PERATURAN DAERAH
K A BU PAT E N K U LO N P RO G O
NOMOR : 1 TAHUN 2012
TENTANG
R E N C A N A TATA R UA N G W I L AYA H
KABUPATEN KULON PROGO
TAHUN 2012 - 2032
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
35. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
36. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah
tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.
37. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS
adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran
ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
38. Kawasan adalah area yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya.
39. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
40. Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan
sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah
banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
41. Cagar alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung alami.
42. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan
secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
43. Kawasan Perlindungan Setempat adalah kawasan yang memberi
perlindungan kepada tempatnya sendiri.
44. Kawasan Resapan Air adalah daerah yang mempunyai kemampuan
tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat
pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.
9
BAB II
Bagian Kesatu
Pasal 2
Bagian Kedua
Pasal 3
Bagian Ketiga
Pasal 4
BAB III
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
Bagian Kedua
Pasal 6
Paragraf 1
Sistem Perkotaan
Pasal 7
Pasal 8
Paragraf 2
Sistem Perdesaan
Pasal 9
Bagian Ketiga
Pasal 10
Paragraf 1
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Paragraf 2
Pasal 19
Paragraf 3
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
7. DI Karangsewu;
8. DI Kayangan;
9. DI krengseng;
10. DI Niten;
11. DI Papah;
12. DI Pekikjamal;
13. DI Plelen;
14. DI Pleret;
15. DI Sumitro;
16. DI Wadas;
17. DI Tulangan;
18. DI Tawang;
19. DI Soka;
20. DI Singo Gaweng;
21. DI Siliran;
22. DI Seprati;
23. DI Secang/ngancar;
24. DI Sarimulyo;
25. DI Sarigono;
26. DI Sadang;
27. DI Promasan;
28. DI Pereng;
29. DI Pengkol;
30. DI Penggung;
31. DI Pandan;
32. DI Nyemani;
33. DI Ngobarab;
34. DI Nabin;
35. DI Monggang;
36. DI Melar;
37. DI Mejing;
38. DI Kluwihan;
39. DI Klampok;
40. DI Kembangmalang;
41. DI Kedung Mojing;
33
Pasal 23
(1) Sistem jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf c, meliputi :
34
Pasal 24
Paragraf 4
Pasal 25
Paragraf 5
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
3. Kecamatan Sentolo;
4. Kecamatan Kalibawang;
5. Kecamatan Galur; dan
6. Kecamatan Lendah.
b. perluasan jaringan pelayanan di seluruh kecamatan; dan
c. pengoptimalan sumur penyedia air minum tersebar di seluruh
kecamatan.
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
BAB IV
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 32
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat, meliputi :
a. Kecamatan Temon;
b. Kecamatan Wates;
c. Kecamatan Panjatan; dan
d. Kecamatan Galur.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi Sungai Progo, Sungai Serang, dan Sungai
Bogowonto serta anak-anak sungainya dengan luas kurang lebih
376 (tiga ratus tujuh puluh enam) hektar.
(4) Kawasan sekitar waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c berada di daratan sepanjang tepian Waduk Sermo di sebagian
Kecamatan Kokap dengan luas 167 (seratus enam puluh tujuh)
hektar.
(5) RTH kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e ditetapkan dengan luas kurang lebih 2.023 (dua ribu dua
puluh tiga) hektar atau paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
luas keseluruhan kawasan perkotaan berada di seluruh ibukota
kecamatan, meliputi :
a. Perkotaan Wates;
b. Perkotaan Temon;
c. Perkotaan Panjatan;
d. Perkotaan Brosot;
e. Perkotaan Lendah;
f. Perkotaan Kokap;
g. Perkotaan Sentolo;
h. Perkotaan Girimulyo;
i. Perkotaan Nanggulan;
j. Perkotaan Samigaluh; dan
k. Perkotaan Kalibawang.
42
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
e. Kecamatan Girimulyo;
f. Kecamatan Kalibawang; dan
g. Kecamatan Samigaluh.
(7) Kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf d, meliputi :
a. Kecamatan Temon;
b. Kecamatan Wates;
c. Kecamatan Panjatan; dan
d. Kecamatan Galur.
(8) Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berupa cekungan air tanah Wates di Kecamatan Wates.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 40
Pasal 41
dan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap dengan luas 601,6 (enam ratus
satu koma enam) hektar dan ditetapkan sebagai kawasan penyangga.
Pasal 42
Pasal 43
g. lada, meliputi :
1. Kecamatan Kokap;
2. Kecamatan Girimulyo;
3. Kecamatan Nanggulan;
4. Kecamatan Kalibawang; dan
5. Kecamatan Samigaluh.
h. teh, meliputi :
1. Kecamatan Girimulyo; dan
2. Kecamatan Samigaluh.
i. gebang, meliputi :
1. Kecamatan Sentolo;
2. Kecamatan Pengasih; dan
3. Kecamatan Nanggulan.
j. jambu mete, meliputi :
1. Kecamatan Temon;
2. Kecamatan Wates;
3. Kecamatan Panjatan;
4. Kecamatan Galur;
5. Kecamatan Sentolo; dan
6. Kecamatan Nanggulan.
(7) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, terdiri atas :
a. peternakan besar dengan komoditas sapi, kuda, dan kerbau
tersebar di seluruh kecamatan;
b. peternakan kecil dengan komoditas kambing, domba, babi, dan
kelinci tersebar di seluruh kecamatan; dan
c. peternakan unggas dengan komoditas ayam, itik, dan puyuh
tersebar di seluruh kecamatan.
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
b. Kecamatan Wates;
d. Kecamatan Galur.
1. Kecamatan Temon;
2. Kecamatan Wates; dan
3. Kecamatan Galur.
(4) Kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. industri pengolahan tepung ikan di Desa Glagah Kecamatan
Temon;
b. Tempat Pelelangan Ikan (TPI), meliputi :
Kecamatan Wates.
(5) Sarana dan prasarana penunjang kegiatan perikanan, meliputi :
a. Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Adikarta di Desa
Karangwuni Kecamatan Wates dan sebagian Desa Glagah
Kecamatan Temon dengan luas kurang lebih 83 (delapan puluh
tiga) hektar;
b. PPI Trisik di Desa Banaran Kecamatan Galur; dan
c. PPI Bugel, PPI Sindutan, dan PPI Congot berada di Kecamatan
Temon.
Pasal 47
Pasal 48
3. Kecamatan Girimulyo;
4. Kecamatan Pengasih;
5. Kecamatan Kalibawang; dan
6. Kecamatan Nanggulan.
j. bentonit berada di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan;
k. pasir dan batu tersebar, meliputi :
1. Kecamatan Kalibawang;
2. Kecamatan Nanggulan;
3. Kecamatan Sentolo;
4. Kecamatan Lendah;
5. Kecamatan Galur;
6. Kecamatan Pengasih;
7. Kecamatan Kokap;
8. Kecamatan Girimulyo;
9. Kecamatan Samigaluh; dan
10. Kecamatan Temon.
l. tanah urug tersebar di seluruh kecamatan.
(6) Kawasan peruntukan pertambangan batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi :
a. Desa Kembang dan Desa Banyuroto berada di Kecamatan
Nanggulan; dan
b. Desa Pendoworejo Kecamatan Girimulyo.
(7) Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, minyak dan gas
bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi seluruh
kecamatan.
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
Pasal 53
BAB V
Pasal 54
BAB VI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 55
Bagian Kedua
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63
Bagian Ketiga
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
Bagian Keempat
Pasal 69
BAB VII
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 70
Bagian Kedua
Ketentuan Zonasi
Paragraf 1
Pasal 71
Paragraf 2
Pasal 72
Paragraf 3
Pasal 73
Paragraf 4
Pasal 74
Paragraf 5
Pasal 75
Paragraf 6
Pasal 76
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 77
Bagian Keempat
Pasal 78
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 79
Pasal 81
BAB VIII
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 82
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 86
Pasal 87
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 88
Pasal 89
Pasal 90
Pasal 91
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 92
BAB X
Pasal 93
(1) Jangka waktu RTRWK adalah 20 (dua puluh) tahun sejak tanggal
ditetapkan dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar, perubahan batas teritorial negara,
dan/atau perubahan batas wilayah yang ditetapkan dengan
undang-undang, RTRWK dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Untuk mengarahkan dan sebagai pedoman kegiatan di wilayah
kecamatan dan kawasan, maka disusun rencana rinci berupa
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan meliputi :
115
BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 94
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 95
d. Pasal 75 ayat (2), ayat (3), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8),
ayat (9), ayat (10), ayat (11), ayat (12), ayat (13), dan ayat (14);
dan
e. Pasal 76 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4),
diancam pidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
(3) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang, yang menerbitkan izin
tidak sesuai dengan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diancam pidana dengan
pidana penjara 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(4) Selain sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pejabat dapat
dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak
hormat dari jabatannya.
(5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
adalah pelanggaran.
(6) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
masuk ke Kas Daerah.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 96
Pasal 97
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
Ditetapkan di Wates
pada tanggal
BUPATI KULON PROGO,
HASTO WARDOYO
Diundangkan di Wates
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KULON PROGO,
BUDI WIBOWO
PARAF KOORDINASI
120
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang sebagai pengganti Undang-Undang 24 Tahun 1992,
membawa perubahan mendasar bagi pelaksanaan kegiatan
penataan ruang di Indonesia, perubahan tersebut diantaranya
aspek pengendalian pemanfaatan ruang, baik yang berupa
pemberian insentif, disinsentif dan pemberian sanksi, serta
kejelasan tugas dan tanggung jawab serta pembagian wewenang
antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten di dalam penyelenggaraan penataan
ruang.
Upaya penyesuaian dilakukan melalui kegiatan peninjauan
kembali atau penyempurnaan rencana tata ruang agar sesuai
dengan apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 dengan program Penyusunan RTRWD. Di sisi lain,
pertumbuhan aktivitas perekonomian Daerah juga semakin pesat
dengan dibangunnya Jalur Selatan – Selatan dan pelabuhan
pendaratan perikanan di Pesisir Selatan. Adanya isu-isu strategis
pengembangan sarana prasarana perekonomian, industri di
lingkup nasional maupun provinsi, aktivitas pertambangan, dan
pembangunan bandara udara baru di wilayah pesisir selatan juga
akan membawa pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan
penggunaan lahan. Perubahan ini tentu memerlukan suatu alat
121
122
123
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Desa Pusat Pertumbuhan
(DPP)” adalah desa yang menjadi simpul jasa dan
simpul distribusi dari desa-desa di sekitarnya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Kota Tani” adalah kota di
daerah lahan pertanian (kota pertanian) yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem
124
125
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Jaringan trayek angkutan penumpang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2003
tentang Jaringan Trayek Pedesaan Dalam Wilayah Daerah.
Jaringan trayek baru dimungkinkan mengikuti
126
127
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Pembagian kewenangan DI berdasarkan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 390/KPTS/M/2007 tentang
Penetapan Status Daerah Irigasi yang Pengelolaannya
Menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Yang dimaksud dengan “sanitary landfill” adalah
pengolahan sampah dengan metode membuang dan
menumpuk sampah ke suatu lokasi yang cekung,
memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya
dengan tanah.
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
128
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan penanganan limbah industri Bahan
Berbahaya Beracun (B3) dan non Bahan Berbahaya
Beracun (B3) secara on site adalah penangganan limbah
industri B3 dan non B3 yang dilakukan secara mandiri di
lingkup industri tersebut.
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Penetapan lokasi dan luas taman satwa berdasarkan
Keputusan Bupati Kulon Progo Nomor
401/02/BPN/KP/2002 tentang Pemberian Izin Lokasi
129
130
Pasal 47
Kawasan Minapolitan ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Kelautan Perikanan Nomor KEP.32/MEN/2010
tentang Penetapan Kawasan Minapolitan sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Kelautan Perikanan
Nomor KEP.39/MEN/2011.
Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Batu setengah mulia berupa obsidian, kalsedon, opal,
dan agate.
131
Huruf i
Andesit berupa masive dan lembaran.
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Industri kimia dan bahan bangunan meliputi industri
gamping, genteng, gerabah, bata merah, dan minyak
atsiri.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
132
Pasal 52
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan “transmigrasi lokal” adalah
perpindahan penduduk yang dilakukan dalam satu
wilayah Daerah.
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Markas Komando Distrik Militer berada di Desa Triharjo
Kecamatan Wates merupakan rencana pemindahan yang
semula berada di Desa Wates Kecamatan Wates.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
133
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
134
Huruf c
Pengembangan vegetasi untuk melindungi pencemaran
dan erosi terhadap air.
Huruf d
Membatasi penggunaan lahan untuk bangunan yang
tidak berhubungan dengan konservasi waduk.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
135
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Pengembangan pusat kawasan industri olahan
dilakukan di kawasan minapolitan atau di kawasan
industri.
Huruf j
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
136
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Pengaturan jarak tiang antara 30 (tiga puluh) sampai
dengan 45 (empat puluh lima) meter untuk penyesuaian
dengan permukaan tanah jalan.
Ayat (7)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan “sel surya” adalah perangkat
elektronik yang fungsinya untuk menangkap cahaya
matahari untuk dirubah menjadi energi listrik.
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Huruf a
Menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung
kawasan antara lain dengan memperhatikan daerah
tangkapan hujan, tidak mengurangi kuantitas dan
kualitas air, pengendalian banjir dan lingkungan serta
mata air.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
137
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Ayat (10)
Cukup jelas
Ayat (11)
Cukup jelas
Ayat (12)
Cukup jelas
Ayat (13)
Cukup jelas
Ayat (14)
Cukup jelas
Ayat (15)
Cukup jelas
Ayat (16)
Cukup jelas
Ayat (17)
Huruf a
Kegiatan pemeliharaan terbatas pada pembersihan
saluran.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Kegiatan alih fungsi jaringan drainase tetap
mempertahankan kelestarian fungsi semula dan/atau
menambah kapasitas.
Huruf d
Cukup jelas
138
Ayat (18)
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
139
Pasal 89
Cukup jelas
Pasal 90
Cukup jelas
Pasal 91
Cukup jelas
Pasal 92
Cukup jelas
Pasal 93
Cukup jelas
Pasal 94
Cukup jelas
Pasal 95
Cukup jelas
Pasal 96
Cukup jelas
Pasal 97
Cukup jelas
Pasal 98
Cukup jelas
Pasal 99
Cukup jelas
Pasal 100
Cukup jelas
oooo0000oooo