KABUPATEN SUMEDANG
Disusun oleh :
Pertama-tama, kami ucapkan syukur dan terima kasih kepada Allah SWT
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan studio kota
dengan judul “Perencanaan Compact City di Kecamatan Jatinangor” ini. Laporan
tidak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak yang terus mendorong kami
untuk menyelesaikannya. Terima Kasih kami ucapkan kepada Bapak Ir. Edy
Mulyadi, M.T. dan Ibu Julifa M. Latif S.PWK, M.Si selaku dosen mata kuliah
Studio Perencanaan Kota yang telah senantiasa membimbing kami. Tanpa adanya
bimbingan, kami tidak akan mampu menyelesaikan laporan ini.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada para narasumber,
akademisi, praktisi, dan individu lainnya yang telah memberikan kontribusi
berharga dalam penyusunan laporan ini. Sumbangan pemikiran, wawasan, dan
pengalaman dari berbagai sudut pandang sangat berarti.
Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang Compact City, terutama mengenai penerapannya baik di
Keamatan Jatinangor maupun di lokasi lain. Semoga laporan ini dapat
memberikan sumbangan positif dalam upaya mewujudkan perkotaan yang lebih
efisien, berkelanjutan, dan nyaman bagi warganya.
Bogor, 2023
Tim Pengusun
BAB I
PENDAHULUAN
4.2.1 Maksud
Kegiatan Studio Perencanaan Kota ini dimaksudkan untuk dapat menyusun
analisis suatu daerah yang direncanakan sebagai sebuah kota yang dapat
memenuhi segala kebutuhan masyarakat di dalam maupun hinterland nya.
4.2.2 Tujuan
Berdasarkan maksud kegiatan Studio Perencanaan Kota di atas, terdapat
beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Mengidentifikasi pemanfaatan ruang yang terdapat di wilayah studi.
2. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan di wilayah studi, serta
kaitannya dengan perkembangan kota baik dari segi fisik, segi sosial, dan
segi ekonomi yang selanjutnya akan dapat dilihat kecenderungan
perkembangannya.
3. Melakukan analisis untuk mengetahui dan memahami berbagai aspek
yang dapat membentuk serta mendukung pertumbuhan dan
perkembangan pembangunan di Kecamatan Jatinangor.
4. Menyusun konsep perencanaan dan alternatif perencanaan pembangunan
berdasarkan analisis potensi dan permasalahan yang ada di wilayah studi,
dan
5. Merencanakan pengembangan wilayah dan perkotaan Kabupaten
Sumedang khususnya Kecamatan Jatinangor.
1.3 Sasaran
Kegiatan Studio Perencanaan Kota 2023 ini ditunjukkan untuk seluruh
mahasiswa program studi Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2021 dalam
menyelesaikan mata kulaih Studio Perencanaan Kota dan diharapkan dapat
dijadikan pembelajaran dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota.
Selain ciri-ciri kehidupan, kota juga memiliki ciri-ciri fisik yang di mana
kota memiliki tempat-tempat untuk perdagangan, tempat pendidikan, tempat
industri, tempat wisata, dan tempat pemukiman masyarakat.
Kota ditinjau dari jumlah penduduk, jika ditinjau dari jumlah penduduknya
banyak Negara yang mendefenisikan suatu wilayah sebagai kota berdasarkan
jumlah penduduk yang ada. Kondisi setempat dengan latar belakang sosial,
ekonomi, dan kultural telah memungkinkan fungsi-fungsi kekotaan.
Kota juga dapat diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang
cukup besar dengan corak kehidupan yang beragam.
1. Kota Megapolitan, yaitu kota yang memiliki populasi diatas 5 juta jiwa.
2. Kota metropolitan merupakan kota dengan jumlah penduduk lebih dari 1
juta jiwa - 5 juta jiwa.
3. Kota besar yaitu kota dengan jumlah penduduk antara 500.000 – 1 juta
jiwa.
4. Kota sedang merupakan kota dengan populasi penduduk antara 100 ribu –
500 ribu jiwa.
5. Kota kecil adalah kota dengan jumlah penduduk antara 50 ribu – 100 ribu
jiwa atau kurang dari 50 ribu jiwa namun berstatus kota otonomi.
Kota eopilis yakni suatu wilayah yang berkembang menjadi sebuah kota
yang baru.
Kota polis yakni kota yang masih memiliki sifat agraris.
Kota metropolis yakni kota besar yang telah menganut sistem industri.
Kota megalopolis yakni gabungan beberapa kota metropolis yang saling
berhubungan.
Kota tryanapolis yakni kota dengan tingkat kerawanan yang sangat tinggi
misalnya macet, banyak copet dll.
Kota nekropolis yakni kota yang perkembangannya justru mengalami
kemunduran munuju kehancuran.
Kota pusat industri yakni kota yang memproduksi barang jadi, setengah
jadi maupun barang mentah.
Kota pusat perdagangan yakni kota yang digunakan sebagai pusat
perdagangan baik regional maupun internasional.
Kota pusat pemerintahan yakni kota yang berpusat sebagai kota
pemerintahan atau ibu kota.
Kota pusat kebudayaan yakni kota yang berfungsi sebagai pusat
kebudayaan.
Densitas atau kekompakan pada suatu kota merujuk pada jumlah penduduk
atau jumlah bangunan yang ada dalam suatu kawasan perkotaan tersebut. Dimana
densitas ini mengukur seberapa padat populasi atau infrastruktur kota diukur
dalam area tertentu. Densitas kota umumnya diukur dalam jumlah penduduk per
unit luas lahan, seperti per hektar atau per kilometer persegi.
a. Tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan, dan berdaya saing menuju
provinsi Jawa Barat termaju di Indonesia;
b. Ruang untuk kawasan lindung seluas 45% dari wilayah Jawa Barat dan
tersediianya ruang untuk ketahanan pangan;
c. Ruang investasi melalui dukungan infrastruktur strategis;
d. Ruang untuk kawasan perkotaan dan perdesaan dalam sistem wilayah
terintegrasi; dan
e. Prinsip mitigasi dalam penataan ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat terbagi menjad dua, yaitu
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Rencana Pola Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Barat yang dapat dilihat pada gambar
3.5 Fasilitas
3.5.1 Fasilitas Pemerintahan
1. PAUD Kober 32
2. PAUD TK/RA 24
3. SD/SDS/MI/SDLB 37
4. SMP/SMPS/MTs 19
5. SMA/SMK/MA 14
6. Perguruan Tinggi 5
Sumber: Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2022
3.5.3 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan dibutuhkan karena menyangkut pada kesehatan
masyarakat Kecamatan Jatinangor. Dengan adanya fasilitas kesehatan, maka akan
mempermudah pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Fasilitas kesehatan yang
tersedia di Kecamatan Jatinangor yaitu Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Tempat, Apotek, Posyandu, Pos KB. Untuk Untuk
dokumentasinya dapat dilihat pada tabel 10 ketersediaan fasilitas kesehatan di
Kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada peta*.
Tabel 8 Fasilitas Kesehatan Kecamatan Jatinangor Tahun 2023
Apotek
Rumah Puskesmas Laboratorium Pos
Desa/Kelurahan Puskesmas Klinik Toko Polindes
Sakit Pembantu Kesehatan Yandu
Obat
Cipacing 1 - - 1 - - 1 18
Sayang - - - 2 - 1 1 13
Mekargalih - - 1 3 1 2 1 14
Cinta Mulya - - 1 1 - - 1 10
Cisempur - 1 - - - - 1 12
Jati mukti - - 1 - - - 1 8
Jatiroke - - 1 - - - 1 6
Hegarmanah - 1 - 2 - 1 1 14
Cikeruh - - - 3 1 3 1 12
Lanjutan Tabel 8
Apotek
Rumah Puskesma Puskesmas Laboratoriu Polinde Pos
Desa/Kelurahan Klinik Toko
Sakit s Pembantu m Kesehatan s Yandu
Obat
Cibesi - - - 2 - 2 1 12
Cileles - - 1 - - - 1 10
Cilayung - - - - - - 1 11
Jumlah 1 2 5 14 2 9 12 140
Cipancing - - - 5 8
Sayang 8 - - 7 20
Mekargalih 7 - - 5 12
Cintamulya 11 - - 2 3
Cisempur - - - 1 1
Jatimukti - - - - -
Jatiroke - - - 1 -
Hegarmanah 4 1 1 6 20
Cikeruh 4 - - 4 50
Cibeusi 5 1 1 3 4
Cileles - - - 2 -
Cilayung - - - - 1
Jumlah 39 2 2 36 119
Sumber: Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2022
3.5.6 Fasilitas Industri
Kecamatan Jatinangor merupakan Kawasan Pendidikan yang memiliki
fasilitas industri salah satunya ada di Desa Cintamulya, Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang. Menurut data BPS 2022, desa cintamulya merupakan salah
satu desa di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang dengan luas keseluruhan
yautu sekitar 140 hektar. Peruntukan wilayah desa cimtamulya didominasi oleh
industri, industri yang berkembang khususnya di daerah desa cintamulya salah
satunya industri PT. Kahatex.
PT. Kahatex adalah industri yang bergerak dibidang industri tekstil dimana
proses produksi yang dilalui oleh PT. Kahatex ini dimulai dengan bahan mentah
sampai menjadi bahan jadi. Dimulai dari proses kapas menjadi benang hingga
sampai bahan jadi seperti kaus kaki, selimut, handuk, sajadah hingga pakaian.
Luas lahan PT. Kahatex sendiri yaitu sekitar 150 hektar. Luas PT. Kahatex yang
cukup besar menjadikan PT. Kahatex sebagai jantung industri tekstil di
Indonesia.
Lokasi industri juga didukung oleh letak yang strategis dimana berbatasan
dengan kabupaten Bandung. Lokasi industri disuatu daerah akan ada pengaruh
pada masyarakat di sekitarnya terutama terhadap kondisi sosial ekonomi. Dengan
demikian keberadaan dari PT. Kahatex di Desa Cintamulya Kecamatan Jatinangor
Kkabupaten Sumedang memiliki dampak langsung maupun tidak langsung. Untuk
lebih jelasnya mengenai fasilitas indutri yang ada di Kecamaran Jatinnagor dapat
apat dilihat pada gambar.
Gambar Fasilitas Industri Kecamatan Jatinangor
3.6 Utilitas
3.6.1 Jaringan Listrik
Tenaga listrik merupakan landasan bagi kehidupan masyarakat saat ini.
Keberadaaannya hampir dibutuhkan disetiap kegiatan masyarakat. Adapun
beberapa kegunaan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga
proses produksi yang melibatkan barang barang elektronik dan alat alat industri.
Berdasarkan hasil survei lapangan, jaringan listrik di Kecamatan Jatinangor sudah
terlayani secara menyeluruh, hal ini terbukti dengan adanya tiang-tiang listrik
yang tersambung menggunakan kabel sepanjang jalan di Kecamatan Jatinangor
hingga masuk ke pelosok desa. Jaringan listrik di Kecamatan Jatinangor di
dominasi oleh listrik bertegangan kecil dan sedang. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Gambar 3.
(i) (ii)
(iii) (iv)
Gambar 3 Jaringan Listrik Kecamatan Jatinangor
3.6.2 Jaringan Drainase
Jaringan drainase suatu wilayah mempunyai fungsi utama untuk mencegah
terjadinya genangan air yang dapat menimbulkan bencana banjir. Kecamatan
Jatinangor memiliki drainase terbuka dan tertutup yang berfungsi secara maksimal
dan kurang maksimal, dikarenakan kurangnya perawatan oleh pemerintah serta
kurangnya kepedulian dari masyarakat itu sendiri. Beberapa drainase terlihat
menggenang atau tidak mengalir karena adanya penyumbatan. Hal ini
menyebabkan sistem pembuangan dan pengaliran air menjadi kurang baik.
Sehingga sering terjadi genangan air di sejumlah tempat dan badan jalan setelah
turun hujan. Untuk lebih jelasnya disajikan pada gambar*.
3.6.2 Jaringan Telekomunikasi
Sebagai sebuah bagian dari kota besar, Kecamatan Jatinangor tentunya
sudah ditunjang oleh berbagai fasilitas yang mendukung perkembangan
penduduknya, salah satunya yakni fasilitas telekomunikasi. Mulai dari fasilitas
telepon, internet kabel, hingga tower sinyal sudah tersedia demi terciptanya
fasilitas yang mampu mengikuti perkembangan jaman. Sama seperti di kota-kota
lain di Indonesia, persebaran jaringan kabel telepon dan jaringan kabel internet
biasanya menggunakan tiang yang sama dengan jaringan kabel listrik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar*, persebarannya dapat dilihat di peta pada
peta*.
3.6.3 Jaringan air Bersih
Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam semua kehidupan
makhluk hidup termasuk kehidupan manusia. Kecamatan Jatinangor masuk
kedalam Pengembangan Kawasan Peruntukan Perdesaan serta Pengembangan
Kawasan Peruntukan Perkotaan yang terdiri dari Permukiman Perkotaan
Kepadatan Tinggi. Kecamatan Jatinangor pada tahun 2021 akses masyarakat
terhadap air bersih mencapai 91,21%, dan akses terhadap jamban/sanitasi keluarga
mencapai 86,9%.
Namun dalam perkembangannya Kecamatan Jatinangor masih dalam proses
pembangunan dan belum ada perencanaan yang jelas, belum adanya perencanaan
insfrastruktur yang menyeluruh mengakibatkan menurunnya fasilitas pelayanan
umum : Air bersih, Pengolahan Air Limbah dan Drainase dll dengan kata lain
Pembangunan belum Konprehensif, Parsial, bersifat Sektoral, penyelesaian-
penyelesaian hanya bersifat sesaat tidak dilakukan secara permanen sebagai
sebuah perencanaan.
Gambar
4 Jaringan
Air
Bersih
Kecamatan Jatinangor
3.7 Transportasi
3.7.1 Jaringan Jalan
Menurut Undang-Undang nomor 38 tahun 2004 pasal 1 tentang jalan. Jalan
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (ayat 4). Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas
jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan
wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan
hierarkis (ayat 18).
Secara fungsional jalan yang melintasi Kecamatan Jatinangor merupakan
jalan arteri yang menghubungkan antara Kabupaten Sumedang dengan Kabupaten
Bandung, dan jalan lokal yang menghubungkan antar desa yang terdapat di
Kecamatan Jatinangor. Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan jalan di
Kecamatan Jatinangor dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar*
Tabel 11 Jaringan Jalan Kecamatan Jatinangor
No Nama Jalan Status Fungsi
1. Jl. Raya Jatinangor Jalan Kabupaten Arteri
2. Jl. Raya Cirebon-Bandung Jalan Kabupaten Arteri
3. Jl. Palimanan-Bandung Jalan Kabupaten Arteri
4. Jl. Rancaekek Jalan Kabupaten Arteri
4. Jl. Raya Bandung-
Jalan Kabupaten Lokal
Sumedang
5. Jl. Babakan muncang Jalan Desa Lokal
6. Jl. Lurah Bintang Jalan Desa Lokal
7. Jl. Staat Spoors Jalan Desa Lokal
8. Jl. Lb. Jati Jalan Desa Lokal
9. Jl. Cikuda Jalan Desa Lokal
10. Jl. Sukamening Jalan Desa Lokal
11. Jl. GKPN Jalan Desa Lokal
12. Jl. Cikeruh Jalan Desa Lokal
13. Jl. Cibungur Jalan Desa Lokal
14. Jl. Letda Lukito Jalan Desa Lokal
15. Jl. Pedca Jalan Lingkungan Lain
16. Jl. Sukamanah Jalan Lingkungan Lain
17. Jl. Hegarmanah Jalan Lingkungan Lain
18. Jl. Cisaladah Jalan Lingkungan Lain
19. Jl. Jembatan cincin Jalan Lingkungan Lain
20. Jl. Ciseke Jalan Lingkungan Lain
21. Jl. Caringin Jalan Lingkungan Lain
Sumber: Hasil Survei Lapangan 2023
3.7.2 Fasilitas Transportasi
Transportasi atau pengangkutan adalah perpindahan manusia atau barang
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang
digerakkan oleh manusia atau mesin. Kecamatan Jatinangor sendiri merupakan
kawasan pendidikan tinggi yang menjadikan jatinangor banyak dikunjungi oleh
orang baik dari dalam dan luar daerah untuk melanjutkan pendidikan maupun
usaha, maka dari itu penggunaan fasilitas transportasi publik tidak lepas dari
kegiatan masyarakat. Berbagai fasilitas transportasi umum dibangun untuk
memenuhi aktifitas masyarakat dan juga sebagai bentuk usaha pengurangan
penggunaan kendaraan pribadi. Fasilitas transportasi yang dimiliki Kecamatan
Jatinangor yaitu :
1. Angkot 04 (Cileunyi – Sumedang)
2. Bus Damri
3. Pangkalan Bus Damri Jatinangor
4. Halte Trans Metro Pasundan Jatinangor Town Square
5. Halte Trans Metro Pasundan IPDN
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5
ANALISIS
Pn=Po(1+rn)
120000
f(x) = − 1826.69696969697 x + 116343.533333333
100000 R² = 0.312208000900098
80000
60000
40000
20000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sedang 41 – 60 bangunan/ha
Tinggi 61 – 80 bangunan/ha
Jumlah bangunan
Kepadatan bangunan=
Luas wilayah
Keterangan:
LW = Luas Wilayah (Ha)
LKL = Luas kawasan lindung (Ha)
LKRB = Luas kawasan rawan bencana (Ha)
Setelah luas lahan yang dapat dikembangkan untuk permukiman tersebut
diketahui dengan menggunakan rumus di atas, maka selanjutnya untuk
menganalisis daya dukung wilayah untuk permukiman dengan menghitung nilai
indeks dari wilayah potensial dengan memerhatikan kebutuhan standar ruang per
kapita yang ditentukan berdasarkan lokasi geografis serta jumlah penduduk tahun
terakhir. Menghitung nilai indeks bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari
wilayah potensial dalam menampung penduduk optimal. Penentuan standar
kebutuhan ruang per kapita yang dapat digunakan, serta rumus perhitungan nilai
indeks daya dukung dapat dilihat melalui dan Tabel.3 mengenai nilai Daya
Dukung Perumahan.
Daya Dukung Permukiman(DDPm)=
Keterangan: LPPM / jP
a
DDPm = Daya dukung permukiman
JP = Jumlah Penduduk (jiwa)
a = Koefisien luas kebutuhan ruang (Ha/Kapita), menurut
LPPm = Luas lahan yang layak untuk permukiman dengan kriteria lahan tidak
termasuk ke dalam kawasan lindung dan rawan bencana (Ha)
Jika nilai DDPm > 1, artinya bahwa daya dukung permukiman tinggi, masih
mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun rumah) dalam
wilayah
Jika nilai DDPm = 1, artinya bahwa daya dukung permukiman optimal, terjadi
keseimbangan antara penduduk yang bermukim (membangun rumah) dengan
luas wilayah yang ada.
Jika nilai DDPm < 1, artinya bahwa daya dukung permukiman rendah, luas
wilayah yang ada tidak lagi mampu menampung penduduk untuk bermukim.
Tabel 22 Kapasitas Kebutuhan Ruang
Kebutuhan Ruang
No Lokasi Geografis
(Ha)
1 Zona Perdesaan 0.0133
2 Zona Pinggiran Kota 0.0080
3 Zona Perkotaan 0.0026
Lanjutan Tabel 22
Kebutuhan Ruang
No Lokasi Geografis
(Ha)
4 Zona Pusat Kota 0.0016
Zona Kota
5 0.0006
Metropolitan
Sumber: Permen No. 20/PRT/M/2007
Kapasitas kebutuhan ruang di kecamatan jatinangor sangat ditinggi dalam
zona Pedesaan hal ini sangat perlu menjadi bahan pertimbangan kedepannya
untuk kecamatan jatinangor.
Tabel 23 Nilai Daya Dukung
Jumlah Luas Lpp
Bencana(ha Lindung(ha Dpp
Desa pendudu wilayah(ha m
) ) m
k ) (ha)
Cipacing 14.997 171 0 0 171 1,4
Sayang 8.469 232 171 0 61 0.9
Mekargalih 6.325 176 70 0 106 2,0
Cinta 6.58 140 2,72 0 137 2,6
Mulya
Cisempur 8.262 163 0 101 62 0,9
Jati mukti 5.222 190 0,26 98 91 2,1
Jatiroke 6.249 257 142 103 12 0,2
Hegarmana 9.665 331 300 0 31 0,4
h
Cikeruh 7.918 148 108 0 40 0,6
Cibesi 5.808 187 5,70 0 181 3,9
Cileles 6.395 320 4,85 0 315 6,1
Cilayung 5.501 348 105 0 243 5,5
Sumber: data Demnas Kecamatan Jatinagor 2022
Berdasarkan hasil analis daya dukung perumahan di Kecamatan Jatinangor
diketahui bahwa Desa sayang, Desa Cipacing, Desa Mekargalih, Desa
Cintamulya, Desa Jatimukti, Desa cibesi, Desa Cileles, dan desa Cilayung
memiliki daya dukung permukiman tinggi.
4.4.2 Analisis Daya Tampung Permukiman
DT = DDPm x JP
Keterangan:
DT = Daya Tampung
DDPm = Daya Dukung Permukiman
JP = Jumlah Penduduk
Tabel 24 Perhitungan Daya TampungPermukiman
Sumber: Hasil Perhitungan Studio Kota 2023
Jumlah Luas Lppm
Desa Dppm Dt
penduduk wilayah(ha) (ha)
Cipacing 14.997 171 171 1,4 20.995
Sayang 8.469 232 61 0.9 7.622
Mekargalih 6.325 176 106 2,0 12.65
Cinta Mulya 6.58 140 137,28 2,6 17.108
Cisempur 8.262 163 62 0,9 7.435
Jati mukti 5.222 190 91,74 2,1 10.966
Jatiroke 6.249 257 12 0,2 1.249
Hegarmanah 9.665 331 31 0,4 3.866
Cikeruh 7.918 148 40 0,6 4.75
Cibesi 5.808 187 181,3 3,9 22.651
Cileles 6.395 320 315,15 6,1 39.009
Cilayung 5.501 348 243 5,5 30.255
Industri
Selain aktivitas perjas, pertanian, kuliner dan wisata terdapat juga
aktivitas industri, dimana aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan
industri antara lain kegiatan produksi, kegiatan pergudangan dan kegiatan
distribusi.
2. Aktivitas Sosial
Aktivitas sosial yang terdapat di Kecamatan Jatinangor tidak hanya
melibatkan masyarakat namun mahasiswa juga terlibat karena terdapat 4
kampus di Kecamatan Jatinangor yang memiliki banyak mahasiswa. Untuk
lebih jelasnya mengenai aktivitas sosial di Kecamatan Jatinangor sebagai
berikut:
Aktivitas sosial di masyarakat
Aktivitas sosial yang biasa dilakukan oleh masyarakat antara lain kerja
bakti, meronda, peringatah hari kemerdekaan dan acara keagama.
Aktivitas sosial di kampus
Aktivitas sosial di kampus yang dilakukan mahasiswa di Kecamatan
Jatinangor antara lain study grup, penggalangan dana, penyuluhan
terhadap masyarakat.
3. Aktivitas Seni Budaya
Pendduduk Kecamatan Jatinangor mayoritas merupakan penduduk
suku sunda, oleh karena itu kegiatan seni budaya yangdilakukan oleh
masyarakat menurapakan kegiatan suku sunda. Adapun kegiatan seni
budaya yang terdapat di Kecamatan Jatinangor antara lain:
Aktivitas seni wayangan
Aktivitas yang dilakukan dalam kesenian wayang ini biasanya berupa
pertunjukan, kegiatan belajaar dan mengajar kesenian. Tempat yang
memfasilitasi akativitas tersebut yaitu Saung budaya di Desa
Hegarmanah.
Aktivitas seni tari
Saung budaya di Desa Hegarmanah juga memfasilitasi masyarakat
dalam aktivitas budaya seni tari. Kegiatan seni tari yang dilakukan di
saung budaya antara lain yaitu pertunjukan dan kegiatan belajar
mengajar kesenian seni tari.
Aktivitas budaya oray liong
Buaya oray liong merupakan kesenian sunda yang biasa dilakukan
oleh masyarakat Kecamatan Jatinangor. Budaya oray liong biasanya
ditampilkan dalam bentuk arak-arakan pada perayaan ulang tahun
Jatinangor.
4.10 Analisis Kelembagaan
Penggunaan dana desa setiap tahunnya di atur dalam peraturan Menteri
Desa, Transmigrasi dan Pembangunan Daerah Tertinggal. BUMDes diposisikan
sebagai salah satu kebijakan untuk mencapai NAWACITA pertama, ketiga,
kelima, dan ketujuh. Perwujudan NAWACITA melalui BUMDes meliputi:
pertama: BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk menghadirkan
institusi negara (Kementerian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara di desa, ketiga: BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan
membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi desa
yang bersifat kolektif, kelima: BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia di desa, dan ketujuh:
BUMDes merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi desa dengan
menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif desa.
BUMDes menurut Undang Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Sesuai dengan pasal 89 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, hasil usaha BUMDes dimanfaatkan untuk
pengembangan usaha, pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa dan
bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial dan kegiatan dana
bergulir yang ditetapkan dalam APBDes. Ini berarti dalam kegiatan BUMDes
tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan tetapi juga berorientasi untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tujuan pasal 89 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tersebut jauh dari harapan. Untuk saat
ini banyak BUMDes yang tidak beroperasi.
Keadaan ini serupa dengan BUMDes yang ada di Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Jatinangor adalah
kecamatan yang masuk kawasan trategis nasional dan Provinsi Jawa Barat untuk
dijadikan kawasan pendidikan tinggi dimana pada kecamatan ini terdapat 4
Universitas besar yaitu Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Institut
Koperasi Indonesia (IKOPIN), Institut Teknologi bandung (ITB), dan Universitas
Padjajaran (UNPAD). Kecamatan ini memiliki potensi dari jumlah pendatang
yang bisa disebut mahasiswa yang jumlahnya puluhan ribu. Kecamatan Jatinangor
juga memiliki 12 Desa. Desa tersebut yaitu Hegarmanah, Cikeruh, Jatiroke,
Cilayung, Cileles, Cibeusi, Cipacing, Cintamulya, Cisempur, Sayang, dan
Mekargalih. Pada desa yang ada di Kecamatan Jatinangor, terdapat 8 BUMDes
yang masuk dalam kategori BUMDes rintisan. Dari 8 BUMDes ini, kebanyakan
beroperasi pada bidang pembuangan sampah sehingga modal hanya untuk biaya
operasional BUMDes sehari- hari dan belum ada BUMDes yang berkontribusi
untuk PADes. BUMDes juga belum mampu menggerakkan perekonomian
masyarakat di Jatinnagor. Seharusnya BUMDes mampu dan dapat lebih
berkembang melihat kondisi potensial yang di Kecamatan Jatinangor. Keadaan
tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu:
BUMDes dibentuk tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku dimana
BUMDes ada karena keinginan dari kepala desa dan bukan hasil
musyawarah masyarakat sehingga pengurus BUMDes merangkap sebagai
aparat desa.
BUMDes kekurangan modal. Banyak kepala desa yang tidak mau
memberikan penyertaan modal kepada BUMDes walaupun sudah
diterangkan dalam peraturan menteri desa, daerah tertinggal dan
transmigrasi terkait prioritas penggunaan dana desa.
BUMDes terbentuk tidak disahkan melalui peraturan desa.
Dukungan dari masyarakat sekitar dan kepala desa yang kurang untuk
kemajuan BUMDes.
Sumber Daya Manusia pengelola BUMDes yang belum mumpuni dan
ahli.
Penguatan kelembagaan dimulai dari pemahaman tentang tujuan dan motivasi
pembentukan BUMDes dimana BUMDes dibentuk untuk meningkatkan
perekonomian desa, meningkatkan PADes, meningkatkan pegelolaan potensi desa
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menjadi tulang punggung pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi desa. Dari pemahaman tentang tujuan dan motivasi
terbentuknya BUMDes perlu dipahami prinsip-prinsip dasar BUMDes. Prinsip
dasar BUMDes yang harus diperhatikan adalah prinsip kearifan lokal/nilai-nilai
luhur, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan kemanfaatan sosial. Prinsip
ini diperhatikan untuk kokohnya BUMDes. Dengan memperhatikan prinsip
tersebut, perlu dilakukan pemetaan potensi dan pemilihan usaha yang dapat
dilakukan oleh BUMDes. Dari pemetaan potensi dan pemilihan usaha, harus
dirancang model bisnis dan menilai kelayakan usaha. Dari kelayakan usaha maka
sampai pada tata kelola BUMDesnya. Penguatan kapasitas SDM dilakukan
melalui tiga tahapan. Tahapan pertama adalah tahap menumbuhkan. Pada tahap
ini dilakukan beberapa langkah yaitu:
1. Zona Hunian
Dalam perencanaan pembuatan zona hunian di Kecamatan Jatinangor kami
membagi zona hunian menjadi 2 yautu zona hunian 1 dan zona hunian 2.
Zona hunian 1 merupakan zona hunian dengan kepadatan tinggi sedangkan
zona hunian 2 merupakan zona hunian dengan kepadatan rendah.
Zona Hunian 1 (Berkepadatan Tinggi)
Zona hunian ini diterakpan pada empat desa yang ada di Kecamatan
Jatinangor yaitu Desa Cibeusi, Desa Sayang, Desa Cikeruh dan Desa
Hegarmanah. Penerapan zona hunia 1 pada lokasi tersebut dikarenakan
desa-desa tersebut dilewati oleh jalan utama yaitu jalan arteri dan telah
terdapat beberapa hunian vertikal seperti apartemen selain itu desa-desa
tersebut memiliki potensi peningkatan densitas dan intensitas. Pada
zona ini kami memfokuskan pembangunan hunian vetikal dimana
didalamnya sudah termasuk RTH dengan luas minimum 40% dari luas
lahan keseluruhan. RTH yang tersedia pada hunian vertikal bisa
diaplikasikan pada dinding, kolom, pagar dan rooftop.
Zona Hunian 2 (Berkepadatan Rendah)
Zona hunian ini diterapkan pada setiap desa terkecuali empat desa yang
telah diterapkan zona hunian 1. Zona hunian 2 ini kami fokuskan untuk
hunian konfensional, dimana zona ini diterpkan pada Desa Cipacing,
Desa Mekargalih, Desa Cinta Mulya, Desa Cisempur, Desa Jti Mukti,
Desa Jatiroke, Desa Cileles dan Desa Cilayung.
2. Zona Perdagangan dan Jasa
Perencanaan pembuatan zona perdagangan da jasa ini kami buat di 4 desa
yang memiliki potensi peningkatan densitas dan intensitas yaitu Desa
Cibeusi, Desa Sayang, Desa Cikeruh dan Desa Hegarmanah. Pada zona ini
terbagi menjadi beberapa jenis fasilitas diantaranya hotel, ruko, pusat
perbelanjaan atau mall, café, restoran dan penyediaan jasa lainnya.
3. Zona Pendidikan
Zona pendidikan kami tempatkan pada 4 desa yang sama dengan zona
perdagangan jasa dan zona hunian 1. Zona pendidikan yang kami buat
mengikuti fasilitas pendidikan yang telah tersedia pada desa-desa tersebut
yaitu fasililtas pendidikan berupa perguruan tinggi meliputi IPDN,
UNPAD, ITB dan IKOPIN.
4. Zona RTH
Zona RTH yang terdapat di Kecamatan Jatinangor ditempatkan pada Desa
Ciebeusi. Penempatan zona RTH berdasarkan penggunaan lahan RTH
yang telah ada di Kecamatan Jatinangor tepatnya di Desa Cibeusi dimana
terdapat tegalan yang cukup luas.
5. Zona Pertanian dan Perkebunan
Zona pertanian dan perkebunan pada Kecamatan Jatinangor diterapkan
pada beberapa desa antaranya Desa Cilayung, Desa Cileles, Desa
Hegarmanah, Desa Jatimukti, Desa Mekargalih, Desa Cikeruh, Desa
Sayang dan Desa Cipacing. Perencanaan zona pertanian dan perkebunan
pada lokasi-lokasi tersebut sesuai dengan penggunaan lahan pertanian dan
perkebunana saat ini. Perencanaan pembuatan zona pertanian diluat zona
yang kami konsepkan Compact yaitu Desa Cibeusi, Desa Sayang, Desa
Cikeruh dan Desa Hegarmanah. Pembuatan zona pertanian dan
perkebunana di Kecamatan Jatinangor dibuat diluat desa yang
dikonsepkan Compact dengan tujuan untuk menghindari alih fungsi lahan
dari pertanian dan perkebunan menjadi lahan terbangun.
6. Zona Pariwisata
Zona pariwisata di Kecamtan Jatinangor terdapat pada 3 desa, yaitu Desa
Cileles, Desa Sayang dan Desa cikeruh. Saat ini terdapat 2 objek wisata
yang ada di Kecamatan Jatinangor yang terdiri dari BGG (Bandung Giri
Gahana resort) dan Jatinangor park.
7. Zona Lindung
Zona linding yang direncanakan berada di 3 desa yang memang memiliki
kawasan lindung yaitu Desa Cisempur, Desa Jatiroke dan Desa Jatimukti.
Zona lindung ini dibuat diluar desa yang menjadi fokus Compact City, hal
tersebut guna mencegah terjadiny alih fungsi lahan dari zona lindung
menjadi zona terbanguna.
8. Zona Industri
Zona industri ditempatkan pada 3 desa yaitu Desa Cisempur, Desa Cinta
Mulya dan Desa Cipacing. Penempatan zona industri ini cukup jauh dari
zona hunian 1 dengan tujuan agar aktivitas industri tidak mengganggu
aktivitas pada hunian.
Pembagian zona-zona yang dibuat tentunya didasari dari analisis daya dukung dan
juga daya tampung yang telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya mengenai
pembangian zona pada perencanaan Compact City dapat dilihat pada gambar dan
tabel
Tabel Luas Zona Peruntukan Lahan Kecamatan Jatinangor
Zona Penempatan Luas (ha)
Hunian 1 Desa Cibeusi, Desa 253,156
Sayang, Desa Cikeruh,
Desa Hegarmanah
Hunian 2 Desa Cipacing, Desa 502,233
Mekargalih, Desa Cinta
Mulya, Desa Cisempur,
Desa Jti Mukti, Desa
Jatiroke, Desa Cileles dan
Desa Cilayung
Perdagangan dan Jasa Desa Cibeusi, Desa 92,52
Sayang, Desa Cikeruh,
Desa Hegarmanah
Pendidikan Desa Cibeusi, Desa 186,557
Sayang, Desa Cikeruh,
Desa Hegarmanah
RTH Desa Cibeusi 115
Pertanian dan Perkebunan Desa Cilayung, Desa 639,569
Cileles, Desa Hegarmanah,
Desa Jatimukti, Desa
Mekargalih, Desa Cikeruh,
Desa Sayang dan Desa
Cipacing
Pariwisata Desa Cileles, Desa Sayang 122,28
dan Desa cikeruh
Lindung Desa Cisempur, Desa 2264,138
Jatiroke dan Desa
Jatimukti
Industri Desa Cisempur, Desa 212,562
Cinta Mulya dan Desa
Cipacing
Jumlah 2386,418s
Total Jalan Tol 355,862
Sumber: Hasil digitasi ArcGis zona Compact Citu Kecamatan Jatinangor 202
5.4.2 Rencana Penambahan Akses Jalan
Penambahan akses jalan yang direncanakan berada di desa yang menjadi
fokus perencanaan compact city yaitu Desa Cibeusi, Desa Sayang, Desa
Hegarmanah dan Desa Cikeruh. Rencana penembahan akses jalan tersebut guna
menghubungkan zona-zona peruntukan lahan di desa yang menjadi fokus compact
city, fungsi utamanya adalah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dimana
zona-zona tersebut dapat diakses dengan berjalan kaki dalam jarak yang tidak
terlalu jauh. Penambahan akses jalan ini mengharuskan alih fungsi lahan
permukiman untuk menjadi ruas jalan yang baru, untuk mengatasi masalah
penduduk yang huniannya teralih fungsikan maka akan dibuat revitalisasi ke
hunian vertikal. Untuk lebih jelasnya mengenai rencanan penambahan akses pada
zona perencanaan Compact City dapat dilihat pada gambar.