Anda di halaman 1dari 34

Prasarana Wilayah dan Kota

Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 1
Juni, 2014
Tugas Prasarana Wilayah dan Kota
Transportasi





Disusun oleh :
Kelas D
Liarizza Wardani 135060607111013
I putu Jagahita 135060607111022
Laras Tri Ayu Safitri 135060607111026






JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 2
Juni, 2014
BAB I
GAMBARAN UMUM

1.1 Kota Malang
Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan kota besar kedua di
Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Sebagai kota besar, Malang tidak lepas dari permasalahan
sosial dan lingkungan yang semakin buruk kualitasnya. Kota yang pernah dianggap
mempunyai tata kota yang terbaik di antara kota-kota Hindia Belanda ini, kini banyak
dikeluhkan warganya seperti kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas, suhu udara yang mulai
panas, sampah yang berserakan atau harus merelokasi pedagang kaki lima yang memenuhi
alun-alun kota. Namun terlepas dari berbagai permasalahan tata kotanya, pariwisata Kota
Malang mampu menarik perhatian tersendiri.
Kota Malang terdiri dari 5 Kecamatan yaitu Kedungkandang, Klojen, Blimbing,
Lowokwaru, dan Sukun serta 57 kelurahan. Secara geografis wilayah Kota Malang berada
antara 0746'48"-0846'42" Lintang Selatan dan 11231'42"-11248'48" Bujur Timur dengan
luas wilayah 110,06 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Karang Ploso dan Kecamatan Singosari
2. Sebelah Timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji
4. Sebelah Barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau
Jaringan jalan merupakan unsur utama dalam pembangunan kota utamanya yang
berhubungan dengan strategi pengembangan dan perluasan kota. selanjutnya klasifikasi
sistem jalan utama di kota Malang menurut fungsinya terdiri dari jalan arteri Primer dan
sekunder yang merupakan poros Utaraselatan dan sebagian besar untuk rute Timur-Barat
merupakan jalan kolektor.
Secara umum kondisi jaringan jalan yang ada di Kota Malang pada tahun 2000 adalah
jalan dalam kondisi rusak sepanjang 86,41 Km, jalan dalam kondisi sedang sepanjang 398,31
Km dan jalan dalam kondisi baik sepanjang 180,92 Km. Dari kondisi jalan yang demikian,
Kota Malang memiliki akses jalan yang baik.


Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 3
Juni, 2014
Tabel. 1.1 Panjang Jalan berdasarkan Fungsi Jalan
No Fungsi Panjang (km)
1 Arteri primer 30,1
2 Ateri sekunder 28,6
3 Kolektor primer I 26,2
4 Kolektor Primer II 23,4
5 Kolektor Primer III 76,79
6 Kolektor Primer IV 179,95
7 Kolektor Sekunder 18,4
8 Lokal Primer 0,4
9 Lokal Sekunder 282,5
total 663,34
Sumber : DPU Kota malang
1.2 Kecamatan Klojen
Klojen adalah sebuah kecamatan di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kecamatan ini di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Lowokwaru dan Blimbing,
timur dengan kecamatan Kedungkandang, selatan dengan kecamatan Sukun dan barat dengan
kecamatan Sukun dan Lowokwaru. Daerah ini terletak di 112 26.14 hingga 112 40.42 Bujur
Timur dan 077 36.38 hingga 008 01.57 Lintang Selatan.
1.3 Koridor Jalan Pasar Besar
Jalan Pasar Besar merupakan jalan yang cukup ramai. Terdapat pusat pembelanjaan di
jalan tersebut yaitu pasar besar malang. Beragam aktivitas pasar terjadi di Pasar Besar
Malang ini, mulai aktivitas Perdagangan, Perbelanjaan sampai Hiburan tersedia. Jalan pasar
besar juga menjadi menjadi sentra bisnis di Kota Malang sehingga aktivitas di jalan ini
hampir terjadi sepanjang hari selam seminggu penuh.
Di sepanjang jalan pasar besar terdapat deretan rumah dan ruko yang sebagian besar
masih merupakan warisan dari jaman kolonialisme Belanda. Namun dikarenakan jalan pasar
besar merupakan CBD (Central Bussiness District) di Kota Malang maka banyak
permasalahan yang sering terjadi di jlan pasar besar ini diantaranya permasalahan lalu lintas
yang semakin kompleks dengan semakin






Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 4
Juni, 2014
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Jalan
Wignall dkk (1999) mengatakan salah satu bagian dari sistem transportasi yang
merupakan prasarana umum/infrastruktur adalah jalan, dan secara sederhana jalan
didefinisikan sebagai jalur dimana masyarakat mempunyai hak untuk melewatinya tanpa
diperlukannya izin khusus untuk itu. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan bahwa Jalan adalah prasarana transportasi
darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
2.2 Hierarki Jalan
Pada dasarnya pengelompokan jalan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang adalah sebagai berikut:
2.2.1 Berdasarkan sistem jaringan jalan terdiri dari:
A. Sistem jaringan jalan primer (antar kota)
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan sebagai berikut:
1. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional,pusat kegiatan wilayah,
pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
2. Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.
B. Sistem jaringan jalan sekunder (dalam kota)
Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer,
fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya
sampai ke persil.
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 5
Juni, 2014
2.2.2 Berdasarkan fungsi jalan, dimana dalam setiap sistem jaringan tersebut
peran jalan dipisahkan menjadi:
A. Jalan arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi. Jalan arteri dibagi menjadi dua, yaitu jalan arteri primer dan
sekunder.
1. Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu dengan
kota jenjang ke satu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota
jenjang ke satu dengan kota jenjang ke dua. Karakteristik jalan arteri primer adalah
sebagai berikut:
a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
(enam puluh) kilometer per jam (km/h);
b. Lebar ruang manfaat jalan minimal 11 (sebelas) meter;
c. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien; jarak antara jaln masuk atau akses
langsung minimal 500 meter, jarak antara akses lahan langsung berupa
kapling luas lahan harus di atas 1000 m2, dengan pemanfaatan untuk
perumahan;
d. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
sesuai dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya;
e. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas,
marka jalan, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain;
f. Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan
kendaraan lambat lainnya;
g. Jalan arteri primer mempunyai 4 (empat) jalur lalu lintas atau lebih dan
seharusnya dilengkapi dengan median (sesuai dengan ketentuan geometrik);
dan
h. Apabila persyaratan jarak akses jalan atau akses lahan tidak dapat
dipenuhi, maka pada jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat
(frontage road) dan juga jalur khusus untuk kendaraan tidak bermotor
(sepeda, becak, dll)
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 6
Juni, 2014
2. Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder merupakan jalan yang menghubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua. Karakteristik jalan arteri sekunder antara lain:
a. Jalan arteri sekunder dirancang berdasar kecepatan rencana paling rendah 30
(tiga puluh) kilometer perjam (km/h);
b. Lebar badan jalan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter;
c. Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat;
d. Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter;
e. Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat
diizinkan melalui jalan ini;
f. Persimpangan pada jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan yang sesuai
dengan volume lalu lintasnya;
g. Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata;
h. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan
seharusnya tidak diizinkan pada jam sibuk;
i. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas,
marka jalan, lampu pengatur lalu lintas, lampu jalan, dll;
j. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari
sistem sekunder yang lain;
k. Dianjurkan tersediannya jalan khusus yang dapat digunakan untuk sepeda
dan kendaraan lambat lainnya; dan
B. Jalan kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor dibagi menjadi dua, yaitu jalan
kolektor primer dan sekunder.
1. Jalan Kolektor Primer
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 7
Juni, 2014
Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua
dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang ketiga. Karakteristik jalan kolektor primer sebagai berikut :
a. Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer
luar kota.
b. Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri
primer.
c. Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 (empat puluh) km per jam.
d. Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 9 (sembilan) meter
e. Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar
jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.
f. Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
g. Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu
yang sesuai dengan volume lalu lintasnya.
h. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata.
i. Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak
diizinkan pada jam sibuk.
2. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Jalan sekunder dirancang berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km per jam, lebar badan jalan
kolektor sekunder tidak kurang dari 9 (sembilan) meter, kendaraan angkutan
barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah pemukiman,
lokasi parkir pada badan jalan dibatasi, harus mempunyai perlengkapan jalan
yang cukup, besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah
dari sistem primer dan arteri sekunder.



Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 8
Juni, 2014
B. Jalan lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi. . Jalan lokal dibagi menjadi dua, yaitu jalan lokal primer dan
sekunder.
1. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer merupakan jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan persil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau
menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota
di bawah jenjang ketiga sampai persil. Ciri jalan lokal primer antara lain
merupakan terusan jalan lokal primer luar kota, dirancang berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km per jam, kendaraan
angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini, lebar badan jalan
lokal primer tidak kurang dari 7,5 meter, besarnya lalu lintas harian rata-rata
pada umumnya paling rendah pada sistem primer.
2. Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar kawasan sekunder
ketiga atau di bawahnya, atau kawasan sekunder dengan perumahan. Jalan
lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) km per jam, lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 7,5
meter, kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi
jaIan ini di daerah pemukiman, serta besarnya lalu lintas harian rata-rata pada
umumnya paling rendah dibandingkan dengan fungsi jalan yang lain.
C. Jalan lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan lingkungan dibagi menjadi dua yaitu jalan lingkungan primer dan jalan
lingkungan sekunder.



Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 9
Juni, 2014
1. Jalan Lingkungan Primer
Jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di
dalam kawasan pedesaan dan jalan di dalam kawasan pedesaan. Ciri jalan
lingkungan primer antara lain didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 15 km/jam, lebar jalan lingkungan primer tidak kurang dari 3,5 meter.
2. Jalan Lingkungan Sekunder
Jalan lingkungan sekunder adalah jalan yang menghubungkan antarpersil dalam
kota. Ciri jalan lingkungan sekunder: antara lain didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 km/jam, lebar jalan lingkungan sekunder tidak kurang dari
6,5 meter .Berdasarkan SNI 03-1733-2004, jalan lingkungan sekunder dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Jalan lingkungan I
Jalur selebar + 1,5-2,0 m penghubung pusat permukiman dengan pusat
lingkungan I atau pusat lingkungan I yang lainnya atau menuju lokal
sekunder III.
b. Jalan lingkungan II
Jalur dengan lebar + 1,2 m penghubung pusat lingkungan pertama ke kedua,
menuju pusat lingkungan II yang lain dan akses yang lebih tinggi
hirarkinya.
2.3 Status Jalan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 34 Tahun 2006 status jalan
dibagi menjadi enam yaitu :
A. Jalan nasional
Jalan nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan strategis serta jalan tol.
B. Jalan provinsi
Jalan provinsi yaitu jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota atau antar ibukota
kabupaten/kota dan jalan strategis provinsi.
C. Jalan kabupaten
Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 10
Juni, 2014
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan
kota, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten dan jalan strategis kabupaten.
D. Jalan kota
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat
permukiman yang berada dalam kota.
E. Jalan desa
Jalan desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau antar
permukiman di dalam desa serta jalan lingkungan.
2.4 Tipe Jalan
Menurut MKJI 1997, tipe jalan merupakan jumlah lajur dan arah dari ruas jalan yang
diantaranya 2 lajur 2 arah (/2), jalan empat-lajur dua-arah tak terbagi (4/2 UD), jalan
empat-lajur dua-arah terbagi (4/2 D), jalan enam-lajur dua arah terbagi (6/2 D), jalan
satu hingga 3-lajur satu arah (1-3/1).
A. Jalan Dua Lajur- Dua Arah
Tipe jalan ini meliputi semua jalan perkotaan dua lajur dua arah (2/2 UD)
dengan lebar jalur lalu lintas lebih kecil dari dan sama dengan 10,5 meter.
Biasanya tidak terdapat median jalan dan lebar bahu efektif paling sedikit 2 meter pada
setiap sisi.
B. Jalan Empat Lajur Terpisah
Tipe jalan ini memiliki lebar lajur 3,5 m, tanpa bahu, jarak antar bahu dan
penghalang terdekat pada trotoar 2 m. Jalan ini memiliki hambatan samping
rendah dengan ukuran kota 1,0 3,0 juta.
C. Jalan Empat-Lajur Tak Terpisah
Kondisi dasar tipe jalan ini memiliki lebar lajur 3,5 m, tanpa bahu, jarak antar bahu
dan penghalang terdekat pada trotoar 2 m. Jalan ini memiliki hambatan samping
rendah dengan ukuran kota 1,0 3,0 juta tetapi tidak memiliki median.
D. Jalan Enam Lajur-Dua Arah Terbagi
Tipe jalan ini meliputi keseluruhan jalan dua arah dengan lebar jalur lalulintas lebih
dari 18 meter dan kurang dari 24 meter.
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 11
Juni, 2014
E. Jalan Satu Arah
Tipe jalan ini meliputi semua jalan satu-arah dengan lebar jalur lalu lintas dari 5,0
meter sampai dengan 10,5 meter. Kondisi dasar tipe jalan ini dari mana kecepatan
arus bebas dasar dan kapasitas ditentukan dan didefinisikan sebagai berikut yaitu lebar
jalur lalu lintas tujuh meter, lebar bahu efektif paling sedikit 2 m setiap sisi, tidak
ada median, hambatan samping rendah, serta ukuran kota 1,0 3,0 juta.
2.5 Kelas Jalan
Menurut Undang Undang No. 22 tahun 2009 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan,
kelas jalan dibedakan menjadi :
A. Jalan kelas I
Jalan kelas I yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, panjang tidak melebihi 18 m dan muatan
sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton.
B. Jalan Kelas II
Jalan kelas II yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, panjang tidak melebihi 18 m, dan muatan sumbu
terberat yang diijinkan 10 ton.
C. Jalan Kelas IIIA
Jalan kelas IIIA yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, panjang tidak melebihi 18 m, dan
muatan sumbu terberat diijinkan 10 ton.
D. Jalan Kelas IIIB
Jalan kelas IIIB yaitu jalan kolektor yang tidak dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak
melebihi 12 m dan muatan sumbu terberat diijinkan 10 ton.
E. Jalan Kelas IIIC
Jalan kelas IIIC yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1 m, ukuran panjang tidak melebihi 9 m,
dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.




Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 12
Juni, 2014

Tabel 2.1 Matriks Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan dan Kelas Jalan

Sumber : UU No.38 Tahun 2004/UU N0.34 Tahun 2006

Tabel 2.2 Kelas Jalan Berdasarkan Fungsi dan Penggunaannya

Sumber : PP 43/1993,PP 44/1993, RUU LLAJ/2006


Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 13
Juni, 2014
2.6 Kinerja Jalan
Kinerja ruas jalan digunakan untuk mengevaluasi permasalahan lalu lintas pada suatu
jalan. Kinerja jalan digambarkan berdasarkan kondisi kegiatan jalan, waktu tempuh bagi
kendaraan untuk melewati segmen jalan tersebut, tingkat kejenuhan lalu lintas pada segmen
jalan dan kecepatan bebas setiap kendaraan dalam melalui segmen.
Berikut beberapa kinerja jalan:
1. Nisbah Volume dan Kapasitas
NVK Keterangan
0,8
0,8 1,0
>1,0
Kondisi stabil
Kondisi tidak stabil
Kondisi kritis
2. Kecepatan perjalanan rata-rata
3. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan mencakup tingkat kejenuhan dan kecepatan arus bebas
a. Derajat Kejenuhan
DS = Q/C


b. Kecepatan Arus Bebas
Kecepatan arus bebas dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
FV= (FVo+FVw) x FFV
SF
x FFV
RC

Dimana:
FV : Kecepatan arus bebas (km/jam)
FVo : Kecepatan arus bebas dasar (km/jam)
FVw : Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu lintas
FFV
SF
: Faktor penyesuaian akibat hambatan samping
FFV
RC
: Faktor penyesuaian akibat tata guna lahan
Secara umum tingkat pelayanan dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Indeks Tingkat Pelayanan A
b. Indeks Tingkat Pelayanan B
c. Indeks Tingkat Pelayanan C
d. Indeks Tingkat Pelayanan D
e. Indeks Tingkat Pelayanan E
f. Indeks Tingkat Pelayanan F
Dimana:
DS = Derajat kejenuhan
Q = Volume Lalu Lintas
C = Kapasitas

Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 14
Juni, 2014
Tabel 2.3 Kategori Tingkat Pelayanan Ruas Jalan:
Kelas Arteri I II III
Kecepatan (km/jam) 72 56 56 48 56 40
ITP Kecepatan perjalan rata-rata (km/jam)
A
B
C
D
E
F
56
45
36
28
221
21
48
38
29
23
16
16
40
31
21
15
11
11
Sumber: Tamin & Nahdalina (1998)
Tabel 2.4 Indeks Pelayanan Berdasarkan Kecepatan Arus Bebas Dan Tingkat Kejenuhan Lalu Lintas
Tingkat Pelayanan Persentase Kecepatan Bebas Tingkat Kejenuhan
A
B
D
E
F
60
70
50
40
33
33
0,35
0,54
0,77
0,93
1,0
1,0
Sumber: Tamin & Nahdalina (1998)
2.7 Volume Lalu lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang tertentu
pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan waktu tertentu. Volume lalu lintas rata-rata adalah
jumlah kendaraan rata-rata dihitung menurut satu satuan waktu tertentu, bisa harian yang
dikatakan sebagai Volume lalu lintas harian rata-rata/LHR atau dalam bahasa Inggris disebut
sebagai Average daily traffic volume (ADT) atau Volume lalu lintas harian rata-rata tahunan
atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Annual average daily traffic volume (AADT).
Selain itu juga ada VJP atau Volume Jam Puncak, baik pagi, siang, maupun sore. Lalu lintas
harian rata rata adalah volume lalu lintas rata-ratadalam satu hari. Dari cara memperoleh
data tersebut dikenal 2 jenis Lalu lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHRT) dan Lalu lintas
Harian Rata-rata (LHR).
A. LHRT
LHRT adalah jumlah lalu lintas kendarann rata-rata yangmelewati satu jalur jalan
selama 24 jam dan diperoleh daridata selama satu tahun penuh.



LHRT dinyatakan dalam SMP/hari/2 arah,atau kendaraan/hari/2 arah umtuk 2 jalur 2
arah, SMP/hari/1 arah ataukendaraan/hari/1 arah untuk jalan berlajur banyak
denganmedian.
LHRT =



Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 15
Juni, 2014
B. LHR
LHR adalah hasil bagi jumlah kendaran yang diperoleh



Data LHR ini cukup teliti jika:
1. Pengamatan dilakukan pada interval interval waktu yang cukup menggambarkan
flukyuasi arus lalu lintas selama 1tahun
2. Hasil LHR yang dipergunakan adalah harga rata-rata dari perhitungan LHR
beberapa kali.LHR atau LHRT untuk perencanaan jalan baru diperolehdari analisa
dat yang diperoleh dari survey asal dan tujuanserta vilume lalu lintas disekitar jalan
tersebut.
C. Volume jam perencanaan (VJP)
LHR dan LHRT adalah volume lalu lintas dalam satu hari, merupakan volume harian
,sehingga nilai LHR dan LHRTitu tak dapat memberikan gambaran perubahan
perubahan yang terjadi pada berbagai jam dalam hari ,yang nilainya dapat bervariasi
antara 0-100 % LHR. Oleh karena itu tak dapat langsung dipergunakan dalm
perencanaan geometrik. Arus lalu lintas bervariasi dari jam ke jam berikutnya
dalamsatu hari ,maka sangat cocoklah jika volume lalu lintas dalam 1 jam dipergunakan
untuk perencanaan dinamakan Volume Jam Perencanaan (VJP) Volume 1 jam yang
dapat dipergunakan sebagai VJP haruslah sedemikian rupa sehingga:
1. Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat padadistribusi arus lalul lintas
setiap jam untuk periode satutahun.
2. Apabila terdapat volume arus lalu lintas per jam yangmelebihi jam perencanaan,
maka kelebihan tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang terlalu besar.
3. Volume tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang sangatbesar, sehingga akan
mengakibatkan jalan akan menjadilenggang dan biayanya pun mahal.
2.8 Kapasitas
Kapsitas jalan merupakan salah satu aspek penting dalam pengendalian lalu lintas.
Kapasitas jalan didefinisikan sebagai tingkat arus maksimum dimana kendaraan dapat
diharapkan untuk melalui suatu potongan jalan pada periode waktu tertentu untuk kondisi
lajur/jalan, pengendalian lalu lintas, dan kondisi cuaca yang berlaku.
LHR =




Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 16
Juni, 2014
Nilai kapasitas didapatkan dari perhitungan data arus lalu lintas dan data geometrik
jalan, kemudian dinyatakan dalam bentuk satuan mobil penumpang (smp). Jalan dengan dua
lajur dua arah penentuan kapasitasnya berdasarkan arus lalu lintas total, sedangkan jalan
dengan banyak lajur, perhitungan dipisahkan per lajur.
Berikut merupakan persamaan untuk menentukan kapasitas jalan:
C= Co x FCw x FCsp x FCsf
Dimana:
C : Kapasitas (smp/jam)
CO : Kapasitaas Dasar (smp/jam)
FCw : Faktor penyesuaian lebar jalan
FCsp : Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan.
Berikut merupakan variabel-variabel yang termasuk dalam kapasitas, antara lain:
Tabel 2.5 Faktor kapasitas dasar (Co)
Tipe Jalan
Kapasitas Dasar
(smp/jam)
Keterangan
4 lajur terbagi
1. Datar
2. Berbukit
3. Pegunungan

1900
1850
1800
Per Lajur
4 lajur tak terbagi
1. Data
2. Berbukit
3. Pegunungan

1700
1650
1600
Per lajur
2 lajur tak terbagi
1. Datar
2. Berbukit
3. Pegunungan

3100
3000
2900
Total 2 arah
Sumber: MKJI (1997)
Tabel 2.6 Faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisah arah (FCSP)

Pemisah arah SP
50% - 50% 55% - 45% 60%-40% 65%-35% 70%-30%
Dua lajur
(2/2)
1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Empat -lajur
(4/2)
1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
Sumber: MKJI (1997)
Tabel 2.7 Faktor penyesuaian kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas (FCw)
Tipe Jalan Lebar Efektif Jalan FCw
Empat lajur Terbagi
Enam lajur terbagi
Per lajur
3,00
3,25
3,50
3,75

0,91
0,96
1,00
1,03
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 17
Juni, 2014
Empat lajur tak terbagi
Per lajur
3,00
3,25
3,50
3,75

0,91
0,96
1,00
1,03
Dua lajur Tak terbagi
Total kedua arah
5
6
7
8
9
10
11

0,69
0,91
1,00
1,08
1,15
1,21
1,27
Sumber: MKJI (1997)

Tabel 2.8 Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping (FCsf)
Tipe Jalan
Kelas
Hambatan
Faktor penyesuaian akibat hambatan samping (FCsf)
Lebar Bahu Efektif (Ws)
0,5 1,0 1,5 2,0
4/2 D
VL 0,99 1,00 1,01 1,03
L 092 0,97 0,99 1,01
M 0, 93 0,95 0,96 0,99
H 0,90 0,92 0,95 0,97
VH 0,88 0,90 0,93 0,96
2/2 UD
4/2 UD
VL 0,97 0,99 1,00 1,02
L 0,93 0,95 0,97 1,00
M 0,88 0,91 0,94 0,98
H 0,84 0,87 0,91 0,95
VH 0,80 0,83 0,88 0,93
Sumber: MKJI (1997)
2.9 Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat pelayanan jalan adalah kinerja dari sebuah ruas jalan yang dikaitkan dengan
kondisi, kecepatan, dan kapasitas dari jalan tersebut. Kapasitas yang baik dari sebuah jalan
adalah dimana sebuah jalan dengan kapasitas yang tinggi dan hanya digunakan oleh sedikit
kendaraan sehingga kendaraan tersebut dapat melaju dengan kecepatan yang tinggi dan juga
sebaliknya jika sebuah jalan dengan arus kendaraan yang padat dengan kapasitas jalan yang
rendah maka laju ke kendaraan menjadi tidak leluasa atau rendah dapat dikategorikan tingkat
pelayalan jalan tersebut kurang baik. Terdapat beberapa kriteria dari tingkat pelayanan dari
sebuah jalan

Tabel 2.9 Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat Pelayanan Kondisi Arus Lalu Lintas
Kecepatan Laju
Kendaraan
( km/jam)
A
Bebas hambatan, volume lalu lintas rendah, pengemudi
dapat menjaga kecepatan tanpa tundaan
> 95
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 18
Juni, 2014
B
Arus stabl (untuk merancang jalan antarkota), volume
lalu lintas sesuai dengan rancangan jalan
80 95
C
Arus stabil (untuk merancang jalan perkotaan),
umumnya pemengumdi tidak bebas lagi memilih lajut
atau menyalip
60 80
D
Arus mulai tidak stabil, kebebasan dan kenyamanan
mengemudi terbatas namu masih wajar dalam jangka
waktu pendek, volume lalu lintas masih dalam batas
toleransi kapasitas jalan
40 60
E
Arus tidak stabi, volume lalu lintas mulai jenu , terjadi
tundaan dan antrean, laju kendaraan kadang- kadang
tersendat
30 40
F
Arus terhambat, macet, padat merayap sering berhenti,
antrean panjang, volume lalu lintas turun drastis
< 30
Sumber: Warpani, 1985;62
2.10 Karakteristik Parkir
A. Pengertian Parkir
Parkir merupakan keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
Sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 ). Selain itu parkir pula dapat
diartikan sebagai semua kendaraan tidak mungkin bergerak terus, pada suatu saat ia
harus berhenti untuk sementara waktu (menurunkan muatan) atau berhenti cukup lama
yang (warpani,1992;176). Dapat disimpulkan bahwa parkir merupakan salah ruang
dimana kendaraan memberhendikan kendaraannya dalam waktu singkat atau
sementara.
B. Tujuan pengendalian parkir
1. Mengurangi kemacetan lalu lintas
2. Meningkatkan kapasitas ruas jalan
3. Pengelolaan perlalulintasan
4. Mendayagunakan fasilitas parkir di luar jalan - besar tarif mampu bersaing dengan
tarif parkir di jalan
5. Menghasilkan uang sebagai pendapatan asli daerah melalui tarif perkakiran
C. Jenis parkir
Bedasarkan keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat tentang penyelenggaraan
fasilitas parkir, jenis fasilitas parkir dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Parkir di badan jalan ( on street)
Parkir di badan jalan diartikan sebagai fasilitas parkir yang menggunakan badan
jalan. Adanya parkir di badan jalan akan mengurangi kapasitas ruas jalan yang
digunakan sebagai tempat parkir, selain itu parkir di badan jalan berpengaruh
terhadap daya tampung ruas jalan yang bersangkutan.
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 19
Juni, 2014
Tabel 2.10 Pengaruh Parkir Terhadap Kapasitas Jalan
Jumlah kendaraan yang parkir per km ( kedua sisi jalan ) 3 6 30 60 120 300
Lebar jalan berkurang(m) 0,9 1,2 2,1 2,5 3,0 3,7
Daya tampung yang hilang pada kecepatan 24 km/jam
(SMP/jam)
200 275 475 575 675 800
Sumber :Warpani, 1990
Luas permukaan jalan yang tersita untuk perparkiran ditentukam oleh lebar petak
parkir dan sudut parkir, sudut parkit yang umum digunakan 0, 30, 45, 60, dan 90.

1. 90 derajat



2. 45 derajat



3. 180 derajat



Gambar 2.1 Model parkir di on street

b. Parkir di luar badan jalan ( off street )
Fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking) adalah fasilitas parkir
kendaraan di luar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau penunjang kegiatan yang
dapat berupa tempat parkir dan/atau gedung parkir (Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat, 1996 ). Parkir off street merupakan perparkiran paling ideal untuk diterapkan
dikarenakan tanpa mengganggu aktifitas kendaraan di jalan raya. Di Pusat kota
sangat perlu diterapkan sistem parkir off strret untuk menunjang kegiatan perkotaan
yang begitu padat. Terdapatnya lahan yang minim , dapat pula diterapkan sistem
parkir yang bertingkat sesuai dengan kebutihan.



Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 20
Juni, 2014







Gambar 2.2 Tata parkir pada pelataran parkir atau lantai gedung parkir
D. Pengendalian Parkir
Pengedalian perpakiran lebih ditujukan pada perparkiran on sttret dikarenakan
menggagu kelancaran lalu lintas.Pengendalian yang dilakukan adalah mengelola
dengan sistem yang baik agar tidak berdampak negatif ysng ditimbulksnnys dapat
ditekan samapi batas minimal. Salah satu kebijakan pemerintah dalam pengedalian
perparkiran adalah adanya rambu-rambu larangan atau marka atau tanda-tanda lainnya
pada tempat tertentu seperti sekitar tempat pejalan kaki,atau tempat penyeberangan
sepeda yang telah ditentukan, jalur khusus pejalan ,tikungan tertentu, jembatand, dekat
perlintasan sebidang dan persimpangan, muka pintu keluar masuk pekarangan, pada
tempat yang dapat menutupi rambu-rambu atau alat peberi isyarat lalu lintas,
berdekatan dengan keran pemadam kebakaran atau sumber air sejenisnya
Selain itu pula dihindari tempat-tempat yang tidak layak unutuk dijdikan tempat parkir
seperti jalan yang sempit, terowongan, tempat konsentrasi pejalan kaki, lajur prioritas,
puncak tanjakan
Tempat-tempat tertentu (tempat parkir dan badan jalan) diterapkan pula keluang
untuk memarkirkan kendaraannya, selain kebijakan pembatasan waktu parkir, sehingga
parkir yang tersedia dapat digunakan secara efisien atau sebanyak-banyaknya
kendaraan mendapatkn peluang untuk memarkirkan kendaraannya, selain itu ruang
jalan yng telat tersita untuk fasilitas parkir dapat memberikan manfaat yang maksimum
dan mendorong pengguna jalan memarkirkan kendaraannya di luar jalan. Altenatif
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 21
Juni, 2014
lainnya yaitu memberlakukan tarif progresif parkir di jalan dengan asumsi makin lama
memarkirkan kendaraannya makin mahal pula tarif yang dikenakan.
Tabel 2.11 Pola Biaya Parkir Progresif
Waktu Parkir
Biaya Parkir (Rp-)
Luar Jalan Jalan
1 jam pertama
1 jam kedua
1 jam ketiga
1 jam keempat
x
x + x
x + 3x
x + 4x
x
x + 2x
x + 4x
x + 8x
Sumber:Warpani, 2002

















Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 22
Juni, 2014
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Jalan
Jalan Besar terbagi menjadi segmen I, dan segmen II. Kedua segmen memiliki
karakteristik yang sama kecuali sistem arah dan panjang jalannya. Segmen I berada di Jalan
Pasar Besar Barat dan Segmen II berada di jalan Pasar Besar Timur. Guna lahan pada Jalan
Pasar Besar adalah sebagai perdagangan dan jasa. Kedua segmen pada Jalan Pasar Besar
merupakan jalan tanpa median.
A. Geometrik
Geometrik jalan merupakan pedoman desain jalan yang digunakan untuk
perencanaan jalan sehingga jalan yang direncanakan dapat berfungsi sebagaimana
mestinya dan dapat memberikan pelayanan optimal. Berikut tabel yang menjelaskan
karakteristik Jalan Pasar Besar:
Tabel 3.1 Karakteristik Jalan
Aspek
Keterangan Jalan Pasar Besar
Segmen I
(Jl. Pasar Besar Barat)
Segmen II
(Jl. Pasar Besar Timur)
Tipe Jalan
Sistem Arah
Jenis Perkerasan
Jumlah Lajur
Panjang Jalan (L)
Lebar Jalur Lalu Lintas (Wc)
Pemisah Arah (SP)
Jarak Kereb (tanpa bahu) Penghalang (Wk)
Ukuran Kota (CS)
Guna Lahan
Total Frekuensi berbobot hambatan samping (per
200m/jam dua sisi)
Kelas Hambatan Samping
2 lajur 1 jalur
Satu Arah
Aspal Hotmix
2 (dua)
345 meter
5,5 m
50 - 50
1,0 m
0,5 1,0 juta penduduk
Perdagangan dan Jasa
500-899

Tinggi
2 lajur 2 jalur
Dua Arah
Aspal Hotmix
2 (dua)
365 meter
5,5 m
50-50
1,0 m
0,5-1,0 juta penduduk
Perdagangan dan Jasa
500-899

Tinggi
Sumber : Hasil Survey Sekunder,

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Jalan Pasar Besar merupakan
jalan dengan tipe jalan 2 lajur 1 jalur untuk segment Jalan Pasar Besar Barat dan 2 lajur
2 jalur untuk segmen Jalan Pasar Besar timur. Dalam hal ini Jalan Pasar Besar yang
dibahas merupakan Jalan Pasar Besar Barat yang memiliki tipe 2 lajur 1 jalur. Jalan
Pasar Besar Barat merupakan jalan dengan guna lahan sebagai kawasan perdagangan
dan jasa sepanjang 345 meter. Kelas Hambatan Samping pada Jalan ini masuk pada
klasifikasi tinggi karena di sepanjang Jalan Pasar Besar terdapat parking on street
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 23
Juni, 2014
sehingga mengurangi efektifitas jalan sebesar 5 meter bahkan lebih. Selain itu terdapat
hambatan samping seperti angkutan yang parkir sementara dan parkir becak. Dengan
adanya kelas hambatan samping yang tinggi maka timbul masalah lalu lintas, yaitu
kemacetan. Kemacetan terjadi pada jam puncak parkir dan jam puncak sibuk. Berikut
merupakan gambar penampang samping Jalan Pasar Besar Barat Kota Malang:

Gambar 3.1 Penampang Jalan
B. Kesesuaian Karakteristik dengan PP No. 34 Tahun 2006
PP No. 34 Tahun 2006 merupakan peraturan pemerintah yang mengatur
mengenai jalan. PP No. 34 Tahun 2006 juga berisi mengenai standar karakteristik jalan.
Berikut ini merupakan tabel kesesuaian karakteristik Jalan Pasar Besar dengan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006
Tabel 3.2 Kesesuaian Karakteristik Jalan
Aspek Standar Eksisting
Rumaja >9m 11 m
Rumija >11m 14 m
Ruwasja >19m 14 m
Kecepatan >40km/jam 45km/jam
Sumber : Hasil survey sekunder
Berdasarkan Tabel kesesuaian di atas, dapat dilihat bahwa ruwasja pada Jalan
Pasar Besar tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah pada PP No. 34
tahun 2006 yaitu lebih dari 19 meter, pada keadaan eksisting ruwasja pada Jalan Pasar
Besar hanya 14 meter. Sehingga ruwasja pada Jalan Pasar Besar masih kurang 5 meter.
Kurangnya ruwasja pada Jalan Pasar Besar dapat menjadi salah satu penyebab
terjadinya kemacetan di koridor jalan tersebut.

Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 24
Juni, 2014


Foto Analisis Kondisi Eksisting

Gambar 3.1 Foto Analisis Jalan Pasar Besar Barat
Dari gambar di atas dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Blok berwarna kuning merupakan trotoar sebagai pedestrian way yang berada pada
kedua sisi jalan. Lebar trotoar pada masing-masing sisi sebesar 1 meter. Pada
trotoar ini jarang dijumpai tempat sampah, sehingga perlu ditambahkan tempat
sampah sebagai fasilitas dari pejalan kaki.
2. Blok berwarna biru kehijauan merupakan bahu jalan sebagai parking on street.
Parkiran terdiri dari parkiran mobil dan parkiran motor. Lebar jalan yang digunakan
untuk parkiran yaitu 5 meter.
3. Blok berwarna merah merupakan bahu jalan yang dbanyak digunakan PKL untuk
berdagang. Keadaan ini akan saat merugikan pada jam-jam padat karena
mengurangi lebar efektif jalan sehingga terjadi kemacetan. Lebar jalan yang
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 25
Juni, 2014
digunakan untuk bahu jalan atau pada eksisting digunakan sebagai lokasi berjualan
PKL yaitu selebar 1,5 meter.
4. Blok berwarna abu-abu merupakan jalan efektif yang digunakan oleh pengguna
kendaraan dengan lebar 5,5 meter. Permasalahan yang terjadi adalah seringnya
terjadi kemacetan pada jam-jam tertentu.
5. Garis biru merupakan simbol dari sistem satu jalur yang digunakan pada Jalan Pasar
Besar Barat.

Gambar 3.2 Foto analisis masalah di Jalan Pasar Besar Barat
Dari gambar di atas dapat diidentifikasi pelanggaran yang dilakukan baik oleh pejalan
kaki maupun pengguna kendaraan bermotor. Pelanggaran pertama dilakukan oleh pejalan
kaki yang tidak berjalan di trotoar, apabila hendak menyebrang sebaiknya menyebrang di
zebra cross karena bila berada di samping jalan efektif dapat menyebabkan tabrakan oleh
kendaraan bermotor. Kesalahan kedua dilakukan oleh kendaraan bermotor yang parkir di sisi
kanan jalan dan adanya PKL yang berjualan di bahu jalan sehingga terkadang memakan lebar
jalan efektif.
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 26
Juni, 2014
3.2 Kinerja Jalan
3.2.1 Volume Kendaran
A. Volume Kendaraan Jalan Pasar Besar Barat Dihari Kerja
Kamis, 7 Februari 2002
Tabel 3.3 Volume Kendaraan Jalan Pasar Besar Barat Dihari Kerja

No
Waktu Pengamatan
Kendaran
Berat
Kendaraan
Ringan
Sepeda
Motor
Total
Kendaraan / jam
1 10.00 - 10.15 38 297 489 824
2 10.15 - 10.30 32 293 567 892
3 10.30 - 10.45 41 303 553 897
4 10.45 - 11.00 29 298 568 895
5 11.00 - 11.15 48 275 576 899
6 11.15 - 11.30 41 311 507 859
7 11.30 - 11.45 35 298 378 711
8 11.45 - 12.00 38 307 398 743
9 12.00 - 12.15 33 289 389 711
10 12.15 - 12.30 53 326 568 947
11 12.30 - 12.45 35 317 464 816
12 12.45 - 13.00 28 262 502 792
Sumber : Hasil Survey sekunder

B. Volume Kendaraan Jalan Pasar Besar Barat Dihari Kerja dalam SMP
Tabel 3.4 Volume Kendaraan Jalan Pasar Besar Barat Dihari Kerja dalam SMP

No
Waktu Pengamatan
Kendaran
Berat (HV)
Kendaraan
Ringan (LV)
Sepeda
Motor (MC)
1 10.00 - 10.15 45,6 297 122,25
2 10.15 - 10.30 38,4 293 141,75
3 10.30 - 10.45 49,2 303 138,25
4 10.45 - 11.00 34,8 298 142
5 11.00 - 11.15 57,6 275 144
6 11.15 - 11.30 49,2 311 126,75
7 11.30 - 11.45 42 298 94,5
8 11.45 - 12.00 45,6 307 99,5
9 12.00 - 12.15 39,6 289 97,25
10 12.15 - 12.30 63,6 326 142
11 12.30 - 12.45 42 317 116
12 12.45 - 13.00 33,6 262 125,5
Sumber : Hasil Survey Sekunder
C. Volume Kendaraan Jalan Pasar Besar Dihari Libur
Sabtu, 9 Februari 2002
Tabel 3.5 Volume Kendaraan Jalan Pasar Besar Dihari Libur
No

Waktu Pengamatan
Kendaran
Berat
Kendaraan
Ringan
Sepeda
Motor
Total
Kendaraan /
jam
1 10.00 - 10.15 41 281 541 863
2 10.15 - 10.30 36 320 614 970
3 10.30 - 10.45 26 285 568 901
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 27
Juni, 2014
4 10.45 - 11.00 40 332 551 893
5 11.00 - 11.15 58 290 554 890
6 11.15 - 11.30 39 335 561 935
7 11.30 - 11.45 40 301 550 887
8 11.45 - 12.00 31 348 477 886
9 12.00 - 12.15 31 300 445 877
10 12.15 - 12.30 33 339 618 960
11 12.30 - 12.45 37 347 581 965
12 12.45 - 13.00 40 326 516 892
Sumber : Hasil Survey Sekunder
D. Volume Kendaraan Jalan Pasar Besar Dihari Libur dalam SMP
Tabel 3.6 Volume Kendaraan Jalan Pasar Besar Dihari Libur dalam SMP
No

Waktu Pengamatan
Kendaran
Berat (HV)
Kendaraan
Ringan (LV)
Sepeda Motor
(MC)
1 10.00 - 10.15 49,2 281 135,25
2 10.15 - 10.30 43,2 320 153,5
3 10.30 - 10.45 31,2 285 142
4 10.45 - 11.00 48 332 137,75
5 11.00 - 11.15 69,6 290 138,5
6 11.15 - 11.30 46,8 335 140,25
7 11.30 - 11.45 48 301 137,5
8 11.45 - 12.00 37,2 348 119,25
9 12.00 - 12.15 37,2 300 111,25
10 12.15 - 12.30 39,6 339 154,5
11 12.30 - 12.45 44,4 347 145,25
12 12.45 - 13.00 40 326 516
Sumber : Hasil Survey Sekunder
3.2.2 Kapasitas Jalan
Tabel 3.7 Kapasitas Jalan Pasar Besar Pada Hari Kerja
Kapasitas
dasar
(smp/jam)
(C
0
)
Faktor penyesuaian
lebar jalur lalu-lintas
(FC
w
)
Faktor
penyesuaian
pemisahan
arah
(FC
sp
)
Faktor
penyesuaian
hambatan
samping
(FC
sf
)
Faktor
penyesuaian
ukuran kota
(FC
cs
)
Kapasitas
2900 1,00 1,00 0,91 0,94 2480,66
Sumber : Hasil Survey Sekunder
Tabel 3.8 Kapasitas Jalan Pasar Besar Pada Hari Kerja
Kapasitas
dasar
(smp/jam)
(C
0
)
Faktor penyesuaian
lebar jalur lalu-lintas
(FC
w
)
Faktor
penyesuaian
pemisahan
arah
(FC
sp
)
Faktor
penyesuaian
hambatan
samping
(FC
sf
)
Faktor
penyesuaian
ukuran kota
(FC
cs
)
Kapasitas
2900 1,00 1,00 0,91 0,94 2480,66
Sumber : Hasil Survey Sekunder

Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 28
Juni, 2014
3.2.3 Tingkat Pelayanan Jalan
A. Hari Kerja
Tabel 3.9 Tingkat Pelayanan Jalan Pada Hari Kerja
Volume lalu lintas
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam)
Derajat
Kejenuhan (DS)
Indeks pelayanan
jalan
8234,4 2480,66 3,32 F
Sumber : Hasil Survey Sekunder
B. Hari Libur
Tabel 3.10 Tingkat Pelayanan Jalan Pada Hari Libur
Volume lalu lintas
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam)
Derajat
Kejenuhan (DS)
Indeks pelayanan
jalan
8676,8 2480,66 3,497 F
Sumber : Hasil Survey Sekunder
3.4 Karakteristik Parkir
A. Tipe Parkir
Tipe parkir yang diterapkan di jalan pasar besar adalah tipe parkir on street di
mana kendaraan di parkir di badan jalan dengan sudut parkir 90 derajat dan lebar parkir
on street 5 meter . Penataan tempat parkir di pasar besar sendiri kurang teratur masih
terdapat bercampuran kendaaraan roda 2 dan roda 4 sehingga menimbulkan
permasalahan dalam hal keluar dari parkir tersebut. Selain itu pula parkir yang
diterapkan di pasar besar itu sendiri masih belum efektif dikarenakan masih terdapat
kemacetan yang dikarenakan penerapan parkir on street tersebut, terlebih lagi dengan
tingkat hambatan samping yang tinggi dikarenakan akitiftas yang beragam yang terjadi
di pasar besar tersebut. Pengadaan parkir on street yang terdapat di Jalan Pasar besar
perlu di kaji atau di evaluasi, diketahui bahwa tingkat kepadatan dari ruas jalan
tersebut sangat tinggi sehingga arus lalu lintas menjadi tersendat dan akhirnya
menyebabkan kemacetan. Disisi lain tingkat pelayanan jalan juga buruk dimana dengan
kapasitas jalan yang tinggi dan arus kendaraan yang besar sehingga kecepatan
kendaraan menjadi berkurang.





Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 29
Juni, 2014
B. Desain Penampang Parkir
Berikut merupakan penampang atas untuk parkir mobil:











Gambar 3.3 Desain parkir mobil tampak atas
Berikut merupakan penampang samping parkir mobil

Gambar 3.4 Desain parkir mobil tampak samping
Kedua penampang di atas merupakan desain parkir dengan tipe 90 untuk mobil.
Dipilih tipe 90 karena tipe ini lebih aman dan lebih sedikit mengambil lebar jalan dibanding
untuk desain 45 serta dapat menampung lebih banyak Parkir untuk mobil diletakkan pada
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 30
Juni, 2014
belokan pertama menuju Jalan Pasar Besar. Parkir untuk setiap mobil di desain dengan
ukuran 5 meter x 2,5 meter. Desain yang dibuat dengan pertimbangan adanya mobil box yang
mendistribusikan produk untuk dijual di Pasar Besar. Jalan Pasar Besar sebelah kiri
sepanjang 145 meter digunakan sebagai parkir mobil sepanjang 62,5 meter. Dengan panjang
62,5 meter dapat digunakan untuk menampung mobil sebanyak 25 mobil. Pada desain juga
memperhatikan aspek saluran drainase agar limpasan air hujan tidak merusak atau melubangi
jalan. Adanya fasilitas pelengkap jalan berupa lampu jalan merupakan salah satu hal penting
agar pada malam hari jalan tidak gelap. Selain itu juga terdapat pohon agar menambah
kesejukan dan meningkatkan rasa nyaman pejalan kaki yang berjalan di pedestrian way.
Berikut merupakan penampang atas dan penampang samping desain parkir motor:

Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 31
Juni, 2014

Gambar 3.4 Desain parkir motor tampak atas dan samping
Gambar 3.4 merupakan desain yang dibuat dengan tipe 90 untuk motor. Dipilih tipe
90 karena tipe ini lebih aman dan lebih sedikit mengambil lebar jalan dibanding untuk
desain 45 serta dapat menampung lebih banyak. Parkir motor menggunakan menggunakan
lebar jalan yang sama yaitu lima meter dan panjang jalan sepanjang 67,5 meter. Dari lebar 5
meter digunakan 4 meter untuk parkir motor yang di bagi dua dan dipisahkan 1 meter sebagai
ruang untuk motor yang parkir di depan keluar dan masuk. Untuk satu motor di sediakan
tempat parkir dengan ukuran 2 meter x 0,75 meter. Dari 67,5 meter dapat digunakan untuk
parkir motor sebanyak 180 motor depan-belakang. Pada desain juga ditunjukkan adanya
tempat sampah pada trotoar sehingga memudahkan pengguna jalan untuk membuang
sampah, sehingga pengguna jalan tidak membuang sampah ke jalan.
Selain untuk parkir motor dan mobil, juga terdapat akses masuk ke perdagangan
diantara parkir motor dan mobil, juga diantara dua parkiran motor, berikut penampangnya:
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 32
Juni, 2014



Gambar 3.5 Desain space sebagai akses masuk tampak samping dan atas
Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 33
Juni, 2014
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Jalan Pasar Besar merupaka jalan arteri sekunder yang salah satu masalahnya
yaitu kemacetan.
2. Jalan Pasar Besar tetap diterapkan sistem parking on street dengan tipe parkir 90.
3. Desain parkir dapat menampung 25 mobil dan 180 motor, dengan panjang jalan
yang digunakan untuk parkir mobil 62,5 meter dan untuk motor 67,5 meter.
4. Parkir motor tidak 180 dalam satu parkiran, namun 90 motor dengan desain depan
belakang kemudian di pisah dengan space sebagai akses masuk ke daerah
perdagangan kemudian parkir motor lagi. Sehingga 67,5 meter tersebut terbagi
menjadi dua parkir dengan desain depan belakang, dengan panjang masing-
masing 33,75 meter.
5. Setiap desain parkir juga didesain dengan memperhatikan saluran drainase untuk
menjaga kualitas dan fungsi jalan agar tidak cepat rusak oleh genangan.
4.2 Saran
1. Adanya PKL di sisi kanan jalan disarankan untuk di relokasikan karena dapat
meningkatkan lama waktu terjadinya kemacetan.
2. Penertiban terhadap pejalan kaki agar berjalan di trotoar dan menyeberang pada
zebra cross.
3. Perlu adanya peningkatan jumlah pohon agar meningkatkan kenyamanan bagi
pejalan kaki.
4. Perlu penambahan jumlah tempat sampah agar pejalan kaki dapat dengan mudah
menemukan tempat sampah dan membuang sampah pada tempatnya.

Prasarana Wilayah dan Kota
Tugas Besar
Transportasi

Tugas Besar Transportasi
Jalan Pasar Besar Barat 34
Juni, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Resmeitasari, Dina. 2007. Penanganan Kemacetan LaluLintas di Jalan Pasar besar Kota
Malang, Malang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan
Undang Undang No. 22 tahun 2009 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan
Direktoret Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota (1997), Manual Kapasitas
Jalan Indonesia, Jakarta.
Tamin, Ofyar (2008), Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Institut Teknologi
Bandung.
Warpani, Suwardjoko P.2002. Pengelolaan lalu lintas dan Angkutan Umum. Bandung :
Istitut Teknologi Bandung
Wignall, Arthur dkk. 1999. Proyek Jalan Teori & Praktek. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai