TENTANG
1
6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4389);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4421);
MEMUTUSKAN :
2
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3
22. Intensitas ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang
ditentukan berdasarkan pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien
dasar bangunan dan ketinggian bangunan tiap kawasan/bagian kota sesuai
dengan kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kota.
23. Koofesien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka prosentase berdasarkan
perbandingan jumlah luas lantai dasar bangunan terhadap luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang
kota
24. Koofesien Lantai Bangunan (KLB) adalah besar ruangan yang dihitung dari
angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas
tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata
ruang kota
25. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk
sungai buatan/kanal, saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
26. Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna;
27. Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang , kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi;
28. Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dengan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
BAB II
AZAS, TUJUAN, FUNGSI DAN KEDUDUKAN
Bagian Pertama
Azas dan Tujuan
Pasal 2
4
c. Menentukan pola dan struktur tata ruang kota yang dapat menampung
dan mengarahkan perkembangan kota.
Bagian Kedua
Fungsi dan Kedudukan
Pasal 3
BAB III
VISI DAN ARAH KEBIJAKAN RUANG
Pasal 4
(1) Visi Tata Ruang Kota adalah terwujudnya struktur dan pola pemanfaatan
ruang yang memberikan kenyamanan bagi warga kota menuju masyarakat
yang sejahtera, adil dan merata.
BAB IV
WILAYAH, SUBSTANSI DAN JANGKA WAKTU RENCANA
Pasal 5
(3) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solok adalah 10 tahun.
BAB V
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
Bagian Pertama
Kebijakan Perencanaan Ruang
Pasal 6
5
Pasal 7
Kebijakan Struktur Ruang Kota membagi wilayah Kota Solok menjadi 4 (empat)
Bagian Wilayah Kota.
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Bagian Kedua
Kebijakan Pemanfaatan Ruang
Pasal 11
Bagian Ketiga
Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pasal 12
6
BAB VI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
Bagian Pertama
Struktur Tata Ruang
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
7
d. Bagian Wilayah Kota (BWK) IV meliputi:
1. Kelurahan Laing
2. Kelurahan Nan Balimo;
3. Kelurahan Tanjung Paku;
4. Sebagian besar Kelurahan Kampung Jawa, dan;
5. Sebagian besar Kelurahan VI Suku.
Pasal 16
Bagian Kedua
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
(3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud pasal 18
huruf c mencakup kawasan taman wisata alam.
Pasal 20
8
c. Kawasan terminal/sub terminal.
d. Kawasan pendidikan tinggi.
e. Kawasan perdagangan dan jasa.
f. Kawasan pertanian.
g. Kawasan wisata.
h. Kawasan industri dan pergudangan.
Pasal 21
(5) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada pasal 20 huruf
e diarahkan pada Bagian Wilayah Kota (BWK) I, Bagian Wilayah Kota (BWK)
II, Bagian Wilayah Kota (BWK) III dan Bagian Wilayah Kota (BWK) IV.
Bagian ketiga
Pengaturan Intensitas Penggunaan Ruang
Pasal 22
9
Bagian Keempat
Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 23
Bagian Kelima
Rencana Pengembangan Prasarana dan Sarana Kota
Pasal 24
BAB VII
PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
Bagian Pertama
Pola Penatagunaan Tanah, Air dan Udara
Pasal 25
10
(2) Kawasan yang dikendalikan perkembangannya sebagaimana dimaksud
ayat (1) meliputi kawasan sempadan sungai, sempadan mata air dan
kawasan lindung.
Pasal 26
Pasal 27
Bagian Kedua
Program Pembangunan
Pasal 28
Bagian Ketiga
Insentif dan Disinsentif
Pasal 29
BAB VIII
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Pertama
Perizinan
Pasal 30
(2) Penerbitan izin dalam pemanfaatan ruang harus mengacu pada rencana
umum dan rencana yang lebih rinci terdiri dari :
a. RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) digunakan sebagai acuan
penerbitan perizinan lokasi peruntukan ruang untuk suatu kegiatan.
b. RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota/Kawasan) digunakan sebagai
acuan penerbitan izin perencanaan pembangunan (advis planning).
c. RTRK (Rencana Teknik Ruang Kota/Kawasan) digunakan sebagai acuan
dalam penerbitan perizinan tata letak dan rancang bangun, bangunan
dan bukan bangunan termasuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
11
Pasal 31
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 32
Bagian Ketiga
Penertiban
Pasal 33
Bagian Keempat
Koordinasi
Pasal 34
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian Pertama
Kewajiban Masyarakat
Pasal 35
12
Bagian kedua
Hak Masyarakat
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini maka penyelesaiannya
dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Peran Serta
Pasal 39
Pasal 40
13
BAB X
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH
Pasal 41
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan dapat ditinjau kembali
dan dirubah untuk disesuaikan dengan keadaan.
(2) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
dilakukan secara berkala menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(3) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan
dengan peraturan daerah.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 42
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat
berupa :
a. penghentian sementara pelayanan administratif.
b. penghentian sementara pemanfaatan ruang di lapangan.
c. denda administratif.
d. pengurangan luas pemanfaatan ruang.
e. pencabutan ijin pemanfataan ruang.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 43
(1) Barang siapa yang tidak mematuhi dan atau melanggar ketentuan-
ketentuan dalam Peraturan daerah ini dapat diancam dengan hukum
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan atau denda setingi-tingginya
Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah merupakan
tindak pidana pelanggaran.
(3) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, tindak
pidana yang mengakibatkan pengrusakan dan atau pencemaran
lingkungan, diancam pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB XIII
PENYIDIKAN
Pasal 44
14
BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 45
Buku rencana dan album peta dengan skala ketelitian 1 : 100.000 sebagaimana
terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 46
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 47
Ditetapkan di : Solok
Pada tanggal : April 2007
WALIKOTA SOLOK,
SYAMSU RAHIM
Diundangkan di : Solok
Pada Tanggal : April 2007
SEKRETARIS DAERAH KOTA SOLOK,
MASRIAL MAMAR
TENTANG
I. UMUM.
16
Pasal 4 : cukup jelas
Pasal 12 :
Huruf a.
Mekanisme perijinan yang efektif dan efisien disusun dengan
memperhatikan ketentuan dan standar teknis sebagai
rujukan bagi penerbitan ijin.
Huruf b.
Pengawasan secara terus menerus dan berjenjang oleh
aparatur mulai dari tingkat paling rendah dengan melibatkan
peran serta masyarakat, baik individu maupun organisasi
sosial kemasyarakatan.
Huruf c.
Sanksi yang tepat sesuai dengan jenis/tingkat pelanggaran
dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 18
Kawasan bawahannya adalah Kawasan yang memberikan
perlindungan yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air.
17
Pasal 24 : cukup jelas
*****rtrw 07*****
18