Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KUALITAS JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN KOTA

LAMA BANDUNG BERDASARKAN PEQI


Oleh : Gyta Tri Yuliani
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pakuan
Email : gytayuliani@gmail.com

Abstrak

Kota Bandung merupakan salah satu destinasi wisata sejarah. Keberadaan jalur pedestrian
menjadi penting untuk memudahkan akses pengunjung. Namun, beberapa ruas jalur di Kota
Lama Bandung kurang memadai untuk dilalui oleh pejalan kaki.Oleh sebab itu perlu dilakukan
analisis kualitas jalur pejalan kaki untuk mengetahui kelayakan jalur pejalan kaki dan
keberadaan infrastuktur pendukung jalur pedestrian didalam kawasan Kota Lama Bandung.
Permasalahan yang ditemukan pada jalur pedestrian ini akan diteliti dan dikaji tentang tingkat
kenyamanan pejalan kaki pada jalur pedestrian ini. Metode yang digunakan adalah dengan
pendekatan PEQI ( Pedestrian Environmental Quality Index ) yang dapat memberikan skor
kualitas pada masing-masing ruas jalan dan berguna untuk menjadi indikator kelengkapan
fasilitas pejalan kaki.

Kata kunci : Bandung,kenyamanan,pejalan kaki,PEQI

Abstract

Bandung is one of the historical tourist destinations. Existence of pedestrian paths is important to
facilitate visitor access. However, several lane segments in Kota Lama Bandung are inadequate
for pedestrians to pass. Therefore it is necessary to analyze the quality of the pedestrian paths to
determine the feasibility of the path. pedestrians and the existence of supporting infrastructure
for pedestrian paths within the Kota Lama Bandung area. The problems found in this pedestrian
path will be researched and studied regarding the level of pedestrian comfort on this pedestrian
path. The method used is the PEQI (Pedestrian Environmental Quality Index) approach which
can provides a quality score on each road section and is useful as an indicator of the
completeness of pedestrian facilities.

Keywords : Bandung,comfortability,pedestrian,PEQI
1. PENDAHULUAN  Terhindar dan terbebas dari kendaraan
Kota Bandung memiliki jejak historis yang bermotor, contohnya adalah menyediakan
panjang dari jaman kolonial. Jejak sejarah itu ruang bebas pejalan kaki.
dapat terlihat didalam kawasan Kota Lama  Rute jalur yang mudah diakses serta sesuai
Bandung yang masih mempunyai bangunan dengan kondisi hambatan pada setiap jalur
dengan gaya arsitektur khas kolonial. Namun jejak pejalan kaki, contohnya terdapat
sejarah tersebut kurang bisa dinikmati oleh penyeberangan yang menghubungkan antar
masyarakat maupun pengunjung dikarenakan satu tempat ke tempat lainnya
jalur pejalan kaki yang kurang memadai dan  Jalur yang mempermudah penggunanya,
dialihfungsikan sebagai tempat berjualan dan juga sehingga pengguna dapat menuju berbagai
parkir. Levana dan Hanson (2019) tujuan tanpa terganggu perbedaan
mengemukakan,salah satu perspektif masyarakat ketinggian,ruang jalan sempit, dan
untuk datang ke kota lama adalah perspektif penggunaan jalur yang tidak sesuai
apresiatif,yaitu pengunjung yang datang ke kota fungsinya,contohnya memiliki kemiringan
lama dengan tujuan menghargai warisan cagar yang sesuai dengan undang-undang dan
budaya yang ada,sehingga kegiatan mereka ruang bebas pejalan kaki tanpa adanya pkl
didalam kawasan ini adalah mengamati bangunan berjualan di sepanjang jalur.
peninggalan kolonial sembari berjalan menikmati  Memiliki aspek estetika yang memberikan
suasana di kota lama. Namun, motivasi visual yang menarik,dengan tersedianya
pengunjung untuk datang tentu berbeda-beda fasilitas dan perabot jalan yang memadai
sehingga faktor pendukung dan perspektif di antara lain ruang terbuka, tempat duduk,
setiap individu ditentukan oleh keadaannya kotak sampah, boillard, lampu penerangan
masing-masing (Sudaryanti, Sukriah, dan Rosita, jalan, dan sebagainya.
2015). Kondisi tersebut menjelaskan bahwa
kualitas daya tarik wisata menjadi hal yang 2. METODE PENELITIAN
penting untuk mendapatkan persepsi positif dari Lokasi Penelitian : Kota Bandung
pengunjung (Nieamah, 2014). Pelaksanaan : Penelitian dilakukan
Jalur pedestrian adalah contoh prasarana menggunakan Data
infrastruktur berupa jalur yang diperuntukkan Sekunder.
khusus untuk aktivitas pejalan kaki. Pejalan kaki
mempunyai hak berupa ketersediaan infrastruktur 3. HASIL PENELITIAN
jalur khusus untuk beraktivitas yang berupa jalur 3.1 Gambaran Umum
pejalan kaki, sarana penyeberangan,dan
Kota Bandung merupakan ibu kota
prasarana lainnya (UU No.22 Tahun 2009 pasal
Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah
131). 2
mencapai 167,31 km . Secara geografis,
Pada kawasan Kota Lama Bandung
Kota Bandung terletak di antara 107°36’ BT
mempunyai jalur pedestrian yang cukup dipadati
dan 6°55’ LS (di tengah-tengah Provinsi
pejalan kaki dikarenakan jalur pedestrian didalam
Jawa Barat) dengan batas-batas:
kawasan tersebut merupakan akses yang
 Batas Utara : Kabupaten Bandung
menghubungkan Stasiun Bandung dengan
 Batas Selatan : Kabupaten Bandung
destinasi wisata yang terdapat di kota Bandung
 Batas Timur : Kabupaten Bandung
seperti Masjid Agung dan Alun-Alun Bandung.
 Batas Barat : Kabupaten Bandung
Namun kenyamanan di dalam kawasan ini sulit
dirasakan oleh pejalan kaki. Seperti yang telah
dikemukakan Hamid Shirvani (1985), jalur
pedestrian harus dapat difungsikan secara
maksimal dan dapat memberikan rasa nyaman
pada penggunanya,sehingga terdapat beberapa
ketentuan untuk jalur pedestrian yang
maksimal,antara lain :
Gambar 1. Peta Administrasi Kota Bandung
Ditinjau dari aspek geografis, pejalan kaki. Berikut penjelasan lebih lengkap
infrastruktur, maupun keamanan, Kota analisis kualitas jalur pedestrian di tiap
Bandung berlokasi di wilayah yang strategis. segmen ruas jalurnya.
Lokasinya dapat dijangkau dengan mudah a. Jl. Otto Iskandar Dinata
melalui akses jalan yang baik dari berbagai Kualitas jalur pedestrian didalam Jl. Otto
penjuru kota/kabupaten di Provinsi Jawa Iskandardinata menunjukkan nilai 44,1,
Barat. Kota Bandung terletak pada yaitu kualitas jalur pejalan kaki
pertemuan poros jalan raya: basis/dasar.
 Barat – Timur yang memudahkan b. Jl. Sudirman
hubungan dengan Ibukota Negara Kualitas jalur pedestrian didalam Jl.
 Utara – Selatan yang memudahkan lalu Sudirman menunjukkan nilai 65,7 yaitu
lintas ke daerah perkebunan (Kab. kualitas jalur pejalan kaki yang dapat
Subang dan Kab. Pangalengan) diterima/reasonable.
c. Jl. Asia Afrika
Kota Bandung terdiri atas 30 kecamatan Kualitas jalur pedestrian didalam Jl. Asia
dan 151 kelurahan. Kecamatan Gedebage Afrika menunjukkan nilai 47,7 yaitu
menjadi kecamatan terluas di Kota Bandung kualitas jalur pejalan kaki basis/dasar.
2
dengan luas wilayah sebesar 9,58 km .
Sementara, kecamatan dengan luas wilayah Secara umum, kualitas pejalan kaki di setiap
terkecil ialah Kecamatan Astanaanyar yang ruas sudah memiliki kualitas dasar dari jalur
2
memiliki luas sebesar 2,89 km . pedestrian.Namun jika ditarik dari perhitungan,Jl.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sudirman dan Jl. Asia Afrika merupakan jalur
Kota Bandung, pada tahun 2018 Kota yang paling baik dikawasan kota lama ini karena
Bandung memiliki 2.452.179 penduduk. telah memiliki beberapa komponen perabot jalan
Jumlah ini meningkat pada tahun 2019 sehingga dapat dilalui dengan nyaman.Poin ini
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar menjadi penting karena Jl. Sudirman dan Jl. Asia
0,01 sehingga menjadi 2.480.464 jiwa. Afrika merupakan jalur yang akan dilewati
Kecamatan dengan jumlah penduduk pengunjung yang ingin berwisata didalam kota
terbesar ialah Kecamatan Babakan Ciparay lama dan jalur ini menghubungkan antara
dengan jumlah penduduk sebesar 137.077 kawasan dan gedung-gedung bersejarah dan
jiwa. Sementara itu, Kecamatan Cinambo tujuan wisata yang ada di sekitar Kota Lama
menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk Bandung. Jalur pedestrian Jl. Otto Iskandardinata
terkecil yakni sejumlah 24.812 jiwa. Adapun menurut hasil perhitungan sudah baik namun
kecamatan dengan kepadatan penduduk paling buruk dibanding dua jalur lainnya.
tertinggi ialah Kecamatan Bojongloa Kaler di Permasalahan pada jalur ini terdapat pada siang
mana kepadatan penduduknya mencapai hari karena banyaknya pedagang yang memakai
2
39.572,76 jiwa per km . jalur pejalan kaki dan perabot jalan belum
tersedia pada ruas jalan ini. Sebaiknya jalur ini
3.2 ANALISIS KUALITAS JARINGAN dibuat senyaman mungkin untuk pejalan kaki
JALAN karena jalur ini menjadi jalur yang penting
didalam kawasan niaga sehingga pengunjung
Analisis kualitas jalur pedestrian didalam dapat berbelanja dari satu toko ke toko lainnya
kawasan Kota Lama Bandung dibagi dalam dengan mudah tanpa terganggu oleh keberadaan
beberapa segmen ruas jalan. Perhitungan pedagang kaki lima.
analisis ini akan menggambarkan kualitas
keamanan dan kenyamanan jalur pedestrian 4. PENUTUP
didalam kawasan menurut indeks PEQI.
Pedestrian Environmental Quality Index
Hasil penilaian kualitas jalur pedestrian ini
(PEQI) mempunyai bermacam aspek-aspek
akan memberikan nilai kualitas pada setiap
penting untuk menilai kualitas suatu jalur
ruas jalur pedestrian tersebut yang dapat
pedestrian dan lingkungannya,seperti permukaan
menjadi jalur pedestrian ideal,reasonable,
jalan, persimpangan jalan, kondisi lingkungan
kualitas dasar jalur pedestrian, buruk, atau
sekitar, perabot jalan, hingga penerangan
jalur yang tidak cocok untuk digunakan
didalam jalur pedestrian. Berdasarkan hasil dari Mauliani, L. (2010). Fungsi dan Peran Jalur
perhitungan menurut indeks PEQI, dapat ditarik Pedestrian bagi Pejalan Kaki Sebuah Studi
kesimpulan bahwa ruas jalur pejalan kaki yang Banding Terhadap Fungsi Pedestrian.
terdapat didalam kawasan Kota Lama Bandung NALARs, 9(2).
sudah memenuhi kualitas dasar menurut Nieamah, K. F. (2014). Persepsi Wisatawan
perhitungan indeks PEQI. Hanya yang menjadi Mancanegara Terhadap Fasilitas Dan
catatan adalah keberadaan pedagang kaki lima Pelayaan Di Candi Prambanan. Jurnal
yang menganggu ruas jalan pedestrian di Jl. Otto Nasional Pariwisata, 6(1), 39-45.
Iskandardinata pada keadaan siang hari. Permenhub No.13 Tahun 2014 Tentang Rambu
Sehingga para pedagang ini harus diberikan Lalu Lintas.
ruang khusus yang tidak mengganggu jalur Pratitis, A. (2015). Kajian Perkembangan
pedestrian. Ruas jalur pedestrian pada Jl. Aktivitas Sosial dan Rekreasi di Jalur
Sudirman dan Jl. Asia Afrika lebih tertata karena Pedestrian (Studi Kasus: Jalur Pedestrian
ruas jalur ini merupakan jalur arteri lokal. Namun Jalan Pahlawan). JURNAL PEMBANGUNAN
skor yang ditunjukkan pada Jl. Asia Afrika WILAYAH & KOTA, 11(2), 129-141.
berbeda sedikit dengan Jl. Otto Iskandardinata, Richard K. Unterman. (1984). Accomodation The
sehingga perlu diberi perhatian khusus terutama Pedestrian. Van Nostrand Reinhold
penataan pedagang kaki lima agar ruas jalur Company.
pedestrian didalam kawasan Kota Lama Rubenstein, H. M. (1987). A Guide To Site and
Bandung dapat menjadi ruas jalur pedestrian Environment Planning. John Wiley and Sons.
yang walkable bagi pengunjung dan masyarakat. Rubenstein, H. M. (1992). Pedestrian Malls,
Analisis kualitas di jalur pedestrian Kota Lama Streetscapes, and Urban Spaces. John Wiley
Bandung ini menjadi penting agar setiap pihak and Sons.
diharapkan dapat lebih menyadari pentingnya Rukmana, D. (2013, October). Kebutuhan
keberadaan jalur pedestrian yang nyaman dan terhadap pedoman pejalan kaki. In
aman di kawasan ini. Jalur pedestrian yang Disampaikan dalam seminar di Kementerian
berkualitas khususnya di kawasan Kota Lama Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Bandung ini akan menjadi poin daya tarik Penataan Ruang (Vol. 26).
tersendiri bagi para pengunjung maupun Salsabila, L., & Kusuma, H. (2019). Perspektif
masyarakat setempat. terhadap Kawasan Bersejarah: Kategori
Pengunjung berdasarkan Korelasi antara
5. DAFTAR PUSTAKA Daya Tarik dan Harapan terhadap Kawasan
Braga. RUAS (Review of Urbanism and
Comerford, C. (2008). Pedestrian Environmental Architectural Studies), 17(1), 32-42.
Quality Index (PEQI)[WWW Page]. Retrieved from
Iswanto, D. (2003). Mengkaji Fungsi Keamanan https://www.ruas.ub.ac.id/index.ph
dan Kenyamanan Bagi Pejalan Kaki di Jalur p/ruas/article/view/271
Pedestrian. Universitas Diponegoro. Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process.
Kaliongga, F. G., Kumurur, V. A., & Sembel, A. Van Nostrand Reinhold Company.
(2014). Kajian aspek kenyamanan jalur Simanjuntak, M. R. A., & Adityawati, A. (2011).
pedestrian Jl. Piere Tendean di Kota Analisis Pengaruh Kualitas Area Pedestrian
Manado. Sabua: Jurnal Lingkungan Binaan Terhadap Kemudahan Akses Pengunjung
dan Arsitektur, 6(2), 243-252. Bangunan Mal Di Jalan Asia-afrika Jakarta.
Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat: Jurnal Ilmiah Media Engineering, 1(2).
SK.43/AJ 007/DRJD/97 SNI 03-2443-1999.
Kumar, P. (2007). The Value of Design A Study Sudaryanti, I. J., & Sukriah, E. (2015).
of Pedestrian Perception in New Delhi, India. Rosita.(2015). Analisis Faktor-Faktor yang
Queen’s University. Mempengaruhi Motivasi Wisatawan dalam
Mamuaja, D. M., Rompis, S. Y., & Timboeleng, J. Melakukan Wisata Heritage di Kawasan
A. (2019). Analisa Tingkat Kenyamanan Braga Kota Bandung. Jurnal Manajemen
Pejalan Kaki Di Kota Tomohon. Jurnal Ilmiah Resort & Leisure, 12(1).
Media Engineering, 8(2). UU No.22 Tahun 2009 pasal 131.

Anda mungkin juga menyukai