Anda di halaman 1dari 7

ASPEK DAN INDIKATOR PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

Pengertian Pemukiman dan Perumahan


Dalam undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan
permukiman, yaitu permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. Sedangkan perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian
dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni

A. Pengembangan Pemukiman
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari
pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan
permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk
pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman
perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

1. Arah Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara
lain:
1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh
masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya
kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan
(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun
khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4) Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.Terkait dengan tugas dan
wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011
mengamanatkan tugas dan wewenang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan
perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Adapun Kriteria penentuan kelayakan lahan untuk permukiman berdasarkan pedoman


kriteria teknis kawasan budidaya diantaranya :
A. Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan :
1) Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%)
2) Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh
penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara
60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari
3) Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi)
4) Drainase baik sampai sedang
5) Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata
air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan
6) Tidak berada pada kawasan lindung
7) Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga
8) Menghindari sawah irigasi teknis
B. Kriteria dan Batasan Teknis
1) Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari
luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan
dengan karakteristik serta daya dukung lingkungan
2) Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan
tidak bersusun maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan
utilitas umum yang memadai
3) Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan
peruntukan permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang
sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup
yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup
4) Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan :
1. Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03 - 1733 2004
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
2. Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang
cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan. Saluran
pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi
intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat
berupa saluran terbuka maupun tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur
resapan air hujan mengikuti SNI 03 - 2453 2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan dan
dilengkapi dengan penanaman pohon.
3. Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun
kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah tangga 60 liter/
orang/hari dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari
4. Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03 - 3242 1994
tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman.
5) Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan di kawasan peruntukan
permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah
penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian,
serta lokasi dan penyelesaian
6) Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan di kawasan peruntukan permukiman
yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk
pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta
lokasi dan penyelesaian
7) Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga
di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang
disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lahan minimal, radius
pencapaian, dan kriteria lokasi dan penyelesaian
8) Penyediaan kebutuhan sarana perdagangan dan niaga di kawasan peruntukan
permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang 40 disediakan, jumlah
penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian,
serta lokasi dan penyelesaian
9) Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 03 - 1733 - 2004
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, serta
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan
Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan
kepada Pemerintah Daerah;
10) Dalam rangka mewujudkan kawasan perkotaan yang tertata dengan baik,
perlu dilakukan peremajaan permukiman kumuh yang mengacu pada
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kampung Kota.
A. Aspek Perencanaan Perumahan
Menurut Sasta dan Marlina (2007;30-36) dalam membuat sebuah perencanaan
perumahan yang betul-betul dapat menjawab tuntutan pembangunan perumahan dan
permukiman maka perlu dipertimbangkan aspek-aspek perencanaan. Aspek aspek
yang mendasari perencanaan perumahan tersebut antara lain adalah:
1. Lingkungan
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan adalah
menejemen lingkungan yang baik dan terarah, karena lingkungan sautu
perumahan merupakan suatu faktor yang sangat menentukan dan keberadaannya
tidak boleh diabaikan. Hal tersebut dapat terjadi karena baik buruknya kondisi
lingkungan akan berdampak terhadap penghuni perumahan.
2. Daya Beli (Affrodability)
Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan
pembangunan yang telah dicanangkan sesuai dengan programnya. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi daya beli masyarakat :
● Pendapat per kapita sebagian besar masyarakat yang masih relatif rendah
(dibawah standar).
● Tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat, terutama di daerah
pedesaan, masih relatif rendah.
● Pembangunan yang belum merata pada berbagai daerah sehingga
memicu timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi, dimana hal ini
berdampak terhadap persaingan antara golongan berpenghasilan tinggi
dengan masyarakat yang berperngahasilan rendah, seolaholah fasilitas
dan kemajuan pembangunan (termasuk perumahan) hanya dapat
dinikmati oleh kaum yang berpenghasilan tinggi.
● Situasi Politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil sehingga
mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat untuk berinvestasi dan
mengembangkan modal. 
● Inflasi yang tinggi yang menyebabkan naiknya harga bahan bangunan,
yang berdampak dengan melambungnya harga rumah, baik untuk
kategori rumah sederhana, menengah, maupun, mewah.
3. Kelembagaan
Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu wilayah, baik
diperkotaan maupun dipedesaan, tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai
pihak yang berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptkan
suatu suasana yang kondusif bagi terciptanya keberhasilan itu. Masyarakat
sebagai pelaku utama pembangunan memegang peran penting setiap program
pembangunan yang dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai