Anda di halaman 1dari 109

STUDIO PERENCANAAN KOTA

PERENCANAAN COMPACT CITY DI KECAMATAN JATINANGOR

KABUPATEN SUMEDANG

Disusun oleh :

Denaya Putri Tien Sutini 05212 005

Bayu Husna Ansahaya 052121006

Nova Pauziah 052121009

Dava Putra Aditya 052121016

Reza Maulana Idris 052121018

Ulvi Zahiroh 052121020

Shifa Puspita Mahaswari 052121022

Rausyan Fikri 052121025

Cindy Novita Sari 052121035

Noni Aristia Putri 052121038

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN
2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, kami ucapkan syukur dan terima kasih kepada Allah SWT
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan studio kota
dengan judul “Perencanaan Compact City di Kecamatan Jatinangor” ini. Laporan
tidak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak yang terus mendorong kami
untuk menyelesaikannya. Terima Kasih kami ucapkan kepada Bapak Ir. Edy
Mulyadi, M.T. dan Ibu Julifa M. Latif S.PWK, M.Si selaku dosen mata kuliah
Studio Perencanaan Kota yang telah senantiasa membimbing kami. Tanpa adanya
bimbingan, kami tidak akan mampu menyelesaikan laporan ini.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada para narasumber,
akademisi, praktisi, dan individu lainnya yang telah memberikan kontribusi
berharga dalam penyusunan laporan ini. Sumbangan pemikiran, wawasan, dan
pengalaman dari berbagai sudut pandang sangat berarti.
Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang Compact City, terutama mengenai penerapannya baik di
Keamatan Jatinangor maupun di lokasi lain. Semoga laporan ini dapat
memberikan sumbangan positif dalam upaya mewujudkan perkotaan yang lebih
efisien, berkelanjutan, dan nyaman bagi warganya.

Bogor, 2023

Tim Pengusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Perda Kabupaten Sumedang Nomor 4 Tahun 2018 Tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2018-2038.
Kabupaten Sumedang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, Kabupaten
Sumedang memiliki tujuan dalam penataan ruang yaitu mewujudkan Sumedang
sebagai kabupaten agribisnis yang didukung oleh kepariwisataan dan
perindustrian secara efektif, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Kabupaten Sumedang memiliki batas administrasinya yaitu sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Tasikmalaya; dan, sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang.
Sebagian kawasan Kabupaten Sumedang termasuk kawasan perkotaan
cekungan Bandung, kawasan perkotaan cekungan Bandung merupakan
Kawasan Strategis Nasional (KSN) dari sudut kepentingan ekonomi yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 45 Tahun 2018
tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. Tujuan
penataan ruang untuk mewujudkan Kawasan Perkotaan yang berkelas dunia
sebagai pusat kebudayaan, pusat pariwisata, serta pusat kegiatan jasa dan
ekonomi kreatif nasional, yang berbasis pendidikan tinggi dan industri
berteknologi tinggi yang berdaya saing dan ramah lingkungan. Kawasan
Perkotaan Cekungan Bandung terdiri dari Kawasan inti yaitu Kota Bandung dan
Kota Cimahi serta kawasan sekitarnya yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, dan 5 Kecamatan di Kabupaten Sumedang.
Dalam rencana sistem pusat pelayanan Kabupaten Sumedang terdapat 5
wilayah PKN (Pusat Kegiatan Nasional) yaitu Kecamatan Jatinangor, Kecamatan
Tanjungsari, Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Sukasari, dan Kecamatan
Pamulihan, di mana masing-masing dari wilayah PKN tersebut memiliki
karakteristik dan fungsi yang berbeda. Intergrasi dari setiap wilayah PKN
diperlukan untuk mengatasi masalah dan mengembangkan potensi dari masing-
masing wilayah PKN agar dapat menghasilkan rencana kearah keseimbangan
pembangunan yang berkelanjutan di Kabupaten Sumedang.
Kecamatan Jatinangor adalah salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, dan masuk kedalam bagian dari
perkotaan cekungan Bandung, dengan luas wilayah kurang lebih 2.570 (dua ribu
lima ratus tujuh puluh) hektar terbagi menjadi 12 (dua belas) desa. Untuk
menunjang perkembangan perkotaan cekungan Bandung terutama perkembangan
Kabupaten Sumedang maka perlu disusun sebuah rencana pengembangan
wilayah untuk membantu meningkatkan pengembangan potensi daerah studi,
meningkatkan pendapatan masyarakat, dan pembangunan yang terarah serta
berkelanjutan, yang dapat dilakukan melalui studi mata kuliah Studio
Perencanaan Kota ini.
Kecamatan Jatinangor merupakan salah satu wilayah yang strategis selain
kawasanya yang ditetapkan debagai kawasan pendidikan nasional, kawasan
jatinangor dekat dengan kawasan kota metropoplitan bandung raya .Hal tersebut
memicu pesatnya pertumbuhan pembangunan.
Penerapan Compact City menjadi salah satu konsep yang dapat diterapkan
pada Kecamatan Jatinangor. Dengan ditetapkannya Kecamatan Jatinangor
sebagai bagian dari perkotaan cekungan bandung, Kecamatan Jatinnagor
berpotensi mengalami peningkatan penduduk. Suatu wilayah tenjunya memiliki
keterbatasan lahan yang terbatas dan jika tidak dikendalikan akan berpotensi
menimbulkan terjadinya kekumuhan pada kawasan. Oleh karena itu, diperlukan
adanya efisiensi ruang pada kawasan.

Adanya konsep Compact City mendukung terjadinya efisensi ruang pada


Kecamatan jatinangor. Konsep Compact City cocok diterapkan karena adanya
potensi peningkatan urbanisasi wilayah yang tinggi di Kecmatan Jatinangor.
Oleh sebab itu, tujuan yang ada pada penerapan konsep ini yaitu untuk
mengendalikan atau mencegah terjadinya ketidak efisienan penggunaan lahan
akibat potensi urbanisasi wilayah. Dan juga mencegah atau bisa jadi mengatasi
terjadinya urban sprwl di Kecamatan Jatinangor.
1.2 Maksud dan Tujuan

4.2.1 Maksud
Kegiatan Studio Perencanaan Kota ini dimaksudkan untuk dapat menyusun
analisis suatu daerah yang direncanakan sebagai sebuah kota yang dapat
memenuhi segala kebutuhan masyarakat di dalam maupun hinterland nya.

4.2.2 Tujuan
Berdasarkan maksud kegiatan Studio Perencanaan Kota di atas, terdapat
beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Mengidentifikasi pemanfaatan ruang yang terdapat di wilayah studi.
2. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan di wilayah studi, serta
kaitannya dengan perkembangan kota baik dari segi fisik, segi sosial, dan
segi ekonomi yang selanjutnya akan dapat dilihat kecenderungan
perkembangannya.
3. Melakukan analisis untuk mengetahui dan memahami berbagai aspek
yang dapat membentuk serta mendukung pertumbuhan dan
perkembangan pembangunan di Kecamatan Jatinangor.
4. Menyusun konsep perencanaan dan alternatif perencanaan pembangunan
berdasarkan analisis potensi dan permasalahan yang ada di wilayah studi,
dan
5. Merencanakan pengembangan wilayah dan perkotaan Kabupaten
Sumedang khususnya Kecamatan Jatinangor.

1.3 Sasaran
Kegiatan Studio Perencanaan Kota 2023 ini ditunjukkan untuk seluruh
mahasiswa program studi Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2021 dalam
menyelesaikan mata kulaih Studio Perencanaan Kota dan diharapkan dapat
dijadikan pembelajaran dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota.

1.4 Manfaat Studi


Dalam pelaksanaan Studio Perencanaan Kota ini memiliki manfaat bagi
mahasiswa, masyarakat, pemerintah daerah serta wilayah studi yaitu di
Kecamatan Jatinangor. Yang dapat diuraikan sebagai berikut:
 Pemerintahan Daerah
Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Khususnya di
Kabupaten Sumedang Kecamatan Jatinangor dalam mengembangkan
daerahnya sesuai dengan peraturan penataan ruang yang ada.
 Masyarakat
Dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan yang bisa di kembangkan di sekitar Kecamatan Jatinangor.
 Wilayah studi
1. Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan
permukiman dalam kawasan.
2. Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan
maupun dalam kawasan.
3. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsi kota, baik
yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta.
4. Mendorongnya investasi masyarakat di dalam kawasan.
5. Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan
masyarakat/swasta.

1.5 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup studi yang akan kami kaji adalah Kabupaten Sumedang
dengan luas wilayah keseluruhan 155.872 Ha. dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.159.400 jiwa Kabupaten Sumedang terletak diantara garis 06° 34’
46,18” - 7° 00' 56,25" Lintang Selatan dan 107° 01’ 45,63” - 108° 12' 59,04"
Bujur Timur. Batas wilayah administratif Kabupaten Sumedang sebagai berikut:

 Sebelah Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang


 Sebelah Timur : Kabupaten Majalengka dan
KabupateTasikmalaya
 Sebelah Selatan : Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung
 Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu

Kecamatan Jatinangor merupakan salah satu kecamatan di wilayah


Kabupaten Sumedang dengan luas kurang lebih 2.570 hektar terbagi menjadi 12
desa, dengan batas administrasi yaitu :

 Sebelah Barat : Kabupaten Bandung


 Sebelah Timur : Kecamatan Cimanggung dan Tanjungsari
 Sebelah Selatan : Kabupaten Bandung
 Sebelah Utara : Kecamatan Sukasari
Untuk lebih jelasnya mengenai wilayah administrasi Kabupaten Sumedang
dan Kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada peta administrasi yang disajikan
pada Peta 1 dan Peta 2.

1.6 Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi dalam penyusunan Laporan Studi Perencanaan Kota
di Kota Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Jawa Barat, meliputi :
1. Menjelaskan kondisi eksisting dan gambaran umum lokasi studio
perencanaan kota, yaitu di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat.
2. Melakukan analisis Pembangunan, Permukiman, Kegiatan Ekonomi,
sosial dan Potensi yang ada di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten
Sumedang.
3. Hasil dari analisis Pembangunan, Permukiman, Kegiatan Ekonomi, sosial
dan Potensi dapat menentukan penyusunan konsep perencanaan Kota
Kecamatan Jatinangor Sebagai Compact City yang dihasilkan adalah
sebuah perencanaan yang berbasis Perencaaan yang dilengkapi dengan
penyediaan fasilitas Perencanaan.

1.7 Ruang Lingkup Studi


Pembahasan ruang lingkup ini bertujuan untuk memperjelas Batasan dalam
pengerjaan Studio Perencanaan Kota agar tidak menyimpang dalam
pengerjaannya. Ruang lingkup studi dibagi menjadi 2, yakni Ruang Lingkup
Materi dan Ruang Lingkup Wilayah.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Studio Perencanaan Kota tahun 2023 dilaksanakan di Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang. Kecamatan Jatinangor terdiri dari 12 desa yakni
Desa Cibeusi, Desa Cikeruh, Desa Cilayung, Desa Cileles, Desa Cipacing, Desa
Cisempur, Desa Hegarmanah, Desa Mekargalih, Desa Cinta Mulya, Desa
Jatimukti, Desa Jatiroke, dan Desa Sayang.
Studio Perencanaan Kota tahun 2023 dilaksanakan selama 20 minggu yakni
dimulai dari tahap persiapan pada minggu pertama bulan maret, hingga target
pengumpulan laporan pada minggu keempat bulan Juli. Kegiatan Survei lapangan
Studio Perencanaan Kota dilaksanakan terhitung mulai dari hari Senin, tanggal 3
April 2023 hingga hari Sabtu 8 April 2023, dengan proses survei dilaksanakan
setiap hari pukul 08.00 s.d 17.00 WIB. Pengerjaan laporan Studio Perencanaan
Kota terhitung setelah survei lapangan yakni minggu keempat bulan april sampai
minggu keempat bulan Juli 2023.

1.9 Metode Penelitian


Dalam melakukan analisa serta penilaian dari berbagai sektor kegiatan,
digunakan beberapa metode penelitian, yaitu dengan:
A. Metode penelitian survei sekunder, melakukan survei ke instansi terkait
seperti BAPPEDA, PEMKAB, kecamatan, dan instansi terkait lainnya.
Selain itu terdapat metode penelitian survei primer data yang diperoleh
merupakan hasil dari survei di lapangan wilayah studi. Kedua metode
tersebut bertujuan untuk mendapatkan data dan kecenderungan kebutuhan
di masa yang akan datang untuk mencapai sasarannya.

B. Metode dan Model Teknik Analisa

1. Metode Deskriptif, yaitu analisis dilakukan dengan menguraikan


secara detail nilai karakteristik dan kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan
infrastruktur. Metode ini digunakan untuk mengetahui potensi dan
permasalahan serta strategi pengembangan Kecamatan Jatinangor
sebagai kawasan perkotaan terpadu
2. Metode Keruangan, dengan melakukan analisis terkait
pengembangan tata ruang serta kebutuhan akan fasilitas sarana dan
prasarana di Kecamatan Pamulihan dalam mendukung kegiatan dan
aktivitas yang ada di Kabupaten Sumedang; dan
3. Analisis pengolahan data dengan pemetaan untuk mengetahui
sebaran fasilitas, sarana dan prasarana, serta potensi wilayah.

1.10 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan buku laporan ini terdiri dari 6 BAB sebagai berikut :
A. Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat studi,
ruang lingkup studi, metode penelitian dan sisitematika penulisan
laporan.
B. Bab II Tinjauan Pustaka Dan Kebijakan
Bab ini berisi kebijakan-kebijakan penataan ruang dan Kebijakan
pembangunan dari lingkup Nasional sampai lingkup Kabupaten.
C. Bab III Gambaran Umum
Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum dari Kecamatan
Jatinangor yang merupakan yang akan kami jadikan objek studi.
D. Bab IV Analisa
Bab ini menguraikan analisa makro, tujuan kebijakan, analisis mikro
wilayah perencanaan meliputi analisi kependudukan, analisis fisik
dasar, analisis penggunaan lahan, analisis sistem pergerakan, analisis.
E. Bab V Konsep
Bab ini menguraikan tentang konsep dari rencana yang akan
diimplementasikan di lokasi yang sudah ditentukan dan rencana
pengembangan kota dengan basis data dari analisis data yang telah
dilakukan sebelumnya.
F. Bab VI Rekomendasi
Membahas mengenai rencana pengembangan kawasan dengan strategi
yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA & KEBIJAKAN

2.1 Teori Perkembangan Kota


2.1.1 Pengertian Kota
Dalam pengertian kota, ada banyak hal yang dapat menjadi arti dari sebuah
kota. Menurut Bintarto, kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusai
yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang memiliki strata sosial-sekonomi
yang heterogen dan kehidupan materialistis.

Adapun yang mengatakan bahwa kota adalah kelompok penduduk yang


bertempat tinggal bersama-sama dalam suatu wilayah menurut peraturan-
peraturan yang telah ditentukan. Kota adalah suatu wilayah yang didalamnya
memiliki aksesbilitas seperti pusat pemukiman penduduk, pusat kegiatan
ekonomi, pusat kegiatan politik, pusat hiburan, dan pusat kegiatan sosial budaya.

Kota menurut Max Weber merupakan suatu tempat di mana penghuninya


dapat memenuhi hampir semua kebutuhan di pasar yang berada pada kota
tersebut. Menurut Grunfeld kota merupakan suatu permukiman yang memiliki
kepadatan penduduk lebih besar kepadatan wilayah nasional. Di mana mata
pencaharian penduduk adalah nonagraris, serta sistem penggunaan tanah beragam.
Wilayah tersebut ditutupi oleh gedung-gedung yang tinggi dan berdekatan.
Kemudian menurut Northam kota merupakan lokasi yang memiliki kepadatan
penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi. Penduduk di lokasi
tersebut tidak tergantung pada sektor pertanian maupun aktivitas ekonomi primer.
Pada lokasi tersebut juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan, ekonomi maupun
administrasi bagi wilayah sekitar. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 2 Tahun 1987 Pasal 1 kota merupakan pusat permukiman juga
kegiatan penduduk yang memiliki batasan administrasi yang telah diatur dalam
perundang – undangan serta permukiman yang telah memperlihatkan watak serta
ciri kehidupan perkotaan.
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditujukan oleh
kompulan rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas
untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri. Kota juga merupakan
sebuah area urban yang berbeda dari desa atau kampong berdasarkan ukurannya,
kepadatan penduduk, kepentingan, kegiatan, atau status hukum. Adapun ciri-ciri
kehidupan kota sebagai berikut:

 Kehidupan sosial di mana adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi


sosial antar warga.
 Adanya perbedaan tingkat penghasilan.
 Adanya perbedaan pekerjaan dan pendidikan.
 Memiliki sifat individual.

Selain ciri-ciri kehidupan, kota juga memiliki ciri-ciri fisik yang di mana
kota memiliki tempat-tempat untuk perdagangan, tempat pendidikan, tempat
industri, tempat wisata, dan tempat pemukiman masyarakat.

Kota ditinjau dari jumlah penduduk, jika ditinjau dari jumlah penduduknya
banyak Negara yang mendefenisikan suatu wilayah sebagai kota berdasarkan
jumlah penduduk yang ada. Kondisi setempat dengan latar belakang sosial,
ekonomi, dan kultural telah memungkinkan fungsi-fungsi kekotaan.

Kota juga dapat diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang
cukup besar dengan corak kehidupan yang beragam.

2.1.2 Klasifikasi Kota


Sebagai sebuah tempat dengan aktifitas, mobilitas, dan kepadatan yang
tinggi, kota dihuni oleh banyaknya penduduk yang mendiami kota tersebut.
Banyaknya jumlah penduduk terswebut membat kota menjadi terbagi kedalam
beberapa klasifikasi. Kota-kota tersebut diklasifikasikan menjadi, kota
metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil.

1. Kota Megapolitan, yaitu kota yang memiliki populasi diatas 5 juta jiwa.
2. Kota metropolitan merupakan kota dengan jumlah penduduk lebih dari 1
juta jiwa - 5 juta jiwa.
3. Kota besar yaitu kota dengan jumlah penduduk antara 500.000 – 1 juta
jiwa.
4. Kota sedang merupakan kota dengan populasi penduduk antara 100 ribu –
500 ribu jiwa.
5. Kota kecil adalah kota dengan jumlah penduduk antara 50 ribu – 100 ribu
jiwa atau kurang dari 50 ribu jiwa namun berstatus kota otonomi.

Berdasarkan tingkat perkembangannya, kota dapat kita kelompokkan menjadi


enam macam yakni:

 Kota eopilis yakni suatu wilayah yang berkembang menjadi sebuah kota
yang baru.
 Kota polis yakni kota yang masih memiliki sifat agraris.
 Kota metropolis yakni kota besar yang telah menganut sistem industri.
 Kota megalopolis yakni gabungan beberapa kota metropolis yang saling
berhubungan.
 Kota tryanapolis yakni kota dengan tingkat kerawanan yang sangat tinggi
misalnya macet, banyak copet dll.
 Kota nekropolis yakni kota yang perkembangannya justru mengalami
kemunduran munuju kehancuran.

Berdasarkan fungsinya, kota dapat dibedakan menjadi empat macam yakni:

 Kota pusat industri yakni kota yang memproduksi barang jadi, setengah
jadi maupun barang mentah.
 Kota pusat perdagangan yakni kota yang digunakan sebagai pusat
perdagangan baik regional maupun internasional.
 Kota pusat pemerintahan yakni kota yang berpusat sebagai kota
pemerintahan atau ibu kota.
 Kota pusat kebudayaan yakni kota yang berfungsi sebagai pusat
kebudayaan.

2.1.3 Perkembangan Kota


Kota sebagai suatu perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Suatu kota berawal dari komunitas kecil yang
lama kelamaan berkembang menjadi sebuah komunitas besar. Jadi normalnya
desa adalah cikal bakal dari sebuah kota, namun saat ini manusia bisa
menciptakan kota dengan berbagai cara. Pengertian perkembangan kota juga
terbagi atas 2 kota klasik dan kota modern, berikut penjabarannya:
1. Pengertian Kota (Klasik) dari Amos Rappoport Kota adalah suatu pemukiman
yang relatif Besar, Padat dan Permanen serta Terdiri dari Kelompok Individu-
individu yang heterogen dan segi sosial
2. Pengertian Kota (Modern) yaitu Kota dirumuskan suatu pemukiman bukan
dari ciri-ciri morfologi kota tetapi dari suatu pemusatan fungsi yang
menciptakan ruangan-ruangan dan hirarki tertentu.
Pada mulanya kota merupakan konsentrasi rumah tangga di pinggir-pinggir
sungai yang diorganisasi mengelilingi penguasa atau biasanya pemimpin agama
atau pendeta gereja yang kemudian diteruskan oleh kelompok pendeta yang
menyelenggarakan pengendalian yang sistematis dan kontinyu terhadap panen,
tenaga kerja dan lain-lain. Dari peninjauan sejarah perkembangan dan
pertumbuhan kota secara spesifik diperoleh gambaran mengenai hal-hal yang
menyangkut proses perkembangan dan pertumbuhan kota, faktor-faktor
penggerak perkembangan dan pertumbuhan kota, dan kemungkinan-
kemungkinan yang dapat dipakai didalam usaha pengarahan dan penyusunan arah
dan besarnya perkembangan dan pertumbuhan kota.
Perkembangan kota secara umum menurut Branch (1995) sangat
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi internal yang menjadi unsur terpenting dalam
perencanaan kota secara komprehensif. Namun beberapa unsur eksternal yang
menonjol juga dapat mempengaruhi perkembangan kota. Berikut faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembbangan Kota :
1. Tapak (Site) merupakan faktor-faktor ke dua yang mempengaruhi
perkembangan suatu kota. Salah satu yang dipertimbangkan dalam kondisi
tapak adalah topografi. Kota yang berlokasi di dataran yang rata akan mudah
berkembang ke semua arah, sedangkan yang berlokasi di pegunungan
biasanya mempunyai kendala topografi. Kondisi tapak lainnya berkaitan
dengan kondisi geologi. Daerah patahan geologis biasanya dihindari oleh
perkembangan kota
2. Fungsi kota juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kota-
kota yang memiliki banyak fungsi, biasanya secara ekonomi akan lebih kuat
dan akan berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi tunggal, misalnya
kota pertambangan, kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, biasanya
juga berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi lainnya;
3. Sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi karekteristik fisik dan sifat
masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu kota
kerajaan akan berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awalnya
tumbuh secara organisasi. Kepercayaan dan kultur masyarakat juga
mempengaruhi daya perkembangan kota. Terdapat tempat-tempat tertentu
yang karena kepercayaan dihindari untuk perkembangan tertentu. Unsurunsur
umum seperti jaringan jalan, penyediaan air bersih berkaitan dengan
kebutuhan masyarakat luas, ketersediaan unsur-unsur umum akan menarik
kota ke arah tertentu.
Keadaan geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang
berfungsi sebagai simpul distribusi, misalnya perlu terletak di simpul jalur
transportasi, dipertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut.
Kota pantai, misalnya akan cenederung berbentuk setengah lingkaran, dengan
pusat lingkaran adalah pelabuhan laut.
2.2 Sejarah Kabupaten Sumedang

Kabupaten Sumedang merupakan sebuah kabupaten yang berada di wilayah


Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Sumedang memiliki perjalanan sejarah yang
panjang. Sebelum berbentuk kabupaten, Sumedang merupakan sebuah kerajaan
yang bernama Kerajaan Sumedang Larang. Sebelum bernama Sumedang Larang,
cikal bakalnya bernama Kerajaan Tembong Agung yang didirikan oleh Prabu Aji
Putih. Kemudian ketika kekuasaan kerajaan berpindah kepada putranya, nama
kerajaan berganti menjadi Himbar Buana dan kemudian berganti lagi menjadi
Kerajaan Sumedang Larang.

Kerajaan Sumedang Larang menjadi pewaris kekuasaan Kerajaan


Padjadjaran ketika Kerajaan Padjadjaran runtuh setelah menerima empat orang
Kandaga Lante Kerajaan Padjadjaran beserta simbol kerajaan berupa Mahkota
Binokasih. Pada saat itu wilayah kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang semakin
luas sebagai warisan dari Kerajaan Padjadjaran.

Sepeninggal Prabu Geusan Ulun, kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang


melemah menyebabkan banyak wilayah yang melepaskan diri dari kekuasaan
Kerajaan Sumedang Larang. Dan akhirnya kekuasaannya hanya meliputi
Parakanmuncang, Bandung dan Sukapura saja. Dan ketika Kerajaan Mataram
memperluas kekuasaannya sampai ke wilayah Jawa Barat, Sumedang memilih
untuk tunduk dan menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Mataram dengan status
bukan lagi sebagai kerajaan namun lebih sebagai sebuah kabupaten. Ketika
penjajah Belanda atau VOC bisa menguasai wilayah Jawa Barat dari kekuasaan
Kerajaan Mataram, pihaknya membagi-bagi wilayah Jawa Barat menjadi beberapa
kabupaten termasuk Kabupaten Sumedang.

Untuk peresmian Kabupaten Sumedang sendiri sebagai sebuah Kabupaten


di bawah pemerintahan Propinsi Jawa Barat dikukuhkan berdasarkan Undang-
undang Nomor 14 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten
dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tahun
1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 tahun 1968
tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Subang dengan mengubah
Undang-undang Nomor 14 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembar Negara Republik
Indonesia tahun 1968 nomor 31, tambahan Lembar Negara Republik Indonesia
nomor 2851).

2.3 Compact City


2.3.1 Pengertian dan KarakteristikCompact City
Definisi Compact City menurut Burton (2000) dalam tulisannya
menekankan pada dimensi ‘kepadatan yang tinggi’, yang merupakan salah satu
karakteristik Compact City, yang akan mewujudkan keadilan sosial dimana akan
memberikan keuntungan kesempatan hidup bagi penduduk berpendapatan rendah.
Burton mengklasifikasikan tiga dimensi derajat kekompakan (compactness)
perkotaan yaitu kepadatan, fungsi campuran dan intensifikasi. Compact City
adalah peningkatan densitas, intensitas, keberagaman aktivitas (diversitas),
peruntukan lahan campuran (mixed-use) sehingga terbentuk kawasan yang dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri, peningkatan pencapaian (aksesibilitas) dengan
berjalan kaki dan bersepeda, penghematan energi pada transportasi umum dengan
mobilitas yang baik.
Pendekatan Compact City adalah meningkatkan kawasan terbangun dan
kepadatan penduduk permukiman, mengintensifkan aktivitas ekonomi, sosial dan
budaya perkotaan, serta memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan
serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan
lingkungan, sosial, dan global yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi
perkotaan (Jenks, 2000).
Dalam pembangunan “Compact City “ di Kecamatan Jatinangor ini ada
beberapa Konsep yang berkaitan, salah satunya adalah “Smart Growth City”.
Konsep ini berkaitan sekali dengan rencana pembangunan pusat kawasan di
Kecamatan Jatinangor yang akan dijadikan sebagai “Compact City”, guna
menciptakan suatu kota yang kompak dan juga berkelanjutan yang juga dapat
diartikan sebagai pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakatnya di masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka juga upaya mengembangkan kota dan
menghindari dampak urban sprawl.
Compact City dengan konsep Smart Growth City merupakan konsep untuk
meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk permukiman,
mengintensifkan aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya perkotaan. Memanipulasi
ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman dalam
rangka mencapai mamfaat kota berkelanjutan ini merupakan fokus utama
kelompok kami
Dalam perencanaan kota, Compact City adalah sebagai salah satu dasar penentu
pengambilan keputusan pola ruang dalam perencanaan penataan ruang di suatu
wilayah dan kota. Dengan adanya kajian potensi pembangunan diharapkan dapat
menghasilkan suatu solusi dan kebijakan yang berpotensi di Kota Kecamatan
Jatinangor. Dalam mengkaji potensi pembangunan ini yang akan menghasilkan
suatu produk berupa perencanaan guna menanggulangi dampak ketidakteraturan,
diharapkan mampu menjadi solusi bagi konsep pembangunan yang akan
diterapkan di Kecamatan Jatinangor, guna menciptakan pembangunan yang aman,
nyaman, dan berkelanjutan. Adapun karakteristik Compact City menurut Michael
Neuman (2005) sebagai berikut:

1. Kepadatan perumahan dan lapangan kerja yang tinggi.


2. Pengembangan kota yang terkendali, dibatasi dengan batas yang jelas.
3. Penggunaan lahan yang produktif (terkait dengan variasi penggunaan dan
ukuran pembagian lahan yang relatif kecil).
4. Meningkatkan interaksi sosial dan ekonomi.
5. Penggunaan lahan campuran.
6. Trasnportasi multi moda.
7. Konektivitas jalan yang tinggi (internal dan eksternal). Termasuk
pendestrian dan jalan pesepeda
8. Kemampuan fiskal pemerintahan yang cukup untuk membiayai fasilitas
dan infrastruktur kota.
9. Rasio ruang terbuka yang sedikit
10. Aksesibilitas lokal dan regional yang tinggi.
11. Koordinasi pengendalian pengembangan penggunaan lahan terpadu.
12. Ketersediaan infrastruktur perkotaan terutama pembuangan kotoran dan
jaringan air bersih.

2.3.2 Pengertian Urban Sprawl


Clarence Perry (1929), menggambarkan urban sprawl sebagai "penyebaran
area perkotaan dalam pola yang tidak terkendali, tanpa pertimbangan perencanaan
yang matang." Dia berfokus pada penyebaran yang tidak terorganisir dan
kurangnya pengendalian dalam pengembangan kota.
Urban sprawl merupakan perluasan yang cepat dari jangkauan geografis
kota dan sering ditandai dengan perumahan dengan kepadatan rendah, zonasi
sekali pakai, dan peningkatan ketergantungan pada kendaraan pribadi untuk
transportasi. Urban sprawl merupakan permukiman yang tidak direncanakan oleh
pemerintah akan muncul di suatu kawasan. Alasan munculnya sprawl adalah
meningkatnya jumlah penduduk asli maupun pendatang (urbanisasi) yang
membutuhkan hunian dengan kualitas baik dan akses cepat menuju tempat kerja.
Selain itu, pemenuhan hunian yang murah juga menjadi faktor lain dari
munculnya sprawl. Hal ini secara tidak langsung dapat menimbulkan
berkurangnya lahan hijau dan perubahan fungsi lahan di suatu kota. Akibat lain
yang ditimbulkan dari sprawl adalah berkembangnya kegiatan ekonomi di daerah
sekitar karena aspek pemenuhan kebutuhan penghuni. Pembentukan jalan baru
atau perbaikan jalan juga berpotensi meningkatkan aksesibilitas penghuni antar
kawasan sehingga membentuk lingkungan dan kegiatan sosial yang baru.
Fenomena Urban sprawl ini lebih memiliki banyak dampak negatif bagi
lingkungan sekitarnya dibandingkan dampak positif yang ditimbulkan. Melihat
permasalahan tersebut, maka muncul beberapa konsep yang bertujuan
merevitalisasi dampak negatif tersebut, salah satunya adalah konsep kota kompak
(compact city). Konsep compact city berupaya untuk mengefektifkan penggunaan
lahan, dapat meningkatkan interaksi sosial serta penurunan tingkat kesenjangan
sosial. Konsep compact city didesain agar kawasan permukiman, perdagangan dan
jasa, perkantoran dan lain-lain menjadi terpusat. Keunggulan lainnya dari konsep
compact city yaitu dapat mengurangi ketergantungan akan kendaraan pribadi,
meminimalisir biaya transportasi, dan mengurangi waktu terbuang untuk
perjalanan.

2.3.3 Komponen pembentuk Compact City


2.3.3.1 Densitas (Kepadatan)
Menurut Jane Jacobs (1961), densitas merujuk pada "banyaknya orang
dalam suatu kawasan, dan banyaknya bangunan dan fungsi dalam suatu kawasan."
Dalam bukunya "The Death and Life of Great American Cities" (1961), Jacobs
mengemukakan pandangannya tentang pentingnya kepadatan yang seimbang dan
hubungan sosial yang tercipta dalam lingkungan perkotaan.

Densitas atau kekompakan pada suatu kota merujuk pada jumlah penduduk
atau jumlah bangunan yang ada dalam suatu kawasan perkotaan tersebut. Dimana
densitas ini mengukur seberapa padat populasi atau infrastruktur kota diukur
dalam area tertentu. Densitas kota umumnya diukur dalam jumlah penduduk per
unit luas lahan, seperti per hektar atau per kilometer persegi.

Densitas kota yang tinggi dapat mendukung pengembangan sistem


transportasi umum yang efisien dan mendorong mobilitas berkelanjutan seperti
berjalan kaki atau bersepeda. Ini membantu mengurangi tekanan pada jaringan
jalan raya dan kemacetan lalu lintas. Selain itu densitas dapat mengurangi
pemborosan lahan dan memaksimalkan penggunaan lahan yang terbatas dalam
kota, terutama dalam kawasan yang padat penduduk.

2.3.3.2 Intensitas (Keberagaman)


Menurut Donald Appleyard, dalam bukunya "Livability of Cities" (1981),
mengaitkan intensitas dengan tingkat interaksi sosial dalam lingkungan perkotaan,
yang dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan penggunaan lahan.
Intensitas perkotaan mengacu pada tingkat penggunaan lahan atau aktivitas
yang terjadi dalam suatu kawasan perkotaan tertentu. Konsep intensitas berkaitan
erat dengan seberapa banyak dan beragamnya kegiatan ekonomi, sosial, dan
komersial yang terkonsentrasi dalam area perkotaan tersebut. Intensitas perkotaan
mengukur seberapa produktif dan aktif suatu kawasan perkotaan dalam hal
pemanfaatan ruang dan aktivitas yang terjadi di dalamnya.

2.3.3.3 Mixed-Use (Penggunaan Campuran)


Lahan campuran atau mixed-use merupakan dalam konteks perencanaan
perkotaan merujuk pada pendekatan di mana suatu kawasan atau bangunan
dirancang untuk melayani beberapa fungsi atau aktivitas yang berbeda secara
bersamaan. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih
beragam, inklusif, dan berkelanjutan, di mana berbagai jenis kegiatan dapat
berjalan berdampingan, mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor,
dan menciptakan hubungan sosial yang lebih kuat.
Mixed-use adalah salah satu syarat untuk mewujudkan kawasan menjadi
kompak. Peruntukan lahan campuran dalam konsep compact city bertujuan agar
kawasan tersebut dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tanpa peghuni harus
bepergian jauh atau menempuh jarak yang cukup jauh untuk memenuhi
kebutuhannya.
2.3.4 Pengertian Perumahan dan Permukiman
Hunian berimbang juga diatur Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2011 tentang Rumah Susun, yang mencantumkan bahwa pelaku pembangunan
rumah susun komersial wajib menyediakan rumah susun umum (rusun bagi
MBR), sekurang-kurangnya 20% dari total luas lantai rumah susun komersial
yang dibangun, kewajiban dimaksud dapat dilakukan di luar lokasi rumah susun
komersil pada kabupaten / kota yang sama.
Di dalam undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan permukiman permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang
terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan. Sedangkan perumahan adalah kumpulan
rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni.
Dapat diartikan sebagai bentukan baik buatan manusia ataupun alami
dengan segala kelengkapannya yang digunakan manusia sebagai individu maupun
kelompok untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya. Sedangkan Perumahan dikenal dengan istilah
housing. Housing berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti kelompok rumah.
Perumahan adalah kumpulan rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal. Sebagai lingkungan tempat tinggal, perumahan dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan.
Perumahan adalah suatu bangunan dimana manusia tinggal dan
melangsungkan kehidupanya, disamping itu rumah juga merupakan tempat
dimana berlangsungnya proses sosialisasi pada seorang individu diperkenalkan
norma dan adat kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Sebagai wadah
kehidupan manusia bukan menyangkut aspek teknis dan fisik saja tetapi juga
aspek sosial, ekonomi dan budaya dari penghuninya. Dan beberapa saat teradapat
Perbedaan nyata antara permukiman dan perumahan terletak pada fungsinya. Pada
kawasan permukiman, lingkungan tersebut memiliki fungsi ganda yaitu sebagai
tempat tinggal dan sekaligus tempat mencari nafkah bagi sebagian
penghuniannya. Pada perumahan, lingkungan tersebut hanya berupa sekumpulan
rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para penghuninya. Fungsi
perumahan hanya sebagai tempat tinggal, dan tidak merangkap sebagai tempat
mencari nafkah yang jelas terlihat berbeda.
2.3.5 Kepadatan Penduduk Sebagai Salah Satu Permasalahan Tata Ruang
Faktor Daya Tarik Pusat Kota mempengaruhi kepadatan permukiman
Menurut Patrick I. Wakely, Hartmut Schemetzer and Babar K. Muntaz
menyebutkan bahwa ada beberapa indikator yang mempengaruhi nilai suatu
perumahan antara lain, yaitu: kondisi dari bangunan-bangunannya; ketersediaan
supply air, sistem drainase yang baik, tersedianya pembuangan sampah yang
memadai, kemudahan akses ke fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan;
ketersediaan sekolah dan mudah dicapai dengan angkutan umum; ketersediaan
fasilitas umum seperti tempat ibadah dan rekreasi; kepadatan penduduk yang tidak
terlalu tinggi; serta keamanan dan kesehatan yang terjamin. Dengan adanya daya
tarik pusat kota ini akan menyebabkan tingginya arus urbanisasi yang berakibat
pada pertambahan jumlah penduduk kota. Menurut Bintarto (1983: 33) bahwa
percepatan urbanisasi di Indonesia tergantung dari beberapa faktor, seperti:
tingkat pendidikan penduduk yang terlibat; tingkat kesehatan masyarakat;
persentase penduduk miskin; latar belakang pertanian di daerah pedesaan; kondisi
geografis; fungsi serta peranan kota-kota sebagai faktor penarik dan masih ada
faktor-faktor lain.
Lingkungan permukiman kumuh dapat didefinisikan sebagai berikut:
lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 org per Ha); kondisi sosial
ekonomi masyarakat rendah; jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya
dibawah standard; sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis
dan kesehatan; hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan
diluar perundang-undangan yang berlaku. Jangan sampai terjadinya daerah
permukiman yang kumuh dan tidak terawat sebab adanya permukiman kumuh
adalah: Karakter bangunan: umur bangunan yang sudah terlalu tua, tidak
terorganisasi, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi yang tidak memenuhi syarat.
Karakter lingkungan: tidak ada open space (ruang terbuka hijau) dan tidak tersedia
fasilitas untuk rekreasi keluarga; kepadatan penduduk yang tinggi; sarana
prasarana yang tidak terencana dengan baik.
2.4 Tinjauan Kebijakan
2.4.1 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No 22 tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Jawa Barat tahun 2009-2029
meliputi kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang tertuang dalam perda no 22 tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tujuan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Barat adalah mewujudkan:

a. Tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan, dan berdaya saing menuju
provinsi Jawa Barat termaju di Indonesia;
b. Ruang untuk kawasan lindung seluas 45% dari wilayah Jawa Barat dan
tersediianya ruang untuk ketahanan pangan;
c. Ruang investasi melalui dukungan infrastruktur strategis;
d. Ruang untuk kawasan perkotaan dan perdesaan dalam sistem wilayah
terintegrasi; dan
e. Prinsip mitigasi dalam penataan ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat terbagi menjad dua, yaitu
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Rencana Pola Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Barat yang dapat dilihat pada gambar

2.4.2 Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang nomor 4 Tahun 2018 Tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2018-2038
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang adalah mewujudkan
Sumedang sebagai kabupaten agribisnis yang didukung oleh kepariwisataan dan
perindustrian secara efektif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

2.3.3.4 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumedang


Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang meliputi:
b. Rencana pengembangan sistem pusat kegiatan; dan
c. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana Wilayah.
2.3.3.5 Rencanan Pola Ruang Kabupaten Sumedang
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:
a. Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung;
b. Pelestarian kawasan cagar budaya; dan
c. Peningkatan dan penyediaan RTH yang proporsional di seluruh
wilayah kota Kawasan lindung di kota meliputi
 Kawasan perlindungan setempat;
 Kawasan pelestarian alam;
 Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
 Kawasan rawan bencana; dan
 RTH

Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan Sungai


Ciliwung, Sungai Cisadane, sempadan anak sungai, sempadan saluran, sempadan
Situ Gede, sempadan Situ Leutik, Situ Anggalena, Danau Sumedang Raya, dan
Situ Panjang, serta kawasan sekitar mata air.
Rencana kawasan perlindungan setempat meliputi:

a. Perlindungan dan penguatan dinding pembatas sungai dan situ;


b. Penghijauan sempadan sungai dan situ
c. Mempertahankan kawasan resapan air untuk menjamin ketersediaan
sumber daya air dengan membatasi pengembangan kegiatan pada kawasan
resapan air di sebagian WP B yaitu Kelurahan Balumbangjaya, Kelurahan
Situgede, dan Kelurahan Margajaya dan sebagian WP E, yaitu Kelurahan
Mulyaharja, Kelurahan Pamoyanan, Kelurahan Sayang Kerta, Kelurahan
Harjasari, Kelurahan Rancamaya, Kelurahan Kertamaya, dan Kelurahan
Genteng;
d. Mengembangkan nilai tambah kawasan lindung menjadi kawasan wisata
dengan tidak mengganggu fungsi utamanya sebagai kawasan lindung.
Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan Sungai
Ciliwung, Sungai Cisadane, sempadan anak sungai, sempadan saluran, sempadan
Situ Gede, sempadan Situ Leutik, Situ Anggalena, Danau Sumedang Raya, dan
Situ Panjang, serta kawasan sekitar mata air.
Rencana kawasan perlindungan setempat meliputi:

a. Perlindungan dan penguatan dinding pembatas sungai dan situ;


b. Penghijauan sempadan sungai dan situ
c. Mempertahankan kawasan resapan air untuk menjamin ketersediaan sumber
daya air dengan membatasi pengembangan kegiatan pada kawasan resapan air
di sebagian WP B yaitu Kelurahan Balumbangjaya, Kelurahan Situgede, dan
Kelurahan Margajaya dan sebagian WP E yaitu Kelurahan Mulyaharja,
Kelurahan Pamoyanan, Kelurahan Sayang Kerta, Kelurahan Harjasari,
Kelurahan Rancamaya, Kelurahan Kertamaya, dan Kelurahan Genteng;
d. Mengembangkan nilai tambah kawasan lindung menjadi kawasan wisata
dengan tidak mengganggu fungsi utamanya sebagai kawasan lindung
Rencana kawasan budidaya ditetapkan sebagai berikut:
a. Rencana kawasan perumahan;
b. Rencana lokasi industri;
c. Rencana kawasan perdagangan dan jasa;
d. Rencana kawasan pertahanan dan keamanan;
e. Rencana peruntukan pelayanan umum:
f. Rencana kawasan pemerintahan;
g. Rencana kawasan pariwisata;
h. Rencana kawasan pertanian;
i. Rencana kawasan penunjang pertanian;
j. Rencana pengembangan ruang dan jalur evakuasi bencana;
k. Rencana pengembangan RTNH; dan
l. Rencana penataan sektor informal.
Untuk lebih jelasnya mengenai Peta Pola Ruang Wilayah Kota Sumedang dapat
dilihat pada Peta 7.
2.3.3.6 Rencana kawasan strategis
Kawasan Strategis Kabupaten yang selanjutnya disingkat KSK adalah
wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta sumber daya alam.

1. KSK dengan sudut kepentingan ekonomi


a. Kawasan Industri Ujungjaya;
b. Kawasan Waduk Jatigede;
c. Kawasan Industri Buahdua; dan
d. Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Jatigede.
2. KSK dengan sudut kepentingan sosial budaya
a. Kawasan Kampung Sunda di Kawasan Jatigede; dan
b. Kawasan budaya tradisional di Kecamatan Rancakalong
3. KSK dengan sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan
teknologi
4. KSK dengan sudut kepentingan ketahanan pangan.

Kebijakan Kawasan Strategis Kota yang selanjutnya disebut KSK, meliputi


pengembangan untuk KSK yang ditetapkan berdasarkan kepentingan lingkungan,
sosial budaya, dan ekonomi. Strategi pengembangan KSK yang ditetapkan
ber;dasarkan kepentingan lingkungan hidup, sosial budaya, dan ekonomi, terdiri
atas:
a. Mempertahankan, melindungi, menata, dan mengendalikan
kegiatankegiatan yang ada di dalam dan di sekitar kawasan dengan
kepentingan lingkungan.
b. Perlindungan terhadap kawasan bersejarah dan pengendalian lingkungan
serta pelestarian bangunan bersejarah dan pengendalian terhadap perubahan
arsitektur bangunan sekitar kawasan dengan kepentingan sosial budaya.
c. Pengembangan kawasan Pasar Kebon Kembang dan sekitarnya termasuk
mengembangkan konsep Transit Oriented Development serta mendorong
terbentuknya PK dan SPK dengan penyediaan prasarana sarana dan utilitas.
Untuk lebih jelasnya mengenai Peta Kawasan Strategis wilayah Kota
Sumedang dapat dilihat pada Peta 8.
2.5 Tinjauan Kebijakan Khusus
2.5.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk:
a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman;
b. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian
dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan
keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;
c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
d. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman;
e. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
f. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan
Perencanaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dengan melibatkan peran masyarakat. Perencanaan disusun pada tingkat nasional,
provinsi, atau kabupaten/kota yang dimuat dan ditetapkan dalam rencana
pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, dan
rencana tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perencanaan pada tingkat nasional menjadi pedoman untuk menyusun
perencanaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
provinsi. Perencanaan pada tingkat provinsi menjadi pedoman untuk menyusun
perencanaan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
Perencanaan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah. Perencanaan kawasan permukiman dimaksudkan untuk
menghasilkan dokumen rencana kawasan permukiman sebagai pedoman bagi
seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan kawasan permukiman untuk
memenuhi kebutuhan lingkungan hunian dan digunakan untuk tempat kegiatan
pendukung dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Perencanaan kawasan permukiman dapat dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan setiap orang. Dokumen rencana kawasan permukiman ditetapkan oleh
bupati/walikota. Perencanaan kawasan permukiman terdiri atas perencanaan
lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan serta perencanaan tempat kegiatan
pendukung perkotaan dan perdesaan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan.
Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
didahului dengan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dengan pola-pola penanganan:
a. Pemugaran;
b. Peremajaan; atau
c. Pemukiman kembali.
Selanjutnya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh tersebut dilanjutkan melalui pengelolaan untuk
mempertahankan tingkat kualitas perumahan dan permukiman.
2.5.2 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Penyelengaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman bertujuan untuk:
a. Mewujudkan ketertiban dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
b. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
melaksanakan tugas dan wewenang serta hak dan kewajibannya dalam
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan
c. Mewujudkan keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan terutama bagi
MBR dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai peraturan dalam penyelenggaraan
Perumahan dan permukiman. Lingkup peraturan Pemerintah dalam
Penyelengaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman meliputi:
a. Penyelenggaraan Perumahan;
b. Penyelenggaraan kawasan Permukiman;
c. Keterpaduan Prasarana, Sarana, Utilitas Umum Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
d. Pemeliharaan dan perbaikan;
e. Pencegahan dan peningkatan kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh;
f. Konsolidasi Tanah; dan
g. Sanksi administrasi.
Penyelenggaraan perumahan sebagaimana dimaksud memuat indikator yang
meliputi:
a. Perencanaan Perumahan;
b. Pembangunan Perumahan;
c. Pemanfaatan Perumahan; dan
d. Pengendalian Perumahan.
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan memiliki aturan
dalam Perencanaan Perumahan, yaitu:
1. Perencanaan Perumahan menghasilkan dokumen rencana pembangunan dan
pengembangan Perumahan yang mengacu pada dokumen RKP.
2. Rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan dalam rencana
pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, dan
rencana tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Dokumen rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan disusun
untuk memenuhi kebutuhan Rumah serta keterpaduan Prasarana, Sarana, dan
Utilitas Umum Perumahan.
4. Dokumen rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan ditetapkan
oleh bupati/walikota, khusus DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur.
5. Dokumen rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan ditinjau
kembali paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Dokumen rencana pembangunan dan pengembangan perumahan mencakup:
a. Kebijakan pembangunan dan pengembangan;
b. Rencana kebutuhan penyediaan Rumah;
c. Rencana keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum; dan
d. Program pembangunan dan pemanfaatan.
Rencana pembangunan dan pengembangan Perumahan dilakukan dalam bentuk
rencana:
a. Pembangunan dan pengembangan;
b. Pembangunan baru; atau
c. Pembangunan kembali.
Dalam Penyelengaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, Perencanaan
Perumahan terdiri atas:
a. Perencanaan dan perancangan Rumah; dan
b. Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan.
Perencanaan Perumahan mencakup Rumah sederhana, Rumah menegah,
dan/atau Rumah mewah. Perencanaan dan perancangan Rumah sebagaimana
dimaksud dilakukan untuk:
a. Menciptakan Rumah yang layak huni;
b. Mendukung upaya pemenuhan kebutuhan Rumah oleh masyarakat dan
Pemerintah dan
c. Meningkatkan tata bangunan dan lingkungan yang terstruktur.
2.5.3 Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota
dimaksudkan untuk mewujudkan penyusunan RP3KP secara terkoordinasi dan
terpadu lintas sektoral pada daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Pedoman
Penyusunan RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota bertujuan
sebagai acuan dalam penyusunan RP3KP oleh pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota.
Pedoman Penyusuna RP3KP Daerah Provinsi Memiliki Tata Cara
Penyusunannya. Daerah Provinsi Merupakan Arahan Kebijakan Dan Strategi
Pembangunan Dan Pengembangan Bidang Perumahan Dan Kawasan
Permukiman:
a. Berdasarkan RTRW;
b. Mendukung program dan kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang; dan
c. Lintas daerah kabupaten/kota.
Selain daerah provinsi, daerah kabupaten/kota juga memiliki tata cara
penyusunan RP3KP nya. RP3KP Daerah Kabupaten/Kota merupakan arahan
kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman:
a. Berdasarkan RTRW; dan
b. Mendukung program dan kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang.

Analisis yang dilakukan dalam penyusunan RP3KP yaitu:


a. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang
nasional dan daerah provinsi terhadap pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman
b. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang daerah
kabupaten/kota terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman
c. Analisis sistem pusat-pusat pelayanan yang didasarkan pada sebaran daerah
fungsional perkotaan dan perdesaan yang ada di wilayah perencanaan;
d. Analisis karakteristik sosial kependudukan sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pola migrasi, pola pergerakan penduduk;
2. Proporsi penduduk perkotaan dan perdesaan pada awal tahun
perencanaan dan proyeksi 20 (dua puluh) tahun ke depan;
3. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian, usia produktif, tingkat
pendidikan, sex ratio; dan 4. Sebaran kepadatan penduduk pada awal
tahun perencanaan dan proyeksi 20 (dua puluh) tahun ke depan.
e. Analisis karakteristik perumahan dan kawasan permukiman sekurang-
kurangnya meliputi:
1. Identifikasi permasalahan perumahan dan kawasan permukiman di daerah;
2. Jumlah rumah dan kondisinya;
3. Jumlah kekurangan rumah (backlog) pada awal tahun perencanaan dan
proyeksi 20 (dua puluh) tahun ke depan;
4. Lokasi perumahan pada kawasan fungsi lain yang perlu penanganan
khusus;
5. Lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang perlu dilakukan
pemugaran, peremajaan atau pemukiman kembali; dan
6. Lokasi perumahan dan permukiman yang memerlukan peningkatan
kualitas.
f. Analisis arah pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di
daerah kabupaten/kota yang berbatasan terhadap rencana pengembangan
wilayah kabupaten/kota secara keseluruhan;
g. Analisis kebutuhan prasarana, sarana dan utilitas umum wilayah provinsi,
dan lintas daerah kabupaten/kota yang berbatasan yang mencakup 2 (dua)
atau lebih wilayah kabupaten/kota;
h. Analisis arah pengembangan perumahan dan kawasan permukiman,
dukungan potensi wilayah, serta kemampuan penyediaan rumah dan
jaringan prasarana, sarana, utilitas umum.
i. Analisis kesesuaian terhadap rencana investasi prasarana, sarana, dan
jaringan utilitas regional atau rencana induk sistem;
j. Analisis besarnya permintaan masyarakat terhadap rumah;
k. Analisis kebutuhan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman dengan memperhatikan kebijakan hunian berimbang;
l. Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta optimasi
pemanfaatan ruang;
m. Analisis kemampuan keuangan daerah, sekurang-kurangnya meliputi:
sumber penerimaan daerah, alokasi pendanaan dan pembiayaan
pembangunan, dan prediksi peningkatan kemampuan keuangan daerah; dan
n. Analisis kebutuhan kelembagaan perumahan dan kawasan permukiman di
daerah Provinsi.
BAB III

GAMBARAN UMUM KECAMATAN JATINANGOR

3.1 Orientasi Wilayah Studi


Kecamatan Jatinangor merupakan salah satu dari 26 kecamatan di
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kecamatan Jatinangor memiliki 12 desa.
Dengan Desa Cilayung merupakan Desa dengan luas wilayah terbesar,
sedangkan Desa Mekargalih memiliki wilayah terkecil. Kecamatan Jatinagor
berada disebelah Barat Kabupaten Sumedang. Adapun sebelah utara Kecamatan
Jatinangor berbatasan langsung dengan Kecamatan Sukasari dan Tanjungsari,
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi dan Kabupaten Bandung,
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjungsari dan Cimanggu, sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Rancaekek dan Kabupaten Bandung.

Pada masa penjajahan, Jatinangor merupakan kawasan perkebunan teh dan


pohon karet yang dikuasai oleh perusahaan swasta milik Belanda, Maatschappij
tot Exploitatie der Baud-Landen yang berdiri tahun 1841, dengan luas saat itu
mencapai 962 hektar, membentang dari tanah yang saat ini merupakan
kawasan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) hingga Gunung
Manglayang. Pada tahun 1990, area perkebunan dialihfungsikan menjadi kawasan
pendidikan dengan dibangunnya empat perguruan tinggi, yakni Institut
Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Institut Manajemen Koperasi
Indonesia (IKOPIN), Universitas Padjadjaran, dan Universitas Winaya Mukti.
Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an.
Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami
perkembangan fisik dan sosial yang pesat, banyak lahan pertanian di Jatinangor
yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun pusat
perbelanjaan. Institut Teknologi Bandung kemudian membangun kampusnya
dikawasan ini pada tahun 2010. Pada tahun 2015, Kecamatan Jatinangor menjadi
salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan kota metropolitan Bandung
Raya. Penetapan Jatinangor menjadi kawasan kota metropolitan di Bandung Raya
tersebut, telah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten.
Jarak Kecamatan Jatinangor terhadap Ibukota Kabupaten, Provinsi dan
Negara disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Aksesibilitas Kecamatan Jatinangor terhadap Pusat Pemerintahan
Jarak Waktu Tempuh
No Uraian
(km) (menit)
Jarak dari Kota/Ibu Kota 36
1 23
Kabupaten
2 Jarak dari pusat Ibu Kota Provinsi 21 45
3 Jarak dari Ibu Kota Negara 185 287
Sumber: Google Maps
Kecamatan Jatinangor dilalui Jalan Bandung Palimanan yang memberikan
akses mudah dengan ibukota kabupaten, provinsi, dan negara. Hal tersebut
berperan dalam perkembangan kota, sehingga Kecamatan Jatinangor dapat
membantu Kabupaten Sumedang dalam mewujudkan Visi Kabupaten Sumedang,
yaitu “Terwujudnya masyarakat Sumedang yang Sejahtera, Agamis, Maju,
Profesional, dan Kreatif (SIMPATI)” sesuai dengan karakteristik Kecamatan
Jatinangor.
3.2 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Kecamatan Jatinangor merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Sumedang Dengan luas wilayah 26,2 km² (2.620 Ha), Kecamatan Jatinangor
terletak di koordinat antara 6°53'43,3"–6°57'41" LS dan 107°45'8,5"–107°48'11"
BT. Jatinangor adalah sebuah kawasan di sebelah timur Kota Bandung sebagai
pintu masuk gerbang Kabupaten Sumedang dan salah satu dari 26 Kecamatan
yang ada di Kabupaten Sumedang dengan jarak antar Batas Wilayah dari Utara-
Selatan 15 Km dan dari arah Barat-Timur 20 Km.
Secara administratif Kecamatan Jatinangor terbagi kedalam 12 Desa, 56
Dusun, 136 Rukun Warga (RW) dan 480 Rukun Tetangga (RT). Sedangkan
dilihat dari posisi Georafisnya, Kecamatan Jatinangor berada di Wilayah Bagian
Barat Kabupaten Sumedang dengan batas-batas wilayah aministratif
pemerintahan sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kecamatan Sukasari dan Tanjungsari
 Sebelah Timur : Kecamatan Cimanggung dan Tanjungsari
 Sebelah Selatan : Kecamatan Rancaekek Kab. Bandung
 Sebelah Barat : Kecamatan Cileunyi Kab. Bandung
Untuk lebih jelasnya mengenai administrasi kewilayahan Kecamatan
Jatinangor dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Jatinangor
No Desa Luas Wilayah (Km2)
1 Cipacing 17,9 km²
2 Sayang 23,2 km²
3 Mekargalih 12,0 km²
4 Cinta Mulya 13,4 km²
5 Cisempur 16,0 km²
6 Jati Mukti 19,0 km²
7 Jatiroke 20,9 km²
8 Hegarmanah 33,1 km²
9 Cikeruh 21,3 km²
10 Cibesi 18,4 km²
11 Cileles 32,0 km²
12 Cilayung 34,8 km²
Sumber: Profil Kecamatan Jatinangor 2022
3.3 Kondisi Fisik Wilayah
3.3.1 Topografi dan Kelerengan
Wilayah Jatinangor secara topografi Kecamatan Jatinangor merupakan
daerah perbukitan dengan ketinggian antara 725-800 m di atas permukaan laut.
Jatinangor merupakan wilayah yang umumnya membentuk medan bergelombang
dan pada beberapa tempat tertentu terdapat cekungan yang termasuk ke dalam
lereng dengan kemiringan 0–2%. Sedangkan keadaan topografi Wilayah
Jatinangor yang relatif Bergelombang ini memiliki kemiringan lahan antara 0–2 %
dan 3-8%. Untuk lebih jelasnya mengenai topografi di Kecamatan Jatinangor
dapat dilihat pada peta topografi yang disajikan dalam peta 1.
3.3.2 Jenis Tanah
Jenis tanah yang bervariatif menjadi salah satu faktor penentu pola
pemanfaatan lahan yang sesuai di Kecamatan Jatinangor. Kecamatan Jatinangor
memiliki jenis Tanah ekspansif tergolong kepada jenis tanah koloid berukuran
halus yang terbentuk dari mineral bersifat Istilah tanah ekspansif pada umumnya
diberikan pada material tanah atau batuan yang memiliki potensi untuk menyusut
atau mengembang ketika perubahan kadar air. Untuk lebih jelasnya mengenai
jenis tanah di Kecamatan Jatinangor dilihat pada peta jenis tanah yang disajikan
pada peta 2.
3.3.3 Hidrologi
Kecamatan Jatinangor dilewati oleh Sungai Cipamali dan sungai cikeruh,
sungai Cipamali merupakan sungai utama yang melintasi Kecamatan Jatinangor.
Sungai ini bermuara ke Sungai Citarum dan memiliki peran penting dalam aliran
air permukaan di wilayah tersebut. Sedangkan Sungai Cikeruh juga melewati
Kecamatan Jatinangor. Sungai ini merupakan anak sungai dari Sungai Citarum
dan memberikan kontribusi dalam sistem drainase. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar * dan peta*.
3.3.4 Klimatologi
Kecamatan Jatinangor berada di wilayah Indonesia yang memiliki iklim
tropis. dan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Kecamatan Jatinangor cenderung memiliki suhu yang relatif stabil sepanjang
tahun. Suhu rata-rata harian berkisar antara 25°C hingga 30°C. Namun, suhu
dapat sedikit berfluktuasi tergantung pada musim dan kondisi cuaca. Sedangkan
curah hujan Jatinangor mengalami pola musim hujan dan musim kemarau. Musim
hujan biasanya terjadi antara Oktober hingga April, sementara musim kemarau
berlangsung antara Mei hingga September. Curah hujan tahunan di wilayah ini
dapat bervariasi, namun rata-rata curah hujan tahunan di wilayah ini berkisar
antara 2.000 hingga 3.000 milimeter.
3.3.5 Penggunaan lahan
Penggunaan lahan yaitu modifikasi yang dilakukan oleh manusia terhadap
lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian, dan
permukiman. Pemanfaatan lahan didefinisikan sebagai sejumlah pengaturan,
aktivitas, dan input yang dilakukan manusia pada tanah tertentu.
Penggunaan lahan yang terdapat dijatinangor ini berdominasi tanaman
campuran, sawah dan permukiman. Beberapa foto penggunaan lahan yang
terdapat di jatinangor Gambar * dan peta *.
3.4 Kependudukan dan Budaya Masyarakat
3.4.1 Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Perkembangan Penduduk di Kecamatan Jatinangor Pada Tahun 2020 seiring
dengan berkembangnya waktu. Pada tahun 2020 jumlah penduduk mencapai
98.034jiwa, kemudian mengalami kenaikan setiap tahunnya yang signifikan di
Kecamatan Jatinangor hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 Jumlah dan
Perkembangan Penduduk Kecamatan Jatinangor.

Gambar 1 Fasilitas Industri Kecamatan Jatinangor


Tabel 3 Jumlah dan Perkembangan Penduduk Kecamatan Jatinangor Tahun
2016-2020
Jumlah Penduduk
No Desa
2017 2018 2019 2020 2021
1 Cipacing 17.398 17.594 15.169 15.372 14997
2 Sayang 9.487 9.470 8.533 9.146 8.469
3 Mekargalih 7.992 8.022 6.405 6.523 6.325
4 Cinta Mulya 8.041 7.940 6.640 7.563 6.580
5 Cisempur 8.669 8.792 8.341 8.326 8.262
6 Jati Mukti 5.332 5.338 5.281 5.691 5.222
7 Jatiroke 5.885 5.911 6.332 6.170 6.249
8 Hegarmanah 17.213 17.555 9.777 9.904 9.665
9 Cikeruh 14.759 14.947 8.007 8.816 7.918
10 Cibeusi 8.957 8.793 5.852 9.099 5.808
11 Cileles 5.515 5.511 6.466 6.185 6.395
12 Cilayung 4.665 4.636 5.543 5.239 5.501
Kecamatan Jatinangor 113.913 114.509 92.346 98.034 91.391
Sumber: Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2022
3.4.2 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan Buku profil Kecamatan Jatinangor tahun 2022, jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan berada pada angka yang tidak jauh berbeda.
Dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 46.390 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 45.001 jiwa. Data struktur penduduk menurut umur sangat
penting untuk diketahui, karena dengan melihat struktur penduduk ini kita dapat
mengetahui seberapa besar jumlah usia produktif di Kecamatan Jatinangor dan
seberapa besar pula tingkat ketergantungan terhadap usia non produktif tersebut.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur penduduk menurut umur disajikan pada
Tabel 4
Tabel 4 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Jatinangor
Tahun 2022

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah


1. Usia 0-4 Tahun 3,512 3,103 6,615
2. Usia 5-9 Tahun 4,205 3,966 8,171
3. Usia 10-14 Tahun 4,232 3,939 8,171
4. Usia 15-19 Tahun 3,820 3,703 7,523
5. Usia 20-24 Tahun 3,903 3,722 7,625
6. Usia 25-29 Tahun 3,886 3,819 7,705
7. Usia 30-34 Tahun 3,392 3,239 6,631
8. Usia 35-39 Tahun 3,391 3,470 6,861
9. Usia 40-44 Tahun 3,683 4,030 7,713
10. Usia 45-49 Tahun 3,494 3,399 6,893
11. Usia 50-54 Tahun 2,809 2,653 5,462
12. Usia 55-59 Tahun 2,103 2,169 4,272
13. Usia 60-64 Tahun 1,561 1,447 3,008
14. Usia 65-69 Tahun 1,137 1,075 2,212
15. Usia 70-74 Tahun 628 567 1,195
16. Usia >75 Tahun 634 700 1,334
Jatinangor 46,390 45,001 91,391
Sumber: Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2022
3.4.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Agama
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kecamatan Jatinangor Dalam angka
2022 struktur kependudukan menurut agama di Kecamatan Jatinagor pada tahun
2022, didominasi oleh penduduk Beragama Islam dengan jumlah 100.445 jiwa,
untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 5 dan Grafik 1.2
Tabel 5 Struktur Penduduk Berdasarkan Agama Kecamatan Jatinangor
Tahun 2023
AGAMA
No DESA ISLA KRISTE KATOLI HIND BUDH KONGHUC JML
M N K U A U
1 CIKERUH 8.310 40 11 9 4 0 8.377
HEGARMANA
2 H 10.101 81 4 0 10 0 10.177
3 CIBEUSI 5.934 88 11 1 5 1 6.040
4 CIPACING 19.381 249 63 0 3 2 19.704
5 SAYANG 8.690 96 23 0 0 0 8.801
6 MEKARGALIH 7.616 66 14 0 11 0 7.047
7 CINTA MULYA 6.602 122 32 0 30 1 6.740
8 JATIMUKTI 5.323 22 3 0 0 0 5.551
9 CISEMPUR 8.489 147 23 0 39 0 8.714
10 JATIROKE 7.228 10 4 1 0 0 7.167
11 CILELES 6.831 14 1 0 0 2 6.759
12 CILAYUNG 5.940 0 0 0 0 0 5.946
100.44 101.05
JUMLAH 5 945 189 11 102 6 0
Sumber: Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2022
3.4.4 Kebudayaan Penduduk
Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah,”
yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan ahli
antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan
ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang berjudul “Primitive Culture,” bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa
masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan.
Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia (secara individual maupun
kelompok) dapat mempertahankan kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir
semua Tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Sunda menjadi bahasa komunikasi sehari-hari bagi penduduk di
Kecamatan Jatinangor. Bahasa ini mencerminkan identitas budaya yang kuat dan
digunakan dalam berbagai interaksi sosial. Selain itu, seni dan budaya juga
memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jatinangor. Masyarakat
setempat melestarikan seni tradisional Sunda seperti wayang golek, tari jaipong,
dan gamelan, sebagai bentuk ekspresi budaya yang khas. Adapun Tari Cikeruhan
merupakan warisan budaya Sumedang yang dapat perlindungan pengakuan
hukum dari Pemprov Jabar. Acara adat, seperti pernikahan dan pertunangan,
diadakan dengan mengikuti upacara tradisional yang menguatkan ikatan sosial
dalam komunitas mereka. Pakaian adat Sunda juga masih digunakan dalam
perayaan tertentu, menjadi simbol identitas dan kebanggaan budaya. Kecamatan
Jatinangor juga kaya akan kuliner tradisional Sunda, yang menjadi daya tarik bagi
wisatawan yang ingin merasakan cita rasa otentik daerah tersebut.
Industri kebudayaan Jatinangor dapat menjadi sumber penghasilan sekaligus
sarana untuk memperluas wawasan warga maupun orang luar dalam mengenal
kebudayaan yang terdapat di Jatinangor. Setiap wilayah memiliki budaya khas
masing-masing, seperti halnya kawasan Cipacing yang terdapat di Jatinangor.
Cipacing sangat terkenal dengan kerajinan senapan airnya. Namun, kerajinan
lainnya juga tidak kalah saing dikarenakan warganya yang terkenal akan
kreativitasnya. Oleh karena itu, Cipacing dipenuhi oleh para pengrajin dan penjual
kerajinan maupun kebudayaan.

3.5 Fasilitas
3.5.1 Fasilitas Pemerintahan

Fasilitas Pemerintahan merupakan fasilitas utama dalam menjalankan roda


kegiatan pemerintahan dan pelayanan suatu wilayah atau kota. Fungsi fasilitas
pemerintahan yaitu melayani setiap kebutuhan dan juga keluhan masyarakat serta
mendukung jalannya program-program untuk memajukan suatu wilayah. Program
tersebut bisa terlaksana dengan baik jika di dukung dengan fasilitas yang
memadai. Kualitas dan kuantitas yang dimiliki fasilitas pemerintahan suatu daerah
menggambarkan keseriusan pemerintah dalam membangun perkembangan suatu
wilayah. Adapun kelengkapan fasilitas pemerintahan yang tersedia di Kecamatan
Jatinangor dapat dilihat pada tabel 6 dan peta*
Tabel 6 Fasilitas Pemerintahan Kecamatan Jatinangor Tahun 2023

No Fasilitas Pemerintah Alamat


1 Kantor Kecamatan Jatinangor Jl. Raya Jatinangor No.226c
2 Kantor Desa Cipacing Jl. GKPN No.54
3 Kantor Desa Sayang Jl. Kolonel Ahmad Syam No.228
4 Kantor Desa Mekargalih Jl. Raya Bandung - Garut No.KM.81
5 Kantor Desa Cintamulya Jl. Cibungur No.76
6 Kantor Desa Cisempur Jl. Cisempur
7 Kantor Desa Jatimukti Jl. Letda Lukito No.16
8 Kantor Desa Jatiroke Jl. Letda Lukito No.92
9 Kantor Desa Hegarmanah Jl. Raya Jatinangor No.230
10 Kantor Desa Cikeruh Jl. Kolonel Ahmad Syam No.192
11 Kantor Desa Cibeusi Jl. KH Hasan Mustoph
12 Kantor Desa Cileles Jl. Cikuda No.18
13 Kantor Desa Cilayung Jl. Cikuda, Cilayung
14 Polsek Jatinangor Jl. Raya Jatinangor No.111
15 Koramil Jatinangor Jl. Raya Jatinangor No.KM. 21
Kantor Pelayanan Pajak
16 Jl. Kolonel Ahmad Syam Jalan No.69A
Pratama Sumedang
Sumber: Profil Kecamatan Jatinangor 2022
3.5.2 Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Pendidikan merupakan determinan penting dalam suatu wilayah,
yang erat hubungannya dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).
Kondisi pendidikan yang baik akan meningkatkan kualitas masyarakat yang pada
akhirnya dapat membangun kesejahteraan manusia serta wilayah. Keberadaan
fasilitas pendidikan bertujuan agar semua masyarakat mendapatkan pelayanan
pendidikan secara mudah, merata, dan terjangkau.
Fasilitas Pendidikan yang terdapat di Kecamatan Jatinangor cukup
memadai, yaitu terdapat taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, SMK, serta
Pesantren. Berdasarkan kelengkapan jenis sarana pendidikan yang ada di
Kecamatan Jatinangor, terdapat wilayah yang belum memadai dari segi sarana
pendidikanya dapat dilihat pada tabel 9 dan peta*
Tabel 7 Fasilitas Pendidikan Kecamatan Jatinangor Tahun 2023
NO JENJANG JUMLAH LEMBAGA

1. PAUD Kober 32
2. PAUD TK/RA 24
3. SD/SDS/MI/SDLB 37
4. SMP/SMPS/MTs 19
5. SMA/SMK/MA 14
6. Perguruan Tinggi 5
Sumber: Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2022
3.5.3 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan dibutuhkan karena menyangkut pada kesehatan
masyarakat Kecamatan Jatinangor. Dengan adanya fasilitas kesehatan, maka akan
mempermudah pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Fasilitas kesehatan yang
tersedia di Kecamatan Jatinangor yaitu Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Tempat, Apotek, Posyandu, Pos KB. Untuk Untuk
dokumentasinya dapat dilihat pada tabel 10 ketersediaan fasilitas kesehatan di
Kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada peta*.
Tabel 8 Fasilitas Kesehatan Kecamatan Jatinangor Tahun 2023
Apotek
Rumah Puskesmas Laboratorium Pos
Desa/Kelurahan Puskesmas Klinik Toko Polindes
Sakit Pembantu Kesehatan Yandu
Obat

Cipacing 1 - - 1 - - 1 18

Sayang - - - 2 - 1 1 13

Mekargalih - - 1 3 1 2 1 14

Cinta Mulya - - 1 1 - - 1 10

Cisempur - 1 - - - - 1 12

Jati mukti - - 1 - - - 1 8

Jatiroke - - 1 - - - 1 6

Hegarmanah - 1 - 2 - 1 1 14

Cikeruh - - - 3 1 3 1 12
Lanjutan Tabel 8
Apotek
Rumah Puskesma Puskesmas Laboratoriu Polinde Pos
Desa/Kelurahan Klinik Toko
Sakit s Pembantu m Kesehatan s Yandu
Obat

Cibesi - - - 2 - 2 1 12
Cileles - - 1 - - - 1 10
Cilayung - - - - - - 1 11
Jumlah 1 2 5 14 2 9 12 140

Sumber: Profil Kecamatan Jatinangor 2022


3.5.4 Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat
beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka
masing-masing. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, fasilitas ibadah ini, apapun
jenisnya, menjadi fasilitas umum yang harus ada di dalam sebuah komplek
perumahan. Apalagi perumahan merupakan salah satu sarana hunian yang erat
kaitannya dengan tata cara kehidupan masyarakat. Tujuan pendirian fasilitas
peribadahan di dalam komplek perumahan sendiri haruslah memperhatikan
kerukunan umat beragama, ketentraman, dan ketertiban umum serta mematuhi
peraturan perundang-undangan, Sementara itu, bentuk fasilitas peribadahan ini
bisa disesuaikan dengan agama yang dianut oleh mayoritas penghuni perumahan
tersebut. Misalnya, jika lokasi tempat tinggal mayoritas beragama Islam, maka
penghuni dapat membangun mushola ataupun masjid. Dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9 Banyaknya Sarana Fasilitas peribadatan Menurut Desa/Kelurahan
di Kecamatan Jatinangor 2023
Greja Greja
Desa/kelurahan Masjid Mushola Pura Vihara
Protestan Katholik
Cipacing 28 31 - - - -
Sayang 15 8 - - - -
Mekargalih 13 11 - - - -
Cintamulya 16 6 - - - -
Cisempur 15 7 - - - -
Jatimukti 9 11 - - - -
Jatiroke 10 5 - - - -
Hegarmana 21 6 - - - -
Lanjutan Tabel 9
Greja Greja
Desa/kelurahan Masjid Mushola Pura Vihara
Protestan Katholik
Cikeruh 21 9 - - - -
Cibeusi 14 10 1 1 - 1
Cileles 19 5 - - - -
Cilayung 11 44 - - - -
Jumlah 192 153 1 1 0 1
Sumber: Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2022
3.5.5 Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Kecamatan Jatinangor berada sektor pendidikan. Adanya perguruan tinggi
memberikan dampak ekonomi di wilayah Jatinangor. Pendorong utama dampak
tersebut adalah aktivitas civitas akademika. Setidaknya civitas akademika seperti
mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan melakukan aktivitas ekonomi di
Jatinangor. Hal ini sesuai dengan hasil kajian yang menyebutkan bahwa
pertumbuhan ekonomi Jatinangor dipacu oleh adanya keberadaan perguruan
tinggi selain juga ada kontribusi dari kegiatan industri, kerajinan, dan pertanian
(Bappeda Kabupaten Sumedang, 2009). Aktivitas perguruan tinggi dapat
menciptakan aktivitas lainnya seperti aktivitas perdagangan dan jasa (Sulistiawan,
2014)yang secara peraturan daerah memang diperuntukkan untuk rencana
pengembangan fungsi utama sebagai kawasan perdagangan dan jasa sesuai
RTRW Kabupaten Sumedang.Perdagangan dan jasa yang berfungsi sebagai
pelayan dan penyedia kebutuhan sehari-hari penduduk sekaligus juga sebagai
penggerak roda ekonomi suatu wilayah. Fasilitas perdagangan dan jasa yang
tersedia di Kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada tabel 10
Tabel 10 Banyaknya Sarana Perdagangan Menurut Desa/Kelurahan dan
Jenis Sarana Perdagangan di Kecamatan Jatinangor 2023
Pasar dengan Pasar Mini Market/ Restoran/
Kelompok
Desa/Kelurahan Bangunan Tanpa Swalayan/ Rumah
Pertokoan
Permanen Bangunan Supermarket Makan

Cipancing - - - 5 8
Sayang 8 - - 7 20
Mekargalih 7 - - 5 12
Cintamulya 11 - - 2 3
Cisempur - - - 1 1
Jatimukti - - - - -
Jatiroke - - - 1 -
Hegarmanah 4 1 1 6 20
Cikeruh 4 - - 4 50
Cibeusi 5 1 1 3 4
Cileles - - - 2 -
Cilayung - - - - 1
Jumlah 39 2 2 36 119
Sumber: Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2022
3.5.6 Fasilitas Industri
Kecamatan Jatinangor merupakan Kawasan Pendidikan yang memiliki
fasilitas industri salah satunya ada di Desa Cintamulya, Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang. Menurut data BPS 2022, desa cintamulya merupakan salah
satu desa di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang dengan luas keseluruhan
yautu sekitar 140 hektar. Peruntukan wilayah desa cimtamulya didominasi oleh
industri, industri yang berkembang khususnya di daerah desa cintamulya salah
satunya industri PT. Kahatex.
PT. Kahatex adalah industri yang bergerak dibidang industri tekstil dimana
proses produksi yang dilalui oleh PT. Kahatex ini dimulai dengan bahan mentah
sampai menjadi bahan jadi. Dimulai dari proses kapas menjadi benang hingga
sampai bahan jadi seperti kaus kaki, selimut, handuk, sajadah hingga pakaian.
Luas lahan PT. Kahatex sendiri yaitu sekitar 150 hektar. Luas PT. Kahatex yang
cukup besar menjadikan PT. Kahatex sebagai jantung industri tekstil di
Indonesia.
Lokasi industri juga didukung oleh letak yang strategis dimana berbatasan
dengan kabupaten Bandung. Lokasi industri disuatu daerah akan ada pengaruh
pada masyarakat di sekitarnya terutama terhadap kondisi sosial ekonomi. Dengan
demikian keberadaan dari PT. Kahatex di Desa Cintamulya Kecamatan Jatinangor
Kkabupaten Sumedang memiliki dampak langsung maupun tidak langsung. Untuk
lebih jelasnya mengenai fasilitas indutri yang ada di Kecamaran Jatinnagor dapat
apat dilihat pada gambar.
Gambar Fasilitas Industri Kecamatan Jatinangor
3.6 Utilitas
3.6.1 Jaringan Listrik
Tenaga listrik merupakan landasan bagi kehidupan masyarakat saat ini.
Keberadaaannya hampir dibutuhkan disetiap kegiatan masyarakat. Adapun
beberapa kegunaan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga
proses produksi yang melibatkan barang barang elektronik dan alat alat industri.
Berdasarkan hasil survei lapangan, jaringan listrik di Kecamatan Jatinangor sudah
terlayani secara menyeluruh, hal ini terbukti dengan adanya tiang-tiang listrik
yang tersambung menggunakan kabel sepanjang jalan di Kecamatan Jatinangor
hingga masuk ke pelosok desa. Jaringan listrik di Kecamatan Jatinangor di
dominasi oleh listrik bertegangan kecil dan sedang. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Gambar 3.

(i) (ii)
(iii) (iv)
Gambar 3 Jaringan Listrik Kecamatan Jatinangor
3.6.2 Jaringan Drainase
Jaringan drainase suatu wilayah mempunyai fungsi utama untuk mencegah
terjadinya genangan air yang dapat menimbulkan bencana banjir. Kecamatan
Jatinangor memiliki drainase terbuka dan tertutup yang berfungsi secara maksimal
dan kurang maksimal, dikarenakan kurangnya perawatan oleh pemerintah serta
kurangnya kepedulian dari masyarakat itu sendiri. Beberapa drainase terlihat
menggenang atau tidak mengalir karena adanya penyumbatan. Hal ini
menyebabkan sistem pembuangan dan pengaliran air menjadi kurang baik.
Sehingga sering terjadi genangan air di sejumlah tempat dan badan jalan setelah
turun hujan. Untuk lebih jelasnya disajikan pada gambar*.
3.6.2 Jaringan Telekomunikasi
Sebagai sebuah bagian dari kota besar, Kecamatan Jatinangor tentunya
sudah ditunjang oleh berbagai fasilitas yang mendukung perkembangan
penduduknya, salah satunya yakni fasilitas telekomunikasi. Mulai dari fasilitas
telepon, internet kabel, hingga tower sinyal sudah tersedia demi terciptanya
fasilitas yang mampu mengikuti perkembangan jaman. Sama seperti di kota-kota
lain di Indonesia, persebaran jaringan kabel telepon dan jaringan kabel internet
biasanya menggunakan tiang yang sama dengan jaringan kabel listrik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar*, persebarannya dapat dilihat di peta pada
peta*.
3.6.3 Jaringan air Bersih
Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam semua kehidupan
makhluk hidup termasuk kehidupan manusia. Kecamatan Jatinangor masuk
kedalam Pengembangan Kawasan Peruntukan Perdesaan serta Pengembangan
Kawasan Peruntukan Perkotaan yang terdiri dari Permukiman Perkotaan
Kepadatan Tinggi. Kecamatan Jatinangor pada tahun 2021 akses masyarakat
terhadap air bersih mencapai 91,21%, dan akses terhadap jamban/sanitasi keluarga
mencapai 86,9%.
Namun dalam perkembangannya Kecamatan Jatinangor masih dalam proses
pembangunan dan belum ada perencanaan yang jelas, belum adanya perencanaan
insfrastruktur yang menyeluruh mengakibatkan menurunnya fasilitas pelayanan
umum : Air bersih, Pengolahan Air Limbah dan Drainase dll dengan kata lain
Pembangunan belum Konprehensif, Parsial, bersifat Sektoral, penyelesaian-
penyelesaian hanya bersifat sesaat tidak dilakukan secara permanen sebagai
sebuah perencanaan.
Gambar
4 Jaringan
Air
Bersih

Kecamatan Jatinangor
3.7 Transportasi
3.7.1 Jaringan Jalan
Menurut Undang-Undang nomor 38 tahun 2004 pasal 1 tentang jalan. Jalan
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (ayat 4). Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas
jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan
wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan
hierarkis (ayat 18).
Secara fungsional jalan yang melintasi Kecamatan Jatinangor merupakan
jalan arteri yang menghubungkan antara Kabupaten Sumedang dengan Kabupaten
Bandung, dan jalan lokal yang menghubungkan antar desa yang terdapat di
Kecamatan Jatinangor. Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan jalan di
Kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar*
Tabel 11 Jaringan Jalan Kecamatan Jatinangor
No Nama Jalan Status Fungsi
1. Jl. Raya Jatinangor Jalan Kabupaten Arteri
2. Jl. Raya Cirebon-Bandung Jalan Kabupaten Arteri
3. Jl. Palimanan-Bandung Jalan Kabupaten Arteri
4. Jl. Rancaekek Jalan Kabupaten Arteri
4. Jl. Raya Bandung-
Jalan Kabupaten Lokal
Sumedang
5. Jl. Babakan muncang Jalan Desa Lokal
6. Jl. Lurah Bintang Jalan Desa Lokal
7. Jl. Staat Spoors Jalan Desa Lokal
8. Jl. Lb. Jati Jalan Desa Lokal
9. Jl. Cikuda Jalan Desa Lokal
10. Jl. Sukamening Jalan Desa Lokal
11. Jl. GKPN Jalan Desa Lokal
12. Jl. Cikeruh Jalan Desa Lokal
13. Jl. Cibungur Jalan Desa Lokal
14. Jl. Letda Lukito Jalan Desa Lokal
15. Jl. Pedca Jalan Lingkungan Lain
16. Jl. Sukamanah Jalan Lingkungan Lain
17. Jl. Hegarmanah Jalan Lingkungan Lain
18. Jl. Cisaladah Jalan Lingkungan Lain
19. Jl. Jembatan cincin Jalan Lingkungan Lain
20. Jl. Ciseke Jalan Lingkungan Lain
21. Jl. Caringin Jalan Lingkungan Lain
Sumber: Hasil Survei Lapangan 2023
3.7.2 Fasilitas Transportasi
Transportasi atau pengangkutan adalah perpindahan manusia atau barang
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang
digerakkan oleh manusia atau mesin. Kecamatan Jatinangor sendiri merupakan
kawasan pendidikan tinggi yang menjadikan jatinangor banyak dikunjungi oleh
orang baik dari dalam dan luar daerah untuk melanjutkan pendidikan maupun
usaha, maka dari itu penggunaan fasilitas transportasi publik tidak lepas dari
kegiatan masyarakat. Berbagai fasilitas transportasi umum dibangun untuk
memenuhi aktifitas masyarakat dan juga sebagai bentuk usaha pengurangan
penggunaan kendaraan pribadi. Fasilitas transportasi yang dimiliki Kecamatan
Jatinangor yaitu :
1. Angkot 04 (Cileunyi – Sumedang)
2. Bus Damri
3. Pangkalan Bus Damri Jatinangor
4. Halte Trans Metro Pasundan Jatinangor Town Square
5. Halte Trans Metro Pasundan IPDN
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5

Gambar 5 Fasilitas Transportasi Kecamatan Jatinangor


3.7.3 Ruang Milik Jalan
Ruang Milik Jalan (RUMIJA) merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan
suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Ruang milik jalan diperuntukan bagian daerah manfaat jalan dan pelaksanaan
jalan maupun penambahan jalan lalu lintas dikemudian hari, serta kebutuhan
ruang untuk pengaman jalan. Untuk mengetahui Ruang Milik Jalan (RUMIJA)
pada Kecamatan Jatinangor dilakukan survei lapangan dengan menggunakan
titik sampel pengukuran Ruang Milik Jalan (RUMIJA). Untuk lebih jelasnya
bisa dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 6.
Tabel 12 Ruang Milik Jalan Kecamatan Jatinangor Tahun 2023
No. Nama Jalan Kelurahan Rumija
1 Jalan Raya Jatinangor Hergamanah 10 m
2 Jalan Raya Cirebon – Bandung Cibeusi 12 m
3 Jalan Kolonel Ahmad Syam Cikeruh 10 m
4 Jalan Cikuda Cileles 8m
6 Jalan Nanggeleng Cirahayu Cinta Mulya 31 m
7 Jalan Buah Dua Cipacing 6m
8 Jalan Jati Mukti Mangungarga Cisempur 9m
9 Jalan Letda lukito Jatiroke 5m
10 Jalan Cibungur Jatimukti 6m
11 Jalan Desa Mekargalih Mekargalih 4m
12 Jalan Caringin Sayang 7m
Sumber: Survei lapangan 2022

Gambar 6 Ruang Milik Jalan Kecamatan Jatinangor


3.7.4 Moda Transportasi
Moda Transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
alat angkut yang digunakan untuk berpindah tempat dari satu tempat ke tempat
lain. Moda transportasi ini memiliki beberapa jenis, yaitu ada moda transportasi
darat, moda transportasi laut dan moda transportasi udara. Dengan adanya jalan
penghubung Sumedang-Bandung atau Tol Cisundawu, jumlah volume kendaraan
per satu jam yang masuk ke Kabupaten Sumedang. Di Kecamatan Jatinangor
sendiri hanya terdapat moda transportasi darat. Untuk lebih jelasnya moda
transportasi darat di kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada tabel 13, tabel 14,
dan tabel 15.
Tabel 13 Moda Transportasi Kecamatan Jatinangor Tahun 2023

Moda Transportasi Fasilitas Fungsi Utama


Mobil dan kendaraan Garasi dan parkir Penyimpanan
lain kendaraan, akses
dengan pejalan kaki
Stasiun bahan bakar Reparasi dan
perawatan kendaraan
Bus dan Angkutan Terminal Pertemuan Bus antar
Kota kota dan Angkutan
kota
Halte Pertemuan dengan
akses pejalan kaki
Dan untuk trayek pada moda trasnportasi darat sendiri dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 14 Trayek Transportasi Kecamatan Jatinangor Tahun 2023

Trayek: Dari Terminal Bis Bis Damri Elang- Rute:


Leuwi Panjang Jatinangor
Rajawali-Garuda-Sudirman-
Soekarno Hatta-Cibiru. Lanjut
kendaraan lain (angkot / bus
menuju Jatinangor).
Bis Damri Elang- Rute:
Jatinangor (via Tol)
Rajawali-Garuda-Sudirman-
Soekarno Hatta- Terminal Bis
Leuwi Panjang-Soekarno
Hatta-Mohammad Toha-Tol
Purbaleunyi-Cileunyi-
Jatinangor
Trayek: Dari Kampus Bis Damri Dipati Ukur- Rute:
Unpad Jl. Dipati Ukur Jatinangor – Via tol
Dipati Ukur- Supratman-
Laswi- Pelajar Pejuang-BKR-
Mohammad Toha- Tol
Purbaleunyi- Cileunyi-
Jatinangor
Trayek: Bis Explore Cimahi- Rute: Cimahi – Baros – Akses
Jatinangor Tol Baros – Tol Purbaleunyi –
Dari Cimahi
Cileunyi – Raya Jatinangor –
Jatinangor
Tarif: Rp 8.000,-
Trayek : Angkot Cileunyi- Angkot Cileunyi-Sumedang,
Sumedang turun di depan gerbang lama
Dari Pintu Tol Cileunyi
Unpad.
Tarif: Rp 2.500,-
Trayek: Bis Bandung-Kuningan, Rute: Terminal Cicaheum-
Bandung-Cirebon, Jend. AH. Nasution-
Dari Terminal Bis
Bandung-Indramayu Ujungberung-Cibiru-
Cicaheum:
Cinunuk-Cileunyi-Jatinangor-
Sumedang-Kuningan/
Indramayu
Tarif: Rp 3.000
Angkutan Kota (Angkot): Rute: Terminal Cicaheum-
Cicaheum-Cileunyi Jend. AH. Nasution-Ujung
Berung-Cibiru-Cinunuk-
Terminal Cileunyi,
dilanjutkan dengan Angkot
Jurusan Cileunyi-Sumedang,
turun di depan Kampus
Unpad.
Tarif: Rp 5.000 + Rp 2.000 =
Rp 7.000
Trayek: Bis Damri Dipati Ukur- Rute: Dipati Ukur-
Jatinangor (Via tol) Supratman- Laswi- Pelajar
Dari Kampus Unpad Jl.
Pejuang-BKR-Mohammad
Dipati Ukur:
Toha- Tol Purbaleunyi-
Cileunyi- Jatinangor
Tarif : Rp 4.500 (AC), Rp
3.500 (Ekonomi/Non AC)
Trayek: Bis Damri Kebon Kelapa – Rute: Kebon Kelapa-Pungkur-
Tanjung Sari Moh. Ramdan-Karapitan-
Dari Terminal Angkot
Lauk Mas-Buah Batu-
Kebon Kelapa:
Banteng-Gajah-Buah Batu-By
Pass Sukarno Hatta-Cibiru-
Cileunyi–Jatinangor
Tarif: Rp 5.000 (AC), Rp
2.000 (Ekonomi/Non AC)
Trayek: Angkot Angkutan Kota (angkot)
St.Hall – Gedebage turun di
Dari Stasiun Kereta Api
By Pass (Jl. Soekarno Hatta).
Kebon Kawung:
Bis Damri Kelapa – Bis Damri Kebon Kelapa-
tanjung sari Tanjung Sari atau Bis Damri
Elang-Jatinangor turun di
Jatinangor. Atau, naik angkot
Elang-Cicadas hingga ke Jln.
Elang, lanjutkan dengan Bis
Damri Elang-Jatinangor
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Sumedang

Tabel 15 Jumlah Kendaraan Masuk dan Keluar Kecamatan Jatinangor


Tahun 2023
Jenis Transportasi Jumlah Kendaraan Masuk Jumlah Kendaraan Keluar
Bus 34 97
Mobil 715 667
Motor 1818 1654
Truk Barang 107 123

3.7.5 Titik Rawan Kemacetan


Titik Rawan Kemacetan adalah suatu titik di daerah yang memiliki volume
kendaraan melebihi dari kapasitas yang ada. Adanya kemacetan di Kecamatan
Jatinangor akan sangat menganggu lancarnya lalu lintas kendaraan yang akan
menganggu kelancaran pergerakan ekonomi, manusia, dan barang. Adapun hasil
pengamatan langsung aktivitas ruas jalan didapatkan titik rawan kemacetan, dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Titik Rawan Kemacetan
No Nama Jalan Titik Rawan Kemacetan
1. Jl. Raya Jatinangor Toserba Griya Jatinangor
2. Jl. Raya Jatinangor Jatinangor Town Square
3. Jl. Raya Bandung - Sumedang Pertigaan Universitas Padjajaran
4. Jl. Nanggeleng - Cirahayu PT Kahatex
5. Jl. Hergamanah Pintu Masuk Universitas Padjajaran
6. Jl. Karatas Pasar Universitas Padjajaran
7. Jl. Raya Cirebon - Bandung IPDN
Sumber: Hasil Survey Lapangan Studio Kota 2023
BAB IV

ANALISIS

4.1 Analisis Kondisi Fisik


4.1.1 Topografi
Wilayah Jatinangor secara topografi merupakan daerah perbukitan dengan
ketinggian antara 400 - 1000 m di atas permukaan laut. Jatinangor merupakan
wilayah yang umumnya membentuk medan bergelombang dan berbukit.
Sedangkan keadaan topografi Wilayah Jatinangor yang relatif Bergelombang ini
memiliki kemiringan lahan antara 15-25%. Untuk lebih jelasnya mengenai
topografi di Kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada peta topografi yang
disajikan dalam peta.
4.1.2 Jenis Tanah
Jenis tanah yang bervariatif menjadi salah satu faktor penentu pola
pemanfaatan lahan yang sesuai di Kecamatan Jatinangor. Kecamatan Jatinangor
memiliki Tanah latosol, tanah andosol, tanah vulkanik, dan tanah regosol. Tanah
latosol merupakan jenis tanah yang penyebarannya paling luas di Kecamatan
Jatinangor, dan tergolong kepada jenis tanah lateritik, Tanah lateritik adalah jenis
tanah yang terbentuk melalui proses pelapukan batuan yang intensif, Tanah ini
kaya akan oksida besi dan aluminium serta memiliki kandungan mineral lempung
yang tinggi. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis tanah di Kecamatan Jatinangor
dilihat pada peta jenis tanah yang disajikan pada peta.
4.1.3 Hidrologi
Kecamatan Jatinangor dilewati oleh sungai Cikeruh, sungai Cibeusi, sungai
Cicaringin, sungai Cileles, dan sungau Cikeuyeup. Sungai cikeruh merupakan
sungai utama yang melintasi Kecamatan Jatinangor. Sungai ini bermuara ke
Sungai Citarum dan memiliki peran penting dalam aliran air permukaan di
wilayah tersebut. Sedangkan Sungai cibeusi juga melewati Kecamatan Jatinangor.
Sungai ini merupakan anak sungai dari Sungai Citarum dan memberikan
kontribusi dalam sistem drainase. Untuk lebih jelasnya mengenai hidrologi di
Kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada Gambar.
4.2 Analisa Demografi

4.2.1 Perkembangan Penduduk


Perkembangan penduduk Kecamatan Jatinangor dalam kurun waktu 10
tahun terbilang menurun. Penurunan jumlah penduduk terus terjadi dan puncak
penurunan penduduk ini terjadi pada tahun 2019-2021, dimana penduduk
Kecamatan Jatinnangor pada tahun 2018 mencapai 114.509 jiwa dan menurun di
tahun 2019 hingga mencapai angka 92.346 jiwa. Artinya penduduk Kecamatan
Jatinnagor pada kurun wakrtu satu tahun di tahun 2018/2019 menurun hingga
22.163 jiwa. Untuk perkembangan penduduk Kecamatan Jatinangor 2011-2021
dapat dilihat pada Tabe 17l.

Tabel 17 Perkembangan Penduduk Kecamatan Jatinnagor 2011-2021


N Jumlah Penduduk (Jiwa)
Desa
o 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
16.16 14.32 15.16 15.37
1. Cipacing 16.597 16.778 17.000 17.398 14.997
2 1 17.354 17.594 9 2
2. Sayang 9.654 9.914 8.876 9.518 9.522 9.568 9.487 9.470 8.533 9.146 8.469
3. Mekargalih 7.820 8.030 7.200 7.883 7.931 8.017 7.992 8.022 6.405 6.523 6.325
4. Cinta Mulya 8.927 9.168 7.149 8.263 8.139 8.102 8.041 7.940 6.640 7.563 6.580
5. Cisempur 7.895 8.107 8.030 8.291 8.424 8.585 8.669 8.792 8.341 8.326 8.262
6. Jatimukti 5.371 5.460 5.249 5.301 5.318 5.351 5.332 5.338 5.281 5.691 5.222
7. Jatiroke 5.723 5.877 6.446 5.791 5.832 5.901 5.885 5.911 6.332 6.170 6.249
15.05
8. Hegarmanah 15.461 9.914 16.197 16.554 17.724 17.213 17.555 9.777 9.904 9.665
5
13.57
9. Cikeruh 13.961 9.865 14.172 14.378 14.997 14.759 14.947 8.007 8.816 7.918
5
10 10.26 10.80
Cibeusi 10.542 9.432 9.274 9.724 8.957 8.793 5.852 9.099 5.808
. 5 9
11
Cileles 5.569 5.719 6.014 5.516 5.524 5.553 5.515 5.511 6.466 6.185 6.395
.
12
Cilayung 4.902 5.034 4.929 4.744 4.725 4.719 4.665 4.636 5.543 5.239 5.501
.
110.9 113.87 98.80 111.88 112.62 115.59 113.91 114.50 92.34 98.03
TOTAL 91.391
1 0 2 6 1 5 3 9 6 4

Sumber: Bps Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2012-2022

Perkembangan penduduk di terbilang cukup pesat, walaupun jumlah


penduduk yang menurun dari tahun 2012-2022 namun Kecamatan Jatinangor
menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi kedua di Kabupaten
Sumedang setelah Kecamatan Sumedang Utara.

4.2.2 Proyeksi Penduduk


Untuk mengetahui perkembangan penduduk Kecamatan Jatinangor 20
tahun mendatang maka dilakukan perhitungan proyeksi penduduk. Proyeksi
penduduk dihitung menggunakan metode aritmatika dengan menggunakan rasio
yang didapat dari laju pertumbuhan Kecamatan Jatinangor yang sebelumnya telah
dihitung. Untuk mengetahi proyeksi penduduk Kecamatan Jatinangor 20 tahun
mendatang maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebeagai
berikut.

Pn=Po(1+rn)

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan menggunakan rumus tersebut


maka dihasilkan proyeksi penduduk Kecamatan Jatinangor 20 tahun kedepan,
yaitu jumlah penduduk Kecamatan Jatinangor di setiap desa pada tahun 2031 dan
2041. Hasil perhitungan proyeksi penduduk Kecamatan Jatinnagor 20 tahun
kedepan dapat dilihat pada Tabel 18 dan Grafik 1 berikut.
Tabel 18 Proyeksi Penduduk Kecamatan Jatinangor 20 Tahun
Kedepan
Jumlah penduduk
No Desa r(%) 2031 2041
2011 2021
1. Cipacing 16.162 14.997 -0,007 13.980 13.031
2. Sayang 9.654 8.469 -0,012 7.506 6.652
3. Mekargalih 7.820 6.325 -0,019 5.221 4.310
4. Cinta Mulya 8.927 6.580 -0,026 5.056 3.885
5. Cisempur 7.895 8.262 0,005 8.685 9.129
6. Jatimukti 5.371 5.222 -0,003 5.067 4.917
7. Jatiroke 5.723 6.249 0,009 6.835 7.475
8. Hegarmanah 15.055 9.665 -0,036 6.698 4.642
9. Cikeruh 13.575 7.918 -0,042 5.155 3.357
10 Cibeusi 10.265 5.808 -0,043 3.742 2.411
.
11
Cileles 5.569 6.395
. 0,015 7.422 8.613
12
Cilayung 4.902 5.501
. 0,012 6.198 6.983
Total 110.918 91.391 -0,018 81.565 75.407
Sumber: Hasil Perhitungan Studio Kota 2023

Grafik Proyeksi Penduduk Kecamatan Jatinangor 20 Tahun Kedepan


140000

120000
f(x) = − 1826.69696969697 x + 116343.533333333
100000 R² = 0.312208000900098

80000

60000

40000

20000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sumber: Hasil Perhitungan Studio Kota 2023


Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk di atas, Kecamatan Jatinangor
pada tahun 2030-2040 akan terus mengalami penurunan penduduk. Hal tersebut
dikarenakan hasil perhitungan nilai r didapat angga minus. Nilai r yang minus
dihasilkan dari jumlah penduduk ditahun sebelumnya yang mengalami penurunan
yaitu pada tahun 2019-2021, penurunan penduduk di Kecamatan Jatinangor pada
tahun 2019-2021 dikarenakan adanya wabah penyakit Covid-19.
4.2.3 Kepadatan Penduduk
Menurut standar SNI-03-1733-2004 bahwa kepadatan penduduk
dikategorikan rendah yaitu < 150 jiwa / ha, untuk kepadatan sedang 151-200
jiwa / ha, dan untuk kategori 201 – 400 jiwa / ha. Untuk lebih jelasnya mengenai
klasifikasi kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Standar Kepadatan Penduduk Menurut SNI
Kepadatan (Jiwa/Ha) Klasifikasi
< 150 Rendah
151 – 200 Sedang
201 – 400 Tinggi
> 400 Sangat Tinggi
Sumber : SNI-03-1733-2004
Berdasarkan klasifikasi kepadatan pendudk diatas maka dilakukan analisis
kepadatan penduduk Kecamatan Jatinangor dengan perhitungan jumlah penduduk
dibagi dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk Kecamatan Jatinangor dapat
dilihat pada Tabel 20 dan Grafik.
Tabel 20 Kepadatan Penduduk Kecamatan Jatinangor 2022
kepadatan
Jumlah Luas
Desa penduduk
penduduk wilayah(ha)
(jiwa/ha)
Cipacing 14.997 171 88
Sayang 8.469 232 37
Mekargalih 6.325 176 36
Cinta Mulya 6.580 140 47
Cisempur 8.262 163 51
Jati mukti 5.222 190 27
Jatiroke 6.249 257 24
Hegarmanah 9.665 331 29
Cikeruh 7.918 148 54
Cibesi 5.808 187 31
Cileles 6.395 320 20
Cilayung 5.501 348 16
Sumber: Hasil Perhitungan Studio Kota 2023
Grafik Kepadatan Penduduk Kecamatan Jatinangor 2022
Jiwa/Ha
100 88
90
80
70
60 51 54
47
50 37
40 36 29 31
27 24 20
30 16
20
10
0
r i s
cin
g ng al
ih
ul
ya pu uk
ti ke na
h uh bes le ng
a a ya rg M m m ti ro a i ker Ci i le a yu
Ci
p S
ek
a a se ti Ja rm C C
Ci
l
nt Ci Ja ga
M Ci He

Sumber: Hasil Perhitungan Studio Kota 2023


Berdasarkan perhitungan kepadatan penduduk diatas dapat disimpulkan
bahwa Kecamatan Jatinangor masuk kedalam klasifikasi kepadatan penduduk
rendah, dimana kepadatan paling tinggi yang terdapat di Desa Cipacing hanya
mencapai 88 jiwa/ha. Berdasarkan SNI-03-1733-2004 kepadatan penduduk
dengan < 150 jiwa/ha terklasifikasi sebagai kepadatan penduduk rendah.

4.3 Analisis Penggunaan Lahan


Berdasarka data penggunaan lahan Kecamatan Jatinangor yang sebelumnya
telah disajikan pada BAB III sub bab 3.3.5 dan pada gambar peta penggunaan
lahan Kecamatan Jatinangor, dapat terlihat bahwa pada sepadan jalan arteri
terdapat permukiman, berdasarkan survei lapangan studio kota 2023 permuiman
di desa-desa yang dilewati oleh jalan arteri ini sudah terdapat beberapa
permukiman vertikal seperti apartemen.
Selain itu terdapat beberapa perdagangan dan jasa pada sepadan jalan arteri,
dimana berdasarkan survei lapangan studio kota 2023 perdagangan dan jasa yang
terdapat di sekitaran jalan arter tersebut cukup beragam dimual dari perhotelan,
pusat perbelanjaan, mal, ruko atau pertokoan, cafe dan restoran. Selain itu terdapat
pula area pendidikan yang cukup besar dimana areal pendidikan tersebut
merupakan perguruan tinggi yang meliputi UNPAD, IPDN, ITB dan IKOPIN.
Desa-desa yang dilewati oleh jalan arteri tersebut adalah Desa Sayang, Desa
Hegarmanah, Desa Cikeruh dan Desa Cibeusi.
Sementara itu untuk penggunaan lahan seperti industri berada di Desa Cinta
Mulya dan Desa Cipacing, terdaat pula tanaman campuran di Desa Jatiroke, Desa
Jatimukti dan Desa Cisempur dimana penggunaan tamanan campuran tersebut
perupakan kawasan lindung. Untuk pertanian dan perkebunan banyak menyebar
di Desa Hegarmanah, Desa Cileles dan Desa Cilayung. Kecamatan Jatinangor
juga memiliki lahan tegalan di Desa Cileles yang memiliki luah cukup besar. Lalu
terdapat pula lahan yang diperuntukan sebagai wisata dan rekreasi pada survei
lapangan studio kota 2023 untuk wisata dan rekreasi di Kecamatan Jatinangor ini
terdapat di Desa Cileles, Desa Sayang dan Desa cikeruh. Saat ini terdapat 2 objek
wisata yang ada di Kecamatan Jatinangor yang terdiri dari BGG (Bandung Giri
Gahana resort) dan Jatinangor park.

4.4 Analisis Kepadatan Bangunan


Perkembangan sebuah wilayah dapat terlihat dari perkembangan fisik
wilayah yang meliputi bertambahnya lahan terbangun baik perumahan, industri,
maupun fasilitas umum. Pemanfaatan informasi dari penginderaan jauh
merupakan solusi untuk memonitoring pemadatan bangunan karena bisa
dilakukan secara cepat, multi temporal, dan mencakup wilayah yang luas. Faktor
yang dipertimbangkan untuk menetapkan kepadatan bangunan adalah:
1. Faktor kesehatan, yang mencakup: (1) air bersih; (2) sanitasi dan
pembuangan limbah; (3) cahaya, sinar matahari, udara, dan ketenangan;
dan (4) ruang gerak dalam tempat tinggal.
2. Faktor social, yang mencakup: (1) ruang terbuka pribadi; (2) privasi; (3)
perlindungan; dan (4) fasilitas lingkungan.
3. Faktor teknis, yang mencakup: (1) resiko kebakaran; (2) ketersediaan
lahan untuk bangunan; (3) daya hubung; dan (4) kondisi tanah.
Pengembangan perumahan diklasifikasikan dengan perumahan kepadatan
tinggi, kepadatan sedang, dan kepadatan rendah. Kepadatan rumah yang tinggi
berbentuk rumah susun, flat, dan apartement. Kepadatan bangunan sedang yang
ideal tidak kurang dari 40 bangunan/Ha. Selanjutnya untuk klasifikasi kepadatan
bangunan dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Klasifikasi dan kepadatan bangunan Kecamatan Jatinangor
Klasifikasi Kepadatan Bangunan

Sangat Rendah < 10 bangunan/ha


Rendah 11 – 40 bangunan/ha

Sedang 41 – 60 bangunan/ha

Tinggi 61 – 80 bangunan/ha

Sangat Tinggi > 80 bangunan/ha

Sumber: Keputusan Menteri PU No. 378/KPTS/1987, Lampiran No. 22.


Adapun untuk mengetahui kepadatan bangunan di Kecamatan Jatinangor
dilakukanlah perhitungan kepadatan penduduk, perhitungan kepadatan penduduk
memerlukan data jumlah bangunan dan data luas wilayah, tentunya data tersebut
disajikan perdesa. Adapun rumus perhitungan kepadatan penduduk sebagai
berikut:

Jumlah bangunan
Kepadatan bangunan=
Luas wilayah

Tabel 26 Kepadatan Bangunan Kecamatan Jatinangor


Jumlah Luas wilayah Kepadatan bangunan
No Desa
Bangunan (Ha) (Ha)
1 Cipacing 4546 179 25
2 Sayang 3039 232 13
3 Mekargalih 1722 120 14
4 Cintamulya 2131 134 16
5 Cisempur 2769 160 17
6 Jatimukti 1814 190 10
7 Jatiroke 1892 209 9
8 Hegarmanah 4354 331 13
9 Cikeruh 2769 213 13
10 Cibeusi 2783 184 15
11 Cileles 2421 320 8
12 Cilayung 1962 348 6
Jumlah 32202 2620 12

Sumber: Hasil perhitungan Studio Kota 2023


Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat desa yang memiliki kepadatan
tertinggi adalah Desa Cipacing, dengan jumlah bangunan yaitu 4.546 bangunan,
dengan kepadatan bangunan mencapai 25 bangunan/ha. Sedangkan untuk desa
yang memiliki kepadatan bangunan terendah di Kecamatan Jatinangor adalah
Desa Cilayung dengan jumlah bangunan 1.962 unit dan memiliki kepadatan
bangunan sebesar 6 bangunan/ha. Untuk kecamatan Jatinangor sendiri memiliki
kepadatan bangunan sebesar 12 bangunan bangunan/ha dengan jumlah bangunan
yaitu 32.202 unit, sehingga Kecamatan Jatinangor berada pada klasifikasi
kepaadatan bangunan rendah. Kepadatan bangunan Kecamatan Jatinangor dapat
dilihat pada gambar.
4.5 Analisis Kemampuan Lahan
Pengunaan lahan berkaitan dengan fungsi atau manfaat dari digunakannya
lahan oleh masyarakat dan dapat didefinisikan sebagai ruang aktivitas bagi
manusia. Berkaitan dengan perkembangan struktur fisik kota disebabkan
meningkatnya kebutuhan yang mampu menopang perkembangan penduduk,
sehingga pada akhirnya akan menuntut untuk dilakukannya perluasan dan
intensifikasi ruang kota dalam bentuk penggunaan lahan. Penggunaan lahan
Permukiman dan Persawahan mendominasi penggunaan lahan yang ada di
Kecamatan Jatinangor, sebagian wilayah merupakan,rumah dan perkarangan yang
luasnya mencapai 1.271 ha,penggunaan lahan sawah 371 ha,hutan 34 ha,ladang
646 ha,dan penggunaan lainnya 134 ha.
Berdasarkan peta penggunaan lahan yang sebelumnya telah dilampirkan
pada Bab III, masih terdapat beberapa keluruhan yang begitu potensial untuk
dikembangkan. Beberapa lahan yang ada di Kecamatan Jatinangor juga
diperuntukan untuk zona kegiatan manusia non-alami seperti industri dengan luas
lahan 150 hektar. Dengan berbagai keragaman pada pengunaan lahan di
Kecamatan Jatinangor, memungkinkan ruang aktivitas masyarakat menjadi lebih
terpadu dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Untuk lahan yang
dapat dikembangkan adalah lahan pengembangan atau tanah yang belum
dibangun yang bisa dikonversi Untuk tujuan kegiatan budidaya, dapat dibuat
ruang hijau , ataupun dibangun untuk peruntukkan infrastruktur, industri,
perdagangan dan layanan. Lahan tidak terbangun biasanya beralih fungsi menjadi
lahan pemukiman dan infrastrukturnya, atau industri. Pada saat yang sama, bentuk
aktivitas komersial perkotaan adalah Industri perdagangan dan jasa sering berubah
karena penggunaan lahan perumahan atau lahan terbangun lainnya Kemudian
penggunaan lahan di Kecamatan Jatinangor non terbangun dan terbangun memilki
tingkat perbedaan yang cukup jauh, hal ini dikarenkan karena masih banykanya
pembangunan yang bergerak secara sporadic di berbagai lokasi. Untuk lebih
jelasnya mengenai penggunaan lahan di Kecamatan Jatinangor dapat dlihat pada
Tabe 2l berikit.
Tabel 21 Penggunaan Lahan di Kecamatan Jatinangor
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Rumah dan Perkarangan 1.217 ha
2 Sawah 371 ha
3 Hutan 34 ha
4 Ladang 646 ha
5 Penggunaan lainnya 134 ha
6 Lahan Industri 150 hektar
Sumber:Profil Kecamatan Jatinangor
4.6 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan
4.4.1 Analisis Daya Dukung

Analisis daya dukung lahan merupakan salah satu analisis dalam


mendukung perencanaan pembangunan suatu wilayah atau daerah. Analisis daya
dukung lahan dibutuhkan untuk melihat dan memprediksi keseimbangan antara
kebutuhan manusia terhadap lahan dengan tingkat kebutuhan penduduk.
Kemampuan daya dukung lahan akan memberikan gambaran tingkat pemanfaatan
lahan terkait aktivitas kegiatan yang dilakukan di daerah atau wilayah tersebut.
Untuk melakukan analisis daya dukung diperlukan data berupa besaran luas lahan,
jumlah penduduk, dan standar atau kriteria kebutuhan lahan tiap penduduk.
Analisis ini menggunakan pendekatan tata ruang. Lahan yang akan dijadikan
wilayah perencanaan pembangunan harus terbebas dari bencana dan ancaman
geologi, serta memiliki ketersediaan air yang baik. Pendekatan tata ruang tersebut
berguna untuk mengidentifikasi daya dukung lahan yang terdiri dari wilayah
limitasi, wilayah kendala dan wilayah potensial. Pengertian dan kriteria dari
ketiga wilayah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wilayah limitasi merupakan wilayah dengan fisik dasarnya memiliki tingkat
kesesuaian lahan yang tidak layak untuk dikembangkan berdasarkan batasan-
batasan fisik wilayah.
2. Wilayah kendala atau bersyarat merupakan wilayah yang memerlukan
teknologi bagi pengembangan pembangunan dengan konsekuensi tambahan,
yakni memerlukan biaya tambahan dalam menanggulangi kendala tersebut.
3. Wilayah potensial/kawasan manfaat merupakan kawasan yang secara
lingkungan fisik dasarnya memiliki tingkat kesesuaian lahan yang akurat dan
dikembangkan.
Berikut ini merupakan proses analisis terhadap daya dukung permukiman dengan
menggunakan persamaan dan ketentuan berikut ini.

LPPm= LW − (LKL + LKRB)

Keterangan:
LW = Luas Wilayah (Ha)
LKL = Luas kawasan lindung (Ha)
LKRB = Luas kawasan rawan bencana (Ha)
Setelah luas lahan yang dapat dikembangkan untuk permukiman tersebut
diketahui dengan menggunakan rumus di atas, maka selanjutnya untuk
menganalisis daya dukung wilayah untuk permukiman dengan menghitung nilai
indeks dari wilayah potensial dengan memerhatikan kebutuhan standar ruang per
kapita yang ditentukan berdasarkan lokasi geografis serta jumlah penduduk tahun
terakhir. Menghitung nilai indeks bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari
wilayah potensial dalam menampung penduduk optimal. Penentuan standar
kebutuhan ruang per kapita yang dapat digunakan, serta rumus perhitungan nilai
indeks daya dukung dapat dilihat melalui dan Tabel.3 mengenai nilai Daya
Dukung Perumahan.
Daya Dukung Permukiman(DDPm)=

Keterangan: LPPM / jP
a
DDPm = Daya dukung permukiman
JP = Jumlah Penduduk (jiwa)
a = Koefisien luas kebutuhan ruang (Ha/Kapita), menurut
LPPm = Luas lahan yang layak untuk permukiman dengan kriteria lahan tidak
termasuk ke dalam kawasan lindung dan rawan bencana (Ha)
 Jika nilai DDPm > 1, artinya bahwa daya dukung permukiman tinggi, masih
mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun rumah) dalam
wilayah
 Jika nilai DDPm = 1, artinya bahwa daya dukung permukiman optimal, terjadi
keseimbangan antara penduduk yang bermukim (membangun rumah) dengan
luas wilayah yang ada.
 Jika nilai DDPm < 1, artinya bahwa daya dukung permukiman rendah, luas
wilayah yang ada tidak lagi mampu menampung penduduk untuk bermukim.
Tabel 22 Kapasitas Kebutuhan Ruang
Kebutuhan Ruang
No Lokasi Geografis
(Ha)
1 Zona Perdesaan 0.0133
2 Zona Pinggiran Kota 0.0080
3 Zona Perkotaan 0.0026
Lanjutan Tabel 22
Kebutuhan Ruang
No Lokasi Geografis
(Ha)
4 Zona Pusat Kota 0.0016
Zona Kota
5 0.0006
Metropolitan
Sumber: Permen No. 20/PRT/M/2007
Kapasitas kebutuhan ruang di kecamatan jatinangor sangat ditinggi dalam
zona Pedesaan hal ini sangat perlu menjadi bahan pertimbangan kedepannya
untuk kecamatan jatinangor.
Tabel 23 Nilai Daya Dukung
Jumlah Luas Lpp
Bencana(ha Lindung(ha Dpp
Desa pendudu wilayah(ha m
) ) m
k ) (ha)
Cipacing 14.997 171 0 0 171 1,4
Sayang 8.469 232 171 0 61 0.9
Mekargalih 6.325 176 70 0 106 2,0
Cinta 6.58 140 2,72 0 137 2,6
Mulya
Cisempur 8.262 163 0 101 62 0,9
Jati mukti 5.222 190 0,26 98 91 2,1
Jatiroke 6.249 257 142 103 12 0,2
Hegarmana 9.665 331 300 0 31 0,4
h
Cikeruh 7.918 148 108 0 40 0,6
Cibesi 5.808 187 5,70 0 181 3,9
Cileles 6.395 320 4,85 0 315 6,1
Cilayung 5.501 348 105 0 243 5,5
Sumber: data Demnas Kecamatan Jatinagor 2022
Berdasarkan hasil analis daya dukung perumahan di Kecamatan Jatinangor
diketahui bahwa Desa sayang, Desa Cipacing, Desa Mekargalih, Desa
Cintamulya, Desa Jatimukti, Desa cibesi, Desa Cileles, dan desa Cilayung
memiliki daya dukung permukiman tinggi.
4.4.2 Analisis Daya Tampung Permukiman

Kualitas lingkungan dapat terjaga dan terpelihara dengan baik apabila


manusia mengelola daya dukung pada batas antara minimum dan optimum. Daya
dukung lahan dihitung dari kebutuhan lahan per kapita. Daya dukung lahan dapat
diketahui melalui perhitungan daya tampung lahan. Nilai yang didapat dari hasil
perhitungan daya tampung dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui
kawasan mana saja yang berada pada kondisi ambang batas yang masih dapat
dimanfaatkan. Daya tampung lahan dihitung dengan menggunakan variabel
luasan fungsi lahan dibagi dengan jumlah penduduk eksisting. Dengan rumus
seperti di bawah ini, hasil perhitungan daya tampung dapat dilihat pada Tabel 24.

DT = DDPm x JP
Keterangan:
DT = Daya Tampung
DDPm = Daya Dukung Permukiman
JP = Jumlah Penduduk
Tabel 24 Perhitungan Daya TampungPermukiman
Sumber: Hasil Perhitungan Studio Kota 2023
Jumlah Luas Lppm
Desa Dppm Dt
penduduk wilayah(ha) (ha)
Cipacing 14.997 171 171 1,4 20.995
Sayang 8.469 232 61 0.9 7.622
Mekargalih 6.325 176 106 2,0 12.65
Cinta Mulya 6.58 140 137,28 2,6 17.108
Cisempur 8.262 163 62 0,9 7.435
Jati mukti 5.222 190 91,74 2,1 10.966
Jatiroke 6.249 257 12 0,2 1.249
Hegarmanah 9.665 331 31 0,4 3.866
Cikeruh 7.918 148 40 0,6 4.75
Cibesi 5.808 187 181,3 3,9 22.651
Cileles 6.395 320 315,15 6,1 39.009
Cilayung 5.501 348 243 5,5 30.255

Berdasarkan analisi data Daya tampung di kecamatan Jatinnagor terdapat


beberapa desa yang masih bisa menampung penduduk karena memiliki daya
dukung yang tinggi. Desa Cipacing, Desa Mekargalih, Desa Cinta Mulya, Desa
Jati Mukti, Desa Cibeusi, Desa Cileles dan Desa Cilayung menjadi desa dengan
daya dukung tinggi oleh karen aitu desa-desa tersebut mampu menampung
penduduk cukup besar.
4.7 Analisis Fasilitas
Kelengkapan fasilitas kota memiliki peran yang sangat besar dalam
mewujudkan koat kompak atau compact city. Konsep compact city menekankan
pada penggunaan lahan yang efisien, mobilitas yang berkelanjutan, dan
penciptaan lingkungan perkotaan yang berwawasan masa depan. Kelengkapan
fasilitas kota menjadi kunci dalam mewujudkan tujuan-tujuan ini dan
berkontribusi terhadap pembangunan kota yang berkelanjutan.
Compact city bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang ada.
Dengan menyediakan berbagai fasilitas kota dalam jarak yang dekat, kota dapat
menghindari perluasan yang tidak terkendali. Ini membantu melindungi lahan
hijau, pertanian, dan area alam lainnya dari konversi menjadi pemukiman atau
penggunaan yang kurang efisien. Kelengkapan fasilitas kota menciptakan
lingkungan yang memungkinkan berbagai jenis aktivitas untuk terjadi. Penduduk
dapat bekerja, bermain, berbelanja, dan menjalani kehidupan sehari-hari mereka
tanpa harus melakukan perjalanan panjang. Ini membantu menciptakan
lingkungan yang dinamis dan beragam. Oleh karena itu untuk mengetahui
seberapa memadainya fasilitas di Kecamatan Jatinangor dan untuk mengaitkan
kelengkapan fasilitas yang telah tersedia dengan konsep Compact City maka
dilakukan analsis fasilitas.

4.7.1 Analisis sarana Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia selain
pangan, tempat tinggal dan kesehatan. Manusia merupakan faktor kunci
keberhasilan dari suatu pembangunan. Untuk menciptakan manusia yang
berkualitas sehingga dibutuhkan kesehatan manusia yang prima sehingga dalam
hal ini diperlukan pembangunan pendidikan.
Fasilitas pendidikan yang memadai menjadi syarat mutlak yang harus
tersedia sarananya di kota, terjangkau dan mudah di akses oleh masyarakat.
Ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai, tentunya akan memudahkan
semua orang untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik dan terjamin
masa depannya.
Berdasarkan data fasilitas pendidikan Kecamatan Jatinagor yang
sebelumnya telah di sajikan pada BAB III sub bab 3.5.2 berdasarkan profil
kecamatan, Kecamatan Jatinangor memiliki fasilitas pendidikan PAUD sebanyak
56 dengan 32 PAUD Kober dan 24 PAUD TK/RA, 37 SD/SDS/MI/SDLB, 19
SMP,SMPS,MTs , 14 SMA/SMK.MA dan juga memiliki 5 Perguruan Tinggi.
Dalam sebuah compact city, fasilitas pendidikan seperti sekolah dan
universitas cenderung ditempatkan dengan strategis di dekat tempat tinggal atau
pusat-pusat kegiatan. Hal ini memudahkan akses bagi penduduk kota, karena jarak
yang lebih pendek antara rumah dan sekolah. Dengan begitu, mobilitas penduduk
dapat dikurangi, mengurangi kebutuhan akan transportasi pribadi dan mengurangi
kemacetan lalu lintas. Pada Kecamatan Jatinangor telah terdapat 4 kampus yang
cukup besar dengan letak yang berdekatan. Hal tersebut tentunya sangat
mendukung diterakpaknnya konsep compact city karena jarak dari perguruan-
perguruan tinggi tersebut cukup berdekatan mengingat perguruan tinggi
merupakan fasilitas pendidikan yang memiliki skala atau jangkauan yang luas.
Perguruan tinggi yang terdapat di Kecamatan Jatinangor dapat di lihat pada
gambar

(i) Institut Koperasi Indonesia (ii) Institut Teknologi Bandung


(iv) Institut Pemerintahan Dalam
(iii) Universitas Pandjajaran
Negri
Sumber: Survei Lapangan, 2023
Gambar Fasilitas Pendidikan Perguruan Tinggi Kecamatan Jatinangor
4.7.2 Analisis sarana Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia selain
pangan, tempat tinggal dan pendidikan karena manusia dalam keadaan sehat dapat
hidup, tumbuh dan berkarya lebih baik. Manusia merupakan faktor kunci
keberhasilan dari suatu pembangunan. Untuk menciptakan manusia yang
berkualitas sehingga dibutuhkan kesehatan manusia yang prima sehingga dalam
hal ini diperlukan pembangunan kesehatan.
Fasilitas kesehatan yang memadai menjadi syarat mutlak yang harus
tersedia sarananya di kota, terjangkau dan mudah di akses oleh masyarakat.
Ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai, tentunya akan memudahkan
semua orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan terjamin
kesehatannya.
Agar masyarakat mendapat kemudahan fasilitas dalam hal kesehatan, maka
perlu terwujudnya suatu fasilitas kesehatan yang memadai pada setiap Kota
semisal pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang ada di kota-kota lebih
ditingkatkan pelayanannya, tenaga medisnya, persediaan obat-obatan yang
lengkap dan peningkatan fasilitas kesehatan lainnya.
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan Kecamatan Jatinangor terbagi
menjadi dua wilayah yang dilaksanakan pada dua puskesmas yang berbeda yang
berada di Jatinangor dan Cisempur. Wilayah kerja Puskesmas Jatinangor terdiri
dari Desa Hegarmanah, Desa Cikeruh, Desa Sayang, Desa Cibeusi, Desa
Cipacing, Desa Cileles dan Desa Cilayung, selanjutnya wilayah kerja Puskesmas
Cisempur meliputi Desa Cisempur, Desa Cintamulya, Desa Jatimukti, Desa
Jatiroke dan Mekargalih. Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kecamatan Jatinagor
yaitu Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Apotek Toko Obat, Polindes, dan Posyandu.
Gambar 5 Dokumentasi Fasilitas Kesehatan Kecamatan Jatinangor
Sumber: Survei Lapangan, 2023

4.7.3 Analisis sarana perdagangan dan jasa


Perdagangan dan Jasa diartikan sebagai tatanan kegiatan yang terkait
dengan transaksi barang atau jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah
negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan jasa untuk memperoleh
imbalan atau kompensasi. Jasa adalah setiap layanan dan unjuk kerja berbentuk
pekerjaan atau hasil kerja yang dicapai, yang diperdagangkan oleh satu pihak ke
pihak lain dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku
usaha. Tujuan dari perdagangan dan jasa ini merupakan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan daya
saing dan lainnya.

Pengertian perdagangan mengacu pada pertukaran barang dan jasa.


Perdagangan juga berarti seperangkat keterampilan kerja. Mempelajari pengertian
perdagangan berarti melatih untuk pekerjaan tertentu. Konsep perdagangan
membentuk dasar peradaban modern. Fasilitas Perdagangan di kecamatan
Jatinangor tersebar ke seluruh desa di kecamatan Jatinangor, Jumlah fasilitas
perdagangan kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 9 Jumlah Fasilitas Perdagangan
Pusat
Desa/ Toko Pasar
Kios Warung Toko Pembel UMKM Gudang
Kelurahan Moderen Desa
anjaan
Cipacing 200 350 250 2 - - 91 1
Sayang 190 250 200 3 - 1 98 1
Mekargalih 100 165 215 2 - - 99 -
Cintamulya 180 250 190 1 - - 113 -
Cisempur 170 230 165 1 - - 11 -
Jatimukti 35 70 8 - - - 51 -
Jatiroke 170 230 200 - - - 279 -
Hegarmanah 150 200 175 5 - - 30 -
Cikeruh 170 220 280 3 - 1 111 -
Cibeusi 200 150 250 4 1 - 179 -
Cileles 150 130 200 - - - 76 1
Cilayung 150 100 50 2 - - 27 -
Jumlah 1.865 2.345 2.183 23 1 2 1.165 3
Sumber : Profil Kecamatan Jatinangor 2022

Berdasarkan Tabel diatas Perekonomian terbesar di Kecamatan Jatinangor


berada di desa Cipacing dengan jumlah fasilitas perdagangan sebanyak 900
fasilitas.

Adapun jumlah UMKM yang ada di Kecamatan Jatinangor yang terdaftar


di Nomor Induk Berusaha (NIB) sebanyak 1.165 UMKM, dengan jenis usaha
yang beragam mulai dari kelompok pengusaha makanan sampai dengan kelompok
usaha Kerajinan tangan lainnya dan tersebar diseluruh wilayah Kecamatan
Jatinangor.

Tabel 10 Jasa di kecamatan jatiangor

Bank umum Bank umum Koperasi/


Desa/Kelurahan
Pemerintah Swasta Simpan Pinjam
Cipacing 2 - 2
Sayang 1 - -
Mekargalih 5 3 -
Cintamulya - - -
Cisempur - - 1
Jatimukti - - -
Jatiroke - - -
Hegarmanah - - 2
Cikeruh 4 - -
Cibeusi 4 2 -
Cileles - - -
Cilayung - - -
Jumlah 16 5 5
Sumber : Profil Kecamatan Jatinnagor 2022

4.7.4 Analisis Fasilitas Peribadatan


Fasilitas peribadatan merupakan fasilitas yang menunjang kegiatan ibadah
masyarakat sesuai dengan keyakinan masing-masing. Masyarakat Kecamatan
Jatinagor umumnya memiliki agama yang mayoritasnya adalah agama islam,
namun ada juga masyarakat Kecamatan Jatinagor yang memeluk agama non-
islam.
Dalam upaya menunjang pelaksanaan peribadatan di Kecamatan Jatinangor,
terdapat sarana dan prasarana keagamaan dengan jumlah dan jenisnya dapat
terlihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 11.Saran Keagamaan Kecamatan Jatinangor
Jumalah sarana Keagamaan kecamatan
N Majeli
Desa Mesji Pontre TP Diniya Gerej Pur Wihar
o s
d n A h a a a
Ta’lim
1 Cipacing 16 1 7
2 Sayang 9 1 2
3 Mekargalih 8 - 3
4 Cintamulya 8 1 2
5 Cisempur 8 1 3
6 Jatimukti 6 - 4
7 Jatiroke 7 2 -
Hegarmana
8 8 - 1
h
9 Cikeruh 12 - 2
10 Cibeusi 9 1 2 2 1 1
11 Cileles 8 1 3
12 Cilayung 13 1 5
Jumlah 186 15 36 156 64 2 1 1
Sumber: Profil Kecamatan Jatinangor 2022
Dalam kecamatan Jatinangor, mayoritas penduduknya beragama Islam.
Namun, tidak semua penduduk di kecamatan tersebut beragama Islam, ada juga
yang non-Islam. Kecamatan Jatinangor terkenal dengan banyaknya mahasiswa
karena terdapat empat kampus di sana, yaitu IKOPIN, IPDN, ITB, dan UNPAD.
Mayoritas mahasiswa di keempat kampus tersebut juga beragama Islam.
Salah satu masjid di Jatinangor adalah Masjid Al-Muslimun yang terletak di
Perumahan IKOPIN RT.01/04, Desa Sayang, Jatinangor. Masjid ini dibangun
pada tahun 1988 dan termasuk dalam kategori Masjid Umum. Luas tanah Masjid
Al-Muslimun adalah 440 m2, sedangkan luas bangunannya mencapai 560 m2.
Tanah tempat masjid berdiri merupakan wakaf dari Yayasan IKOPIN, yang
merupakan civitas akademik kampus IKOPIN di Sumedang, Jawa Barat, bisa
dilihat melalui gambar.

Gambar Salahsatu Fasilitas Peribadatan Kecamatan Jatinangor

4.8 Analisis Utilitas


Compact city menekankan penggunaan lahan yang efisien dan
berkelanjutan. Untuk mencapai hal ini, penting untuk memiliki infrastruktur yang
mendukung kepadatan populasi dan aktivitas ekonomi di kota. Ini mencakup
jaringan jalan, jaringan transportasi umum, dan utilitas lainnya seperti listrik, air,
dan sanitasi. Utilitas yang memadai memungkinkan kota untuk memaksimalkan
penggunaan lahan yang ada tanpa perlu melakukan perluasan fisik yang
berlebihan.
Compact city berusaha mengurangi ketergantungan pada mobil pribadi dan
mendorong mobilitas berkelanjutan seperti berjalan kaki, bersepeda, dan
penggunaan transportasi umum. Untuk mencapai ini, diperlukan jaringan
transportasi yang baik, seperti jalur sepeda, trotoar yang nyaman, dan sistem
transportasi umum yang efisien dan juga, jaringan listrik yang andal dan
infrastruktur telekomunikasi yang kuat. Oleh sebab itu makan dilakukanlah
analisis utilitas di Kcematan Jatinangor untuk menyelaraskan kelengkapan
infrastruktur utilitas dengan konsep yang akan diterapkan yaitu Compact City.

4.8.1 Jaringan Jalan


Berdasarkan status jalan yang terdapat di Kecamatan Jatinangor terdiri dari
jalan arteri, jalan lokal, jalan desa, dan jalan lain yang ada dalam desanya itu
sendiri. Sebagian besar jalan di Kecamatan Jatinangor merupakan jalan desa dan
jalan lain yang menghubungkan beberapa desa. Ada juga Jalan arteri yang
menghubungkan Kabupaten Bandung kearah kabupaten sumedang.

Dilakukan pengerasan jalan di setiap desa dengan kondisi perkerasan jalan di


Kecamatan Jatinangor sebagian besar sudah di aspal, beton dan untuk di daerah
kampung-kampung sudah banyak yang dibuat pavin block guna kelancaran lalu
lintas yang berasal dari bantuan dana desa, dengan kondisi jalan yang baik
sehingga dapat dikatakan jalan memenuhi kondisi yang layak. Sementara
beberapa jalan dinilai buruk karena perkerasan jalannya masih menggunakan
kerikil dan bebatuan. Sehingga menyebabkan beberapa jalan yang ada di
Jatinangor berlubang dan mengalami kerusakan.

Jaringan jalan di Kecamatan Kemang berbentuk linier/radial yang bentuknya


lurus dan rumah atau pertokoan berada di sepanjang jalan. Namun banyak juga
jaringan jalan tersebut berbentuk horizontal khusunya untuk zona perumahan.
Kendaraan yang lewat di Kecamatan Jatinangor berupa kendaraan besar seperti
bis, truck angkut barang besar, dan kendaraan sedang seperti motor, mobil
pribadi.
4.8.2 Jaringan Listrik
Listrik dialirkan pada sebuah penghantar, yang merupakan elektron
dari atom ke atom. Dalam kehidupan sehari – hari energi listrik merupakan
sumber energi utama yang banyak dimanfaaatkan dan dibutuhkan oleh manusia.
Energi listrik merupakan salah satu faktor pendukung penting bagi kehidupan
manusia karena banyak sekali peralatan yang biasa menggunakan listrik sebagai
sumber energinya. Bagi kehidupan manusia, energi listrik dapat
menghasilkan sumber panas yang berguna bagi kelangsungan hidup.

Manfaat energi listrik bagi kehidupan manusia cukup beragam, dari


sumber penerangan hingga memenuhi kebutuhan aktivitas rumah tangga.
Kecamatan Jatinangor sudah mendapatkan pelayanan listrik yang merata. Jaringan
energi listrik di Kecamatan Jatinangor didistribusikan oleh PLN. Hal ini terlihat
dari adanya tiang-tiang listrik di sepanjang jalan yang kemudian dialirkan ke
rumah-rumah dan juga fasilitas-fasilitas yang ada. Berikut dokumentasi jaringan
listrik untuk menggambarkan kondisi jaringan listrik yang ada di Kecamatan
Jatinangor.

Gambar 6 Dokumentasi Jaringan Listrik Kecamatan Jatinangor

Sumber: Survei Lapangan, 2023


4.8.3 Jaringan Air Bersih
Air merupakan sumber daya alam paling penting di planet bumi sebab
menjadi esensi dari semua kehidupan. Hal tersebut salah satunya bisa dilihat dari
unsur air di bumi yang berjumlah dua pertiga dari permukaan bumi yang
merupakan air. Bahkan sekitar 60%-70% dari komponen tubuh manusia terdiri
dari air. Air bersih biasanya dimanfaatkan untuk minum, memasak, mencuci,
irigasi tanaman, dan lainnya. Ketersediaan air bersih penting untuk menunjang
hidup masyarakat. Air bersih sangat berperan dalam peningkatan kualitas hidup
hingga kesehatan. Bahkan keberadaan air bersih menjadi salah satu faktor yang
memberikan dampak sosial dan ekonomi.
Di Kecamatan Jatinangor sendiri untuk ketersediaan air bersih Saat ini
sudah terpenuhi oleh PDAM Tirta Medal Kabupaten Sumedang. Namum
beberapa rumah adapula yang menggunakan leding dengan meteran maupun
sumur bor tau pompa. Bahkan salah satu desa ada yang memanfaatkan air
pegunungan sebagai pasokan utama untuk memenuhi kebutuhan air bersih rumah
tangga yaitu Desa Cilayung khususnya RW 11. Air pegunungan tersebut berasal
dari mata air Gunung Manglayang dimana status lahan hutan tempat mata air
tersebut berada dan dikuasi oleh perhutani sebagai hutan lindung.
4.8.3 Persampahan
Kondisi penyediaan sarana dan aktivitas pembuangan sampah dari
Kecamatan Jatinangor yang selama ini dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup,
berjalanan tidak terlalu efektif. Selain pembuangan sampah ke Tempat
Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cibeureum di Kecamatan Cimalaka dinilai
tidak menyelesaikan masalah sampah, juga jarak tempuhya sangat jauh. Satu kali
pengangkutan sampah menggunakan truk, rata-rata bisa menghabiskan waktu 6
jam. Bahkan jika macet, bisa 7 sampai 8 jam.

Dari permasalahan tersebut Kecamatan Jatinangor, membuat sarana


pengolahan sampah sendiri di Desa Hegarmanah yaitu TPS Sauyunan. Sarana itu
sengaja dibuat, sehubungan masih banyak sampah rumah tangga yang berserakan
di lingkungan penduduk termasuk di pinggir jalan. Untuk menangani sampah,
Kecamatan Jatinangor sempat melaksanakan kegiatan GPRS (Gerakan Pungut
Rumput dan Sampah). Selain itu Adapula Instalasi Pengelohan Sampah Terpadu
milik ITB.
4.8.4 Drainase
Drainase ada Kecamatan Jatinangor sebagian sudah tersedia saluran
drainase, tipe drainase tertutup dan drainase terbuka. Untuk kondisi drainase
sebagian sudah tidak layak dan mengalami kerusakan sehingga menyebabkan
tidak berfungsinya drainase tersebut. Seperti drainase yang berada di pinggir Jalan
Nasional Ir. Soekarno yang berada didekat Kantor Desa Hegarmanah Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang. Drainase tersebut berfungsi sebagai saluran
irigasi yang menjadi penyangga para petani, namun terjadi pendangkalan yang
mengakibatkan air meluap ke jalan raya. Dalam hal ini perlunya kerjasama antara
masyarakat desa dan pemerintah setempat untuk memelihara saluran drainase agar
berfungsi dengan baik dan mengurangi terjadinya kerusakan yang mengakibatkan
genangan air dimana-mana. Berikut dokumentasi drainase untuk menggambarkan
kondisi drainase yang ada di Kecamatan Jatinangor.

Gambar 7 Dokumentasi Drainase Kecamatan Jatinangor

Sumber: Survei Lapangan, 2023

4.9 Analisis Aktivitas Masyarakat


Aktivitas masyarakat Kecamatan Jatinangor didominasi oleh kegiatan
perdagangan dan jasa.
1. Aktivitas Ekonomi
Penduduk Kecamatan Jatinangor memiliki aktivitas ekonomi yang
cukup beragam dengan dominasi sebagai buruh/karyawan dan wiraswasta.
Berikut adalah kegiatan perekonomian yang terdapat di Kecamaatan
Jatinangor:
 Perdagangan dan jasa
Aktivitas perdagangan dan jasa di Kecamatan Jatinangor sendiri
terkonsentrasi di Desa Sayang, Hegarmanah, Cikeruh dan Cibeusi.
Khususnya di Desa Cikeruh dan Desa Sayang dimana kedua desa
tersebut terdapat pusat perbelanjaan yaitu Jatos (Jatinangor Square) di
Desa Cikeruh dan Griya Jatinangor di Desa Sayang. Dimana tempat
tersebut memfasilitasi aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, seperti berbelanja.
 Pertanian
Aktivitas penduduk pada sektor pertanian di Kecamatan Jatinangor
semakin menurun. Hal ini diakibatkan karena meningkatnya jumlah
penduduk sehingga terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman. Mengesampingkan hal tersebut Kecamatan Jatinangor
masih memiliki lahan pertanian yang berada di Desa Cikeruh, Jatimukti,
Mekargalih dan Desa Sayang. Adapun aktivitas pertanian yang dilakukan
oleh masyarakat antara lain berkebun, memanen padi dan membajak
sawah.
 Kuliner
Keberadaan 4 perguruan tinggi yang berada di Kecamatan Jatinangor,
mendorong pertumbuhan ekonomi di bidang kuliner. Dari hasil survey
lapangan, ditemukan banyak tempat kuliner disekitaran kawasan kampus.
Banyaknya mahasiswa yang betrempat tinggal disekitara kampus juga
membuat pertumbuhan ekonomi pada bidang kuliner semakin pesat.
Pelaku usaha kuliner ini digeluti oleh masyarakat lokat dan konsumen
utamanya adalah mahasiswa.
 Wisata
Kegiatan wisata di Kecamatan Jatinangor juga menjadi salah satu
aktivitas masyarakat dimana terdapat beberapa objek wisata. Objek
wisata ini tersebar dibeberapa titik yang terletak di Desa Cileles,
Cilayung dan Jatiroke. Kegiatan wisata yang dilakukan antara lain
berkemah, mendaki gunung, betamasya dan piknik.

 Industri
Selain aktivitas perjas, pertanian, kuliner dan wisata terdapat juga
aktivitas industri, dimana aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan
industri antara lain kegiatan produksi, kegiatan pergudangan dan kegiatan
distribusi.

2. Aktivitas Sosial
Aktivitas sosial yang terdapat di Kecamatan Jatinangor tidak hanya
melibatkan masyarakat namun mahasiswa juga terlibat karena terdapat 4
kampus di Kecamatan Jatinangor yang memiliki banyak mahasiswa. Untuk
lebih jelasnya mengenai aktivitas sosial di Kecamatan Jatinangor sebagai
berikut:
 Aktivitas sosial di masyarakat
Aktivitas sosial yang biasa dilakukan oleh masyarakat antara lain kerja
bakti, meronda, peringatah hari kemerdekaan dan acara keagama.
 Aktivitas sosial di kampus
Aktivitas sosial di kampus yang dilakukan mahasiswa di Kecamatan
Jatinangor antara lain study grup, penggalangan dana, penyuluhan
terhadap masyarakat.
3. Aktivitas Seni Budaya
Pendduduk Kecamatan Jatinangor mayoritas merupakan penduduk
suku sunda, oleh karena itu kegiatan seni budaya yangdilakukan oleh
masyarakat menurapakan kegiatan suku sunda. Adapun kegiatan seni
budaya yang terdapat di Kecamatan Jatinangor antara lain:
 Aktivitas seni wayangan
Aktivitas yang dilakukan dalam kesenian wayang ini biasanya berupa
pertunjukan, kegiatan belajaar dan mengajar kesenian. Tempat yang
memfasilitasi akativitas tersebut yaitu Saung budaya di Desa
Hegarmanah.
 Aktivitas seni tari
Saung budaya di Desa Hegarmanah juga memfasilitasi masyarakat
dalam aktivitas budaya seni tari. Kegiatan seni tari yang dilakukan di
saung budaya antara lain yaitu pertunjukan dan kegiatan belajar
mengajar kesenian seni tari.
 Aktivitas budaya oray liong
Buaya oray liong merupakan kesenian sunda yang biasa dilakukan
oleh masyarakat Kecamatan Jatinangor. Budaya oray liong biasanya
ditampilkan dalam bentuk arak-arakan pada perayaan ulang tahun
Jatinangor.
4.10 Analisis Kelembagaan
Penggunaan dana desa setiap tahunnya di atur dalam peraturan Menteri
Desa, Transmigrasi dan Pembangunan Daerah Tertinggal. BUMDes diposisikan
sebagai salah satu kebijakan untuk mencapai NAWACITA pertama, ketiga,
kelima, dan ketujuh. Perwujudan NAWACITA melalui BUMDes meliputi:
pertama: BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk menghadirkan
institusi negara (Kementerian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara di desa, ketiga: BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan
membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi desa
yang bersifat kolektif, kelima: BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia di desa, dan ketujuh:
BUMDes merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi desa dengan
menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif desa.
BUMDes menurut Undang Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Sesuai dengan pasal 89 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, hasil usaha BUMDes dimanfaatkan untuk
pengembangan usaha, pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa dan
bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial dan kegiatan dana
bergulir yang ditetapkan dalam APBDes. Ini berarti dalam kegiatan BUMDes
tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan tetapi juga berorientasi untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tujuan pasal 89 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tersebut jauh dari harapan. Untuk saat
ini banyak BUMDes yang tidak beroperasi.
Keadaan ini serupa dengan BUMDes yang ada di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Jatinangor adalah
kecamatan yang masuk kawasan trategis nasional dan Provinsi Jawa Barat untuk
dijadikan kawasan pendidikan tinggi dimana pada kecamatan ini terdapat 4
Universitas besar yaitu Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Institut
Koperasi Indonesia (IKOPIN), Institut Teknologi bandung (ITB), dan Universitas
Padjajaran (UNPAD). Kecamatan ini memiliki potensi dari jumlah pendatang
yang bisa disebut mahasiswa yang jumlahnya puluhan ribu. Kecamatan Jatinangor
juga memiliki 12 Desa. Desa tersebut yaitu Hegarmanah, Cikeruh, Jatiroke,
Cilayung, Cileles, Cibeusi, Cipacing, Cintamulya, Cisempur, Sayang, dan
Mekargalih. Pada desa yang ada di Kecamatan Jatinangor, terdapat 8 BUMDes
yang masuk dalam kategori BUMDes rintisan. Dari 8 BUMDes ini, kebanyakan
beroperasi pada bidang pembuangan sampah sehingga modal hanya untuk biaya
operasional BUMDes sehari- hari dan belum ada BUMDes yang berkontribusi
untuk PADes. BUMDes juga belum mampu menggerakkan perekonomian
masyarakat di Jatinnagor. Seharusnya BUMDes mampu dan dapat lebih
berkembang melihat kondisi potensial yang di Kecamatan Jatinangor. Keadaan
tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu:
 BUMDes dibentuk tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku dimana
BUMDes ada karena keinginan dari kepala desa dan bukan hasil
musyawarah masyarakat sehingga pengurus BUMDes merangkap sebagai
aparat desa.
 BUMDes kekurangan modal. Banyak kepala desa yang tidak mau
memberikan penyertaan modal kepada BUMDes walaupun sudah
diterangkan dalam peraturan menteri desa, daerah tertinggal dan
transmigrasi terkait prioritas penggunaan dana desa.
 BUMDes terbentuk tidak disahkan melalui peraturan desa.
 Dukungan dari masyarakat sekitar dan kepala desa yang kurang untuk
kemajuan BUMDes.
 Sumber Daya Manusia pengelola BUMDes yang belum mumpuni dan
ahli.
Penguatan kelembagaan dimulai dari pemahaman tentang tujuan dan motivasi
pembentukan BUMDes dimana BUMDes dibentuk untuk meningkatkan
perekonomian desa, meningkatkan PADes, meningkatkan pegelolaan potensi desa
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menjadi tulang punggung pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi desa. Dari pemahaman tentang tujuan dan motivasi
terbentuknya BUMDes perlu dipahami prinsip-prinsip dasar BUMDes. Prinsip
dasar BUMDes yang harus diperhatikan adalah prinsip kearifan lokal/nilai-nilai
luhur, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan kemanfaatan sosial. Prinsip
ini diperhatikan untuk kokohnya BUMDes. Dengan memperhatikan prinsip
tersebut, perlu dilakukan pemetaan potensi dan pemilihan usaha yang dapat
dilakukan oleh BUMDes. Dari pemetaan potensi dan pemilihan usaha, harus
dirancang model bisnis dan menilai kelayakan usaha. Dari kelayakan usaha maka
sampai pada tata kelola BUMDesnya. Penguatan kapasitas SDM dilakukan
melalui tiga tahapan. Tahapan pertama adalah tahap menumbuhkan. Pada tahap
ini dilakukan beberapa langkah yaitu:

 Memetakan potensi dan memilih jenis usaha, menyusun AD/ART dan


menyusun struktur organisasi dan pemilihan SDM.
 Tahap menguatkan. Pada tahap ini harus dilakukan studi kelayakan
terhadap usaha dan rencana strategis menyusun rencana kerja dan
anggaran tahunan, penatausahaan dan pengelolaan aset, administrasi dan
pengelolaan personel, pencatatan pelaporan keuangan dan evaluasi kinerja
dan remunirasi.
 Tahap mengembangkan. Dalam tahap ini BUMDes harus berbadan hukum
dan kerjasama pihak ketiga dan aspek perpajakan pemasaran dan
kerajasama lintas BUMDes.

Sebagai sebuah badan usaha, seharusnya BUMDES mampu berfungsi untuk


meningkatkan PADes di samping fungsi utamanya yaitu bergerak di bidang
sosial. Kenyataan bahwa BUMDES banyak yang tidak berjalan setelah terbentuk
dikarenakan banyak faktor, seperti kemampuan manajerial yang terbatas,
keterbatasan jaringan dan pemasaran, dan sebagainya. BUMDes yang berada di
12 desa di Kecamatan Jatinangor terdapat 8 BUMDes yang bergerak hanya pada
usaha pembuangan sampah. Jenis usaha ini tidak menghasilkan keuntungan
karena tidak ada keuntungan yang diperoleh, semata-mata hanya untuk
membersihkan lingkungan dari sampah. Untuk itu, peran dari pemerintah
kabupaten dan provinsi perlu ditingkatkan agar potensi besar Kecamatan
Jatinangor yang dikenal sebagai kawasan pendidikan dapat dimanfaatkan untuk
kemajuan BUMDes dan desa itu sendiri.
Perkembangan pesat di wilayah Jatinangor juga memancing pertumbuhan
ekonomi di wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang pesat tersebut
dikarenakan adanya perguruan tinggi dan pabrik-pabrik yang mengundang
pendatang untuk beraktivitas di Jatinangor. Untuk memenuhi tingginya kebutuhan
dari pendatang dan warga masyarakat Jatinangor maka munculah usaha-usaha
kecil dan besar. Usaha-usaha tersebut di sisi lain juga mengundang bank-bank
yang notabene sebagai lembaga pemberi modal untuk beroperasi di Kecamatan
Jatinangor. Berbagai bank nasional telah ada saat ini seperti Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Bukopin, Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Mandiri,
Bank Tabungan Negara (BTN), Bank CIMB, Bank BJB, Bank Perkreditan Rakyat
BPR berada di Desa Cibeusi, serta Bank Pembangunan Daerah Jabar di Desa
Hegarmanah. Bank-bank tersebut pada umumnya berlokasi di sekitar wilayah
pendidikan, karena tingkat kebutuhan uang tunai yang lebih banyak di wilayah
tersebut. Selain itu juga letaknya cukup strategis karena berada di samping jalan
utama yang menghubungkan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Sumedang.
Seiring dengan berjalannya waktu keberadaan lembaga keuangan telah membantu
kemandirian pelaku usaha UMKM dalam menjalankan usahanya. Selain itu
meningkatnya perhatian lembaga keuangan bank/non bank terhadap
perkembangan UMKM tersebut dicirikan dengan semakin banyaknya program
bantuan/penyaluran kredit baik dari bank/non bank yang diberikan kepada pelaku
UMKM. Lembaga Keuangan Kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada Tabel.
Tabel Lembaga Keuangan Kecamatan Jatinangor
Bank Koperasi Bumdes
1. Bank Rakyat Indonesia 1. KUD Cikeruh 1. Bumdes
(BRI) 2. KPS Mitra Usaha Hegarmanah
2. Bank Negara Indonesia Cisempur 2. Bumdes Jatimukti
(BNI) 3. Koperasi Wanita Cikeruh 3. Bumdes Sayang
3. Bank Mandiri 4. Koperasi Guru Agama 4. Bumdes Cikeruh
4. Bank Tabungan Negara Cikeruh 5. Bumdes Cileles
(BTN) 5. Koperasi PKRI-PGRI 6. Bumdes Cilayung
5. Bank CIMB Cikeruh 7. Bumdes Cipacing
6. Bank Perkereditan Rakyat 6. Koperasi IKOPIN 8. Bumdes Cisempur
(BPR) 7. Koperasi Tekun Makmur 9. Bumdes Jatiroke
7. Bank Pembangunan 8. Koperasi Khatex 10. Bumdes Cibeusi
Daerah Jabar 9. Koperasi Jatinangor 11. Bumdes
8. Bank Bukopin Cintamulya
9. Bank BJB 12. Bumdes
10. Bank Syariah Indonesia Mekargalih
(BSI)

Sumber: Profil Kecamatan Jatinangor, 2023

4.11 Analisis Potensi Penggunaan Lahan Cmpuran


Analisis ini menjelaskan mengeni desa-desa di Kecamatan Jatinangor yang
memiliki potensi untuk dibuat mix-use. Berdasarkan hasil survey lapangan
terdapat beberaa desa yang memiliki potensi untuk diterapkannya penggunaan
lahan campura yaitu Desa Cibeusi, Desa Cikeruh, Desa Sayang dan Desa
Hegarmanah. Empat desa tersebut merupakan desa yang dilewati oleh jalan arteri
dan lokasinya cukup berdekatan. Desa-desa tersebut memiliki potensi untuk
diterapkan mix-use karena telah terdapat beragam fasilitas di desa-desa tersebut
seperti perdagangan dan jasa yang meliputi mall, pusat perbelanjaan, hotel,
pertokoan dan juga caffe.
Selain perdagangana dan jasa di desa-desa tersebut juga telah memiliki
hunian, khususnya hunian vertikal sepert apartemen dan juga terdapat 4 perguruan
tinggi seperti UNPAD, IPDN, ITB dan IKOPIN. Berikut rincian penggunaan
lahan di Desa Cibeusi, Desa Cikeruh, Desa Sayang dan Desa Hegarmanah.
a. Desa Cibeusi
Desa Cibeusi merupakan desa yang dilewati oleh jalan arteri yaitu Jl. Raya
Jatinangor dan merupakan salah satu desa yang didalamnya terdapat dua
perguruan tinggi yaitu Institusi Pendidikan Dalam Negri (IPDN) dan Institut
Managemen Koperasi Indonesia (IKOPIN). Selain itu, Desa Cibeusi juga
memiliki fasilitas apartemen yaitu Apartemen Easton dan memiliki fasilitas-
fasilitas perdangan dan jasa lainnya seperti bank, SPBU dan lainnya. Dua
perguruan tinggi yang terdapat pada desa ini cukup membantu dalam
pertumbuhan ekonomi desa menjadi cukup pesat. Terdapat banyak perdagangan
dan jasa di sekitaran perguruan tinggi yang menjadi daya tarik desa seperti cafe
dan restoran. Dimana daya tarik tersebut dapat memicu terjadinya mobilitas yang
cukup tinggi di desa ini. Potensi penggunaan lahan campuran pada desa Cibeusi
dapat dilihat pada gambar*.
Gambar Potensi Mixed-Use di Desa Cibeusi

(i) IKOPIN (ii) IPDN

(iii) Easton Apartement (IV) Bank


Sumber: Survei Lapangan, 2023
b. Desa Sayang
Desa sayang merupakan desa yang berada di anatara Desa Cibeusi dan Desa
Cikeruh, desa ini juga merupakan desa yang dilewati oleh jalan arteri yaitu
Jl.Raya Bandung-Sumedang. Terdapat satu perguruan tinggi yang berada di Desa
Sayang yaitu Institusi Teknologi Bandung (ITB) kampus Jatinangor. Pengaruh
ITB dalam kemajuan sektor ekonimi di Desa sayang juga cukup besar, karena ITB
sendiri merupakan salah satu universitas paling ternama yang ada di Indonesia.
Walaupun ITB Jatinangor bukan merupakan kampus pusat, namun fasilitas yang
dimiliki kampus ini cukup memadai untuk mengakomodir aktivitas
mahasiswanya.
Telah terdapat beberapa fasilitas perdagangan dan jasa di Desa Sayang yang
tumbuh disekitaran pergutuan tinggi seperti terdapatnya pusat perbelanjaan grosir
yaitu Griya Jatinangor yang menjadi salah satu pusat penyediaan barang
kebutuhan hidup masyarakat Kecamatan Jatinangor. Potensi peruntukan lahan
campuran di Desa Sayang dapat dilihat pada gambar*.
Gambar Potensi Mixed-Use di Desa Sayang

(i) Griya Jatinangor (ii) Kampus ITB Jatinangor


Sumber: Survei Lapangan, 2023
c. Desa Cikeruh
Desa cikeruh merupakan desa dengan bermacam perdagangan dan jasa di
mana terdapat pusat perbelanjaan Jatinanagor Town Square (JATOS). Jatos
merupakan satu-satunya mal perbelanjaan yang ada di Kecamatan Jatinangor,
keberadaan JATOS di Desa Cikeruh menjadi pusat perkembangan kegiatan
perdagangan dan jasa. Semakin berkembanganya perdagangan dan jasa di Desa
Cikeruh menjadi aspek pendukung kemajuan kondisi ekonomi Kecamatan
Jatinangor. Terdapatnya mal dan fasilitas perdagangan dan jasa dapat menunjang
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain terdapatnya maal
dan pertokoan terdapat pula hunian vertikal dan hotel di desa ini. Degan
ketersediaan fasilitas seperti itu membuat desa ini memiliki potensi untuk
dikemabangkan atau diterapkan mixed-use. Keberagaman guna lahan di Desa
Cikeruh dapat dilihat pada gambar*.
Gambar Potensi mixed-use di Desa Cikeruh
(i) J
a
ti
n
a
n
gor Town Square (ii) Pertokoan

(iv) Toko Buku


(iii) Apartemen pinewood
Sumber: Survei Lapangan, 2023
d. Desa Hegarmanah
Desa hegarmanah merupakan desa yang menjadi Ibu Kota Kecamatan dari
Kecamatan Jatinangor dan menjadi pusat pemerintahan. Ditetapkan sebagai ibu
kota kecamatan menjadikan desa ini memiliki fasilitas akomodasi yang memadai
dengan keberadaan beberapa Apartemen dan Hotel besar, Contohnya Skyland
Jatinangor, City Edge Jatinangor dan Tiba AT Jatinangor.
Desa ini juga merupakan desa yang dilewati oleh jalan arteri yaitu Jl. Raya
Bandung-Palimanan dan Jl. Raya Cirebon-Bandung, sehingga aksesibilitas dari
desa lain maupun menuju desa lain cukup mudah. Selain Aksesibilitasnya yang
mudah, Desa Hegarmanah juga menjadi lokasi dari salah satu Universitas ternama
yang ada di Indonesia, yaitu Universitas Padjajaran. Selain perguruan tinggi
terdapat pula fasilitas perdagangan dan jasa seperti restoran, cafe, hotel,
apartemen dan fasilitas pendudukng lainnya. Denga penggunaan lahan yang
cukup beragam menjadikan desa ini memiliki potensi untuk diterapkannya mixes-
use. Untuk lebih jelasnya mengensi beragam peruntukan lahan di Desa
Hegarmanah dapat di lihat pada gambar
Gambar Potensi Mixed-Use Desa Hegarmanah
(i) Universitas Padjajaran
(ii) Restoran Cepat saji

(iii) Hotel scarlett skyland


(iv) Cafe
Sumber: Survei Lapangan, 2023

4.12 Analisis Aksesibilitas


Secara fungsional jalan yang melintasi Kecamatan Jatinangor merupakan
jalan arteri yang menghubungkan antara Kabupaten Sumedang dengan Kabupaten
Bandung, dan jalan lokal yang menghubungkan antar desa yang terdapat di
Kecamatan Jatinangor. Jalan atreri tersebut melintasi desa yang berada di tengah
atau pusat dari Kecamatan Jatinangor yaitu meliputi Desa Cibeusi, Desa
Hegarmanah, Desa Sayang dan Desa Cikeruh. Jalan arteri yang melintasi 4 desa
tersebut menjadikan 4 desa ini memiliki potensi pemusatan kegiatan, karena jaan
arteri merupakan penghubung utama antara berbagai kawasan, termasuk daerah
perumahan, komersial, industri, dan perkotaan. Hal-hal tersebut dapat
memungkinkan mobilitas penduduk dan barang.
Jalan arteri yang melewati suatu desa dapat memberikan berbagai potensi
dan peluang bagi desa tersebut. Keberadaan jalan arteri dapat memiliki dampak
positif terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan infrastruktur desa. Jalan arteri
dapat membuka aksesibilitas dan peluang bisnis baru bagi desa-desa yang
dilintasinya. Desa tersebut dapat menjadi pusat perdagangan, perbelanjaan, dan
jasa bagi pengguna jalan yang melewati desa.
Namun dibalik dampak positif keberadaan jalan arteri terdapat pula dampak
degatif yang ditimbulkannya. Keberadaan jalan arteri dapat membawa tantangan.
Tantangan yang dimaksud sebagai berikut:
 Kemacetan dan Waktu Perjalanan
Kemacetan lalu lintas dan waktu perjalanan yang lebih lama adalah salah
satu tantangan utama yang dapat terjadi pada jalan arteri, terutama di daerah
dengan lalu lintas yang padat. Kemacetan dapat berdampak negatif pada
mobilitas, produktivitas, lingkungan, dan kualitas hidup pengguna jalan.
Pada dasarnya biasanya jalan arteri memiliki pengaruh pada pertumbuhan
ekonomi yang dapat memicu terjadinya aktivitas yang cukup tinggi.
Aktivitas yang tinggi tersebut dapat meningkatkan jumlah perjalanan,
menyebabkan kemacetan.
 Dampak lingkungan
Keberadaan jalan arteri yang melewati desa dapat memiliki dampak
lingkungan yang signifikan. Meskipun jalan arteri dapat membawa manfaat
ekonomi dan sosial, tetapi juga dapat menyebabkan perubahan lingkungan
dan potensi kerusakan. Lalu lintas kendaraan di jalan arteri dapat
menyebabkan peningkatan emisi polutan udara seperti karbon monoksida,
nitrogen dioksida, dan partikel-partikel halus. Polusi udara ini dapat
mengganggu kualitas udara dan berdampak negatif pada kesehatan
penduduk desa. Selain itu lalu lintas yang padat di jalan arteri dapat
menyebabkan polusi suara yang mengganggu lingkungan desa dan kualitas
hidup penduduk. Tingkat polusi suara yang tinggi dapat mengganggu tidur,
konsentrasi, dan kesejahteraan umum.
4.13 Analisis Fasilitas Transprtasi Publik
Berdasarkan data transportasi pada 3.7.2 terdapat dua jenis moda
transportasi publik di Kecamatan Jatinangor yaitu bus dan juga angkutan kota
(angkot). Untuk moda transportasi bus terdapat fasilitas pendukung seperti halte,
namun halte-halte ini tidak tersebar deiseluruh Kecamatan Jatinangor. Halte bus
hanya terdapat di 4 titik pada jalan arteri saja. Hal tersebut karena moda
trasnportasi bus yang terdapat di Kecamatan Jatinangor merupakan bus yang
trayeknya menuju kecamatan atau kota lain. Bus yang menghubungkan antar kota
dan hanya memiliki halte di jalan arteri atau jalan utama saja umumnya
merupakan bagian dari sistem transportasi bus antar.
Sedangkan untuk angkutan kota (angkot) yang tersedia di Kecamatan
Jatinangor sudah mencapai seluruh desa yang ada di Kecamatan Jatinangor.
Dimana angkutan unun ini bisa menghubungkan antar desa. Keberadaan angkutan
kota (angkot) ini juga bisa menjadi penghubung penumpang yang akan pergi ke
luar kota dan akan berpindah kendaraan ke bus.
4.14 Kesimpulan Analisis
Berdasarkan analisis-analisis yang telah dilakukan, mencangkup analisi
kondisi fisik, demografi, penggunaan lahan, kepadatan bangunan, kemampuan
laha, daya dukung dan daya tampung, analisis infrastruktur fasilitas dan utilitas,
aktivitas masyarakat, aksesibilitas dan trasnportasi publik makan dihasilkan desa
yang menjadi fokus penerapan rencana compact citu pada Kecamatan Jatinangor.
Desa yang menjadi fokus perencanaan compact city ini merupakan desa-
desa yang memiliki potensi penerapan mixed use dan memiliki potensi terjadinya
densitas dan juga intensitas, baik karena penggunaan lahan yang telah ada
memiliki potensi penggunaan campuran, dimana hal tersebut juga mendorong
terjadinya kepadatan dan keberagaman aktivitas masyarakat. Untuk desa yang
menjadi fokus perencanaan konsep compact city dapat dilihat pada gambar.
BAB V

KONSEP DAN ARAHAN PENGEMBANGAN COMPACT CITY

5.1 Dasar Dasar Pertimbangan


Compact city merupakan respon fisik masalah perkotaan, seperti
pemanfaatan lahan, sumber daya energi dan polusi udara, aksesibilitas, dan
segregasi sosial. Hal-hal tersebut sangat terkait dengan sustainability. Ide konsep
berkelanjutan merupakan istilah yang luas, yang memiliki banyak makna, namun
secara sederhana adalah keseimbangan antara masalah ekonomi dan lingkungan,
dengan tetap menjaga kualitas kehidupan sosial (Neuman, 2005). Penerapan kosep
ini berfokus pada itensifikasi perkoaan, membentuk batas pola peda
perkembangan perkotaan, memberdayakan lahan campuran atau Mixed-Use dan
juga berfokus pada kualitas trasnportasi publik. Keuntungan yang didapat dari
penerapan Compact City adalah konsumsi lahan yang lebih sedikit, baya
infrastruktur dan utilitas yang lebih murah dan juga memperkecil biaya perjalanan
yang dapat memproteksi polusi udara akibat penggunaan kendaraan.
Kecamatan Jatinangor merupakan salah satu kecamatan yang termasuk
kedalam wilayah strategis dan ditetapkan sebagai kawasan pendidikan nasional.
Selain itu Kecamatan Jatinangor berada dekat dengan kota metropoplitan bandung
raya sehingga pertumbuhan pembangunan berkembang pesat. Pada saat ini telah
terbangun jalan Tol Cisumdawu di Kecamatan Jatinangot. Dengan adanya jalan
tol tersebut dapat mendorong pesat terjadinya urbanisasi pada wilayah. Salah satu
dampak yang ada yaitu besarnya tingkat konsentrasi populasi. Kawasan
Kecamatan Jatinangor dianggap belum sesuai dalam konteks konsep tata ruang
kota, karena belum adanya integrasi yang kompak dalam menghadapi peningkatan
densitas (Kepadatan), intensitas, keberagaman aktivitas (diversitas), serta
memanfaatkan peruntukan lahan campuran (mixed-use) yang ada di Kecamatan
Jatinangor.
Penggunaan lahan campuran atau mixed-use adalah salah satu syarat untuk
mewujudkan kawasan menjadi kompak. Peruntukan lahan campuran dalam
konsep compact city bertujuan agar kawasan tersebut dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri, tanpa penghuni harus bepergian jauh atau menempuh jarak
yang cukup jauh untuk memenuhi kebutuhannya. Secara analisis sederhana
konsep compact city dinilai telah mengimplementasikan ide kota berkelanjutan,
yaitu:
1. Pemanfaatan lahan optimal, lahan tepi kota dipertahankan, kualitas
lingkungan terjaga, lahan pada kota dapat dioptimalkan untuk
perkembangan masa depan.
2. Secara sosial, mixed-use dan compactness dihubungkan dengan
perbedaan/percampuran komunitas, sangat terkait hubungan sosial dalam
satu area yang sama.
3. Ekonomi, pemusatan menyebabkan penghematan infrastruktur dan biaya
perjalanan. Disamping itu kepadatan populasi cukup untuk mendukung
bisnis dan perekonomian lokal.
Dalam konteks perkotaan, terdapat lima elemen yang menjadi acuan sustainability
(Neuman, 2005), yaitu:
1. Kapasitas yang mengacu pada daya dukung populasi yang besar, baik lahan
(space), makanan, air, dan lainnya
2. Kelayakan, terkait habitat ekologis, konservasi, dan hubungan mutualisme
antara populasi dan lingkungan
3. Ketahanan menyiratkan bagaimana kemampun adaptasi (penyesuaian)
antara kapasitas dan lingkungan melalui sebuah interaksi dalam menerima
sebuah perubahan misalnya ledakan urbanisasi dan pergerakan kota
4. Keberagaman mengacu pada keberagaman dan variasi dari anggota yang
ikut andil dalam komunitas, baik adaptasi maupun hubungan baiknya hidup
dalam area yang sama
5. Keseimbangan terkait menyetarakan antara lingkungan alami dengan
pengembangan fisik (ekonomi), lebih kepada regulasi untuk melindungi
sistem ekologi dari pesatnya pengembangan fisik.

Terdapat beberapa beberapa faktor permasalahan di Kecamatan Jatinnagor yang


mendorong penerapan kosep Compact City di Kecamatan Jatinangor, faktor-
faktor tersebut anatara lain:
1. Tingginya Tingkat Urbanisasi
Kecamatan Jatinangor merupakan wilayah yang mengalami perubahan
fungsi lahan akibat adanya pemindahan aktivitas perguruan tinggi di
wilayah tersebut. Setelah adanya pemindahan aktivitas perguruan tinggi,
Kecamatan Jatinangor berubah menjadi permukiman dengan masyarakat
yang bekerja di bidang perdagangan dan jasa.
2. Tingginya Penggunaan Kendaraan Bermotor Pribadi
Tingginya urbanisasi menyebabkan tingginya permintaan akan kebutuhan
masyarakat yang ada di Kecamatan Jatinangor. Dengan permasalahan masih
minimnya ketersediaan fasilitas di beberapa desa yang membuat jarak antara
area hunian dan fasilitas publik tidak merata yang memicu terciptanya
peningkatan penggunaan kendaraan bermotor pribadi di wilayah Kecamatan
Jatinangor.
3. Tingkat konsentrasi populasi yang ada di Kecamatan Jatinangor khususnya
pada empat desa yang memiliki potensi penggunaan lahan campuran yaitu
Desa Cibeusi, Desa Cikeruh, Desa Sayang dan Desa Hegarmanah dimana
desa-desa tersebut tentunya memiliki daya tampung terbatas, hal tersebut
perlu direncanakan agar kualitas lingkungan tidak berkurang dikarenakan
seiring bertambahnya jumlah penduduk berimplikasi meningkatnya
permintaan akan ruang untuk menampung fungsi-fungsi baru khususnya
pada kegiatan pendidikan. Saat ini keberadaan perguruan tinggi sangat
berdampak pada kebutuhan hunian dimana para mahasiswa banyak
membutuhkan hunian. Dari kebutuhan hunian mahasiswa tersebut maka
tumbuhlah beberapa hunia baik hunian vertikal seperti apartemen maupun
hunian konvensional.
5.2 Tujuan dan Sasaran
5.2.1 Tujuan
Tujuan utama dari penerapan strategi Compact City adalah mengatasi
peningkatan kepadatan, intensitas, dan keberagaman aktivitas dengan
memanfaatkan lahan secara campuran (mixed-use) agar tercipta kawasan yang
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan. Selain itu, ada
pendekatan lain seperti meningkatkan aktivitas di suatu area untuk menciptakan
skala ekonomi yang baik dengan tujuan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan
dan sumber daya, sehingga kebutuhan lahan untuk pembangunan komersial
seperti perumahan dan gedung berkurang.
5.2.2 Sasaran
Sasaran penerapan Compact City berfokus pada integrasi aktivitas di suatu
kawasan. Berikut merupakan sasaran yang lebih rinci:
1. Integrasi Compact City harus memanfaatkan potensi yang ada di wilayah
tersebut.
2. Fokusnya tidak hanya pada satu jenis penggunaan atau fungsi lahan saja.
3. Menggantikan pembangunan komersial dengan sarana prasarana atau
fasilitas yang dapat secara objektif mengatasi permasalahan dan
menciptakan kawasan yang terintegrasi.
4. Menyediakan sarana, prasarana, dan utilitas pelayanan publik yang
mendukung strategi Compact City.
5. Mengurangi perubahan fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jatinangor.

5.3 Konsep Perencanaan


Compact City memiliki potensi untuk meningkatkan mobilitas yang
berdampak positif pada pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat. Namun,
jika penataan kota diabaikan dalam hal mobilitas, dapat berakibat pada perluasan
kesenjangan ekonomi yang lebih besar. Oleh karena itu, untuk menghadapi
tantangan ini, kami telah mengambil sejumlah langkah dalam penerapan konsep
Compact City yang dapat diadopsi dalam perencanaan pengembangan di
Kecamatan Jatinangor.
1. Pengembangan hunian vertikal guna mencegah terjadinya alihfungsi lahan
terutama pada lahan pertanian dan perkebunan dan juga lahan lindung
yang terdapat di Kecamatan Jatinangor menjadi lahan terbangun. Denagn
pengembangan hunian vertikal kota dapat mengurangi tekanan untuk
mengambil lahan baru dari wilayah pedesaan atau lingkungan alami. Hal
tersebut membantu dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan
mengurangi hilangnya habitat alami.
2. Membuat pengembangan transportasi publik dengan tujuan untuk
mengurangi jumlah kendaraan di jalan, dimana hal tersebut dapat
membantu mengurangi kemacetan lalu lintas. Dengan penggunaan
trasnportasi publik yang sifatnya dapat menampung lebih banyak
penumpang jika dibandingkan dengan kendaraan pribadi dapat
mengurangi emisi gas buang yang berkontribusi terhadap polusi udara dan
perubahan iklim. Hal tersebut memiliki dampak positif pada kualitas udara
dan lingkungan perkotaan.
3. Merencanakan penambahan jalan untuk asksesibilitas yang dapat
menghubungkan zona-zona yang akan dibuat. Penambahan jalan ini
berguna untuk pengurangan penggunaan kendaraan dimana masyarakan
akan lebih mudah mengakses zona-zona yang ada dengan cara berjalan
kaki.
4. Membuat kelengkapan pendestrian untuk memfasilitasi pergerakan
manusia dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan antar kawasan.

5.4 Rencana dan Arahan Pengembangan


Untuk Menerapkan konsep Compact City di Kecamatan Jatinangor, terdapat
beberapa desa yang menjadi fokus kami, yaitu Desa Sayang, Desa Hegarmanah,
Desa Cibeusi, dan Desa Cikeruh. Desa-desa tersebut menjadi fokus atau
konsenrasi dalam penerapan konsep Compact City karena memiliki karakteristik
yang sesuai untuk penerapan Compact City. Desa-desa tersebut memiliki potensi
dalam peruntukan lahan campuran (mixed-use) dan peningkatan densitas,
intensitas, keberagaman aktivitas (diversitas), sehingga terbentuk kawasan yang
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, peningkatan pencapaian (aksesibilitas)
dengan berjalan kaki dan bersepeda.

5.4.1 Rencana Pembagian Zona Peruntukan Lahan


Dalam membuat rencanan dan arahan pengembangan konsep Compact City
di Kecamatan Jatinangor, dibuatlah zona-zona peruntukan lahan yang beragam
dan memiliki fungsinya masing-masing. Pembuatan zona-zona tersebut dibuat
guna pengunaan lahan yang lebih terintegrasi sehingga kota dapat menghadapi
peningkatan densitas (Kepadatan), intensitas, keberagaman aktivitas (diversitas),
serta memanfaatkan peruntukan lahan campuran (mixed-use). Adapun zona-zona
peruntukan lahan yang dibuat di Kecamatan Jatinangor meliputi zona hunian,
zona perdagangan dan jasa, zona pendidikan, zona RTH, zona pertanian dan
perkebunan, zona pariwisata, zona lindung dan zona industri.

1. Zona Hunian
Dalam perencanaan pembuatan zona hunian di Kecamatan Jatinangor kami
membagi zona hunian menjadi 2 yautu zona hunian 1 dan zona hunian 2.
Zona hunian 1 merupakan zona hunian dengan kepadatan tinggi sedangkan
zona hunian 2 merupakan zona hunian dengan kepadatan rendah.
 Zona Hunian 1 (Berkepadatan Tinggi)
Zona hunian ini diterakpan pada empat desa yang ada di Kecamatan
Jatinangor yaitu Desa Cibeusi, Desa Sayang, Desa Cikeruh dan Desa
Hegarmanah. Penerapan zona hunia 1 pada lokasi tersebut dikarenakan
desa-desa tersebut dilewati oleh jalan utama yaitu jalan arteri dan telah
terdapat beberapa hunian vertikal seperti apartemen selain itu desa-desa
tersebut memiliki potensi peningkatan densitas dan intensitas. Pada
zona ini kami memfokuskan pembangunan hunian vetikal dimana
didalamnya sudah termasuk RTH dengan luas minimum 40% dari luas
lahan keseluruhan. RTH yang tersedia pada hunian vertikal bisa
diaplikasikan pada dinding, kolom, pagar dan rooftop.
 Zona Hunian 2 (Berkepadatan Rendah)
Zona hunian ini diterapkan pada setiap desa terkecuali empat desa yang
telah diterapkan zona hunian 1. Zona hunian 2 ini kami fokuskan untuk
hunian konfensional, dimana zona ini diterpkan pada Desa Cipacing,
Desa Mekargalih, Desa Cinta Mulya, Desa Cisempur, Desa Jti Mukti,
Desa Jatiroke, Desa Cileles dan Desa Cilayung.
2. Zona Perdagangan dan Jasa
Perencanaan pembuatan zona perdagangan da jasa ini kami buat di 4 desa
yang memiliki potensi peningkatan densitas dan intensitas yaitu Desa
Cibeusi, Desa Sayang, Desa Cikeruh dan Desa Hegarmanah. Pada zona ini
terbagi menjadi beberapa jenis fasilitas diantaranya hotel, ruko, pusat
perbelanjaan atau mall, café, restoran dan penyediaan jasa lainnya.
3. Zona Pendidikan
Zona pendidikan kami tempatkan pada 4 desa yang sama dengan zona
perdagangan jasa dan zona hunian 1. Zona pendidikan yang kami buat
mengikuti fasilitas pendidikan yang telah tersedia pada desa-desa tersebut
yaitu fasililtas pendidikan berupa perguruan tinggi meliputi IPDN,
UNPAD, ITB dan IKOPIN.
4. Zona RTH
Zona RTH yang terdapat di Kecamatan Jatinangor ditempatkan pada Desa
Ciebeusi. Penempatan zona RTH berdasarkan penggunaan lahan RTH
yang telah ada di Kecamatan Jatinangor tepatnya di Desa Cibeusi dimana
terdapat tegalan yang cukup luas.
5. Zona Pertanian dan Perkebunan
Zona pertanian dan perkebunan pada Kecamatan Jatinangor diterapkan
pada beberapa desa antaranya Desa Cilayung, Desa Cileles, Desa
Hegarmanah, Desa Jatimukti, Desa Mekargalih, Desa Cikeruh, Desa
Sayang dan Desa Cipacing. Perencanaan zona pertanian dan perkebunan
pada lokasi-lokasi tersebut sesuai dengan penggunaan lahan pertanian dan
perkebunana saat ini. Perencanaan pembuatan zona pertanian diluat zona
yang kami konsepkan Compact yaitu Desa Cibeusi, Desa Sayang, Desa
Cikeruh dan Desa Hegarmanah. Pembuatan zona pertanian dan
perkebunana di Kecamatan Jatinangor dibuat diluat desa yang
dikonsepkan Compact dengan tujuan untuk menghindari alih fungsi lahan
dari pertanian dan perkebunan menjadi lahan terbangun.
6. Zona Pariwisata
Zona pariwisata di Kecamtan Jatinangor terdapat pada 3 desa, yaitu Desa
Cileles, Desa Sayang dan Desa cikeruh. Saat ini terdapat 2 objek wisata
yang ada di Kecamatan Jatinangor yang terdiri dari BGG (Bandung Giri
Gahana resort) dan Jatinangor park.
7. Zona Lindung
Zona linding yang direncanakan berada di 3 desa yang memang memiliki
kawasan lindung yaitu Desa Cisempur, Desa Jatiroke dan Desa Jatimukti.
Zona lindung ini dibuat diluar desa yang menjadi fokus Compact City, hal
tersebut guna mencegah terjadiny alih fungsi lahan dari zona lindung
menjadi zona terbanguna.
8. Zona Industri
Zona industri ditempatkan pada 3 desa yaitu Desa Cisempur, Desa Cinta
Mulya dan Desa Cipacing. Penempatan zona industri ini cukup jauh dari
zona hunian 1 dengan tujuan agar aktivitas industri tidak mengganggu
aktivitas pada hunian.
Pembagian zona-zona yang dibuat tentunya didasari dari analisis daya dukung dan
juga daya tampung yang telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya mengenai
pembangian zona pada perencanaan Compact City dapat dilihat pada gambar dan
tabel
Tabel Luas Zona Peruntukan Lahan Kecamatan Jatinangor
Zona Penempatan Luas (ha)
Hunian 1 Desa Cibeusi, Desa 253,156
Sayang, Desa Cikeruh,
Desa Hegarmanah
Hunian 2 Desa Cipacing, Desa 502,233
Mekargalih, Desa Cinta
Mulya, Desa Cisempur,
Desa Jti Mukti, Desa
Jatiroke, Desa Cileles dan
Desa Cilayung
Perdagangan dan Jasa Desa Cibeusi, Desa 92,52
Sayang, Desa Cikeruh,
Desa Hegarmanah
Pendidikan Desa Cibeusi, Desa 186,557
Sayang, Desa Cikeruh,
Desa Hegarmanah
RTH Desa Cibeusi 115
Pertanian dan Perkebunan Desa Cilayung, Desa 639,569
Cileles, Desa Hegarmanah,
Desa Jatimukti, Desa
Mekargalih, Desa Cikeruh,
Desa Sayang dan Desa
Cipacing
Pariwisata Desa Cileles, Desa Sayang 122,28
dan Desa cikeruh
Lindung Desa Cisempur, Desa 2264,138
Jatiroke dan Desa
Jatimukti
Industri Desa Cisempur, Desa 212,562
Cinta Mulya dan Desa
Cipacing
Jumlah 2386,418s
Total Jalan Tol 355,862
Sumber: Hasil digitasi ArcGis zona Compact Citu Kecamatan Jatinangor 202
5.4.2 Rencana Penambahan Akses Jalan
Penambahan akses jalan yang direncanakan berada di desa yang menjadi
fokus perencanaan compact city yaitu Desa Cibeusi, Desa Sayang, Desa
Hegarmanah dan Desa Cikeruh. Rencana penembahan akses jalan tersebut guna
menghubungkan zona-zona peruntukan lahan di desa yang menjadi fokus compact
city, fungsi utamanya adalah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dimana
zona-zona tersebut dapat diakses dengan berjalan kaki dalam jarak yang tidak
terlalu jauh. Penambahan akses jalan ini mengharuskan alih fungsi lahan
permukiman untuk menjadi ruas jalan yang baru, untuk mengatasi masalah
penduduk yang huniannya teralih fungsikan maka akan dibuat revitalisasi ke
hunian vertikal. Untuk lebih jelasnya mengenai rencanan penambahan akses pada
zona perencanaan Compact City dapat dilihat pada gambar.

5.4.3 Rencana Penambahan Fasilitas Moda Transportasi Publik


Dalam perencanaan compact city, dalam rangka mengurangi kendaraan
pribadi diperlukan rencana penambahan moda transportasi publik yang
memumpuni dan dapat diandalkan oleh para penduduk sehingga penduduk dapat
teryakinkan untuk mengurangi kendaraan pribadi dan beralih dengan menjadikan
moda transportasi publik sebagai moda transportasi utama dalam beraktivitas
sehari-hari.
Penambahan fasilitas moda transportasi ini diperlukan di desa yang
dijadikan fokus perencanaan Compact City yaitu Desa Cibeusi, Desa Cikeruh,
Desa Sayang dan Desa Hegarmanah. Namun perencanaan penambahan fasilitas
transportasi publik ini tidak hanya berada di 4 desa tersebut, namun perlu
transportasi pengumpan berupa angkutan kota (Angkot) dari desa lain yang akan
menuju desa yang menjadi fokus perencanaan Compact City.

Penambahan halte bus menjadi fokus utama dalam rencana penambahan


fasilitas moda transportasi. Adapun beberapa penambahan halte bus dibuat pada
22 titik yang penempatannya berada di jalan yang menjadi rencana kami. Jarak
antar titik halte yang dibuat berkisar 200-400 m mengingat tata guna lahan yang
ada apa desa yang menjadi fokus utama perencanaan Compact City merupakan
pusat kegiatan padat dimana terdapat pusat perbelanjaan dan pertokoan selain itu
terdapat pula perkantoran, sekolah dan juga jasa. Penentuan jarak pada titk halte
bus yang dibuat berdasarka klasifikasi Keputusan Direktur Jendral Perhubungan
Darat No. 271/HK.105/DRJD/96. Untuk lebih jelasnya mengenai titik
perencanaan penambahan fasilitas transportasi publik pada zona compact city
dapat dilihat pada gambar dan untuk lebih jelasnya mengenai klasifikasi jarak
antar hate bus dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Klasifikasi Jarak Halte

Tata Guna Lahan Lokasi Jarak Tempat Henti (m)


Pusat kegiatan sangat CBD, Kota 200-300
padat: pasr, pertokoan
Padat:perkantoran, Kota 300-400
sekolah, jasa
Permukiman Kota 300-400
Campuran padar: Pinggiran 300-500
perumahan, sekolah, jasa
Campuran jarang: Pinggiran 500-1000
perumahan, ladang, sawah,
tanah kosong
Sumber: Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat No. 271/HK.105/DRJD/96

Anda mungkin juga menyukai