Bagian
Pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi
persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis. Suatu pemukiman
kumuh dapat dikatakan sebagai pengejawantahan dari kemiskinan, karena pada
umumnya di pemukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal dan banyak kita
jumpai di kawasan perkotaan. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya
Untuk itu menangani hal tersebut di atas, maka disusunlah kerangka acuan kerja DED
Penanganan Kawasan Kumuh Kewenangan Provinsi, sehingga diharapkan pada tahun
mendatang penataan kawasan kumuh (kewenangan provinsi) melalui pembangunan
menjadikan kawasan permukiman tersebut keluar dari kekumuhannya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dipahami beberapa hal,
diantaranya:
Selain kawasan kumuh yang menepati lahan-lahan yang legal yang disebut “Slum
Area”, kawasan kumuh seringkali juga muncul pada tempat-tempat tanpa hak
yang jelas, baik secara status kepemilikan maupun secara fungsi ruang kota yang
umumnya merupakan lahan bukan untuk tempat hunian. tanpa seijin pemiliknya,
yang karenanya, pada umumnya membawa konsekuensi terhadap tidak layaknya
kondisi hunian masyarakat tersebut, karena tidak tersedia fasilitas sarana dan
prasarana dasar hunian bagi lingkungan huniannya.
Kemudian secara hukum mereka tidak memiliki kekuatan dan kepastian, karena
me-langgar peraturan formal, serta secara fisik mereka tinggal dalam kondisi
lingkungan yang sangat buruk, tidak tersedia fasilitas sarana dan prasarana dasar
lingkungan hunian, sering terkena banjir dan polusi lingkungan lainnya.
Pertumbuhan permukiman kumuh (slum) dan squatter ini terasa makin pesat,
terutama sejak terjadinya krisis yang “menasional”, mulai dari krisis moneter,
disusul krisis ekonomi sampai dengan krisis multidimensi yang mengakibatkan
bertambah besarnya jumlah penduduk prasejahtera baik di perdesaan maupun di
perkotaan. Kondisi ini telah menimbulkan nuansa kehidupan yang “chaos” di
masyarakat sehingga semakin merebaklah kawasan-kawasan slum dan squatter di
wilayah perkotaan.
Hal itu terjadi karena banyak penduduk kota yang menurun tingkat kesejahtera-
annya menjadi prasejahtera sementara migrasi dari perdesaan yang membawa
banyak penduduk prasejahtera juga meningkat. Dari kondisi tersebut di atas jelas
terlihat bahwa permukiman kumuh (slum area) dan squatter merupakan ”buah”
dari berbagai situasi rumit dan ketimpangan pembangunan yang perlu digali akar
persoalannya dan dicari kemungkinan pemecahannya yang realistik yang dapat
disepakati oleh berbagai pihak serta berdampak positif bagi peningkatan kualitas
lingkungan penduduk dan perkembangan ruang kota. Fenomena keberadaan
masyarakat slum dan squatter di kawasan perkotaan ini selain telah menjadi salah
satu penyebab timbulnya ketidakjelasan fungsi elemen-elemen lahan perkotaan,
juga telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan perkotaan, sehingga
wajah kota menjadi tidak jelas dan semerawut. Keberadaan kawasan-kawasan
kumuh akan memberikan dampak negatif, baik ditinjau dari sisi tingkat kalayakan
kawasan maupun keterjaminan kualitas hidup dan keberlanjutan fungsi
lingkungan.
Perkembangan kota yang pesat yang berfungsi sebagai pusat kegiatan serta
menyediakan layanan primer dan sekunder, telah mengundang penduduk dari
daerah pedesaan untuk datang ke perkotaan dengan harapan bisa mendapatkan
kehidupan yang lebih baik serta berbagai kemudahan lain termasuk lapangan
kerja, sehingga mengakibatkan kurang perhatiannya terhadap pertumbuhan
kawasan perumahan dan permukiman penduduk maupun kegiatan ekonomi di
daerah. Kondisi tersebut pada kenyataannya mengakibatkan:
Terjadinya pertambahan penduduk yang lebih pesat dari pada kemampuan
pemerintah dalam menyediakan hunian serta layanan primer lainnya secara
layak/memadai;
Tumbuhnya kawasan perumahan dan permukiman yang kurang layak huni,
yang pada berbagai daerah cenderung berkembang menjadi kumuh, dan
tidak sesuai lagi dengan standar lingkungan permukiman yang sehat;
Kurangnya perhatian/partisipasi masyarakat akan pendayagunaan prasarana
dan sarana lingkungan permukiman guna kenyamanan dan kemudahan
dukungan kegiatan usaha ekonomi.
tinggi, serta status lahan yang tidak jelas (keberadaan rumah di daerah
marjinal) seperti rumah yang berada di bantaran sungai dan pantai. Rumah–
rumah yang berada di daerah marjinal berpotensi terkena banjir pada saat
musim hujan. Dengan demikian nilai kekumuhan tertinggi pada saat musim
penghujan.
Belum adanya pengelolaan sampah yang baik menjadi salah satu unsur
penentu timbulnya kekumuhan. Akibat tidak adanya sistem pengelolaan
sampah dan kurangnya sarana pembuangan sampah mengakibatkan
terjadinya penumpukan sampah di pekarangan. Tidak berfungsinya sistem
jaringan drainase juga merupakan salah satu penyebab munculnya kawasan
kumuh. Kondisi ini menimbulkan tambahan prolematika lingkungan antara
lain terjadinya banjir (genangan) akibat penyumbatan sungai dan saluran air
(drainase).
Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi munculnya kawasan kumuh yaitu
faktor budaya yang berhubungan dengan masalah kebiasaan dan adat
istiadat. Selain faktor sosial seperti tingkat pendidikan, faktor kebiasaan juga
menjadi pendoroong munculnya kawasan kumuh. Faktor kebiasaan ini juga
yang menyebabkan masyarakat merasa lebih enak membuang hajat di
saluran air dan kebun sekalipun tidak sehat, dibanding membuang hajat di
WC umum. Untuk itu beberapa WC umum yang dibangun oleh pemerintah
berada dalam kondisi terlantar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Selain itu faktor adat istiadat seperti ”makan tidak makan yang penting
kumpul” juga merupakan salah satu penyebab munculnya kawasan kumuh,
walaupun bersifat tidak langsung. Namun adat istiadat seperti ini mendorong
orang untuk tetap tinggal dalam suatu lingkungan perumahan walaupun
tidak layak huni yang penting dekat dengan saudara, tanpa mau berusaha
mencari lingkungan hunian yang lebih baik.
Berdasarkan uraian maksud dan tujuan diatas, maka dapat dipahami dengan
cukup jelas oleh konsultan, yakni tersedianya rancangan teknis penataan kawasan
kumuh hingga menjadi kawasan yang layak untuk ditinggali. Sedangkan maksud
dari pekerjaan ini adalah tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat dan layak
huni.
B.1.4 Sasaran
Adapun beberapa sasaran yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya kondisi lingkungan dan karakteristik di wilayah tersebut;
2. Teridientifikasinya topografi kawasan kumuh di wilayah tersebut;
3. Ditetapkannya tipologi kawasan kumuh yang ada;
4. Terumuskannya strategi penataan kawasan kumuh berdasarkan hasil penetapan
tipologi;
5. Dirumuskannya tahapan program dan kegiatan penataan kawasan kumuh yang
ada;
6. Tersusunnya rancangan teknis terinci penanganan kawasan kumuh.
B.1.5 PELAKSANAAN
B.1.5.1 Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum pelaksanaan
kegiatan DED Penanganan Kawasan Kumuh Kewenangan Provinsi, antara lain:
Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Undang-undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
;
Undang-undang No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Ke Dua Atas Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 09 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Perumahan dan Permukiman di
Daerah;
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
Permen PU No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Teknis Jalan;
Permen PU No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga;
Permen PUPR No. 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh;
Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 5 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010-2030;
Peraturan Daerah setempat yang berlaku.
Dari uraian mengenai dasar hukum diatas, maka dapat dipahami dengan cukup
jelas oleh konsultan, namun beberapa hal yang perlu ditambahkan mengenai
referensi yang baru guna memperkaya referensi hukum, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 13 tahun 2017 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang rencana
tata ruang wilayah nasional;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2. Survey
Output yang dihasilkan dari pelaksanaan survey ini adalah keadaan eksisting
topografi kawasan, kondisi eksisting dan infrastruktur kawasan kumuh yang
terdiri atas:
a. Bangunan gedung/Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang dilengkapi dengan
nama dan alamat pemilik rumah tersebut (by name by address);;
b. Jalan Lingkungan;
c. Penyediaan air minum;
d. Drainase lingkungan;
e. Pengelolaan air limbah;
f. Pengelolaan persampahan;
g. Proteksi kebakaran; dan
h. Ruang terbuka hijau/ ruang publik.
Berdasarkan uraian ruang lingkup diatas, maka dapat dipahami dengan cukup
jelas oleh konsultan, yakni Ruang lingkup wilayah dan menjadi prioritas
penanganan, meliputi tahapan:
a. Persiapan;
b. Survey;
c. Perencanaan Teknis Awal;
d. Perencanaan Teknis Akhir.
e. Komponen Ekonomi
Tingkat Pendapatan, diukur dari besarnya pendapatan yang diterima tiap
KK dalam setiap bulannya.
Aktivitas ekonomi atau mata pencaharian penduduk, diukur dari
besarnya jumlah penduduk yang bekerja dalam suatu bidang tertentu
(PNS, buruh tani, industri, dll).
Sarana atau fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, bertujuan untuk
melihat berapa besar fasilitas ekonomi yang dapat melayani masyarakat
dalam kawasan tersebut.
d. Sarjana Teknik Arsitektur Landscape (S-1), adalah seorang ahli yang memiliki
kompetensi seni dan ilmu merancang lansekap (pertamanan) dengan tujuan
untuk menciptakan ruang pertamanan yang fungsional, estetika dan struktur
keindahan dan manfaat suatu pertamanan atau kawasan. Sarjana Teknik
Arsitektur Landscape sebagai ahli Desain Kawasan/Ruang Terbuka Hijau.
Dengan pengalaman dibidangnya minimal 1 (satu) tahun dan memiliki SKA
Ahli Muda Arsitektur Landscape (Kode 103).
B. Tenaga Pendukung
a. Surveyor/ Juru Ukur
Tenaga Surveyor disyaratkan lulusan S1 Geodesi, serta memiliki kemampuan
sebagai Tenaga Surveyor yang mempunyai tugas pokok :
1) Melaksanakan survey dan pengukuran detail bangunan/lahan;
2) Membantu Team dalam menyusun laporan dan dokumen lainnya.
b. Draftman/Juru Gambar
Tenaga Draftman disyaratkan lulusan SMA/SMK, serta memiliki kemampuan
sebagai Tenaga Draftman yang mempunyai tugas pokok :
1) Membantu Team khususnya pada pembuatan gambar-gambar desain;
2) Membantu Team dalam menyusun laporan dan dokumen lainnya yang
berkaitan dengan penggambaran.
c. Operator Komputer/Typist
Tenaga Operator Komputer/Typist disyaratkan lulusan SMA/SMK, serta
memiliki kemampuan sebagai Tenaga Operator Komputer/Typist yang
mempunyai tugas pokok :
1) Membantu Team khususnya pada pengetikan dokumen laporan;
2) Membantu Team dalam menyusun laporan dan dokumen lainnya yang
berkaitan dengan operasi komputer/pengetikan.
d. Supir/Driver
Tenaga Supir/Driver disyaratkan memiliki SIM A serta memiliki kemampuan
sebagai Supir/Driver yang mempunyai tugas pokok sebagai supir/driver yang
mengantarkan team khususnya pada saat survey lapangan;
e. Tenaga Lokal
Tenaga Lokal adalah tenaga yang dibutuhkan oleh team pada saat survey
lapangan sebagai informan yang bisa memberikan informasi lapangan/lokasi
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan
oleh team.
Dari uraian mengenai tenaga ahli diatas, maka dapat dipahami dari komposisi
tenaga ahli yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini, jumlah tenaga ahli yang
disediakan sebanyak 4 (empat) orang termasuk di dalamnya ketua tim dan
dibantu oleh tenaga assisten dibantu oleh tenaga pendukung. Komposisi tenaga
ahli yang disediakan tersebut yang dibantu okeh tenaga pendukung dirasakan
cukup untuk melaksanakan pekerjaan ini dimana semua tenaga ahli yang ada
terlibat sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
B.1.10 PELAPORAN
B.1.10.1 Metode Evaluasi
Pedoman kriteria dan standar yang digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan adalah
pedoman, kriteria, dan standar yang berlaku di Indonesia atau spesifik dilokasi
pekerjaan pada saat ini. Dalam penerapannya harus dipertimbangkan untung-rugi,
kemudian sistem operasi dan pemeliharaan sesuai dengan kondisi sosial budaya,
aspirasi dan keinginan masyarakat setempat serta pemerintah daerah, tepat guna dan
biaya konstruksi yang aman dan efisien.
Konsultan harus bertanggung jawab penuh atas hasil DED Penanganan Kawasan
Kumuh Kewenangan Provinsi yang sudah dibuat. Apabila kemudian hari didapatkan
ketidakmantapan mutu hasil desain ini, maka konsultan harus bersedia
memperbaikinya.
Berdasarkan uraian metode evaluasi diatas, maka dapat dipahami dengan cukup
jelas oleh konsultan.
7. Dokumentasi :
a. Dokumentasi Pelaksanaan di Lapangan (berwarna), berisi foto-foto kegiatan,
diserahkan sebanyak 5 (lima) buku;
b. Video hasil foto/rekaman dari udara maupun di darat menggunakan
drone/alat rekam lainnya yang disimpan dalam harddsik external.
Seluruh laporan hasil kegiatan disalin kedalam soft copy ke dalam harddisk
external dan merupakan dokumen yang harus diserahkan kepada pengguna jasa.
Berdasarkan uraian sistem pelaporan diatas, maka dapat dipahami dengan cukup
jelas oleh konsultan. Meliputi:
a. Laporan Pendahuluan;
b. Laporan Bulanan;
c. Draft Laporan Antara;
d. Draft Laporan Akhir;
e. Laporan Akhir;
f. Laporan Pendukung;
g. Dokumentas dan
h. Gambar Detail Desain.
B.1.11 Penutup
Demikian KAK ini disusun untuk digunakan sebagaimana mestinya, dan apabila ada
perubahan atau penyesuaian KAK, maka akan dilakukan perbaikan KAK sebagaimana
tercantum dalam pedoman pelaksanaan pembangunan APBD Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2018.
Berdasarkan uraian penutup diatas, maka dapat dipahami dengan cukup jelas
oleh konsultan.
Kondisi Eksisting
Kawasan Kumuh di Kota
Serang 2
Kriteria Kawasan Kumuh
Fasilitas-fasilitas
Vitalitas Non Ekonomi kawasan
Lingkungan Perumahan Prasarana dan Vitalitas Ekonomi
Standar
dan Permukiman Sarana Permukiman Kawasan
Kebutuhan
Status Kepemilikan Tanah
Keadaan Prasarana dan Analisis
Aksesibilitas Jaringan jalan Sarana Komponen Ruang
Kompabilitas Jaringan saluran Komitmen Pemerintah
Fleksibilitas pembuangan air Kabupaten/Kota
Ekologi limbah dan Prioritas Penanganan
Lokasi pembangunan Tempat Standar Ruang
Prasarana lingkungan pembuangan
Rawan bencana sampah
Jaringan drainase Analisis Hubungan Analisis Kebutuhan
Kondisi topografi Fungsional Ruang
Status tanah Sumber air bersih
Analisis Tapak
Pemecahan Masalah Kumuh
Peremajaan menyeluruh
Gentrifikasi
Konsep Perancangan Tapak
Rehabilitasi
Tujuan dan sasaran Preservasi
pengembangan kawasan Konservasi
kumuh Renovasi
Prinsip dan Kriteria Restorasi
Perancangan kawasan kumuh Rekonstruksi
Selain persyaratan tersebut diatas, ada beberapa kriteria lain juga yang perlu
diperhatikan, antara lain:
Prasarana dan sarana merupakan salah satu komponen yang menentukan pola
serta struktur ruang yang dapat menjamin efisiensi, efektifitas dan produktivitas
kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya.
Ada beberapa definisi yang dapat menjelaskan tentang prasarana dan sarana
permukiman. Menurut UU No. 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan
Permukiman, yang dimaksud dengan Prasarana Lingkungan adalah kelengkapan
dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Menurut penjelasan tersebut, sarana dasar yang
utama bagi berfungsinya suatu lingkungan permukiman adalah:
Dalam beberapa proses peremajaan suatu kawasan kota dikenal beberapa cara
pendekatan atau metoda perencanaan yang diterapkan sesuai dengan kondisi
dari permasalahan yang dihadapi oleh kawasan yang akan diremajakan.
Beberapa perangkat pelaksanaan yang telah banyak dipraktekkan oleh negara-
negara lain adalah:
b. Gentrifikasi
Adalah upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan kumuh di perkotaan
melalui upaya peningkatan kualitas lingkungannya, namun tanpa
menimbulkan perubahan yang berarti dari sturuktur fisik kawasan tersebut.
Gentrifikasi bertujuan memperbaiki ekonomi kawasan tersebut dengan
mengandalkan kekuatan pasar dengan cara memanfaatkan berbagai sarana
yang ada, meningkatkan kualitas serta kemampuan dari berbagai sarana
tersebut melalui rehabilitasi tanpa harus melakukan pembongkaran yang
berarti.
c. Rehabilitasi
Pada dasarnya merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi suatu
bangunan atau unsur-unsur suatu kawasan yang telah mengalami kerusakan,
kemunduran, atau degradasi, kepada kondisi aslinya sehingga dapat berfungsi
kembali sebagai mana mestinya. Metoda ini banyak dipakai dalam proses
gentrifikasi dan konservasi gedung maupun lingkungan.
d. Preservasi
Merupakan upaya untuk memelihara dan melestarikan monumen, bangunan
atau lingkungan pada kondisinya yang ada dan mencegah terjadinya proses
kerusakannya. Metoda ini biasanya diterapkan untuk melindungi gedung-
gedung, monumen ataupun bangunan yang mempunyai nilai arsitektur atau
arti sejarah dari kehancuran. Upaya preservasi biasanya disertai pula dengan
upaya restorasi, rehabilitasi atau rekonstruksi.
e. Konservasi
Pada dasarnya merupakan upaya untuk memelihara suatu tempat sedemikian
rupa sehingga makna dari tempat tersebut dapat dipertahankan. Menurut
pengertian ini maka tempat dapat diartikan sebagai: lahan, kawasan, gedung
atau kelompok-kelompok gedung termasuk lingkungan terkait. Sedangkan
yang dimaksud dengan makna adalah arti dari tempat tersebut seperti: arti
sejarah budaya, ekonomi dll.
f. Renovasi
Adalah upaya untuk merubah sebagian atau beberapa bagian tua, terutama
bagian dalamnya, dengan tujuan agar bangunan tersebut dapat
diadaptasikan untuk menampung fungsi baru yang diberikan pada bangunan
tersebut atau masih untuk fungsi yang sama namun dengan persyaratan yang
baru. Upaya ini biasanya menyertai upaya konservasi dan gentrifikasi dari
suatu bangunan.
g. Restorasi
Merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi suatu kawasan pada kondisi
asalnya dengan menghilangkan tambahan-tambahan yang timbul serta
memasang/mengadakan kembali unsur-unsur semula yang telah hilang tanpa
menambahkan unsur-unsur baru kedalamnya.
h. Rekonstruksi
Merupakan upaya mengembalikan kondisi atau membangun kembali suatu
kawasan sedekat mungkin dengan wujudnya semula yang diketahui. Proses
rekonstruksi biasanya dilakukan untuk mengadakan kembali kawasan yeng
telah rusak atau bahkan telah punah sama sekali.
B.3 METODOLOGI
Secara umum, metodologi dari kegiatan Pekerjaan DED Infrastruktur Dasar Kawasan
Kumuh (Kewenangan Provinsi) Di Kota Serang 2 ini dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
Tinjauan Kebijakan Terkait;
Gambaran Umum Wilayah;
a. Kebijakan RTRW
Kebijakan RTRW yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini terdiri
dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten.
Analisis ini dilakukan adalah untuk menentukan lokasi kawasan kumuh dan
kemudian menentukan tipologi kawasan kumuh. Tahap yang akan dilakukan
dalam analisis tipologi kawasan kumuh ini adalah:
a. Penilaian Kawasan Kumuh
Dalam melakukan penilaian terhadap kawasan kumuh terdapat beberapa
parameter yang dapat digunakan yang didasarkan pada beberapa kriteria
yaitu kriteria fisik, kriteria sanitasi lingkungan; kriteria sosial kependudukan;
kriteria sosial budaya, dan kriteria ekonomi yang ada di Provinsi Banten.
Lebih jelasnya parameter tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini:
1) Komponen Fisik
Penggunaan Lahan (Land Use), parameter yang diteliti: tata guna
lahan untuk berbagai peruntukan, mencakup penggunaan untuk
fungsi lindung seperti sempadan pantai, sempadan sungai, dan
daerah konservasi; penggunaan untuk fungsi budidaya seperti
permukiman dan aktivitas lainnya.
Permukiman, parameter yang diteliti: jumlah rumah, jenis rumah,
kondisi rumah, jumlah penghuni, kepadatan bangunan, KDB, dan
status kepemilikan lahan. Contoh: kondisi sirkulasi udara didalam
rumah yang tidak baik, sehingga udara di dalam rumah tak dapat
mengalir dengan baik, akibatnya akan menggangu kesehatan
penghuni rumah tersebut; tata bangunan yang sangat tidak teratur,
umumnya bangunan-bangunan yang tidak permanen dan bangunan
darurat; tidak adanya suasana ”privacy (pribadi)” bagi pemilik
rumah, karena jumlah ruang di rumah tinggalnya terbatas jika
dibandingkan dengan jumlah penghuninya.
Kondisi kualitas udara yang tidak baik (kualitas udara menurun), Hal
ini biasanya karena tidak adanya ruang-ruang terbuka (open space).
2) Komponen Sanitasi Lingkungan
Kecukupan sumber air bersih, dasar penentuan nilai adalah
persentase jumlah keluarga yang memanfaatkan sungai sebagai
sumber air bersih.
Pemanfaatan MCK oleh Warga, dasar penentuan nilainya adalah
persentase penduduk yang telah menanfaatkan jamban sebagai
tempat membuang hajat dalam satuan wilayah tertentu (satuan
wilayah desa).
Pembuangan air limbah, dasar penentuan nilai dalam kriteria ini
adalah keviasaan penduduk membuang air limbah yang diukur
dalam persen penduduk yang membuang limbah berupa air kotor
rumah tangga kepekarangan rumahnya dalam satuan wilayah
tertentu (satuan wilayah desa).
5) Komponen Ekonomi
Tingkat Pendapatan, diukur dari besarnya pendapatan yang diterima
tiap KK dalam setiap bulannya.
Aktivitas ekonomi atau mata pencaharian penduduk, diukur dari
besarnya jumlah penduduk yang bekerja dalam suatu bidang tertentu
(PNS, buruh tani, industri, dll).
Sarana atau fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, bertujuan untuk
melihat berapa besar fasilitas ekonomi yang dapat melayani
masyarakat dalam kawasan tersebut.
K1 = Kurang kumuh
K2 = Cukup Kumuh
K3 = Kumuh
K4 = Sangat kumuh
II Komponen Sosial
1 Pendidikan > 75 % SMA 50-75 % SMA 25-50 % SMA 5-25 % SMA < 5 % SMA
2 Kesehatan Baik Hampir Baik Cukup Buruk Sangat Buruk
IV Komponen Ekonomi
1 Pendapatan Perkapita > 1.000.000 1.000.000- 750.000- 500.000- < 250.000
per bulan 750.000 500.000 250.000
2 Status Pekerjaan Bekerja dan Bekerja Hampir Bekerja kurang Bekerja tidak Bekerja sangat
mencukupi Mencukupi mencukupi mencukupi tidak
mencukupi
Sumber: Dimodifikasi dari Kriteria Kawasan Kumuh Ir. Budi D. Sinulingga M.Si, 2006
𝑩𝒙𝑺
𝑰=𝚺
𝚺𝑩
Dimana
I = indeks overlay
B = Nilai bobot kriteria
S = Nilai Skoring
POTENSI PERMASALAHAN
S W
PELUANG PENGEMBANGAN
O OS OW
TANTANGAN PENGEMBANGAN
T TS TW
2) Weakness (kelemahan)
Permasalahan yang timbul selalu menjadi penghabat pertumbuhan
wilayah, sehingga perkembangan dirasakan kurang terencana dan
terkontrol.
3) Opportunity (Peluang)
Potensi yang dimiliki suatu wilayah, terutama yang cenderung
berorientasi pasar akan mengibas secara nyata bagi pertumbuhan
kawasan dimasa datang, sehingga memberikan peluang optimis dalam
pengembangannya maupun dalam menarik minat investor, misalnya
dalam bidang perikanan.
4) Threat (Hambatan)
Potensi yang dimiliki, dapat pula menjadi ancaman bagi daerah yang
kurang atau belum mampu/belum siap menerima tekanan perkembangan
wilayah di sekitarnya, sehingga berakibat kurang menguntungkan dan
pada akhirnya keuntungan akan tersedot oleh daerah-daerah
disekitarnya yang sudah siap (modal luar). Seperti kebijakan
b. Langkah-Langkah
Melakukan penyusunan peta rinci/siteplan, pembuatan site plan
diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan di lapangan siteplan
sedikitnya memuat: (1) plotting komponen rencana, (2) jenis serta
ukuran komponen rencana dan (3) kondisi eksisting, misal: nama jalan,
arah aliran, kontur eksisting serta kondisi 0% dari komponen yang akan
c. Metode
Studio, analisis kebutuhan, penjaringan informasi berdasarkan studi literatur,
observasi dan pengukuran lapangan (ground survey), teknik penelurusan
lokasi (transek).
Penjaringan Informasi melalui Studi Literatur
Adalah penjaringan informasi melalui kajian penulis atas referensi-
referensi yang ada baik berupa buku maupun karya-karya ilmiah yang
berhubungan dengan pekerjaan perenceanaan ini. Beberapa referensi
yang dibutuhkan untuk perancangan ini antara luasan kebutuhan yang
dibutuhkan setiap orang yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitasnya
disesuaikan dengan tingkat pekerjaannya. Kajian informasi studi literatur
juga dilakukan melalui internet untuk mencari literatur mengenai contoh
bangunan rumah yang baik dan mampu diterapkan sesuai dengan
karakteristik kawasan Kota Serang 2 berdasarkan topografi, iklim,
kerawanan terhadap bencana, budaya masyarakat, dan sebagainya.
Studi Observasi
Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam perancangan ini.
Pada proses pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan antara lain,
diagram rancangan kebutuhan ruang, satuan keperluan ruang sehingga
didapatkan luas bangunan yang dibutuhkan, dan penggunaan ruang.
d. Output
Peta rencana rinci pembangunan tahap pertama yang disusun dengan
memperhatikan berbagai acuan yang ada (peta kebutuhan infarstruktur
skala 1:1.000 untuk penanganan tahun pertama;
Visualisasi 3 dimensi (3D) dari rencana yang disusun;
Kesepakatan daftar rencana komponen infrastruktur pembangunan tahap
1; dan
Dimensi dan volume pekerjaan komponen infrastruktur pembangunan
tahap 1.
Data yang didapatkan pada survei kawasan kumuh prioritas ini berupa data
primer dan data sekunder (by name by address), diantaranya adalah:
b. Lingkup Lingkungan
Kondisi Bangunan Hunian (Kepadatan Bangunan)
Kondisi Jalan Lingkungan
Kondisi Drainase Lingkungan (Kejadian Genangan)
Pengamanan Bahaya Kebakaran
Kondisi ketersediaan RTH
b. Output:
Gambar kerja/DED untuk setiap komponen infrastruktur yang disepakati
(skala 1:100, 1:50, 1:20, 1:10, 1:5) yang terdiri atas:
Peta lokasi komponen (keyplan);
Gambar potongan/denah/tampak 2D;
Gambar perspektif 3D; dan
Detail pengukuran dan analisa biaya (tabel).
Rincian Volume Pekerjaan (BQ);
B.4 Pelaporan
1. Laporan Pendahuluan, berisi:
7. Dokumentasi:
a. Dokumentasi Pelaksanaan di Lapangan, berisi foto-foto kegiatan, diserahkan
sebanyak 3 (tiga) buku;
b. Video hasil foto/rekaman di udara menggunakan drone yang disimpan
dalam harddisk external.
b. Pemahaman KAK
Kerangka Acuan Kerja yang menjadi acuan utama dalam pelaksanaan
kegiatan Pekerjaan DED Infrastruktur Dasar Kawasan Kumuh (Kewenangan
Provinsi) Di Kota Serang 2 harus dipahami dengan baik oleh pihak konsultan
sehingga seluruh proses pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik.
g. Mobilisasi tim
Kegiatan mobilisasi tim dilakukan pada tahap awal dimaksudkan untuk
mendapatkan tenaga ahli sesuai dengan yang diminta (sesuai KAK) dengan
kualitas memadai, di samping itu untuk mempercepat koordinasi antar
tenaga ahli, agar tenaga ahli tersebut mampu berkomunikasi dan
bekerjasama dalam pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikarenakan informasi dari
setiap tenaga ahli diperlukan oleh tenaga ahli lainnya.
l. Menyiapkan peta dasar dengan skala minimal 1:5.000 yang siap untuk
digunakan sebagai dasar untuk survey;
m. Melakukan pengumpulan dokumen yang diperlukan.
C. Penyiapan Profil
Kegiatan penyiapan profil adalah kegiatan menyiapkan data profil kawasan
kumuh dan dokumen pendukung lainnya. Dimana langkah-langkahnya sebagai
berikut:
Menyiapkan baseline data kumuh;
Menyiapkan peta-peta pendukung;
Menyiapkan data-data pendukung lainya;
Menyusun profil awal kawasan permukiman kumuh Kota Serang 2;
Menyusun dan menetapkan kriteria dan indikator permukiman kumuh yang
disesuaikan dengan kondisi setempat.
a. Survei/Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah perencanaan, harus
dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Mengidentifikasi sebaran kawasan permukiman kumuh;
Mengidentifikasi konstelasi permukiman kumuh terhadap ruang kota;
Mengidentifikasi tipologi kawasan permukiman kumuh kota untuk
mendapatkan pola penanganan yang tepat.
Mengidentifikasi isu-isu strategis;
Mengidentifikasi potensi dan permasalahan (karakteristik sosial,
ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan).
c. Data Nonfisik
Data kepadatan penduduk;
Data potensi sosial ekonomi.
Data identifikasi legalitas lahan.
f. Analisis Data
Tahapan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya yang
didapatkan melalui tahap pengumpulan data. Pada tahapan ini dilakukan
beberapa kegiatan pokok berupa Analisis kebutuhan infrastruktur Kawasan
Kumuh Kota Serang 2:
1) Aksesibilitas kawasan;
2) Kepemilikan lahan;
3) Kondisi alam mencakup topografi, hidrologi, pola drainase serta
geomorfologi (erosi dan banjir);
4) Kerawanan terhadap bencana;
5) Kondisi dan karakteristik jalan lingkungan;
6) Penyediaan air minum;
7) Drainase lingkungan;
8) Pengelolaan air limbah;
9) Pengelolaan persampahan;
10) Proteksi kebakaran; dan
11) Ruang terbuka hijau.
Dari berbagai data yang telah diperoleh dari hasil survei lapangan dan
instansional, maka akan dilakukan suatu analisis terhadap kondisi eksisting
sistem lingkungan perumahan dan permukiman serta prasarana dan
sarananya.
Tahap analisis data ini sangat penting oleh karena menjadi dasar dari
perhitungan selanjutnya yang akan menjamin perencanaan yang baik.
Hasil analisa data menjadi dasar dari perhitungan. Pada tahap ini akan
dilakukan perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana perumahan dan permukiman.
Zoning dilakukan baik untuk sistem drainase maupun sistem penyaluran air
buangan. Pembagian zone ini dilakukan untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan pengaliran air.
Perhitungan Struktur
Berisi perhitungan-perhitungan struktur yang diterapkan dalam rancangan
sesuai dengan peraturan dan persyaratan yang berlaku.
pertanggung jawaban administratif. Untuk jelasnya hubungan kerja akan terlihat pada
diagram susunan organisasi pekerjaan, seperti yang terlihat pada Gambar berikut.
Office Manager
Tim
Teknis
Team Leader
Tim Ahli
Keterangan :
Garis Tugas
Garis Koordinasi
Garis Perintah
Dalam pekerjaan, tidak semua peralatan yang tersedia digunakan dalam pekerjaan
ini, hanya beberapa peralatan saja yang dapat digunakan. Adapun peralatan kantor
dan survey yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah:
1. Peralatan Kantor yang digunakan meliputi: komputer dan kelengkapannya,
printer, alat gambar dan kelengkapannya, meja serta kursi.
2. Peralatan Survey yang digunakan yaitu: kamera digital, handycam, GPS, dan lain-
lain.
Setiap tahapan yang akan dilakukan, diuraikan secara detail berdasarkan komponen-
komponen kerja setiap tahapan dan waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaannya,
disusun dalam suatu rangkaian time schedule.
Secara garis besarnya tahapan yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan pekerjaan
adalah sebagai berikut. (Tabel B.3)
Bulan/Minggu
No Tahapan/Kegiatan I II III IV Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I LAPORAN PENDAHULUAN
A Persiapan dan Mobilisasi
1 Pemahaman KAK
2 Persiapan Peralatan dan Personil
3 Penyusunan dan Penajaman Pendekatan Metodologi Studi
4 Penyusunan Detail Rencana Kerja
5 Inventarisasi dan Persiapan Perangkat Survey
6 Mobilisasi Tim
II LAPORAN ANTARA
A Survey/Pengumpulan Data
1 Data kondisi bangunan
2 Data kondisi jalan lingkungan
Bulan/Minggu
No Tahapan/Kegiatan I II III IV Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
3 Data kondisi drainase lingkungan
4 Data kondisi penyediaan air minum
5 Data Kondisi pengelolaan air limbah
6 Data kondisi pengelolaan persampahan
7 Data kondisi pengamanan kebakaran
8 Data RTH
9 Data dan kondisi sarana dan prasarana permukiman lainnya
10 Data Kepadatan pendudukan
11 Data potensi sosial ekonomi
D Analisis
1 Analisis kebutuhan Jalan Lingkungan
2 Analisis Kebutuhan Penyediaan Air Minum
Bulan/Minggu
No Tahapan/Kegiatan I II III IV Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
3 Analisis Kebutuhan Drainase Lingkungan
4 Analsis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah
5 Analisis Kebutuhan Pengelolaan Persampahan
6 Analisis Kebutuhan Proteksi Kebakaran
7 Analsis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
V DISKUSI/PEMBAHASAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Draft Akhir
Bulan/Minggu
No Tahapan/Kegiatan I II III IV Ket
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
VI PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan 5 Buku
2 Laporan Bulanan 5 Buku
3 Draft Laporan Antara 5 Buku
4 Draft Laporan Akhir 5 Buku
5 Laporan Akhir 5 Buku
6 Laporan Pendukung 5 Buku
7 Dokumentasi 3 Buku
8 Gambar Detail Desain
- Kalkir A1 1 buku
- Fotocopy A1 2 buku
- Fotocopy A3 : 5 buku
Untuk jelasnya mengenai rekapitulasi tim dalam pekerjaan ini secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel B.4.
Kontribusi tenaga ahli dalam ini, semuanya dilibatkan dalam pekerjaan hingga akhir
waktu pelaksanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai jangka waktu keterlibatan tenaga
ahli dalam pekerjaan dapat dilihat pada Tabel B.5.
Jumlah
Tenaga Ahli
No Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
1. Mochyidin Latupono, ST PT. Parindo Raya Lokal Ahli Planologi/PWK Ketua Tim (Ahli Bertanggungjawab atas kegiatan secara 4
Penataan Kawasan keseluruhan;
Permukiman) Memberikan informasi yang kontinyu pada
pemberi pekerjaan mengenai perkembangan
pelaksanaan kegiatan;
Bertanggungjawab atas pelaksanaan teknis
pekerjaan;
Pengerahan pelaksana proyek, mempersiapkan
program pekerjaan dan kerangka kerja yang
akan dilakukan;
Mengevaluasi kebijakan pembangunan daerah;
Mengevaluasi studi-studi terdahulu yang
pernah dibuat menyangkut wilayah yang akan
dikaji;
Merumuskan batasan dan kriteria kekumuhan;
Menelaah pola tata guna lahan, ketersediaan
lahan dan kebutuhan lahan;
Mengidentifikasi struktur ruang kota dan
kawasan;
Mengembangkan alternatif strategi penataan
kawasan kumuh.
2. Donny Romdhoni, ST PT. Parindo Raya Lokal Ahli Lingkungan Ahli Teknik Mempunyai keahlian dalam bidang yang 2
Lingkungan berkaitan dengan masalah-masalah linkungan;
Meneliti daya dukung lahan dan kemampuan
lahan diwilayah kajian;
Merencanakan kebutuhan dan penyediaan
infrastruktur wilayah kawasan beserta
jaringannya;
Jumlah
Tenaga Ahli
No Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
Menganalisis sistem penyediaan infrastruktur;
Menelaah masalah-masalah perumahan dan
permukiman;
Menelaah kondisi infrastruktur perumahan dan
permukiman;
Menganalisis aspek-aspek yang berkaitan
dengan gejala-gejala alam.
3. Ir. Hadi Nurhadi PT. Parindo Raya Lokal Ahli Prasarana Ahli Prasarana Mengidentifikasi dan mengkaji masalah- 2
Madiya, MT Wilayah Wilayah masalah infrastruktur;
Mengidentifikasi tingkat pendapatan
penduduk; dan
Mengkaji dan menganalisis potensi-potensi
ekonomi wilayah
4. Husna Izzati, ST, MT PT. Parindo Raya Lokal Ahli Teknik Ahli Teknik Bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan 2
Arsitektur/ Arsitektur/ khususnya dalam aspek arsitekturi;
Landscape Landscape Mengkaji dan menganalisis masalah-masalah
sosial dan kependudukan.
Meninjau data-data sosial budaya kawasan;
Meninjau pengaruh aspek sosial budaya
terhadap pengembangan kawasan.
Bulan Orang
No Nama Personil Posisi Dalam Tim
I II III IV Bulan
A Tenaga Ahli
B Tenaga Pendukung