Kepariwisataan;
7. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu
Lintas & Angkutan Jalan;
8. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus;
10. Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
11. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya;
12. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
14. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah
15. Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan;
16. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk Dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan
Ruang;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2014 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus Morotai;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN);
21. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku;
22. Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2015 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Perbatasan Negara di
Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Papua Barat;
23. Keputusan Presiden No. 57 tahun 1989 tentang
Kriteria Kawasan Budidaya;
24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993
tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai,
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998
tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses
Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan;
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008
tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan;
28. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun
2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
29. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009
tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian;
30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008
tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan;
-3-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya.
10. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
11. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
12. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang.
13. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatanruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk
setiap blok/zona peruntukanyang penetapan zonanya dalam rencana rinci
tata ruang.
14. Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang
ditetapkanpada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.
15. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang selanjutnya disebut
RTRW Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum
dari wilayah kabupaten/kota, yang merupakan penjabaran dari Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi
penataan ruang wilayah kabupaten/kota, rencana struktur ruang wilayah
kabupaten/kota, rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota, penetapan
kawasan strategis kabupaten/kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota.
16. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang
dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.
17. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL
adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang
dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program
bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan,
rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.
18. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
19. Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian
dari kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang
akan atau perlu disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai
arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kabupaten/kota yang
bersangkutan, dan memiliki pengertian yang sama dengan zona
peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor
15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
20. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah
bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari
beberapa blok, dan memiliki pengertian yang sama dengan Subzona
-5-
35. Tempat Evakuasi Akhir yang selanjutnya disingkat TEA, adalah titik
kumpul akhir untuk pengungsi yang dapat berfungsi sebagai tempat
tinggal sementara dan/atau sebagai posko bencana.
36. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan yang selanjutnya disingkat
KKOP, adalah wilayah daratan dan/atau perairan dan ruang udara di
sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi
penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.
37. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan
gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
38. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan
luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana
tata ruang dan RTBL.
39. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan
luas tanahperpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana
tata ruang dan RTBL.
40. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah
sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan;
dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar
muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas
minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang
dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain
atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas,
dsb (building line).
41. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area
memanjang/jalurdan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuhtanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
42. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang
terbuka dibagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori
RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun
kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau
berpori.
43. Pejabat Penyidik Pegawaji Negeri Sipil yang selanjutnya disebut pejabat
PPNS adalah pegawai negeri sipil tertentu sebagaimana dimaksud dalam
KUHAP, baik yang berada di pusat maupun daerah yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan dan
penyidikan terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang yang berindikasi
tindak pidana penataan ruang dalam rangka mewujudkan tertib tata
ruang.
44. Masyarakat adalah perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah
lain dalam penataan ruang.
-7-
Bagian Kedua
Sistematika Peraturan Daerah
Pasal 2
Bagian Ketiga
Asaz, Tujuan, Fungsi dan Kedudukan
Pasal 3
Pasal 4
Tujuan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi sebagai berikut:
a. terwujudnya kualitas ruang yang terukur sesuai standar teknis dan
arahan dalam RTRW;
b. terwujudnya tertib penyelenggaraan penataan ruang melalui pengaturan
intensitas kegiatan, keseimbangan dan keserasian peruntukan lahan serta
penyediaan prasarana yang maju dan memadai;
c. terwujudnya ruang yang menyediakan kualitas kehidupan kota yang
produktif dan inovatif, serta memperkecil dampak pembangunan dan
menjaga kualitas lingkungan;
d. terwujudnya tata air yang dapat memenuhi kebutuhan air minum serta
mengurangi genangan air; dan
e. terwujudnya sistem jaringan prasarana yang memadai.
Pasal 5
-8-
Fungsi Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi sebagai berikut:
a. mendukung perwujudan pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan program
pembangunan daerah dan nasional;
b. menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian pengembangan
kawasan fungsional sesuai rencana tata ruang;
c. terwujudnya keterkaitan antar program pembangunan yang selaras, serasi,
dan efisiensi dengan penataan ruang;
d. sebagai perangkat pengendalian pemanfaatan ruang;
e. sebagai acuan pemberian insentif dan disinsentif;
f. sebagai acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang;
g. sebagai panduan teknis dalam pemberian izin pemanfaatan ruang;
h. sebagai dasar pengenaan sanksi.
Pasal 6
BAB II
RUANG LINGKUP PENGATURAN
Bagian Kesatu
Muatan Rencana Detail Tata Ruang
Pasal 7
Muatan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Daruba dan Sekitar
KEK Morotai dalam Peraturan Daerah ini, terdiri dari:
a. Tujuan Penataan Bagian Wilayah Perkotaan;
b. Rencana Struktur Ruang;
c. Rencana Pola Ruang;
d. Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya;
e. Ketentuan Pemanfaatan Ruang; dan
f. Peraturan Zonasi.
Bagian Kedua
Wilayah dan Jangka Waktu Perencanaan
Pasal 8
(1) Wilayah perencanaan RDTR Kawasan Perkotaan Daruba dan Sekitar KEK
Morotai meliputi wilayah sekitar KEK Morotai di Kecamatan Morotai
Selatan.
(2) Wilayah perencanaan RDTR Kawasan Perkotaan Daruba dan Sekitar KEK
Morotai memiliki luas kurang lebih 13.303,5 Ha yang meliputi Desa Aha,
Desa Darame, Desa Daruba, Desa Dehegila, Desa Gotalamo, Desa Joubela,
Desa Mandiri, Desa Momojiu, Desa Muhajirin, Desa Pandanga, Desa
Juanga, Desa Pilowo, Desa Yayasan, Desa Falila, Desa Morodadi, Desa
-9-
Daeo, Desa Daeo Majiko, Desa Sabatai Baru, Desa Totodoku, Desa
Wawama, Desa nakamura, Desa Sabala, dan Desa Sabatai Tua beserta
ruang udara di atasnya dan ruang di dalam bumi.
Pasal 9
(1) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Daruba dan Sekitar KEK
Morotai berlaku selama 20 (dua puluh) tahun.
(2) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Daruba dan Sekitar KEK
Morotai ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.
(3) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Daruba dan Sekitar KEK
Morotai dapat ditinjau kembali lebih dari kurang dari 5 (lima) tahun
apabila:
a. terjadi perubahan kebijakan Nasional/Provinsi/Kabupaten dan strategi
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Daruba
dan Sekitar KEK Morotai; dan/atau
b. terjadi dinamika internal yang mempengaruhi pemanfaatan ruang
secara mendasar, seperti: bencana alam skala besar atau pemekaran
wilayah yang ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Bagian Wilayah Perkotaan
Pasal 10
Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) yang dimaksud dalam Peraturan Daerah ini
adalah Kawasan Perkotaan Daruba dan Sekitar KEK Morotai.
Pasal 11
Pasal 12
(1) Kawasan Perkotaan Daruba dan Sekitar KEK Morotai merupakan satu
kesatuan BWP yang dibagi menjadi 6 (enam) Sub BWP, teridir atas:
a. Sub BWP A dengan luas 1.601,2 Ha terdiri atas Desa dan/atau
sebagian Desa Daruba, Muhajirin, Yayasan, Gotalamo, Darame,
Wawama dan Joubela, diarahkan pada kegiatan utama yang terdiri dari
perkotaan dan permukiman dengan memperhatikan fungsi utamanya
sebagai kawasan ekonomi;
b. Sub BWP B dengan luas 570,3 Ha terdiri atas Desa dan/atau sebagian
Desa Darame, Wawama, Pandangan dan Juanga, diarahkan pada
-10-
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
Bagian Kedua
Rencana Pusat Pelayanan Kegiatan
Pasal 14
(1) Rencana pusat pelayanan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf a, berupa:
-11-
Bagian Ketiga
Rencana Jaringan Prasarana
Pasal 15
Paragraf 1
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan dan Transportasi
Pasal 16
Pasal 17
Rencana pengembangan jalan arteri meliputi ruas jalan sabuk selatan timur
yang menghubungkan Daruba – Sangowo – Bere-Bere - Sopi.
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Paragraf 2
Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Pasal 22
-13-
Paragraf 3
Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Pasal 23
Paragraf 4
Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
Pasal 24
Paragraf 5
Rencana Pengembangan Jaringan Pengelolaan Air Limbah
Pasal 25
Paragraf 6
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Pasal 26
Paragraf 7
Rencana Pengembangan Jaringan Persampahan
Pasal 27
Paragraf 8
Rencana Pengembangan Jaringan Jalur Evakuasi Bencana
Pasal 28
(1) Rencana pengembangan jaringan jalur evakuasi bencana ditujukan
sebagai jalur penyelematan saat terjadinya bencana khususnya tsunami.
(2) Rencana jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa pemanfaatan jaringan jalan yang telah ada yang memungkinkan
untuk pergerakan dengan kendaraan roda empat dan diarahkan diarahkan
ke wilayah dengan permukaan yang lebih tinggi dan cukup aman.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
-15-
Pasal 29
(1) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d terdiri
dari:
a. Zona lindung; dan
b. Zona budidaya.
(2) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
dalam peta rencana pola ruang dengan ketelitian skala 1:5.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Peta rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tersebut
merupakan peta zonasi bagi Peraturan Zonasi.
Bagian Kedua
Zona Lindung
Pasal 30
Paragraf 1
Zona Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 31
Paragraf 2
Zona Perlindungan Setempat
Pasal 32
Paragraf 3
Zona Ruang Terbuka Hijau
Pasal 33
(1) Zona Ruang Terbuka Hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf
c, adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
(2) Rencana zona ruang terbuka hijau, terdiri dari:
a. Sub zona hutan kota (RTH-1) ditetapkan seluas kurang lebih 200,6 Ha
pada Sub BWP A meliputi blok A6.
b. Sub zona taman kota (RTH-2) ditetapkan seluas kurang lebih 23,7 Ha
pada:
1. Sub BWP A, meliputi: blok A3, blok A5, blok A7; dan
2. Sub BWP B, meliputi: blok B1, blok B3.
c. Sub zona taman desa (RTH-4) ditetapkan seluas kurang lebih 52 Ha
pada:
1. Sub BWP A, meliputi: blok A1, blok A6, blok A7, blok A9;
2. Sub BWP C, meliputi: blok C1, blok C2;
3. Sub BWP D, meliputi: blok D1, blok D2, blok D3;
4. Sub BWP E, meliputi: blok E3; dan
-17-
5. Sub BWP F, meliputi: blok F1, blok F2, blok F3, blok F4.
d. Sub zona pemakaman (RTH-7) ditetapkan seluas kurang lebih 2,2 Ha
pada:
1. Sub BWP A, meliputi: blok A1, blok A6;
2. Sub BWP C, meliputi: blok C3;
3. Sub BWP E, meliputi: blok E2, blok E4; dan
4. Sub BWP F, meliputi: blok F2, blok F5.
Bagian Ketiga
Zona Budidaya
Pasal 34
Paragraf 1
Zona Perumahan
Pasal 35
Paragraf 2
Zona Perdagangan dan Jasa
Pasal 36
(1) Zona perdagangan dan jasa Pasal 32 huruf b, adalah peruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budi daya difungsikan untuk
pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja,
tempat berusaha, serta tempat hiburan dan rekreasi, serta fasilitas
umum/sosial pendukungnya.
(2) Rencana zona perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam, terdiri
dari:
a. Sub zona perdagangan dan jasa skala kota (K-1), ditetapkan seluas
kurang lebih 32,5 Ha pada Sub BWP A, meliputi: blok A1, blok A2, blok
A3, blok A4, blok A5, blok A6;
b. Sub zona perdagangan dan jasa skala kecamatan dan/atau sub BWP
(K-2), ditetapkan seluas kurang lebih 5,6 Ha pada:
1. Sub BWP A, meliputi: blok A4, blok A6;
2. Sub BWP B, meliputi: blok B1; dan
3. Sub BWP C, meliputi: blok C3.
c. Sub zona perdagangan dan jasa skala desa dan/atau lingkungan (K-3),
ditetapkan seluas kurang lebih 0,14 Ha pada:
1. Sub BWP A, meliputi: blok A9;
2. Sub BWP B, meliputi: blok B1;
3. Sub BWP E, meliputi: blok E3, blok E4; dan
4. Sub BWP F, meliputi: blok F5.
Paragraf 3
Zona Sarana Pelayanan Umum
Pasal 37
Paragraf 4
Zona Perkantoran
Pasal 38
Paragraf 5
Zona Industri
Pasal 39
Paragraf 6
Zona Peruntukan Lainnya
Pasal 40
Paragraf 7
Zona Campuran
Pasal 41
Paragraf 8
Zona Hutan Produksi
Pasal 42
BAB V
PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA
Pasal 43
BAB VI
KETENTUAN PEMANFATAAN RUANG
Pasal 44
BAB VII
PERATURAN ZONASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 45
BAB VIII
PERIZINAN DAN REKOMENDASI
Bagian Kesatu
Perizinan
Pasal 46
(1) Setiap orang yang akan melakukan pemanfaatan ruang wajib memiliki izin
dari pejabat berwenang yang secara operasional menjadi tugas Kepala
SKPD dan/atau instansi terkait sesuai fungsinya.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
a. izin untuk luas lahan perencanaan skala kecil; dan
b. izin untuk luas lahan perencanaan skala besar.
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai berikut:
a. izin prinsip pemanfaatan ruang;
b. izin kegiatan pemanfaatan ruang; dan
c. izin pemanfaatan ruang.
1. Izin prinsip pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, untuk luas lahan perencanaan tertentu diberikan setelah
menadapatkan pertimbangan dari BKPRD.
2. Izin kegiatan pemanfaatan ruang dan izin pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c dan huruf d, diberikan Kepala SKPD
bidang perizinan dan/atau instansi terkait sesuai jenis kegiatan yang
dilakukan dan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3), menjadi persyaratan untuk
mendapatkan izin mendirikan bangunan (IMB).
Bagian Kedua
Rekomendasi
-26-
Pasal 47
Pasal 48
BAB IX
INSENTIF DAN DISINSENTIF
Pasal 49
(1) Ketentuan insentif berlaku bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan
dengan rencana tata ruang dan memberikan dampak positif bagi
masyarakat dan lingkungan.
(2) Jenis insentif dapat berupa:
a. Keringanan, pengurangan dan/atau pembebasan pajak;
b. Pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang dan/atau
urun saham;
c. Pembangunan dan/atau pengadaan prasarana dan/atau sarana; dan
d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau
Pemerintah Daerah.
(3) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberlakukan pada seluruh
blok atau sub zona.
(4) Jenis insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh
pejabat berwenang setelah mendapatkan pertimbangan BKPRD, dan
diberikan kepada calon yang akan memanfaatkan ruang sebelum
mendapatkan izin kegiatan pemanfaatan ruang.
Pasal 50
(1) Ketentuan disinsentif berlaku bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang dan memberikan dampak negatif bagi
masyarakat dan lingkungan.
(2) Jenis disinsentif dapat berupa:
a. pengenaan denda secara progresif;
b. membatasi penyediaan prasarana dan/atau sarana, pengenaan
kompensasi dan penalti;
-27-
Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif dan disinsentif
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB X
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 52
Pasal 53
-28-
(1) Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah
meliputi:
a. pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah;
b. pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan
termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah dan
termasuk pelaksanaan tata ruang;
c. pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam
penyusunan strategi dan struktur pemanfaatan ruang;
d. pengajuan ususlan keberatan dan perubahan rencana terhadap
rancangan RDTR;
e. kerjasama dalam penelitian dan pengembangan dan/atau bantuan
tenaga ahli; dan
f. terjaminnya usulan masyarakat dalam rencana tata ruang.
(2) Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang meliputi:
a. pemantauan terhadap pemanfaatan ruang daratan, ruang laut, dan
ruang udara serta ruang bawah tanah berdasarkan peraturan
perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku;
b. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah;
c. memanfaatkan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
d. bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan dan/atau kegiatan
menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
hidup.
(3) Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:
a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang, termasuk pemberian
informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang zona dan/atau
sub zona yang dimaksud dan/atau sumber daya tanah, air, udara, dan
sumberdaya lainnya; dan
b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban
pemanfaatan ruang.
Pasal 54
(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bupati dan/atau pejabat berwenang;
(2) Tata cara peran serta masyarakat dalam pengendalian pemantauan ruang
disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Bupati dan/atau pejabat
berwenang.
Pasal 55
BAB IX
PENYIDIKAN
Pasal 56
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 57
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 58
(1) Jangka waktu rencana detail tata ruang BWP Kawasan Perkotaan Daruba
dan Sekitar KEK Morotai adalah 20 (dua puluh) tahun.
(2) Rencana Detail Tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Dalam lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam
skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
dan/atau perubahan batas administrasi kota yang ditetapkan dengan
undang-undang, maka rencana detail tata ruang dapat ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 59
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan yang
berkaitan dengan penataan ruang di BWP Kawasan Perkotaan Daruba dan
Sekitar KEK Morotai sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah
ini dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 60
(1) Izin pemanfatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
(2) Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
a. untuk izin yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku pada Peraturan Daerah
ini;
b. untuk izin yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan; dan
c. untuk izin yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan dilakukan penyesuaian dengan ketentuan yang
terdapat pada Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat
-31-
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 61
Ditetapkan di Morotai
Pada tanggal
……………………….
Diundangkan di Morotai
Pada tanggal
……………………………………….