diutamakan < 1.000 m DPL dan
kemiringan lahan < 15%
Berada di Kawasan Kumuh yang ditetapkan oleh Pemerintah ❖ PP 14/PRT/M/2018 ;
daerah sebagai program peremajaan atau Pemukiman ❖ PP No. 12/2021;
Kembali (Perda RP3KP, PERGUB RP2KPKPK atau SK Kumuh) ❖ SE No. 06/SE/DR/2022;
dan
❖ SE No. 30 /SE/DC/2020

Tabel 4.1 Indikator & Variabel Penilaian Lokasi Lahan Potensial


Indikator Variabel Kode
Lokasi Evakuasi ❖ Lokasi aman dari banjir A1
❖ Jarak dengan sungai A2
❖ Jenis tata Guna lahan A3
❖ Tofografi A4
❖ Kelerengan A5
Aksesbilitas ❖ Jarak Menuju Lokasi Evakuasi B1
❖ Hirarki jalan B2
❖ Waktu tempuh B3
❖ Kondisi Jalan B4
Akses PSU Kawasan ❖ Air C1
❖ Listrik C2
Rencana Tata Ruang dan Status tanah ❖ Pola ruang D1
❖ Status tanah D2

Tabel 4.2 Variabel & Kriteria Penilaian Lokasi Evakuasi


Variabel Kriteria Skor
Lokasi aman dari banjir ❖ Bukan daerah rawan Bencana 4
❖ Rendah 3
❖ Sedang 2
❖ Tinggi 1
Jarak dengan sungai ❖ >400m 4
❖ 200-400 3
❖ 50-200 2
❖ < 50 m 1
Tofografi ❖ 0-50 m 5
❖ 50-100m 4
❖ 100-250m 3
❖ 250m-500m 2
❖ >500m 1
Kelerengan ❖ >45% 5
❖ 25-45% 4
❖ 15-25% 3
❖ 8-15% 2
❖ 0-8% 1

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4 - 15
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

Tabel 4.3 Variabel & Kriteria Penilaian Aksesbilitas


Variabel Kriteria Skor
Jarak Menuju Lokasi Evakuasi ❖ 0-100m 5
❖ 100-250m 4
❖ 250-500m 3
❖ 500-1000m 2
❖ >1000 meter 1
Hirarki jalan ❖ Jalan Primer 4
❖ Jalan Koletor 3
❖ Jalan Lokal 2
❖ Jalan Lingkungan 1
Waktu tempuh ❖ <5 mnt 5
❖ 5-15 mnt 4
❖ 15-30mnt 3
❖ 30-45mnt 2
❖ > 45mnt 1
Kondisi Jalan ❖ Baik 3
❖ Sedang 2
❖ Buruk 1

Tabel 4.4 Variabel & Kriteria Penilaian Aksesbilitas dan PSU Kawasan
Variabel Kriteria Skor
❖ Memiliki Akses 2
Air
❖ Tidak terdapat arses 1
Listrik ❖ Memiliki Akses 2
❖ Tidak terdapat arses 1

Tabel 4.5 Variabel & Kriteria Penilaian Tata Ruang dan Status Tanah
Variabel Kriteria Skor
❖ Sesuai dengan Tata ruang 2
Pola Ruang
❖ Tidak sesuai dengan tata ruang 1
❖ Tidak dalam sengketa 2
Status Tanah
❖ Dalam sengketa 1

Gambar 4.3 Skematik Tahap Kompilasi dan Analisa Data

4.3.5 Tahap Perumusan Arahan Penanggulangan Lahan-Lahan Potensial


Perumusan arahan penanganan, penanggulangan lahan-lahan potensial
sebagai lokasi relokasi perumahan di Kabupaten Bekasi (WP III & WP IV), diharapkan
keluaran dari tahap ini dapat menjadi strategi tanggap dalam mengatasi
permasalahan pembangunan lingkungan permukiman yang berada pada zona atau
kawasan rawan kebencanaan. Pada tahap ini setidaknya dilakukan beberapa kegiatan,
antara lain:
a) Permasalahan dan potensi lingkungan permukiman rawan bencana
b) Analisis model penanganan rumah pada lokasi rawan bencana

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4 - 16
Pemerintah Kabupaten Bekasi
Identifikasi Lahan-Lahan Potensial Sebagai Lokasi Relokasi Perumahan atau
Laporan Pendahuluan
Terkena Relokasi di WP 3 dan 4 Kabupaten Bekasi Berbasis SIG

c) Arahan penanggulangan lingkungan perumahan pada lokasi rawan bencana


d) Pedoman dalam penentuan kebijakan prioritas penanganan lahan-lahan
potensial di wilayah kajian
e) Tersedianya rekomendasi penanganan/penanggulangan wilayah lahan-lahan
potensial.
f) Pembuatan album peta
g) Pembuatan profil lingkungan perumahan dan permukiman

DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN 4 - 17
Pemerintah Kabupaten Bekasi

Anda mungkin juga menyukai