lapisan tanah/bentang lahan maupun perpindahan fosil dan artefak yang terkandung
didalamnya. Permasalahan dalam pelestarian Situs Sangiran ini terbagi dalam setiap zona.
Pada Zona lnti, terdapat perubahan lahan karena faktor alam dan aktivitas manusia (pertanian,
pembangunan, penambangan), ancaman pencurian, penggelapan, dan jual beli fosil,
rendahnya partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian Situs Sangiran, dan belum adanya
arahan pelestarian dan pemanfaatan wisata yang jelas. Pada Zona Penyangga adalah belum
adanya rambu atau arahan tentang pelestarian dan pemanfaatan yang jelas, sehingga tidak
sesuai dengan fungsinya sebagai zona penyangga. Sementara itu pada Zona Pengembangan
adalah masih minimnya fasilitas pendukung pengembangan kawasan dan belum adanya
penataan yang komprehensif dari fasilitas pendukung pengembangan kawasan.
Dengan demikian perlu adanya peraturan zonasi yang bisa memformulasikan antara
pembagian setiap zona berdasarkan distribusi ruang sesuai dengan intensitas kepentingan
manusia untuk kepentingan konservasi. Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 58 Peraturan
Daerah No. 1 Tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Karanganyar, peraturan zonasi pada
kawasan yang memiliki fungsi lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf h,
bahwa pada zona inti maupun penunjang bila terlanjur untuk kegiatan budidaya khususnya
permukiman dan budidaya tanaman semusim, tidak boleh dikembangkan lebih lanjut atau
dibatasi dan secara bertahap dialihfungsikan kembali ke zona lindung.
Dengan disusunnya Aktualisasi zonasi yang mempertimbangkan berbagai kepentingan
terutama berkenaan dengan pelestarian cagar budaya, maka peraturan zonasi dibutuhkan
untuk mempermudah pemahaman dan pengelolaan yang akan dijalankan di lingkungan
objek terkait dengan nilai-nilai yang dimiliki objek dan harus dilindungi serta menjadi standar
sekaligus mekanisme kontrol sehingga dapat mengurangi dampak negatif atau dampak lain
yang tidak dikehendaki yang mungkin terjadi terhadap objek pelestarian.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Aktualisasi Zonasi Situs Sangiran adalah :
1. Menyusun rencana pengendalian pemanfaatan dan perwujudan ruang Kawasan
cagar budaya secara terperinci yang disusun untuk menyiapkan pembagian zonasi
dalam rangka melindungi kawasan cagar budaya;
2. Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan cagar
budaya dengan RTRW Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar serta
peraturan-peraturan terkait;
3. Menciptakan pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang yang berdaya guna
dan berhasil guna, sehingga tercipta keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi
dan efisien;
4. Menyusun suatu pedoman dan aturan yang digunakan sebagai pengendalian
pemanfaatan ruang, acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang;
5. Tersusunnya peta zonasi, peta penggunaan lahan, dan peta geologi Situs Sangiran
6. Menciptakan pola pemanfaatan ruang yang lebih terarah dan optimal dalam
kelestarian cagar budaya dan lingkungan hidup yang dilanjutkan dengan proses
persetujuan substansi sampai dengan dikeluarkannya rekomendasi dari instansi
berwenang;
7. Menyusun naskah Zonasi yang dilanjutkan dengan proses validasi sampai dengan
diterbitkannya surat keterangan validasi oleh pihak berwenang.
1.3. SASARAN
Target atau sasaran dari penyusunan Aktualisasi Zonasi Situs Sangiran adalah :
1. Tersusunnya peta zonasi Situs Sangiran yang terdiri dari zona inti, zona penyangga,
zona pengembangan dan zona penunjang yang akan menjadi pedoman
pelestarian cagar budaya;
30. Kepmendikbud No. 173/ M / 1998 Tentang Penetapan Situs dan Benda Cagar
Budaya di Wilayah Provinsi Jawa Tengah;
31. Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 4370 / 197 Tahun 2014 Tentang Penetapan
Satuan Ruang Geografis Sangiran Sebagai Kawasan Cagar Budaya Jawa Tengah;
32. Permen PU No. 20/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
33. Permen ATR BPN No. 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
34. Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya dan Warisan Alam Dunia, 1972
parkir, aksesibilitas untuk difabel, jalur pedestrian, jalur sepeda, bongkar muat,
dimensi jaringan jalan, kelengkapan jalan, dan kelengkapan prasarana lainnya
yang diperlukan.
e. Kajian dampak terhadap kegiatan yang ada atau akan ada di zona yang
bersangkutan ;
1) Kepadatan permukiman;
2) Kerapatan jaringan jalan;
3) Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas
f. Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan terdiri atas :
1) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang merupakan ketentuan yang
memberikan kelonggaran untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu
dengan tetap mengikuti ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam
peraturan zonasi
2) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif yang merupakan ketentuan
yang memberikan insentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan
dengan rencana tata ruang dan memberikan dampak positif bagi
masyarakat, serta yang memberikan disinsentif bagi kegiatan pemanfaatan
ruang yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang dan memberikan
dampak negatif bagi masyarakat. Insentif dapat berbentuk kemudahan
perizinan, keringanan pajak, kompensasi, imbalan, subsidi prasarana,
pengalihan hak membangun, dan ketentuan teknis lainnya. Sedangkan
disinsentif dapat berbentuk antara lain pengetatan persyaratan, pengenaan
pajak dan retribusi yang tinggi, pengenaan denda, pembatasan penyediaan
prasarana dan sarana, atau kewajiban untuk penyediaan prasarana dan
sarana kawasan.
3) Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai
dengan peraturan zonasi. Ketentuan ini berlaku untuk pemanfaatan ruang
yang izinnya diterbitkan sebelum penetapan RDTR/peraturan zonasi, dan
dapat dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur
yang benar.