Anda di halaman 1dari 73

USULAN TEKNIS

PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH


(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Bagian

B.1 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK


B.1.1 PENDAHULUAN
B.1.1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, tentang perumahan dan kawasan
permukiman, dijelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang
merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat
strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu
upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif;
bahwa negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu
bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak danterjangkau di dalam
perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah
Indonesia; bahwa pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan
memberikan kemudahan dan bantuan perumahan dan kawasan permukiman bagi
masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang
berbasis kawasan serta keswadayaan masyarakat sehingga merupakan satu kesatuan
fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang
mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi,
otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi
persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis. Suatu pemukiman
kumuh dapat dikatakan sebagai pengejawantahan dari kemiskinan, karena pada
umumnya di pemukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal dan banyak kita
jumpai di kawasan perkotaan. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya

Pendekatan dan Metodologi | B- 1


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

pemukiman kumuh di kawasan perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat


ditanggulangi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan,
peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan
pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi penanggulangan
kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat diwujudkan dengan peningkatan
infrastruktur dasar (jalan lingkungan, drainase, air bersih, air limbah/sanitasi,
persampahan, prasarana dan sarana kebakaran, serta ruang terbuka hijau)
penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan lingkungan pemukiman pada
umumnya.

Untuk itu menangani hal tersebut di atas, maka disusunlah kerangka acuan kerja DED
Penanganan Kawasan Kumuh Kewenangan Provinsi, sehingga diharapkan pada tahun
mendatang penataan kawasan kumuh (kewenangan provinsi) melalui pembangunan
menjadikan kawasan permukiman tersebut keluar dari kekumuhannya.

Tanggapan dan Saran:

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dipahami beberapa hal,
diantaranya:

Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang cukup pesat mempunyai


dampak terhadap berbagai bidang antara lain di bidang fisik lingkungan, sosial,
maupun ekonomi yang memerlukan ketersediaan prasarana dan sarana dasar
yang secara umum akan bersifat susul menyusul dengan laju pertumbuhan
penduduk. Kurang tersedianya sarana dasar ini akan mengakibatkan tumbuhnya
beberapa wilayah perkotaan menjadi kawasan kumuh. Kawasan yang kumuh
sering diidentikkan dengan kawasan yang jorok dengan masalah atau kemiskinan
kota.

Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan populasi


tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin. Kawasan
kumuh dapat ditemui di berbagai kota besar di Indonesia. Kawasan kumuh
umumnya dihubung-hubungkan dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran
tinggi. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial seperti
kejahatan, obat-obat terlarang dan minuman keras. Di berbagai wilayah,
kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan karena kondisinya yang
tidak higienis.

Menurut CSU’s Urban Studies Department, kawasan kumuh (slum Area)


merupakan suatu wilayah yang memiliki kondisi lingkungan yang buruk, kotor,
penduduk yang padat serta keterbatasan ruang (untuk ventilasi cahaya, udara,
sinitasi, dan lapangan terbuka). Kondisi yang ada seringkali menimbulkan
dampak yang membahayakan kehidupan manusia (misalnya kebakaran dan
kriminalitas) sebagai akibat kombinasi berbagai faktor.

Pendekatan dan Metodologi | B-2


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Gambar 0-1 Skema Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi dan Program


Penanganan

Sumber: Panduan Penyusunan RP2KPKP

Beberapa karakteristik wilayah kumuh di Indonesia menggambarkan suatu


wilayah permukiman yang secara fisik memiliki kondisi lingkungan yang tidak
sehat, seperti kotor, tercemar, lembab, dan lain-lain. Kondisi tersebut secara
ekologis timbul sebagai akibat dari ketiakmampuan daya dukung lingkungan
mengatasi beban aktivitas yang berlangsung di kawasan tersebut. Di wilayah
perkotaan kondisi tersebut timbul sebagai akibat tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi. Di wilayah pedesaan dengan kepadatan penduduk yang rendah,
kekumuhan wilayah ditimbulkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang buruk,
sebagai akibat keterbatasan sarana maupun kebiasaan masyarakat yang kurang
memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Di berbagai kawasan kumuh, penduduk tinggal di kawasan yang sangat


berdekatan sehingga sangat sulit untuk dilewati kendaraan seperti ambulans dan
pemadam kebakaran. Kurangnya pelayanan pembuangan sampah juga
mengakibatkan sampah yang bertumpuk-tumpuk. Peningkatan kawasan kumuh

Pendekatan dan Metodologi | B-3


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

juga berkembang seiring dengan meningkatnya populasi penduduk. Pemerintah


sekarang ini mencoba menangani masalah kawasan kumuh ini dengan
memindahkan kawasan perumahan tersebut dengan perumahan modern yang
memiliki sanitasi yang baik (umumnya berupa rumah bertingkat/rumah susun).

Selain kawasan kumuh yang menepati lahan-lahan yang legal yang disebut “Slum
Area”, kawasan kumuh seringkali juga muncul pada tempat-tempat tanpa hak
yang jelas, baik secara status kepemilikan maupun secara fungsi ruang kota yang
umumnya merupakan lahan bukan untuk tempat hunian. tanpa seijin pemiliknya,
yang karenanya, pada umumnya membawa konsekuensi terhadap tidak layaknya
kondisi hunian masyarakat tersebut, karena tidak tersedia fasilitas sarana dan
prasarana dasar hunian bagi lingkungan huniannya.

Kawasan semacam ini menurut berbagai literatur termasuk ke dalam kriteria


kawasan squatter. Squatter adalah suatu area hunian yang dibangun di atas lahan
tanpa dilindungi hak kepemilikan atas tanahnya, dan masyarakat squatter adalah
suatu masyarakat yang mendiami (bertempat tinggal) di atas lahan yang bukan
haknya atau bukan diperuntukkan bagi permukiman; seringkali tumbuh
terkonsentrasi pada lokasi terlarang untuk dihuni (bantaran sungai, pinggir
pantai, dibawah jembatan, dll.) dan berkembang cepat sebagai hunian karena
terlambat diantisipasi; dan menempati lahan tanpa hak yang sah (tanah negara,
tempat pembuangan sampah, atau bahkan tanah milik orang/lembaga lain yang
belum ataupun tidak dimanfaatkan).

Kelompok squatter umumnya merupakan migran dari wilayah perdesaan atau


pinggiran kota yang bermigrasi ke perkotaan untuk mengadu nasib (mencari
nafkah) di perkotaan. Selain secara ekonomi umumnya mereka merupakan
komunitas yang berpenghasilan rendah, bergiat di sektor informal, dengan
penghasilan yang tidak tetap, juga secara sosial mereka berpendidikan rendah,
berketrampilan terbatas dengan tatanan sosial kemasyarakatan yang longgar,
menghadapi eksklusifisme dari masyarakat di sekitar-nya, dan akses yang terbatas
terhadap pelayanan sosial dan administrasi publik.

Kemudian secara hukum mereka tidak memiliki kekuatan dan kepastian, karena
me-langgar peraturan formal, serta secara fisik mereka tinggal dalam kondisi
lingkungan yang sangat buruk, tidak tersedia fasilitas sarana dan prasarana dasar
lingkungan hunian, sering terkena banjir dan polusi lingkungan lainnya.

Pertumbuhan permukiman kumuh (slum) dan squatter ini terasa makin pesat,
terutama sejak terjadinya krisis yang “menasional”, mulai dari krisis moneter,
disusul krisis ekonomi sampai dengan krisis multidimensi yang mengakibatkan
bertambah besarnya jumlah penduduk prasejahtera baik di perdesaan maupun di
perkotaan. Kondisi ini telah menimbulkan nuansa kehidupan yang “chaos” di
masyarakat sehingga semakin merebaklah kawasan-kawasan slum dan squatter di
wilayah perkotaan.

Hal itu terjadi karena banyak penduduk kota yang menurun tingkat kesejahtera-
annya menjadi prasejahtera sementara migrasi dari perdesaan yang membawa
banyak penduduk prasejahtera juga meningkat. Dari kondisi tersebut di atas jelas

Pendekatan dan Metodologi | B-4


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

terlihat bahwa permukiman kumuh (slum area) dan squatter merupakan ”buah”
dari berbagai situasi rumit dan ketimpangan pembangunan yang perlu digali akar
persoalannya dan dicari kemungkinan pemecahannya yang realistik yang dapat
disepakati oleh berbagai pihak serta berdampak positif bagi peningkatan kualitas
lingkungan penduduk dan perkembangan ruang kota. Fenomena keberadaan
masyarakat slum dan squatter di kawasan perkotaan ini selain telah menjadi salah
satu penyebab timbulnya ketidakjelasan fungsi elemen-elemen lahan perkotaan,
juga telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan perkotaan, sehingga
wajah kota menjadi tidak jelas dan semerawut. Keberadaan kawasan-kawasan
kumuh akan memberikan dampak negatif, baik ditinjau dari sisi tingkat kalayakan
kawasan maupun keterjaminan kualitas hidup dan keberlanjutan fungsi
lingkungan.

Perkembangan kota yang pesat yang berfungsi sebagai pusat kegiatan serta
menyediakan layanan primer dan sekunder, telah mengundang penduduk dari
daerah pedesaan untuk datang ke perkotaan dengan harapan bisa mendapatkan
kehidupan yang lebih baik serta berbagai kemudahan lain termasuk lapangan
kerja, sehingga mengakibatkan kurang perhatiannya terhadap pertumbuhan
kawasan perumahan dan permukiman penduduk maupun kegiatan ekonomi di
daerah. Kondisi tersebut pada kenyataannya mengakibatkan:
 Terjadinya pertambahan penduduk yang lebih pesat dari pada kemampuan
pemerintah dalam menyediakan hunian serta layanan primer lainnya secara
layak/memadai;
 Tumbuhnya kawasan perumahan dan permukiman yang kurang layak huni,
yang pada berbagai daerah cenderung berkembang menjadi kumuh, dan
tidak sesuai lagi dengan standar lingkungan permukiman yang sehat;
 Kurangnya perhatian/partisipasi masyarakat akan pendayagunaan prasarana
dan sarana lingkungan permukiman guna kenyamanan dan kemudahan
dukungan kegiatan usaha ekonomi.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan faktor penyebab munculnya


kawasan kumuh (slum dan squatter) dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu faktor
yang bersifat langsung dan faktor yang bersifat tidak langsung. Faktor yang
bersifat langsung maupun tidak langsung akan dijelaskan dalam uraian berikut ini:

a. Faktor Yang Bersifat Langsung


Faktor-faktor yang bersifat langsung yang menyebabkan munculnya kawasan
kumuh adalah faktor fisik (kondisi perumahan dan sanitasi lingkungan).
Faktor lingkungan perumahan yang menimbulkan kekumuhan meliputi
kondisi rumah, status kepemilikan lahan, kepadatan bangunan, koefisien
Dasar Bangunan (KDB), dll, sedangkan faktor sanitasi lingkungan yang
menimbulkan permasalahan meliputi kondisi air bersih, MCK, pengelolaan
sampah, pembuangan air limbah rumah tangga, drainase, dan jalan.

Kondisi lingkungan perumahan yang menyebabkan timbulnya kekumuhan


adalah keadaan rumah yang mencerminkan nilai kesehatan yang rendah,
kepadatan bangunan yang tinggi, koefisien dasar bangunan (KDB) yang

Pendekatan dan Metodologi | B-5


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

tinggi, serta status lahan yang tidak jelas (keberadaan rumah di daerah
marjinal) seperti rumah yang berada di bantaran sungai dan pantai. Rumah–
rumah yang berada di daerah marjinal berpotensi terkena banjir pada saat
musim hujan. Dengan demikian nilai kekumuhan tertinggi pada saat musim
penghujan.

Sedangkan faktor sanitiasi lingkungan yang menyebabkan kekumuhan seperti


kurangnya sarana air bersih yang terlihat dari banyaknya masyarakat yang
memanfaatkan air dari sumber yang tidak bersih sehingga berpotensi
menimbulkan penyakit akibat mengkonsumsi air yang tidak sehat, rendahnya
penggunaan MCK serta banyaknya masyarakat yang membuang hajat secara
tidak sehat, sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran organic dan
peningkatan bakteri coli, yang akan menimbulkan dampak lanjutan berupa
gangguan kesehatan masyarakat.

Belum adanya pengelolaan sampah yang baik menjadi salah satu unsur
penentu timbulnya kekumuhan. Akibat tidak adanya sistem pengelolaan
sampah dan kurangnya sarana pembuangan sampah mengakibatkan
terjadinya penumpukan sampah di pekarangan. Tidak berfungsinya sistem
jaringan drainase juga merupakan salah satu penyebab munculnya kawasan
kumuh. Kondisi ini menimbulkan tambahan prolematika lingkungan antara
lain terjadinya banjir (genangan) akibat penyumbatan sungai dan saluran air
(drainase).

Faktor terakhir yang dinilai memiliki dampak langsung terhadap timbulnya


lingkungan kumuh adalah pembuangan limbah rumah tangga dan kondisi
jaringan jalan. Rendahnya kualitas sistem pembuangan air limbah rumah
tangga dan jaringan jalan juga menyebabkan suatu kawasan menjadi kumuh.

b. Faktor Yang bersifat Tidak Langsung


Faktor-faktor yang bersifat tidak langsung adalah faktor-faktor yang secara
langsung tidak berhubungan dengan kekumuhan tetapi faktor-faktor ini
berdampak terhadap faktor lain yang terbukti menyebabkan kekumuhan.
Faktor-faktor yang dinilai berdampak tidak langsung terhadap kekumuhan
adalah faktor ekonomi masyarakat, sosial dan kebudayaan.

Faktor ekonomi yang berkaitan dengan kekumuhan yaitu taraf ekonomi


masyarakat (pendapatan masyarakat), pekerjaan masyarakat. Penghasilan
yang rendah menyebabkan masyarakat tidak memiliki dana untuk membuat
kondisi rumah yang sehat, pengadaan MCK, tempat sampah dan lain-lain
yang terkait dengan sarana lingkungan rumah yang sehat. Pengahsilan yang
rendah juga mengakibatkan sebagian masyarakat membangun rumah tidak
permanent di bantaran sungai dan pantai. Dengan demikian taraf ekonomi
secara tidak langsung berpengaruh terhadap terjadinya kekumuhan.
Demikian juga halnya dengan pekerjaan masyarakat. Pekerjaan masyarakat
yang kurang layak menyebabkan tingkat pendapatan yang rendah, sehingga
kemampuan untuk membuat rumah yang layak huni dan sehatpun menjadi
rendah.

Pendekatan dan Metodologi | B-6


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Faktor kedua yang berpengaruh tidak langsung terhadap kekumuhan adalah


kondisi sosial kependudukan yang meliputi jumlah anggota keluarga, tingkat
pendidikan, dan tingkat kesehatan. Jumlah anggota keluarga yang besar
dengan tingkat pendidikan dan kesehatan yang rendah menyebabkan
rendahnya kemampuan dan pengetahuan masyarakat terhadap
permasalahan lingkungan yang akhirnya mendorong kesadaran yang rendah
terhadap upaya menciptakan lingkungan dan kehidupan yang sehat.

Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan


menyebabkan masyarakat melakukan aktivitas membuang hajat dan sampah
yang berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan dirinya.

Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi munculnya kawasan kumuh yaitu
faktor budaya yang berhubungan dengan masalah kebiasaan dan adat
istiadat. Selain faktor sosial seperti tingkat pendidikan, faktor kebiasaan juga
menjadi pendoroong munculnya kawasan kumuh. Faktor kebiasaan ini juga
yang menyebabkan masyarakat merasa lebih enak membuang hajat di
saluran air dan kebun sekalipun tidak sehat, dibanding membuang hajat di
WC umum. Untuk itu beberapa WC umum yang dibangun oleh pemerintah
berada dalam kondisi terlantar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat.

Selain itu faktor adat istiadat seperti ”makan tidak makan yang penting
kumpul” juga merupakan salah satu penyebab munculnya kawasan kumuh,
walaupun bersifat tidak langsung. Namun adat istiadat seperti ini mendorong
orang untuk tetap tinggal dalam suatu lingkungan perumahan walaupun
tidak layak huni yang penting dekat dengan saudara, tanpa mau berusaha
mencari lingkungan hunian yang lebih baik.

B.1.2 Identifikasi Masalah


Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan
sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Ketersediaan infrastruktur
perumahan dan permukiman secara luas dan merata ditujukan untuk memenuhi
standar pelayanan minimal dan turut menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat,
serta memberikan dukungan terhadap pertumbuhan sektor riil.

Berdasarkan hal di atas, maka Pemerintah Provinsi Banten di tahun 2018


menganggarkan dana APBD untuk Pekerjaan DED Penanganan Kawasan Kumuh
Kewenangan Provinsi yang tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKAP-SKPD) Dinas Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman
Provinsi Banten.

Tanggapan dan Saran:

Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka dapat dipahami dengan


cukup jelas oleh konsultan.

Pendekatan dan Metodologi | B-7


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

B.1.3 Maksud, dan Tujuan


Maksud dari pembuatan rancangan teknik terinci Penanganan Kawasan Kumuh
Kewenangan Provinsi adalah untuk melaksanakan pembuatan dokumen rancangan
teknik terinci (detailed engineering design) pembangunan dan pengembangan
kawasan kumuh yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan
memenuhi standar kualitas persyaratan desain di bidang perumahan dan
permukiman.

Tanggapan dan Saran:

Berdasarkan uraian maksud dan tujuan diatas, maka dapat dipahami dengan
cukup jelas oleh konsultan, yakni tersedianya rancangan teknis penataan kawasan
kumuh hingga menjadi kawasan yang layak untuk ditinggali. Sedangkan maksud
dari pekerjaan ini adalah tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat dan layak
huni.

B.1.4 Sasaran
Adapun beberapa sasaran yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya kondisi lingkungan dan karakteristik di wilayah tersebut;
2. Teridientifikasinya topografi kawasan kumuh di wilayah tersebut;
3. Ditetapkannya tipologi kawasan kumuh yang ada;
4. Terumuskannya strategi penataan kawasan kumuh berdasarkan hasil penetapan
tipologi;
5. Dirumuskannya tahapan program dan kegiatan penataan kawasan kumuh yang
ada;
6. Tersusunnya rancangan teknis terinci penanganan kawasan kumuh.

Tanggapan dan Saran:

Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka dapat dipahami dengan


cukup jelas oleh konsultan, meliputi:
 Teridentifikasinya kondisi lingkungan dan karakteristik di wilayah tersebut;
 Teridentifikasinya topografi kawasan kumuh di wilayah tersebut.
 Ditetapkannya tipologi kawasan kumuh yang ada;
 Terumuskannya strategi penataan kawasan kumuh berdasarkan hasil
penetapan tipologi;
 Dirumuskannya tahapan program dan kegiatan penataan kawasan kumuh
yang ada;
 Teridentifikasinya topografi kawasan kumuh di wilayah tersebut..

Pendekatan dan Metodologi | B-8


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

B.1.5 PELAKSANAAN
B.1.5.1 Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum pelaksanaan
kegiatan DED Penanganan Kawasan Kumuh Kewenangan Provinsi, antara lain:
 Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
 Undang-undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
;
 Undang-undang No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Ke Dua Atas Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 09 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Perumahan dan Permukiman di
Daerah;
 Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
 Permen PU No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Teknis Jalan;
 Permen PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga;
 Permen PUPR No. 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh;
 Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 5 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010-2030;
 Peraturan Daerah setempat yang berlaku.

Tanggapan dan Saran:

Dari uraian mengenai dasar hukum diatas, maka dapat dipahami dengan cukup
jelas oleh konsultan, namun beberapa hal yang perlu ditambahkan mengenai
referensi yang baru guna memperkaya referensi hukum, diantaranya adalah
sebagai berikut:
 Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 13 tahun 2017 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang rencana
tata ruang wilayah nasional;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun

Pendekatan dan Metodologi | B-9


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang;
 Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
 Permen PUPR No.2/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh;
 Permen PU NO.1/PRT/M/2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan
Umum Dan Penataan Ruang.

B.1.5.2 Ruang Lingkup Pekerjaan


Adapun ruang lingkup pekerjaan DED Penanganan Kawasan Kumuh Kewenangan
Provinsi terdiri atas; Ruang lingkup wilayah pekerjaan DED Penanganan Kawasan
Kumuh Kewenangan Provinsi di Kelurahan Warung Jaud, Kecamatan Kasemen, Kota
Serang.

Ruang lingkup kegiatan meliputi:


1. Persiapan
Adalah tahap Tim konsultan terdiri dari tenaga ahli yang mencakup multi disiplin
yang berkompeten dalam bidangnya, memiliki wawasan serta menghayati betul
tugas dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan perancangan teknis dan
infrastruktur kawasan kumuh. Bagaimana melaksanakan perencanaan prasarana,
sarana dan utilitas kawasan permukiman tahapan pembangunan serta bagaimana
pengelolaannya dimasa mendatang dalam waktu pelaksanaan yang efektif. Pada
tahap ini dilakukan mobilisasi tenaga ahli dan peralatan, perizinan survey,
penyusunan format isian, dan koordinasi dengan dinas terkait.

2. Survey
Output yang dihasilkan dari pelaksanaan survey ini adalah keadaan eksisting
topografi kawasan, kondisi eksisting dan infrastruktur kawasan kumuh yang
terdiri atas:
a. Bangunan gedung/Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang dilengkapi dengan
nama dan alamat pemilik rumah tersebut (by name by address);;
b. Jalan Lingkungan;
c. Penyediaan air minum;
d. Drainase lingkungan;
e. Pengelolaan air limbah;
f. Pengelolaan persampahan;
g. Proteksi kebakaran; dan
h. Ruang terbuka hijau/ ruang publik.

Pendekatan dan Metodologi | B-10


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

3. Perencanaan Teknis Awal


Perencanaan teknis awal adalah hasil analisis berdasarkan hasil survey lapangan,
termasuk konsep penataan yang diajukan, serta beberapa sasaran pekerjaan yang
dihasilkan seperti tipologi kawasan kumuh yang ada. Dalam perencanaan awal
ini dihasilkan rancangan/design infrastruktur yang paling baik untuk dapat
dilaksanakan pembangunannya.

4. Perencanaan Teknis Akhir


Perencanaan teknis akhir adalah hasil perbaikan semua hasil perencanaan awal
yang terdiri atas gambar rancangan/design kawasan permukiman (penanganan
kawasan kumuh), gambar teknis perencanaan infrastruktur kawasan kumuh
menjadi lebih baik, peta lokasi penataan, peta penataan kawasan permukiman,
Rancangan Anggaran Biaya Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunannya dan
Kerangka Acuan Kerja kegiatan konstruksi fisiknya. Untuk Rancangan Anggaran
Biaya Pelaksanaan yang disusun harus menggunakan analisa harga satuan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Rancangan Anggaran Biaya Pelaksanaan harus
sinkron/tersambung/terhubung dengan gambar teknis. Rancangan Anggaran
Biaya Pelaksanaan dalam bentuk softcopy harus disusun dalam format excel yang
tersambung satu sama lain antara harga satuan, analisa dan kebutuhan. Jika ada
penggunaan lahan masyarakat, maka agar melengkapinya dengan Surat
Keterangan Hibah dari masyarakat yang berkekuatan hukum tetap. Artinya lahan
yang akan digunakan untuk pembangunan konstruksi fisiknya harus “clear n
clean”, tidak bermasalah hukum dikemudian hari.

Tanggapan dan Saran:

Berdasarkan uraian ruang lingkup diatas, maka dapat dipahami dengan cukup
jelas oleh konsultan, yakni Ruang lingkup wilayah dan menjadi prioritas
penanganan, meliputi tahapan:
a. Persiapan;
b. Survey;
c. Perencanaan Teknis Awal;
d. Perencanaan Teknis Akhir.

Untuk melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria.


Penentuan kriteria kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan
lokasi dengan rencana tata ruang, status (kepemilikan) tanah, letak/kedudukan
lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik,
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal. Selain itu digunakan kriteria
sebagai kawasan penyangga kota metropolitan seperti kawasan permukiman
kumuh teridentifikasi yang berdekatan atau berbatasan langsung dengan kawasan
yang menjadi bagian dari kota metropolitan.

Pendekatan dan Metodologi | B-11


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Berdasarkan uraian diatas maka untuk menetapkan lokasi kawasan permukiman


kumuh digunakan kriteria-kriteria yang dikelompok kedalam komponen sebagai
berikut:
a. Komponen Fisik
 Penggunaan Lahan (Land Use), parameter yang diteliti: tata guna lahan
untuk berbagai peruntukan, mencakup penggunaan untuk fungsi lindung
seperti sempadan pantai, sempadan sungai, dan daerah konservasi;
penggunaan untuk fungsi budidaya seperti permukiman dan aktivitas
lainnya.
 Permukiman, parameter yang diteliti: jumlah rumah, jenis rumah, kondisi
rumah, jumlah penghuni, kepadatan bangunan, KDB, dan status
kepemilikan lahan. Contoh: kondisi sirkulasi udara didalam rumah yang
tidak baik, sehingga udara di dalam rumah tak dapat mengalir dengan
baik, akibatnya akan menggangu kesehatan penghuni rumah tersebut;
tata bangunan yang sangat tidak teratur, umumnya bangunan-bangunan
yang tidak permanen dan bangunan darurat; tidak adanya suasana
”privacy (pribadi)” bagi pemilik rumah, karena jumlah ruang di rumah
tinggalnya terbatas jika dibandingkan dengan jumlah penghuninya.
 Kondisi kualitas udara yang tidak baik (kualitas udara menurun), Hal ini
biasanya karena tidak adanya ruang-ruang terbuka (open space).

b. Komponen Sanitasi Lingkungan


 Kecukupan sumber air bersih, dasar penentuan nilai adalah persentase
jumlah keluarga yang memanfaatkan sungai sebagai sumber air bersih.
 Pemanfaatan MCK oleh Warga, dasar penentuan nilainya adalah
persentase penduduk yang telah menanfaatkan jamban sebagai tempat
membuang hajat dalam satuan wilayah tertentu (satuan wilayah desa).
 Pembuangan air limbah, dasar penentuan nilai dalam kriteria ini adalah
keviasaan penduduk membuang air limbah yang diukur dalam persen
penduduk yang membuang limbah berupa air kotor rumah tangga
kepekarangan rumahnya dalam satuan wilayah tertentu (satuan wilayah
desa).
 Kondisi saluran air, kondisi saluran air (drainase) diukur dalam persentase
saluran drainase dalam kondisi mengalir dalam satu satuan wilayah
tertentu.
 Penumpukan dan Upaya pengelolaan sampah, kondisi persampahan di
hitung dari banyaknya lokasi penumpukkan sampah dalam satu wilayah
tertentu.
 Frekuensi banjir, frekuensi banjir di ukur dari jumlah terjadinya banjir
dalam satu tahun pada satuan wilayah terntentu (satuan wilayah desa).
 Kondisi jalan lingkungan, kondisi jalan lingkungan diukur dalam
persentase jalan lingkungan yang berada pada kondisi sedang dan buruk
dalam satu satuan wilayah tententu (satuan wilayah desa/kelurahan).

Pendekatan dan Metodologi | B-12


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

 Kondisi penerangan dan komunikasi, kondisi penenrangan dan


komunikasi diukur dalam persentase KK yang mendapatkan pelayanan
penerangan dan komunikasi

c. Komponen Sosial Kependudukan


 Jumlah penduduk, diukur dari banyaknya jumlah penduduk yang tinggall
dalam satu kawasan atau wilayah.
 komposisi penduduk, melihat jumlah penduduk berdasarkan struktur usia
(belum produktif, produktif, dan tidak produktif) dan mata status
pekerjaan (bekerja, setengah pengangguran atau pengangguran)
 kepadatan penduduk, melihat kepadatan penduduk yang diukur dari
jumlah penduduk dibagi dengan ketersediaan lahan (daya tampung).
 Pendidikan penduduk, tujuannya untuk melihat sejauh mana tingkat
pendidikan penduduk dalam kawasan tersebut. Sehingga akan diketahui
berapa besar pengetahuan dan pemahaman penduduk terhadap
lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni.
 Kesehatan penduduk, tujuannya untuk melihat sejauh mana kekuatan
yang dimiliki penduduk dari tingkat kesehatannya yang dapat diukur dari
jenis penyakit yang pernah diderita, jumlah penduduk yang terkena
penyakit, dll.

d. Komponen Sosial Budaya


 Kebiasaan penduduk, diukur dari banyaknya jumlah penduduk yang
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mendorong munculnya
kawasan kumuh seperti: kebiasaan membuang sampah disembarang
tempat, kebiasaan membuang hajat di sungai, pekarangan atau tempat
terbuka lainnya, kebiasaan penduduk mengkonsumsi air yang tidak
bersih dan hieginis, dll
 Adat istiadat, yaitu kultur budaya masyarakat yang dapat mendorong
terciptanya kawasan kumuh seperti: makan tidak makan yang penting
ngumpul, dll.

e. Komponen Ekonomi
 Tingkat Pendapatan, diukur dari besarnya pendapatan yang diterima tiap
KK dalam setiap bulannya.
 Aktivitas ekonomi atau mata pencaharian penduduk, diukur dari
besarnya jumlah penduduk yang bekerja dalam suatu bidang tertentu
(PNS, buruh tani, industri, dll).
 Sarana atau fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, bertujuan untuk
melihat berapa besar fasilitas ekonomi yang dapat melayani masyarakat
dalam kawasan tersebut.

Pendekatan dan Metodologi | B-13


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

B.1.6 Organisasi Pelaksana Kegiatan


Badan usaha yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah badan usaha
yang memiliki kualifikasi bidang usaha perencanaan dan pengawasan konstruksi
sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 19/PRT/M/2014 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 08/PRT/M/2011 tentang Pembagian Subklasifikasi dan Subkualifikasi
Usaha Jasa Konstruksi, dengan klasifikasi Perencanaan Penataan Ruang (Kode PR102)
yaitu Jasa Perencanaan Wilayah yang memiliki lingkup pekerjaan jasa perencanaan
tata ruang (mencakup darat, laut, udara dan di dalam bumi) wilayah nasional, pulau,
provinsi, kabupaten, dan kota, termasuk juga jasa pengkajian dan jasa penasehatan
dalam penataan ruang wilayah yang didalamnya dapat meliputi kawasan koridor
pulau, kawasan strategis nasional/provinsi/kabupaten/kota, kawasan andalan, dan
kawasan permukiman termasuk ruang terbuka publik/terbuka hijau. Selain hal
tersebut di atas, badan usaha juga harus memiliki kualifikasi usaha jasa perencanaan
dan pengawasan konstruksi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 19/PRT/M/2014) sebagai berikut :

1. Kualifikasi : Usaha Kecil;


2. Klasifikasi : Perencanaan Penataan Ruang;
3. Kode : PR102;
4. Subklasifikasi : Jasa Perencanaan Wilayah;
5. Ijin Usaha : SIUJK.

A. Tenaga Ahli (Profesional Staff)


Adapun kebutuhan tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan ini terdiri atas:
a. Ketua Tim, sebagai Ahli Penataan Kawasan Permukiman, dengan latar
belakang pendidikan Sarjana (S-1) Perencanaan Wilayah dan Kota dan
berpengalaman di Bidang Penataan Kawasan Permukiman khususnya
penanganan kawasan kumuh. Dengan minimal pengalaman selama 1 (satu)
tahun dan memiliki SKA Ahli Madya Perencanaan Wilayah dan Kota (Kode
502).
Memiliki tugas sebagai berikut :
1) Memimpin seluruh kegiatan dan anggota tim;
2) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan dan anggota tim;.
3) Memonitor atau memantau progress pekerjaan yang dilakukan tenaga
ahli;
4) Menerapkan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan
Kawasan Permukiman;
5) Melaporkan progres pekerjaan kepada pemberi kerja secara berkala;
6) Merumuskan kerangka berpikir dan metodologi analisis secara
menyeluruh;

Pendekatan dan Metodologi | B-14


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

7) Memimpin pembahasan yang dilakukan bersama tenaga ahli terkontrak


dan pihak terkait, termasuk dalam mengantisipasi permasalahan/kendala
penyelesaian pekerjaan;
8) Memfasilitasi dan berpatisipasi aktif dalam setiap diskusi, rapat, maupun
pertemuan dalam rangka pelaksanaan;
9) Merumuskan konsep dan strategi penyelesaian pekerjaan dan
penyelesaian pelaporan;
10) Mengkoordinasikan penyusunan kebijakan dan strategi dalam
penyusunan DED Penanganan Kawasan Kumuh Kewenangan Provinsi;
11) Membuat rumusan materi pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan oleh
pemberi kerja dan sesuai dengan target dalam KAK;
12) Bertanggungjawab penuh kepada direksi atas beban pekerjaan yang telah
dilimpahkan.

b. Sarjana Teknik (S-1) Lingkungan, yang khusus menangani masalah sanitasi


lingkungan, persampahan, air bersih khususnya berpengalaman dibidang
penataan kawasan permukiman. Pengalaman dibidangnya minimal 1 (satu)
tahun dan memiliki SKA Ahli Muda Teknik Lingkungan (Kode 501).

Memiliki tugas sebagai berikut :


1) Mengelola kesehatan dan keselamatan kerja prasarana lingkungan;
2) Melakukan komunikasi di tempat kerja;
3) Mengidentifikasi kebutuhan prasarana lingkungan;
4) Merumuskan rencana umum pembangunan prasarana lingkungan;
5) Menyusun disain konseptual prasarana lingkungan;
6) Menyusun rencana konstruksi prasarana lingkungan;
7) Menilai pelaksanaan konstruksi prasarana lingkungan;
8) Menyusun dokumen teknis konstruksi prasarana lingkungan.
9) Membuat rumusan materi pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan oleh
pemberi kerja dan sesuai dengan target dalam KAK;
10) Mendampingi team leader dalam setiap expose yang dilakukan;
11) Bertanggungjawab penuh kepada direksi atas beban pekerjaan yang telah
dilimpahkan.

c. Sarjana Teknik Sipil (S-1), sebagai ahli prasarana wilayah. Dengan


pengalaman dibidangnya minimal 1 (satu) tahun dan memiliki SKA Ahli
Muda Teknik Jalan.
Memiliki tugas sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi dan membuat pola /diagram potensi dan permasalahan
prasarana permukiman (infrastruktur) yang berkesinambungan dengan
prasarana wilayah;

Pendekatan dan Metodologi | B-15


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

2) Menginvetarisasi bangunan gedung/Rumah Tidak Layak Huni (by name


by address) dan kebutuhan prasarana permukiman (infrastruktur) yang
berkesinambungan dengan prasarana wilayah;
3) Membuat rumusan pola kebutuhan prioritas prasarana permukiman
(infrastruktur);
4) Merumuskan poin-poin/dasar-dasar pembangunan dan pengembangan
permukiman;
5) Mengolah data, menganalisa, dan merencanakan sistem pengembangan
kawasan permukiman pada aspek infrastruktur dasar;
6) Membantu ketua tim dalam penyusunan dan penyelesaian pekerjaan
serta pelaporan;
7) Membuat rumusan materi pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan oleh
pemberi kerja dan sesuai dengan target dalam KAK;
8) Mendampingi team leader dalam setiap expose yang dilakukan;
9) Bertanggungjawab penuh kepada direksi atas beban pekerjaan yang telah
dilimpahkan.

d. Sarjana Teknik Arsitektur Landscape (S-1), adalah seorang ahli yang memiliki
kompetensi seni dan ilmu merancang lansekap (pertamanan) dengan tujuan
untuk menciptakan ruang pertamanan yang fungsional, estetika dan struktur
keindahan dan manfaat suatu pertamanan atau kawasan. Sarjana Teknik
Arsitektur Landscape sebagai ahli Desain Kawasan/Ruang Terbuka Hijau.
Dengan pengalaman dibidangnya minimal 1 (satu) tahun dan memiliki SKA
Ahli Muda Arsitektur Landscape (Kode 103).

Memiliki tugas sebagai berikut :


1) Bertanggung jawab kepada Team Leader;
2) Sebagai penanggung jawab teknis tertinggi pelaksanaan perencanaan
pekerjaan Arsitektur & Landscape;
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan arsitektur yang dilakukan
oleh drafter;
4) Melakukan koordinasi antar bidang/disiplin secara internal dalam
organisasi tim konsultan perencana;
5) Bertanggung jawab atas perhitungan (kualitas & kuantitas) hasil
kemajuan pekerjaan di bidang Arsitektur dan Landscape.
6) Membantu ketua tim dalam penyusunan dan penyelesaian pekerjaan
serta pelaporan;
7) Membuat rumusan materi pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan oleh
pemberi kerja dan sesuai dengan target dalam KAK;
8) Mendampingi team leader dalam setiap expose yang dilakukan;
9) Bertanggungjawab penuh kepada direksi atas beban pekerjaan yang telah
dilimpahkan.

Pendekatan dan Metodologi | B-16


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Seluruh tenaga ahli pada saat pembuktian kualifikasi dan penandatangan


kontrak diharuskan hadir dengan memperlihatkan Ijazah Asli, KTP Asli,
NPWP Asli, referensi/pengalaman kerja Asli/legalisir pejabat yang berwenang
dan form isian pakta integritas yang telah ditandatangani oleh tenaga ahli
bersangkutan.

B. Tenaga Pendukung
a. Surveyor/ Juru Ukur
Tenaga Surveyor disyaratkan lulusan S1 Geodesi, serta memiliki kemampuan
sebagai Tenaga Surveyor yang mempunyai tugas pokok :
1) Melaksanakan survey dan pengukuran detail bangunan/lahan;
2) Membantu Team dalam menyusun laporan dan dokumen lainnya.

b. Draftman/Juru Gambar
Tenaga Draftman disyaratkan lulusan SMA/SMK, serta memiliki kemampuan
sebagai Tenaga Draftman yang mempunyai tugas pokok :
1) Membantu Team khususnya pada pembuatan gambar-gambar desain;
2) Membantu Team dalam menyusun laporan dan dokumen lainnya yang
berkaitan dengan penggambaran.

c. Operator Komputer/Typist
Tenaga Operator Komputer/Typist disyaratkan lulusan SMA/SMK, serta
memiliki kemampuan sebagai Tenaga Operator Komputer/Typist yang
mempunyai tugas pokok :
1) Membantu Team khususnya pada pengetikan dokumen laporan;
2) Membantu Team dalam menyusun laporan dan dokumen lainnya yang
berkaitan dengan operasi komputer/pengetikan.

d. Supir/Driver
Tenaga Supir/Driver disyaratkan memiliki SIM A serta memiliki kemampuan
sebagai Supir/Driver yang mempunyai tugas pokok sebagai supir/driver yang
mengantarkan team khususnya pada saat survey lapangan;

e. Tenaga Lokal
Tenaga Lokal adalah tenaga yang dibutuhkan oleh team pada saat survey
lapangan sebagai informan yang bisa memberikan informasi lapangan/lokasi
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan
oleh team.

Tanggapan dan Saran:

Dari uraian mengenai tenaga ahli diatas, maka dapat dipahami dari komposisi
tenaga ahli yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini, jumlah tenaga ahli yang
disediakan sebanyak 4 (empat) orang termasuk di dalamnya ketua tim dan

Pendekatan dan Metodologi | B-17


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

dibantu oleh tenaga assisten dibantu oleh tenaga pendukung. Komposisi tenaga
ahli yang disediakan tersebut yang dibantu okeh tenaga pendukung dirasakan
cukup untuk melaksanakan pekerjaan ini dimana semua tenaga ahli yang ada
terlibat sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan dalam pekerjaan.

B.1.7 Rencana Pelaksana Kegiatan


Jangka waktu pelaksanaan Pekerjaan DED Penanganan Kawasan Kumuh Kewenangan
Provinsi ini diperkirakan 120 (Seratus Dua Puluh) hari kalender atau 4 (Empat) bulan,
dengan tahapan pekerjaan sebagai berikut:
1. Persiapan Pendahuluan
2. Survey dan Investigasi Lapangan
3. Analisa Data dan Perhitungan Infrastruktur Dasar
4. Perencanaan Desain dan Penggambaran
5. Perhitungan RAB dan Spesifikasi Teknis
6. Pelaporan

Tanggapan dan Saran:

Berdasarkan uraian rencana pelaksana kegiatan diatas, maka dapat dipahami


dengan cukup jelas oleh konsultan, meliputi:
a. Persiapan Pendahuluan;
b. Survey dan Investigasi Lapangan;
c. Analisa Data dan Perhitungan Infrastruktur Dasar;
d. Perencanaan Desain dan Penggambaran;
e. Perhitungan RAB dan Spesifikasi Teknis;
f. Pelaporan.

B.1.8 Hasil Yang Diharapkan


Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah Detail Engineering
Design Penanganan Kawasan Kumuh Kewenangan Provinsi sesuai peraturan yang
berlaku dan bermanfaat untuk pelaksanaan pekerjaan, agar pekerjaan berhasil dan
tepat guna.

B.1.9 Sumber Pendanaan


Untuk pelaksanaan Pekerjaan DED Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh (Kewenangan
Provinsi) di Kota Serang 2 diperlukan biaya kurang lebih Rp 300.000.000,- (Tiga
Ratus Juta Rupiah) termasuk PPN 10% dibiayai Dana APBD Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2018.

Pendekatan dan Metodologi | B-18


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Tanggapan dan Saran:

Berdasarkan uraian sumber pendanaan diatas, maka dapat dipahami dengan


cukup jelas oleh konsultan, yakni dibiayai Dana APBD Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2018.

B.1.10 PELAPORAN
B.1.10.1 Metode Evaluasi
Pedoman kriteria dan standar yang digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan adalah
pedoman, kriteria, dan standar yang berlaku di Indonesia atau spesifik dilokasi
pekerjaan pada saat ini. Dalam penerapannya harus dipertimbangkan untung-rugi,
kemudian sistem operasi dan pemeliharaan sesuai dengan kondisi sosial budaya,
aspirasi dan keinginan masyarakat setempat serta pemerintah daerah, tepat guna dan
biaya konstruksi yang aman dan efisien.

Konsultan harus bertanggung jawab penuh atas hasil DED Penanganan Kawasan
Kumuh Kewenangan Provinsi yang sudah dibuat. Apabila kemudian hari didapatkan
ketidakmantapan mutu hasil desain ini, maka konsultan harus bersedia
memperbaikinya.

Tanggapan dan Saran:

Berdasarkan uraian metode evaluasi diatas, maka dapat dipahami dengan cukup
jelas oleh konsultan.

B.1.10.2 Sistem Pelaporan


Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah :

1. Laporan Pendahuluan, berisi :


a. Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
b. Mobilisasi Tenaga Ahli, Tenaga Pendukung dan peralatan lainnya sesuai
dengan kebutuhan;
c. Hasil peninjauan lapangan awal;
d. Jadual kegiatan penyedia jasa yang dituangkan dalam bentuk kurva-S.

Laporan Pendahuluan harus dipresentasikan dihadapan audiens yang diundang


pengguna jasa dimana penyedia jasa harus menyiapkan bahan expose untuk
dibagikan kepada audiens dan dihadiri oleh seluruh tenaga ahli terkontrak.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
SPMK atau setelah Berita Acara Persetujuan Laporan Pendahuluan diterbitkan,
laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku.

Pendekatan dan Metodologi | B-19


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

2. Laporan Bulanan, berisi:


a. Kegiatan dan kemajuan pekerjaan berjalan yang dilampiri absen personil
yang disetujui dan ditandatangani oleh direktur perusahaan selaku penyedia
jasa dan kurva-S pekerjaan;
b. Rencana kegiatan bulan yang akan datang yang disusun secara rinci, jelas dan
terprogram.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya setiap tanggal 25 setiap bulan
berjalan, masing-masing diserahkan sebanyak 5 (lima) buku.

3. Laporan Antara, berisi:


a. Pengembangan konsep menjadi perencanaan yang lebih detil, mencakup
layout ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan;
b. Pengembangan konsep bentuk massa bangunan terkait tampilan aspek
arsitektural;
c. Pengembangan rencana jaringan infrastruktur yang dibutuhkan.

Hasil pelaksanaan pekerjaan dan prosentase kemajuan pekerjaan harus


dilaporkan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender sejak SPMK
diterbitkan, laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku dan dipresentasikan di
hadapan audiens yang diundang oleh pengguna jasa dan dihadiri oleh seluruh
tenaga ahli terkontrak. Dalam hal ini penyedia jasa juga menyiapkan bahan
expose untuk dibagikan kepada audiens.

4. Draft Laporan Akhir, berisi:


a. Pengembangan rencana desain baik dari aspek struktur dan utilitas;
b. Pengembangan rencana perhitungan anggaran biaya;
c. Draft rencana kerja dan syarat.
Draft Laporan Akhir akan dipresentasikan dihadapan audiens dengan
mengundang pengguna jasa, dan laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku
serta dihadiri oleh seluruh tenaga ahli terkontrak. Dalam hal ini penyedia jasa
juga menyiapkan bahan expose untuk dibagikan kepada audiens dan harus
dilaporkan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak SPMK
diterbitkan.

5. Laporan Akhir, berisi:


Hasil akhir kegiatan berupa hasil analisa data dan desain setelah penyempurnaan
presentasi/pembahasan Draft Laporan Akhir harus dilaporkan selambat-
lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari kalender atau setelah Berita Acara
Persetujuan Laporan Akhir diterbitkan, laporan diserahkan sebanyak 5 (lima)
buku.

6. Laporan Pendukung, berisi:


Hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah diolah dan dianalisa datanya, masing-
masing laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku, yaitu :

Pendekatan dan Metodologi | B-20


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

a. Laporan Bill of Quantity/BOQ (RAB) berikut Analisa Harga Satuan;


b. Laporan Hasil Survey dan Pengukuran, serta Hasil Perhitungan Analisa
Infrastruktur Dasar;
c. Laporan Rencana Kerja dan Syarat/RKS;
d. Kerangka Acuan Kerja kegiatan konstruksi fisiknya;
e. Executive Summary.

7. Dokumentasi :
a. Dokumentasi Pelaksanaan di Lapangan (berwarna), berisi foto-foto kegiatan,
diserahkan sebanyak 5 (lima) buku;
b. Video hasil foto/rekaman dari udara maupun di darat menggunakan
drone/alat rekam lainnya yang disimpan dalam harddsik external.

8. Gambar Detail Desain :


a. Fotocopy A1, 5 (lima) buku;

b. Fotocopy A3, 5 (lima) buku;

c. Album Gambar 3-Dimensi berwarna, 5 (lima) buku;

Seluruh laporan hasil kegiatan disalin kedalam soft copy ke dalam harddisk
external dan merupakan dokumen yang harus diserahkan kepada pengguna jasa.

Tanggapan dan Saran:

Berdasarkan uraian sistem pelaporan diatas, maka dapat dipahami dengan cukup
jelas oleh konsultan. Meliputi:

a. Laporan Pendahuluan;
b. Laporan Bulanan;
c. Draft Laporan Antara;
d. Draft Laporan Akhir;
e. Laporan Akhir;
f. Laporan Pendukung;
g. Dokumentas dan
h. Gambar Detail Desain.

B.1.11 Penutup
Demikian KAK ini disusun untuk digunakan sebagaimana mestinya, dan apabila ada
perubahan atau penyesuaian KAK, maka akan dilakukan perbaikan KAK sebagaimana
tercantum dalam pedoman pelaksanaan pembangunan APBD Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2018.

Pendekatan dan Metodologi | B-21


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Tanggapan dan Saran:

Berdasarkan uraian penutup diatas, maka dapat dipahami dengan cukup jelas
oleh konsultan.

B.2 URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM


KERJA
B.2.1 PENDEKATAN
Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam kerangka Acuan
Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-
prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan
dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai
sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan
tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan akhir tidak tercapai. Sangat
diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang akan
dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang diperlukan.
Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam Kerangka Acuan
Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-
prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan
dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai
sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan
tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan akhir tidak tercapai.Sangat
diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang akan
dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang diperlukan.

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, diantaranya


dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Persyaratan Lingkungan Perumahan dan Permukiman


Beberapa persyaratan lingkungan perumahan, antara lain:
a. Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke lingkungan, yang
berupa jalan dan transportasi;
b. Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang
menjadi lingkungannya;
c. Fleksibilitas,
yaitu kemungkinan pertumbuhan lingkungan fisik atau
pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan
dan keterpaduan prasarana;
d. Ekologi, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahi.

Pendekatan dan Metodologi | B-22


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Kondisi Eksisting
Kawasan Kumuh di Kota
Serang 2
Kriteria Kawasan Kumuh
Fasilitas-fasilitas
 Vitalitas Non Ekonomi kawasan
Lingkungan Perumahan Prasarana dan  Vitalitas Ekonomi
Standar
dan Permukiman Sarana Permukiman Kawasan
Kebutuhan
 Status Kepemilikan Tanah
 Keadaan Prasarana dan Analisis
 Aksesibilitas  Jaringan jalan Sarana Komponen Ruang
 Kompabilitas  Jaringan saluran  Komitmen Pemerintah
 Fleksibilitas pembuangan air Kabupaten/Kota
 Ekologi limbah dan  Prioritas Penanganan
 Lokasi pembangunan Tempat Standar Ruang
 Prasarana lingkungan pembuangan
 Rawan bencana sampah
 Jaringan drainase Analisis Hubungan Analisis Kebutuhan
 Kondisi topografi Fungsional Ruang
 Status tanah  Sumber air bersih

Analisis Tapak
Pemecahan Masalah Kumuh

Kawasan Pengembangan Peremajaan Kota

 Peremajaan menyeluruh
 Gentrifikasi
Konsep Perancangan Tapak
 Rehabilitasi
 Tujuan dan sasaran  Preservasi
pengembangan kawasan  Konservasi
kumuh  Renovasi
 Prinsip dan Kriteria  Restorasi
Perancangan kawasan kumuh  Rekonstruksi

 Rencana Tapak Pemanfaatan Ruang


 Prarencana teknik jaringan air bersih
 Prarencana teknik jaringan air hujan,
 Prarencana teknik jaringan air limbah
 Prarencana teknik jaringan persampahan
 Prarencana teknik jaringan jalan
 Prarencana teknik bangunan gedung

Rencana Tapak lingkungan perumahan dan permukiman:


 Rencana aksesibilitas kawasan
 Rencana prasarana lingkungan kawasan permukiman
 Penanganan terhadap bencana
 Penyesuaian kawasan berdasarkan topografi kawasan

Rencana prasarana dan sarana permukiman:


 Rencana jaringan jalan
 Rencana jaringan saluran pembuangan air limbah
 Rencana sanitasi kawasan dan tempat pembuangan sampah
 Rencana jaringan drainase
 Penyediaan sumber air bersih

Selain persyaratan tersebut diatas, ada beberapa kriteria lain juga yang perlu
diperhatikan, antara lain:

Pendekatan dan Metodologi | B-23


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

a. Pemilihan lokasi pembangunan lingkungan permukiman baru minimal 50


unit rumah;
b. Dilengkapi dengan prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial;
c. Lingkungan permukiman harus bebas dari banjir dan bebas dari gangguan
lainnya;
d. Memiliki kemiringan antara 0-15 %;
e. Kepastian hukum atas tanah;
f. Untuk rumah sederhana berlantai 1 luas persil minimal 60 m2 dan maksimum
200 m2 dengan lebar minimum 3 m2;
g. Untuk rumah tipe maisonet, luas persil minimal adalah 45 m2 dan maksimum
165 m2, lebar muka persil 3 m2;
h. Bagian persil yang tertutup bangunan rumah maksimum 60 % dari luas
persil;
i. Untuk rumah sederhana berlantai 1 besaran bangunan memiliki persyaratan
minimal muka rumah tunggal adalah 6 meter, rumah gandeng 3 meter,
rumah deret 3 meter;
j. Panjang bangunan pada rumah deret maksimum 60 meter;
k. Jarak antara bangunan satu sama lain harus memperhatikan persyaratan
kebakaran, pencahayaan, ventilasi, dan mobilisasi manusia.

B. Prasarana dan Sarana Permukiman


Komponen yang tercakup dalam prasarana permukiman (Nana Rukmana 1993:
10) meliputi pengelolaan air bersih, pengelolaan air limbah, persampahan,
drainase, pengendalian banjir, jalan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dll.

Urbanisasi yang pesat telah meningkatkan kebutuhan akan prasarana


permukiman, sementara pembangunan prasarana permukiman tidak dapat
mengejar kebutuhan tersebut.

Prasarana dan sarana merupakan salah satu komponen yang menentukan pola
serta struktur ruang yang dapat menjamin efisiensi, efektifitas dan produktivitas
kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya.

Ada beberapa definisi yang dapat menjelaskan tentang prasarana dan sarana
permukiman. Menurut UU No. 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan
Permukiman, yang dimaksud dengan Prasarana Lingkungan adalah kelengkapan
dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Menurut penjelasan tersebut, sarana dasar yang
utama bagi berfungsinya suatu lingkungan permukiman adalah:

a. Jaringan jalan untuk memobilitas manusia dan angkutan barang, mencegah


perambatan kebakaran, serta untuk menciptakan ruang dan bangunan yang
teratur.

Pendekatan dan Metodologi | B-24


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

b. Jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah


untuk kesehatan lingkungan.
c. Jaringan saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan banjir
setempat.
d. Dalam keadaan tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan
air bersih merupakan sarana dasar.

Sarana Lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk


penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya
(UU No. 4 Tahun 1992). Menurut penjelasan UU No. 4 tahun 1992, fasilitas
penunjang dimaksud dapat meliputi aspek ekonomi yang antara lain, berupa
bangunan perniagaan atau perbelanjaan yang tidak mencemari lingkungan,
sedangkan fasilitas penunjang yang meliputi aspek sosial budaya, antara lain
berupa bangunan pelayanan umum dan pemerintahan, pendidikan dan
kesehatan, peribadatan, rekreasi dan olah raga, pemakaman, dan pertamanan.

Menurut Buku Pedoman P3KT, prasarana mencakup komponen-komponen


(nana Rukmana 1993: 10): air bersih, drainase, air limbah, persampahan,
pengendalian banjir, perumahan, perbaikan kampung, dan jalan.

Sedangkan menurut Djoko Sujarto, 1977, fasilitas pada hakekatnya dapat


diartikan sebagai suatu aktivitas maupun materi yang berfungsi melayani
kebutuhan individu atau kelompok individu didalam suatu lingkungan
kehidupan. Berdasarkan pemikiran Djoko Sujarto pula bahwa dalam kaitannya
dengan aktivitas manusia maka secara sistematis dapat dibagi 2 kelompok besar
yaitu fasilitas social dan fasilitas fisik. Fasilitas social dapat diartikan sebagai
aktivitas atau materi yang dapat melayani kebutuhan masyarakat akan kebutuhan
yang bersifat memberi kepuasan social mental dan spritual. Pada fasilitas social
dapat dimasukkan fasilitas pendidikan, peribadatan, kesehatan, kemasyarakatan
(civic), fasilitas rekreasi dan olahraga dan tempat pekuburan. Fasilitas fisik adalah
aktivitas atau materi yang dapat melayani kebutuhan masyarakat akan kebutuhan
fisik. Yang dimaksud fasilitas fisik adalah termasuk utilitas umum seperti: air
minum, sanitasi lingkungan, system drainase, gas, listrik dan fasilitas rumah.

Sarana dan prasarana permukiman merupakan salah satu komponen yang


membentuk pola, struktur dan penyebaran geografis suatu kawasan permukiman.
Oleh karena itu pembangunan kawasan permukiman yang tidak didukung oleh
pembangunan sarana dan prasarana yang saling memperkuat akan
mengakibatkan terbentuknya pola-pola dan struktur yang tidak efisien sehingga
tidak dapat menjamin berfungsinya kegiatan-kegiatan dan jalinan antar kegiatan
dalam kawasan tersebut secara baik. Merupakan suatu kebutuhan mutlak dalam
pembangunan kawasan permukiman adanya pembangunan sarana dan prasarana
yang saling mendukung dan memperkuat, sehingga sarana dan prasarana dengan
pembangunan kawasan dapat menjadi wadah bagi berlangsungnya kegiatan-
kegiatan dan hubungan antar kegiatan secara efisien, produktif dan memberikan
dampak positif secara meluasi bidang-bidang kehidupan lainnya.

C. Kriteria Kawasan Kumuh

Pendekatan dan Metodologi | B-25


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Pendekatan ini dimaksudkan selain untuk kebutuhan identifikasi sebaran kawasan


kumuh di masing-masing kab/ kota, juga ditujukan untuk melakukan review
terhadap parameter yang digunakan dalam penetapan suatu lokasi sebagai
kawasan kumuh.

Penentuan kriteria kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan


mempertimbangkan berbagai aspek atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan
lokasi dengan rencana tata ruang, status (kepemilikan) tanah, letak/kedudukan
lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik,
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal.

Berdasarkan uraian diatas maka untuk menetapkan lokasi kawasan permukiman


kumuh digunakan kriteria-kriteria yang dikelompok kedalam kriteria:
 Vitalitas Non Ekonomi
 Vitalitas Ekonomi Kawasan
 Status Kepemilikan Tanah
 Keadaan Prasarana dan Sarana
 Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
 Prioritas Penanganan

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut.


a. Kriteria Vitalitas Non Ekonomi
Kriteria Vitalitas Non Ekonomi dipertimbangkan sebagai penentuan penilaian
kawasan kumuh dengan indikasi terhadap penanganan peremajaan kawasan
kumuh yang dapat memberikan tingkat kelayakan kawasan permukiman
tersebut apakah masih layak sebagai kawasan permukiman atau sudah tidak
sesuai lagi.

Kriteria ini terdiri atas variabel sebagai berikut:


1) Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan
dalam ruang kota.
2) Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal
kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat
didalamnya.
3) Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,
mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
b. Kriteria Vitalitas Ekonomi
Kriteria Vitalitas Ekonomi dinilai mempunyai kepentingan atas dasar sasaran
program penanganan kawasan permukiman kumuh terutama pada kawasan
kumuh sesuai gerakan city without slum sebagaimana menjadi komitmen

Pendekatan dan Metodologi | B-26


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

dalam Hari Habitat Internasional. Oleh karenanya kriteria ini akan


mempunyai tingkat kepentingan penanganan kawasan permukiman kumuh
dalam kaitannya dengan indikasi pengelolaan kawasan sehingga peubah
penilai untuk kriteria ini meliputi:
1) Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah
kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
2) Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan
dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk
dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk
dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan
seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
3) Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk
kawasan permukiman kumuh.

c. Kriteria Status Tanah


Kriteria status tanah sebagai mana tertuang dalam Inpres No. 5 tahun 1990
tentang Peremajan Permukiman Kumuh adalah merupakan hal penting untuk
kelancaran dan kemudahan pengelolaanya. Kemudahan pengurusan masalah
status tanah dapat menjadikan jaminan terhadap ketertarikan investasi dalam
suatu kawasan perkotaan. Perubah penilai dari kriteria ini meliputi:
1) Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
2) Status sertifikat tanah yang ada..

d. Kriteria Kondisi Prasarana dan Sarana


Kriteria Kondisi Prasarana dan sarana yang mempengaruhi suatu kawasan
permukiman menjadi kumuh, paling tidak terdiri atas:

1) Kondisi Jalan lingkungan;


2) Penyediaan air minum;
3) Drainase lingkungan
4) Pengelolaan air limbah
5) Pengelolaan persampahan;
6) Proteksi kebakaran dan
7) Ruang terbuka hijau.

e. Kriteria Komitmen Pemerintah Setempat


Komitmen pemerintah daerah (kabupaten/kota/propinsi) dinilai mempunyai
andil sangat besar untuk terselenggaranya penanganan kawasan permukiman
kumuh. Hal ini mempunyai indikasi bahwa pemerintah daerah menginginkan
adanya keteraturan pembangunan khususnya kawasan yang ada di
daerahnya.

Perubah penilai dari kriteria ini akan meliputi:

Pendekatan dan Metodologi | B-27


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

1) Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan


kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan
penanganannya.
2) Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya.

D. Peremajaan Kota Sebagai Salah Satu Alternatif Pemecahan Permasalahan Kawasan


Kumuh
Peremajaan kota adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan
cara mengganti sebagian atau seluruh unsur-unsur lama dari suatu kawasan
dengan unsur-unsur kota yang lebih baru, dengan tujuan untuk meningkatkan
vitalitas serta kualitas lingkungan kawasan tersebut.

Dalam beberapa proses peremajaan suatu kawasan kota dikenal beberapa cara
pendekatan atau metoda perencanaan yang diterapkan sesuai dengan kondisi
dari permasalahan yang dihadapi oleh kawasan yang akan diremajakan.
Beberapa perangkat pelaksanaan yang telah banyak dipraktekkan oleh negara-
negara lain adalah:

a. Peremajaan Menyeluruh (Redevelopment)


Upaya penanganan Kawasan kumuh di perkotaan dengan terlebih dahulu
melakukan pembongkaran sarana dan prasarana dari sebagian atau seluruh
kawasan kumuh di perkotaan tersebut yang dinyatakan tidak dapat
dipertahankan lagi kehadirannya. Perubahan secara struktural dari
peruntukan lahan, profil sosial-ekonomi, serta ketentuan-ketentuan
pembangunan lainnya yang mengatur intensitas pembangunan baru (KLB,
KDB, tinggi maksimum, dan lain-lain) biasanya terjadi.

b. Gentrifikasi
Adalah upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan kumuh di perkotaan
melalui upaya peningkatan kualitas lingkungannya, namun tanpa
menimbulkan perubahan yang berarti dari sturuktur fisik kawasan tersebut.
Gentrifikasi bertujuan memperbaiki ekonomi kawasan tersebut dengan
mengandalkan kekuatan pasar dengan cara memanfaatkan berbagai sarana
yang ada, meningkatkan kualitas serta kemampuan dari berbagai sarana
tersebut melalui rehabilitasi tanpa harus melakukan pembongkaran yang
berarti.

c. Rehabilitasi
Pada dasarnya merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi suatu
bangunan atau unsur-unsur suatu kawasan yang telah mengalami kerusakan,
kemunduran, atau degradasi, kepada kondisi aslinya sehingga dapat berfungsi

Pendekatan dan Metodologi | B-28


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

kembali sebagai mana mestinya. Metoda ini banyak dipakai dalam proses
gentrifikasi dan konservasi gedung maupun lingkungan.

d. Preservasi
Merupakan upaya untuk memelihara dan melestarikan monumen, bangunan
atau lingkungan pada kondisinya yang ada dan mencegah terjadinya proses
kerusakannya. Metoda ini biasanya diterapkan untuk melindungi gedung-
gedung, monumen ataupun bangunan yang mempunyai nilai arsitektur atau
arti sejarah dari kehancuran. Upaya preservasi biasanya disertai pula dengan
upaya restorasi, rehabilitasi atau rekonstruksi.

e. Konservasi
Pada dasarnya merupakan upaya untuk memelihara suatu tempat sedemikian
rupa sehingga makna dari tempat tersebut dapat dipertahankan. Menurut
pengertian ini maka tempat dapat diartikan sebagai: lahan, kawasan, gedung
atau kelompok-kelompok gedung termasuk lingkungan terkait. Sedangkan
yang dimaksud dengan makna adalah arti dari tempat tersebut seperti: arti
sejarah budaya, ekonomi dll.

f. Renovasi
Adalah upaya untuk merubah sebagian atau beberapa bagian tua, terutama
bagian dalamnya, dengan tujuan agar bangunan tersebut dapat
diadaptasikan untuk menampung fungsi baru yang diberikan pada bangunan
tersebut atau masih untuk fungsi yang sama namun dengan persyaratan yang
baru. Upaya ini biasanya menyertai upaya konservasi dan gentrifikasi dari
suatu bangunan.

g. Restorasi
Merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi suatu kawasan pada kondisi
asalnya dengan menghilangkan tambahan-tambahan yang timbul serta
memasang/mengadakan kembali unsur-unsur semula yang telah hilang tanpa
menambahkan unsur-unsur baru kedalamnya.

h. Rekonstruksi
Merupakan upaya mengembalikan kondisi atau membangun kembali suatu
kawasan sedekat mungkin dengan wujudnya semula yang diketahui. Proses
rekonstruksi biasanya dilakukan untuk mengadakan kembali kawasan yeng
telah rusak atau bahkan telah punah sama sekali.

B.3 METODOLOGI
Secara umum, metodologi dari kegiatan Pekerjaan DED Infrastruktur Dasar Kawasan
Kumuh (Kewenangan Provinsi) Di Kota Serang 2 ini dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
 Tinjauan Kebijakan Terkait;
 Gambaran Umum Wilayah;

Pendekatan dan Metodologi | B-29


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

 Analisa Data dan Perhitungan Infrastruktur Dasar;


 Perencanaan Desain dan Penggambaran;
 Perhitungan RAB dan Spesifikasi Teknis;
 Pelaporan.

Rincian dari masing-masing tahapan tersebut disampaikan sebagai berikut:

A. Tinjauan Kebijakan Terkait


Tinjauan kebijakan ini merupakan suatu pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan daerah agar pembangunan tersebut tepat guna dan tepat sasaran
sesuai dengan program yang telah ditetapkan pemerintah setempat. Selain itu,
selain berpedoman pada kebijakan tersebut, juga perlu diperhatikan tentang
aspirasi dan keinginan masyarakat setempat agar pembangunan sesuai tujuan
negara yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur.

a. Kebijakan RTRW
Kebijakan RTRW yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini terdiri
dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten.

Kebijakan RTRW Provinsi Banten yang dijadikan sebagai landasan dalam


pekerjaan ini mencakup:
1) Kebijakan Struktur Tata Ruang
Hal yang perlu diperhatikan dalam kebijakan struktur tata ruang ini
adalah mengenai kedudukan dan fungsi wilayah perencanaan dalam
sistem regional yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan,
dan lain-lain.

2) Kebijakan Pola Ruang


Tinjauan kebijakan pola ruang dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan
lahan yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Banten. Hal ini
dimaksudkan untuk kesesuaian pengembangan lahan yang akan
direncanakan.

b. Tinjauan terhadap Rencana Panjang Jangka Pendek Provinsi Banten


Tinjauan ini dimaksudkan untuk melihat kebijakan pengembangan sektor
yang diarahkan di wilayah perencanaan. Hal ini akan terkait dengan rencana
program yang akan disusun untuk masa yang akan datang dalam
pengembangan daerah.

B. Gambaran Umum Wilayah


Tinjauan kondisi umum wilayah perencanaan pada dasarnya menggambarkan
potensi yang ada dan sedang berkembang saat ini. dalam penggambarannya
digolongkan dalam beberapa aspek, diantaranya:

Pendekatan dan Metodologi | B-30


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

a. Kondisi Geografis dan Letak Administrasi, yang menggambarkan tentang luas


daerah, batas daerah, dan daerah-daerah yang ada disekitarnya.
b. Kondisi Fisik Dasar dan Sumber Daya Alam, meliputi:
1) Topografi, Kota Serang 2
2) yaitu peninjauan kondisi daerah dengan melihat tingkat kelerengan
(kemiringan tanah) dan ketinggian tempat;
3) Morfologi atau bentang alam suatu daerah merupakan perwujudan suatu
daerah yang tercermin dari bentuk muka bumi yang didasarkan pada
ketinggian, kemiringan, timbulan, dan lekukan yang tercermin pada peta
topografi ataupun kenampakan lapangan;
4) Geologi, mengenai jenis, sebaran dan sifat fisik batuan/ tanah, struktur
geologi, juga geomorfologinya, yaitu gambaran yang berkaitan dengan
bentang alam dalam hubungannya dengan jenis batuan pembentuknya
serta daerah rawan bencana;
5) Jenis tanah, yaitu memaparkan keadaan tanah di daerah setempat
beserta tingkat keasaman, permeabilitas, kedalaman efektif, dan lain-lain;
6) Klimatologi, membahas mengenai temperature, curah hujan, kelembaban
udara, cahaya, arah, dan kecepatan angin;
7) Hidrologi, memberikan gambaran tentang air dalam segala bentuknya
(cair, gas, padat) pada, dalam, dan di atas permukaan tanah. Termasuk
didalamnya adalah penyebaran, daur dan perilakunya, sifat-sifat fisik dan
kimiawinya, serta unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri; dan
8) Rawan Bencana, memberikan gambaran mengenai kawasan rawan
bencana yang ada di wilayah tersebut, baik itu rawan bencana banjir,
gempa, gunung berapi, dan lain-lain.

c. Kondisi Penggunaan Lahan, yang memberikan gambaran tentang lahan yang


telah terbangun dan belum terbangun.
d. Kondisi Kependudukan, meliputi:
1) Jumlah penduduk yang ada di wilayah tersebut secara keseluruhan
maupun per bagian wilayah;
2) Distribusi penduduk, untuk melihat penyebaran penduduk/ konsentrasi
penduduk sehingga diatur agar tidak begitu timpang dengan wilayah
lainnya;
3) Kepadatan penduduk, untuk melihat daya tampung penduduk terhadap
wilayah secara keseluruhan dan pada masing-masing bagian wilayah;
4) Perkembangan penduduk, mengidentifikasi penduduk yang keluar dan
masuk pada daerah tersebut, baik dari tingkat migarasi maupun dari
tingkat kelahiran dan kematian;
5) Laju Pertumbuhan penduduk, untuk melihat persentase tingkat
pertambahan penduduk tiap tahunnya baik itu secara umum maupun per
bagian wilayah;

Pendekatan dan Metodologi | B-31


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

6) Komposisi penduduk, yaitu mengetahui struktur penduduk dari mata


pencaharian, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan,
dan lain-lain;
7) Tingkat kesejahteraan penduduk, yaitu untuk melihat tingkat kemiskinan
penduduk setempat; dan
8) Kondisi sosial budaya, untuk mengidentifikasi adat istiadat dan kebiasaan
daerah setempat.

e. Kondisi Ekonomi, meliputi:


1) Laju pertumbuhan ekonomi, untuk mengetahui perhitungan PDRB
didasarkan atas harga konstan pada tahun yang telah ditetapkan
sebelumnya;
2) Struktur Ekonomi, melihat distribusi persentase PDRB secara sektoral
yang menunjukan peranan masing-masing sektor terhadap PDRB secara
keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, maka semakin besar
pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu
daerah;
3) Sumber Daya Ekonomi/Sektor Unggulan, sumberdaya ekonomi yang
cukup potensial yang mampu memberikan kontribusi cukup besar bagi
kegiatan perekonomian; dan
4) Ketenagakerjaan, untuk mengidentifikasi penduduk yang telah bekerja
dan penduduk yang masih menganggur.

f. Kondisi Sistem Transportasi, meliputi:


1) Sarana Transportasi, untuk melihat moda transportasi baik itu
transportasi darat, laut, dan udara;
2) Prasarana Transportasi, memaparkan mengenai jaringan jalan dan
jembatan yang ada di wilayah tersebut serta prasarana transportasi laut
dan udara; serta
3) Pola Pergerakan Transportasi, yang menggambarkan sirkulasi ekstern dan
intern daerah.
4) Kondisi Sarana dan Prasarana, meliputi uraian sarana pelayanan umum
(perdagangan, kesehatan, pendidikan, olahraga dan rekreasi,
peribadatan, dan lain-lain), serta prasarana (jaringan jalan, listrik,
telepon, air bersih, drainase, air limbah, dan lain-lain) mengenai jumlah,
penyebaran, dan skala pelayanannya.
5) Kelembagaan, meliputi struktur organisasi dan tata laksana pemerintahan
dan sumber daya manusian yang ada.
6) Pembiayaan pembangunan, meliputi sumber pemasukan dan
pengeluaran pendanaan.

C. Analisis Data dan Perhitungan Infrastruktur Dasar

Pendekatan dan Metodologi | B-32


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Analisis data digunakan sebagai masukan dalam penghitungan infrastuktur dasar


baik secara manual maupun dengan program software.

Analisis ini dilakukan adalah untuk menentukan lokasi kawasan kumuh dan
kemudian menentukan tipologi kawasan kumuh. Tahap yang akan dilakukan
dalam analisis tipologi kawasan kumuh ini adalah:
a. Penilaian Kawasan Kumuh
Dalam melakukan penilaian terhadap kawasan kumuh terdapat beberapa
parameter yang dapat digunakan yang didasarkan pada beberapa kriteria
yaitu kriteria fisik, kriteria sanitasi lingkungan; kriteria sosial kependudukan;
kriteria sosial budaya, dan kriteria ekonomi yang ada di Provinsi Banten.
Lebih jelasnya parameter tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini:

1) Komponen Fisik
 Penggunaan Lahan (Land Use), parameter yang diteliti: tata guna
lahan untuk berbagai peruntukan, mencakup penggunaan untuk
fungsi lindung seperti sempadan pantai, sempadan sungai, dan
daerah konservasi; penggunaan untuk fungsi budidaya seperti
permukiman dan aktivitas lainnya.
 Permukiman, parameter yang diteliti: jumlah rumah, jenis rumah,
kondisi rumah, jumlah penghuni, kepadatan bangunan, KDB, dan
status kepemilikan lahan. Contoh: kondisi sirkulasi udara didalam
rumah yang tidak baik, sehingga udara di dalam rumah tak dapat
mengalir dengan baik, akibatnya akan menggangu kesehatan
penghuni rumah tersebut; tata bangunan yang sangat tidak teratur,
umumnya bangunan-bangunan yang tidak permanen dan bangunan
darurat; tidak adanya suasana ”privacy (pribadi)” bagi pemilik
rumah, karena jumlah ruang di rumah tinggalnya terbatas jika
dibandingkan dengan jumlah penghuninya.
 Kondisi kualitas udara yang tidak baik (kualitas udara menurun), Hal
ini biasanya karena tidak adanya ruang-ruang terbuka (open space).
2) Komponen Sanitasi Lingkungan
 Kecukupan sumber air bersih, dasar penentuan nilai adalah
persentase jumlah keluarga yang memanfaatkan sungai sebagai
sumber air bersih.
 Pemanfaatan MCK oleh Warga, dasar penentuan nilainya adalah
persentase penduduk yang telah menanfaatkan jamban sebagai
tempat membuang hajat dalam satuan wilayah tertentu (satuan
wilayah desa).
 Pembuangan air limbah, dasar penentuan nilai dalam kriteria ini
adalah keviasaan penduduk membuang air limbah yang diukur
dalam persen penduduk yang membuang limbah berupa air kotor
rumah tangga kepekarangan rumahnya dalam satuan wilayah
tertentu (satuan wilayah desa).

Pendekatan dan Metodologi | B-33


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

 Kondisi saluran air, kondisi saluran air (drainase) diukur dalam


persentase saluran drainase dalam kondisi mengalir dalam satu
satuan wilayah tertentu.
 Penumpukan dan Upaya pengelolaan sampah, kondisi persampahan
di hitung dari banyaknya lokasi penumpukkan sampah dalam satu
wilayah tertentu.
 Frekuensi banjir, frekuensi banjir di ukur dari jumlah terjadinya banjir
dalam satu tahun pada satuan wilayah terntentu (satuan wilayah
desa).
 Kondisi jalan lingkungan, kondisi jalan lingkungan diukur dalam
persentase jalan lingkungan yang berada pada kondisi sedang dan
buruk dalam satu satuan wilayah tententu (satuan wilayah
desa/kelurahan).
 Kondisi penerangan dan komunikasi, kondisi penenrangan dan
komunikasi diukur dalam persentase KK yang mendapatkan
pelayanan penenrangan dan komunikasi

3) Komponen Sosial Kependudukan


 Jumlah penduduk, diukur dari banyaknya jumlah penduduk yang
tinggall dalam satu kawasan atau wilayah.
 komposisi penduduk, melihat jumlah penduduk berdasarkan struktur
usia (belum produktif, produktif, dan tidak produktif) dan mata
status pekerjaan (bekerja, setengah pengangguran atau
pengangguran)
 kepadatan penduduk, melihat kepadatan penduduk yang diukur dari
jumlah penduduk dibagi dengan ketersediaan lahan (daya tampung).
 Pendidikan penduduk, tujuannya untuk melihat sejauh mana tingkat
pendidikan penduduk dalam kawasan tersebut. Sehingga akan
diketahui berapa besar pengetahuan dan pemahaman penduduk
terhadap lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni.
 Kesehatan penduduk, tujuannya untuk melihat sejauh mana
kekuatan yang dimiliki penduduk dari tingkat kesehatannya yang
dapat diukur dari jenis penyakit yang pernah diderita, jumlah
penduduk yang terkena penyakit, dll.

4) Komponen Sosial Budaya


 Kebiasaan penduduk, diukur dari banyaknya jumlah penduduk yang
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mendorong munculnya
kawasan kumuh seperti: kebiasaan membuang sampah disembarang
tempat, kebiasaan membuang hajat di sungai, pekarangan atau
tempat terbuka lainnya, kebiasaan penduduk mengkonsumsi air yang
tidak bersih dan hieginis, dll

Pendekatan dan Metodologi | B-34


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

 Adat istiadat, yaitu kultur budaya masyarakat yang dapat


mendorong terciptanya kawasan kumuh seperti: makan tidak makan
yang penting ngumpul, dll.

5) Komponen Ekonomi
 Tingkat Pendapatan, diukur dari besarnya pendapatan yang diterima
tiap KK dalam setiap bulannya.
 Aktivitas ekonomi atau mata pencaharian penduduk, diukur dari
besarnya jumlah penduduk yang bekerja dalam suatu bidang tertentu
(PNS, buruh tani, industri, dll).
 Sarana atau fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, bertujuan untuk
melihat berapa besar fasilitas ekonomi yang dapat melayani
masyarakat dalam kawasan tersebut.

b. Kriteria Penilaian Kawasan Kumuh


Dari penjelasan-penjelasan diatas, kemudian dilakukan penentuan status
kawasan kumuh berdasarkan tingkat kekumuhan. Dalam analisis ini, status
kawasan kumuh dibagi dalam 5 kelas, yaitu:
Ko = Tidak kumuh

K1 = Kurang kumuh

K2 = Cukup Kumuh

K3 = Kumuh

K4 = Sangat kumuh

Untuk jelasnya mengenai penetapan kriteria kawasan kumuh dapat dilihat


pada Tabel B.2.

Tabel 0-1 Penetapan Kriteria Kawasan Kumuh

KELAS KAWAASN KUMUH


KOMPONEN
NO Tidak Kumuh Kurang Kumuh Cukup Kumuh Kumuh Sangat Kumuh
PENILAIAN
(K0) (K1) (K2) (K3) (K4)
I Komponen Fisik
1 Kondisi Rumah Baik Hampir Baik Cukup Buruk Sangat Buruk
2 Jenis Rumah Permanen Semi Permanen Temporer Temporer Temporer

Pendekatan dan Metodologi | B-35


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

KELAS KAWAASN KUMUH


KOMPONEN
NO Tidak Kumuh Kurang Kumuh Cukup Kumuh Kumuh Sangat Kumuh
PENILAIAN
(K0) (K1) (K2) (K3) (K4)
3 Kepadatan bangunan Rendah Sedang Hampir tinggi Tinggi Sangat Tinggi
4 KDB < 50 % 60 % 70 % 80 % > 90 %
5 Jumlah Penghuni 5 Org 6-7 Org 8-9 org 10 Org > 10 Org
6 Sirkulasi Udara Baik Cukup Hampir Cukup Kurang Sangat Kurang

II Komponen Sosial
1 Pendidikan > 75 % SMA 50-75 % SMA 25-50 % SMA 5-25 % SMA < 5 % SMA
2 Kesehatan Baik Hampir Baik Cukup Buruk Sangat Buruk

III Komponen Budaya


1 Kebiasaan Penduduk Ramah Lingk. Sedang Cukup Kurang Sangat Kurang
2 Adat Istiadat Baik Hampir Baik Cukup Buruk Sangat Buruk

IV Komponen Ekonomi
1 Pendapatan Perkapita > 1.000.000 1.000.000- 750.000- 500.000- < 250.000
per bulan 750.000 500.000 250.000
2 Status Pekerjaan Bekerja dan Bekerja Hampir Bekerja kurang Bekerja tidak Bekerja sangat
mencukupi Mencukupi mencukupi mencukupi tidak
mencukupi

V Komponen Sanitasi Lingkungan


1 Air Bersih (dari Sungai) <5% 5-25 % 25-50 % 50-75 % > 75 %
2 MCK (septik Tank) > 75 % 50-75 % 25-50 % 5-25 % <5%
3 Sampah Sedikit dan Sedikit tapi tidak Sedang dan Sedang tapi Banyak dan
Dikelola dikelola dikelola tidak dikelola tidak dikelola
4 Air Limbah ( Ke <5% 5-25 % 25-50 % 50-75 % > 75 %
pekarangan)
5 Drainase Baik Sedang Cukup Buruk Sangat buruk
6 Jalan lingkungan Baik Sedang Cukup Buruk Sangat buruk
7 Frekuensi Banjir 0 kali/th 1– 2 kali/th 3–4 kali/th 5-6 kali/th > 7 kali/th
8 Penerangan dan Baik Sedang Cukup Kurang Sangat kurang
komunikasi

Sumber: Dimodifikasi dari Kriteria Kawasan Kumuh Ir. Budi D. Sinulingga M.Si, 2006

Perhitungan nilai indeks overlay didekati dengan menggunakan nilai indeks


overlay model. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut (Bonhan and
Carter, 1978):

𝑩𝒙𝑺
𝑰=𝚺
𝚺𝑩

Dimana
I = indeks overlay
B = Nilai bobot kriteria

Pendekatan dan Metodologi | B-36


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

S = Nilai Skoring

Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh hasil indeks overlay untuk masing-


masing tingkat kekumuhan sebagai berikut:
K0 = 4,3-5
K1 = 3,5-4,2
K2 = 2,7-3,4
K3 = 1,9-2,6
K4 = 1-1,8

c. Analisis Potensi dan Permasalahan


Analisis potensi dan permasalahan adalah menginventarisir potensi dan
permasalahan penanganan kawasan kumuh yang ditemukan dari hasil survei.
Inventarisasi potensi dan permasalahan akan menjadi input bagi perumusan
kebijakan dan strategi serta perumusan pendekatan penanganan kawasan.

Untuk merumuskan kebijakan dan strategi akan dilakukan analisis SWOT.


Sedangkan untuk merumuskan pendekatan penanganan kawasan akan
dilakukan kajian oleh ahli serta analisis dan masukan dari para stakeholders
yang terlibat.

Teknik analisis SWOT dilakukan dengan:


 Tentukan variabel-variabel yang mempengaruhi, misalnya aspek
kebijakan dan arahan pada penyelanggaraan prasarana dan sarana
 Pilah-pilah varibel tersebut ke dalam empat kelompok, yaitu kelompok
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Pada proses ini sangat
dibutuhkan kejelian pengguna dalam mengklasifikasikan variabel tersebut
untuk disesuaikan dengan goals karena sebuah variabel dapat menjadi
ancaman sekaligus sebagai peluang, tergantung dari cara pandang dan
tujuannya.
 Setiap variabel yang dimasukkan sebagai Kekuatan diberikan label S1, S2,
S3, … dan seterusnya. Demikian juga dengan Kelemahan (label W),
Peluang (label O) dan Ancaman (label T)
 Kemudian pengguna mencoba mengkombinasikan setiap label, misalnya
S1 dengan T1 (kekuatan 1 dengan ancaman 1) dan kemudian secara
kualitatif dianalisis apa dampak dan pengaruhnya terhadap pencapaian.
Demikian juga untuk kombinasi variabel lainnya. Disinilah dibutuhkan
kejelian pengguna untuk mengkombinasikan setiap variabel,
mengembangkannya sesuai tujuan dan merumuskan hasilnya.
 Kumpulan kesimpulan tersebut, kemudian dipilah sesuai prioritas dan
besarnya pengaruh, sehingga diperoleh rumusan kesimpulan sebagai
masukan pegambilan keputusan dan kebijakan.

Gambar 0-2 Matrik SWOT

Pendekatan dan Metodologi | B-37


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

POTENSI PERMASALAHAN

S W

PELUANG PENGEMBANGAN

O OS OW

TANTANGAN PENGEMBANGAN

T TS TW

Dari asumsi tersebut dapat diperkirakan bahwa S-O, berkaitan langsung


dengan potensi yang merupakan kesatuan dari unsur ruang, sedangkan W-T,
berkaitan dengan permasalahan yang terkait dengan kesatuan unsur ruang
tersebut. Sehingga dapat memberikan masukan yang saling terkait dan
berhubungan satu dengan yang lainnya secara sistematis.

Sebagai gambaran dari analisis SWOT tersebut, dapat diuraikan sebagai


berikut:
1) Strength (kekuatan)
Merupakan potensi yang sangat unit/potensial, bahkan tidak dapat
ditemukan ditemukan ditempat lain, seperti karakter fisik yang berkaitan
dengan sumber daya alam tertentu, karakter sosial dan budaya, karakter
ekonomi, dan sebagainya.

2) Weakness (kelemahan)
Permasalahan yang timbul selalu menjadi penghabat pertumbuhan
wilayah, sehingga perkembangan dirasakan kurang terencana dan
terkontrol.

3) Opportunity (Peluang)
Potensi yang dimiliki suatu wilayah, terutama yang cenderung
berorientasi pasar akan mengibas secara nyata bagi pertumbuhan
kawasan dimasa datang, sehingga memberikan peluang optimis dalam
pengembangannya maupun dalam menarik minat investor, misalnya
dalam bidang perikanan.

4) Threat (Hambatan)
Potensi yang dimiliki, dapat pula menjadi ancaman bagi daerah yang
kurang atau belum mampu/belum siap menerima tekanan perkembangan
wilayah di sekitarnya, sehingga berakibat kurang menguntungkan dan
pada akhirnya keuntungan akan tersedot oleh daerah-daerah
disekitarnya yang sudah siap (modal luar). Seperti kebijakan

Pendekatan dan Metodologi | B-38


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

pembangunan dalam era ekonomi daerah, dimana daerah-daerah yang


mempunyai sumber daya alam akan mengalami pengembangan yang
signifikan, tetapi akan menimbulkan ancaman atau hambatan apabila
suatu daerah tidak hati-hati dalam mengelolanya.

Untuk mendukung analisis perimbangan wilayah tersebut (SWOT), tentunya


diperlukan analisis pendukung yang signifikan, terutama yang berkaitan dengan
komponen-komponen yang menjadi acuan penilaian S-W dan O-T.

Perumusan indikasi program penanganan kawasan kumuh terdiri dari:


a. Penyusunan kebijakan dan strategi
Penyusunan kebijakan dan strategi penanganan kawasan kumuh adalah
untuk memenuhi tujuan pengentasan kawasan kumuh. Penyusunan kebijakan
dan strategi berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan sebelumnya
pada tahap analisis. Analisis SWOT yang dilanjutkan dengan metode EFAS-
IFAS akan menghasilkan arahan kebijakan dan strategi penanganan kawasan
kumuh ke arah untuk menangani isu-isu utama dengan mengoptimalkan
kekuatan dan peluang yang ada.

b. Penyusunan konsep dan pendekatan penanganan kawasan


Penyusunan konsep dan pendekatan penanganan kawasan akan dilakukan
berdasarkan tipologi dan karakteristik kawasan kumuh. Konsep dan
pendekatan penanganan kawasan akan disusun dan ditentukan berdasarkan
kajian para ahli (experts judgment) dan juga dengan mempertimbangkan
pandangan para pemangku kepentingan (stakeholders opinion).

Pada dasarnya, pendekatan penanganan kawasan kumuh berdasarkan UU


No.1/2011 tentang Perumahan dan Permukiman sebagaimana dinyatakan
pada Pasal 97 adalah melalui peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh yang didahului dengan penetapan lokasi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganan:
 Pemugaran;
 Peremajaan; atau
 Pemukiman kembali.

Pendekatan dan Metodologi | B-39


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Keputusan mengenai pendekatan penanganan yang akan diambil beserta


bentuk-bentuk penanganan yang lebih rinci akan ditentukan berdasarkan
kajian para ahli (experts judgment) dan juga dengan mempertimbangkan
pandangan para pemangku kepentingan (stakeholders opinion).

c. Penetapan Kawasan Kumuh Prioritas Penanganan


Penentuan lokasi kawasan kumuh prioritas merujuk pada klasifikasi kawasan
kumuh. Prioritas penanganan kawasan kumuh tentunya adalah pada
kawasan kumuh yang termasuk klasifikasi kumuh berat, sehingga penentuan
lokasi kawasan kumuh prioritas sebaiknya memilih salah satu di antara lokasi
kawasan kumuh berat.

d. Penyusunan dan Pemetaan Indikasi Program Penanganan Kawasan Kumuh.

D. Perencanaan Desain dan Penggambaran

Kegiatan penyusunan desain teknis adalah penerjemahan dari rencana


penanganan kawasan permukiman prioritas yang telah disusun pada tahap
sebelumnya ke dalam bentuk rancangan/desain teknis untuk diimplementasikan
pada tahun pertama. Dengan kata lain, rancangan/desain teknis dalam rangka
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di kawasan prioritas
ini disusun berdasarkan rencana penanganan (konsep, strategi, dan program)
yang telah disusun dan disepakati sebelumnya dalam SK Bupati dan Walikota.

a. Tujuan sebagai berikut:


 Memperoleh list/daftar komponen infrastruktur prioritas yang akan
ditindaklanjuti dengan penyusunan gambar kerja serta
diimplementasikan pada tahun pertama penanganan;
 Melakukan pengukuran teknis untuk menentukan komponen-komponen
dari infrastruktur permukiman yang masih bermasalah;
 Menyusun peta rinci sebagai acuan untuk pelaksanaan pembangunan di
lapangan;
 Menyusun visualisasi pendukung perancangan dan pembuatan
komponen penanganan kawasan secara visual;
 Memperoleh gambaran visual kawasan kumuh prioritas secara
komperhensif;
 Memperoleh detail kebutuhan perancangan komponen infrasruktur
(volume dan dimensi) serta kondisi.

b. Langkah-Langkah
 Melakukan penyusunan peta rinci/siteplan, pembuatan site plan
diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan di lapangan siteplan
sedikitnya memuat: (1) plotting komponen rencana, (2) jenis serta
ukuran komponen rencana dan (3) kondisi eksisting, misal: nama jalan,
arah aliran, kontur eksisting serta kondisi 0% dari komponen yang akan

Pendekatan dan Metodologi | B-40


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

dibangun. Peta kebutuhan infarstruktur yang dipersyaratkan skala 1:1.000


untuk penanganan tahun pertama.
 Penyusunan Visualisasi Pendukung Perancangan, pembuatan komponen
kawasan secara visual untuk memberikan pembanding dari kondisi
kawasan semula dan kondisi kawasan setelah dibangun atau before-after
 penyiapan gambar pra rencana berdasarkan rumusan program kegiatan
untuk pembangunan kawasan secara keseluruhan. Gambar ini memuat
bentuk dan komponen-komponen fisik apa saja yang diperlukan dalam
penanganan kawasan kumuh prioritas, namun jumlah dan besarannya
belum terinci yang disepakati antara pokja kab/kota, stakeholders
kab/kota serta masyarakat pada kawasan prioritas.
 Melakukan analisis dan diskusi pemilihan komponen dengan stakeholders
kab/kota serta masyarakat pada kawasan prioritas
 Melakukan ground check dan pengukuran yang di sesuaikan dengan
kebutuhan nyata di lapangan. Komponen rencana disusun ulang dan
dilihat sejauh mana kemungkinan dapat dilaksanakan pembangunannya
di lapangan. Pemilihan komponen yang akan diukur harus melalui
beberapa kriteria, yaitu:
Komponen harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi
penanganan kawasan kumuh;
Komponen harus memberikan dampak nyata/manfaat terhadap
perbaikan lingkungan kumuh yang ditangani; dan
Komponen dapat dilaksanakan pembangunannya dan tidak berada
dalam tanah/lahan yang disengketakan.

c. Metode
Studio, analisis kebutuhan, penjaringan informasi berdasarkan studi literatur,
observasi dan pengukuran lapangan (ground survey), teknik penelurusan
lokasi (transek).
 Penjaringan Informasi melalui Studi Literatur
Adalah penjaringan informasi melalui kajian penulis atas referensi-
referensi yang ada baik berupa buku maupun karya-karya ilmiah yang
berhubungan dengan pekerjaan perenceanaan ini. Beberapa referensi
yang dibutuhkan untuk perancangan ini antara luasan kebutuhan yang
dibutuhkan setiap orang yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitasnya
disesuaikan dengan tingkat pekerjaannya. Kajian informasi studi literatur
juga dilakukan melalui internet untuk mencari literatur mengenai contoh
bangunan rumah yang baik dan mampu diterapkan sesuai dengan
karakteristik kawasan Kota Serang 2 berdasarkan topografi, iklim,
kerawanan terhadap bencana, budaya masyarakat, dan sebagainya.

 Studi Observasi

Pendekatan dan Metodologi | B-41


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam perancangan ini.
Pada proses pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan antara lain,
diagram rancangan kebutuhan ruang, satuan keperluan ruang sehingga
didapatkan luas bangunan yang dibutuhkan, dan penggunaan ruang.

d. Output
 Peta rencana rinci pembangunan tahap pertama yang disusun dengan
memperhatikan berbagai acuan yang ada (peta kebutuhan infarstruktur
skala 1:1.000 untuk penanganan tahun pertama;
 Visualisasi 3 dimensi (3D) dari rencana yang disusun;
 Kesepakatan daftar rencana komponen infrastruktur pembangunan tahap
1; dan
 Dimensi dan volume pekerjaan komponen infrastruktur pembangunan
tahap 1.

Survei detail permukiman kumuh prioritas dilakukan setelah ditetapkannya


kawasan prioritas pada tahapan sebelumnya. Survei ini berguna untuk
memberikan gambaran mengenai permasalahan kondisi fisik dan non fisik melalui
pengamatan secara langsung di kawasan kumuh prioritas. Pengenalan akan
lapangan ini penting dilaksanakan agar mampu menyusun konsep penanganan
yang sesuai dengan kebutuhan kawasan kumuh prioritas.

Data yang didapatkan pada survei kawasan kumuh prioritas ini berupa data
primer dan data sekunder (by name by address), diantaranya adalah:

a. Lingkup rumah tangga


 Kondisi Bangunan Hunian (Keteraturan bangunan Kelayakan Bangunan
Hunian);
 Kondisi Penyediaan Air Minum;
 Kondisi Pengelolaan Sanitasi;
 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.

b. Lingkup Lingkungan
 Kondisi Bangunan Hunian (Kepadatan Bangunan)
 Kondisi Jalan Lingkungan
 Kondisi Drainase Lingkungan (Kejadian Genangan)
 Pengamanan Bahaya Kebakaran
 Kondisi ketersediaan RTH

Pendekatan dan Metodologi | B-42


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Gambar 0-3 Plotting/pemetaan Daftar Komponen Infrastruktur Pembangunan Tahap


1

Pendekatan dan Metodologi | B-43


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Gambar 0-4 Contoh Siteplan Kawasan Prioritas

c. Data Non Fisik:


 Data kependudukan
 Data potensi ekonomi eksisting kawasan
 Data potensi pengembangan kawasan
 Data kebiasaan dan adat istiadat di kawasan
 Data identifikasi legalitas lahan dan bangunan hunian

Pendekatan dan Metodologi | B-44


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Gambar 0-5 Contoh Siteplan Kawasan Skala 1:1000 (di


Sertai Dokumentasi Kondisi Eksisting)

Pendekatan dan Metodologi | B-45


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Gambar 0-6 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before)


dan Setelah (After) Penanganan

Pendekatan dan Metodologi | B-46


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Gambar 0-7 Contoh ilustrasi 3D Kawasan

Pendekatan dan Metodologi | B-47


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Contoh Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1

E. Studi Bimbingan Konsultan


Studi Bimbingan Konsultan dalam proses perencanaan pembangunan ini bersama
pemberi kerja sekaligus masyarakat yang memberikan informasi terkait sumber
data dan masukan sebagai penyesuaian desain dengan keinginan masyarakat
sebagai pengguna bangunan.

Pendekatan dan Metodologi | B-48


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

F. Perhitungan RAB dan Spesifikasi Teknis


Penyusunan rencana teknis rinci/gambar kerja (detailed engineering design/DED)
disertai dengan analisa harga satuan, RAB, dan RKS untuk komponen
infrastruktur pembangunan tahap 1 yang telah disepakati

a. Langkah Penyusunan Desain Teknis meliputi:


 Pembuatan keyplan dan gambar kerja sebagai pendetailan komponen
prioritas yang ditentukan sebagai acuan pelaksanaan dilapangan;
 Pembuatan gambar kerja detail dari komponen yang direncanakan yaitu
gambar denah, tampak dan potongan dengan skala yang telah
ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksana lapangan (skala
1:200, 1:100, 1:50, 1:20, 1:10).

b. Output:
Gambar kerja/DED untuk setiap komponen infrastruktur yang disepakati
(skala 1:100, 1:50, 1:20, 1:10, 1:5) yang terdiri atas:
 Peta lokasi komponen (keyplan);
 Gambar potongan/denah/tampak 2D;
 Gambar perspektif 3D; dan
 Detail pengukuran dan analisa biaya (tabel).
 Rincian Volume Pekerjaan (BQ);

Pendekatan dan Metodologi | B-49


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Gambar 0-8 Contoh Ilustrasi 3D Komponen DED

Pendekatan dan Metodologi | B-50


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Gambar 0-9 Contoh Gambar Kerja (DED)

Contoh Rencana Anggaran Biaya (RAB) Komponen

Pendekatan dan Metodologi | B-51


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

B.4 Pelaporan
1. Laporan Pendahuluan, berisi:

Pendekatan dan Metodologi | B-52


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

a. Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;


b. Mobilisasi Tenaga Ahli, Tenaga Pendukung dan peralatan lainnya sesuai
dengan kebutuhan;
c. Hasil peninjauan lapangan awal;
d. Jadual kegiatan penyedia jasa yang dituangkan dalam bentuk kurva-S.

Laporan Pendahuluan harus dipresentasikan di hadapan audiens yang diundang


pengguna jasa dimana penyedia jasa harus menyiapkan bahan expose untuk
dibagikan kepada audiens. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari kalender sejak SPMK atau setelah Berita Acara Persetujuan
Laporan Pendahuluan diterbitkan, laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku.

2. Laporan Bulanan, berisi:


a. Kegiatan dan kemajuan pekerjaan berjalan yang dilampiri absen personil dan
kurva-S pekerjaan;
b. Rencana kegiatan bulan yang akan datang yang disusun secara rinci, jelas dan
terprogram.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya setiap tanggal 25 setiap bulan
berjalan, masing-masing diserahkan sebanyak 5 (lima) buku.

3. Draft Laporan Antara, berisi:


a. Pengembangan konsep menjadi perencanaan yang lebih detil, mencakup
layout ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Pengembangan konsep bentuk massa bangunan terkait tampilan aspek
arsitektural.
c. Pengembangan rencana jaringan infrastruktur yang dibutuhkan;

Hasil pelaksanaan pekerjaan dan prosentase kemajuan pekerjaan harus


dilaporkan selambat-lambatnya 75 (tujuh puluh lima) hari kalender sejak SPMK
diterbitkan, laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku dan dipresentasikan di
hadapan audiens yang diundang oleh pengguna jasa. Dalam hal ini penyedia jasa
juga menyiapkan bahan expose untuk dibagikan kepada audiens.

4. Draft Laporan Akhir, berisi:


a. Pengembangan rencana desain baik dari aspek struktur dan utilitas;
b. Pengembangan rencana perhitungan anggaran biaya;
c. Draft rencana kerja dan syarat.

Draft Laporan Akhir akan dipresentasikan di hadapan audiens dengan


mengundang pengguna jasa, dan laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku.
Dalam hal ini penyedia jasa juga menyiapkan bahan expose untuk dibagikan
kepada audiens dan harus dilaporkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua
puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan.

Pendekatan dan Metodologi | B-53


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

5. Laporan Akhir, berisi:


Hasil akhir kegiatan berupa hasil analisa data dan desain setelah penyempurnaan
presentasi/ pembahasan Draft Laporan Akhir harus dilaporkan selambat-
lambatnya 150 (seratus lima puluh) hari kalender atau setelah Berita Acara
Persetujuan Laporan Akhir diterbitkan, laporan diserahkan sebanyak 5 (lima)
buku.

6. Laporan Pendukung, berisi:


Hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah diolah dan dianalisa datanya, masing-
masing laporan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku, yaitu:
a. Rencana Teknis Jaringan Infrastruktur Lengkap;
b. Hasil Survey dan Pengukuran;
c. Laporan Bill of Quantity/BOQ (RAB) berikut Analisa Harga Satuan;
d. Laporan Hasil Perhitungan Analisa Infrastruktur Dasar;
e. Laporan Rencana Kerja dan Syarat/RKS.

7. Dokumentasi:
a. Dokumentasi Pelaksanaan di Lapangan, berisi foto-foto kegiatan, diserahkan
sebanyak 3 (tiga) buku;
b. Video hasil foto/rekaman di udara menggunakan drone yang disimpan
dalam harddisk external.

8. Gambar Detail Desain:


 Kalkir A1: 1 (satu) buku.
 Fotocopy A1: 2 (dua) buku.
 Fotocopy A3: 5 (lima) buku.

Pendekatan dan Metodologi | B-54


Gambar 0-9 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3


TAHAP

Pengumpulan Data dan


Persiapan Analisis dan Perhitungan
Informasi Kawasan

Koordinasi Intern & Mobilisasi Tim Pelaksanaan Survey Lapangan


Verifikasi dan Justifikasi Lokasi Kumuh

Persiapan Awal  Verifikasi Data terhadap profil yang telah ada; 


Tabulasi dan Inventarisasi Data  Verifikasi Peta yang dimiliki oleh Kabupaten
 Pemahaman KAK Tangerang;
 Penajaman Metodologi  Menentukan daftar kawasan prioritas 
 Kajian Literatur Awal penanganan
 Penyusunan Rencana Kerja
 Penyiapan Perangkat Survei Data Terkait Makro Wilayah 

Analisis Data
RANGKAIAN KEGIATAN

 Data kondisi bangunan


 Data kondisi jalan lingkungan;
 Data kondisi drainase lingkungan;
Identifikasi/Inventarisasi Data Awal  Analisis Kebutuhan Jalan Lingkungan;
 Data kondisi penyediaan air minum;
 Analisis Kebutuhan Penyediaan Air Minum;
 Data Kondisi pengelolaan air limbah;
 Studi Pustaka Terkait Kawasan Kumuh;  Analisis Kebutuhan Drainase Lingkungan;
 Data kondisi pengelolaan
 Identifikasi dan Kajian awal dokumen  Analisis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah;
persampahan;
sebelumnya;  Analisis Kebutuhan Pengelolaan
 Data kondisi pengamanan kebakaran;
 Identifikasi awal terhadap isu strategis Persampahan;
 Data Ruang Terbuka Hijau (RTH);
wilayah;  Analisis Kebutuhan Proteksi Kebakaran; Dan
 Data kepadatan penduduK;
 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
 Data potensi sosial ekonomi.

Konsep dan Strategi


Perumusan Desain Survey Data Terkait Kawasan Kumuh Kab.
Tangerang  Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan;
 Penyusunan Prioritas Kebutuhan
 Menyiapkan baseline data kumuh;
 Menyiapkan peta-peta pendukung;
PEMBAHASAN LAPDUL  Menyiapkan data-data pendukung
lainya; PEMBAHASAN LAP. ANTARA
USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

B.5 PROGRAM KERJA


Program pelaksanaan pekerjaan ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Terciptanya sistem koordinasi yang baik antara Konsultan dengan Pemberi Tugas;
2. Terciptanya koordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang terlibat dalam
penanganan pekerjaan ini;
3. Terjaminnya fungsi kontrol/pengawasan yang diperlukan;
4. Terjaminnya kelancaran pelaksanaan setiap unit kerja; dan
5. Terjaminnya kualitas hasil pekerjaan.

B.5.1 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


Secara rinci, tahapan pelaksanaan pekerjaan yang diusulkan oleh Konsultan adalah
sebagai berikut:
A. Laporan Pendahuluan
Merupakan tahap persiapan dasar dan inventarisasi data awal dari kegiatan
Pekerjaan DED Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh (Kewenangan Provinsi) Di
Kota Serang 2 merupakan tahap awal dari suatu perencanaan dan memuat
kegiatan-kegiatan pokok berupa persiapan dan mobilisasi, pengumpulan data
awal, kajian awal data sekunder, serta penyiapan desain/pedoman survey.

a. Persiapan dan Mobilisasi


Tahap persiapan dan mobilisasi dari kegiatan Pekerjaan DED Infrastruktur
Dasar Kawasan Kumuh (Kewenangan Provinsi) Di Kota Serang 2 merupakan
tahap awal dari suatu perencanaan dan memuat kegiatan-kegiatan pokok
sebagai berikut:

b. Pemahaman KAK
Kerangka Acuan Kerja yang menjadi acuan utama dalam pelaksanaan
kegiatan Pekerjaan DED Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh (Kewenangan
Provinsi) Di Kota Serang 2 harus dipahami dengan baik oleh pihak konsultan
sehingga seluruh proses pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik.

c. Persiapan peralatan dan personil


Persiapan peralatan dilakukan pada tahap awal, baik peralatan untuk
kepentingan survey lapangan maupun peralatan untuk pekerjaan
studio/kantor. Sedangkan kantor diperlukan sejak dimulainya pekerjaan baik
untuk penyusunan laporan maupun untuk koordinasi para tenaga ahli yang
dibantu oleh staf kantor baik dalam persiapan survey maupun dalam
penyusunan program kerja.

Pendekatan dan Metodologi | B- 56


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

d. Penyusunan dan penajaman pendekatan metodologi studi


Penyusunan pendekatan dan metodologi dijabarkan dalam bentuk naratif
serta bagan alir yang mencakup seluruh tahapan kegiatan yang akan
dilakukan.

e. Penyusunan detail rencana dan program kerja


Sebagai langkah awal dari pelaksanaan pekerjaan ini. Konsultan akan
menyusun detail rencana dan program kerja yang harus dilaksanakan oleh
semua pihak yang terlibat. Usulan ini harus mendapat persetujuan dari
pengelola proyek.

Penyusunan rencana kerja dilakukan agar rangkaian tahapan proses


pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih terarah sesuai dengan
maksud, tujuan, dan sasaran pekerjaan.

f. Inventarisasi dan persiapan perangkat survey


Tahap ini merupakan langkah persiapan pelaksanaan survei lapangan
maupun institusional yang mencakup:
1) Mempelajari denah bangunan eksisting beserta kondisi di lapangan;
2) Pengadaan peralatan survei lapangan; dan
3) Mempelajari karakteristik dan spesifikasi masing-masing kegiatan dan
fungsi bangunan.

g. Mobilisasi tim
Kegiatan mobilisasi tim dilakukan pada tahap awal dimaksudkan untuk
mendapatkan tenaga ahli sesuai dengan yang diminta (sesuai KAK) dengan
kualitas memadai, di samping itu untuk mempercepat koordinasi antar
tenaga ahli, agar tenaga ahli tersebut mampu berkomunikasi dan
bekerjasama dalam pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikarenakan informasi dari
setiap tenaga ahli diperlukan oleh tenaga ahli lainnya.

h. Inventarisasi dan Identifikasi Data Awal


Kegiatan ini dilakukan terutama pada pengumpulan data yang bersifat data
sekunder yang datanya banyak beredar di lembaga pemerintah maupun non
pemerintah ataupun data-data yang banyak beredar di internet, serta data-
data lainnya yang Konsultan sudah tersedia sebelumnya. Beberapa kegiatan
pokok dalam inventarisasi dan identifikasi data awal yang dikumpulkan pada
tahap ini diantaranya sebagai berikut:

i. Identifikasi dan Kajian awal dokumen sebelumnya.


Kajian awal ini diperlukan guna mendapatkan pemahaman awal terhadap
orientasi wilayah perencanaan, serta identifikasi beberapa muatan yang
dinilai perlu untuk disesuaikan.

Pendekatan dan Metodologi | B-57


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

j. Identifikasi kawasan berdasarkan kajian literatur


Studi literatur semua aspek yang berkaitan dengan perancangan bangunan.
Studi yang dilakukan akan meliputi program ruang, kegiatan, persyaratan
environment, serta persyaratan-persyaratan teknis lainnya.

k. Identifikasi awal terhadap isu strategis wilayah


Identifikasi awal terhadap isu strategis wilayah ini dapat dilakukan secara
desk study dan browsing menggunakan media internet, serta didasarkan
pada dokumen RTRW Provinsi Banten dan dokumen kawasan kumuh
sebelumnya (Kota Serang 2).

l. Menyiapkan peta dasar dengan skala minimal 1:5.000 yang siap untuk
digunakan sebagai dasar untuk survey;
m. Melakukan pengumpulan dokumen yang diperlukan.

B. Penyusunan Desain Survei dan Persiapan Pelaksanan Survei


Desain survei diantaranya meliputi:
 Daftar/checklist kebutuhan data;
 Form observasi lapangan;
 Kuesioner stakeholder;
 Form-form lainnya sesuai dengan kebutuhan survei.

C. Penyiapan Profil
Kegiatan penyiapan profil adalah kegiatan menyiapkan data profil kawasan
kumuh dan dokumen pendukung lainnya. Dimana langkah-langkahnya sebagai
berikut:
 Menyiapkan baseline data kumuh;
 Menyiapkan peta-peta pendukung;
 Menyiapkan data-data pendukung lainya;
 Menyusun profil awal kawasan permukiman kumuh Kota Serang 2;
 Menyusun dan menetapkan kriteria dan indikator permukiman kumuh yang
disesuaikan dengan kondisi setempat.

D. Tahap Laporan Antara


Kegiatan survey dan observasi merupakan identifikasi untuk memahami kondisi
permukiman kumuh berikut sebaran lokasi, konstelasinya terhadap ruang kota,
mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh, isu-isu strategis, serta potensi dan
permasalahan yang terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik,
dan kelembagaan. Identifikasi ini diperlukan sebagai bahan untuk dilakukannya
verifikasi dan justifikasi kawasan yang akan ditetapkan menjadi kawasan prioritas
penanganan.

Pendekatan dan Metodologi | B-58


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

a. Survei/Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah perencanaan, harus
dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.
 Mengidentifikasi sebaran kawasan permukiman kumuh;
 Mengidentifikasi konstelasi permukiman kumuh terhadap ruang kota;
 Mengidentifikasi tipologi kawasan permukiman kumuh kota untuk
mendapatkan pola penanganan yang tepat.
 Mengidentifikasi isu-isu strategis;
 Mengidentifikasi potensi dan permasalahan (karakteristik sosial,
ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan).

Survey / pengumpulan data primer meliputi:

b. Data permasalahan kekumuhan (fisik infrastruktur permukiman) Kota Serang


2 meliputi:
 Data kondisi bangunan;
 Data kondisi jalan lingkungan;
 Data kondisi drainase lingkungan;
 Data kondisi penyediaan air minum;
 Data Kondisi pengelolaan air limbah;
 Data kondisi pengelolaan persampahan;
 Data kondisi pengamanan kebakaran;
 Data Ruang Terbuka Hijau (RTH)
 Data dan kondisi sarana dan prasarana permukiman lainnya.

c. Data Nonfisik
 Data kepadatan penduduk;
 Data potensi sosial ekonomi.
 Data identifikasi legalitas lahan.

d. Tabulasi dan Kompilasi Data


Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan
pengumpulan data dan survey kemudian dikompilasi. Pada dasarnya
kegiatan ini dilakukan dengan cara mentabulasi dan mensistematisasi data-
data tersebut dengan menggunakan cara komputerisasi. Hasil dari kegiatan
ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga akan
mempermudah pelaksanaan tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis.

e. Verifikasi dan Justifikasi Lokasi Kumuh

Pendekatan dan Metodologi | B-59


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Kegiatan ini merupakan bagian dari proses pemutakhiran profil permukiman


kumuh. Hasil dari verifikasi dan justifikasi adalah data update lokasi-lokasi
permukiman kumuh serta daftar kawasan prioritas penanganan. Hasil akhir
verifikasi dan justifikasi ditetapkan oleh Pokjanis sebagai landasan perumusan
berikutnya.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:


1) Verifikasi Data terhadap profil yang telah ada
2) Verifikasi Peta yang dimiliki oleh Kota Serang 2,
3) Menentukan daftar kawasan prioritas penanganan:
Menyusun kriteria dan indikator kawasan priroritas penanganan;
Menetapkan kawasan prioritas penanganan.

f. Analisis Data
Tahapan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya yang
didapatkan melalui tahap pengumpulan data. Pada tahapan ini dilakukan
beberapa kegiatan pokok berupa Analisis kebutuhan infrastruktur Kawasan
Kumuh Kota Serang 2:
1) Aksesibilitas kawasan;
2) Kepemilikan lahan;
3) Kondisi alam mencakup topografi, hidrologi, pola drainase serta
geomorfologi (erosi dan banjir);
4) Kerawanan terhadap bencana;
5) Kondisi dan karakteristik jalan lingkungan;
6) Penyediaan air minum;
7) Drainase lingkungan;
8) Pengelolaan air limbah;
9) Pengelolaan persampahan;
10) Proteksi kebakaran; dan
11) Ruang terbuka hijau.

Perumusan program merupakan perhitungan rencana fasilitas dan kegiatan


secara global berdasarkan asumsi studi yang telah didiskusikan bersama
dengan pemberi tugas.

Dari berbagai data yang telah diperoleh dari hasil survei lapangan dan
instansional, maka akan dilakukan suatu analisis terhadap kondisi eksisting
sistem lingkungan perumahan dan permukiman serta prasarana dan
sarananya.

Tahap analisis data ini sangat penting oleh karena menjadi dasar dari
perhitungan selanjutnya yang akan menjamin perencanaan yang baik.

Pendekatan dan Metodologi | B-60


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Hasil analisa data menjadi dasar dari perhitungan. Pada tahap ini akan
dilakukan perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana perumahan dan permukiman.

Zoning dilakukan baik untuk sistem drainase maupun sistem penyaluran air
buangan. Pembagian zone ini dilakukan untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan pengaliran air.

1) Zoning Sistem Drainase


Zoning sistem drainase akan dilakukan sedemikian rupa sesuai dengan
kontur yang ada dan kondisi site yang ada sehingga pengaliran air dapat
dilakukan secara gravitasi dan air hujan dapat dibuang sesegera mungkin
ke badan air penerima agar tidak terjadi genangan baik di badan jalan
maupun di salurannya sendiri. Oleh karenanya ada kemungkinan output
dari sistem drainase ada di beberapa outlet. Dengan pembagian zone ini
pun diharapkan dimensi atau ukuran saluran drainase akan dapat
dikurangi sehingga biaya yang diperlukan menjadi lebih murah.

2) Zoning Sistem Penyaluran Air Buangan


Zoning sistem penyaluran air buangan ini perlu dilakukan. Tujuannya
adalah agar pengaliran dapat dilakukan secara gravitasi sehingga tidak
diperlukan adanya pemompaan. Namun apabila tidak memungkinkan
dilakukan secara gravitasi maka sistem pemompaan akan diterapkan..

g. Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan


Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan merupakan rencana konseptual
penataan kawasan permukiman kumuh untuk mencapai 0% kumuh di tahun
2019 serta keberlanjutan penanganan pada tahun-tahun berikutnya. Konsep
dan strategi ini memuat visi, misi, dan tujuan penanganan kawasan
permukiman kumuh, tahapan penanganan kawasan secara spasial, langkah-
langkah strategis yang dilakukan beserta identifikasi kebutuhan penanganan
kawasan kumuh di Kota Serang 2.

h. Penyusunan Konsep Perancangan


Konsep perancangan yang akan menjadi arahan bagi semua pertimbangan
perencanaan dan perancangan tahap berikutnya, akan dirumuskan oleh
Arsitek Utama dibantu oleh semua staf ahli dari masing-masing divisi.Konsep
perancangan merupakan uraian diskriptif yang mencakup bidang arsitektur,
sistem mekanikal, sistem elektrikal, sistem utilitas, sistem struktur, equipment,
dan pengembangan lahan.

i. Pra Rancangan Arsitektur

Pendekatan dan Metodologi | B-61


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Berisi gagasan awal rancangan arsitektural dan lansekap yang merupakan


hasil transformasi dari konsep perancangan arsitektur serta site
developmentnya.

j. Pra-Rancangan Struktur, Mekanikal, Elektrikal dan Utilitas.


Equipment operasional dan pengembangan lahan. Berisi uraian dan diagram
skematis sistem-sistem struktur, mekanikal, elektrikal, utilitas, equipment
operasional, Pengembangan lahan yang diterapkan sesuai dengan fungsi dan
karakteristik bangunan. Selain itu juga akan dijelaskan
fungsi dan cara penerapannya masing-masing system dalam sistem bangunan
secara keseluruhan.

E. Pengembangan Sistem dan Rancangan


Pengembangan sistem dan rancangan mencakup gambar-gambar hasil
pengembangan rancangan arsitektural, lansekap struktur, mekanikal, elektrikal,
utilitas, equipment operasional, pengembangan lahan. Sebagai satu sistem
bangunan yang utuh. Oleh karena penentuan dan penempatan setiap sistem
harus memperhitungkan sistem-sistem lainnya,sesuai dengan kriteria-kriteria yang
ada dalam konsep perancangannya.Sistem yang dipilih juga harus
memperhitungkan kemudahan pelaksanaannya.
a. Cost Limit
Cost limit akan disusun pada tahap pra-rancangan maupun tahap
pengembangan rancangan sebagai alat kontrol agar hasil rancangan sesuai
dengan kelas atau kualitas bangunan yang diinginkan.

b. Penyusunan Prioritas Kebutuhan


Penyusunan Konsep dan Strategi Penanganan Kumuh, masyarakat menyusun
prioritas masalah serta prioritas alternatif pemecahan masalah dan
pemenuhan kebutuhan penanganan permukiman kumuh di lingkungannya.
Dengan langkah-langkah diskusi dan rembuk dengan warga yang di kawasan
kumuh Kota Serang 2 tersebut. Dengan langkah-langkag sebagai berikut:
 Melakukan diskusi sinkronisasi program sektoral tingkat Kabuapten/Kota
dan Provinsi terkait penanganan permukiman kumuh.
 Melakukan penyusunan memorandum rencana pembangunan sektor CK
terkait penanganan permukiman kumuh tahun 2016 – 2019 di Kota
Serang 2.
 Melakukan penyusunan indikasi penyusunan DED kawasan priroritas.

F. Tahap Laporan Akhir


Setelah dilakukan beberapa diskusi, dipilih alternatif terbaik sebagai dasar
penanganan kawasan kumuh yang diwujudkan dalam bentuk Penyusunan
Rencana Teknis Rinci (Detailed Engineering Design/DED) untuk komponen
program pembangunan yang meliputi infrastruktur permukiman Kota Serang 2 di
kawasan prioritas, tahapan yang akan dilakukan adalah:

Pendekatan dan Metodologi | B-62


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

 Menyiapkan gambar pra rencana berdasarkan rumusan program kegiatan


untuk pembangunan kawasan secara keseluruhan. Gambar ini hanya memuat
bentuk dan komponen-komponen fisik apa saja yang diperlukan dalam
pembangunan kawasan, namun jumlah dan besarannya belum terinci.
 Melakukan ground check dan pengukuran yang mulai di sesuaikan dengan
kebutuhan nyata di lapangan.
 Pembuatan site plan dan gambar kerja sebagai pendetailan komponen
prioritas yang ditentukan. Gambar ini dibuat rinci sebagai acuan untuk
pelaksanaan di lapangan.

 Perhitungan Struktur
Berisi perhitungan-perhitungan struktur yang diterapkan dalam rancangan
sesuai dengan peraturan dan persyaratan yang berlaku.

 Penyusunan Spesifikasi Teknis (RKS)


Spesifikasi teknis berisi penjelasan terinci tentang jenis, ukuran dan
karakteristik teknis setiap material (bahan) yang akan digunakan, mencakup
bidang pekerjaan, untuk memudahkan kemungkinan pelaksanaan konstruksi
oleh beberapa sub kontraktor.

 Penghitungan volume pekerjaan dan RAB


RAB berisi penjelasan terinci tentang harga setiap pekerjaan yang akan
dilaksanakan di lapangan beserta item dan volume pekerjaannya. Setiap
material (bahan) yang akan digunakan, mencakup bidang pekerjaan, untuk
memudahkan kemungkinan pelaksanaan konstruksi oleh beberapa
subkontraktor.

B.5.2 Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan


Secara normatif arti dari suatu organisasi adalah seluruh rangkaian proses kegiatan
untuk menetapkan dan membagi habis pekerjaan yang akan dilakukan, pembatasan
wewenang dan tugas, serta adanya penetapan hubungan antara unsur pelaksana
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, dalam
pelaksanaan pekerjaan, pihak penyedia jasa adalah unsur pelaku secara langsung
dalam kegiatan tersebut. Dalam pelaksanaannya, penyedia jasa akan berperan untuk
membantu Pemerintah dalam bidang penyusunan dan pengembangan manajemen
proyek beserta aplikasinya, pengembangan kelembagaan, pengawasan kualitas teknis
pekerjaan serta melakukan monitoring, evaluasi, akunting, dan pelaporan dalam
seluruh proses pengelolaan proyek tersebut.

Untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan, pihak konsultan perlu


merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan peran
dan tugas tersebut. Untuk memudahkan dan memelihara efisiensi kerja, perlu disusun
suatu organisasi pelaksanaan pekerjaan agar dapat berjalan lancar sesuai dengan
tujuan dan sasaran serta jadwal yang telah ditetapkan. Pada dasarnya, penyusunan
organisasi pelaksana tersebut menyangkut hubungan kerja antara pemberi tugas dan
penerima/ pelaksana pekerjaan (Konsultan), disamping hubungan kerja yang bersifat

Pendekatan dan Metodologi | B-63


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

pertanggung jawaban administratif. Untuk jelasnya hubungan kerja akan terlihat pada
diagram susunan organisasi pekerjaan, seperti yang terlihat pada Gambar berikut.

Gambar 0-2 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Dinas Sumber Daya Alam dan


Permukiman Provinsi Banten

PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR


Konsultan DASAR KAWASAN KUMUH
Pelaksana (KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA
SERANG 2

Direktur Pemimpin Pelaksana

Office Manager

Tim
Teknis
Team Leader

Tim Ahli

Tenaga Penunjang Teknis


dan Administrasi

Keterangan :
Garis Tugas
Garis Koordinasi
Garis Perintah

Pendekatan dan Metodologi | B-64


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

B.5.3 Peralatan Penunjang


Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan dan juga
aktivitas intern perusahaan, selain keberadaan tenaga ahli dan staf pendukung, maka
dibutuhkan juga kelengkapan peralatan perkantoran serta perlengkapan survey
lapangan. Sebagai pihak penyedia jasa, dalam pelaksanaan pekerjaan telah
menyediakan peralatan yang dimaksud dengan jumlah cukup dan kondisi peralatan
dalam keadaan baik. Peralatan tersebut merupakan milik sendiri dan berlokasi di
tempat (kantor) dengan tahun keluaran yang relatif masih baru.

Dalam pekerjaan, tidak semua peralatan yang tersedia digunakan dalam pekerjaan
ini, hanya beberapa peralatan saja yang dapat digunakan. Adapun peralatan kantor
dan survey yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah:
1. Peralatan Kantor yang digunakan meliputi: komputer dan kelengkapannya,
printer, alat gambar dan kelengkapannya, meja serta kursi.
2. Peralatan Survey yang digunakan yaitu: kamera digital, handycam, GPS, dan lain-
lain.

B.5.4 JADWAL WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK), pelaksanaan pekerjaan ini dengan jangka
waktu yang disediakan adalah 4 (empat) bulan (120 hari kalender), terhitung sejak
ditandatanganinya kontrak kerja.

Setiap tahapan yang akan dilakukan, diuraikan secara detail berdasarkan komponen-
komponen kerja setiap tahapan dan waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaannya,
disusun dalam suatu rangkaian time schedule.

Secara garis besarnya tahapan yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan pekerjaan
adalah sebagai berikut. (Tabel B.3)

Pendekatan dan Metodologi | B-65


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Tabel 0-2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Bulan/Minggu
No Tahapan/Kegiatan I II III IV Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I LAPORAN PENDAHULUAN
A Persiapan dan Mobilisasi
1 Pemahaman KAK
2 Persiapan Peralatan dan Personil
3 Penyusunan dan Penajaman Pendekatan Metodologi Studi
4 Penyusunan Detail Rencana Kerja
5 Inventarisasi dan Persiapan Perangkat Survey
6 Mobilisasi Tim

B Inventarisasi dan Identifikasi Data Awal dan Profil


1 Identifikasi dan Kajian Awal Dokumen Sebelumnya
2 Identifikasi Awal terhadap Isu Strategis Wilayah
3 Menyiapkan peta dasar dengan skala minimal 1:5.000 yang siapuntuk
digunakan sebagai dasar untuk survey
4 Melakukan pengumpulan dokumen yang diperlukan

C Penyiapan Profil Kawasan Kumuh Kota Serang 2


1 Menyiapkan baseline data kumuh;
2 Menyiapkan peta-peta pendukung
3 Menyusun profil awal kawasan permukiman kumuh Kota Serang 2;

II LAPORAN ANTARA
A Survey/Pengumpulan Data
1 Data kondisi bangunan
2 Data kondisi jalan lingkungan

Pendekatan dan Metodologi | B- 66


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Bulan/Minggu
No Tahapan/Kegiatan I II III IV Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
3 Data kondisi drainase lingkungan
4 Data kondisi penyediaan air minum
5 Data Kondisi pengelolaan air limbah
6 Data kondisi pengelolaan persampahan
7 Data kondisi pengamanan kebakaran
8 Data RTH
9 Data dan kondisi sarana dan prasarana permukiman lainnya
10 Data Kepadatan pendudukan
11 Data potensi sosial ekonomi

B Tabulasi dan Kompilasi Data


1 Mengidentifikasi sebaran kawasan permukiman kumuh
2 Mengidentifikasi konstelasi permukiman kumuh terhadap ruang kota
3 Mengidentifikasi tipologi kawasan permukiman kumuh kota untuk
mendapatkan pola penanganan yang tepat.
4 Mengidentifikasi isu-isu strategis;
5 Mengidentifikasi potensi dan permasalahan (karakteristik sosial,
ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan)

C Verifikasi dan Justifikasi Lokasi Kumuh


1 Verifikasi Data terhadap profil yang telah ada
2 Verifikasi Peta yang dimiliki oleh Kota Serang 2
3 Menentukan daftar kawasan prioritas penanganan

D Analisis
1 Analisis kebutuhan Jalan Lingkungan
2 Analisis Kebutuhan Penyediaan Air Minum

Pendekatan dan Metodologi | B-67


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Bulan/Minggu
No Tahapan/Kegiatan I II III IV Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
3 Analisis Kebutuhan Drainase Lingkungan
4 Analsis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah
5 Analisis Kebutuhan Pengelolaan Persampahan
6 Analisis Kebutuhan Proteksi Kebakaran
7 Analsis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

E Penyusunan Prioritas kebutuhan Infrastruktur dasar di Kota Serang 2


1 Program kebutuhan infrastruktur dasar tingkat Kota Serang 2 di Lokasi
Prioritas
2 Rencana pembangunan sektor CK terkait penanganan permukiman
kumuh tahun 2016 – 2019 di Kota Serang 2
3 Melakukan penyusunan indikasi penyusunan DED kawasan priroritas

III LAPORAN AKHIR


1 Menyiapkan gambar pra rencana berdasarkan rumusan program
kegiatan untuk pembangunan kawasan secara keseluruhan
2 Melakukan ground check dan pengukuran yang mulai di sesuaikan
dengan kebutuhan nyata di lapangan
3 Pembuatan site plan dan gambar kerja sebagai pendetailan komponen
prioritas yang ditentukan
4 Penghitungan volume pekerjaan dan RAB

V DISKUSI/PEMBAHASAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Draft Akhir

Pendekatan dan Metodologi | B-68


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Bulan/Minggu
No Tahapan/Kegiatan I II III IV Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
VI PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan 5 Buku
2 Laporan Bulanan 5 Buku
3 Draft Laporan Antara 5 Buku
4 Draft Laporan Akhir 5 Buku
5 Laporan Akhir 5 Buku
6 Laporan Pendukung 5 Buku
7 Dokumentasi 3 Buku
8 Gambar Detail Desain
- Kalkir A1 1 buku
- Fotocopy A1 2 buku
- Fotocopy A3 : 5 buku

Pendekatan dan Metodologi | B-69


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

B.5.5 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN


Uraian singkat tugas tenaga ahli dan tenaga pendukung yang akan menangani pekerjaan
ini, adalah:
1. Bertanggungjawab kepada Koordinator Proyek.
2. Merupakan tenaga ahli yang dipercaya untuk mengerjakan pekerjaan.
3. Melakukan pengkajian sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing mulai tahap
kompilasi sampai tahap rencana.
4. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan sesuai dengan bidang masing-masing.
5. Bertanggungjawab terhadap kualitas materi pekerjaan.
6. Melakukan kerjasama tim.

Untuk jelasnya mengenai rekapitulasi tim dalam pekerjaan ini secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel B.4.

B.5.6 JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI


Dalam pekerjaan akan terlibat beberapa tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu dengan
tugas yang berbeda sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Selain tenaga tenaga
ahli, juga terdapat beberapa tenaga penunjang lainnya seperti operator komputer,
operator gambar, dan lain-lain dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan dalam Kerangka
Acuan Kerja.

Kontribusi tenaga ahli dalam ini, semuanya dilibatkan dalam pekerjaan hingga akhir
waktu pelaksanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai jangka waktu keterlibatan tenaga
ahli dalam pekerjaan dapat dilihat pada Tabel B.5.

Pendekatan dan Metodologi | B- 70


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Tabel 0-3 Komposisi Tim dan Penugasan Tenaga Ahli

Jumlah
Tenaga Ahli
No Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
1. Mochyidin Latupono, ST PT. Parindo Raya Lokal Ahli Planologi/PWK Ketua Tim (Ahli  Bertanggungjawab atas kegiatan secara 4
Penataan Kawasan keseluruhan;
Permukiman)  Memberikan informasi yang kontinyu pada
pemberi pekerjaan mengenai perkembangan
pelaksanaan kegiatan;
 Bertanggungjawab atas pelaksanaan teknis
pekerjaan;
 Pengerahan pelaksana proyek, mempersiapkan
program pekerjaan dan kerangka kerja yang
akan dilakukan;
 Mengevaluasi kebijakan pembangunan daerah;
 Mengevaluasi studi-studi terdahulu yang
pernah dibuat menyangkut wilayah yang akan
dikaji;
 Merumuskan batasan dan kriteria kekumuhan;
 Menelaah pola tata guna lahan, ketersediaan
lahan dan kebutuhan lahan;
 Mengidentifikasi struktur ruang kota dan
kawasan;
 Mengembangkan alternatif strategi penataan
kawasan kumuh.
2. Donny Romdhoni, ST PT. Parindo Raya Lokal Ahli Lingkungan Ahli Teknik  Mempunyai keahlian dalam bidang yang 2
Lingkungan berkaitan dengan masalah-masalah linkungan;
 Meneliti daya dukung lahan dan kemampuan
lahan diwilayah kajian;
 Merencanakan kebutuhan dan penyediaan
infrastruktur wilayah kawasan beserta
jaringannya;

Pendekatan dan Metodologi | B- 71


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Jumlah
Tenaga Ahli
No Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
 Menganalisis sistem penyediaan infrastruktur;
 Menelaah masalah-masalah perumahan dan
permukiman;
 Menelaah kondisi infrastruktur perumahan dan
permukiman;
 Menganalisis aspek-aspek yang berkaitan
dengan gejala-gejala alam.
3. Ir. Hadi Nurhadi PT. Parindo Raya Lokal Ahli Prasarana Ahli Prasarana  Mengidentifikasi dan mengkaji masalah- 2
Madiya, MT Wilayah Wilayah masalah infrastruktur;
 Mengidentifikasi tingkat pendapatan
penduduk; dan
 Mengkaji dan menganalisis potensi-potensi
ekonomi wilayah
4. Husna Izzati, ST, MT PT. Parindo Raya Lokal Ahli Teknik Ahli Teknik  Bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan 2
Arsitektur/ Arsitektur/ khususnya dalam aspek arsitekturi;
Landscape Landscape  Mengkaji dan menganalisis masalah-masalah
sosial dan kependudukan.
 Meninjau data-data sosial budaya kawasan;
 Meninjau pengaruh aspek sosial budaya
terhadap pengembangan kawasan.

Pendekatan dan Metodologi | B-72


USULAN TEKNIS
PEKERJAAN DED INFRASTRUKTUR DASAR KAWASAN KUMUH
(KEWENANGAN PROVINSI) DI KOTA SERANG 2

Tabel 0-4 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

Bulan Orang
No Nama Personil Posisi Dalam Tim
I II III IV Bulan

A Tenaga Ahli

1 Mochyidin Latupono, ST Ahli Perencanaan Kawasan X X X X 4


Permukiman (Team Leader)

2 Donny Romdhoni, ST Ahli Lingkungan X X 2

3 Ir. Hadi Nurhadi Madiya, MT Ahli Infrastruktur X X 2

5 Husna Izzati, ST, MT Arsitektur/Landscape X X 2

B Tenaga Pendukung

1 Diah Rahayu Safitri, ST Surveyor / Juru Ukur X X 2

2 Nanang Kusnaedi Draftman / Juru Gambar X 2

3 Dedi Arfianto Operator Komputer/Typist X X X X 4

4 Akhmad Ramdhani Supir/Driver x x 2

5 To be name Tenaga Lokal (5 Orang) x x 20

Pendekatan dan Metodologi | B- 73

Anda mungkin juga menyukai