Anda di halaman 1dari 102

Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

Kabupaten Merauke

PENDEKATAN DAN
METODOLOGI

Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan


bagian dari upaya perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,
dimana dalam hal ini tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian target
pembangunan sebagaimana yang diamantkan dalam RPJMN. Dalam
implementasinya, upaya ini dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama
pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem, memfasilitasi
Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat. Ketiga pendekatan ini
yang menjadi prinsip pembangunan dan pengembangan permukiman yang
mengarah pada pencapaian gerakan 100-0-100 pada tahun 2019, sebagaimana
yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1 Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Lebih lanjut bila dikaitkan dengan upaya pencegahan dan peningkatan


kualitas permukiman kumuh, maka dalam menyusun Rencana Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) memuat 3 (tiga)
pendekatan yaitu:

Laporan Pendahuluan 4-1


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

 Perencanaan yang komprehensif dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan


perencanaan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh meliputi aspek
sosial, ekonomi, fisik lingkungan;
 Pembangunan yang terintegrasi dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan
perencanaan pembangunan tersistem dari skala lingkungan, kawasan dan kota;
 Keterpaduan program (Kolaboratif dan Sinergitas) dalam penyusunan RP2KPKP
adalah melakukan penyusunan rencana investasi pembangunan yang melibatkan
 semua sumber pembiayaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan
swasta;
 Keberlanjutan dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan penyusunan
rencana pengelolaan paska pembangunan; dan
 Pembangunan Hijau.
Penyelenggaraan kegiatan Pendampingan Penyusunan Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten
Merauke ini minimal dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Normatif
Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami
permasalahan atau kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada
atau pada suatu aturan yang menjelaskan bagaimana kondisi tersebut
seharusnya terjadi. Dalam pendekatan ini, perhatian pada masalah utama serta
tindakan yang semestinya dilakukan menjadi ciri utama. Kondisi atau situasi
yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan dibandingkan karakteristiknya
dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks pembangunan kondisi
yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal peraturan
perundangan, baik untuk nasional maupun daerah.

Laporan Pendahuluan 4-2


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.2 Diagram Pendekatan Normatif yang Berorientasi pada Masalah

Pendekatan normatif akan digunakan dalam beberapa lingkup kegiatan sebagai


berikut:
 Review Kebijakan SK Kumuh Bupati yang telah menjelaskan tentang lokasi
dan luasan kumuh di kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Merauke.
 Review Kebijakan Pembangunan seperti kebijakan dalam RPJPD dan RPJMD
Kabupaten Merauke yang secara keseluruhan terkait dengan bidang
permukiman terutama kumuh perkotaan di Kabupaten Merauke.
 Review Kebijakan dalam Dokumen Penataan Ruang seperti RTRW Provinsi
Papua, RTRW Kabupaten Merauke, RDTR kawasan perkotaan (bila ada),
RP4D/RP3KP Kabupaten (bila ada), RTR kawasan strategis (bila ada)
dengan penekanan pada keterkaitan pembangunan kawasan permukiman
perkotaan dengan arahan struktur ruang dan pola ruang yang ditetapkan
serta kesesuaiannya dengan kebijakan dan strategi pembangunan kawasan
permukiman yang ada di dalam dokumen SPPIP/RPKPP Kabupaten (bila
ada).
 Review studi pembangunan kawasan permukiman dan infrastruktur
pendukungnya seperti RPIJM/RPI2JM Kabupaten, Masterplan Air Minum
Kabupaten, Masterplan sanitasi/ Buku Putih Kabupaten, Masterplan
Drainase Kawasan Perkotaan Kabupaten, Bantuan Teknis Persampahan dan
Drainase Kabupaten, Revitalisasi Kawasan Kumuh Perkotaan dll.

Laporan Pendahuluan 4-3


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

 Review dokumen kebijakan pembangunan lainnya dalam skala nasional


seperti MP3EI, dan dokumen strategis lainnya yang terkait dengan bidang
permukiman.
 Identifikasi profil kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten
Merauke (digunakan bersamaan dengan pendekatan teknis akademis).
 Penentuan kawasan permukiman kumuh prioritas di Kabupaten Merauke
yang akan ditangani secara komprehensif dilengkapi dengan indikasi
program dan desain teknis dengan melibatkan rencana aksi komunitas dan
stakeholder terkait.
 Perumusan strategi pembangunan permukiman kawasan permukiman
perkotaan yang komprehensif dan terintegrasi antar sektor/bidang terkait
sebagai upaya mengurangi luasan kumuh perkotaan di Kabupaten Merauke
serta perumusan kebijakan dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Merauke. Dalam
rumusan kebijakan dan strategi ini juga dilengkapi dengan dukungan
infrastruktur perkotaan yang diperlukan dalam pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan (digunakan bersamaan
dengan pendekatan teknis akademis).
2. Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif
Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif digunakan dengan dasar
pertimbangan bahwa proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan yang terkait dengan penanganan dan pencegahan
permukiman kumuh, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun
nasional. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan
dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah.
Secara umum proses kegiatan Pendampingan Penyusunan Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan di
Kabupaten Merauke ini juga dilakukan melalui pendekatan koordinatif,
partisipatif dan fasilitatif ini dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan yang terkait dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan.
Gambar berikut memberikan ilustrasi dari proses atau mekanisme umum
pendekatan koordinatif, partisipatif dan konsultatif.

Laporan Pendahuluan 4-4


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.3 Mekanisme Umum Pendekatan Koordinatif, Partisipatif, Fasilitatif yang


melibatkan semua stakeholder

Pendekatan koordinatif, partisipatif dan fasilitatif akan digunakan dalam


beberapa lingkup kegiatan sebagai berikut:
 Survei sekunder dan primer pada kawasan permukiman kumuh perkotaan di
tingkat kota maupun kawasan prioritas (dalam hal survei sekunder dan
primer ini terjadi pendekatan partisipatif baik oleh pemangku kepentingan
Pemerintah Kabupaten Merauke maupun keterlibatan aparat kelurahan/desa
dan masyarakat dalam memberikan informasi di lapangan). Dalam hal ini
juga dilakukan kegiatan Survey Kampung Sendiri yang sepenuhnya
melibatkan masyarakat dan Kelompok Swadaya Masyarakat untuk verifikasi
SK Kumuh dan Update Profil Kumuh yang telah disusun sebelumnya.
 Identifikasi profil, potensi, permasalahan, peluang dan tantangan kawasan
permukiman kumuh perkotaan. Pendekatan partisipatif dapat digunakan
dengan melibatkan stakeholder di kawasan permukiman kumuh untuk
menambah dan memperdalam informasi yang banyak secara cepat,
mengumpulkan informasi-informasi yang dimiliki oleh stakeholder,
mengklarifikasi informasi yang kurang pada basis data dan juga bisa dipakai
untuk memperoleh opini-opini yang berbeda mengenai permasalahan
kumuh perkotaan serta penyebab dan dampak yang ditimbulkan (digunakan
bersamaan dengan pendekatan teknis akademis).

Laporan Pendahuluan 4-5


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

 Penetapan Kawasan Kumuh Prioritas sekaligus update identifikasi profil,


potensi, permasalahan, peluang dan tantangannya.
 Peeumusnn konsep dan rumusan strategi , rencana indikasi program
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan serta
rencana detail desain penanganan kawasan kumuh prioritas (digunakan
pendekatan teknis akademis yang bersamaan dengan pendekatan
koordinatif, partisipatif dan konsultatif).
 Pelaksanaan FGD (merupakan formulasi dari pendekatan koordinatif,
partisipatif dan konsultatif dan pendekatan Teknis-Akademis)
 Pelaksanaan Diskusi Pembahasan. Diskusi pembahasan dilakukan untuk
pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, dan laporan akhir
sementara kepada tim teknis dari pemberi pekerjaan.
 Pelaksanaan Kolokium.
3. Pendekatan Teknis-Akademis
Pendekatan teknis akademis adalah merupakan pendekatan yang
dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis, baik itu dalam pembagian tahapan
pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisis, penyusunan strategi
maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan ini, proses
penyusunan RP2KPKP ini menggunakan beberapa metode dan teknik studi
yang baku yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi
kerja, dan tim pokjanis daerah. Adapun secara ilustrasi, pendekatan
komprehensif dalam kaitannya dengan penyelesaian pelaksanaan kegiatan
dapat dilihat dalam Gambar berikut.

Gambar 4.4 Ilustrasi Konsepsi Pendekatan Komprehensif Dalam Kerangka Teknis-


Akademis

Laporan Pendahuluan 4-6


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Proses Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan


Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Merauke ini dilakukan
dengan menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis baik untuk teknik identifikasi, analisis, perumusan konsep, strategi
maupun program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
perkotaannya.
Terkait dengan lingkup pelaksanaan kegiatan Pendampingan Penyusunan
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
di Kabupaten Merauke ini, pendekatan teknis akademis akan digunakan dalam
beberapa lingkup kegiatan sebagai berikut:
 Pembuatan Peta Dasar skala 1:5.000 dan 1:1.000 (untuk profil lokasi
kawasan permukiman kumuh perkotaan prioritas, Peta Tematik terkait
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan dalam jangka waktu tahun 2016-2019)
 Pembuatan Peta skala 1:50, 1:20 dan 1:10 untuk desain kawasan dan desain
teknis komponen infrastruktur di kawasan prioritas (dilengkapi gambar, RAB,
dan RKS).
 Review kebijakan, strategi, dan program pembangunan perkotaan serta
penanganan kawasan kumuh perkotaan yang tertuang di dalam RTRW
Kabupaten Merauke dan dokumen kebijakan pembangunan lain terkait
(digunakan bersamaan dengan pendekatan normatif)
 Update Profil Kumuh termasuk kegiatan Identifikasi Potensi dan Masalah,
peluang dan Tantangan dalam Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
Prioritas baik yang terkait dengan pencegahan maupun peningkatan kualitas
permukiman kumuh perkotaan (digunakan bersamaan dengan pendekatan
teknis-akademis dan pendekatan normatif)
 Identifikasi serta penetapan kriteria dan indikator kawasan permukiman
kumuh perkotaan prioritas (digunakan bersamaan dengan pendekatan
koordinatif, partisipatif dan koordinatif)
 Identifikasi serta analisis Konsep dan Strategi pencegahan maupun
peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan (melalui pendekatan
normatif, koordinatif, partisipatif dan koordinatif dan teknis-akademis)
 Perumusan rencana program pencegahan maupun peningkatan kualitas
permukiman kumuh perkotaan prioritas sebagai arahan investasi
pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan hingga

Laporan Pendahuluan 4-7


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Tahun 2019 untuk menghilankgan kawasan kumuh perkotaan di Kabupaten


Merauke (digunakan bersamaan dengan pendekatan normatif dan Teknis-
Akademis)
 untuk pencegahan maupun peningkatan kualitas permukiman kumuh
perkotaan (digunakan bersamaan dengan pendekatan normatif dan Teknis-
Akademis)
 Penyusunan Materi Visualisasi/3D kawasan dan Laporan yang juga
merupakan serangkaian produk hasil rencana.

Proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan Pendampingan Penyusunan


Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan di Kabupaten Merauke ini diarahkan dengan mengacu pada
rangkaian kegiatan sebagaimana yang digambarkan pada Gambar 4.5 berikut ini.
Secara garis besar metodologi pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP
meliputi 5 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap survey dan tahap kajian, tahap
perumusan konsep dan strategi, tahap penyusunan desain teknis dan tahap
finalisasi. Adapun secara lebih rinci metode pelaksanaan kegiatan penyusunan
RP2KPKP diuraikan dalam sub bab berikut ini.

Laporan Pendahuluan 4-8


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.5 Metodologi Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Merauke

TAHAPAN
1 TAHAP PERSIAPAN 2 TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI 3 TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN

4 TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS

WAKTU BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5 BULAN 6

A.1.
PENYELENGGARAAN SOSIALISASI
KEGIATAN RP2KPKP A.4
FGD 2: A.5
(pendekatan fasilitasi A.2 A.3 PENYEPAKATAN KONSEP, FGD 3: A.6 A.7
KONSOLIDASI TK. FGD 1: STRATEGI, POLA PENYEPAKATAN RENCANA AKSI, PEMBAHASAN
Pemda) PROVINSI PENYEPAKATAN PROFIL HASIL PENANGANAN PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil PLENO
DISEMINASI
VERIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH RKM)

B.1 B.5 B.10 B.11 B.12 B.16


PERSIAPAN DAN SURVEI DAN PERUMUSAN KONSEP PENYEMPURNAA
DAN STRATEGI PERUMUSAN SKENARIO PERUMUSAN RENCANA AKSI &
PEMANTAPAN PENGOLAHAN PENANGANAN DAN MEMORANDUM KETERPADUAN N HASIL PLENO
DATA PENCEGAHAN &
RENCANA KERJA PENINGKATAN KUALITAS KONSEP DESAIN PROGRAM SKALA KOTA DAN
PERMUKIMAN KAWASAN KAWASAN
KUMUH PERMUKIMAN KUMUH
B.17
DOKUMEN RP2KPKP
B.2 B.4 B.9 B.13 · Rencana Aksi 0%
PENYUSUNAN OVERVIEW PERUMUSAN Kumuh
KEBIJAKAN DAERAH B.6 PENENTUAN KAWASAN · Rencana Teknis
DESAIN SURVEY KEBUTUHAN PRIORITAS
DAN FORMAT DAN IDENTIFIKASI VERIFIKASI LOKASI DAN Pembangunan
PEMUTAKHIRAN PROFIL PENCEGAHAN & PENANGANAN
PROSES PENYUSUNAN KEGIATAN KESESUAIAN
PERMUKIMAN PERMUKIMAN KUMUH
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
tahap 1
· Memorandum
RP2KPKP EKSISTING
TERHADAP RENCANA
PERMUKIMAN KUMUH Program
· DED Komponen
(Pendekatan Membangun TATA RUANG KAB/ B.14 Prioritas
Sistem) B.3
KOTA
B.7
PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
PENYIAPAN DATA PENILAIAN LOKASI · Daftar rencana
PROFIL BERDASARKAN komponen
PERMUKIMAN KRITERIA, INDIKATOR · Pengukuran lapangan B.18
KUMUH
· Data kumuh
DAN PARAMETER · Visualisasi FINALISASI &
KEKUMUHAN pendukung LEGALISASI HASIL
· Data statistik
perancangan (PERWAL/PERBUP)
terkait

B.8
DISTRIBUSI POLA B.15
KOLABORASI PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH (GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

PENDAMPINGAN & C.1


PENYIAPAN
C.3 C.4
PELIBATAN MASYARAKAT KELEMBAGAAN
C.2
KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PRIORITAS:
(Pendekatan Peningkatan MASYARAKAT PADA
LOKASI PERMUKIMAN (data primer & sekunder) PENANGANAN  Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
 Penyepakatan KOMPONEN DED
Kapasitas) KUMUH
PERMUKIMAN KUMUH

LAPORAN LAPORAN
PELAPORAN PENDAHULUAN ANTARA
LAPORAN
DRAFT AKHIR
LAPORAN
AKHIR

· Rencana kerja yang telah disepakati; · Data primer hasil survei dan data sekunder hasil pengolahan; · Skenario penanganan dan desain kawasan permukiman kumuh; · Daftar rencana komponen infrastruktur
· Pendekatan dan metodologi pelaksanaan · Data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan, layanan hunian dan infrastruktur) · Rencana aksi penanganan permukiman kumuh; pembangunan tahap 1;
kegiatan yang telah disepakati; · Hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan sekunder); · Memorandum keterpaduan program penanganan skala kota dan kawasan; · Data hasil pengukuran detail komponen
· Desain survey dan format kegiatan; · Profil permukiman kumuh yang telah terverifikasi; · Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman kumuh; infrastruktur pembangunan tahap 1:
· Data awal profil kawasan kumuh; · Hasil penilaian lokasi berdasarkan kriteria, indikator, dan parameter kekumuhan; · Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh; · Peta rinci/siteplan;
· Hasil overview dokumen perencanaan dan · Pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh; · Terselenggaranya perencanaan partisipatif (pelaksanaan rencana kerja masyarakat dan · Visualisasi pendukung perancangan
OUTPUT kebijakan daerah;
· SK Kumuh, SK Pokjanis, Surat Minat, dan
·
·
Kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;
Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;
penyepakatan komponen DED) di kawasan permukiman kumuh prioritas;
· Berita acara FGD 3 (Penyepakatan rencana aksi, program dan kegiatan hasil perencanaan di
(dokumentasi drone, ilustrasi before-after,
animasi 3D);
Peta Dasar. · Peran masyarakat dalam penanganan permukiman kumuh; tingkat masyarakat) · DED (Gambar kerja, RAB, RKS) komponen
· Peta kesesuaian kawasan permukiman · Berita acara penyelenggaraan FGD 1 (Penyepakatan profil hasil verifikasi dan pola kolaborasi infrastruktur pembangunan tahap 1;
perkotaan yang terhadap rencana tata ruang penanganan permukiman kumuh); · Dokumen lelang;
· Hasil penyiapan kelembagaan masyarakat · Berita acara penyelenggaraan FGD 2 (Penyepakatan konsep, strategi, dan pola penanganan · Dokumen RP2KPKP; dan
permukiman kumuh) · Draft Perwal/Perbup

Laporan Pendahuluan 4-9


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

4.2.1 Tahap Persiapan

Kegiatan persiapan adalah kegiatan untuk menyiapkan pelaksanaan


kegiatan baik teknis maupun non-teknis yang akan melandasi rangkaian
pelaksanaan kegiatan RP2KPKP secara keseluruhan. Dalam lingkup kegiatan
persiapan terdapat kegiatan persiapan dan pemantapan rencana kerja serta
keikutsertaan dalam sosialisasi penyusunan RK2KPKP. Dalam lingkup kegiatan
persiapan ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi dalam 3 (tiga) lingkup
sebagai berikut:
Penyelenggara Kegiatan A.1 Sosialisasi Penyusunan RP2KPKP
RP2KPKP A.2 Konsolidasi Tingkat Provinsi
Proses Perencanaan da B.1 Persiapan dan pemantapan rencana kerja
Penyusunan B.2 Penyusunan desain survey dan format
kegiatan
B.3 Penyiapan data profil permukiman kumuh
B.4 Overview kebijakan daerah dan identifikasi
kesesuaian permukiman terhadap rencana
tata ruang
Pendampingan pemangku C.1 Penyiapan kelembagaan masyarakat di
kepentingan tingkat kab./kota

Lingkup kegiatan persiapan ini akan diselesaikan pada 1 (satu) bulan


pertama pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, terhitung sejak
diterbitkannya SPMK. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan
penyusunan desain teknis dapat dilihat pada Gambar berikut:

Laporan Pendahuluan 4-10


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

A.1.
PENYELENGGARAAN SOSIALISASI
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi A.2
KONSOLIDASI TK.
Pemda) PROVINSI

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.2 B.4
PENYUSUNAN OVERVIEW
DESAIN SURVEY KEBIJAKAN DAERAH
DAN FORMAT DAN IDENTIFIKASI
PROSES PENYUSUNAN KEGIATAN KESESUAIAN
PERMUKIMAN
RP2KPKP EKSISTING TERHADAP
(Pendekatan Membangun RENCANA TATA
RUANG KAB/KOTA
Sistem) B.3
PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
· Data kumuh
· Data statistik
terkait

PENDAMPINGAN & C.1


PENYIAPAN
PELIBATAN MASYARAKAT KELEMBAGAAN
(Pendekatan Peningkatan MASYARAKAT PADA
LOKASI PERMUKIMAN
Kapasitas) KUMUH

Gambar 4.6 Tahapan Persiapan

Pada tahap persiapan ini terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan yang
meliputi:
1) Sosialisasi Nasional
Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman, Direktorat Jendral Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada awal pelaksanaan
penyusunan RP2KPKP.

Laporan Pendahuluan 4-11


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.7 Tahapan Sosilisasi Nasional

TUJUAN · Melaksanakan penyebarluasan informasi mengenai RP2KPKP.


· Mencapai pemahaman yang sama mengenai kebijakan, proses,
prosedur, dan produk yang dihasilkan dari penyusunan
RP2KPKP
METODE Workshop dan diskusi
LANGKAH · Mengikuti sosialisasi pelaksanaan kegiatan
· Koordinasi dengan Pokjanis untuk merumuskan rencana
penyelesaian kegiatan
· Melaksanakan alih pengetahuan mengenai proses dan prosedur
penyusunan RP2KPKP
OUTPUT · Kesamaan pemahaman mengenai kebijakan penanganan
kawasan permukiman kumuh; dan
· Kesamaan pemahaman mengenai prosedur, dan produk dari
penyusunan RP2KPKP
PELAKSANA Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, DJCK
PESERTA · Pokjanis
· TA Pendamping
· Tim Teknis di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
· Tim Teknis / Satker di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta
Karya Provinsi
· Narasumber

Laporan Pendahuluan 4-12


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

· KMP
DURASI Awal bulan pertama, dengan alokasi waktu ditentukan oleh DJCK,
Kementerian Pekerjaan Umum

Pada tahap Sosialisasi ini Tim Pokjanis Kabupaten/Kota mempersiapkan


sejumlah data/dokumen sebagai berikut:
 SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Kumuh;
 Surat Pernyataan Minat Pendampingan Penyusunan RP2KPKP;
 Profil Umum Permukiman Kumuh;
 Data Base Line Kumuh dari P2KKP atau data statistik terkait:
 SK Walikota/Bupati tentang Pembentukan Pokjanis RP2KPKP;
 SK Tim Teknis Provinsi;
 Rencana Kerja Penyelenggaraan Penyusunan RP2KPKP; dan
 Daftar Tim Tenaga Ahli Pendamping (TAP).
2) Konsolidasi Tingkat Provinsi
Kegiatan ini menjadi bagian dalam proses penyamaan pemahaman substansi
dan mekanisme penyusunan RP2KPKP diantara penyusun di tingkat Provinsi,
Kabupaten, dan Kota

Gambar 4.8 Tahapan Konsolidasi Tingkat Provinsi

TUJUAN · Mencapai pemahaman yang sama mengenai kebijakan,


proses, prosedur, dan produk yang dihasilkan dari
penyusunan RP2KPKP

Laporan Pendahuluan 4-13


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

· Menyepakati rencana kerja dan jadwal pelaksanaan


kegiatan, serta pendekatan dan metodologi yang
digunakan dalam lingkup Provinsi
· Mensosialisasikan hasil Sosialisasi Nasional kepada
pemangku kepentingan di daerah
METODE Workshop dan diskusi
LANGKAH · Mengikuti kegiatan Konsolidasi Tingkat provinsi
· Koordinasi dengan Pokjanis untuk merumuskan
rencana penyelesaian kegiatan
OUTPUT · Kesamaan pemahaman mengenai kebijakan
penanganan kawasan permukiman kumuh;
· Kesamaan pemahaman mengenai prosedur, dan
produk dari penyusunan RP2KPKP; dan
· Kesepakatan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan
kegiatan
PELAKSANA · Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Provinsi, Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
PESERTA · Pokjanis
· TA Pendamping
· Korkot P2KKP/NUSP
· Kelembagaan masyarakat tingkat Kabupaten/Kota
· Tim Teknis/Satker di Lingkungan Direktorat Jendral
Cipta Karya Provinsi
· Narasumber
DURASI 1 hari *
*) Jadwal dan lokasi penyelenggaraan ditentukan oleh
pihak Satker PKP Provinsi (maksimal 1 minggu setelah
penyelenggaraan sosialisasi)

3) Penyiapan dan Pemantapan Rencana Kerja


Mengkoordinasikan seluruh kegiatan RP2KPKP ini dari awal sampai akhir antara
Tim Ahli ndamping (TAP) dan Pokjanis Kabupaten/Kota

Laporan Pendahuluan 4-14


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.9 Tahapan Penyiapan dan Pemantapan Rencana Kerja

TUJUAN · Koordinasi antara tim ahli pendamping dengan Pokjanis


· Menyepakati rencana dan metodologi penyusunan
RP2KPKP
· Menyediakan peta dasar skala kabupaten/kota dan
kawasan kumuh yang diperlukan dalam penyusunan
RP2KPKP
· Mengumpulkan data dan informasi kabupaten/kota
mengenai permukiman kumuh (baseline dan profil
kumuh)
METODE Diskusi dan Koordinasi
LANGKAH · Diskusi kesiapan tim ahli pendamping dalam
menjalankan lingkup pekerjaan dan kebutuhan
penyiapan pekerjaan
· Penyamaan pemahaman lingkup tugas tim ahli
pendamping dan Pokjanis dalam kegiatan penyusunan
RP2KPKP
· Penyusunan dan penyepakatan rencana kerja dan
metodologi yang akan digunakan

Laporan Pendahuluan 4-15


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

· Penyiapan peta dasar; dan Pengumpulan data dan


informasi terkait dengan pembangunan
OUTPUT · Rencana kerja dan metodologi yang telah disepakati
· Data dan informasi terkait pembangunan dan
pengembangan kabupaten/kota maupun pembangunan
permukiman, permukiman kumuh perkotaan dan
infrastruktur permukiman perkotaan
· Peta Dasar Skala 1:25.000 untuk wilayah administrasi
kota dan peta dasar skala 1:50.000 untuk wilayah
administrasi kabupaten
· Peta garis skala 1:5000 untuk kawasan
*) pemanfaatan peta yang ada dari RTRW atau
penyediaan peta sesuai dengan ketentuan dalam
penyusunan RP2KPKP
DURASI 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu pertama bulan pertama
atau sejak diterbitkannya SPMK

4) Penyusunan Desain Survey dan Format Kegiatan


Penyusunan desain survey pada awal kegiatan yang mencakup kebutuhan-
kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan RP2KPKP

Gambar 4.10 Tahapan Penyusunan Desain Survey

Laporan Pendahuluan 4-16


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

TUJUAN · Menyiapkan desain survey yang diperlukan untuk


keperluan penyusunan RP2KPKP
· Menyusun format – format untuk kebutuhan baik
dilapangan maupun pengelohan data dan informasi
terkait dengan kondisi kawasan
METODE Diskusi
LANGKAH · Penyamaan persepsi dan kesepakatan terkait data dasar
yang sudah ada
· Penyamaan kebutuhan data yang diperlukan dalam
penyusunan RP2KPKP
· Penyiapan desain survey
· Penyiapan format untuk survey dan kegiatan
OUTPUT · Data Awal (sekunder)
· Desain survey
· Format – format survey dan kegiatan
DURASI 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu kedua bulan pertama atau
sejak diselesaikannya sub kegiatan persiapan dan
pemantapan rencana kerja

5) Penyiapan Data Pofil Permukiman Kumuh


Kegiatan penyiapan profil adalah kegiatan menyiapkan data profil kawasan
kumuh dan dokumen pendukung kegiatan lainnya yang mengacu kepada SK
Penetapan Kawasan kumuh perkotaan serta dokumen-dokumen perencanaan
lainnya seperti rencana tata ruang, SPPIP, RPKPP, RP3KP, data permukiman
kumuh. Hal-hal yang harus disiapkan adalah:
 Menyiapkan baseline data kumuh
 Menyiapkan SK Bupati tentang penetapan lokasi permukiman kumuh
 Menyiapkan data-data pendukung lainnya
 Menyusun profil awal kawasan permukiman kumuh kota
Dalam kegiatan secara pararel dilakukan juga kegiaan penyiapan kelembagaan
lokal. Dalam kegiatan penyusunan RP2KPKP, peran masyarakat dalam
perencanaan sangat penting dan menjadi salah satu pelaku utama, kesiapan
dan peran aktif dari masyarakat diperlukan oleh tenaga Ahli Pendamping, agar

Laporan Pendahuluan 4-17


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

pembangian peran masing-masing pemangku kepentingan di daerah menjadi


lebih efektif.

Gambar 4.11 Tahapan Penyiapan Data Profil Permukiman Kumuh

TUJUAN · Menyiapkan data dasar profil kawasan permukiman


kumuh
METODE Diskusi dan Koordinasi
LANGKAH · Koordinasi internal terkait profil permukiman kumuh yang
ada di Kabupaten/kota sesuai dengan SK penetapan
lokasi permukiman kumuh
· Koordinasi dengan pihak terkait (P2KKP) untuk
Kabupaten/Kota yang telah memiliki baseline
· Penyamaan persepsi dan kesepatan terkait data dasar
yang akan dipakai dalam profile kawasan permukiman
kumuh
OUTPUT · Peta sebaran permukiman kumuh perkotaan
· Profil kawasan permukiman kumuh perkotaan
DURASI 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu ketiga bulan pertama atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penyusunan desain survey
dan format kegiatan

Laporan Pendahuluan 4-18


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

6) Overview Kebijakan daerah dan Identifikasi Kesesuain Permukiman


Eksisiting terhadap Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota
Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan
daerah yang terdapat dalam dokumen perencanaan pembangunan dan
penataan ruang kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, Renstra Dinas, RTRW,
Rencana Sektor dan dokumen lain yang terkait dengan kawasan permukiman
kumuh)

Gambar 4.12 Tahapan Overview Kebijakan daerah dan Identifikasi Kesesuain


Permukiman Eksisiting terhadap Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota

TUJUAN · Mengidentifikasi dan melakukan kajian terhadap


kebijakan dan strategi pembangunan, serta rencana tata
ruang yang telah tersedia maupun yang sedang disusun
terkait dengan pembangunan permukiman dan kawasan
permukiman kumuh; dan
· Mengidentifikasi dan melakukan kajian sinkronisasi
kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota,
termasuk didalamnya kajian terhadap dokumen-dokumen
sektoral.
· Mengidentifikasi dan melakukan kajian kesesuaian
permukiman (kumuh) terhadap rencana tata ruang
METODE Content Analysis (Analisis Isi), Desk Study, Overlay peta

Laporan Pendahuluan 4-19


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

LANGKAH · Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan


kabupaten/kota, khususnya yang terkait pengembangan
permukiman kumuh perkotaan, terutama yang terdapat
di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan
rencana sektor lainnya;
· Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan
strategi pembangunan terkait penanganan kawasan
permukiman kumuh terutama yang terdapat di dalam
RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan rencana
sektor lainnya
· Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan
dan strategi pembangunan yang terkait pengembangan
permukiman terutamanya terdapat di dalam RTRW,
RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor
lainnya
· Melakukan superimpose/overlay peta permukiman
eksisting dengan peta rencana pola ruang kota (guna
lahan permukiman)
OUTPUT · Matriks strategi, kebijakan dan program kabupaten/kota
· Peta kesesuaian guna lahan permukiman
· Peta rencana pengembangan sektor permukiman
DURASI 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu keempat bulan pertama atau
sejak diselesaikannya sub kegiatan penyiapan data profil
kawasan kumuh

7) Penyiapan Kelembagaan Masyarakat pada Lokasi Permukiman


Kumuh
Dalam kegiatan penyusunan RP2KPKP, peran masyarakat dalam penanganan
kawasan permukiman kumuh sangat penting sebagai salah satu pelaku utama.
Dalam hal ini kelembagaan masyarakat di tingkat kawasan perlu disiapkan agar
pembagian peran masing-masing pemangku kepentingan di daerah menjadi
lebih efektif dan jelas.

Laporan Pendahuluan 4-20


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.13 Tahapan Penyiapan Kelembagaan Masyarakat pada Lokasi


Permukiman Kumuh

TUJUAN Menyiapkan kelembagaan lokal masyarakat sebagai mitra


penggerak kegiatan sekaligus mengawal dan
mengupayakan keberlanjutan program penanganan
permukiman kumuh di tingkat masyarakat.
METODE Sosialisasi, diskusi
LANGKAH · Identifikasi kelembagaan masyarakat eksisting dalam
konteks pembangunan permukiman
· Melakukan pendekatan dan kerjasama dengan
kelembagaan local masyarakat eksisting
· Menyiapkan lembaga masyarakat/BKM/KSM eksisting
agar siap mendukung pelaksanaan kegiatan penyusunan
RP2KPKP
OUTPUT Terbentuknya/tersiapkannya kelembagaan masyarakat
(BKM/KSM)
DURASI 2 (dua) minggu *
*) Terhitung sejak minggu ketiga bulan pertama atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penyiapan data profil
permukiman kumuh

4.2.2 Tahap Verifikasi Lokasi serta Perumusan Konsep dan Strategi

Tahap verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi merupakan


tahapan proses pemutakhiran profil permukiman kumuh agar diperoleh data dan
informasi permukiman kumuh dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai
dengan kebutuhan lokasi permukiman kumuh.Tahapan ini terbagi menjadi beberapa
rangkaian kegiatan diskusi, penyusunan, serta penyepakatan terhadap proses
rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan.

Laporan Pendahuluan 4-21


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Lingkup kegiatan verifikasi serta perumusan konsep dan strategi ini meliputi 5 (lima)
sub kegiatan proses penyusunan dan 4 (empat) sub kegiatan diskusi dan
penyepakatan, yaitu sebagai berikut.

Penyelenggaraan Kegiatan A.3 FGD 1: verifikasi lokasi permukiman kumuh


RP2KPKP (pendekatan dan
fasilitasi A.4 FGD 2: penyepakatan konsep dan strategi
Pemda) pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman
Proses Penyusunan B.5 Survey dan Pengolahan data permukiman
RP2KPKP kumuh
(Pendekatan Membangun B.6 Verifikasi lokasi dan pemutakhiran profil
Sistem) permukiman kumuh
B.7 Penilaian lokasi berdasarkan kriteria, indikator
dan parameter kekumuhan
B.8 Distribusi pola kolaborasi penanganan
permukiman kumuh
B.9 Perumusan kebutuhan pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh
B.10 Perumusan konsep serta strategi pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
Pendampingan pemangku C.2 Koordinasi dan sinkronisasi data kumuh (data
kepentingan (Pendekatan primer dan sekunder)
Peningkatan Kapasitas) C.3 Distribusi pola penanganan berdasarkan
kompleksitas permasalahan

Lingkup kegiatan verifikasi dan perumusan strategi skala kota ini dilakukan
dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak kegiatan persiapan selesai
dilakukan.

Laporan Pendahuluan 4-22


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

TAHAPAN 2 TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI

WAKTU BULAN 2 BULAN 3

PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP A.4
FGD 2:
(pendekatan fasilitasi A.3 PENYEPAKATAN KONSEP,
Pemda) FGD 1:
PENYEPAKATAN PROFIL HASIL
STRATEGI, POLA
PENANGANAN PERMUKIMAN
VERIFIKASI KUMUH

B.5 B.10
SURVEI DAN PERUMUSAN KONSEP
PENGOLAHAN DAN STRATEGI
DATA PENCEGAHAN &
PERMUKIMAN PENINGKATAN KUALITAS
KUMUH PERMUKIMAN KUMUH

B.9
B.6 PERUMUSAN
VERIFIKASI LOKASI DAN KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PROSES PENYUSUNAN PEMUTAKHIRAN PROFIL
PERMUKIMAN KUMUH
PENINGKATAN
KUALITAS
RP2KPKP PERMUKIMAN KUMUH
(Pendekatan Membangun
Sistem) B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

PENDAMPINGAN & C.3


PELIBATAN MASYARAKAT C.2
KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
(Pendekatan Peningkatan (data primer & sekunder) PENANGANAN
Kapasitas) PERMUKIMAN KUMUH

Gambar 4.14 Tahapan Verifikasi Lokasi serta Perumusan Konsep dan Strategi

Pada tahap Verifikasi Lokasi serta Perumusan Konsep dan Strategi ini
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya:
1) Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh
Merupakan proses identifikasi untuk memahami kondisi permukiman kumuh
berikut sebaran lokasi, konstelasinya terhadap ruang kota/perkotaan,
mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan
yang terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan
kelembagaan. Identifikasi ini diperlukan sebagai dasar verifikasi lokasi dan
pemutakhiran profil permukiman kumuh yang telah ditetapkan di dalam SK
Walikota/Bupati.

Laporan Pendahuluan 4-23


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.15 Tahapan Survey dan Pengolahan Data

TUJUAN Untuk mengidentifikasi kondisi permukiman kumuh berikut


sebaran lokasi, konstelasinya terhadap ruang skala
kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh,
serta potensi dan permasalahan yang terkait dengan
karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan.
METODE · Survey dan Observasi
· Konsolidasi dan Analisis data
· Pemetaan isu strategis, potensi, dan permasalahan
· Diskusi
LANGKAH · Mengidentifikasi sebaran permukiman kumuh skala
kota/perkotaan (termasuk permukiman kumuh yang berada
diluar SK)
· Mengidentifikasi konstelasi permukiman kumuh terhadap
ruang kota/perkotaan.
· Mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh
kota/perkotaan untuk mendapatkan pola penanganan yang
tepat

Laporan Pendahuluan 4-24


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

· Mengidentifikasi isu-isu strategis penanganan permukiman


kumuh
· Mengidentifikasi potensi dan permasalahan (karakteristik
sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan)
· Mengolah basis data permukiman yang ada di
Kabupaten/Kota menjadi profil permukiman kumuh
kota/perkotaan. (Salah satu basis data yang bisa
dimanfaatkan diantaranya adalah baseline)
OUTPUT · Daftar dan peta sebaran permukiman kumuh skala
kota/perkotaan (termasuk permukiman kumuh yang berada
diluar SK)
· Matriks isu-isu strategis kawasan perkotaan dan
permukiman kumuh perkotaan.
· Karakteristik permukiman kumuh kota/perkotaan yang
didalamnya memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik,
sosial budaya, ekonomi, kelembagaan, konstelasi terhadap
ruang kota/perkotaan;
· Kesesuaian SK dengan profil kumuh hasil survey dan
pengolahan data kumuh
PELAKSANA · Pokjanis
· TA Pendamping
DURASI 2 minggu, minggu ke 1 dan ke 2 di bulan ke 2

Dalam pengolahan data permukiman kumuh, data baseline bisa dimanfaatkan


sebagai basis data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi. Bagi
kabupaten/kota yang belum memiliki data baseline, maka perlu dilakukan
identifikasi terhadap data rujukan permukiman kumuh yang ada di
Kabupaten/Kota serta melakukan survey secara menyeluruh di seluruh lokasi
permukiman kumuh untuk mendapatkan basis data permukiman kumuh.
2) Koordinasi dan Sinkronisasi Data Kumuh
Merupakan kegiatan diskusi dalam rangka mengkonsolidasikan hasil identifikasi
terhadap data profil permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survey
sekunder maupun primer serta hasil pengolahan data permukiman yang
diperoleh dari data baseline maupun data statistik lainnya yang menjadi rujukan
data permukiman kumuh.

Laporan Pendahuluan 4-25


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.16 Tahapan Koordinasi dan Sinkronisasi Data Kumuh

TUJUAN Untuk mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil


permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survey
sekunder
maupun primer serta hasil pengolahan data permukiman yang
diperoleh dari data baseline maupun data statistik lainnya yang
menjadi rujukan data permukiman kumuh.
METODE Diskusi
LANGKAH Mengidentifikasi unsur-unsur terkait dalam proses identifikasi
permukiman kumuh di Kabupaten/Kota, baik di tingkat Pemerintah
Kota, Korkot/Askot P2KKP, Masyarakat/BKM, akademisi.
Melakukan koordinasi dan sinkronisasi data permukiman kumuh,
baik itu data hasil olahan maupun data hasil survey
OUTPUT Hasil sinkronisasi data permukiman kumuh
Basis data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi
permukiman kumuh
DURASI 1 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

Laporan Pendahuluan 4-26


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

3) Verifikasi Lokasi dan Pemutakhiran Profil Permukiman Kumuh


Merupakan bagian dari proses pemutakhiran profil permukiman kumuh untuk
memperoleh data dan informasi permukiman kumuh terkini secara detail,
akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep dan strategi pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan
kebutuhan penanganan.

Gambar 4.17 Tahapan Verifikasi Lokasi dan Pemutakhiran Profil Permukiman


Kumuh

Langkah-langkah dalam:verifikasi lokasi permukiman kumuh adalah:


 Verifikasi data terhadap profil yang telah ada;
 Verifikasi peta yang dimiliki oleh Kabupaten;
 Menentukan daftar kawasan prioritas penanganan;
 Menyusun kriteria dan indikator kawasan prioritas penanganan.

Output dari verifikasi lokasi permukiman kumuh adalah:


 Data dan informasi hasil identifkasi yang terverifikasi dan terjustifikasi;
 Data-data terverifikasi lokasi permukiman kumuh antara lain: Lokasi,
Deliniasi, Luasan;
 Layanan hunian dan infrastruktur;
 Data kawasan prioritas penanganan;
 Peta kawasan prioritas;

Laporan Pendahuluan 4-27


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

 Peta potensi, permasalahan, hambatan dan tantangan pada kawasan


prioritas.
TUJUAN · Untuk memutakhirkan daftar dan profil permukiman
kumuh berdasarkan hasil survey dan pengolahan data
permukiman kumuh.
· Untuk memperoleh data dan informasi permukiman
kumuh terkini secara detail, akurat, dan terukur sebagai
dasar perumusan konsep dan strategi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang
sesuai dengan kebutuhan penanganan.
METODE · Survey dan Observasi
· Cek silang dengan hasil identifikasi awal
· FGD
LANGKAH · Verifikasi data terhadap profil yang telah ada
· Pemutakhiran SK berdasarkan hasil penilaian yang telah
dilakukan
· Penyusunan dan pendetailan profil permukiman kumuh
(by name by address)
· Verifikasi peta permukiman kumuh dengan melakukan
pembuatan peta mutakhir profil permukiman kumuh:
· Peta Sebaran Lokasi Permukiman Kumuh Kota/Perkotaan
(skala 1: 25.000).
· Peta Profil (skala 1:5000) yang menggambarkan kondisi
eksisting permukiman kumuh berserta sarana dan
prasarananya
· Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk
seluruh permukiman kumuh perkotaan
OUTPUT · Data hasil pemutakhiran SK
· Daftar permukiman kumuh yang telah terverifikasi
· Data-data terverifikasi lokasi permukiman kumuh antara
lain:
‐ Lokasi
‐ Deliniasi
‐ Luasan

Laporan Pendahuluan 4-28


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

‐ Layanan Hunian dan Infrastruktur (by name by address)


· Pemutakhiran profil detail permukiman kumuh yang
mencakup data fisik yang terkait dengan 7 indikator
kumuh dan data non fisik lingkungan permukiman (by
name by address).
· Peta sebaran permukiman kumuh hasil verifikasi pada
skala 1: 25.000 – 1: 10.000
· Peta deliniasi permukiman kumuh hasil verifikasi pada
skala 1: 5.000 dalam bentuk peta citra dan peta garis
· Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk
seluruh permukiman kumuh perkotaan
· Berita Acara Verifikasi Lokasi
PELAKSANA · Pokjanis
· TA Pendamping
DURASI 2 minggu, minggu ke 2 dan ke 3 di bulan ke 2

Tahap verifikasi permukiman kumuh pada prinsipnya merupakan proses


konfirmasi terhadap data yang diperoleh dari hasil komparasi data hasil survey
dan pengolahan data permukiman kumuh dengan data/profil permukiman
kumuh berdasarkan SK penetapan lokasi permukiman kumuh, sehingga dapat
dipastikan akurasi informasi yang dicantumkan ataupun melengkapi data dan
informasi lain yang belum ada tetapi diperlukan terkait pemutakhiran dan
pendetailan profil permukiman kumuh. Secara skematis, kedudukan verifikasi
permukiman kumuh, bias dilihat pada gambar berikut.

Laporan Pendahuluan 4-29


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

SURVEY & PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH

DATA BASIS
PERMUKIMAN PENILAIAN
BERDASARKAN TERHADAP 7 ASPEK
HASIL SURVEY DAN DAN KRITERIA
PENGOLAHAN DATA KEKUMUHAN
KUMUH

DAFTAR PERMUKIMAN DAFTAR


KUMUH HASIL
PERMUKIMAN
SURVEY DAN
PENGOLAHAN DATA COMPARE KUMUH DI
KUMUH BERDASARKAN SK

KESESUAIAN SK DENGAN PROFIL


KUMUH HASIL SURVEY DAN
PENGOLAHAN DATA KUMUH

VERIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH

PEMUTAKHIRAN SK

VERIFIKASI PROFIL PEMBENTUKAN


DAN PETA KAWASAN

PENDETAILAN PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH

Gambar 4.18 Tahapam Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh

Dalam proses verifikasi lokasi, tidak menutup kemungkinan ada proses


pembentukan kawasan (penggabungan spot-spot permukiman kumuh kedalam
satu hamparan deliniasi kawasan/clustering), dengan dasar pertimbangan
sebagai berikut:
· Kesamaan karakteristik/ tipologi kumuh
· Lokasi dengan jarak yang berdekatan
· Pembentuk sistem/jaringan infrastruktur yang tidak dapat ditangani dalam
bentuk spot-spot kumuh
· Pertimbangan keterpaduan penanganan kawasan dan kemudahan
penanganan kawasan

Laporan Pendahuluan 4-30


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Pemutakhiran profil kumuh kota/perkotaan dilakukan untuk menyusun profil


permukiman kumuh
pada kawasan perkotaan dalam bentuk:
· Pemutakhiran hasil verifikasi kebutuhan data dan peta yang perlu dilengkapi
dalam penyusunan Profil Permukiman Kumuh.
· Pemutakhiran data dan peta hasil kegiatan survey terhadap SK Penetapan
lokasi permukiman kumuh (contoh: adanya perubahan luasan, perubahan
unit lingkungan RT, ataupun redeliniasi kawasan).
· Kelengkapan peta yang dibutuhkan dalam penyusunan peta profil sebagai
berikut:
No. Nama Kebutuhan Peta Skala
Peta orientasi wilayah administratif kota atau
1 1:25.000
perkotaan pada wilayah Kabupaten
2 Peta rencana tata guna lahan kota/perkotaan 1:25.000
3 Peta arah pengembangan wilayah kota/perkotaan 1:25.000
Peta infrastruktur eksisting pada wilayah
4 1:25.000
kota/perkotaan
Peta sebaran lokasi permukiman kumuh
5 1:25.000
kota/perkotaan
6 Peta deliniasi permukiman kumuh kota/perkotaan 1:5.000
Peta status legalitas lahan pada kawasan
7 1:5.000
perkotaan

Beberapa kemungkinan hasil verifikasi lokasi diantaranya (1) luas permukiman


kumuh bertambah/berkurang; (2) letak administrasi/lokasi RT/RW dan batas-
batas kawasan (deliniasi kawasan) berubah.
Apabila dari hasil verifikasi ada ketidaksesuaian dengan SK penetapan lokasi
permukiman kumuh yang telah terbit, maka perlu disepakati ditingkat
Kabupaten/Kota, data permukiman yang disepakati untuk didayagunakan. Dari
hasil kesepakatan ini, Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menerbitkan SK revisi
penetapan lokasi permukiman kumuh yang dilengkapi dengan profil
permukiman kumuh.
Adapun penambahan/pengurangan luasan permukiman kumuh hasil verifikasi
ini selanjutnya akan dijadikan dasar bagi target penanganan jangka menengah
berikutnya.

Laporan Pendahuluan 4-31


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.19 Contoh Proses Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh

Gambar 4.20 Contoh Hasil Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh

4) Penilaian Lokasi berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter


Kekumuhan
Merupakan tahapan untuk menilai lokasi permukiman kumuh berdasarkan
kriteria, indikator dan parameter kekumuhan yang telah ditetapkan di dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 tahun
2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh.

Laporan Pendahuluan 4-32


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.21 Tahapan Penilaian Lokasi berdasarkan Kriteria, Indikator dan


Parameter Kekumuhan

UJUAN · Untuk mendapatkan klasifikasi tingkat kekumuhan dan daftar


urutan (rangking) permukiman kumuh berdasarkan hasil
penilaian terhadap kompleksitas permasalahan sebagai
landasan penetapan strategi dan pola penanganan.
METODE · Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, analisis peta
spasial, pemetaan masalah, diskusi melalui Focus Group
Discussion (FGD)
LANGKAH · Menentukan daftar urutan (rangking) permukiman kumuh
berdasarkan kompleksitas permasalahan
· Skoring permukiman kumuh sesuai dengan kriteria dan
indikator yang telah ditetapkan didalam Permen PUPR
No.2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Perumahan
dan Kawasan Permukiman.
· Melakukan diskusi FGD untuk menyepakati kolaborasi pola
penanganan dan kontribusi program penanganan permukiman
kumuh (RP2KPKP/P2KKP/NUSP ataupun penanganan yang
dapat ditindaklanjuti melalui program-program regular di

Laporan Pendahuluan 4-33


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka


peningkatan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
· Pemetaan sebaran lokasi permukiman kumuh dan
kategorinya.
OUTPUT · Daftar urutan lokasi permukiman kumuh prioritas berdasarkan
kompleksitas permasalahan
· Peta klasifikasi Tingkat Kekumuhan
· Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas
Berdasarkan Hasil Penilaian Terhadap Kompleksitas
Permasalahan
PELAKSANA · Pokjanis
· TA Pendamping
DURASI 2 minggu, minggu ke 2 dan ke 3 di bulan ke 2

Tahap ini akan menjadi saringan awal penilaian lokasi permukiman kumuh
berdasarkan kompleksitas permasalahan yang ada di lokasi permukiman kumuh
yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya.
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi terhadap aspek:
1. Kondisi Kekumuhan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas
klasifikasi:
a. Kumuh kategori ringan;
b. Kumuh kategori sedang; dan
c. Kumuh kategori berat.
2. Legalitas Lahan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi:
a. Status lahan legal; dan
b. Status lahan tidak legal.
3. Pertimbangan Lain
Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas:
a. Pertimbangan lain kategori rendah;
b. Pertimbangan lain kategori sedang; dan
c. Pertimbangan lain kategori tinggi.

Laporan Pendahuluan 4-34


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Hasil identifikasi terhadap kompleksitas permasalahan pada tahap ini akan


menjadi rujukan dalam menetapkan kolaborasi pola penanganan dan kontribusi
program penanganan permukiman kumuh melalui kolaborasi multisektor dan
multiaktor diseluruh tahapan pembangunan yang kemudian akan menghasilkan
rekomendasi pembagian pola penanganan permukiman kumuh, baik itu pola
penanganan melalui RP2KPKP, P2KKP, NUSP, ataupun penanganan melalui
program-program regular di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota dalam upaya
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan.

Gambar 4.22 Contoh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan

5) FGD 1: Penyepakatan Profil Permukiman Kumuh Hasil Verifikasi


Merupakan kegiatan diskusi, konsolidasi data, dan penyepakatan profil
permukiman kumuh berdasarkan hasil pemutakhiran data dan verifikasi yang
telah dilakukan.

Laporan Pendahuluan 4-35


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.23 Tahapan FGD 1: Penyepakatan Profil Permukiman Kumuh Hasil


Verifikasi

TUJUAN Untuk memperoleh kesepakatan dari semua pemangku


kepentingan mengenai profil permukiman kumuh di
Kabupaten/kota berdasarkan hasil pemutakhiran data dan
verifikasi yang telah dilakukan.
METODE Diskusi dan metaplan
PENYELENGGA · Pokjanis
RA
PESERTA DAN · Kegiatan FGD terdiri peserta dan pendukung Peserta
PENDUKUNG meliputi:
· Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur
permukiman, permukiman, dan perencanaan
· Akademisi
· Tim P2KKP (Korkot/Faskel)
· BKM/KSM
· Tokoh Masyarakat
· Pendukung meliputi:

Laporan Pendahuluan 4-36


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

· Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman


· Tim Teknis Provinsi
· Tenaga Ahli Pendamping
OUTPUT · Berita acara kesepakatan profil permukiman kumuh hasil
verifikasi
TEMPAT di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP
PELAKSANAAN
DURASI Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan
rencana kerja yang disusun
*) Dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan ke-2 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penilaian lokasi berdasarkan
kriteria, indikator dan parameter kekumuhan

6) Distribusi Pola Kolaborasi Penanganan Permukiman Kumuh


Merupakan bagian dari proses perumusan untuk memberikan kejelasan
distribusi peran dan peluang program penanganan permukiman kumuh
perkotaan sesuai dengan cakupan skala penanganan permukiman kumuh

Gambar 4.24 Tahapan Distribusi Pola Kolaborasi Penanganan Permukiman Kumuh

TUJUAN Untuk mendapatkan kejelasan distribusi peran dan peluang


program penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai

Laporan Pendahuluan 4-37


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

dengan cakupan skala penanganan permukiman kumuh. Distribusi


peran penanganan dapat dikategorikan berdasarkan penanganan
kawasan permukiman kumuh berat/masiv, kumuh sedang, dan
kumuh ringan.
METODE · Penetapan kategori kumuh (Kumuh Berat, Kumuh Sedang, dan
Kumuh Ringan)
· FGD
LANGKAH · Menetapkan kategori permukiman kumuh berdasarkan hasil
penilaian yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya (kotak
B.7)
· Mengelompokkan lokasi-lokasi permukiman kumuh yang akan
ditangani melalui:
· kontribusi program skala kawasan (contoh: kontribusi program
melalui dokumen RP2KKP, dokumen SIAP, dan dokumen
lainnya yang memiliki konteks penanganan skala kawasan)
· kontribusi program skala kelurahan/lingkungan (contoh:
kontribusi program melalui dokumen NUAP, BLM, dan dokumen
lainnya yang memiliki konteks penanganan skala lingkungan)
OUTPUT · Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui
kontribusi program skala kawasan
· Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui
kontribusi program skala kelurahan/lingkungan
· Berita acara penyepakatan
PELAKSAN · Pokjanis
A · Korkot/Askot P2KKP
· BKM
· TA Pendamping
DURASI 1 minggu, ke 2 bulan ke 3

7) Perumusan Kebutuhan Pencegahan dan Peningkatan Kualitas


Permukiman Kumuh
Merupakan proses identifikasi untuk memperkirakan kebutuhan penanganan
dalam konteks pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh baik
itu pada skala kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu,
potensi, permasalahan, dan hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh

Laporan Pendahuluan 4-38


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.25 Tahapan Perumusan Kebutuhan Pencegahan dan Peningkatan Kualitas


Permukiman Kumuh

TUJUAN Untuk memperoleh daftar kebutuhan penanganan dalam konteks


pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh baik
itu pada skala kota/perkotaan maupun skala kawasan
berdasarkan rumusan isu, potensi, permasalahan, dan hasil
pemutakhiran profil permukiman kumuh pada tahapan
sebelumnya.
METODE · Analisis kebutuhan berdasarkan hasil verifikasi, analisis
kawasan, diskusi
LANGKAH · Merumuskan dan menyusun daftar kebutuhan pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh Pada:
· Permukiman perkotaan yang tidak
sesuai peruntukan di dalam RTRW
· Permukiman kumuh yang telah diverifikasi dan dimutakhirkan.
· Melakukan pemetaan kebutuhan penanganan secara spasial
untuk menentukan lokasi-lokasi pada permukiman kumuh
perkotaan yang membutuhkan pencegahan ataupun
penanganan.

Laporan Pendahuluan 4-39


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

OUTPUT · Tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas


permukiman skala kota/perkotaan.
· Tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh skala kawasan.
PELAKSANA · Pokjanis
· TA Pendamping
DURASI 1 minggu, ke 2 bulan ke 3

8) Perumusan Konsep serta Strategi Pencegahan dan Peningkatan


Kualitas Permukiman Kumuh
Merupakan proses identifikasi terhadap konsep serta strategi pencegahan dan
peningkatan ualitas permukiman kumuh untuk skala kota/perkotaan dan skala
kawasan pada seluruh lokasi permukiman kumuh yang telah diverifikasi.

Gambar 4.26 Tahapan Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan


Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

TUJUAN Untuk memperoleh rumusan konsep serta strategi pencegahan


dan peningkatan kualitas permukiman kumuh berdasarkan
kebutuhan yang telah teridentifikasi pada tahapan sebelumnya,
baik itu skala perkotaan maupun skala kawasan pada lokasi
permukiman kumuh yang telah diverifikasi.

Laporan Pendahuluan 4-40


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

METODE · Analisis kebijakan


· Analisis SWOT
· Diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD)
LANGKAH · Mengelompokkan kawasan permukiman yang sesuai dan tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang (Kumuh legal/Slum dan
kumuh ilegal/Squatter)
· Membuat daftar kebutuhan penanganan baik itu dalam
konteks pencegahan maupun peningkatan kualitas untuk
permukiman kumuh legal dan maupun permukiman kumuh
ilegal.
· Merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan permukiman
berlandasakan kondisi, potensi, dan permasalahan
kota/perkotaan dan kawasan.
· Merumuskan konsep serta strategi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh dalam bentuk
matriks.
· Memetakan konsep serta strategi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh
· Melakukan diskusi FGD untuk menetapkan dan menyepakati
konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh.
OUTPUT · Matriks rumusan konsep dan strategi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh skala
kota/perkotaan dan skala kawasan;
· Peta konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala
kawasan.
PELAKSANA · Pokjanis
· TA Pendamping
DURASI 2 minggu, minggu ke 3 dan ke 4 di bulan ke 3

Strategi skala kota/perkotaan diperlukan dalam hal menangani kondisi -kondisi


permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang.
Rumusan strategi diarahkan untuk mengembalikan fungsi ruang sesuai dengan
peruntukannya.

Laporan Pendahuluan 4-41


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman


diwujudkan melalui penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata
ruang, SPM, aturan dan standar teknis lainnya yang terkait dengan bidang Cipta
Karya.
Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman
diwujudkan melalui pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin
dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan
bencana (relokasi/resettlement).
Strategi skala kawasan diperlukan dalam hal menangani kondisi permukiman
kumuh sesuai dengan profil yang telah dimutakhirkan dan terverifikasi serta
teridentifikasi kebutuhan penanganannya.
Secara skematis, perumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh perkotaan, bisa dilhat pada bagan berikut ini.
KONSEP/POLA
KONDISI KEKUMUHAN RUMUSAN STRATEGI
PENANGANAN

PENCEGAHAN · PENGAWASAN DAN · Penegakan kesesuaian perizinan


Permukiman kumuh PENGENDALIAN · Action plan program pencegahan (sosialisasi, public campaign, penyuluhan)
baru · PEMBERDAYAAN · Pemeriksaan berkala kelaikan fungsi
MASYARAKAT · Pendampingan dan pelayanan informasi

PENINGKATAN PEMUGARAN · Penyiapan lahan


KUALITAS · Ringan · Rehabilitasi/perbaikan bangunan hunian
· Legal · Rehabilitasi/perbaikan infrastruktur permukiman
· Rehabilitasi/perbaikan proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI · Penyiapan lahan


· Ringan · Pembangunan kembali bangunan hunian
· Tidak legal · Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
· Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

PEREMAJAAN · Penyiapan lahan


· Sedang · Peningkatan kapasitas bangunan hunian
· Legal · Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman
· Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI · Penyiapan lahan


· Sedang · Pembangunan kembali bangunan hunian
· Tidak legal · Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
· Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

PEREMAJAAN · Penyiapan lahan


· Berat · Peningkatan kapasitas bangunan hunian
· Legal · Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman
· Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI · Penyiapan lahan


· Berat · Pembangunan kembali bangunan hunian
· Tidak legal · Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
· Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Gambar 4.27 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Laporan Pendahuluan 4-42


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.28 Contoh Peta Strategi Skala Kawasan

9) FGD 2: penyepakatan Konsep, Strategi dan Pola Kolaborasi


Penanganan Permukiman Kumuh
Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/ pemangku
kepentingan mengenai konsep
dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala
kota serta penyepakatan pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh

Gambar 4.29 Tahapan FGD 2: penyepakatan Konsep, Strategi dan Pola Kolaborasi
Penanganan Permukiman Kumuh

Laporan Pendahuluan 4-43


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

TUJUAN Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/


pemangku kepentingan mengenai konsep dan strategi
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
skala kota serta penyepakatan pola kolaborasi penanganan
permukiman kumuh
METODE · Diskusi dan metaplan
PENYELENGGARA · Pokjanis
PESERTA DAN · Kegiatan FGD terdiri peserta dan pendukung Peserta
PENDUKUNG meliputi:
· Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi
infrastruktur permukiman, permukiman, dan
perencanaan
· Akademisi
· Tokoh Masyarakat
· Pihak-pihak terkait (PDAM,swasta, PT.KAI, PELINDO, dll)
· Pendukung meliputi:
· Dinas/instansi tingkat provinsi yang membidangi
infrastruktur permukiman, permukiman, dan
perencanaan
· Tim Teknis Provinsi
· Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
· Tenaga Ahli Pendamping
OUTPUT · Matriks rumusan konsep dan strategi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh skala
kota/perkotaan dan skala kawasan;
· Peta konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan
skala kawasan.
· Berita acara kesepakatan (konsep, strategi, dan pola
kolaborasi penanganan permukiman kumuh)
TEMPAT di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP
PELAKSANAAN

Laporan Pendahuluan 4-44


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

DURASI Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan


rencana kerja yang disusun
*) Dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan ke-3 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan konsep dan strategi
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

10) Koordinasi Peran Masyarakat dalam Penanganan Permukiman


Kumuh
Merupakan kegiatan diskusi dalam rangka koordinasi peran masyarakat
terhadap pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh.

Gambar 4.30 Tahapan Koordinasi Peran Masyarakat dalam Penanganan


Permukiman Kumuh

TUJUAN Untuk mengkoordinasikan peran serta masyarakat dalam


kontribusi penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai
dengan cakupan skala penanganan permukiman kumuh, baik itu
kontribusi program untuk pengananan permukiman kumuh yang
massif ataupun kontribusi program untuk kategori kumuh sedang
dan ringan.
METODE Diskusi
LANGKAH Melakukan koordinasi peran serta masyarakat terhadap kontribusi
penanganan permukiman kumuh

Laporan Pendahuluan 4-45


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

OUTPUT · Matriks peran serta masyarakat terhadap kontribusi penanganan


permukiman kumuh
· Matriks sinkronisasi data primer/sekunder terkait peran serta
masyarakat:
- Data permasalahan kekumuhan
- Data identifikasi legalitas lahan
- Data demografi
- Data karakteristik masyarakat lokal

4.2.3 Tahap Perumusan Rencana Penanganan

Tahap perumusan rencana penanganan ini merupakan kegiatan untuk


merumuskan skenario dan konsep desain kawasan permukiman kumuh,
merumuskan rencana aksi penanganan, memorandum keterpaduan program skala
kota dan kawasan berdasarkan pada hasil perumusan kebutuhan pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh. Rangkaian kegiatan yang berada dalam
lingkup perumusan rencana penanganan ini akan menjadi bahan utama untuk
melakukan pendetailan pada kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh
yang dipilih untuk pengembangan tahap 1.
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua bulan. Pada tahapan ini terdapat
beberapa kegiatan yang bersamaan dengan kegiatan dalam Tahap Penyusunan
Desain Teknis.
Penyelenggara Kegiatan A.5 Focus Group Discussion 3
RP2KPKP
Proses Penyusunan B.11 Perumusan Skenario Penanganan dan
RP2KPKP konsep Desain Kawasan Permukiman
Kumuh
B.12 Perumusan Rencana Aksi dan
Memorandum Keterpaduan Program Skala
Kota dan Kawasan
B.13 Penentuan Kawasan Prioritas Penanganan
Permukiman Kumuh
Pendampingan dan C.4 Perencanaan Partisipatif di Kawasan
Pelibatan Masyarakat Prioritas

Laporan Pendahuluan 4-46


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Lingkup kegiatan perumusan rencana penanganan ini akan diselesaikan


pada 2 (dua) bulan yaitu bulan ke-4 dan ke-5 pada pelaksanaan kegiatan
penyusunan RP2KPKP, dan dimulai sejak kegiatan dalam tahap survey identifikasi
dan kajian. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan
perumusan rencana penanganan dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 4.31 Tahap Perumusan Rencana Penanganan

Pada tahap Perumusan Rencana Penanganan ini terdapat beberapa kegiatan


yang dilakukan diantaranya:
1) Perumusan Skenario Penanganan dan Konsep Desain Kawasan
Perumusan Skenario dan Konsep Desain Kawasan Merupakan kegiatan untuk
menurunkan rumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh ke dalam skenario pencapaian 0% kumuh dalam
langkah-langkah strategis hingga tahun 2019. Konsep Desain kawasan
permukiman yang didasarkan pada perumusan kebutuhan pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh.

Laporan Pendahuluan 4-47


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.32 Tahapan Perumusan Skenario Penanganan dan Konsep Desain Kawasan

TUJUAN • Merumuskan skenario pentahapan pencegahan dan


peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh yang
aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daerah dalam skala kota dan kawasan untuk
mencapai target 0% kumuh;
• Menyusun konsep tematik pengembangan kawasan dan
strategi penanganan kawasan kumuh; dan
• Menyusun konsep desain kawasan pada seluruh lokasi
permukiman kumuh.
METODE Analisis Konsep desain kawasan dan diskusi melalui Focus
Group Discussion (FGD)
LANGKAH • Menggunakan matriks kebutuhan penanganan pencegahan
dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh
(output kegiatan B.9);
• Menggunakan peta dan matriks konsep, dan strategi,
pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman
kumuh (output kegiatan B.10);
• Melakukan analisis dan kajian terkait capaian per tahun dalam
mencapai target 0% kumuh;
• Merinci skema pentahapan yang dirinci ke dalam langkah-
langkah yang akan dilakukan per tahun hingga tahun 2019;
• Menentukan tema pengembangan pada seluruh kawasan
permukiman kumuh;
• Menyusun konsep desain kawasan pada seluruh permukiman
kumuh berdasarkan analisis kebutuhan penanganan; dan

Laporan Pendahuluan 4-48


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

• Melakukan diskusi untuk menjaring aspirasi dan penyepakatan


terhadap skenario pentahapan dalam pencapaian target 0%
kumuh dan konsep desain kawasan yang dirumuskan.

OUTPUT • Skema dan tabel skenario pentahapan penanganan


permukiman kumuh dalam pencapaian target 0% kumuh;
• Peta konsep tematik pengembangan kawasan; dan
• Peta konsep desain kawasan yang berisi rencana desain 7
(tujuh) indikator kekumuhan.
• Ploting komponen infrastruktur kedalam peta tematik 2 D dan
3D
DURASI 2 (dua) minggu *
*)Terhitung sejak minggu pertama sampai minggu kedua bulan
keempat atau sejak diselesaikannya sub kegiatan perumusan
konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh

Gambar 4.33 Contoh Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh

Laporan Pendahuluan 4-49


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

2) Perumusan Rencana Aksi dan Memorandum Keterpaduan Program


Skala Kota dan Kawasan
Penyusunan rencana aksi program penanganan permukiman kumuh ini
dilakukan dengan model pembangunan berbasis kawasan dan lingkungan
melalui pendekatan perencanaan partisipatif pada kawasan prioritas. Rencana
aksi program disusun sesuai dengan indikator kekumuhan berdasarkan strategi
penanganan kumuh dan target yang ingin dicapai dari penanganan kawasan
kumuh prioritas akan dibahas oleh pemangku kepentingan yang ada di daerah
dan disepakati dalam suatu memorandum keterpaduan program baik skala kota
dan kawasan.

Gambar 4.34 Program Skala Kota dan Kawasan

TUJUAN • Merumuskan rencana aksi program penanganan yang


aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan kawasan
kumuh prioritas yang telah disepakati di dalam suatu
memorandum keterpaduan program meliputi
jenis/komponen, volume, lokasi, dan pelaku
• Menyusun rencana investasi dan strategi pembiayaan
penanganan kawasan kumuh.
METODE Analisis dan pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan,
pendekatan partisipatif, dan diskusi melalui Focus Group
Discussion (FGD)

Laporan Pendahuluan 4-50


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

LANGKAH • Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan


masyarakat untuk turut terlibat dalam proses perencanaan;
• Melakukan sinkronisasi terhadap program-program
penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang
terdapat di berbagai dokumen kebijakan;
• Merumuskan kebutuhan program-program penanganan
kawasan permukiman kumuh prioritas sesuai dengan
strategi dan indikator kekumuhan;
• Mensinkronisasikan rencana kerja masyarakat kedalam
memorandum program
• Merinci program-program yang telah disusun kedalam
skema pentahapan yang dirinci ke dalam program lima
tahunan;
• Mengidentifikasi volume dan satuan dari setiap program;
• Mengidentifikasi perkiraan besarnya pembiayaan;
• Mengidentifikasi penanggung jawab dari setiap program;
dan
• Mengidentifikasi alternatif sumber investasi dan
pembiayaan; dan
• Menyepakati program-program penanganan baik skala kota
dan skala kawasan prioritas.
OUTPUT • Peta rencana aksi program penanganan permukiman
kumuh;
• Rencana investasi dan pembiayaan penanganan kawasan
permukiman kumuh prioritas; dan
• Matriks rencana aksi program penanganan dan
memorandum program skala kota dan skala kawasan.
DURASI 3 (tiga) minggu *
*)Terhitung sejak minggu ketiga bulan keempat sampai
minggu pertama bulan kelima atau sejak diselesaikannya sub
kegiatan perumusan skenario penanganan dan konsep desain
kawasan

Laporan Pendahuluan 4-51


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.35 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Permukiman Kumuh

3) Penentuan Kawasan Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh


(Kawasam Pembangunan Tahap I)
Penentuan kawasan prioritas permukiman kumuh merupakan proses
identifikasi terhadap lokasi permukiman kumuh yang dinilai memiliki kesiapan
untuk implementasi pembangunan fisik pada tahun pertama dalam rencana
pentahapan pembangunan kawasan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang telah disepakati antar pemangku kepentingan yang terkait dengan
penanganan permukiman kumuh.

Laporan Pendahuluan 4-52


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.36 Tahapan Penentuan Kawasan Prioritas Penanganan Permukiman


Kumuh (Kawasam Pembangunan Tahap I)

TUJUAN Untuk menentukan minimal tiga kawasan pembangunan tahap


pertama yang akan direncanakan secara lebih rinci dan
operasional
METODE • Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, pendekatan
partisipatif, diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD)
LANGKAH • Identifikasi tingkat kekumuhan kawasan (telah dilakukan
pada tahap B.7);
• Membuat daftar urutan permukiman kumuh berdasarkan
kompleksitas permasalahan dan kategori kekumuhan;
• Merumuskan dan menyepakati dasar pertimbangan
penetapan tahapan penanganan permukiman kumuh
prioritas (readiness criteria pembangunan tahap 1);
• Menilai kembali daftar urutan permukiman kumuh
berdasarkan dasar pertimbangan (readiness criteria) yang
telah disepakati; dan
• Menetapkan dan menyepakati lokasi dan komponen
pembangunan tahap pertama.
OUTPUT • Rekomendasi lokasi pembangunan tahap-1;
• Peta dan delineasi lokasi pembangunan tahap-1.

Laporan Pendahuluan 4-53


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

PELAKSANA • BKM/KSM
• Tokoh masyarakat
• Tenaga ahli pendamping
DURASI 2 (dua) minggu *
*)Terhitung sejak minggu keempat bulan keempat sampai
minggu pertama bulan kelima atau sejak diselesaikannya sub
kegiatan perumusan rencana aksi dan memorandum program
keterpaduan skala kota dan kawasan

Pembangunan tahap pertama dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan,


yaitu:
 Pembangunan berbasis kawasan  pembangunan tahap pertama
dilakukan pada minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas
terhadap seluruh aspek penanganan dan seluruh komponen infrastruktur
keciptakaryaan, apabila seluruh readiness criteria (kesiapan lokasi,
pemerintah daerah, dan masyarakat) dapat dipenuhi pada kawasan
tersebut.
 Pembangunan berbasis komponen infrastruktur  pembangunan tahap
pertama dilakukan pada minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh
prioritas, namun hanya dilakukan terhadap beberapa komponen-komponen
infrastruktur keciptakaryaan yang dianggap telah memenuhi readiness
criteria (kesiapan lahan, pemerintah daerah, dan masyarakat) untuk
diimplementasikan pada tahun berikutnya.

4) Focus Group Discussion (FGD) 3


FGD 3 merupakan yang diselenggarakan untuk penyepakatan terhadap
perumusan rencana aksi, program, kegiatan, dan hasil Rencana Kerja
Masyarakat.

Laporan Pendahuluan 4-54


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.37 Tahapan FGD 3

TUJUAN • Menyepakati rumusan rencana aksi penanganan, program-


program dan kegiatan pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh
• Menyepakati kawasan prioritas penanganan permukiman
kumuh yang dipilih untuk pembangunan tahap 1
METODE • Diskusi
PENYELENGGARA • Pokjanis
PESERTA DAN • Kegiatan FGD terdiri peserta dan pendukung Peserta
PENDUKUNG meliputi:
• Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur
permukiman, permukiman, dan perencanaan
• Akademisi
• Tim P2KKP (Korkot/Faskel)
• BKM/KSM
• Tokoh Masyarakat
• Pendukung meliputi:
• Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
• Tim Teknis Provinsi
• Tenaga Ahli Pendamping
OUTPUT • Skenario penanganan dan konsep desain kawasan
permukiman kumuh;
• Rencana aksi penanganan permukiman kumuh

Laporan Pendahuluan 4-55


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

• Memorandum keterpaduan program skala kota dan skala


kawasan;
• Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman
kumuh;
• Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh;
dan
• Berita acara kesepakatan
TEMPAT di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP
PELAKSANAAN
DURASI • Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan
rencana kerja yang disusun
• *) Dilaksanakan pada minggu ke 4 bulan ke 4 sampai
dengan minggu ke 1 bulan ke 5atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan penilaian lokasi berdasarkan kriteria,
indikator dan parameter kekumuhan

5) Perencanaan partisipatif di kawasan prioritas


Melakukan perencanaan partisipatif dengan melibatkan komponen
kelembagaan kawasan permukiman prioritas yang telah dibentuk untuk
menyepakati kebutuhan penanganan kawasan dan komponen infrastuktur
pembangunan tahap-1 yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan desain
teknis (DED).

Gambar 4.38 Tahapan Perencanaan partisipatif di kawasan prioritas

Laporan Pendahuluan 4-56


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

TUJUAN Menyusun rencana aksi masyarakat/community action plan


(CAP) penanganan permasalahan pembangunan pada kawasan
permukiman kumuh meliputi jenis/komponen, volume, lokasi,
dan pelaku
METODE Analisis kebutuhan, pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan,
pendekatan partisipatif, dan FGD (rembug warga)
LANGKAH • Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan di
tingkat masyarakat untuk turut terlibat dalam proses
perencanaan;
• Mengidentifikasi kebutuhan penanganan tahap pertama yang
berbasis komponen dengan melakukan diskusi
partisipatif/rembug warga dengan pemangku kepentingan dan
masyarakat setempat;
• Menyusun dan memilih komponen infrastruktur yang akan
ditindaklanjuti dengan penyusunan desain teknis dan
diimplementasikan pada tahun pertama melalui beberapa
kriteria, yaitu:
• Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus merupakan
kebutuhan utama kawasan yang langsung dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat setempat.
• Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus
memberikan implikasi atau dampak nyata terhadap
peningkatan kualitas permukiman;
• Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus bersifat
mudah dilaksanakan, tidak menimbulkan friksi di masyarakat,
• Lokasi pembangunan komponen infrastruktur bukan
merupakan lahan ilegal/disengketakan.
*) Proses pelaksanaan perencanaan partisipatif dilakukan
secara informal, sesuai dengan kebutuhan, dan disepakati dalam
bentuk berita acara.

4.2.4 Tahap Penyusunan Desain Teknis

Kegiatan penyusunan desain teknis adalah penerjemahan dari rencana


penanganan kawasan permukiman prioritas yang telah disusun pada tahap

Laporan Pendahuluan 4-57


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

sebelumnya ke dalam bentuk rancangan/desain teknis untuk diimplementasikan


pada tahun pertama. Dengan kata lain, rancangan/desain teknis dalam rangka
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di kawasan prioritas ini
disusun berdasarkan rencana penanganan (konsep, strategi, dan program) yang
telah disusun dan disepakati sebelumnya. Dalam lingkup kegiatan penyusunan
desain teknis ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi dalam 2 (dua) lingkup
sebagai berikut:

Penyelenggaraan Kegiatan A.6 Pembahasan Pleno


RP2KPKP A.7 Konsultasi Publik
Proses Perencanaan & B.14 Penyusunan desain teknis (daftar
Penyusunan komponen DED, pengukuran lapangan,
dan visualisasi pendukung perancangan)
B.15 Penyusunan detailed engineering
design/DED (gambar kerja, RAB, RKS)
B.16 Penyempurnaan hasil pleno
B.17 Penyusunan dokumen RP2KPKP
B.18 Finalisasi dan legalisasi hasil
(Perwal/Perbup)

Lingkup kegiatan penyusunan desain teknis ini akan diselesaikan pada 2


(dua) bulan terakhir pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, dan dimulai sejak
kegiatan dalam tahap perumusan rencana penanganan masih berlangsung. Secara
diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan penyusunan desain teknis
dapat dilihat pada Gambar berikut:

Laporan Pendahuluan 4-58


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

TAHAPAN 4 TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS

WAKTU BULAN 5 BULAN 6

PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi A.6 A.7
PEMBAHASAN KONSULTASI
Pemda) PLENO PUBLIK *

B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

B.17
PENYUSUNAN
DOKUMEN RP2KPKP
· Rencana Aksi 0%
Kumuh
· Rencana Teknis
Pembangunan
PROSES PENYUSUNAN tahap 1
· Memorandum
RP2KPKP Program
(Pendekatan Membangun · DED Komponen
Prioritas
B.14
Sistem) PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
· Daftar rencana
komponen B.18
· Pengukuran lapangan FINALISASI &
· Visualisasi pendukung LEGALISASI HASIL
perancangan (PERWAL/PERBUP)

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

PELAPORAN LAPORAN
DRAFT AKHIR
LAPORAN
AKHIR

· Da ftar rencana komponen infrastruktur pemba ngunan tahap 1;


· Da ta hasil pengukuran detail komponen infrastruktur pembangunan tahap 1:
· Peta rinci/siteplan;
· Visualisas i pendukung pe rancangan (dokumentasi drone, ilustras i before-after, anima si 3D);
OUTPUT · DED (Gambar kerja, RA B, RK S) komponen infrastruktur pemba ngunan tahap 1;
· Dokumen lelang;
· Dokumen RP2KPKP; da n
· Draft Perwal/Perbup

Gambar 4.39 Tahap Penyusunan Desain Teknis

Pada tahap penyusunan desain teknis ini terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan diantaranya:
1) Penyusunan Desain Teknis
Penerjemahan konsep dan desain penanganan kawasan yang telah dirumuskan
ke dalam rencana teknis penanganan yang lebih terukur dan presisi baik secara
lokasi, besaran/volume, dan terpetakan secara visual, serta menyusun dan
menyepakati daftar komponen infrastruktur pembangunan tahap 1 yang akan
ditindaklanjuti dengan penyusunan DED, dilanjutkan dengan pengukuran detail
terhadap komponen-komponen tersebut.

Laporan Pendahuluan 4-59


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.40 Tahapan Penyusunan Desain Teknis

TUJUAN • Menyusun peta rinci/siteplan sebagai acuan untuk


pelaksanaan pembangunan di lapangan;
• Menyusun visualisasi pendukung perancangan dan
pembuatan komponen penanganan kawasan secara visual
• Memperoleh list/daftar komponen infrastruktur prioritas
yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan gambar
kerja serta diimplementasikan pada tahun pertama
penanganan
• Memperoleh gambaran visual kawasan kumuh prioritas
secara komperhensif
• Melakukan pengukuran secara sederhana untuk
menentukan komponen-komponen dari infrastruktur
permukiman yang masih bermasalah
• Memperoleh detail kebutuhan perancangan komponen
infrasruktur (volume dan dimensi) serta kondisi lapangan
teraktual pada kawasan permukiman kumuh prioritas
METODE Desk study, studio, analisis kebutuhan, penjaringan
informasi, observasi dan pengukuran lapangan (ground
survey), teknik penelurusan lokasi (transek)

Laporan Pendahuluan 4-60


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

LANGKAH • Melakukan penyusunan peta rinci/siteplan, pembuatan site


plan diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan di
lapangan siteplan sedikitnya memuat: (1) plotting
komponen rencana, (2) jenis serta ukuran komponen
rencana dan (3) kondisi eksisting, misal: nama jalan, arah
aliran, kontur eksisting serta kondisi 0% dari komponen
yang akan dibangun. Peta kebutuhan infarstruktur yang
dipersyaratkan skala 1:1.000 untuk penanganan tahun
pertama.
• Penyusunan Visualisasi Pendukung Perancangan,
pembuatan komponen kawasan secara visual untuk
memberikan pembanding dari kondisi kawasan semula dan
kondisi kawasan setelah dibangun atau before-after
• penyiapan gambar pra rencana berdasarkan rumusan
program kegiatan untuk pembangunan kawasan secara
keseluruhan. Gambar ini memuat bentuk dan komponen-
komponen fisik apa saja yang diperlukan dalam
penanganan kawasan kumuh prioritas, namun jumlah dan
besarannya belum terinci yang disepakati antara pokja
kab/kota, stakeholders kab/kota serta masyarakat pada
kawasan prioritas.
• Melakukan analisis dan diskusi pemilihan komponen
dengan stakeholders kab/kota serta masyarakat pada
kawasan prioritas
LANGKAH • Melakukan ground check dan pengukuran yang di
sesuaikan dengan kebutuhan nyata di lapangan.
Komponen rencana disusun ulang dan dilihat sejauh mana
kemungkinan dapat dilaksanakan pembangunannya di
lapangan. Pemilihan komponen yang akan diukur harus
melalui beberapa kriteria, yaitu:
• Komponen harus benar-benar menjadi prioritas utama
bagi penanganan kawasan kumuh;
• Komponen harus memberikan dampak nyata/manfaat
terhadap perbaikan lingkungan kumuh yang ditangani; dan

Laporan Pendahuluan 4-61


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

• Komponen mudah dilaksanakan pembangunannya dan


tidak berada dalam tanah/lahan yang disengketakan
OUTPUT • Site Plan kawasan pembangunan tahap pertama yang
disusun dengan memperhatikan berbagai acuan yang ada
(peta kebutuhan infarstruktur skala 1:1.000 untuk
penanganan tahun pertama dan skala 1:5.000 untuk
jangka waktu tahun 2017-2019)
• Visualisasi 3 dimensi (3D) dari rencana yang disusun
• kesepakatan daftar rencana komponen infrastruktur
pembangunan tahap 1; dan
• Dimensi dan volume pekerjaan komponen infrastruktur
pembangunan tahap 1
DURASI 4 (empat) minggu *
*) Terhitung sejak minggu ke-1 bulan ke-5 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penentuan kawasan prioritas
penanganan

Laporan Pendahuluan 4-62


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.41 Contoh Siteplan Kawasan Prioritas

Gambar 4.42 Contoh Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name By


Address)

Laporan Pendahuluan 4-63


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.43 Contoh Plotting/Pemetaan Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1

Gambar 4.44 Contoh Siteplan Kawasan Skala 1:1000 (Disertai Dokumentasi Kondisi
Eksisting)

Laporan Pendahuluan 4-64


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.45 Contoh Ilustrasi 3d Kawasan

2) Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)


Penyusunan rencana teknis rinci/gambar kerja (detailed engineering
design/DED) disertai dengan analisa harga satuan, RAB, dan RKS untuk
komponen infrastruktur pembangunan tahap 1 yang telah disepakati

Gambar 4.46 Tahapan Penyusunan DED

TUJUAN • Menyusun rencana teknis rinci (DED) infrastruktur


permukiman perkotaan pada kawasan pembangunan tahap
pertama; dan
• Menyusun Dokumen Lelang yang memuat Rencana Anggaran
Biaya (RAB) dan daftar kuantitas harga
METODE Desk study, studio

Laporan Pendahuluan 4-65


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

LANGKAH • penyusunan desain teknis meliputi:


• Pembuatan keyplan dan gambar kerja sebagai pendetailan
komponen prioritas yang ditentukan sebagai acuan
pelaksanaan di lapangan;
• Pembuatan gambar kerja detail dari komponen yang
direncanakan yaitu gambar denah, tampak dan potongan
dengan skala yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan
kebutuhan pelaksana lapangan (skala 1:200, 1:100, 1:50,
1:10).
• Sedangkan dokumen lelang yang dipersiapkan selain site
plan dan gambar detail diatas mencakup dokumen yang akan
digunakan dalam pengadaan barang dan jasa yaitu:
• Analisa satuan pekerjaan dan RAB; yang disusun dengan
memperhatikan ketentuan yang ada (lihat box 1).
• Rencana Kerja dan Syarat (RKS) serta spesifikasi teknis, yang
disusun berdasarkan kebutuhan lelang
OUTPUT • Gambar kerja/DED untuk setiap komponen infrastruktur yang
disepakati (skala 1:200/1:100/1:50/1:10) yang terdiri atas:
• Peta lokasi komponen (keyplan);
• Gambar potongan/denah/tampak 2D;
• Gambar perspektif 3D; dan
• Detail pengukuran dan analisa biaya (tabel).
• Dokumen lelang meliputi:
• Peta Rinci / Site Plan dan Gambar Detail;
• Data Hasil Pengukuran dan Kondisi Lapangan;
• Rencana Anggaran Biaya (RAB) atau Harga Perkiraan Sendiri
(HPS) dari paket-paket pekerjaan yang disusun (OE);
• Rincian Volume Pekerjaan (BQ);
• Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS);
• Dokumen persyaratan umum dan dokumen persyaratan
administrasi; dan
• Spesifikasi teknis dari masing-masing item komponen
rencana
PELAKSANA • Pokjanis
• TA Pendamping

Laporan Pendahuluan 4-66


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

DURASI 8 (delapan) minggu / 2 (dua) bulan *


*) Terhitung sejak awal bulan ke-5 atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan penyusunan daftar rencana komponen
infrastruktur

Gambar 4.47 Contoh Gambar Kerja

Laporan Pendahuluan 4-67


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.48 Contoh Rencana Anggaran Biaya (Rab) Komponen

3) Pembahasan Pleno
Pada bulan kelima/keenam penyelenggaraan kegiatan, akan diselenggarakan
kegiatan Pembahasan Pleno Penyusunan RP2KPKP yang wajib diikuti oleh
Tenaga Ahli Pendamping dan Pokjanis Kabupaten/Kota.

Laporan Pendahuluan 4-68


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.49 Tahapan Pembahasan Pleno

TUJUAN Memonitor pencapaian dari kegiatan penyusunan


RP2KPKP yang dilakukan di setiap kabupaten/kota
METODE Workshop dan diskusi

LANGKAH • Menyiapkan materi pembahasan capaian penyusunan


RP2KPKP hingga tahap penyusunan desain teknis yang
meliputi bahan tayangan dan materi visualisasi yang
telah disusun;
• Mengikuti kegiatan pembahasan pleno dengan
memaparkan hasil-hasil penyusunan RP2KPKP kepada
para pemangku kepentingan terkait;
• Memaparkan hasil dan proses penyusunan RP2KPKP
oleh tim pokjanis kabupaten/kota; dan
• Merumuskan langkah perbaikan berdasarkan masukan
terhadap pencapaian kegiatan RP2KPKP dari
pelaksanaan pembahasan pleno
OUTPUT • Kesetaraan kualitas dan tingkat kedalaman hasil dari
produk RP2KPKP yang dihasilkan oleh tiap
kabupaten/kota; dan
• Hasil evaluasi terhadap proses yang telah dilakukan.
PELAKSANA • Direktorat PKP, Ditjen Ck, Kementerian PUPR

Laporan Pendahuluan 4-69


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

DURASI 1-2 hari *


*) Minggu ke-4 pada bulan ke-5 (Jadwal dan lokasi
penyelenggaraan ditentukan oleh pihak Direktorat PKP,
Ditjen Ck, Kementerian PUPR)

Secara proses, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh


kota/kabupaten penyusun telah melaksanakan kegiatan FGD 3 serta
perencanaan partisipatif di kawasan permukiman prioritas (pelaksanaan rencana
kerja masyarakat). Secara substansi, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno
diharapkan seluruh kota/kabupaten penyusun telah memiliki output akhir hingga
tahap DED komponen pembangunan tahap 1 yang disertai dengan visualisasi
pendukung perancangan (dokumentasi drone, ilustrasi before-after, dan animasi
3D).
Dalam konteks administrasi, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno
diharapkan seluruh kota/kabupaten penyusun telah melaksanakan pembahasan
laporan akhir sementara di tingkat provinsi.
Readiness Criteria Pembahasan Pleno
PROSES SUBSTANSI ADMINISTRASI
PENYEPAKATAN
Telah menyelenggarakan Telah memiliki DED Telah mengikuti
FGD 3 Komponen kegiatan pembahasan
Pembangunan tahap laporan draft akhir
1

4) Penyempurnaan Hasil Pleno


Perbaikan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
yang telah disusun berdasarkan hasil masukan dari pembahasan pleno

Laporan Pendahuluan 4-70


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.50 Tahapan Penyempurnaan Pleno

TUJUAN Menyempurnakan substansi rencana pencegahan dan


peningkatan kualitas permukiman kumuh
METODE Desk study
LANGKAH • Menginventarisasi catatan masukan penyelenggaraan
pembahasan pleno;
• Memperbaiki substansi rencana pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh; dan
• Mengkonsultasikan hasil penyempurnaan substansi pasca
pembahasan pleno dengan tim teknis provinsi dan koordinator
pusat.
OUTPUT Rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh yang telah disempurnakan hingga ke tahap desain
teknis.
PELAKSANA Direktorat PKP, Ditjen Ck, Kementerian PUPR
DURASI 2 (dua) minggu *
*) terhitung sejak terselenggaranya kegiatan pembahasan
pleno.

Laporan Pendahuluan 4-71


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

5) Diseminasi dan Publikasi


Untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai, maka pada awal bulan
keenam perlu diselenggarakan kegiatan diseminasi dan publikasi. Kegiatan
diseminasi dan publikasi
ini adalah kegiatan penyebarluasan terhadap muatan RP2KPKP kepada
pemangku kepentingan kabupaten/kota termasuk masyarakat.

Gambar 4.51 Tahapan Diseminasi dan Publikasi

TUJUAN Untuk menyebarluaskan hasil penyusunan RP2KPKP yang telah


dilakukan kepada masyarakat
METODE Pemaparan hasil melalui sosialisasi, publikasi media
(cetak/elektronik), dll
LANGKAH • Menyiapkan materi pemaparan dan publikasi yang meliputi
bahan tayang dan materi visualisasi yang telah disusun
• Memaparkan dan mempublikasikan seluruh capaian kegiatan
RP2KPKP
OUTPUT Terinformasikannya hasil penyusunan RP2KPKP kepada
masyarakat
DURASI 1 (satu) minggu *
*) Jadwal penyelenggaraan disesuaikan dengan rencana kerja
yang telah disusun

Laporan Pendahuluan 4-72


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

6) Penyempurnaan Dokumen RP2KPKP


Menyempurnakan Dokumen RP2KPKP sebagai produk akhir hasil penyusunan
substansi RP2KPKP yang memuat seluruh output kegiatan hingga ke tahap
desain teknis.

Gambar 4.52 Tahapan Penyempurnaan Dokumen RP2KPKP

TUJUAN Menyusun substansi rencana pencegahan dan


peningkatan kualitas permukiman perkotaan ke dalam
satu dokumen yang terpadu dan dapat dimanfaatkan oleh
seluruh pemangku kepentingan
METODE Desk study, kompilasi output
LANGKAH • Menginventarisasi output/keluaran utama dari kegiatan
penyusunan RP2KPKP;
• Sistematisasi seluruh hasil-hasil dari rangkain proses
kegiatan yang disusun dalam dokumen perencanaan
yang komprehensif seuai dengan substansi yang
diwajibkan.
• Melakukan diskusi pembahasan terhadap konten dan
sistematika penyajian dokumen.

Laporan Pendahuluan 4-73


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

OUTPUT • Dokumen Rencana Pencegahan dan peningkatan


Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan yang memuat:
• Profil kawasan permukiman kumuh hasil verifikasi;
• Potensi dan permasalahan permukiman kumuh
(pemetaan 7+1 indikator).
• Konsep dan Strategi penanganan permukiman kumuh
(skala kota dan skala kawasan);
• Hasil penilaian tingkat kekumuhan berdasarkan kriteria
dan indikator (Permen PUPR No.2/2016);
• Kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh perkotaan;
• Distribusi pola kolaborasi penanganan permukiman
kumuh;
• Skenario penanganan dan desain penanganan kawasan
permukiman kumuh;
• Rencana aksi dan memorandum keterpaduan program
penanganan;
• Kawasan prioritas yang akan dilakukan
pembangunannya pada tahap pertama (dilakukan
penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan
operasional, dengan tingkat kedalaman skala
perencanaan 1:1.000);
• Siteplan kawasan permukiman prioritas dan visualisasi
pendukung perancangan
a) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas)
b) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun
pertama)
DURASI 2 (dua) minggu *
*) terhitung sejak minggu ke-2 bulan ke-6 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penyempurnaan hasil pleno

7) Finalisasi dan Legalisasi Hasil


Melakukan penyempurnaan Dokumen RP2KPKP serta menyusun produk hukum
(legal drafting) dari substansi RP2KPKP yang telah disusun

Laporan Pendahuluan 4-74


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Gambar 4.53 Tahapan Finalisasi dan Legalsiasi Hasil

TUJUAN Menyusun substansi rencana pencegahan dan peningkatan


kualitas permukiman perkotaan ke dalam satu dokumen
yang terpadu dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh
pemangku kepentingan
METODE legal drafting, pembahasan

LANGKAH • Penyusunan Draft Peraturan Walikota/Bupati berdasarkan


dokumen RP2KPKP yang telah disepakati oleh pemangku
kepentingan;
• Pembahasan di bagian hukum (harmonisasi dan
koordinasi dgn SKPD terkait);
• Pengajuan RANPERWAL/RANPERBUP kepada
Walikota/Bupati (melalui SEKDA);
• Penyempurnaan perwal/perbup oleh tim penyusun
perwal;
• Penetapan peraturan Walikota/Bupati.
OUTPUT Berdasarkan timeline penyusunan RP2KPKP yang hanya
selama 6 bulan, output yang diharapkan yaitu tersusunnya
naskah draft Peraturan Walikota/Bupati tentang Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Kota/Kabupaten
PELAKSANA • Pokjanis
• TA Pendamping

Laporan Pendahuluan 4-75


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

DURASI 2 (dua) minggu *


*) terhitung sejak minggu ke-3 bulan ke-6 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penyusunan dokumen
RP2KPKP

4.3.1 Metodologi Identifikasi/ Penentuan Permukiman Kumuh


Perkotaan

Definisi permukiman kumuh mengacu kepada Undang-undang nomor 1


tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, yaitu: “permukiman kumuh
merupakan permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan,
tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian.”
Dengan penjabaran sebagai berikut:
Pengertian Ketidakteraturan Bangunan:
1) Tata letak bangunan rumah dan prasarana dalam kawasan tidak teratur
a. Tidak adanya Garis Sempadan bangunan (GSB) atau GSB tidak teratur.
b. Orientasi bangunan tidak tertib atau tidak ada pola tata letak bangunan.
2) Struktur pembentukan lingkungan yang tidak teratur (tidak bepola) dan pola
pemanfaatan ruang dengan efektifitas rendah. Dicirikan oleh struktur dan pola
jalan serta infrastruktur.
3) Ketidakteraturan itu bisa disebabkan oleh aspek fisik alami dan fisin binaan di
kawasan tersebut.
Pengertian Kepadatan Bangunan yang tinggi:
1) Menunjukkan banyaknya bangunan (jumlah) bangunan dalam suatu luas lahan
tertentu = bangunan/ha.
2) Kesesusaian Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan
(KLB) dengan persyaratan yang ditetapkan oleh setiap daerah (berbeda untuk
kelas kota yang ditinjau).
3) Berpengaruh terhadap nilai kepadatan penduduk per satuan luas.
Pengertian Penurunan Kualitas Bangunan dan Sarana Prasarana:
1) Penurunan kualitas bangunan ditandai dengan kondisi teknis yang tidak aman,
tidak nyaman, tidak sehat, tidak ada kemudahan serta tidak adanya keindahan.

Laporan Pendahuluan 4-76


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

2) Penurunan kualitas bangunan terkait dengan kriteria Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH):
Secara umum Rumah Tidak Layak Sehat diartikan sebagai kondisi kemampuan
bangunan rumah yang berada dibawah standar kelayakan untuk dihuni. Kondisi
ini dicirikan oleh kualitas bangunan dengan material yang sub standard an
kapasitas huni dari bangunan (luas dibutuhkan perjiwa) berada dibawah standar
rumah sehat yang ditetapkan.
a. Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya.
b. Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bamubu yang belum diproses.
c. Jenis lantai tanah.
d. Tidak mempunyai fasilitas tempat untuk mandi, cuci, kakus (MCK) yang
memadai baik pribadi maupun komunal.
e. Sarana social, budaya, ekonomi dan pelayanan umum seperi air bersih, air
kotor, dan persampahan tidak memadai baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib
didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat. Proses pendataan meliputi proses identifikasi lokasi
dan penilaian lokasi.
Identifikasi permukiman yang teridentifikasi sebagai permukiman kumuh
didasarkan sebagai berikut:
A. Identifikasi Permasalahan Kekumuhan
Identifikasi permasalahan kekumuhan merupakan tahap identifikasi untuk
menentukan permasalahan kekumuhan pada obyek kajian yang difokuskan
pada aspek kualitas fisik bangunan dan infrastruktur ke-Cipta Karya-an pada
suatu lokasi. Identifikasi permasalahan kekumuhan dilakukan berdasarkan
pertimbangan pengertian perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
persyaratan teknis sesuai ketentuan yang berlaku, serta standar pelayanan
minimal yang dipersyaratkan secara nasional. Atas dasar itu, maka identifikasi
permasalahan kekumuhan dilakukan pada beberapa indikator sebagai berikut.
1) Kondisi bangunan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagian besar bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan
bangunan, dalam hal dimensi, orientasi, dan bentuk tapak maupun
bangunan;

Laporan Pendahuluan 4-77


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

b. Lokasi memiliki kepadatan bangunan yang tinggi, yaitu tingginya


jumlah bangunan per hektar sesuai klasifikasi kota yang bersangkutan;
c. Sebagian besar bangunan pad lokasi tidak memenuhi persyaratan
teknis, khususnya persyaratan teknis untuk hunian sederhana (sistem
struktur, pengamanan petir, penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan
bahan bangunan).
2) Kondisi jalan lingkungan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan tidak memadai terhadap luas
area, artinya sebagian besar lokasi belum terlayani jalan lingkungan;
serta
b. Sebagian besar kualitas jalan lingkungan yang ada kondisinya buruk,
artinya kerataan permukaan jalan yang tidak memadai bagi kendaraan
untuk dapat dilalui oleh kendaraan dengan cepat, aman dan nyaman,
termasuk akses bagi mobil ambulan.
3) Kondisi drainase lingkungan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagian besar jaringan drainase pada lokasi yang ada tidak mampu
mengatasi genangan minimal, yaitu genangan dengan tinggi lebih dari
30 cm selama 2 jam dan tidak lebih dari 2 kali setahun; dan
b. Cakupan pelayanan jaringan drainse yang ada tidak memadai terhadap
luas area, artinya sebagian besar lokasi belum terlayani jaringan
drainase.
4) Kondisi penyediaan air minum dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagian besar luas area memilki sistem penyediaan air minum yang
tidak memenuhi persyaratan teknis, baik jaringan perpupaan yang
terdiri dari unit air baku, unit produksi, unit disrtibusi, unit pelayanan
dan unit pengelolahan maupun jaringan bukan perpipaan yang terdiri
dari sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampung air hujan,
terminal air, mobil tanki air, instalasi air kemasan, atau bangunana
perlindungan mata air; serta
b. Cakupan pelayanan penyediaan air minum yang ada tidak memadai
terhadap popuasi, artinya sebagian besar populasi bekum terpenuhi
akses air minum yang aman sebesar 60 liter/orang/hari.
5) Kondisi pengelolaaan air limbah dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagain besar luas area memiliki sistem pengelolahan air limbah yang
tidak memenuhi persyaratan teknis, baik sistem pengelolahan air

Laporan Pendahuluan 4-78


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

limbah setempat secara individual atau komunal, maupun sistem


pengelolahan air limbah terpusat; serta
b. Cakupan pelayanan pengelolahan air limbah yang ada tidak memadai
terhadap populasi, artinya sistem pengelolahan air limbah yang ada
belum mampu menampung timbulan limbah sevesar 5-40
liter/orang/hari.
6) Kondisi pengelolahan persampahan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagian besar luas area memiliki sistem pengelolahan persampahan
yang tidak memenuhi persyaratan teknis, baik dalam hal pewadahan,
pemilahan, pengumpulan., pengangkutan, dan pengelolahan; serta
b. Cakupan pelayanan pengelolahan persampahan yang ada tidak
memadai terhadap populasi, artinya sistem pengelolahan
persampahan yang ada belum mampu menampung timbulan sampah
sebesar 0,3 kg/orang/hari.
7) Kondisi pengamanan kebakaran dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagian besar luas area memiliki pasokan air untuk pemadam
kebakaran yang tidak memadai, baik dari sumber alam (kolam air,
danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan (tanki air, kolam renang,
reservoir air, mobil tanki air dan hidran); serta
b. Sebagian besar luas area memiliki jalan lingkungan yang tidak
memadai untuk mobil pemadam kebakaran, yaitu jalan lingkungan
dengan lebar jalan minimum 3,5 meter dan bebas dari hambatan
apapun.
B. Identifikasi Pertimbangan Lain (Non Fisik)
Identifikasi pertimbangan lain (non fisik) merupakan tahap identifikasi untuk
menentukan skala prioritas penanganan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh yang teridentifikasi dengan sudut pandang lain yang mempengaruhi
efektifitas/keberhasilan program penanganan. Identifikasi pertibangan lain
dilakukan oleh pemerinyan daerah berdasarkan pertimbangan non fisik yang
relevan. Identifikasi pertimbangan lain dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa indikator sebagai berikut:
1) Nilai strategis lokasi, dengan kriteria sebagai berikut:
Lokasi terletak pada fungi strategis kawasan/wilayah, konstelasi
kawasan/wilayah, seperti fungi pemerintah, industri, perdagangan dan
jasa, dan fungsi lainnya.

Laporan Pendahuluan 4-79


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

2) Kepadatan penduduk, dengan kriteria sebagai berikut:


Lokasi memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, artinya jumlah penduduk
per hektar pada lokasi relatif tinggi sesuai klasifikasi wilayah yang
bersangkutan.
3) Potensi sosial ekonomi, dengan kriteria sebagai berikut:
Lokasi memiliki potensi social ekonomi tinggi yang potensial
dikembangkan, artinya pada lokasi terdapat potensi kegiatan ekonomi
seperti budidaya industri, perdagangan maupun jasa, maupun potensi
kegiatan sosial budaya kesenian, kerajinan dan lain sebagainya.
4) Dukungan masyarakat, dengan kriteria sebagai berikut:
Dukungan masyarakat terhadap proses penanganan kekumuhan tinggi,
artinya masyarakat mendukung program penanganan bahkan berperan
aktif sehingga tercipta situasi yang kondusif dalam pelaksanaan fisik.
5) Komitmen pemerintah daerah, dengan kriteria sebagai berikut:
Pemerintah daerah memiliki komitmen tinggi dalam penanganan lokasi,
dimana komitmen pemerintah daerah terhadap lokasi dalam hal ini dinilai
dari lokasi anggaran, progam regulasi, kebijakan maupun kelembagaan.
C. Identifikasi Legalitas Lahan
Identifikasi legalitas lahan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan
permaslahan legalitas lahan pada obyek kajian setiap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang difokuskan pada suatu lahan, kesesuaian dengan
rencana tata ruang dan persyaratan administrasi bangunan.
Identifikasi legalitas lahan meliputi dua aspek yaitu aspek kejelasan status
penguasaan lahan dan aspek kesesuaian dengan rencana tata ruang.
Identifikasi legalitas lahan dilakukan dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
1) Aspek status lahan, dengan beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status lahan, baik dalam hal
kepemilikan maupun izin pemanfaatan tanah dari pemilik tanah (status
tanah legal).
Status kepemilikan sendiri disertai dengan bukti dokumensertifikat ha
katas tanah atau bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya
yang sah. Sedangkan kepemilikan pihak lain (termasuk milik
adat/ulayat), dengan bukti izin pemanfaatan tanah dari pemegang ha

Laporan Pendahuluan 4-80


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

katas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara
pemegang ha katas tanah atau pemilik tanah dengan pengguna tanah.
b. Sebagian atau keseluruhan lokasi tidak memiliki kejelasan status
tanah, baik merupakan milik orang lain, milik Negara dan milik
masyarakat adat tanpa izin pemanfaatan tanah dari pemilik tanah
maupun tanah sengketa (status tanah illegal).
2) Aspek kesesuaian rencana tata ruang (RTR), dengan beberapa
kriteria sebagai berikut:
a. Keseluruhan lokasi berada pada zona perumahan dan permukiman
sesuai RTR (sesui);
b. Sebagian atau keseluruhan lokasi berada tidak pada zona perumahan
dan permukiman sesuai RTR (tidak sesuai).
3) Aspek persyaratan administrasi bangunan, dengan beberapa kriteria
sebagai berikut:
a. Keseluruhan bangunan pada lokasi telah memiliki izin mendirikan
bangunan (IMB)
b. Sebagian atau keseluruhan bangunan pada lokasi tidak memiliki izin
mendirikan bangunan (IMB).

Gambar 4.54 Skema Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh

Laporan Pendahuluan 4-81


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Secara umum pembagian tipologi perumahan dan permukiman kumuh


perkotaan dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Tipologi Perumahan dan Pemuiman Kumuh Perkotaan

No. Tipologi Batasan


1. Perumahan dan permukiman Perumahan kumuh dan perukiman kumuh yang berada
kumuh di atas air di atas air, baik daerah pasang surut, rawa, sungai
ataupun laut.
2. Perumahan dan permukiman Perumahan dan permukiman kumuh yang berada di
kumuh di tepi air tepi badan air (sungai, pantai, danau, waduk, dan
sebagainya), namun berada diluar garis Sempadan
Badan Air.
3. Perumahan dan permukiman Perumahan dan permukiman kumuh yang berada di
kumuh di daratan rendah daerah dataran rendah dengan kemirinagn <10%.
4. Perumahan dan permukiman Perumahan dan permukiman kumuh yang berada di
kumuh di perbukitan daerah tinggi dengan kemiringan lereng > 10% dan <
40%.
5. Perumahan dan permukiman Perumahan dan permukiman kumuh yang terletak di
kumuh di daerah rawan daerah rawan bencana alam, khususnya bencana alam
bencana tanah longsor, gempa bumi dan banjir.

Sumber: Panduan penyusunan RP2KPKP 2016

4.3.2 Metodologi Penentuan Permukiman Kumuh Prioritas

Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi yang telah
dilakukan terhadap aspek-aspek berikut:
1. Kondisi kekumuhan. Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan
kekumuhan terdiri atas klasifikasi:
a. Kumuh kategori ringan;
b. Kumuh kategori sedang; dan
c. Kumuh kategori berat.
2. Legalitas lahan. Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri
atas klasifikasi:
a. Status lahan legal; dan
b. Status lahan tidak legal.
3. Pertimbangan lain. Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri
atas:
a. Pertimbangan lain kategori rendah;

Laporan Pendahuluan 4-82


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

b. Pertimbangan lain kategori sedang; dan


c. Pertimbangan lain kategori tinggi.
Penentuan kawasan permukiman kumuh dilakukan berdasarkan beberapa
kegiatan identifikasi yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya yang meliputi
identifikasi kondisi kekumuhan, identifikasi pertimbangan lain serta identifikasi
legalitas lahan. Secara lebih rinci kriteria dan indicator permukiman kumuh
disajikan pada table berikut ini.

Tabel 4.2 Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan

No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai

A. Identifikasi Kondisi Kekumuhan


1. Kondisi a. Ketidakteraturan · Tidak memnuhi ketentuan · 76%-100% bangunan 5
Bangunan bangunan tata bangunan dalam pada lokasi tidak
Gedung RDTR, meliputi memiliki keteraturan
pengaturan bentuk, · 51%-75% bangunan 3
besaran, peletakan, dan pada lokasi tidak
tampilan bangunan pada memiliki keteraturan
suatu zona; dan/atau · 25%-50% bangunan 1
· Tidak memenuhi pada lokasi tidak
ketentuan tata bangunan memiliki keteraturan
dan tata kualitas
lingkungan dalam RTBL,
meliputi pengaturan blok
bangunan, ketinggian dan
elevasi lantai, konsep
identitas lingkungan,
konsep orientasi
lingkungan, dan wajah
jalan.
b. Tingkat · KDB melebihi ketentuan · 76%-100% bangunan 5
Kepadatan RDTR, dan/atau RTBL memiliki kepadatan
Bangunan · KLB melebihi ketentuan tidak sesuai ketentuan
dalam RDTR, dan/atau · 51%-75% bangunan 3
RTBL, dan/atau memiliki kepadatan
· Kepadatan bangunan tidak sesuai ketentuan
yang tinggi pada lokasi, · 25%-50% bangunan 1
yaitu: memiliki kepadatan
- Untuk kota tidak sesuai ketentuan
metropolitan dan kota
besar ≥ 250 unit/ha

Laporan Pendahuluan 4-83


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai

- Untuk kota sedang dan


kota kecil ≥ 200 unit/ha
c. Ketidaksesuaian Kondisi bangunan pada · 76%-100% bangunan 5
dengan lokasi tidak memenuhi pada lokasi tidak
Persyaratan persyaratan: memenuhi persyaratan
Teknis Bangunan · Pengendalian dampak teknis
lingkungan · 51%-75% bangunan 3
· Pembangunan bangunan pada lokasi tidak
gedung di atas dan/atau memenuhi persyaratan
di bawah tanah, air teknis
dan/atau prasarna/sarana · 25%-50% bangunan 1
umum pada lokasi tidak
· Keselamatan bangunan memenuhi persyaratan
gedung (BG) teknis
· Kenyamanan BG
· Kemudahan BG
2. Kondisi Jalan a. Cakupan Sebagian lokasi perumahan · 76%-100% area tidak 5
Lingkungan Pelayanan Jalan atau permukiman tidak terlayani oleh jaringan
Lingkungan terlayani dengan jalan jalan lingkungan
lingkungan yang sesuai · 51%-75% area tidak 3
dengan ketentuan teknis terlayani oleh jaringan
jalan lingkungan
· 25%-50% area tidak 1
terlayani oleh jaringan
jalan lingkungan
b. Kualitas Sebagian atau seluruh jalan · 76%-100% area 5
Permukaan Jalan lingkungan terjadi memiliki kualitas
Lingkungan kerusakan permukaan jalan permukaan jalan yang
pada lokasi perumahan atau buruk
permukiman · 51%-75% area 3
memiliki kualitas
permukaan jalan yang
buruk
· 25%-50% area 1
memiliki kualitas
permukaan jalan yang
buruk
3. Kondisi a. Ketersediaan Masyarakat pada lokasi · 76%-100% populasi 5
Penyediaan Akses Aman Air perumahan dan tidak dapat mengakses
Air Minum Minum permukiman tidak dapat air minum yang aman

Laporan Pendahuluan 4-84


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai

mengakses air minum yang · 51%-75% populasi 3


memiliki kualitas tidak tidak dapat mengakses
berwarna, tidak berbau, dan air minum yang aman
tidak berasa · 25%-50% populasi 1
tidak dapat mengakses
air minum yang aman
b. Tidak Kebutuhan air minum · 76%-100% populasi 5
Terpenuhinya masyarakat pada lokasi tidak terpenuhi
Kebutuhan Air perumahan atau kebutuhan air minum
Minum permukiman tidak mencapai minimalnya
minimal sebanyak 60 · 51%-75% populasi 3
liter/orang/hari tidak terpenuhi
kebutuhan air minum
minimalnya
· 25%-50% populasi 1
tidak terpenuhi
kebutuhan air minum
minimalnya
4. Kondisi a. Ketidakmampuan Jaringan drainase · 76%-100% area terjadi 5
Drasinase Mengalirkan lingkungan tidak mampu genangan >30cm, >2
Lingkungan Limpasan Air mengalirkan limpasan air jam dan >2x setahun
sehingga menimbulkan · 51%-75% area terjadi 3
genangan dengan tinggi genangan >30cm, >2
lebih dari 30 cm selama jam dan >2x setahun
lebih dari 2 kali setahun · 25%-50% area terjadi 1
genangan >30cm, >2
jam dan >2x setahun
b. Ketidaktersediaan Tidak tersedianya saluran · 76%-100% area tidak 5
Drainase drainase lingkungan pada tersedia drainase
lingkungan perumahan dan lingkungan
permukiman, yaitu saluran · 51%-75% area tidak 3
tersier dan/atau saluran tersedia drainase
lokasl lingkungan
· 25%-50% area tidak 1
tersedia drainase
lingkungan
c. Ketidak Saluran drainase lingungan · 76%-100% drainase 5
Terhubungan tidak terhubung dengan lingkungan tidak
dengan Sistem saluran pada hierarki di terhubung dengan
atasnya sehingga hirarki di atasnya

Laporan Pendahuluan 4-85


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai

Drainase menyebabkan air tidak · 51%-75% drainase 3


Perkotaan dapat mengalir dan lingkungan tidak
menimbulkan genangan terhubung dengan
hirarki di atasnya
· 25%-50% drainase 1
lingkungan tidak
terhubung dengan
hirarki di atasnya
d. Tidak Tidak dilaksanakannya · 76%-100% area 5
Terpeliharanya pemeliharaa saluran memiliki drainase
Drainase drainase lingkungan pada lingkungan yang kotor
lokasi perumahan atau dan bau
permukiman, baik: · 51%-75% area 3
- Pemeliharaan rutin; memiliki drainase
dan/atau lingkungan yang kotor
- Pemeliharaan berkala dan bau
· 25%-50% area 1
memiliki drainase
lingkungan yang kotor
dan bau
e. Kualitas Kualitas konstruksi drainase · 76%-100% area 5
konstruksi buruk, karena berupa galian memiliki kualitas
Drainase tanah tanpa material pelapis konstruksi drainase
atau penutup maupun lingkungan buruk
karena telah terjadi · 51%-75% area 3
kerusakan memiliki kualitas
konstruksi drainase
lingkungan buruk
· 25%-50% area 1
memiliki kualitas
konstruksi drainase
lingkungan buruk
5. Kondisi a. Sistem Pengelolahan air limbah · 76%-100% area 5
Pengelolahan Pengelolahan Air pada lokasi perumahan dan memiliki system air
Air Limbah Limbah tidak permukiman tidak memiliki limbah yang tidak
Sesuai Standar system yang memadai, sesuai standard teknis
Teknis yaitu kakus atau kloset yang · 51%-75% area 3
tidak terhubung dengan memiliki system air
tangki septic baik secara limbah yang tidak
sesuai standard teknis

Laporan Pendahuluan 4-86


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai

individual/domestic, · 25%-50% area 1


komunal maupun terpusat memiliki system air
limbah yang tidak
sesuai standard teknis
b. Prasarana dan Kondisi prasrana dan sarana · 76%-100% area 5
Sarana pengelolahan air limbah memiliki sarpras air
Pengelolahan Air pada lokasi perumahan dan limbah yang tidak
Limbah tidak permukiman dimana: sesuai dengan
Sesuai dengan · Kloset leher angsa tidak persyaratan teknis
Persyaratan terhubung dengan tangki · 51%-75% area 3
Teknis septic; memiliki sarpras air
· Tidak tersedianya system limbah yang tidak
pengolahan limbah sesuai dengan
setempat atau terpusat persyaratan teknis
· 25%-50% area 1
memiliki sarpras air
limbah yang tidak
sesuai dengan
persyaratan teknis
6. Kondisi a. Prasarana dan Prasarana dan sarana · 76%-100% area 5
Pengolahan Sarana persampahana pada lokasi memiliki sarpras
Persampahan Persampahan perumahan atau pengelolahan
Tidak Sesuai permukiman tidak sesuai persampahan yang
Dengan dengan persyaratan tekni, tidak memenuhi
Persyaratan yaitu: dengan persyaratan
Teknis · Tempat sampah dengan teknis
pemilahan sampah pada · 51%-75% area 3
skala domestic atau memiliki sarpras
rumah tangga; pengelolahan
· Tempat pengumpulan persampahan yang
sampah (TPS) atau TPS tidak memenuhi
3R pada skala lingkungan; dengan persyaratan
· Gerobak sampah teknis
dan/atau truk sampah · 25%-50% area 1
pada skala lingkungan; memiliki sarpras
dan pengelolahan
· Tempat pengolahan persampahan yang
sampah terpadu (TPST) tidak memenuhi
pada skala lingkungan. dengan persyaratan
teknis

Laporan Pendahuluan 4-87


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai

b. System Pengelolahan persampahan · 76%-100% area 5


Pengelolahan pada lingkungan memiliki sistem
Persampahan perumahan atau persampahan yang
yang Tidak Sesuai permukiman tidak tidak sesuai standar
Standar Teknis memenuhi persayaratan · 51%-75% area 3
sebagai berikut: memiliki sistem
· Pewadahan dan persampahan yang
pemilahan domestic; tidak sesuai standar
· Pengumpulan lingkungan; · 25%-50% area 1
· Pengangkutan memiliki sistem
lingkungan; persampahan yang
· Pengolahan lingkungan. tidak sesuai standar
persyaratan teknis
c. Tidak Tidak dilakukannya · 76%-100% area 5
Terpeliharanya pemeliharaan sarana dan memiliki sarpras
Sarana dan prasarna pengelolahan persampahan yang
Prsarana persampahan pada lokasi tidak terpelihara
Pengelolahan perumahan atau · 51%-75% area 3
Persampahan permukiman, baik: memiliki sarpras
· Pemeliharaan rutin; persampahan yang
dan/atau tidak terpelihara
· Pemeliharaan berkala. · 25%-50% area 1
memiliki sarpras
persampahan yang
tidak terpelihara
7. Kondisi a. Ketidaktersediaan Tidak tersedianya prsarana · 76%-100% area tidak 5
Proteksi Prasarana proteksi kebakaran pada memiliki prsarana
Kebakaran Proteksi lokasi, yaitu: proteksi kebakaran
Kebakaran · Pasokan air; · 51%-75% area tidak 3
· Jalan lingkungan; memiliki prsarana
· Sarana komunikasi; proteksi kebakaran
· Data system proteksi · 25%-50% area tidak 1
kebakaran lingkungan; memiliki prsarana
dan proteksi kebakaran
· Bangunan pos kebakaran.
b. Ketidak Tidak tersedianya sarana · 76%-100% area tidak 5
tersediaan Sarana proteksi kebakaran pada memiliki sarana
Proteksi loksai, yaitu: proteksi kebakaran
Kebakaran · Alat Pemadam Api Ringan · 51%-75% area tidak 3
(APAR); memiliki sarana
· Mobil pompa; proteksi kebakaran

Laporan Pendahuluan 4-88


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai

· Mobil tangga sesuai · 25%-50% area tidak 1


kebutuhan; dan memiliki sarana
· Perlatan pendukung proteksi kebakaran
lainnya

B. Identifikasi Pertimbangan Lain

8. Pertimbangan a. Nilai Strategi Pertimbangan letak lokasi · Lokasi terletak pada 5


Lain Lokasi perumahan atau fungsi strategis
permukiman pada: kabupaten/kota
· Fungsi statregis · Lokasi tidak terletak 1
kabupaten/Kota;atau pada fungsi strategis
· Bukan fungsi strategis kabupaten/kota
kabupaten/kota.
b. Kependudukan Pertimbangan kepadatan Untuk metropolitan dan 5
penduduk pada lokasi kota besar:
perumahan atau · Kepadatan penduduk
permukiman dengan pada lokasi sebesar
klasifikasi: >400 jiwa/ha
· Rendah yaitu kepadatan Untuk kota sedang dan
penduduk dibawah 150 kota kecil:
jiwa/ha; · Kepadatan penduduk
· Sedang yaitu kepadatan pada lokasi sebesar
penduduk antara 151-200 >200 jiwa/ha
jiwa/ha · Kepadatan penduduk 3
· Tinggi yaitu kepadatan pda lokasi sebesar 151-
penduduk antara 201-400 200 jiwa/ha
jiwa/ha · Kepadatan penduduk 1
· Sangat padat yaitu pada lokasi sebesar
kepadatan penduduk <151 jiwa/ha
diatas 400 jiwa/ha
c. Kondisi Sosial, Pertimbangan potensi yang · Lokasi memiliki potensi 5
Ekonomi dan dimiliki lokasi perumahan sosial, ekonomi dan
Budaya atau permukiman berupa: budaya untuk
· Potensi soial yaitu tingkat dikembangkan atau
partisipasi masyarakat terpelihara
dalam mendukung · Lokasi tidak memiliki 1
pembangunan; potensi sosial, ekonomi
· Potensi ekonomi yaitu dan budaya untuk
adanya kegiatan ekonomi dikembangkan atau
tertentu yang bersifat diperlihara
strategis bagi masyarakat
setempat;

Laporan Pendahuluan 4-89


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai

· Potensi budaya yaitu


adanya kegiatan budaya
tertentu yang dimiliki
masyarakat setempat
C. Identifikasi Legalitas Lahan
Legalitas a. Kejelasan Status Kejelasan status penguasan · Keseluruhan loksai (+)
lahan Penguasaan lahan berupa: memiliki kejelasan
Lahan · Kepemilikan sndiri, status penguasaan
dengan bukti dokumen lahan, baik milik sendiri
sertifikat hak atas tanah atau milik pihak lain
atau bentuk dokumen · Sebagian atau (-)
keterangan status tanah keseluruhan lokasi
lainnya yang sah; atau tidak memiliki kejelasan
· Kepemilikan pihak lain status penguasaan
9. (termasuk milik lahan, baik milik sendiri
atat/ulayat) dengan bukti atau milik pihak lain
ijin pemanfaatan tanah
dari pemegang ha katas
tanah atau pemilik tanah
dalam bentuk perjanjian
tertulis antara pemegang
ha katas tanah atau
pemilik tanah dengan
pihak lain.
b. Kesesuaian RTR Kesesuaian terhadap · Keseluruhan lokasi (+)
peruntukan lahan dalam berada pada zona
rencana tata ruang (RTR), peruntukan peumahan
dengan bukti izin atau permukiman
mendirikan bangunan atau sesuai dengan RTR
surat keterangan rencana · Sebagian atau (-)
kabupaten/kota (SKRK) keseluruhan lokasi
berada bukan pada
peruntukan perumahan
atau permukiman
sesuai RTR

Sumber: Panduan Penyusunan RP2KPKP 2016

Berdasarkan formula penilaian tersebut di atas, selanjutnya lokasi


perumahan dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam berbagai
klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam table berikut ini.

Laporan Pendahuluan 4-90


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Tabel 4.3 Formula Penilaian Dalam Penentuan Skala Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman
Kumuh Perkotaan

Sumber: Panduan penyusunan RP2KPKP 2016

Berdasarkan penilaian tersebut, maka terdapat 18 kemungkinan klasifikasi


perumhan dan permukiman kumuh, yaitu:
1) A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi dan status
lahan legal;
2) A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi dan status
lahan tidak legal;
3) A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang dan
status legal;
4) A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang dan
status tidak legal;
5) A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah dan
status legal;
6) A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah dan
status tidak legal;
7) B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi dan
status legal;
8) B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi dan
status tidak legal;
9) B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang dan
status legal;
10) B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang dan
status tidak legal;

Laporan Pendahuluan 4-91


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

11) B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah dan
status legal;
12) B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah dan
status tidak legal;
13) C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi dan
status legal;
14) C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi dan
status tiak legal;
15) C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang dan
status legal;
16) C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang dan
status tidak legal;
17) C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah dan
status legal;
18) C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah dan
status tidak legal.

Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala


prioritas penangan kawasan perumahan dan permukiman kumuh. Adapun prioritas
penanganannya adalah sebagai berikut:
· Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2
· Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 dan B2
· Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2
· Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4
· Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4
· Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4
· Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6
· Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6
· Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6

4.3.3 Metodologi Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan


Peningkatan Kualitas Kumuh Perkotaan

A. Penentuan Konsep dan Strategi dengan Analisa SWOT


Perumusan konsep dan strategi penanganan merupakan rencana konseptual
penataan kawasan permukiman kumuh untuk mencapai 0% kumuh di Tahun 2019

Laporan Pendahuluan 4-92


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

serta keberlanjutan penanganan pada tahun-tahun berikutnya. Metode yang


digunakan adalah analisa SWOT.
Metode analisis SWOT merupakan metode yang umum digunakan untuk
merumuskan konsep strategi dan kebijakan. Pada dasarnya analisis SWOT adalah
suatu analisis yang bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki suatu
wilayah kota, sehubungan dengan kegiatan pengembangan wilayah yang akan
dilakukan dimasa datang. Analisis ini meliputi tinjauan terhadap:
 Kekuatan‐kekuatan (strengthness) yang dimiliki kawasan, yang dapat
memacu dan mendukung perkembangan kawasan, misalnya kebijaksanaan‐
kebijaksanaan pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang strategis, dan
ruang yang masing tersedia;
 Kelemahan‐kelemahan (weakness) yang ada yang dapat menghambat
pengembangan kawasan, baik hambatan dan kendala fisik kawasan maupun
non fisik, misalnya kemampuan sumber daya manusia, aspek lokasi,
keterbatasan sumber daya alam pendukung, keterbatasan/ketidakteraturan
ruang kegiatan, atau pendanaan pembangunan yang terbatas;
 Peluang‐peluang (opportunity) yang dimiliki untuk melakukan
pengembangan kawasan, berupa sektor‐sektor dan kawasan strategis; serta
 Ancaman‐ancaman (threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak
sehat dalam penanaman investasi, pembangunan suatu kegiatan baru atau
pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan yang dapat mematikan
kelangsungan kegiatan strategis kawasan yang telah ada.

Hasil analisis SWOT sangat tergantung pada tingkat pengetahuan dan


pemahaman penggunanya pada kawasan yang dianalisis. Semakin detail
pemahaman pengguna maka semakin tajam pula hasil analisisnya. SWOT akan
menghasilkan rumusan masalah dan bahan untuk menentukan langkah‐langkah
penanganan selanjutnya. Analisa SWOT pada kegiatan ini dilakukan melalui analisis
interaksi faktor internal (strength / kekuatan dan weakness / kelemahan) dan
eksternal (opportunity / peluang dan threat / ancaman) dengan mengalikan antara
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Dari hasil perkalian kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman tersebut akan diperoleh beberapa jenis strategi,
antara lain: strategi SO, strategi ST, strategi WT, dan strategi OT. Membuat strategi
adalah menggabungkan elemen internal dengan elemen eksternal untuk
mendapatkan alternatif yang paling menguntungkan.

Laporan Pendahuluan 4-93


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Tabel 4.4 Matrik Analisa SWOT

STRENGHTHS WEAKNESS

STRATEGI S-O STRATEGI W-O


Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yng
OPPORTUNITIES
menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan
memanfaatkan peluang untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI S-T STRATEGI W-T


Ciptakan strategi yang Ciptakan Strategi yang
THREATS
menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan
mengatasi ancaman untuk menghindari ancaman

B. Pola Penanganan Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh


Sesuai dengan UU No. 1 Tahun 2011 pasal 97, pola-pola penanganan
peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh dilakukan melalui:
a. Pemugaran;
b. Peremajaan;
c. Permukiman kembali.
Pola – pola pengelolahan penanganan dilanjutkan melalui pengelolahan
utnuk mempertahankan kualitas perumahan dan permukiman.
1) Pemugaran
a. Pengertian
Pemugaran dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali,
perumahan kumuh dan permukiman kumuh menjai perumahan dan
permukiman yang layak huni, yang meliputi perbaikan dan/atau
pembangunan bangunan rumah, prasarana, sarana, dan utilitas umum
yang ada di dalamnya, sehingga memenuhi norma dan standar tekni yang
berlaku.
Pemugaran perumahan dan permukiman kumuh merupakan kegiatan
perbaikan tanpa perombangkan mendasar, serta bersifat parsial dan
dilakukan terhadap perumahan dan permukiman kumuh yang berdiri di
atas lahan yang dalam RTRW diperuntukkan untuk kegiatan permukiman.
b. Penerapan
Pemugaran perumahan dan permukiman kumuh diterapkan berdasrkan
tingkat perbaikan dan/atau pembangunan kembali yang dibutuhkan.
Kebutuhan perbaikan dan/atau pembangunan kembali perumahan dan

Laporan Pendahuluan 4-94


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

permukiman kumuh ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama – sama


masyarakat. Pemugaran perumahan dan permukiman kumuh dapat
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah daeraj, dan/atau oleh masyarakat
secara swadaya tergantung dari berat/ringannya perbaikan yang harus
dilakukan serta berdasarkan pertimbangan lain.
Kegiatan pemugaran yang dilakukan pemerintah daerah diselenggarakan
oleh dinas/instasi yang berwenang seperti Dinas Perumahan, Dinas
Pekerjaan Umum dan dinas terkait lainnya.
Pelaksanaan kegiatan pemugaran dengan swadaya masyarakat, wajib
difasilitasi oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
c. Karakteristik Penanganan
Pada bentuk penanganan ini umumnya yang tidak terlihat terlalu banyak
perubahan mendasar, selain dari peningkatan bentuk pelayanan dan
kondisi fisik prasarana, sarana dan bangunan tempat tinggal.
d. Jenis – jenis penanganan pemugaran
Revitalisasi Merupakan jenis penanganan untuk meningkatkan vitalitas
Kawasan kawasan permukiman melalui peningkatan kualitas lingkungan,
Permukiman tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik
kawasan permukiman tersebut. kegiatan ini bertujuan memperbaiki
dan mendorong ekonomi kawasan dengan cara memanfaatkan
berbagai sarana dan prasarana eksisting yang ada, meningkatkan
kualitas serta kemampuan dari parasana dan sarana melalui
program pembaikan dan peningkatan tanpa melakukan
pembongkaran berarti.
Pada kegiatan ini dilakukan pula pengadaan sarana dan prasarana
baru yang diperlukan tanpa merubah struktur yang ada dan
memanfaatkan bangunan eksisting secara maksimal.
Rehabilitasi Merupakan jenis penanganan yang bertujuan untuk
(Perbaikan) mengembalikan kondisi komponen fisik kawasan permukiman yang
telah mengalami kemunduran kondisi atau degadrasi, sehingga
dapat berfungsi kemabali secara semula, misalnya perbaikan
prasrana jalan, saluran air bersih, drainase dan lain-lain.
Renovasi Merupakan jenis penanganan dengan melakukan perubahan
sebagian atau beberapa bagian dari komponen permukiman
(prasarana dan sarana) dengan tujuan komponen tersebut masih
dapat beradaptasi dan menampung fungsi baru. Bentuk umumnya

Laporan Pendahuluan 4-95


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

adalah peningkatan kemampuan dan kualitas komponen tersebut


sesuai dengan persayaratan baru.
Yang termasuk renovasi adalah:
· Penyesuaian organisasi ruang (pemanfaatan ruang) dan
peningkatan system prasarana/utilitas dan menyesuaikan arah
bangunan
· Ukuran bangunan (penyesuaian bangunan) agar sesuai dengan
tuntutan kebutuhan penanganan
· Orientasi ruang
Rekonstruksi Merupakan jenis penanganan yangbrtujuan mengembalikan
kondisi (kualitas dan fungsi) dan peningkatan komponen
permukiman kedalam kondisi asal, baik persyaratan maupun
penggunaannya. Dalam hal ini tidak ada kekhawatiran terhadap
konsekuensi yang timbl karena perubahan ukuran dan bentuk
komponen.
Preservasi Merupakan jenis penanganan yang dilakukan dengan tujuan untuk
(Pemeliharaan memeliharan komponen-komponen permukiman yang masih
dan berfungsi dengan baik dan mencegah dari proses kerusakan.
Pengendalian) Sebagi fungsi pengendalian, maka preservasi dapat dilakukan
dengan penegasan melalui aturan-aturan pemanfaatan ruang dan
bangunan (KBD, KLB, GSB, GSJ, dan lain-lain). Sifat penanganan
ini cenderung lebih kearah pencehagana timbulnya permukiman
kumuh, sehingga seringkali upaya ini dilakukan bersamaan dengan
restorasi, rehabilitasi dan rekonstruksi.
e. Peran Pelaku
Didasari pada sifat penanganannya yang tidak terlalu banyak
membutuhkan perubahan infrastruktur secara mendasar, maka peran
pelaku di luar masyarakat dalah hal ini pemerintah daeraj dalam program
relative lebih besar dibandingkan dengan peran pelaku masyarakat.
2) Peremajaan
a. Pengertian
Peremajaan perumahan dan permukiman kumuh dilakukan untuk
mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman dan lingkungan
hunian yang baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni
dan masyarakat sekitar. Peremajaan dengan cara pembangunan kembali
perumahan dan permukiman melalui penataan secara menyeluruh
meliputi rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan

Laporan Pendahuluan 4-96


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

permukiman. Pelaksanaan peremajaan harus dilakukan dengan terlebih


dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat terdampak dengan
memenuhi norma dan standar teknis yang berlaku.
Peremajaan dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daeran sesuai
dengan kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat dan
diterapkan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
berdiri di atas lahan yang dalam RTRW diperuntukkan bagi permukiman.
b. Penerapan
Peremajaan diterapkan pada permukiman kumuh secara struktur ruang,
ekonomi dan perilaku tidak dapat dipertahankan lagi, sehingga tidak dapat
ditangani hanya dengan perbaikan dan peningkatan fisik.
Kondisi buruk secara struktur dapat mendorong terciptanya pemanfaatan
ruang yang tidak efisien dan optimal sesuai dengan fungsi yang
ditetapkan.
Permukiman kumuh yang mendapatkan penanganan ini umumnya
ditangani dengan:
· Tidak adanya kejelasan baik pola/struktur prasaran lingkungan.
· Tidak ada kejelasan kesesuaian pola pemanfaatan ruang.
· Strtruktur ekonomi memiliki kondisi yang sangat buruk karena tidak
ditunjang dengan kemampuan pengembangan ekonomi kawasan
permukiman.
Secara keseluruhan kondisi kawasan tidak mencerminkan pemanfaatan
fungsi yang maksimal sesuai denga potensi lahannya.
c. Karakteristik Penanganan
Bentuk penanganan ini umumnya dilakukan dengan perubahan yang
mendasar. Untuk itu penangan ini mempunyai konsekuensi merubah pola
pemanfaatan ruang, baik secara komposisi, komponen, besaran maupun
fungsi.
Hal ini mengarahkan pada pola-pola pengadaan baru yang lebih menonjol
daripada peningkatan dan permbaikan kualitas.
d. Jenis – Jenis Penanganan
Renewel Merupakan jenis penanganan yang bersifat menyeluruh dengan
(peremajaan) melakukan pembongkaran sebagaian atau seluruh komponen
permukiman, kemudian merubah secara struktural dan
membangun kembali di lahan yang sama.

Laporan Pendahuluan 4-97


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Tujuannya adalah untuk mendaptkan nilaia pemanfaatan lahan


optimal sesuai dengan potensi lahan, dan diharapkan dapat
memberikan nilai tambah secara ekonomi dan vitalitas baru.
Konsekuensi bentuk teknis pada penanganan ini adalah:
· Konsolidasi tanah
· Land re-adjusment
· Land sharing, kombinasi pemanfaatan lahan permukiman
dengan komersil
Karakteristik permukiman kumuh yang ditangani meliputi:
· Tata letak secara keseluruhan tidak memungkinkan untuk
dikembangkan dan tidak sesuai lagi untuk menampung jenis
kegiatan baru.
· Aksesibilitas yang buruk, ruang kurang dan tidak dapat
diperluas lagi, organisasi ruang serta hubungan fungsional
yang buruk.
· Kondisi bangunan sangat buruk dan tidak layak pakai, karena
ketidakmampuan lagi melayani fungsi dengan baik.
Redevelopment Merupakan upaya penataan kembali suatu permukiman kumuh
dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana dan
prasarana pada sebagian atau seluruh kawasan yang telah
dinyatakan tidak dapat lagi dipertahankan kehadirannya.
Perubahan secara structural dan peruntukan lahan serta
ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur
pembangunan baru (KLB, KDB, GSB, dan lain-lain) bisanya terjadi.
Restorasi Merupakan jenis penanganan untuk mengembalikan kondisi suatu
permukiman kumuh pada kondidi asal sesuai dengan persyaratan
yang benar, menghilangkan tambahan atau komponen yang
timbul kemudian mengadakan kembali unsur-unsur oermukiman
yang telah hilang tanpa menambah unsur-unsur baru.
e. Peran pelaku
Didasari pada sifat penanganannya, maka peran amsyarakat sangat besar
dalam mengambil keputusan, terutama dalam penentuan jenis komponen
program. Sedangkan pemerintah, pemerintah daerah dan pelaku lain
(swasta) akan lebih banyak dalam emndukung program.
3) Permukiman Kembali
a. Pengertian
Permukiman kembali dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,
perumahan dan permukiman yang lebih baik guna melindungi

Laporan Pendahuluan 4-98


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat. Permukiman


kembali dilakukan dengan memindahkan masyarakat terkena dampak dari
lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali karena tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan/atau rawan bencana serta dapat menimbulkan
bahaya bagi batang ataupun orang.
b. Penerapan
Penanganan ini diterapkan pada permukiman:
· Secara lokasi berada pada lahan illegal
· Tidak memiliki potensi yang lebih baik dari fungsi yang ditetapkan
· Secara lingkungan memberikan dampak negative yang lebih besar
apabila tetap dipertahankan
Termasuk dalam penanganan ini adalah permukiman yang secara
teknologi tidak mampu mendukung penyelesaian masalah. Beberapa
kondisi yang memenuhi persyaratan penanganan ini, antar lain:
· Lokasi yang berada di atas tanah Negara dengan peruntukan non
permukiman (bantaran sungai, lahan penghijauan dan lain-lain).
· Permukiman kumuh yang berada pada lokasi dimana secara fisik
lingkungan sangat berbahaya sebagai tempat bermukim dan tidak
dapat ditanggulangi secara teknis (di atas lahan rawan bencana
alam/geologi) yaitu permukiman kumuh dan permukiman kumuh yang
terletak di: bataran sungai, sepanjang rel kereta api, di bawah SUTET
(tiang tegangan tinggi) serta tidak sesuai peruntukannya dengan
rencana tata ruang.
Permukiman kembali dilakukan dengan memindahkan masyarakat
terdampak ke lokasi yang sesuai dengan rencana tata ruang bagi
peruntukan permukiman. Lokasi akan ditentkan sebagai tempat untuk
permukiman kembali ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat.
Kegiatan permukiman kembali dilakukan untuk mewujudkan kondisi
rumah, perumahan, permukiman dan lingkungan hunian yang lebih baik
guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat.
Pelaksanaan permukiman kembali adalah memindahkan masyarakat yang
tinggal di perumahan tidak layak huni, tidak mungkin dibangun kembali
dan/atau rawan bencana ke lokasi perumahan lain yang layak huni.

Laporan Pendahuluan 4-99


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Pelaksanaan permuiman kembali wajib diselenggarakan oleh pemerintah,


pemerintah provinsi, dan/atau permerintah kabupate/kota.
c. Karakteristik Penanganan
Bentuk penanganan ini umumnya dilakukan dengan cara:
· Perubahan total dikaitkan dengan pengembalian fungsinya kepada
fungsi awal.
· Dilakukan dengan pemindahan permukiman pada areal yang baru
(lokasi lain).
· Tidak diaragkan pada pendukung untuk pengadaan atau peningkatan
fasilitas dan prasarana pendukungnya.
d. Peran pelaku
Didasari pada sifat penanganannya, maka peran masyarakat sangat besar
dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam proses penentuan
kebijakan seperti pengalokasian baru, ganti rugi, dan lain-lain, walaupun
pada posisi illegal.
Peran pelaku pemerintah adalah:
· Menetukan alternative penyelesaian masalah permukiman kembali
· Pengadaan terhadap konsekuensi
· Kompensasi penanganan (lokasi tujuan pemindahan)
Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh harus dilakukan
sesuai dengan hasil penialaian berbagai aspek kekumuhan (tingat
kekumuhan, pertimbangan lain dan legalitas lahan). Peningkatan kualitas
kawasan permukiman kumuh untuk berbagai aspek kekumuhan akan
berbeda-beda pendekatan penanganannya, dimana secara hierarki
peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh paling rendah adalah
pemugaran dan paling tinggi adalah permukiman kembali.
Ketentuan penanganan fisik diatur sesuai dengan faktor permasalahan
kekumuhan setiap lokasi yang teridentifikasi. Beberapa factor
permasalahan kekumuhan suatu lokasi yaitu:
· Aspek bangunan dan lingkungan;
· Aspek jalan lingkungan;
· Aspek drainase lingkungan;
· System penyediaan air minum;
· Sisem pengelolahan persampahan;
· System pengelolahan air limbah.

Laporan Pendahuluan 4-100


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

Pola-pola penanganan peningkatan kualitas terhadap perumahan dan


permukiman kumuh perkotaan direncanakan dengan mempertimbangkan:
1) Klasifikasi kekumuhan dan status legalitas lahan
Pertimbangan pola penanganan berdasrkan klasifikasi kekumuhan dan status
legalitas lahan diatur dengan ketentuan:
a. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan
legal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah peremajaan;
b. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan
ilegal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah permukiman
kembali;
c. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status
lahan legal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah peremajaan;
d. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status
lahan ilegal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah permukiman
kembali;
e. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status
lahan legal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah pemugaran;
f. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status
lahan ilegal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah permukiman
kembali.
2) Tipologi perumahan dan permukiman kumuh perkotaan
Perimbangan pola penanganan perumahan dan permukiman kumuh
berdasrkan tipologi diatur dengan ketentuan:
a. Dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan dan permukiman
kumuh di atas air, maka penanganan yang dilakukan harus memerhatikan
karakteristik daya guna, daya dukung, daya rusak air serta kelestarian air;
b. Dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan dan permukiman
kumuh di tepi air, maka penanganan yang dilakukan harus memerhatikan
daya dukung tepi air, pasang surut air serta kelestarian air dan tanah;
c. Dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan dan permukiman
kumuh di daratan, maka penanganan yang dilakukan harus memerhatikan
karakteristik daya dung tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah;
d. Dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan dan permukiman
kumuh di perbukitan, maka penanganan yang dilakukan harus

Laporan Pendahuluan 4-101


Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten Merauke

memerhatikan karakteristik daya dung tanah, kelerengan, jenis tanah


serta kelestarian tanah;
e. Dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan dan permukiman
kumuh di kawasan rawan bencana, maka penanganan yang dilakukan
harus memerhatikan karakteristik bencana, daya dukung tanah, jenis
tanah serta kelestarian tanah.

Laporan Pendahuluan 4-102

Anda mungkin juga menyukai