Bandung adalah ibukota dari Provinsi Jawa Barat. Bandung adalah kota
metropolitan yang kini berada di bawah pimpinan Bapak Ridwan Kamil atau yang akrab
dipanggil Kang Emil. Kota Kembang ini belakangan kembali mengharum namanya
dengan prestasi – prestasi dan karya – karya yang hadir di Kota Bandung. Prestasi dan
karya tersebut paling banyak dianugerahi pada bidang penataan kota. Di bawah kerja
keras Kang Emil beserta peran serta masyarakat Bandung, kini Bandung bagai
mengalami transformasi yang sangat cepat. Karya-karya terus diciptakan Kang Emil
untuk terus mempercantik wajah kota Bandung. Latar belakang keahliannya dalam
bidang arsitektur, membuat beliau paham akan bagaimana memperlakukan kota
Bandung dan masyarakat di dalamnya.
Bandung memang salah satu kota metropolitan yang memiliki daya tarik tinggi.
Menjadi salah satu kota destinasi wisata, Bandung memang menawarkan beragam
pilihan untuk berwisata. Dari wisata belanja, wisata hiburan, wisata seni, wisata alam,
hingga wisata religi ditawarkan kota Bandung, tak hanya itu dari destinasi dengan
budget tinggi hingga budget yang kecil disuguhkan kota Bandung.
Berkunjung ke kota Bandung merupakan salah satu wisata arsitektur yang sangat
terjangkau. Tidak perlu menggunakan budget yang mahal untuk mencapai kepuasan
batin saat berwisata di Bandung. Kini Bandung menjadi salah satu kota dengan karya
arsitektur baik lampau maupun baru yang melimpah. Belakangan banyak terobosan
yang dilakukan Kang Emil untuk mempercantik kotanya dengan sentuhan
arsitekturalnya. Cukup dengan berjalan kaki menyusuri Jalur pedestrian salah satunya.
Hal sederhana ini menjadikan kota Bandung menarik. Pasalnya di beberapa sudut jalan
di Bandung diantaranya Jalan Juanda hingga Jalan R.E Martadinata, jalur pedestriannya
dilengkapi dengan fasilitas unik yang menarik orang untuk berjalan kaki. Misalnya,
bangku-bangku yang di tata rapi, dengan bentuk berbeda-beda. Jalur pedestrian pun
dibuat nyaman dan asri sehingga orang yang berjalan kaki disana tetap aman dan
nyaman. Pepohonan yang asri, jalur pedestrian yang nyaman membuat orang-orang
tertarik untuk berjalan kaki, dan membuat masyarakat tidak menjadi masyarakat pasif
yang hanya mengandalkan trasnportasi otomatis, melainkan tetap bergerak dengan
kakinya sendiri. Meskipun tidak semua jalur pedestrian di Bandung sudah rapi, tapi
jalur pedestrian disana difungsikan secara optimal untuk berjalan kaki. Bukan hanya
sekedar menjadi trotoar asal jadi seperti yang kita lihat di Jakarta Timur.
Berwisata mengelilingi kota Bandung merupakan salah satu wisata yang murah dan
dapat menambah pengetahuan arsitektural. Memulai dengan berjalan kaki di Jalan Ir.H.
Juanda hingga Jalan R.E Martadinata akan disuguhkan dengan kondisi jalan yang cukup
rindang. Jalan raya yang terbentuk oleh barisan bangunan-bangunan komersil berlantai
rendah menambah suasana pandangan semakin menarik. Bangunan di jalan ini cukup
tertata rapi, dengan pola yang tidak berantakan. Beberapa pohon rindang yang membuat
sejuk ditambah bangunan-bangunan yang membatasi pandangan, menambah
keselarasan di Jalan Juanda. Tidak hanya itu, berjalan di Jalan Juanda maka kita akan
menemukan beberapa icon menarik disini. Salah satunya tempat duduk di jalur
pedestrian. Adanya tempat duduk di jalur pedestrian dengan bentuk yang beragam,
selain berfungsi sebagai pelepas penat atau sekedar duduk namun menambah nilai
keindahan pandangan saat berjalan disini. Icon menarik lainnya adalah papan-papan
reklame yang berisi motivasi untuk berjalan kaki di pedestrian. Dengan munculnya
icon-icon ini sebagai penunjang jalur pedestrian memiliki banyak fungsi, dari segi
estetika tentunya hal tersebut menambah keindahan dan keunikan di jalur pedestrian
yang selama ini hanya disuguhi trotoar dan pepohonan saja. Elemen-elemen pendukung
ini menambah kesan menarik sehingga orang-orang tentunya akan merasa senang dan
nyaman berjalan kaki di jalur ini.
Beberapa jalan di Bandung memang memiliki pola yang beragam. Pola yang tiak
jauh berbeda juga ditemukan di Jalan Merdeka hingga Braga. Di Jalan Merdeka sendiri
tidak terlihat perbedaan yang mencolok. Namun kesan yang muncul di Jalan ini sudah
mulai terasa luas. Rasa privasi di Jalan ini tidak sekuat yang dirasakan di Jalan Juanda.
Selain karena minimnya pohon-pohon rindang, massa bangunan yang membatasinya
tidak serendah posisinya seperti di Jalan Juanda.
Berbeda lagi dengan Jalan Braga. Jalan yang menghubungkan Jalan Merdeka
menuju Jalan Asia Afrika ini memiliki lebar jalan yang tidak besar. Border berupa
bangunan-bangunan di Jalan Braga memiliki kemiripan dengan kota-kota kecil di
Singapore dan kota kecil lain di luar negeri. Terkesan lebih intim dengan rasa seperti
berwisata di luar negeri. Material jalan dan pedestrian yang masih terbuat dari batuan
alam dan bukan aspal menjadikan jalan ini memiliki nilai estetika yang tinggi.
Melangkah ke Jalan Asia-Afrika maka kita akan disuguhkan dengan suasana megah
dan luas. Menjadi salah satu titik pusat kota, Jalan Asia-Afrika selalu menjadi jalur yang
ramai terutama oleh wisatawan. Tuntutan keramaian ini menjadikan jalur pedestrian di
jalan ini dibuat cukup lebar untuk mengakomodasi aktivitas pejalan kaki. Di Jalan Asia
Afrika terdapat salah satu landmark yang terkenal dari kota Bandung yaitu Alun-Alun
kota Bandung. Menjadi pusat dari semua sumbu jalan di sekitarnya, alun-alun seakan-
akan menarik seluruh aktivitas ke arahnya. Kesan megah dan bebas sangat terasa di
Alun-Alun kota Bandung. Dimana tidak ada border yang membatasi ruang disini dan
menjadikannya lebih bebas. Jalan Asia-Afrika sendiri masih berdiri kokoh bangunan-
bangunan zaman kolonial. Bangunan-bangunan ini masih terjaga keasliannya baik
interiornya maupun ekteriornya. Jadi ketika berada disini, masih sangat kuat terasa
bagaimana suasana kolonial dan megahnya bangunan-bangunan ini. Bangunan ini juga
menjadi landmark di Jalan Asia Afrika.
Melangkah ke Jalan Sudirman, mulai terasa perubahan suasana pada ruang luar.
Kembali ke pola border bangunan berupa bangunan-bangunan komersil. Meskipun
beberapa bangunan masih terkesan lawas tapi pola bangunan sebagai border jalan
sangat teratur. Keteraturan ini sangat terlihat dari ukuran bangunan dan bentuk
bangunannya. Meskipun tidak sebaik di Jalan Juanda, jalur pedestrian di Jalan Sudirman
tetap selaras berada di sisi kanan dan kiri sumbu jalan raya.
Keunikan seakan tidak habis dari wajah kota Bandung, bukan hanya bentuk unik
yang sederhana namun unik yang cukup ekstrem. Wajah kota sebagai ruang luar benar-
benar dipoles dengan menarik untuk menyegarkan mata dan tentunya memperindah
kita. Jalur pedeestrian yang dibuat dengan nyaman, monumen-monumen yang tertata
rapi dan teratur, hingga hal-hal unik seperti kursi taman, papan penunjuk hingga jalur
zebra cross disulap dengan menarik sebagai elemen lansekap kota Bandung.
Mengkombinasikan ruang-ruang terbuka yang teratur dengan hal-hal unik dapat
menciptakan keselarasan elemen lansekap kota. Meskipun tidak semua karya arsitektur
di kota Bandung seluruhnya sempurna, tapi sebuah memulai inovasi dalam menciptakan
karya-karya baru dalam sebuah kota merupakan hal yang sangat menarik.