Anda di halaman 1dari 9

DEVELOPMENT OF PEDESTRIAN ZONE

IN BRAGA STREET, BANDUNG


(Pengenmbangan Kawasan Pejalan Kaki di Jalan Braga Bandung)
LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain II
Oleh:
Dian Arumningtyas
Petra Legato
Steffi Tanjung
Khias Nurlatif
Jane Noviana
Firdha Ruqmana
Nayaka Angger S.

(16813004)
(16813199)
(19713047)
(19713083)
(19713190)
(19913004)
(19913024)

FAKULTAS SENIR RUPA DAN DESAIN, SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN,


SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014

Identifikasi Masalah
Berdasarkan observasi lapangan yang telah dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 April 2014,
ditemukan berbagai permasalahan yang terjadi di sepanjang lokasi observasi. Masalah-masalah
tersebut di antaranya sebagai berikut.

1. Dari segi ketertiban lalu lintas:


a. Kemacetan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor
b. Kendaraan parkir di salah satu sisi ruas jalan
c. Kendaraan roda dua melewati trotoar dengan melawan arus jalan utama
d. Pejalan kaki menyeberang sembarangan
2. Dari segi lingkungan:
a. Jalan yang rusak serta bergelombang
b. Masih terdapat pengemis dan pedagang yang berdagang di sepanjang trotoar
c. Banyak sampah berserakan di mana-mana
d. Fasilitas umum seperti tempat sampah dan lampu penerangan jalan yang tidak terawat
e. Bangunan-bangunan yang tutup dan tidak digunakan
Berdasarkan masalah-masalah yang telah disebutkan di atas, kami memilih satu permasalahan
yang menjadi fokus utama perencanaan ini, yaitu tentang kemacetan. Di jalan Braga, kemacetan
selalu terjadi setiap hari, terutama pada jam-jam padat. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab
kemacetan tersebut, di antaranya lebar jalan utama yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan
besarnya volume kendaraan, banyaknya kendaraan yang parkir di salah satu sisi ruas jalan serta
banyaknya pejalan kaki yang menyeberang sembarangan.
Kemacetan yang terjadi di jalan Braga mengakibatkan

beberapa

kerugian,

seperti

ketidaknyamanan bagi seluruh pengguna jalan dan pengunjung kawasan Braga, kerusakan pada jalan
utama, serta berkurangnya pengunjung di kawasan tersebut jika dibandingkan dengan Braga tempo
dulu. Tidak hanya kemacetan, namun perawatan kawasan Braga jugamenjadi perhatian kami untuk
mengurangi masalah berkurangnya aktivitas ekonomi di jalan Braga.

Latar Belakang Pemilihan Lokasi


Alasan pemilihan kawasan Braga sebagai lokasi perencanaan karena menariknya kawasan
tersebut dari segi estetika, historis, dan fungsional. Kawasan Braga memiliki latar belakang
sejarah yang menarik dan memiliki dampak sosial terhadap kondisi lingkungan Braga saat
ini. Sejarah Braga sebagai kawasan hiburan elit zaman Hindia Belanda membuat banyak
bangunan yang apik bergaya klasik berjajar di sepanjang Jalan Braga. Keindahan ini menarik
banyak wisatawan maupun warga lokal mengunjungi kawasan Braga. Hal itu pula yang dapat
membuat banyak orang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdagang, membuka
usaha dan sebagainya.
Akan tetapi, pada kenyataannya, keramaian di Jalan Braga tidak diimbangi dengan
perencanaan infrastruktur yang cukup matang. Hal yang terjadi adalah kemacetan yang
disebabkan oleh kendaran di sepanjang jalan Braga, penggunaan lahan parkir pada salah satu
sisi, kerusakan jalan, juga beberapa hal lain yang membuat kenyamanan menjadi terganggu.
Oleh karena itu, melalui pertimbangan bahwa kawasan Braga merupakan kawasan vital di

Kota Bandung namun dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung fungsinya, kami
memutuskan untuk memilih kawasan tersebut sebagai lokasi perencanaan.
Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Kebutuhan
Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diuraikan, maka dibutuhkan berbagai
sarana dan prasarana untuk menunjang kebutuhan masyarakat yang mengunjungi kawasan
Braga. Fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang kebersihan lingkungan yaitu tempat
sampah yang tidah mudah rusak, sedangkan fasilitas yang diperlukan untuk menunjang
ketertiban jalan yaitu tempat parkir yang memadai dan lokasinya tidak mengganggu lalu
lintas jalan utama, serta diperlukan tempat penyeberangan (zebra cross) bagi pejalan kaki. Hal
lain yang juga dibutuhkan antara lain, material jalan yang tidak mudah rusak serta lampu
peneranggan yang hemat energi dan berfungsi dengan baik.
Berbagai peraturan dibutuhkan demi kenyamanan, kelancaraan dan ketertiban di jalan
Braga. Contohnya seperti, peraturan mengenai sistem parkir kendaraan, tata tertib bagi
pejalan kaki yang menyeberang sembarangan dan pengendara bermotor yang berkendara di
trotoar, peraturan tentang pembuangan sampah sembarangan, dan lain sebagainya.
2. Analisis Lahan
Lokasi observasi yaitu jalan Braga, Bandung yang dibatasi oleh jalan Naripan di sebelah
selatan dan Jalan Lembong di sebelah utara. Jalan Braga memiliki panjang sekitar 650 m dan
lebar 7,5 m. Material jalan utama berupa batu andesit berukuran 20 cm x 40 cm yang disusun
sesuai pola tertentu. Jalan Braga hanya terdapat satu jalur bagi kendaraan yang dibagi ke
dalam 3 lajur. Akan tetapi, salah satu lajur digunakan sebagai tempat parkir, sehingga ruas
jalan yang digunakan menjadi sempit.
Fasilitas pejalan kaki juga disediakan berupa trotoar di sebelah kanan dan kirinya dengan
lebar 3 m. Sepanjang trotoar ditanam pepohonan yang berjarak 5 m antara pohon yang satu
dengan yang lainnya. Saluran drainase berada di bawah trotoar sehingga tidak mengganggu
pemandangan lingkungan. Saluran drainase tersebut mengalir ke sungai cikapundung yang
terletak dekat dengan jalan Braga.
Di jalan Braga terdapat gedung-gedung yang digunakan sebagai toko dan restoran dengan
arsitektur bergaya Belanda-Eropa. Rata-rata gedung memiliki ketinggian 10 m dengan tiga
lantai.
3. Aktivitas Penggunaan Lokasi

Jalan Braga digunakan sebagai kawasan komersial dan wisata. Bangunan di sepanjang
jalan Braga dimanfaatkan sebagai pertokoan, kafe dan restoran begi pengusaha-pengusaha. Di
sana banyak terdapat toko lukisan. Pengunjung jalan Braga umumnya adalah anak-anak
muda, orang dewasa dan keluarga yang terdiri dari pelajar, seniman, pebisnis, traveler, dan
turis luar negeri.
Aktivitas yang biasa dilakukan antara lain transaksi jual beli, berwisata kuliner, berfoto
mengabadikan suasana jalan Braga, melukis bagi para seniman, dan sebagainya. Jalan Braga
ramai saat siang hari tepatnya ketika jam makan siang menuju malam hari. Jalan Braga sering
digunakan untuk event-event penting kota Bandung, di antaranya, Braga Festival, Braga
Culinary Night, Braga Weekend Market, dan lainnya.

4. Accessibility (Aksesibilitas)
Untuk sampai ke lokasi (jalan Braga) dapat digunakan beberapa angkutan umum,
diantaranya, angkot trayek kalapa-dago, sadang serang-stasiun hall, dan dago-stasiun hall.
Sedangkan bis umum tidak melewati jalan Braga. Tidak ada kendaraan khusus yang menuju
jalan Braga, karena sebagian besar hanya kendaraan pribadi yang dapat melewati jalan Braga.
Bagi pengunjung yang berasal dari luar kota, hanya memerlukan waktu sekitar 25 menit
untuk sampai ke jalan Braga dari gerbang Tol Pasteur.
Karena jalan Braga hanya memiliki satu jalur, maka kendaraan yang ingin mengunjungi
atau melewati Braga harus melewati tiga jalan berikut, jalan ABC, jalan Naripan, dan jalan
Braga (bagian selatan) lalu berbelok menuju Jalan Braga. Di tengah-tengah jalan Braga juga
terdapat satu jalan umum yang menuju ke jalan Braga, yaitu jalan Kejaksaan.

5. Studi Banding
Kondisi jalan Braga di Bandung dapat dibandingkan dengan kondisi jalan Malioboro di
Yogyakarta. Malioboro juga merupakan ikon heritage kota Yogyakarta. Banyak bangunan
bekas zaman Hindia Belanda yang masih berdiri kokoh di sana.
Saat ini jalan Malioboro tengah direvitalisasi mejadi kawasan semi pedestrian.
Rencananya, Malioboro akan dikonsep khusus bagi pejalan kaki (pedestrian), hanya ada satu
jalur untuk kendaraan bermotor, di pusat perbelanjaan dan itu pun hanya untuk transportasi

missal seperti Trans Jogja. Sedangkan, jalur lambat akan diperuntukkan bagi sepeda, andong,
dan becak.
Untuk menampung parkir, telah disediakan banyak area, di antaranya, Taman Parkir
Ngabean dan Abu Bakar Ali yang akan dibuat bertingkat (portable). Di kawasan Malioboro
akan dibuat area parkir pendukung di empat titik lainnya yaitu di belakang Kantor Dinas
Pariwisata (Dispar) DIY, bekas Bioskop Indra, Pasar Sore Selatan Beringharjo dan area di
sebelah selatan Ramai Mall.
Kawasan Malioboro lebih luas daripada kawasan Braga. Areanya pun melebar, tidak
seperti Braga yang areanya memanjang. Suasana kuno Belanda bercampur budaya Jawa
Keraton yang kental pun lebih terasa di Malioboro, jika dibandingkan dengan suasana Braga
yang telah bercampur dengan budaya modern. Akan tetapi keduanya memiliki fungsi yang
sama yaitu sebagai ikon kota masing-masing. Braga dapat mencontoh Malioboro, terutama
pada penataan area parkir.

Rekomendasi
Rekomendasi utama yang kami ajukan untuk menyelesaikan permasalah kemacetan di
jalan Braga, yaitu dengan menjadikan jalan Braga sebagai kawasan pejalan kaki (pedestrian
zone). Jalan Braga yang awalnya dapat dilalui oleh kendaraan dengan satu arah, direncanakan
untuk menjadi kawasan khusus bagi pejalan kaki, dan tidak lagi dilalui oleh kendaraan. Jalur
kendaraan yang mulanya melalui jalan Braga, dialihkan ke jalan Asia Afrika dan dibelokkan
ke jalan Banceuy.
Lahan parkir juga relokasikan ke jalan Braga bagian selatan, yaitu dari arah jalan Naripan
belok ke kiri, di mana lebar jalan tersebut dua kali lebih besar dari jalan Braga yang
bermaterialkan batu andesit dan tergolong tidak ramai. Untuk sistem parkir, tetap sama
dengan yang ada saat ini, yaitu dengan menggunakan mesin parkir.
Untuk menarik perhatian pengunjung supaya jalan Braga tetap ramai dikunjungi baik oleh
wisatawan atau warga lokal, direkomendasikan untuk melakukan pembenahan (renovasi)
terhadap bangunan-bangunan yang berdiri di sepanjang jalan Braga. Kemudian, akan
dilakukan penataan kembali jalan Braga dengan menambahkan ornamen-ornamen taman
seperti kursi-kursi taman, air mancur, dan benda seni seperti patung. Tak lupa untuk
membenahi jalan-jalan yang rusak dan material batu andesit tidak perlu diganti untuk
mempertahankan kesan Eropa di jalan Braga. Di sepanjang jalan tersebut juga akan
ditambahkan lebih banyak tanaman-tanaman, lampu-lampu sebagai pencahayaan, dan
fasilitas kebersihan seperti tempat sampah.

Dalam pengembangan zona pedestrian di jalan Braga, dibutuhkan juga lebih banyak
sumber daya manusia untuk membantu merawat dan mengawasi lingkungan kawasan Braga,
seperti petugas kebersihan jalan, petugas keamanan lingkungan, dan juru parkir. Dengan
begitu, jalan Braga akan terhindar dari yang namanya kemacetan lalu lintas dan pengunjung
akan merasa lebih nyaman berjalan-jalan di Braga.
Rencananya, kawasan Braga akan dijadikan sebagai salah satu kawasan yang rutin
menyelenggarakan acara-acara dibandingkan saat ini, sebagai salah satu cara menarik
pengunjung sehingga pengusaha-pengusaha tidak mengalami penurunan dari segi ekonomi.
Pengembangan zona pedestrian juga tidak perlu mengeluarkan banyak biaya, serta akan
dicantumkan peraturan-peraturan bagi pengunjung Braga supaya rencana ini terus berjalan
dengan lancar dan menjadi contoh bagi kota-kota di Indonesia lainnya.

Desain Rekomendasi

Gambar 1. Braga Tempo Doeloe

Gambar 2. Braga di awal abad ke-21

Gambar 4. Rencana pengalihan sirkulasi lalu lintas di kawasan Braga dan sekitarnya

Gambar 5. Sketsa rencana pengembangan zona pedestrian di jalan Braga

Timeline (Alur) Kegiatan Implementasi Perencanaan

Juni
ktM esemareto berber
NOD ovem
Junie m2015ber
Sept

Anda mungkin juga menyukai