Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan Sentosa Meulaboh Kabupaten Aceh Barat yang meliputi Gampong


Drien Rampak, Gampong salah satu tipe jalan local primer, yang menghubungkan
bagian-bagian kota jenjang kesatu dengan persil kota jenjang kedua, kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang
dibawahnya. Pada saat ini jalan Sentosa salah satu jalan yang sangat aktif
pergerakan arus lalu lintasnya, karena jalan ini difungsikan sebagai jalan alternatif
untuk menghubungkan antara jalan Sisingamangaraja dengan jalan Nasional,
dimana pergerakan arus lalu lintasnya bergerak dalam satu jalur satu arah. Kondisi
arus lalu lintas pada ruas jalan Sentosa pada saat ini semakin meningkat, terutama
pada jam-jam sibuk. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya berbagai jenis kendaraan
yang melintas dan beberapa bangunan umum diantaraya: sekolah, perkantoran,
kampus perkuliahan dan perumahan penduduk yang terdapat diruas jalan tersebut.
. Berdasarkan peta administrasi Kecamatan Johan Pahlawan, jalan
Sisingamangaraja tergolong sebagai jalan kolektor primer (k2/provinsi) yang
merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten kota, atau antar ibukota kabupaten
kota, dan jalan strategis provinsi. Dari penjelasan diatas jelas bahwa jalan
Sisingamangaraja menampung lajunya pergerakan lalu lintas yang cukup tinggi
terutama kendaraan- kendaraan yang berasal dari luar kota maupun dalam kota.
Kepadatan arus lalu lintas, pada ruas jalan Sentosa dan jalan
Sisingamangaraja ini dapat terjadi karena angka volume lalu lintas lebih tinggi
dari pada kapasitas ruas jalan yang ada, dan juga pengaruh hambatan-hambatan
samping lainnya, sehingga dapat mempengaruhi kinerja ruas jalan Sentosa dan
Sisingamangaraja tersebut.
2

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan permasalah


sebagai berikut : Seberapa besar nilai kapasitas (C), volume kendaraan (Q)
kecepatan dan derajat kejenuhan (DS), dengan menggunakan metode Manual
Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 (MKJI 1997), di ruas jalan Sentosa dan
Sisingamangaraja Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

1.3 Batasan Masalah

Pada studi kasus ini perlu dilakukan pembatasan masala karena adanya
keterbatasan tenaga, waktu dan biaya, adapun batasan masalah pada studi kasus
ini adalah sebagai berikut:
1. Studikasus ini dibatasi hanya untuk ruas jalan Sentosa dan
Sisingamangaraja Meulaboh Kabupaten Aceh Barat,
2. Perhitungan volume kendaraan, kapasitas, kecepatan dan derajat
kejenuhan menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia
1997 (MKJI 1997).

1.4 Tujuan Studi Kasus

Studikasus ini dilakukan bertujuan untuk menghitung, volume kendar,


kecepatan aruas bebas kendaraaan ringan, kapasitas (C), dan derajat kejenuhan
jalan Sentosa dan Sisingamangaraja, dengan menggunakan metode Manual
Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) BAB V “ jalan perkotaan”.

1.5 Manfaat Studi Kasus

1. Sebagai bahan kajian dan referensi awal penelitian dasar untuk


informasi dari kapasitas, kecepatan dan nilai derajat kejenuhan dari
3

jalan Sentosa dan Sisingamangaraja Meulaboh Kabupaten Aceh Barat,


yang berguna untuk membuat pemikiran, rencana dan langkah-langkah
yang lebih praktis untuk mengatasi permasalahan lalu lintas sesuai
dengan keinginan para pengendara.
2. Dapat digunakan sebagai referensi awal bagi penelitian selanjutnya.

1.6 Lokasi Studi Kasus

Lokasi yang ditinjau dalam penelitian ini adalah jalan Sentosa dan Jalan
Sisingamangaraja yang meliputi Gampong Drien Rampak, Gampa dan Gampong
Lapang, yang tergabung dalam satu Kecamatan Johan Pahlawan Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
4

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Umum

Jalan raya dapat di artikan suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu
lintas dari suatu tempat ketempat lainnya. Lintasan menyangkut jalur tanah yang
diperkeras dan jalur tanah tanpa diperkeras. Lalu lintas menyangkut semua
benda dan mahluk yang melewati jalan tersebut baik kendaran ataupun
kendaraan tak bermotor seperti sepeda maupun manusia.
Pada tugas akhir ini penulis melakukan kajian kinerja ruas jalan sebagai
bahan informasi tentang sisitem jaringan transportasi, dalam hal ini penulis
membatasi hanya pada sistem transportasi jalan raya di Kecamatan Johan
Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, yaitu pada lokasi ruas jalan Sentosa dan
Sisingamangaraja. Pada studi kasus ini akan dilakukan kajian awal tentang
peranan kinerja jalan dalam manampung jumlah kendaraan yang melaju di suatu
ruas jalan dalam kota Meulaboh, terutama pada lokasi ruas jalan Sentosa dan
Sisingamangaraja.

2.2 Macam-macam Jalan

Berdasarkan data peta administrasi Kecamatan Johan Pahlawan didapat


bahwasanya di kecamatan ini memiliki beberapa tipe jalan diantaranya :

1. Jalan Kolektor Primer (K1)


2. Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi)
3. Jalan Lokal Primer
4. Jalan Lain

1) Jalan Kolektor Primer (K1)


5

Jalan Kolektor Primer (K1) adalah jalan yang menghubungkan secara


efisien antar pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.

2) Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi)


Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi) merupakan jalan kolektor dalam
sistem jaringan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan
strategis provinsi.

3) Jalan Lokal Primer


Jalan lokal primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga
dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang dibawahnya. (R.Desutama, 2007).

4) Jalan Lain
Jjalan lain dimaksud juga jalan lingkungan, jalan lingkungan adalah jalan
umum yang melayani angkutan lingkungan, perjalanan jarak dekat dan
kecepatan rata-rata rendah.

2.3 Fungsi Jalan

Adapun fungsi dari jalan raya adalah tempat atau media berkendara semua
orang menuju tempat yang diinginkan. Namun untuk menjaga keselamatan dari
jalan itu sendiri maka fungsi jalan diklasifikasikan menurut fungsinya masing-
masing, Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2004
tentang jalan yaitu :

1. Jalan alteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan


utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
6

jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.


2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata-rata rendah.

2.4 Kelas Jalan

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan


angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan
transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan
karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan ber motor,
muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.
Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan,
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 1992, tentang
lalu lintas dan angkutan jalan terdiri dari:

1. Jalan Kelas I, yaitu jalan alteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum
digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai
negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat
sebesar 13 ton;

2. Jalan Kelas II, yaitu jalan alteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
7

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,


ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai
untuk angkutan peti kemas;

3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan alteri atau kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton .

2.5 Volume Lalu lintas

Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu suatu
titik pengamatan dalam satu satuan waktu hari, jam,menit. (Silvia Sukirman
1999).
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu jalur gerak
persatuan waktu. Data lalu lintas suatu jalan dilakukan oleh dinas yang biasa
melakukan survai lalu lintas seperti Dinas Perhubungan. Data yang ada mencakup
pengelompokan kendaraan berdasarkan jenis dan muatan sumbu. (Das’at Widodo
(1996).
8

Ekivalen satuan mobil penumpang yang digunakan untuk kondisi dan situasi
diindonesia yang bersumber dari (MKJI februari 1997), dapat dilihat pada tabel
halaman lampiran.

2.6 Kapasitas Jalan Raya

Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu


penampang jalan pada jalur jalan selama satu jam dengan kondisi arus lalu lintas
tertentu. Nilai kapasitas dapat diperoleh dari penyesuaian kapasitas dasar/ideal
dengan kondisi dari jalan yang direncanakan, (Silvia Sukirman, (1994).
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), Kapasitas
didefinisikan sebagai arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan (tetap)
pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu biasanya dinyatakan dalam
kendaraan/jam atau smp/jam.
Menurut Peraturan Departemen Pekerjaan Umum, Manual Kapasitas Jalan
Indonesia, Jakarta 1997, Kapasitas maupun Faktor-faktor yang mempengaruhi
kapasitas dapat dirumuskan dan dijalas sebagai berikut :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)

Dimana:

a) C = Kapasitas(smp/jam)
b) Co = Kapasitas dasar untuk kondisi tertentu ideal (smp/jam)
c) FCw = Faktor penyesuaian lebar jalurl alulintas
d) FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah
e) FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
f) FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota

Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas dapat dijalas sebagai berikut :

1. Faktor kapasitas jalan kota,


9

Adalah lebar jalur atau lajur, ada tidaknya pemisah/median jalan, hambatan
bahu/kerb jalan, gradient jalan, di daerah perkotaan atau luar kota. Faktor
kapasitas dasar, adalah kapasitas dasar dari jalan tersebut atau daya tampung
kenderaan pada proses perencanaan awal. Angka faktor kapasitas dasar (Co)
dapat dilihat pada tabel dihalaman lampiran.

1 Faktor penyesuaian lebar jalan.


Adalah Semakin lebar lajur jalan semakin tinggi kapasitas demikian
sebaliknyasemakin sempit semakin rendah kapasitas, karena pengemudi harus
lebih waspada pada lebar lajur yang lebih sempit. Faktor penyesuaian
kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas (FCw) ditunjukkan dalam tabel
lampiran.

2 Faktor penyesuaian pemisah arah.


Adalah untuk jalan tak berbagi, peluang terjadinya kecelakaan depan lawan
depan atau lebih dikenal dengan laga kambing lebih tinggi sehingga
menambah kehati-hatian pengemudi sehingga dapat mengurangi kapasitas.
Faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisah arah (FCSP) tercantum pada
tabel dilampirkan.

3 Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan.


adalah semakin dekat hambatan samping semakin rendah kapasitas.
Penurunan kapasitas ini terjadi karena terjadi peningkatan kewaspadaan
pengemudi untuk melalui jalan tersebut sehingga pengemudi menurunkan
kecepatan menambah jarak antara yang berdampak pada penurunan kapasitas
jalan. Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping (FCSF) dapat
dilihat pada tabel dihalaman lmpiran.

4 Faktor penyesuaian ukuran kota.


Adalah berdasakan kajian yang dilakukan oleh Swee Road dalam Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), semakin besar ukuran kota semakin besar
10

kapasitas jalannya. Pada halaman lampiran dapat dilihat angka-angka


koevesiensi dari nilai faktor penyesuaian ukuran kota pada tabel lampiran di
halaman lampiran.

2.7 Arus Lalu Lintas

Arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik
pengamatan dalam satu satuan waktu dinyatakan dalam hari, jam, menit. Silvia
Sukirman (1994).
Menurut MKJI Februari (1997), arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan
individu pengendara dan kendaraan yang melakukan interaksi satu sama lain pada
suatu ruas jalan dan lingkungan. Arus lalu lintas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Makroskopik: arus lalu lintas secara umum.
2. Mikroskopik: prilaku kendaraan individu dalam bagian arus lalu lintas
terkait interaksi satu sama lainnya. Jenis arus lalu lintas yaitu ;
a. Arus tidak terganggu (Un-interupted Flow)
ditentukan oleh interaksi kedaraan-kendaraan, dan kendaraan jalan. ex,
arus kendaraan dijalan tol atau jalan antar kota.
b. Arus terganggu (Interupted Flow)
kondisi arus lalu lintas yang ditentukan atau diatur dengan alat, misalnya
lampu atau marka lalu lintas.

2.8 Ruas Jalan

Ruas Jalan adalah bagian atau penggal jalan diantara dua simpul
persimpangan sebidang atau tidak sebidang baik yang dilengkapi dengan alat
pemberi isyarat lalu lintas ataupun tidak. Dalam studi kasus ini penulis mencoba
melakukan penggambaran ruas jalan yang terdapat di kecamatan Johan Pahlawan
dengan proses pemetaan kepadatan arus lalu lintas pada ruas jalan.
11

2.9 Tingkat Pelayanan Jalan

Tingkat pelayanan dapat ditentukan dari nilai volume/kapasitas dan


kecepatan. Pada suatu keadaan dengan volume lalu lintas yang rendah, pengemudi
akan merasa lebih nyaman mengendarai kendaraan dibandingkan jika dia berada
pada daerah volume lalu lintas yang lebih besar. Kenyamanan akan berkurang
sebanding dengan bertambahnya volume lalu lintas. Silvia Sukirman (1994).
Menurur Ir Bukhari, M, Eng, Ir Sofyan M. Saleh, MSC. Eng dan Ir. M.
Isya, MT dalam Buku Rekayasa lalu lintas I (1987). Penelitian kondisi aliran lalu
lintas dilapangan dengan menggunakan konsep tingkat pelayanan. Tingkat
pelayanan merupakan ukuran qualitatif dalam menjelaskan keadaan operasional
lalu lintas. Penilaian tingkat pelayanan mencakup faktor kecepataan dan waktu
perjalanan, kebebasan bergerak, gangguan oleh lalu lintas lain,kenyamanan dan
keamanan. Tingkat pelayanan dapat dibagi atas:

1) Tingkat Pelayanan A.
Adalah aliran lalu lintas yang tak terganggu. Pemakaian jalan tidak di
pengaruhi oleh kendaraan lain pada aliran lalulintas. Kebebasan untuk
melaju dengan kecepataan yang diinginkan serta pemindahan jalur tak
terhambat.

2) Tingkat Pelayanan B.
Masih dalam aliran yang stabil tidak ada gangguan. Tapi kehadiran lalu-
lintas lain sudah mulai terasa, terutama untuk pindah jalur. Masing-masing
pemakaian jalan harus menyesuaikan pergerakannya dengan unsur-unsur
lalu-lintas lain. Kebebasan untuk melaju dengan kecepatan yang
diinginkan masih belum terpenuhi.

3) Tingkat Pelayanan C
Masih dalam aliran lalu-lintas stabil tapi mulai ditandai oleh pembatasan
pergerakan akibat kehadiran unsur lalu lintas lain. Pemilihan kecepatan
12

sudah perlu penyesuaian dengan kecepatan kendaraan lainnya.


Kenyamanan dalam pengemudi mulai menurun.

4) Tingkat Pelayanan D
Ditandai dengan density (kepadatan lalu lintas) yang tinggi, stabilitas
aliran, kecepatan dan kebebasan bergerak sudah sangat terbatas. Tingkat
kenyamanan pengemudi sudah sangat rendah. Pertambahan aliran sedikit
saja dapat menimbulkan permasalahan pada aliran lalu lintas.

5) Tingkat Pelayanan E
Mencerminkan operasional yang hampir mencapai kapasitas. Kecepatan
rendah dan sukar untuk dinaikan karena pengaruh lalu lintas. Kebebasan
bergerak sama sekali tak ada kecuali dengan memaksakan agar lalu-lintas
lain memberikan kesempatan. Kenyamanan hilang sama sekali, frustasi
dapat saja timbul pada pemaakaian jalan. Operasional tak stabil dan ada
sedikit ganguan aliran lalu lintas sehingga mengakibatkan kemacetan.

6) Tingkat Pelayanan F
Adalah aliran yang dipaksakan. Pergerakan tidak lancar lagi, kadang-
kadang berhenti. Keadaan ini terjadi bila jumlah lalu lintas yang ingin
melewati tampang jalan melebihi jumlah yang dapat dilewatkan. Antrian
akan terjadi pada keadaan lalu lintas demikian. Kendaraan dapat bergerak
dengan kecepatan rendah sejarak puluhan meter dan kemudian berhenti
dengan adanya antrian kendaraan bahkan macet sama sekali untuk saat-
saat tertentu.
13

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alur Penelitian

Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan proses pengumpulan data


untuk melakukan pemetaan kapasitas ruas jalan di Kecamatan Johan Pahlawan.
Dimana observasi lapangan penulis lakukan dengan mengumpulkan berbagai data
pelengkap baik itu data sekunder maupun data primer sebagai penunjang untuk
melakukan proses pemetaan kapasitas ruas jalan Sentosa dan Sisingamangaraja.
Data sekunder penulis kumpulkan dari berbagai Instansi setempat.
Dari data sekunder tersebut kemudian penulis lengkapi dengan melakukan
pengumpulan data primer dilapangan, dimana hasil volume kendaraan pada ruas
jalan didapatkan sesuai dengan perhitungan pada jam-jam sibuk.
Dari kedua data tersebut yaitu data primer dan data sekunder maka penulis
melakukan proses pemetaan kapasitas ruas jalan di Kecamatan Johan Pahlawan
dengan menggunakan aplikasi Autocad.

3.2 Tahapan Persiapan

Adapun tahapan–tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian


ini yaitu :
1. Observasi lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data–data yang
dibutuhkan. Dalam pengumpulan data ini, dibagi menjadi 3 bagian :
a. Data Primer, yaitu data yang didapat langsung dari lapangan. Contohnya
Data:
a) Data geometrik jalan (Q)
b) Volume kendaraan (C)
c) Jenis kendaraan
14

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai instansi yang
terkait dengan penelitian ini. Misalnya BPS (Badan Pusat Statistik),
Kecamatan dan Kelurahan dimana data yang diambil dari berbagai instasi
tersebut di masukkan sebagai atribut seperti yang tertera dibawah ini:
a) Peta Administrasi johan pahlawan
b) Data jumlah penduduk
a) Data jumlah angkutan kerja
b) Data jumlah kendaraan Kabupaten Aceh Barat
2. Dari hasil pengumpulan data-data tersebut, maka dilakukan penyusunan data
base untuk dapat diketahui nilai volume, kecepatan, kapasitas dan derajat
kejenuhan dari kedua jalan yang di amati, penyusunan data base tersebut
menggunakan software Microsoft officeexcel.
3. Dari semua hasil pengolahan data yang telah diperoleh, baik data sekunder
maupun primer dan hasil dari perhitungan Volume, Kecepatan, Kapasitas dan
Derajat kejenuhan, merupakan salah satu informasi yang dihasilkan
berdasarkan kajian kinerja ruas jalan dengan metode Manual Kapasitas Jalan
Indonesia 1997 (MKJI 1997).

3.3 Survei Geometrik Jalan

Survei Geometrik jalan dilakukan pengukauran langsung kelokasi dengan


menggunakan alat ukur manual. Seperti: meteran dan meter sorong. Survey
geometrik jalan merupan bagian dari survei jalan yang dititik beratkan pada
fisik jalan, dimana maksud dari fisik jalan yaitu:
a) Alinyemen jalan
b) Penampang melintang jalan

3.4 Survei Volume Kendaraan

Survei volume kendaraan diperlukan sebagai data pokok untuk dapat


15

mengetahui jumlah volume lalu lintas dalam satu minggu, kemudian dilakukan
perhitungan volume lalu lintas harian rata-rat dan volume lalintas rata-rata per
satu jam pada ruas jalan Sentosa dan jalan Sisingamangaraja. Oleh karna itu
untuk mendapatkan volume kendaraan, maka penulis melakukan survey secara
langsung kelapangan dengan cara menghitung satu per satu secara manual setiap
jenis kendaraan yang melintasi pada kedua ruas jalan tersebut. Jumlah anggota
yang dibutuhkan untuk menghitung volume kendaraan ini 4 orang pada ruas jalan
Sisingamangaraja dan 2 orang pada ruas jalan Sentosa.

3.5 Lokasi Dan Waktu Survei

Survei volume lalu lintas untuk jalan Sentosa dimulai dari STA 0+000 m
sampai pada STA 0+200 m. Sedangkan untuk jalan sisingamanga raja dimulai
pada 0+408,57 m sampai pada STA 0+607.39 m. Survei volume lalu lintas yang
dilakukan pada kedua jalan tersebut, merupakan sebagai perwakilan perhitungan
volume lalu lintas dari kedua total panjang keseluruhan ruas jalan yang ditinjau,
tepatnya pada ruas jalan Sentosa dan Sisingamangaraja Kecamatan Johan
Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Survei volume lalu lintas dilakukan selama
tujuh hari, diambil pada kondisi yang mewakili setiap harinya untuk satu
minggu, untuk satu minggunya mewakili selama satu bulannya, data yang satu
bulannya dapat mewakili untuk satu tahunnya. Hari-hari yang akan di survei
yaitu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Waktu survei
dilakukan selama dua jam dalam satu hari pada penentuan jam-jam sibuk yang
dapat mewakili jam-jam biasa yaitu dari jam 07.00-09.00 WIB, 12.00-14.00 WIB,
16.00-18.00 WIB.

3.6 Menentukan Volume Jam Puncak

Penentuan volume jam puncak lalu lintas merupakan pencatatan jumlah


kendaraan yang melalui segmen jalan tersebut selama 2 jam, selama 7 hari.
16

Kemudian dari data survey lalu lintas tersebut dilakukan perhitungan rata-rata
arus lalu lintas dari 7 hari pengamatan. Selanjutnya untuk menentukan volume
lalu lintas maksimum di jalan Sentosa dan Sisingamagaraja, ditampilkan jumlah
arus lalu lintas pada jam-jam sibuk yang ditinjau berdasarkan data arus lalu
lintas harian per jam.
17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Setelah melakukan survey lapangan maka diperoleh hasil dari data primer
dan sekunder, dari kedua data tersebut, maka dapat di sajikan dalam bentuk tabel,
gambar, dan juga hanya dapat di sajikan dalam bentuk data saja, yang sifatnya
hanya berguna untuk pelengkap dari sistem pemetaan impformasi kapasitas ruas
jalan kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat khususnya jalan sentosa
dan Sisingamangaraja.

4.1.1 Hasil Geometrik Jalan

Dari tiga bagian segmen jalan yang disurvey, untuk ruas jalan Sentosa dan
Sisingamangaraja, maka diperoleh data geometriknya dengan kondisi existing
bervariasi. Dengan demikian, penulis menyajikan data tersebut kedalam tabel
4.1dibawah ini.

Tabel 4.1 data hasil geometrik jalan Sentosa dan Sisingamangaraja


Le bar
Le bar lajur Le bar bahu e fe ktif
Kondisi Pe rke ra
Panjang Tipe jalur lalu Ws (m)
No STA Ruas san
jalan jalan Efe ktif lintas
jalan Jalan
Wc (m) Efe ktif
Ws (m) Sisi A Sisi B

Data Geometrik Jalan Sentosa


1 000+5 Existing 776 m 2/1 (UD) Lentur 4.3 2.15 2 1.2
2 00+331 Existing 776 m 2/1 (UD) Lentur 4.5 2.25 1.3 1.5
3 00+766 Existing 776 m 2/1 (UD) Lentur 4.3 2.15 1.3 1.3
Angka rata-rata yang di ambil adalah 2/1 (UD) Lentur 4.3 2.15 1.5
Data Geometrik Jalan Sisingamangaraja
1 0+127 Existing 3061,3 m 2/2 (UD) Lentur 11.3 5.65 1 1
2 1+300 Existing 3061,3 m 2/2 (UD) Lentur 9.3 4.65 2.5 1
3 1+450 Existing 3061,3 m 2/2 (UD) Lentur 11.3 5.65 1 1
Angka rata-rata yang di ambil adalah Lentur 10.5 5.25 1.25
Sumbe : (hasil survei lapanga)
18

Dari tabel di atas dapat di gambarkan potongan melintang jalan Sentosa dan
Sisingamangaraja dengan nilai rata-rata yang diambil berdasarkan tabel diatas.
Dibawah ini dapat dilihat gambar 4.1 dan 4.2 dari potongan melintang jalan
Sentosa dan sisingamangaraja.

Gambar 4.1 Potongan jalan Sentosa

80 C
L 80

70 70

70 150 150
5 430 5

Sumbe : (lapanga)

Gambar 4.2 Potongan jalan Sisingamangaraja

CL
1.10 1.10
0.80 0.80

90 125 525 525 125 90


10 10
1050

Sumbe : (lapanga)

Dari kedua gambar tipikal potongan diatas dapat dilihat kondisi existing dari
gambaran umum kedua ruas jalan yang penulis jadikan sebagai studikasus dalam
tugas akhir ini. Data didapat dari hasil survei lapangan (sumber lapangan).
19

4.1.2 Hasil Volume Lalulintas

Setelah pengambilan data lapangan dilakukan maka di ketahui jumlah


volume kendaraan maksimum/jam puncak yang melintasi jalan Sentosa dan jalan
Sisingamangaraja disajikan data volume kendaraan maksimum/jam puncak
(kend/jam) pada tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2 Data volume kendaraan maksimum jam puncak pada ruas jalan Sentosa
dan Sisingamangaraja.
Kendraan
Waktu Kendaraan Bermotor tak Total
Nama
Tiap 1 brmotor
jalan Car (Roda Sepeda Becak Sepeda/bc Jumla
Jam/hari Bus /Truck
empat) Motor motor k dyng h
Jam Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus lurus
jalan
jumat
sentosa
11.00 -12.00 100 15 1280 55 9 1459

Sisinga senin Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanankr&knn
mangaraja 16.00 -17.00 185 165 16 12 1850 1538 108 78 7 2 3961
Sumber : (hasil survei lapanga)

Pengambilan data volume lalu lintas dibagi dalam 4 kelompok lalu lintas
yang memberikan pengaruh yang berbeda yaitu : kendaraan ringan (LV),
kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC) dan kendaraan tak bermotor. Data
pengamatan dicatat dan dikelompokkan pada setiap arah pergerakan di lembar
pengisian data jumlah kendaraan yang sudah disiapkan. Data volume lalu
lintas dalam satuan kend/jam dan kemudian dikalikan dengan faktor ekivalen
mobil penumpang (emp) sebagai berikut : (dikutip dari Dony Dwy Judianto
Leihitu, ST, MT)
Tabel 4.3 Faktor Ekivalen Mobil Penumpang
nama Faktor Ekivale n M obil
No Je nis ke ndaraan
jalan Pe numpang (e mp)
1 Kendaraan ringan (LV) 1
2 Kendaraan Berat (LB) 1.3
Jalan
3 Becak motor 0.4
sentosa
4 Sepeda motor (MC) 0.4
5 Sepeda 1

1 Kendaraan ringan (LV) 1


2 Jalan Kendaraan Berat (LB) 1.3
3 sisingama Becak motor 0.4
4 ngaraja Sepeda motor (MC) 0.4
5 Sepeda 1
Sumber MKJI 1997
20

Dari hasil perkalian jumlah kendaraan perjam dengan nilai ekivalen mobil
penumpang maka didapat hasil volume smp/jam di jalan Sentosa dan
Sisingamangaraja. dapat dilihat tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4 Nilai Volume Kendaraaan Dalam Satuan smp/jam.

TABEL HASIL PERHITUNGAN ARUS KENDARAAN JAM PUNCAK SMP/JAM PADA RUAS JALAN SENTOSA

Tipe kendaraan
kend Ringan kend Berat Sep Mor/bck Mor Arus Total Q
Hr/Bln/Tgl/thn Jam arah LV 1 HV 1.3 MC 0.4
Pemisah
Kend/Jam Smp/jam Kend/Jam Smp/jam Kend/Jam Smp/jam arah % Kend/Jam Smp/jam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jum/08/30/2013 11.00-12.00 1 100 100 15 19.5 1335 534 50% 1459 653.5
Pemisah arah SP=Q1/(Q1+Q2) 50%
Faktor-smp
Faktor-smp = 0.44791

TABEL HASIL PERHITUNGAN ARUS KENDARAAN JAM PUNCAK SMP/JAM PADA RUAS JALAN SISINGAMANGARAJA
LV 1 HV 1.3 MC 0.4 Arus Total Q
Arah Pemisah
Sen/26/08/2013 11.00-12.00 Kend/Jam Smp/jam Kend/Jam Smp/jam Kend/Jam Smp/jam Kend/Jam Smp/jam
arah %
kri 185 185 16 20.8 958 383.2 37% 2166 589
kana 165 165 12 15.6 1616 646.4 37% 1795 827
Jumlah 3961 1416
Pemisah arah SP=Q1/(Q1+Q2) 37%
Faktor-smp
Faktor-smp = 0.35749
Pada tabel hasil volume kendaraan diatas hanya penulis sajikan angka
volume kendaraan yang maksimum per satu jam dari 42 jam dalam 7 hari atau 6
jam dalam 1 hari dilakukan perhitungan.

4.1.3 Penentuan Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan

Setelah data geometrik jalan diketahui berdasarkan survey lapangan, dan


data jumlah penduduk kota berdasarkan instansi Dinas BPS. Maka dapat
ditentukan nilai kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada ruas jalan Sentosa
dan Sisingamangaraja. Untuk hasil penentuan angka kecepatan arus bebas
kendaraan ringan pada ruas jalan Sentosa dan Sisingamangaraja berdasarkan
metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJ 1997), maka dapat dilihat
21

data yang disajikan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 yang tertera dibawah ini.
Tabel 4.5 Penentuan Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan Jalan Sentosa

kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada ruas jalan sentosa


Faktor penyesuaian
soal/arah/tipe kend

Faktor
Kecepatan
penyesuaian Hambatan Ukuran Kecepatan arus
arus bebas Fvo + FVw samping Kota
lebar jalur Bebas (FV)
dasar (Fvo) (FFVsf) (FFvc)
(FVw)
Tabel B-1:1 Tabel B-2:1 (2) + (3) Tabel B-3:1/2Tabel B-4:1 ( 4 ) x ( 5 ) x ( 6 )
(KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam)
1 2 3 4 5 6 7
Lurus
LV 57 4 61 0.99 0.93 56.1627
HV 50 4 54 0.99 0.93 49.7178
MC 47 4 51 0.99 0.93 46.9557
Semua
55 4 59 0.99 0.93 54.3213
kend
Sumber : (MKJI 1997)

Tabel 4.6 Penentuan Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan Jalan


Sisingamangaraja

kecepatan arus bebas kendaraan ringan jalan sisingamangaraja


Faktor Faktor penyesuaian
Kecepatan
soal/arah/ tipe

penyesuaian Hambatan Ukuran Kecepatan arus


arus bebas Fvo + FVw samping Kota
lebar jalur Bebas (FV)
kend

dasar (Fvo) (FFVsf) (FFvc)


(FVw)
Tabel B-1:1 Tabel B-2:1 (2) + (3) Tabel B-3:1/2Tabel B-4:1 ( 4 ) x ( 5 ) x ( 6 )
(KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam) (KM/jam)
1 2 3 4 5 6 7
Kiri kanan
LV 57 6 63 0.98 0.93 57.4182
HV 50 6 56 0.98 0.93 51.0384
MC 47 6 53 0.98 0.93 48.3042
Semua 55 6 61 0.98 0.93 55.5954
kend
Sumber : (MKJI)

Dari kedua tabel diatas dapat kita ketahui nilai kecepatan arus bebas
22

kendaraan ringan pada ruas jalan Sentosa dan Sisingamangaraja, yang dihitung
berdasarkan data existing dengan menggunakan metode setandar Manual
Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997).

4.1.4 Hasil Perhitunagan Kapasitas

Untuk perhitungan penentuan kapasitas ruas jalan Sentosa dan


Sisingamangaraja menggunakan persamaan :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)
Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas Dasar (smp/jam). Untuk jalan Sentosa digunakan jalan


dua-lajur satu-arah tak terbagi dengan kapasitas dasar menurut tabel
kapasitas dasar maka didapat, Co = 1650/lajur, untuk jalan
Sisingamangarja digunakan jalan dua-lajur dua-arah terbagi maka
didapat nilai Co = 2900/lajur.

FCW = Faktor Penyesuaian Lebar Jalan, menurut tabel Faktor Penyesuaian


Kapasitas Untuk Pengaruh Lebar Jalan Lalu-Lintas Perkotaan. Untuk
jalan Sentosa digunakan jalan dua-lajur satu-arah tak terbagi, FCw =
0,92, untuk jalan Sisingamangaraja digunakan jalan dua-lajur dua-
arah maka FCw = 1.29

FCSP = Faktor Penyesuaian Pemisah Arah, untuk jalan Sentosa digunakan


jalan dua-lajur satu-arah tak terbagi dengan pembatas median faktor
penyesuaian kapasitas pemisahan arah digunakan FCSP = 1,00, untuk
jalan Sisingamangaraja digunakan jalan dua-lajur dua-arah maka
FCsp = 1.

FCSF = Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Bahu Jalan/Kerb.


Untuk jalan Sentosa faktor penyesuaian hambatan samping
digunakan faktor penyesuaian hambatan samping untuk jalan dengan
kerb, dengan kelas hambatan samping rendah maka diperoleh FCSF =
0,93. Untuk jalan Sisingamangaraja dengan kelas hambatan samping
rendah maka diperoleh FCSF = 0,95
23

FCCS = Faktor Penyesuaian Ukuran Kota. Menurut tabel Faktor


Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FC CS) dengan jumlah
penduduk Kuala Pembuang pada tahun 2010 yang berjumlah
182364 jiwa, maka digunakan faktor penyesuaian ukuran kota
FCCS = 0,9 (dikutip dari Dony Dwy Judianto Leihitu, ST, MT)
Nilai kapasitas jalan Sentosa, C = 1650 x 0.92 x 1 x 0.93 x 0.9 = 1270.566
smp/jam

Nilai kapasitas jalan Sisingamangaraja, C = (2900) x 1.29 x 1 x 0.95 x 0.9 =


6397.11 smp/jam

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan Sentosa


Faktor penyesuaian Kapasitas (Co)
soal/ Kapasitas Pemisah Hambatan Ukuran Kapasitas ( C )
lebar lajur
arah dasar (Co) Arah samping Kota (smp/Jam)
(FCw)
(FCsp) (FFVsf) (FFvc)
Tabel C-1:1 Tabel C-2:1 tabel c-3:1 Tabel C-4:1/2 Tabel C-5:1 (9)x(10)x(11)x(12)x(13)
(smp/jam) (smp/jam)
8 9 10 11 12 13 14
Kiri
1650 0.92 1 0.93 0.9 1270.566
kara

Sumber : (MKJI)

Tabel 4.8 Hasil perhitungan kapasitas ruas jalan Sisingamangaraja

Faktor penyesuaian Kapasitas (Co)


soal/ Kapasitas Pemisah Hambatan Ukuran Kapasitas ( C )
lebar lajur
arah dasar (Co) Arah samping Kota (smp/Jam)
(FCw)
(FCsp) (FFVsf) (FFvc)
Tabel C-1:1 Tabel C-2:1 tabel c-3:1 Tabel C-4:1/2Tabel C-5:1(9)x(10)x(11)x(12)x(13)
(smp/jam) (smpjam)
8 9 10 11 12 13 14
Kiri
2900 1.29 1 0.95 0.9 3198.555
kana
Sumber : (MKJI)

Pada kedua tabel hasil kapasitas diatas dapat dilihat angka kapasitas dri
ruas jalan Sentosa dan Sisingamangaraja, yang dihitung berdasarkan data existing
24

dari geometrik jalan yang diamati dengan menggunakan metode setandar


perhitungan Manual kapasitas jalan indonesis 1997 (MKJI 1997).

4.1.5 Hasil Perhitunagan Derajat Kejenuhan

Perhitungan derajata kejenuhan dilakukan untuk dapat menentukan


tingkat pelayanan dari ruas jalan yang di tinjau. Maka untuk perhitungan derajat
kejenuhan (DS) mengunakan persamaan :

DS = Q/C

Dimana : DS = Derajat kejenuhan

Q = Volume Kendaraan Maksimum/jam puncak (smp/jam)

C = Kapasitas

Nilai derajat kejenuhan untuk ruas jalan Sentosa dan Sisingamangaraja


dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini :

Tabel 4.8 Hasil perhitungan derajat kejenuhan ruas jalan Sentosa.


Tabel hasil perhitungan derajat kejenuhan ruas jalan sentosa
Arus
lalulintas Q derajat kecepat panjang
Waktu tempuh
total kejenuhan a VLV segmen
arah

smp/jam (DS) KM/jam jalan


(16)/(14) Gbr D-2:1 L KM (19/18)
(smp/jam) (smp/jam) atau 2 (smpjam)
15 16 17 18 19 20
Lurus 653.5 0.514337705 54.3213 0.766 0.014101283

Sumber : (MKJI)

Tabel 4.9 Hasil perhitungan derajat kejenuhan ruas jalan Sisingamangaraja


Tabel hasil perhitungan derajat kejenuhan ruas jalan sentosa
Arus
lalulintas Q derajat kecepat panjang
Waktu tempuh
total kejenuhan a VLV segmen
arah

smp/jam (DS) KM/jam jalan


(16)/(14) Gbr D-2:1 L KM (19/18)
(smp/jam) (smp/jam) atau 2 (smpjam)
15 16 17 18 19 20
kiri kanan 1416 0.442699907 55.5954 3.191 3.443810099

Sumber : (MKJI)
25

Dari kedua tabel diatas dapat kita ketahui nilai derajat kejenuhan
berdasarkan data existing yang telah di survey langsung kelapangan. Pada tabel
diatas hanya diperhitungkan derajat kejenuhan berdasarkan angka volume
maksimum/jam puncak kendaraan.
26

4.2 Pembahasan

Diketahui jenis pekerasan pada ruas jalan Sentosa yaitu perkerasan lentur,
dengan panjang total berdasarkan hasil survei geometrik jalan yaitu 766 m, lebar
jalur efetif berdasarkan angka rata-rata 4.3 m, lebar bahu efektif 1,5 m. Sedangkan
ruas jalan Sisingamangaraja memiliki panjang 3.061 Km dengan lebar jalur 10,5
m, lebar bahu efektif 1,25 m dan jenis perkerasan lenntur.
Dari hasil perhitungan diketahui jumlah maksimum kendaran per jam pada
ruas jalan Sentosa yaitu : 1459 unit dan dikonversikan kedalam ekivalen mobil
penumpang menjadi 653.5 smp/jam, pada jalan Sisingamangaraja diketahui
volume maksimum perjam 3961 unit dan dikonversikan kedalam ekivalen mobil
penumpang menjadi 1416 smp/jam. Jenis kendaraan secara umum yang melintas
pada ruas jalan Sentosa dan Sisingamangaraja masih dengan jenis yang sama yaitu
ada jenis diantaranya, kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV), sepeda
moto (MC), becak motor (MC) dan sepeda. Pembahasan ini dikaji sebagai dasar
untuk dapat menentukan kecepatan arus bebas yang harus dipertahankan pada
suatu ruas jalan.
Pada penentuan kelas hambatan samping berdasarkan MKJI 1997 dibahas
apabila data rincian perhitungan dari pejalan kaki, kendaraan parkir, kendaraan
berhenti, kendaraan masuk, kendaraan keluar dan kendaraan lambat diketahui,
maka gunakan tabel pertama pada formulir UR-2 dan apa bila data rincian tidak
ada gunakan tabel kedua pada formulir UR-2. Sedangkan untuk nilai faktor
penyesuaian hambatan samping dapat dilihat tabel B.3.1 halaman 51 lampiran.
Setelah di perhitungkan berdasarkan metode Manual kapasitas jalan
Indonesia 1997 (MKJI 1997), diketahui kecepatan arus bebas kendaraan pada ruas
jalan Sentosa dari semua jenis kendaraan yaitu, 54 km/jam untuk kendaraan
ringan (LV), 56 km/jam untuk kendaraan berat (HV), 49 km/jam untuk kendaraan
bermotor (MC) 46 Km/jam. Sedangkan pada ruas jalan Sisingamangaraja
diketahui kecepatan kendaraan ringan (LV) 57 km/jam, kendaraan berat (HV) 51
km/jam, kendaraan bermotor (MC) 48 km/jam, untuk semua jenis kendaraan 56
km/jam. Penkajian ini sangat mengacu kepada informasi pringatan bgai
27

pengemudi agar tidak melebihi kecepatan yang telah diperhitungkan, biasanya


ditampilkan langsung melalui rambu-rambu lalu lintas.
Kemampuan ruas jalan untuk menampung arus jumlah kendaraan yang
melintasi ruas jalan tersebut dinamakan dengan kapasitas (C) dalam satuan
smp/jam. dari hasil perhitungan diketahui nilai kapasitas ruas jalan Sentosa 1491
Smp/jam dan pada ruas jalan Sisingamangaraja 3164 Smp/jam. Nilai kapasitas
yang berbeda dari kedua ruas jalan tersebut disebabkan data geometri kedua ruas
jalan yang didapatkan dalam keadaan berbeda atau bervariasi.
Hasil perbandingan volume kendaraan (Q) dengan kapasitas (C)
dinamakan derajat kejenuhan (DS). Berdasarkan data geometric dan
diperhitungkan dengan setandar MKJI 1997, dapat diiketahui nilai derajat
kejenuhan ruas jalan Sentosa 0,51 Smp/jam dan pada ruas jalan Sisingamangaraja
0,44 Smp/jam. Berdasarkan gambar grafik D-2:1 atau 2 pada MKJI dihalaman 33
lampiran dapat ditentukan kececepatan arus bebas kendaraan berdasarkan nilai
Derajat kejenuhan yang dihasilkan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
28

Setelah melakukan perhitungan hasil dan pembahasan penulis dapat


menyimpulkan bahwa :

1. Perhitungan kapasitas dengan metode Manual Kapasitas Jalan


Indonesia 1997 (MKJI 1997) pada ruas jalan Sentosa 1491 smp/jam,
dan pada ruas jalan Sisingamangaraja 3164 smp/jam.
2. Perhitungan kecepatan arus bebas kendaraan ringan dengan metode
Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) pada ruas jalan
Sentosa 54 Km/jam, dan pada ruas jalan Sisingamangaraja 56 Km/jam.
3. Perhitungan derajat kejenuhan dengan metode Manual Kapasitas Jalan
Indonesia 1997 (MKJI 1997) pada ruas jalan Sentosa 0.51 smp/jam, dan
pada ruas jalan Sisingamangaraja 0.22 smp/jam.

5.2 SARAN

Dengan adanya melakukan survei lapangan penulis dapat mengajukan


beberapa saran diantaranya :
1. Pada pengkajian kinerja ruas jalan dengan metode Manual Kapasitas
Jalalan Indonesia 1997 (MKJI 1997), pada ruas jalan sentosa dengai
nilai 0.51 smp/jam dan sisingamangaraja 0.22 smp/jam, maka kedua
ruas jalan ini masih dalam keadaan setabil, belum perlu dilakukan
pembenahan terhadap kenerja ruas jalan tersebut.
2. Untuk studi-studi lanjutan hendaknya perlu lebih mendetail pada saat
pengambilan data geometrik jalan, dan pemahaman tentang maksut,
tujuan arah pengaplikasian Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
yang dipergunakan.
29

DAFTAR KEPUSTAKAAN
30

Anonim, 1951, Pembentukan Dewan dan Direktorium Pengukuran dan


Penggambaran Peta, Peraturan Pemerintah Nomor 71
Anonim, 1992, Lalu Lintas dan Angkutan Kerja, No. 14, Undang-Undang
Republik Indonesia.
Anonim, 1996, Pembentukan Dewan Survey dan Pemetaan, Keputusan
Presiden Nomor 263 tanggal 7 September
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia Februari, Tentang arus
lalu-lintas dan derajat kejenuhan.
Anonim, 1997, Peraturan Departemen Pekerjaan Umum, Manual Kapasitas
Jalan Indonesia jakarta, Tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi
kapasitas jalan
Anonim, 2004, Penentuan Fungsih jalan, No. 38, Undang-Undang Republik
Indonesia.
Anonim, 2011, BPS, SAMSAT, Dinas Perhubungan, Dinas Kecamatan
Johan pah lawan. Tentang data-data sekunder.
Burrough (1986: 13), Tentang pengertian peta

Ir Bukhari, M, ENG,dan kawan-kawan (1987), Rekayasa lalu-lintas I , tentang


Tingkat pelayanan.
Silvia Sukirman (1994), Pengertian Tingkat Pelayanan.
Silvia Sukirman (1999), Dasar - Dasar Perencanaan Geometrik Jalan.
Erlina, et al (2000), Pengertian peta.
Bukhari dan Maimunah (2005), Perencanaan Trase Jalan Raya.
Desutama, ( 2007), Pengertian jalan lokal primer.
Das’at Widodo (1996), Pengertian Volume lalulintas.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim, 1992, Lalu Lintas dan Angkutan Kerja, No. 14, Undang-Undang
Republik Indonesia.
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Tentang Arus Lalu Lintas
dan Derajat Kejenuhan.
Anonim, 1997, Peraturan Departemen Pekerjaan Umum, Manual Kapasitas
Jalan Indonesia, Tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kapasitas Jalan
Anonim, 2004, Penentuan Fungsi Jalan, No. 38, Undang-Undang Republik
Indonesia.
Anonim, 2011, BPS, SAMSAT, Dinas Perhubungan, Kantor Camat
Kecamatan Johan Pahlawan. Tentang Data-Data Sekunder.
Ir Bukhari, M, Eng,dan kawan-kawan (1987), Rekayasa Lalu-Lintas I , Tentang
Tingkat Pelayanan.
Silvia Sukirman (1994), Pengertian Tingkat Pelayanan.
Silvia Sukirman (1999), Dasar - Dasar Perencanaan Geometrik Jalan.
Bukhari dan Maimunah (2005), Perencanaan Trase Jalan Raya.
Desutama, ( 2007), Pengertian Jalan Lokal Primer.
Das’at Widodo (1996), Pengertian Volume Lalu Lintas.

30

Anda mungkin juga menyukai