Data perencanaan
Deskrpsi perencanaan jalan
- Panjang Ruas Jalan = 2480 m
- Lebar = 9 m
- Kelandaian jalan = 6%
- Umur Rencana (UR) = 10 tahun
Penetuan CBR segmen menggunakan cara analitis, dengan data CBR lapangan, analisis dilakuka dengan
persamaan sebagai berikut :
Perhitungan LHR
Perhitungan LHR dapat dihitungan dengan Pesamaan sebagai Berikut :
g = (1+i) n - 1
i
= 1+ 0.13 10 - 1
0.13
= 18 %
2 a. Batasan Waktu
Batasan waktu meliputi pemelihan lamanya umur rencana dan umur kinerja jalan ( performance
periode). Umur kinerja jalan adalah masa pelayanan jalan dimana pada akhir masa pelayanan
dibutuhkan rehabilitas atau overlay. Umur rencana dapat sama atau lebih besar dari umur kinerja
jalan.
n' n'
AE18KAL = 365 X Ai X EI CI X a X 1+ a - 1/ i
Dimana
AE18KAL = Lintas ekivalen pada lajur rencana
Ai = Jumlah kendaraan untuk jenis kendaraan, dinyatakan dalam ken/hari/2 arah pada
tahun perhitungan volume lalu-lintas
EI = Angka ekivalen beban sumbu untuk satu jenis kendaraan
CI = Koefisien distribusi kendaraan pada jalur rencana
a = Faktor pertumbuhan lalu-lintas tahunan dari perhitungan volume lalu-lintas
dilakukan sampai saat jalan tersebut dibuka
n' = Jumlah tahun dari saat diadakan perhitungan volume lalu-lintas dari jalan tersebut
dibuka.
i = Faktor pertumbuhan lalu-lintas dari jalan tersebut dibuka sampai pada umur peng-
amatan
n = Jumlah tahun pengamatan
Dengan :
W18' = Kumulatif 18 Kips ESAL
DD = Faktor distribusi arah
DL = Faktor distribusi lajur
W18 = Lintas Ekivalen 18 Kips ESAL
g = Angka pertumbuhan lalu-lintas
Wt18 = Ku,ulatif pengulangan 18 Kips ESAL
Jumlah beban sumbuh ekivalen 18 Kips ESAL menunjukan jumlah beban untuk semua lajur dan kedua
arah. Untuk perencanaan, jumlah beban ini harus di distribusikan menurut arah dan lajur rencana.
faktor distribusi arah biasanya 505 atau ditetapan dengan cara lain, sedangkan faktor distribusi lajur
dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut ini:
Realiabiltas adalah nilai probabilitas dari kemungkinan tingkat pelayanan dapat dipertahankan selama
masa pelayanan, dipandang dari pemakai jalan yang merupakan nilai jaminan bahwa perkiraan beban
lalu-lintas yang akan melintasi jalan tersebut dapat terpenuhi. AASHTO memberikan tingkat reliabi-
litas seperti tercantum dalam tabel 3.11 berikut ini :
Simpangan baku normal akibat dari perkiraan beban lalu-lintas dan kondisi perkerasan yang dianjurkan
oleh AASHTO dapat dilihat pada tabel 3.12 yang dicantumkan berdasarkan nilai tingkat reliabilitas pada
tabel 3.11
Simpangan baku keselurahan ( SO ) akibat dari perkiraan beban lalu-lintas dan kombinasi perkerasan
yang diajukan oleh AASHTO adalah antara 0.35-0.45
d. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi masa pelayanan jalan. Faktor perubahan kadar air pada
tanah berbutir halus memungkinkan tanah tersebut akan mengalami pengembangan ( SWELLING)
yang mengakibatkan kondisi daya dukung tanah dasar menurun.besarnya pengembangan dapat
diperkirakan dari nilai platis tanah tersebut.
pengaruh perubahan musim, perbedaan temperatur, kerusakan-kerusakan akibat lelahnya bahan,
sifat material yang dipergunakan, dapat pula mempengaruhi umur rencana jalan. Berarti terdapat
pengurangan nilai indeks permukaan jalan akibat kondisi lingkungan saja. Khusus untuku tanah dasar,
hal ini dapat dikolerasikan dengan hasil penyelidakan tanah berupa boring, pemeriksaan Laboratorium
terhadap sifat-sifat tanah dari contoh yang diperoleh pada waktu pengeboran disepanjang jalan ter-
sebut. Besarnya indek permukaan ditentukan dengan persamaan berikut:
Ipswell = 0,00335 x Vr x Ps x 1 - e ɸt ……………………………………3.14
Dimana:
Ipswell = perubahan indeks permukaan akibat penggambangan tanah dasar.
Vr = besarnya potensi merembes keatas, dinyatakan dalam inch
Ps = probabilitas penggambangan, dinyatakan dalam persen
ɸ = tingkat pengembangan tetap
t = jumlah tahun yang ditinjau, dihitung dari saat jalan tersebut dibuka untuk umum
Kinerja jalamn yang diharapkan dinyatakan dalam nilai indeks permukaan (IP) pada awal umur rencana
(Ipt).
konsep yang digunakan AASHTO dalam menyatakan kekuatan dan kerataan suatu permukaan jalan
adalah berdasarkan kerusakan yang terjadi pada ruas jalan , sehingga tiingkat pelayanan jalan menurun
angka yang menyatakan tingkat kekuatan dan kerataan permukaan jalan selanjutnya diseebut nilai
indeks permukaan (Present Spasi Service Bility Indeks/PSI)
jalan yang baru dibuka untuk melayani beban lalu lintas, biasanya mempunyai tingkat pelayanan tinggi.
lambat laun kondisi permukaan jalan akan mmenurun beban lalu-lintas berulang yang harus diterima
lapis permukaan jalan. Pengaruh lingkungan yang kurang baik, akan mempercepat penurunan
tersebut.
PSI yang diberikan AASHTO berkisar antrara 0-5,yang ditentukan oleh jenis lapis permukaan dan kelas
jalan.pada jalan yamg baru dibuka untuk lalu lintas,Ipo = 4.2, dalam waktu tertentu Ipo = 4.2
tersebut akan mengalami penurunan sampai mencapai indeks permukaan terminal (Ipt) 2.5 atau 2
kekuatan daya dukung tanah pada suatu ruas jalan tidak tersebar secara merata sepanjang jalan,
sehingga diperlukan suatu penyeragaman. Nilai daya dukung tanah ditetapkan berdasarkan nomogram
kolerasi terhadap cara pengujian, seperti : CBR "R - falue" dan Group indeks.untuk mendapat daya
dukung tanah dengan menggunakan nomogram,masinng-masing cara langsung dikorelasikan pada
skala yang menyatakan nilainya.
penentuan ukuran elastisitas untuk tanah dasar dinyatakan dengan Resilien Modulus Tanah dasar (Mr)
yang dapat diperoleh dari pemeriksaan AASHTO T.274 atau kolerasi dengan nilai CBR dengan
persamaan berikut.
Mr = 1500 x CBR (Psi)
pemeriksaan Mr sebaiknya dilakukan selama satu tahun penuh, sehingga dapat diperoleh besarnya
Mr sepanjang musim. Besarnya kerusakan relatif dari setiap kondisi tanah dasar dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut:
U = 1.18 x 10 8 x Mr -2.32 ………………………(3.15)
Dengan:
U = kerusakan relatif, dan
Mr = Resilient Modulus, dinyatakan dalam Psi
Resilien Modulus untuk tanah dasar yang digunakan dalam perencanaan tebal lapis perkerasan lentur
adalah harga kolerasi yang diperoleh dari kerusakan relatif rerata.
g. Faktor Drainase
sistim drainase jalan sangat mempengaruhi kinerja jalan , termasuk tingkat kecepatan pengeringan
air yang jatuh atau terdapat pada struktur lapis keras bersama beban lalu lintas dan kondisi permuk-
aan jalan.
AASHTO membagi kualitas drainase menjadi limatingkat seperti yang tercantum dalam tabel 3.13
berikut ini :
Struktural Number (NS) disebut juga sebagai Indeks tabel perkerasan (ITP) yang merupakan suatu
besaran untuk penetuan tebal keras lentur.
SN dipengaruhi oleh kekuatan bahan penyusun (a), untuk baha perkerasan dengan Aspal, nilainya
ditetapkan dengan marshal Stability,bahan perkerasan dengan semen atau kapur
ditetapkan dengan Triaksial test (kuat tekan) dan lapis pondasi di tetapkan dengan nilai CBR
(California Bearing Ratio).besarnya nilai koifisien kekuatan relatif masing masing bahan dapat
dilihat pada tabel 6 berikt ini,
tabel 6 koifisien kekuatan relatif bahan AASHTO
Layer pafemen Component Coeficient
Surface Road Mix (Low Stability) 0.2
Plant Mix (Higt Stability) 0.44
Course
Sant ASPALT 0.4
Sant Gravels 0.07
Crushead Stone 0.14
Cement Treadted (no.soil 650 Psi or more (4.48 Mpa) 0.23
Cement), Confresife 400 to 650 Psi ( 2.76-4.48 Mpa) 0.2
base Strengligt@7 day 400 Psi or less (0.76 Mpa) 0.15
Course Coarse Graded 0.34
Bituminous treated
Sand Aspalt 0.30
Line Treated 0.16-0.30
sub base Stand Gravel 0.65-0.10
course Stand or Sandy Clay
Sumber AASHTO 1986
Selain nilai kekuatan relatif bahan yang disebut diatas, AASHTO memberikan Nomogram untuk
menentukan nilai koefisien kekuatan bahan lapis keras. Nilai yang diperoleh dengan menggunakan
nomogram tersebut,mendekati sama dengan nilai hasil penelitian yang dilakukan AASHTO seperti
yang terdapat dalam tabel 3.17 tersebut
koefisien kekuatan relatif bahan pondasi atas/Granular Base Layer ( a2), dapat ditentukan dengan
uji laboratorium dapat juga di gunakan persamaan berikut :
a₂ = 0.249 x Log ESB - 1 ………………………….(3.16)
Koefisien relatif bahan pondasi atas/ Granular base layer (a3),dapat di tentukan dengan menggun-
akan persamaan berikut.
Dengan :
a₃ = Koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bawah,dan
ESB = Modulus elastis/resilient modulus lapis pondasi bawah
penentuan SN untuk tahap pertama dalam perencanaan tebal labis keras lentur jalan adalah
dengan mempergunakan nomogram AASHTO 1986.
AASHTO memberikan batas-batas minimum tebal lapis keras lentur seperti yang dapat dilihat pada
tabel 7 berikut ini
Pemilihan jenis lapis keras yang akan digunakan adalah dengan pengambilan asumsi besarnya
koefisien relatif dan modulus resilient dari setiap,lapisan yang akan digunakan seperti dalam
gambar 3.2 berikut
SN₁ SN₂
D₁≥SN₁/a₁ ……………………………………………(3.18)
SN₁*+a₁.D₁*SN₁ ……………………………………….(3.19)
D₂*≥(SN₂-SN₁*)/(a₂.m2) …………………………(3.20)
SN₁*+SN₂*≥SN₂ ………………………………………..(3.21)
D₃*≥(SN₃*-(SN₁*+SN₂*)/(a₃.m₃) ………………(3.22)
Dengan :
a = koefisien kekuatan relatif bahan masing-masing lapisan
D = Tebal masing-masing lapisan
m = koefisien dreinase masing-masing lapisan
D*danSN* = Nilai yang sebenarnya digunakan dapat sama lebih besar dari nilai yang diperlukan
Analisis tebal lapis keras lentur ruas jalan kaliurang dengan metode AASHTO dilakukan dengan tahap-
an sebagai berikut ini.
LHR yang digunakan adalah LHR yang didalam istilah metode disebut Avarage Daily Traffic (ADT)
seperti yang tersaji pada tabel 8 berikut ini :
LEF merupakan angka ekivalen beban sumbuh kendaraan yang menunjukan jumlah lintasan dari
sumbuh tunggal sebesar 18000 Lbs (18 Kps) dapat menyebabkan kerusakan sama atau penurunan
indeks permukaan yang sama jika kendaraan melintas satu kali
Berdasarkan Tabel diatas pengulangan kumulatif 18 Kips ESAL pada lajur rancana diperoleh dengan
menggunkan persamaan berikut :
Wt18' = DD x DL x W18
= 75% x 100% x 55495
= 41621
Dengan nilai DD adalah 0,5 nilai DL adalah 0,75 sedangkan GR adalah tingkat pertumbuhan (lalu lintas)
Tahunan (%) (Annual Growth Rate). Rumusnya sebagai berikut :
Penentuan Pengulangan nilai beban diperoleh dengan perhitungan Tebal 5.15 Berikut:
e. Penentuan SN Maksimum
Penentuan SN maksimum selama periode analisis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. R (tingkat reabilitas) = 80 % - 99 % dalam hal ini digunakan nilai R sebesar 99 %
(tabel 3.12)
b ZR (simpangan baku normal), untuk RR = 99% diigunakan Zr = -00,574 (tabel 3.12)
c. So (simpangun baku keseluruhan) sebesar 0.35-0.45,maka so diambil (0.44)
d. Mr (modulus resilien tanah dasar) sebesar 1500 CBR maka :
e. PSI (nilai indeks permukaan ) Sebesar Ipo-Ipt, maka PSI = 4.2-2.0= 2.2
f. Berdasarkan tabel 5.14 diperoleh Wt18=
Maksimum dilakukan dengan menggunak55495 ( 18 kips ESAL). Penenentuan SN
Penentuan ΔPSI
ΔPSI = po-pt = 4.2 - 2 = 2.2
Pt(terminal serviceability indeks) = 2
Po(initial serviceability indeks) = 4.2
Dengan menggunakan nilai R,Mr,So,W18,ΔPSI maka diperoleh nilai SN1,SN2 dan SN3(dari grafik):
W18 = 32,206 x 10 18 Kips ESAL
So = 0,5; R = 99% ΔPSI = 2,2
Dari grafik diatas didapatkan SN (Struktural Number) 3 jenis yaitu SN1 sebesar 4,71; 5,44 dan SN3
sebesar 5,67, selanjutnya nilai-nilai tersebut dalam perencanaan tabel perkerasan :
D1 = ITP1/a1 = 4,71/0,44 = 10,705 inci = 28 cm
ITP = 11,024 x 0,44 = 4,85
D2 = (ITP2 - ITP1)/ (a2m2) = (5,44 - 4,85)/ (0,14 x 1,2)= 3,512"
Dbulatkan : 3,5 inci= 10 cm
ITP2* = 3,54 x (0,14 x 1,2) = 0,60
D3 = (ITP3 (ITP2* + ITP1*)) / (a3m3)
D3 = (5,67 - (0,60 + 4,85)) / (0,13x 1,= 1,41 inci dibuulatkan
= 2 inci = 10 cm
oleh dari BP2JN
akuka dengan
1724
724
524
224
0
0
0
0
r dan kedua
g dianjurkan
iabilitas pada
…………3.14
mur rencana
an menurun
yanan tinggi.
an dan kelas
SN₃
n (lalu lintas)
ANALISA PERENCANAAN GEOMETRI JALAN
A. DATA-DATA
Perhitungan Lalulintas Harian Rata-rata (LHR)
< Mobil penumpang = 1724 Kd/Hari
< Bus = 724 Kd/Hari
< Truk 2 As = 524 Kd/Hari
< Truk 3 As = 224 Kd/Hari
< Apabila pertumbuhan lalulintas (i) = 13% dan umur rencana (n) = 10 tahun
B. KECEPATAN RENCANA
Kecepatan rencana yang di syaratkan sebagai jalan untuk daerah:
< Datar = 60-90 km/jam → diambil 75 km/jam
< Perbukitan = 50-60 km/jam → diambil 60 km/jam
< Gunung = 30-50 km/jam → diambil 50 km/jam
C. KEMIRINGAN MEDAN
Tipe medan
< Datar <2%
< Perbukitan 3-25%
< Gunung >3%
D. ELINEMAN HORISONTAL
1. Perhitungan kelengkungan pada tikungan
Ketentuan menurut tabel II.1 PP. No 43/1993
< Kelas jalan = II
< Vr = 75 km/jam
< R minimun = 224 m
< Rd digunakan = 424 m
< eP = 0.008
< en (super elevasi normal) = 3%
< re (tinkat percapayan perubahan kelandayan melintang jalan) sebagai berikut :
* Vr < 70 re maks = 0.035 m/m/detik
* Vr < 80 re maks = 0.025 m/m/detik
Maka di ambil re = 4.50 m
< B (lebar perkerasan) = 4.50 m
< Le (panjang busur lingkaran) = 25 m
= 25
D x 360
2.π.R
25
= x 360
2.π 424
= 3.378
Vr2
Rmin =
127 emax+max
75 2
=
127 0.10 + 0.14325
= 437.9733
3. Menentukan nilai derajat lengkung maksimum
181913.53 emax + fmax
Dmax =
Vr²
181913.53 0.10 + 0.1433
=
75 2
= 7.86675
C. A
x = 4100
x = 600 y = 3000
y = 520
x = 3800
y = 370
B
x = 3800
y = 370
> Titik F dianggap berhimpit BAN = 0 sebagai awal proyek STA 0+00 dengan kordinat
dan elevasi seperti pada gambar
> Titik G dengan kordinat seperti gambar di atas merupakan tikungan yang akan
rencanakan
> Titik H adalah titik akhir (sembarang) yang di tinjau, terletak pada sumbu jalan rencana
> Jalan yang akan di rencanakan berupa jalan kolektor sekuner pada daerah perbukitan
= 1755.8189 = 17.56 m
Skala 1 : 100
d B-C = X C - X B 2 YC YB 2
= 2231.8826 = 22.32 m
Skala 1 : 100
TITIK A B C
X 3100 2800 580
Y 2000 270 500
X 0 -300 -2220
Y 0 -1730 230
Arc tg 9.84 -84.08
azimuth 9.84 95.92
∆ 94
o
Ls . 360 31 . 360
θs = =
4 . π . Rd 4. π . 424
0
= 2.09
∆c = ∆ - 2 x θs = 94 - 2 x 2.09
= 90 0
∆c . π . Rd 90 x π x 424
Lc = =
180 180
= 664.618 m
Ys = Ordinat titik Sc pada garis tegak lurus garis tengah, jarak tengah lurus ke titik Sc pada
lengkung.
2
Ys = Ls 2 31
= = 0.38 m
6 x Rd 6 x 424
P= Ls 2
- Rd (1 - cos θs )
6 x Rd
31 2
= - 424 1 - cos 2.09
6 x 424
961
= - 424 0.00067 = 0.378 - 424 0.0007
2544
= 0.09 m
Ls 3
K= Ls - - Rd sin θs
40 x Rd2
31 3
= 31 - 2
- 424 sin 2.09
40 x 424
= 15.50 m
(Rd+P)
Et = - Rd
cos 1/2 ∆
424 + 0.09
- 424
cos 0.5 x 94
= 197.8409 m
Lc = ∆ - 2 θs π x Rd
180
= 94 - 2 x 2.09
π x 424
180
= 664.62 m
L total = Lc + 2 x Ls
= 664.62 + 2x 31
= 726.62
Kontrol perhitungan
2 x Tt > L total
Gambar lenkung
S-C-S di titik B
Skala 1 : 2000
Bagian lurus Bagian lengkung peralihan Bagian lengkung penuh Bagian lengkung peralihan Bagian lurus
TS Sc Lc Cs ST
e = 0%
2% -2% -2% 2%
-2% 0% 0% -2%
2% 2%
Sisi dalam Tikugan
10% 10%
75 75 2
Jh = x 2.5 x
3.6 254 0.3 - 0.05
= 52.083 + 88.583
= 140.67 m
Lt = 2 x LS + Lc
= 2 x 41 + 664.618
= 747.28
Jh < Lt
90 jh
E = R 1 - cos
p x R
91 x 140.67
= 224 1 - cos
p x 224
= 3.089566 m
5. Pelebaran pada tikungan
Lebar jalur 4 x 3.5 x 2 arah Vr = 75 km/jam
R = 224 m
Di peroleh pelebaran di tikungan B = 0.25 m
J h = 88 ,91 m
garis pandang
J h = 88 ,91 m
garis pandang
trotoar
saluran drainase
W K W C W K
1
4 A
C
III
2
3
II
B
KELANDAYAN
Daerah I
97 - 136
g1 =
900
= -0.043333 %
Daerah II
136 - 115
g2 =
1100
= 0.019091 %
ALINEMEN VERTIKAL
1. Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan jenis kelas jalan kelas 3(kolektor) untuk
kendaraan berat dengan muatan sumbu terberat 8 ton yang melintasi adalah truk sedang, ddt sbt
Vr = 75 Km/jam
Rd = 424 m
m = 2 Jumlah jalan lintasan
c = 0.8 m (kelebaran samping)
b = 2.6 m (lebar kendaraan sedang pada jalan lurus)
p = 7.6 m jalan antara As roda depan dan belakang kendaraan sedang
A = 2.1 m (tonjolan depan sampai kelengkungan)
>secara analisis
B =n (b'+c) + (n-1) Td + Z
b' =b+ b n
bn = Rd - √ Rd - p 2
Td =√ Rd 2 + A (2p + A) - Rd
e1 =B-w
Vr 75
Z = 0.105 = 0.105 = 0.3824
√ Rd √ 424
n = Rd 2
b Rd - p
= 424 - √ 424 - 7.6 2
= 0.58 m
b' = b + b'
= 2.6 + 0.580
= 3.18 m
Td = √ Rd 2 + A (2p + A) - Rd
= √ 424 2 + 2.1 2 x 7.6 + 2.1 - 424
= 0.0428 m
Vr 75
Z = 0.105 = 0.105 = 0.3824
√ Rd √ 424
B = n (b'+c) + (n-1) Td + Z
= 4 3.18 + 0.8 + 4 - 1 0.04284 + 0.3824
= 16.431 m
2. Perhitungan
- Jarak pandang henti = 40 m PBJ SM 1997
- Jarak pandang linier = 200 m
- Lebar pengamanan minimal = 300 m
Perhitungan
1 1
Jari-jari sumbu lajur (R) = Rd - x 7 = 424 - x 7 = 420.5 m
2 2
L total = 138.59 m
Jadi jarak pandang henti (Jh) berdasarkan PBJ BM 1997
Vr 2
Jh = 0.694 x Vr + 0.004
fp
75 2
= 0.694 x 75 + 0.004
0.35
= 116.3 m
Jadi jarak pandang ini menurut Sherly Hendarson
Kelandaian (g) adalah 10%
fp = koefisien jarak memanjang menurut BM FP = 0.35 - 0.55 dan dengan kelandaian
tertentu
Vr²
Jh = 0.278 x Vr x T +
254 (fp + g)
75 2
= 0.278 x 75 x 2.5 +
254 0.35 + 0.1
= 101.338 m
Jadi di ambil Jh = 116.34 m
Dimana :
T1 = Waktu dalam (detik) = 2.12 + 0.026 x Vr
T2 = Waktu kendaraan berada di jalur (detik)
= 6.56 + 0.048 x Vr
a = Percepatan rata-rata (Km/jam/detik)
= 2.052 + 0.0036 X Vr
m = Perbedaan dari kendaraan yang menyiap dikendaraan yang di siap
(biasa diatur 10-15 Km/m)
Data CBR = 9 8 6 7 8 9 9 5 7 8 9 8 5 9 5 8
8 - 9 - 5
CBRsegmen =
3.18
= 6%
Tabel 7.1 Mnilai R untuk mengitung CBR segmen
Jumlah titik pengamatan Nilai R
2 1.41
3 1.91
4 2.24
5 2.48
6 2.67
7 2.83
8 2.96
9 3.08
>10 3.18
748
%kendaraan berat = x 100 % = 23.40 %
3196
Nilai FR memiliki rentang antara 0,5 dan 4 seperti pada Tabel 2.4. Berdasarkan
pertimbangan teknis perencana dapat menambah nilai FR, sesuai catatan kaki
pada Tabel 8.1. dibawah ini.
b. Index Permukaan
Tabel 4.7 Indeks Permukaan pada awal usia rencana (Ipo)
Jenis Lapisan Perkerasan Ipo Rounghness *) (mm/km)
>4 < 1000
LASTON
3.9 - 3.5 > 1000
3.9 - 3.5 < 2000
LASBUTAG
3.4 - 3.0 > 2000
3.9 - 3.5 < 2000
HRA
3.4 - 3.0 > 2000
BURDA 3.9 - 3.5 < 2000
BURTU 3.4 - 3.0 < 2001
3.4 - 3.0 < 3000
LAPEN
2.9 - 2.5 > 3000
LATASBUM 2.9 - 2.5 -
BURAS 2.9 - 2.5 -
LATASIR 2.9 - 2.5 -
JALAN TANAH < 2.4 -
JALAN KRIKIL < 2.4 -
(Sumber: SKBI 2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989)
G AM BA R TIPE J AL AN 2/2 UD
350
700
trotoar
s aluran dr ainase
WK WK
WC
trotoar
saluran drainase
W K
1.5 m GAMBAR TIPE JALAN 4/2 UD
7 m
14 m
trotoar
saluran drainase
W K W C W K