Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS RUAS JALAN RAWAN

KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA


KUPANG
(STUDI KASUS RUAS JALAN ARTERI DAN
KOLEKTOR)

ABSTRAK
Kota Kupang merupakan daerah penyumbang angka kecelakaan terbesar di
propinsi Nusa Tenggara Timur, untuk itu tujuan pada penelitian ini adalah untuk
menganalisis ruas jalan rawan kecelakaan lalulintas di Kota Kupang, disertai
analisis deskriptif karakteristik kecelakaan yang terjadi. Hasil analisis menunjukkan
terdapat 14 ruas jalan arteri dan 21 ruas jalan kolektor yang merupakan lokasi
kecelakaan dengan jumlah total korban sebanyak 1406 orang. Berdasarkan metode
UCL didapatkan
9 ruas jalan, sedangkan dengan metode BKA didapat 7 ruas jalan yang tergolong
ruas jalan rawan lakalalin. Tiga besar ruas jalan dengan angka kecelakaan tertinggi
adalah: 1) ruas jalan Timor Raya, jumlah total lakalalin sebanyak 256 kasus,
dengan persentase tertinggi kecelakaan lalulintas terjadi pada hari Minggu
(18.75%), pukul 18.00 – 23.59 Wita (40.32%), dengan tipe tabrakan depan
(33.33%), melibatkan sepeda motor (63.82%), usia korban 18 tahun – 25 tahun
(41.57%), berjenis kelamin laki-laki (82.75%), jenis pekerjaan swasta (43.23%),
pendidikan terakhir PT (43.07%), dan korban yang tidak memiliki SIM sebanyak
71.46%. 2) Ruas jalan Frans Seda, jumlah total lakalalin sebanyak 73 kasus,
dengan persentase tertinggi kecelakaan lalulintas terjadi pada hari Senin (20.55%),
pukul 18.00 – 23.59 Wita (33.33%), dengan tipe tabrakan hilang kendali (21.92%),
melibatkan sepeda motor (61.17%), usia korban 18 tahun – 25 tahun (34.92%),
berjenis kelamin laki-laki (72.22%), jenis pekerjaan swasta (34.40%), pendidikan
terakhir PT (%%.41%), dan korban yang tidak memiliki SIM sebanyak 62.17%. 3)
Ruas jalan Pahlawan, jumlah total lakalalin sebanyak
49 kasus, dengan persentase tertinggi kecelakaan lalulintas terjadi pada hari Selasa
(25.00%), pukul
12.00 – 17.59 Wita (40.82%), dengan tipe tabrakan depan (28.57%), melibatkan
sepeda motor (58.23%), usia korban 18 tahun – 25 tahun dan 36 – 55 tahun
masing-masing sebesar 29.47%, berjenis kelamin laki-laki (81.05%), jenis
pekerjaan swasta (47.31%), pendidikan terakhir SMA (46.34%), dan korban yang
tidak memiliki SIM sebanyak 75.51%.
Kata kunci: kecelakaan, jalan, APW,
UCL, BKA

B-254
BAB1 PENDAHULUAN

Kecelakaan lalu lintas merupakan indikator utama tingkat keselamatan jalan raya. Di negara
maju masalah keselamatan jalan sangat diperhatikan untuk mengurangi jumlah kecelakaan
lalu lintas dan jumla h korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi.
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang menyumbang angka
kecelakaan terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Nusa Tenggara
Timur, pada tahun 2011 tingkat kecelakan lalu lintas di wilayah provinsi kepulauan ini berada
pada urutan ketiga terbanyak di Indonesia (Surya Inside 2011). Untuk kota Kupang sebagai ibu
kota propinsi Nusa Tenggara Timur,berdasarkan data dari Direktorat Lalu Lintas kota Kupang,
kecelakaan lalu lintas (lakalantas) yang terjadi di jalan raya kota Kupang dalam sebulan
mencapai 30 sampai 60 kasus kecelakaan. Hal ini menjadikan kota Kupang sebagai daerah
penyumbang angka kecelakaan terbesar di Nusa Tenggara Timur.
Mengutip Kapolda NTT Brigjen Polisi Endang Sunjaya (inilah.com), sepanjang tahun 2015
terjadi 1.053 kasus kecelakaan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), jumlah ini naik
dibanding data tahun 2014 yaitu 971 kasus. lebih lanjut Kapolda mengatakan, umumnya
kejadian lakalantas diakibatkan oleh "human error" atau kesalahan manusia, mulai dari
mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk, kebut-kebutan, sampai dengan kesengajaan
melanggar aturan-aturan lalu lintas. Selain itu juga kecelakaan juga dipicu kondisi jalanan
yang berlubang dan bertebaran material serta akibat galian pipa dan kabel telepon yang
berserakan di jalan serta penerangan di malam hari yang masih kurang.
Dengan tingginya angka kecelakaan yang ada maka dibutuhkan analisis untuk megetahui ruas-
ruas jalan mana saja yang merupakan ruas jalan rawan lakalalin sehingga program penanganan
dapat dilakukan secara terarah dan tepat sasaran. Untuk itu maka pada penelitian ini akan
dilakukan analisis ruas jalan rawan kecelakaan lalulintas di Kota Kupang, khususnya pada ruas
jalan arteri dan kolektor, serta melakukan analisis deskriptif karakteristik kecelakaan yang
terjadi.

B-254
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kecelakaan lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 pasal 1
adalah suatu peristiwa di jalan raya tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan
dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian
harta benda.
Jenis dan bentuk kecelakaan dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu kecelakaan berdasarkan
korban kecelakaan, kecelakaan berdasarkan lokasi kejadian, kecelakaan berdasarkan waktu
terjadinya kecelakaan, kecelakaan berdasarkan posisi kecelakaan dan kecelakaan berdasarkan
jumlah kendaraan yang terlibat (Wedasana, 2011).
Pembobotan kecelakaan atau weighting adalah suatu nilai yang digunakan untuk menghitung
indeks kecelakaan berdasarkan karakteristik masing-masing kecelakaan, yaitu analisis korban
kecelakaan yang meliputi meningggal dunia (MD), luka berat (LB), luka ringan (LR), dan
kerugian material.
Berdasarkan pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas (Pd T-09-2004-
B), pemeringkatan dengan pembobotan tingkat kecelakaan menggunakan konversi biaya
kecelakaan dilakukan sebagai berikut:

1. Memanfaatkan perbandingan nilai moneter dari biaya kecelakaan dengan


perbandingan: M : B : R : K = 12 : 3 : 3 : 1
Dengan:
M = jumlah korban meninggal dunia
B = jumlah korban luka berat
R = jumlah korban luka ringan
K = jumlah kecelakaan dengan kerugian materi
2. Menggunakan angka ekivalen kecelakaan dengan sistem pembobotan yang
mengacu kepada biaya kecelakaan yaitu:
MD : LB : LR : KM = 12 : 3 : 3 : 1
(1)
3. Penentuan lokasi rawan kecelakaan lalulintas menggunakan statistik kendali mutu
untuk jalan antar kota sebagai control-chart UCL (Upper Control Limit), yaitu:
0,829 1
UCL = + Ψ x +
m +
m × m2 (2)
Denga
n:
= angka kecelakaan rata-rata
Ψ = faktor probabilitas, untuk tingkat signifikansi 95%, Ψ = 1.645
m = nilai kecelakaan (APW) tiap-tiap ruas
jika nilai kecelakaan suatu ruas jalan lebih besar dari nilai batas kontrolnya (UCL) maka
ruas jalan tersebut ditetapkan sebagai ruas jalan rawan lakalalin.
4. Jumlah nilai bobot kcelakaan melebihi suatu batas tertentu yaitu Batas Kontrol Atas
(BKA) maka ruas jalan tersebut ditetapkan sebagai ruas jalan rawan kecelakaan. Rumus
BKA ditentukan sebagai berikut (Wheeler,
B-255
1992):
BKA = C + 3 C
(3) Dengan:

C = rata-rata angka kecelakaan (sesuai angka kecelakaan


yang ditinjau)

B-256
B A B 3 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rekapitulasi dan kompilasi data kecelakaan lalulintas di Kota Kupang periode
tahun 2011–2015, teridentifikasi 14 ruas jalan arteri dan 21 ruas jalan kolektor merupakan
lokasi kecelakaan. Jumlah total korban adalah sebanyak 1406 orang, terdiri dari 176 korban
meninggal dunia, 173 korban luka berat, 1057 korban luka ringan, sedangkan data jumlah
kerugian material tidak tersedia.
Data selengkapnya jumlah korban kecelakaan untuk tiap-tiap ruas jalan arteri dan kolektor dapat
dilihat pada Tabel
1. Rumus (1) digunakan untuk menghitung bobot kecelakaan tiap-tiap ruas jalan, sedangkan
rumus (2) dan (3)
digunakan dalam penentuan ruas jalan rawan
kecelakaan lalulintas.
Contoh analisis ruas jalan rawan kecelakaan untuk ruas jalan Adisucipto
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil rekapitulasi data kecelakaan lalu lintas tahun 2011 – 2015 maka dapat
diketahui jumlah total korban adalah sebanyak 59 orang, terdiri dari 10 korban meninggal
dunia, 12 korban luka berat dan 37 korban luka ringan, sedangkan untuk data kerugian
materil tidak tersedia.
Dengan rumus (1) maka besar bobot
kecelakaan: APW = (12 x 10) + (3
x 12) + (3 x 37)
= 267
Batas kontrol UCL dihitung sebagai
berikut:
Dengan = jumlah bobot kecelakaan seluruh ruas jalan yang ditinjau/ jumlah ruas jalan
tinjauan
= 5802/
35
= 165.77
Ψ = faktor probabilitas, untuk tingkat signifikansi 95%, Ψ = 1.645
m = APW = 267, maka
165 .77 0,829 1
UCL = 165.77 + 1.645 x26 267 + 2+ × 267
=
184.82 7

Nilai UCL merupakan nilai yang fluktuatif karena dipengaruhi besaran nilai kecelakaan
masing-masing ruas jalan yang berbeda-beda.

Berdasarkan Nilai Batas Kontrol Atas


(BKA) adalah: Dengan C = 165.77
BKA = 165.77 + 3165.77
= 204.40
Nilai BKA merupakan nilai yang tetap (fixed) untuk keseluruhan ruas jalan tinjauan.
B-257
Karena nilai bobot kecelakaan ruas jalan Adisucipto lebih besar dari nilai kontrol, baik UCL
(267 > 184.823) maupun BKA (267 > 204.40), maka ruas jalan Adisucipto tergolong
sebagai ruas jalan rawan kecelakaan lalu lintas.
Dengan langkah kerja yang sama maka hasil analisis ruas jalan arteri dan kolektor rawan
kecelakaan di Kota
Kupang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Data Nama dan Fungsi Jalan, Jumlah Korban serta Angka Kecelakaan
JUMLAH KORBAN
No. NAMA JALAN FUNGS I JALAN APW UCL BKA
MD LB LR TOTAL
1 A. Nisnoni Kolektor Sekunder 1 3 20 24 81.00 176.50 204.40
2 Adisucipto Arteri Sekunder 10 12 37 59 267.00 184.82 204.40
3 Ahmad Yani Arteri Primer 4 6 16 26 114.00 178.35 204.40
4 Amabi Kolektor Sekunder 5 8 27 40 165.00 180.80 204.40
5 Raya Bolok Kolektor Sekunder 0 0 8 8 24.00 172.93 204.40
6 U. Suropati Kolektor Sekunder 0 1 9 10 30.00 173.23 204.40
7 Bundaran PU Kolektor Primer 1 1 9 11 42.00 173.99 204.40
8 Cak Doko Kolektor Sekunder 3 3 31 37 138.00 179.55 204.40
9 Eltari Arteri Sekunder 4 6 36 46 174.00 181.20 204.40
10 Frans Seda Arteri Sekunder 16 15 77 108 468.00 190.95 204.40
11 H.R Koroh Kolektor Primer 7 11 58 76 291.00 185.65 204.40
12 Herewilla Kolektor Sekunder 0 2 0 2 6.00 174.90 204.40
13 Herman Johanes Arteri Sekunder 1 0 1 2 15.00 172.87 204.40
14 Jalur 40 Kolektor Primer 7 12 39 58 237.00 183.73 204.40
15 M. Praja Arteri Primer 8 0 15 23 141.00 179.70 204.40
16 Moh Hatta Kolektor Primer 4 3 14 21 99.00 177.54 204.40
17 Pahlawan Arteri Primer 8 5 66 79 309.00 186.25 204.40
18 Piet A. Tallo Arteri Sekunder 8 10 54 72 288.00 185.55 204.40
19 Pulau Indah Kolektor Sekunder 0 1 6 7 21.00 172.83 204.40
20 R. Suprapto Kolektor Sekunder 0 0 2 2 6.00 174.90 204.40
21 W.R Mongonsidi Kolektor Sekunder 2 2 10 14 60.00 175.19 204.40
22 Sasando Kolektor Sekunder 0 0 2 2 6.00 174.90 204.40
23 Siliwangi Arteri Primer 0 0 2 2 6.00 174.90 204.40
24 SK Lerik Kolektor Sekunder 2 1 5 8 42.00 173.99 204.40
25 Soeharto Kolektor Primer 2 2 58 62 204.00 182.45 204.40
26 Soekarno Kolektor Primer 1 1 13 15 54.00 174.79 204.40
27 Sudirman Kolektor Primer 6 2 32 40 174.00 181.20 204.40
28 Sumatra Arteri Sekunder 0 0 2 2 6.00 174.90 204.40
29 Sumba Arteri Sekunder 0 0 2 2 6.00 174.90 204.40
30 Tabun Kolektor Sekunder 0 1 6 7 21.00 172.83 204.40
31 Timor Raya Arteri Primer 60 62 334 456 1908.00 216.58 204.40
32 Tompello Kolektor Sekunder 0 1 1 2 6.00 174.90 204.40
33 Urip Sumoharjo Arteri Primer 4 0 7 11 69.00 175.77 204.40
34 WJ Lalamentik Kolektor Sekunder 3 0 35 38 141.00 179.70 204.40
35 Yos Sudarso Arteri Primer 9 2 23 34 183.00 181.58 204.40
Jumlah = 176 173 1057 1406 5802

B-258
Dari hasil analisis pada Tabel 1, terlihat bahwa dengan menggunakan nilai batas kontrol metode
UCL akan didapat sembilan (9) ruas jalan yang tergolong ruas jalan rawan lakalalin yaitu
berturut-turut ruas jalan Timor Raya, Frans Seda, Pahlawan, H.R. Koroh, Piet A. Tallo,
Adisucipto, Jalur 40, Soeharto, dan Yos Sudarso; Sedangkan jika menggunakan metode BKA
terdapat tujuh (7) ruas jalan yang tergolong ruas jalan rawan lakalalin yaitu ruas jalan Timor
Raya, Frans Seda, Pahlawan, H.R. Koroh, Piet A. Tallo, Adisucipto, serta Jalur 40.
Berdasarkan kedua metode tersebut, tiga (3) besar ruas jalan rawan lakalalin di Kota Kupang
berturut-turut adalah ruas jalan Timor Raya, ruas jalan Frans Seda, dan ruas jalan Pahlawan.
Ruas jalan yang paling rawan adalah ruas jalan Timor Raya yang memiliki nilai kecelakaan
(APW) sebesar 1908, jauh diatas nilai UCL (216.58) maupun nilai BKA (204.40). Hasil
rekapitulasi dan kompilasi data kecelakaan untuk ketiga ruas jalan tersebut memberikan
gambaran karateristik kecelakaan sebagai berikut:
a. Jalan Timor Raya
Jumlah total lakalalin sebanyak 256 kasus, dengan persentase tertinggi kecelakaan lalulintas
yang terjadi yaitu pada kategori:

Hari Minggu (18.75%);


Pukul 18.00 – 23.59 Wita
(40.32%);
Tipe tabrakan depan
(33.33%);
Melibatkan sepeda motor
(63.82%);
Usia korban 18 tahun – 25 tahun
(41.57%);
Jenis kelamin korban laki-laki
(82.75%);
Jenis pekerjaan korban adalah swasta
(43.23%);
Pendidikan terakhir korban Perguruan Tinggi
(43.07%);
Korban tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi)
(71.46%).
Dari data tersebut maka dapat dianalisis karakteristik kecelakaan pada ruas Jalan Timor
Raya. Dengan fungsi jalan arteri primer, yang menghubungkan Kota Kupang ke
kabupaten-kabupaten lainnya di Pulau Timor, bahkan ke Negara Timor Leste, juga tata
guna lahan sepanjang ruas jalan Timor Raya yang bervariasi mengakibatkan tingginya
pergerakan kendaraan yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalulintas.
Persentase terbesar kecelakaan terjadi pada hari Minggu dan pada pukul 18.00-23.59 Wita,
ditenggarai karena pada waktu-waktu tersebut tidak ada lagi aparat kepolisian yang berjaga
di jalan sehingga banyak pemakai jalan yang kemudian sembrono, ugal-ugalan ataupun
melanggar aturan lalulintas. Dengan mayoritas korban tidak memiliki SIM juga
mengindikasikan bahwa pengemudi tidak memahami tata tertib lalu lintas dengan baik. Usia
korban yang tergolong pemuda (18-25 tahun), berjenis kelamin laki-laki, dan menggunakan
sepeda motor, cenderung berkecepatan tinggi saat berkendara sehingga kurang
memperhatikan kendaraan dari arah yang berlawanan. Ditambah lebar jalan Timor Raya
B-257
yang bervariasi dan tidak bermedian, menyebabkan seringnya terjadi kecelakaan dengan
posisi tabrak depan. Foto kondisi salah satu titik pada ruas jalan Timor Raya seperti terlihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Salah satu ruas jalan timor raya

b.Jalan Frans Seda

Jumlah total lakalalin sebanyak 73 kasus, dengan persentase tertinggi kecelakaan lalulintas
yang terjadi yaitu pada kategori:
Hari Senin (20.55%);
Pukul 18.00 – 23.59 Wita (33.33%);
Tipe tabrakan hilang kendali (21.92%);
Melibatkan sepeda motor (61.17%);
Usia korban 18 tahun – 25 tahun (34.92%);
Jenis kelamin korban laki-laki
(72.22%);
Jenis pekerjaan korban adalah swasta
(34.40%);
Pendidikan terakhir korban Perguruan Tinggi
(55.41%);
Korban tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi)
(62.17%).
Ruas jalan Frans Seda memiliki fungsi jalan arteri sekunder, merupakan ruas jalan yang
menghubungkan kawasan pemukiman ke kawasan-kawasan perkantoran dan pendidikan.
Ruas jalan ini memiliki kondisi perkerasan yang baik, bermedian dan secara umum
berbentuk lurus (minim tikungan). Kondisi ini menyebabkan seringnya terjadi kecelakaan
pada malam hari akibat pengendara sepeda motor laki-laki yang berusia muda, yang
memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi, kemudian tidak mampu mengontrol
kendaraannya dengan baik sehingga hilang kendali.

B-258
Faktor lain yang juga bisa menjadi pemicu kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan ini adalah
kondisi penerangan (lampu jalan) yang tidak semuanya berfungsi dengan baik sehingga
berakibat pandangan pengendara pada malam hari minim cahaya. Foto kondisi salah satu
titik pada ruas jalan Frans Seda seperti terlihat pada Gambar
2 berikut ini.

B-259
Gambar 2. Salah Satu Titik Ruas Jalan Frans Seda
c. Jalan
Pahlawan.
Jumlah total lakalalin sebanyak 49 kasus, dengan persentase tertinggi kecelakaan lalulintas
yang terjadi yaitu pada kategori:
Hari Selasa
(25.00%);
Pukul 12.00 – 17.59 Wita
(40.82%);
Tipe tabrakan depan
(28.57%);
Melibatkan sepeda motor
(58.23%);
Usia korban 18 tahun – 25 tahun, dan 36 – 55 tahun (masing-masing
sebesar 29.47%);
Jenis kelamin korban laki-laki
(81.05%);
Jenis pekerjaan korban adalah swasta
(47.31%);
Pendidikan terakhir korban SMA
(46.34%);
Korban tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi)
(75.51%).
Ruas jalan Pahlawan adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan pertokoan dan pusat
kota, dengan kawasan industri dan pergudangan serta pelabuhan laut. Hal ini menyebabkan
semua jenis kendaraan baik dari kendaraan roda dua hingga kendaraan-kendaraan berat
pengangkut kontainer berada bersama-sama dijalanan, yang kemudian akibat perbedaan
jauh karakteristik kendaraan-kendaraan tersebut akan memperbesar kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Kondisi ruas jalan Pahlawan yang tanpa median juga menjadi penyebab
tingginya jumlah kecelakaan dengan tipe tabrak depan.

B-259
Melihat waktu terjadinya kecelakaan pada siang hingga sore hari, dimana usia mayoritas
korban yang selain orang muda (18-25 tahun) juga terdapat kategori usia 36-55 tahun,
berjenis kelamin laki-laki, megendarai sepeda motor, dengan pendidikan terakhir SMA,
mengidikasikan umumnya korban merupakan pegawai swasta yang keluar untuk mencari
makan siang ataupun pulang dari kantor di sore hari
Kecilnya jumlah kepemilikan SIM juga dapat menjadi faktor penyebab tingginya angka
kecelakaan, karena pengendara yang tidak memiliki SIM umumnya kurang memiliki
pengetahuan berlalulintas yang baik dan benar. Pengabaian terhadap rambu-rambu, marka
jalan serta ketidakmampuan ‘berkomunikasi’ dengan pemakai jalan lainnya merupakan
pemicu terjadi kecelakaan lalulintas. Foto kondisi salah satu titik pada ruas jalan Pahlawan
seperti terlihat pada Gambar 3.

B-260
Gambar 3. Salah Satu Titik Ruas Jalan Pahlawan

B-261
BAB 4 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1. Berdasarkan data kecelakaan lalulintas di Kota Kupang periode tahun 2011–2015,
teridentifikasi 14 ruas jalan arteri dan 21 ruas jalan kolektor yang merupakan lokasi
kecelakaan. Jumlah total korban adalah sebanyak 1406 orang, terdiri dari 176 korban
meninggal dunia, 173 korban luka berat, 1057 korban luka ringan, sedangkan data
jumlah kerugian material tidak tersedia.
2. Hasil analisis ruas jalan rawan lakalalin
memberikan hasil:
a. Dengan menggunakan nilai batas kontrol metode UCL akan didapat sembilan (9)
ruas jalan yang tergolong ruas jalan rawan lakalalin yaitu berturut-turut ruas jalan
Timor Raya, Frans Seda, Pahlawan, H.R. Koroh, Piet A. Tallo, Adisucipto, Jalur 40,
Soeharto, dan Yos Sudarso;
b. Dengan menggunakan metode BKA terdapat tujuh (7) ruas jalan yang tergolong
ruas jalan rawan lakalalin yaitu ruas jalan Timor Raya, Frans Seda, Pahlawan, H.R.
Koroh, Piet A. Tallo, Adisucipto, serta Jalur 40.
3. Karakteristik kecelakaan pada tiga (3) besar ruas jalan rawan lakalalin adalah
sebagai berikut:
a. Jalan Timor Raya, jumlah total lakalalin sebanyak 256 kasus, dengan persentase
tertinggi kecelakaan lalulintas terjadi pada hari Minggu (18.75%), pukul 18.00 –
23.59 Wita (40.32%), dengan tipe tabrakan depan (33.33%), melibatkan sepeda
motor (63.82%), usia korban 18 tahun – 25 tahun (41.57%), berjenis kelamin
laki-laki (82.75%), jenis pekerjaan swasta (43.23%), pendidikan terakhir PT
(43.07%), dan korban yang tidak memiliki SIM sebanyak 71.46%.

b. Jalan Frans Seda, jumlah total lakalalin sebanyak 73 kasus, dengan persentase
tertinggi kecelakaan lalulintas terjadi pada hari Senin (20.55%), pukul 18.00 – 23.59
Wita (33.33%), dengan tipe tabrakan hilang kendali (21.92%), melibatkan sepeda
motor (61.17%), usia korban 18 tahun – 25 tahun (34.92%), berjenis kelamin laki-
laki (72.22%), jenis pekerjaan swasta (34.40%), pendidikan terakhir PT (%%.41%),
dan korban yang tidak memiliki SIM sebanyak 62.17%.
c. Jalan Pahlawan, jumlah total lakalalin sebanyak 49 kasus, dengan persentase
tertinggi kecelakaan lalulintas terjadi pada hari Selasa (25.00%), pukul 12.00 – 17.59
Wita (40.82%), dengan tipe tabrakan depan (28.57%), melibatkan sepeda motor
(58.23%), usia korban 18 tahun – 25 tahun dan 36 – 55 tahun masing-masing
sebesar 29.47%, berjenis kelamin laki-laki (81.05%), jenis pekerjaan swasta
(47.31%), pendidikan terakhir SMA (46.34%), dan korban yang tidak memiliki
SIM sebanyak
75.51%.

B-262
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2009) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalulintas dan Angkutan
Jalan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Puslitbang Prasarana Transportasi. (2004). Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalulintas
PD T-09-2004-B.
Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah. Jakarta.
Wedasana, A.S. (2011). Analisis Daerah Rawan Kecelakaan Dan Penyusunan Database Berbasis
Sistem Informasi
Geografis (Studi Kasus Kota Denpasar). Universitas Udayana.
Wheeler, Donald J.; Chambers, David S. (1992). Understanding Statistical Process Control. 2nd
edition. Knoxville, Tennessee: SPC Press.
inilahcom. (2016). Sepanjang 2015, Terjadi 1.053 Kecelakaan
di NTT. http://m.inilah.com/news/detail/2264244/sepanjang-2015-terjadi-1053-
kecelakaan-di-ntt
Surya Inside. (2011). NTT Kecelakaan Lalu Lintas Terbesar Ketiga
Di Indonesia. http://www.suryainside.com/index.php/plugin/?mod=3&idb=967 .

B-261

Anda mungkin juga menyukai