Anda di halaman 1dari 13

KOLEKSI PERPUSTAKAAN PUSJATAN

KONSEP PENANGANAN
MASALAH KECELAKAAN LALU-LINTAS

Oleh :
Hikmat Iskandar.

RINGKASAN
Sejak tiga dasawarsa terakhir, angka kecelakaan lalu-lintas di Indonesia masih cukup
tinggi, sekalipun laporan Kepolisian menunjukkan kecenderungan menurun. Pada tahun
1971 dilaporkan 23294 kejadian, dan pada tahun 2003 dicatat 13399. Tingkat korban
meninggal akibat suatu kecelakaan lalu-lintas juga masih tinggi, pada tahun 1971
berkisar 11.9% dan pada tahun 2000 naik sampai 39.9%, hal ini diperkirakan naik terus
di masa yang akan datang jika tidak ada upaya “menghentikannya”. Ini memperingatkan
para pelaku perjalanan dengan kemungkinan yang mengerikan, dari 10000 pemilik
kendaraan di Indonesia, dalam satu tahun paling tidak lima “diancam” terlibat
kecelakaan lalu-lintas, dan dari 10 korban kecelakaan lalu-lintas, empat “diancam”
tewas (39.9%). Dalam mengantisipasi masalah kecelakaan lalu-lintas seperti ini, telah
disusun program penanganan kecelakaan lalu-lintas yang telah dimulai
diimplementasikan di Indonesia mulai dari Sumatra bagian Utara (Sumut, Riau, Sumbar
dan Aceh) dan Bali yang kemudian akan dilanjutkan ke propinsi-propinsi lain.

Makalah ini bermaksud menyajikan konsep penanganan masalah kecelakaan lalu-lintas


di Indonesia, melingkupi sistem organisasi yang akan dikembangkan di Daerah-daerah
termasuk di dalamnya model koordinasi antar unit yang terkait, unit-unit investigasi
kecelakaan lalu-lintas, dan teknologinya.

SUMMARY
Since three last decades, number of traffic accidents in Indonesia have not yet been
showing a significant reduction, although Police reported a decrease trend in number. In
year 1971, 23294 occurences have been reported and decreased to 13399 in year 2003.
However, Index Fatality is still high, it was 11.9% in year 1971 and increased up to
39.9% in year 1996 and tends to increase if there is no real action to stop the growth. It
warned travellers by high probability of their involvement in an accident, five out of
10,000 vehicle ownership, are regressed involved in an accident and four out of ten of
victims are of fatals. In order to overcome the problem, an accident reduction program
has been setup and to be implemented, started from North Sumatra Corridor (North
Sumatra, Riau, West Sumatra, and Aceh provinces) and Bali and to be continue to other
provinces.

This paper aims to present a conceptual back ground of this traffic accident reduction
program, covering organization under related institution to be developed in the region, a
coordination model, traffic accident investigation unit, and practical technology needed
and applied.
I. PENDAHULUAN bahwa korban yang meninggal akibat
kecelakaan semangkin parah. Angka
Statistik kecelakaan di Indonesia statistik tersebut di atas menjadi latar
Sampai hari ini, angka kecelakaan belakang perlunya penanganan
lalu-lintas di Indonesia masih kecelakaan di Indonesia secara sistematik.
tergolong tinggi dan memprihatinkan.
Angka korban meninggal pada tahun
2003 masih tidak kurang dari 9800 II. PERSOALAN KECELAKAAN DI
dari 24692 korban kecelakaan yang INDONESIA
dicatat (Sumber: Ditlantas Mabes
Polri). Disamping hal tersebut, a) Tingginya angka kecelakaan
kecenderungan kejadian kecelakaan Tingginya angka kecelakaan di
dari tahun ke tahun tampaknya Indonesia dapat dilihat dari
membaik seperti ditunjukkan dalam perbandingan angka kecelakaan
Gambar 1, bahwa tingkat kecelakaan dengan negara-negara lain.
cenderung turun, dari 252 kejadian Perbandingan yang dilakukan oleh
Transport Research Laboratory (TRL-
kecelakaan per 10.000 kendaraan
UK, 2002) berdasarkan Tingkat
dalam tahun 1971 menjadi 13 pada
Fatalitas menunjukkan bahwa
tahun 1995, bahkan sekitar 4 pada
diantara negara-negara yang sedang
tahun 2003. Tingkat fatalitas pada berkembang di Asia, Indonesia
tahun 1971 sebesar 36,3 korban menduduki urutan yang masih cukup
meninggal per 10,000 kendaraan, dan tinggi yaitu masih di atas Taiwan,
pada tahun 2003 angka ini menjadi Philipine, Cambodia, Singapore,
hanya 3 korban. Sekalipun Tingkat Brunei, Hongkong. Indonesia masih
Fatalitas cenderung turun tetapi disetarakan dengan negara-negara
tingkat korban (banyaknya korban per seperti Laos, Malaysia, Thailand, Fiji,
kecelakaan) cenderung meningkat Turkey, Korea, Vietnam. Penelitian di
secara konsisten walaupun tumbuh Jalan Tol Jakarta-Cikampek (Iskandar,
perlahan-lahan, 1,3 korban pada 2000) menunjukkan Tingkat
tahun 1971 yang menjadi 1,8 korban Kecelakaan (dalam satuan kecelakaan
pada tahun 2003. Yang mengkhawa- per 100Juta Kilometer panjang
tirkan lagi adalah peningkatan yang perjalanan) pada jalan tersebut yang
konsisten dari Indeks Fatalitas (ratio mencapai s.d. 120, di mana angka ini
korban meninggal terhadap korban dibandingkan dengan lokasi lain,
misal di Hume Highway, Australia
kecelakaan), dari 11.9% pada tahun
(Lind dkk, 1985), atau di London
1971 menjadi 39.9% pada tahun
(Landles, 1979), sudah menujukkan
2003, artinya pada tahun 1971, dari
angka yang tinggi dan biasanya sudah
10 korban kecelakaan “hanya” satu mendapatkan perhatian atau
yang meninggal, pada tahun 2003 dimasukan kedalam program
meningkat menjadi empat korban penanganan Black-spot.
meninggal. Hal ini memberikan indikasi
b) Kesulitan merumuskan penyebab dari setiap faktor penyebab
kecelakaan karena kesulitan kecelakaan tersebut, khususnya untuk
informasi kondisi perlalu-lintasan di Indonesia,
Tingginya angka kecelakaan dapat belum ada yang menerbitkannya.
disebabkan oleh banyak faktor yang Beberapa penelitian yang dilakukan di
tergolong ke dalam 3 kelompok: Puslitbang Jalan dan Jembatan pun
faktor manusia yaitu faktor yang masih mengaddress secara kasualtis,
paling sering dituding pengkontribusi belum mengarah kepada penelitian
terhadap kecelakaan, faktor yang secara nasional dan konstruktif
kendaraan, faktor jalan dan merumuskan faktor-faktor penyebab
lingkungan. nya. Sebagai contoh Analisis
Kecelakaan di Jalan Tol Jakarta
Banyak literature yang memuat hasil Cikampek (1999) mengindikasikan
penelitian, menyimpulkan bahwa kontribusi factor manusia sebesar
faktor manusia adalah faktor yang 70.5%, sementara factor jalan dan
paling dominan. Petugas-petugas kendaraan masing-masing 4,5% dan
pencatat kecelakaan banyak yang 25,1% (Hikmat, 2005). Contoh lain,
melaporkan bahwa kecelakaan kecelakaan Lalu-lintas di 4 lokasi
umumnya didominasi oleh faktor perkotaan di pulau Jawa (1993-1995).
manusia, seperti mengantuk, kurang Tabel 1 menunjukkan salah satu
antisipasi terhadap lalu-lintas, kesimpulan dari penelitian tersebut.
melakukan penyusulan yang gagal, Kedua contoh tersebut masih
dll. Sekalipun demikian, berapa besar merupakan hasil yang kasualtis,
statistik kecenderungan kontribusi belum menyeluruh.

Gambar 1. Pertumbuhan kecelakaan lalu lintas


Tabel 1. dalam statistik kecelakaan, menyebab
Sifat-sifat kecelakaan dan korban kan statistik kecelakaan menjadi bias
kecelakaan dan kurang reliable sehingga hasil-
Sifat-sifat kecelakaan dan korban
Korban per kecelakaan (%) hasil analisis yang dilakukan terhadap
1 Korban dari 1. Sepeda Motor
Dalam Kota
40
Luar Kota
25 datanya, cenderung kurang dipercaya.
2. Pejalan Kaki 25 14
3. Bus/Minibus 12 33
2 Tempat 1. Jauh dari persimpangan
2. Di kawasanpermukiman
77
65
93
89
c) Terbatasnya Pendanaan
kecelakaan /perdesaan
1. Depan-depan 19 42
Beberapa proyek yang merumuskan
penanganan masalah kecelakaan
3 Jenis
2. Samping-samping 26 10
Tabrakan 3. Depan-Belakang 21 17
(Sumber: Data penelitian Puslitbang Jalan dan Jembatan untuk Bandung, lalu-lintas telah dilaksanakan
sekalipun dalam skala percontohan
Purwakarta, Semarang dan Surabaya, 1993-1995)

(pilot project), misalnya Komponen


Adalah suatu kenyataan bahwa
Safety dalam Road Research
sekalipun belum ada persiapan yang
Development Project (Ditjen Bina
khusus tentang data yang sistematis,
Marga dan IRE, 1995), Road Traffic
tetapi kecenderungan sifat-sifat
Safety and Vehicle Weight and
kecelakaan seperti ditunjukkan dalam
Dimension (Dit. Lalu-lintas Ang-kutan
tabel di atas, masih dapat dirumus
Jalan, 1998). Proyek-proyek tersebut
kan. Hal ini dimungkinkan karena
masih dalam skala pemodelan untuk
data kecelakaan lalu-lintas dimanipu
mencari bentuk penanganan secara
lasi secara sistematis sehingga
nasional. Beberapa model hasil study
penganalisaan dapat dilakukan.
dalam proyek-proyek terdahulu
Karena pelaksanaannya masih
belum bisa diaplikasikan karena
kasualtis dan terbatas dan tidak di
banyak hal diantaranya belum
bawah suatu struktur institusi yang
tersedianya dana di setiap institusi
permanen, maka hasilnyapun masih
yang terkait yang khusus dialokasikan
parsial, belum merupakan hasil yang
untuk penanganan masalah kecela
menyeluruh yang akan menjadi dasar
kaan lalu-lintas secara rutine dan
penyusunan kebijakan program
terstruktur.
penanganan masalah kecelakaan baik
secara nasional maupun secara d) Terbatasnya tenaga ahli
daerah kewilayahan. Kata kuncinya Dalam hal ini, kebutuhan yang
adalah belum tersedianya Informasi mendasar meliputi: 1) tenaga untuk
kecelakaan yang sistematis dan membangun data-base kecelakaan
accessible. yang komprehensif. Tenaga ini,
sesuai dengan tugasnya (UU no.14
Disamping hal tersebut, suatu kelema tentang Lalu-lintas, 1992) berada
han yang diindikasikan oleh peneliti dibawah kewenangan Kepolisian
dari luar, adalah “under reporting Republik Indonesia. Tenaga ini yang
accidents”. Kecelakaan-kecelakaan fungsinya mencatat kecelakaan di
yang terjadi tapi tidak dilaporkan tempat kejadian kecelakaan,
atau tidak tercatat atau tidak dihitung kemudian merekamnya ke dalam
suatu sistem komputer yang penanganan pra-kejadian dan
integrative (atau lainnya) dengan penanganan post-kejadian, disamping
institusi/unit-unit yang terkait; 2) dikenal juga penanganan pada saat
Tenaga penyidik kecelakaan, kejadian kecelakaan. Mempertimbang
khususnya bagi kecelakaan-kece- kan perkembangan tumbuhnya
lakaan yang menonjol atau yang kecelakaan lalu-lintas dewasa ini, dan
menjadi kasus khusus, dan 3) Tenaga kesiapan baik tenaga maupun
ahli penganalisa kecelakaan lalu- teknologi yang dikuasai dalam
lintas yang mampu merumus-kan penanganan masalah kecelakaan,
persoalan-persoalan kecelakaan lalu- yang menjadi prioritas utama adalah
lintas serta penanganannya. Tenaga- penanganan-penanganan terhadap
tenaga tersebut merupakan produk masalah kecelakaan yang telah
khusus dari suatu pendi-dikan atau terjadi, dikenal dengan program
pengalaman yang luas sehingga pada reduksi jumlah kecelakaan lalu-lintas.
tahap ini, masih sedikit jumlahnya. Disamping itu, berdasarkan pengala
man dan peningkatan pengua-saan
e). Keterbatasan alat - alat teknologi penanganan masalah
pendukung kecela-kaan, tahap berikutnya adalah
Pendataan yang sistematik dan pelaksanaan program pra-kejadian.
penyelidikan kecelakaan di lokasi Program pra-kejadian yang sudah
kecelakaan membutuhkan alat-alat dikenal dan sudah berkembang di
pendukung yang pada umumnya luar negeri adalah pelaksanaan
masih belum dimiliki oleh institusi safety-audit yang meliputi pemeriksaan
yang menangani masalah kecelakaan rencana pembangunan dan
lalu-lintas. Alat-alat tersebut meliputi pemeliharaan jalan sampai dengan
alat-alat untuk membersihkan lokasi jalan tersebut sebelum dipakai,
bekas suatu kecelakaan, alat-alat ditinjau dari segi keselamatan
pembentuk data-base kecelakaan, pemakai jalan. Tahap selanjutnya
dan alat-alat penyelidikan kecelakaan yang diperlukan setelah dua tahap
lalu-lintas, termasuk alat-alat sebelumnya dikuasai, adalah
laboratorium uji kecelakaan lalu- penanganan pada saat kecelakaan.
lintas. Tujuannya adalah bagaimana memini
mumkan tingkat keparahan korban
akibat kecelakaan lalu-lintas.
III. PROGRAM PENANGANAN
MASALAH KECELAKAAN DI Program reduksi jumlah kejadian
INDONESIA kecelakaan memiliki empat tahapan
program yang detail tekniknya lebih
Perencanaan penanganan. dikenal dengan istilah “12 step
Dalam terminologi penanganan masalah penanganan masalah kecelakaan
kecelakaan lalu-lintas, dikenal lalu-lintas” (IRE, 1992). Teknik ini
dikembangkan dari pendekatan yang terhadap yang lain dalam upaya
dipakai di United Kingdom oleh pemilihan kasus yang prioritas yang
Country Road Safety Units (lihat harus mendapat penanganan. Telah
Gambar 2): ada beberapa teknik identifikasi
lokasi rawan kecelakaan yang sering
dipakai, misal Number Method, Rate
Method, Combined Number and Rate
Methods (Number after Rate atau
Rate after Number), Equivalen
Accident Number (EAN) method,
Equivalent Property Damaged Only
Accident (EPDO) Method,
Probabilistic Model, Statistical Quality
Control (SQC) Method, dan lain-lain.
Kedua, tahap diagnosis, bertujuan
menganalisa lokasi-lokasi yang dipilih
agar dapat diketahui sebab-sebab
terjadinya kecelakaan. Dalam tahap
ini, detail laporan kecelakaan
dipelajari, jika diperlukan, dapat pula
melakukan penyelidikan langsung di
lapangan untuk merumuskan faktor-
faktor penyebab kecelakaan;
Ketiga, tahap pemilihan jenis
penanganan. Berdasarkan sebab-
sebab kecelakaan yang didiagnosa
pada tahap kedua, dicari variasi
penanganan. Dalam tahap ini perlu
dilakukan prioritasi sesuai dengan
objektif penanganan. Salah satu yang
umum adalah memilih penanganan
dengan biaya yang terendah tetapi
memiliki nilai reduksi kecelakaan lalu-
Gambar 2. Skema program Reduksi lintas yang terbesar.
Kecelakaan Lalu-lintas Keempat, tahap monitoring dan
evaluasi. Tahap ini dilakukan jika
Pertama, tahap identifikasi masalah, penanganan yang dirumus-kan dalam
pada tahap ini dibutuhkan informasi tahap ketiga telah diaplikasikan.
kecelakaan yang telah terjadi (post Tahap ini bertujuan memonitor,
kejadian) untuk kemudian dianalisis apakah hasil penanganan yang
dan ditentukan ranking relatif diimplementasi-kan memberikan nilai
reduksi yang signifikan? Jika belum sehingga sulit untuk dilaksanakan.
mereduksi kecelakaan, maka perlu Untuk mengatasi hal ini, diperlukan
dilakukan diagnosis lebih jauh. Jika satu wadah organisasi yang dapat
telah berhasil, maka teknik yang menyatukan potensi institusional agar
diaplikasikan dapat dijadikan dasar dapat memfokuskan programnya ke
melengkapi khasanah teknik dalam kegiatan yang terintegrasi
penanggulangan kecelakaan di lokasi dengan institusi terkait lainnya.
yang lain dan dalam Safety Audit. Sebagai contoh, dibentuknya Traffic
Board di Bandung - Jawa Barat pada
awal tahun 1990an yang berfungsi
IV. ORGANISASI PENANGANAN sebagai forum koordinasi antar
KECELAKAAN LALU-LINTAS institusi yang terkait dalam
penanganan masalah lalu-lintas
Sesuai dengan kewenangan secara umum, khususnya kecelakaan
institusional dalam hal penanganan lalu-lintas. Forum ini adalah suatu
kecelakaan lalu-lintas, Polisi Lalu- model koordinasi yang bersifat ad
lintas memiliki tugas mencatat hoc, sehingga program penanganan
informasi kecelakaan, sekaligus masalah kecelakaannya masih
sebagai pembina para pengguna memiliki kandala karena tergantung
jalan. Ditjen Perhubungan Darat kepada response dari setiap institusi
memiliki tugas membangun data yang terkait. Hal yang mendasar
base kecelakaan sekaligus sebagai dalam model ini adalah masalah
pembina sistem transport khususnya pendanaan untuk kegiatan
dalam hal ini moda transport, dan penanganan kecelakaan. Forum
Ditjen Bina Marga memiliki tugas seperti ini sulit untuk menstrukturkan
mendesain dan membangunan anggaran untuk mendu-kung
perbaikan lokasi rawan kecelakaan kegiatan yang berkesinambungan.
sekaligus sebagai pembina
prasarana.
Selaras dengan penugasan dan V. MODEL MANAJEMEN
kewenangan di atas, institusi di KESELAMATAN LALU-LINTAS
daerahpun memiliki tugas dan JALAN
tanggung jawab yang paralel.
Persoalan yang mendasar adalah Suatu konsep koordinasi sedang
penanganan masalah kecelakaan diujicobakan oleh Dit. Lalu-lintas dan
lalu-lintas, seperti program reduksi Angkutan Jalan, Departemen
jumlah kejadian kecelakaan, mulai Perhubungan (lihat Gambar 3).
dari identifikasi masalah sampai Konsep tersebut membentuk Unit
dengan program monitoring dan Penyelidik Lokasi Rawan Kecelakaan
evaluasi, menjadi terpilah-pilah dalam (Accident Investigation Unit, AIU) dan
institusi-institusi yang berbeda Unit Penyidik Kecelakaan Lalu-lintas
Accident Balck-Spot Investigation rawan kecelakaan. Desain tersebut
Unit, ABIU). Anggauta dari unit-unit kemudian diimplementasikan meng
tersebut terdiri dari perwakilan gunakan, untuk sementara, dana
institusi terkait, yaitu dari Kepolisian Loan, yang dikemudian hari
diharapkan Pemda akan meng
Daerah, Dinas Lalu-lintas Angkutan
gantikannya sebagai pendukung
Darat Daerah, dan Dinas Kimpraswil dana, setelah pilot project ini selesai.
(atau Bina Marga) Daerah. AIU
dibentuk untuk menyelidiki penyebab
kecelakaan-kecelakaan yang menonjol
(lakajol) sedangkan ABIU merupakan
unit untuk melak-sanakan program
reduksi jumlah kejadian kecelakaan,
melalui penanganan lokasi rawan
kecelakaan (black-spots). Di dalam
pilot pro-yeknya di 4 propinsi yaitu
Aceh, Sumatra Utara, Riau, dan
Sumatra Barat, pendanaan untuk
kegiatan implementasi program
reduksi jumlah kecelakaan lalu-lintas
ini didukung oleh bantuan Bank
Dunia yang mana selanjutnya setelah
pilot project ini selesai diharapkan
Pemerintah Daerah dapat
melanjutkannya.

Core dari sistem ini adalah ABIU.


ABIU akan disupply data kecelakaan
lalu-lintas oleh POLDA melalui
Propincial Data Information Centre
(PDIC), yaitu pusat data entry
kecelakaan lalu-lintas di tingkat
propinsi. Dengan memanfaatkan data
tersebut, team ABIU dari
Perhubungan mulai melakukan
identifikasi masalah kecelakaan,
kemudian melakukan diagnosis
berikut penyelidikan dalam upaya
merumuskan masalah dan melakukan
Pemilihan alternatif-alternatif pena-
nganan. Dengan memanfaatkan
anggautanya dari Kimpraswil, ABIU
akan melakukan desain engineering Gambar 3. Konsep IBIU
terhadap konsep penanganan lokasi
VI. PELAKSANAAN PROGRAM sistem yang akan diaplikasikan,
masih mungkin untuk di “coding”
Pelaksanaan program reduksi sesuai dengan format sistem yang
kecelakaan telah dimulai dengan baru. Hal ini memungkinkan pelaksanaan
pelatihan-pelatihan untuk membentuk analisis dilakukan lebih awal.
keahlian penanganan masalah
kecelakaan. Disamping itu, data base Hasil analisis diharapkan dapat
kecelakaan lalu-lintas sedang dibangun, mengidentifika-sikan lokasi-lokasi
mulai dari perangkat lunak serta rawan kecelakaan (LRK) dan
format pencatatan kecelakaan lalu- persoalan-persoalan di setiap LRK
lintas (Sistem 3L) yang sebelum yang kemudian dapat diselidiki oleh
dimulai, diharapkan dapat disepakati ABIU untuk merumuskan penyebab
bersama oleh setiap institusi terkait. nya sekaligus pena-nganannya. Dari
Sistem ini akan mulai dioperasional rumusan penanganan, team ABIU
kan dengan diawali oleh aplikasi diharapkan dapat mendisain teknik
sistem data base kecelakaan lalu- implementasi penanganan tersebut.
lintas, yaitu pencatatan dan Dalam era selanjutnya setelah pilot
pendataan kecelakaan lalu-lintas project, implementasi penanganan
menggunakan format data yang telah tersebut dapat dilanjutkan dengan
disepakati yang kemudian biaya dari pemerintah daerah melalui
didatabasekan melalui perangkat institusi yang terkait, dimana
lunak Microcomputer Accident teknologi dan alat-alatnya telah
Analyses Package (MAAP) for dikuasai oleh tenaga-tenaga dari
Windows yang telah dimodifikasi Republik ini.
sesuai dengan keperluannya dan
berbahasa Indonesia. Program ini
telah dimulai sejak pertengahan VII. KONTROL
tahun 2002.
Analisis data akan dimulai setelah Konsep penanganan tersebut di atas,
data kecelakaan lalu-lintas tersedia mulai dari perencanaan sampai
cukup di dalam database. Secara dengan aplikasinya perlu dimonitor
ideal, penganalisaan dilakukan untuk dan di evaluasi pada setiap tahap
data paling tidak 2 tahun, tetapi pelaksanaan (system control) agar
mengingat masalah kecelakaan selalu tujuan yang telah dirumuskan
mendesak, pemendekan waktu sebelumnya dapat terwujud sesuai
pencatatan data dapat diperpendek dengan tahapan-tahapannya. Tahap
menjadi satu tahun dan untuk kontrol yang paling awal adalah IBIU
menggantikannya ditambahkan data itu sendiri. IBIU dapat mengevaluasi
dari periode sebelumnya. Data pelaksanaan program yang dilakukan
terdahulu, sekalipun dicatat dengan oleh setiap institusi terkait dan dapat
format yang belum sesuai dengan memberikan “arahan” pada setiap
tahap pelaksanaan. Mekanisme Departemen Perhubungan, melalui
kontrol yang ada di dalam IBIU perlu Keputusan Menteri No.70 tahun
dirumuskan, tetapi pola partisipative 1998, setelah berkoor-dinasi dengan
dapat diterapkan mengingat IBIU fihak Kepolisian (Lalu-lintas) dan
lebih sebagai wadah yang bersifat fihak Departemen Kimpraswil (saat
coordinative. ini namanya Departemen Pekerjaan
Umum), telah menerbitkan format
pencatatan informasi kecelakaan lalu-
VIII. SISTEM INFORMASI lintas yang dikenal dengan Form-3L
KECELAKAAN LALU-LINTAS (3L=LLL=Lahta Laka Lantas) untuk
diuji coba. Format tersebut memuat
Dasar keberhasilan dari suatu tiga komponen pertama dari
program reduksi kecelakaan lalu- informasi seperti diuraikan di atas.
lintas adalah tersedianya informasi Pada tahun 2000-2001, format
kejadian-kejadian kecelakaan (data tersebut dievaluasi dan bentuk
historis) yang lengkap dan akurat. finalnya menambahkan komponen
Informasi kecelakaan yang diperlukan nomor 4, yaitu pernyataan saksi-
terdiri dari : saksi. Format yang final telah mulai
1. informasi umum yang meliputi diuji coba di 4 Provinsi untuk
kondisi lingkungan pada Ruang diaplikasikan pada pertengahan
(tempat) dan Waktu (jam tahun 2002 (Hikmat, 2005).
kejadian) dimana suatu
kecelakaan terjadi.
2. detail tentang kendaraan dan IX. PERANGKAT LUNAK UNTUK
pengemudinya yang terlibat DATA BASE KECELAKAAN
3. detail tentang korban yang LALU-LINTAS
terlibat.
Format-3L seperti dijelaskan dimuka,
Selain informasi tersebut di atas, telah dikaji dan dikembangkan sejak
akan sangat bermanfaat dalam suatu tahun 1988. Pilot project pertama
penyelidikan penyebab terjadinya dilaksanakan di Bandung pada tahun
kecelakaan adalah keterangan- 1989-1990. Form-3L disusun
keterangan yang dinyatakan oleh bersamaan dengan Perangkat lunak
saksi-saksi yang terlibat atau melihat MAAP versi 4 for DOS yang dalam
langsung kejadian kecelakaan yang pelaksanaannya didukung oleh
bersangkutan, sehingga butir Transport Road Research Laboratory
informasi yang relevan selanjutnya (TRRL) di dalam kerangka kerjasama
adalah : penelitian antara Puslitbang Jalan
(IRE) Departemen Pekerjaan Umum
4. informasi dari saksi-saksi tentang dengan TRRL. Dari sisi kebutuhan
kronologis kejadian kecelakaan penyimpanan data dan kemudahan
memanipulasi data untuk mendukung kecelakaan. Dengan demikian, setiap
analisis serta seiring dengan lokasi kecelakaan harus memiliki
perkembangan teknologi Personal koordinat relatif sebagai titik
Computer saat itu, perangkat lunak referensi. Perangkat lunak versi ini
ini cukup berhasil untuk memenuhi dipandang memadai, hanya tidak
kebutuhannya. Pilot project di berkembang karena baik untuk
Bandung, bekerja sama dengan pengembangannya kedalam
Poltabes Bandung, telah dapat komputer maupun pengoperasian-
mendatabasekan kecelakaan lalu- nya, khususnya koordinat referensi,
lintas pada awal-awal tahun 1990 cukup sulit dan “tergantung” kepada
dan dengan menganalisisnya telah tenaga akhli dari negara pembuat
mengidentifikasikan lokasi-lokasi nya. Disamping itu, pengope-rasian
rawan kecelakaan, menganalisa perangkat lunak yang berbasis DOS,
penyebabnya, merumuskan pena pada saat itu mulai tidak populer
nganannya, mendesign penanganan, karena masyarakat pengguna
mengimplementasikan penanganan, komputer mulai menggunakan
dan meng-evaluasi keefektifan Windows sebagai basis dasar
penanganan (Thomson dan Rudjito, operating systemnya.
1992).
Satu kelemahan dari perangkat lunak Pada awal tahun 2000an, Transport
tersebut adalah kekurang mampuan Research Laboratorium (TRL, nama
nya untuk dapat menampilkan peta baru dari TRRL), mengembangkan
spatial kecelakaan lalu-lintas secara lagi perangkat lunak ini ke dalam
visual. Perangkat lunak tersebut versi Windows yang jauh lebih
hanya menampilkan titik-titik fleksibel, user friendly, dan
koordinat lokasi kecelakaan lalu- dipandang memenuhi kebutuhan.
lintas, yang jika ingin diketahui Perangkat lunak ini didasarkan pada
posisinya terhadap jaringan jalan, beberapa perangkat lunak
harus di-supper-impose-kan dengan pendukung, diantaranya Microsoft
peta (yang dicetak dikertas) yang Acces 97, Map Info Versi 6, Visual
memiliki skala yang sama. Hal ini Basic, dan SQL. Pada tahun 2002,
sangat sulit dilakukan dan tidak Ditjen Perhubungan Darat
banyak membantu pengalisa. Departemen Perhubungan, telah
Kelemahan ini kemudian diatasi oleh membeli copy rightnya untuk
munculnya versi berikutnya pada dikembangkan di seluruh wilayah
tahun 1995 yaitu MAAP for DOS vesi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5.20 yang mampu memuat peta baik Beberapa kemampuan yang utama
peta Raster maupun peta Vektor adalah kemampuan membuat
sebagai “lapis” (layer) dasar titik-titik Tabulasi silang multi dimensi yang
kecelakaan yang diplot sesuai dengan didukung oleh fasilitas memanipulasi
koordinat relatif lokasi setiap data menggunakan teknik Querry
dimana hasilnya dapat ditunjukkan X. RINGKASAN
dalam bentuk tabel-tabel maupun
grafik yang dapat di cetak ataupun Dari uraian dimuka, beberapa hal
diexport untuk dimanfaatkan sesuai dapat diringkaskan:
kebutuhan melalui perangkat lunak
yang lain, misalnya membuat berita Angka kecelakaan lalu-lintas yang
acara Kecelakaan Lalu-lintas. dilaporkan oleh fihak kepolisian
Kemampuan utama yang lain adalah cukup tinggi, sekalipun akurasinya
menganalisa kecelakaan secara banyak yang mempertanyakan,
spatial menggunakan peta dasar, karena diperkirakan kenyataannya
yang dalam versi MAAP sebelumnya lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh
menjadi masalah, sehingga baik fihak Kepolisian. Sampai hari ini
lokasi rawan maupun faktor faktor belum ada fihak yang dapat
utama yang mendukungnya dapat membuktikan akurasi tersebut
dengan mudah diekstrak dari data sehingga dibutuhkan sistem
yang ada dan ditampilkan. pendataan yang komprehensif,
Kemampuan utama lainnya adalah terhubung dengan institusi lain yang
melalukan stick diagram analyses, membutuhkan untuk menangani
yaitu teknik baku untuk menganalisa masalah kecelakaan, serta terbuka.
pola pendukung penyebab kecelaka Sekalipun belum akurat, angka yang
an, sehingga lokasi rawan kecelakaan ditunjukkan tetap merupakan angka
dapat dianalisis secara detail untuk yang tinggi dan memprihatinkan
merumuskan penyebab-penyebab-nya. sehingga perlu tindak penanganan
Dari sisi perangkat lunak dan untuk pencegahan dan pengurangan
ketersediaanya (copy right) untuk kejadian kecelakaan yang terpadu.
diaplikasikan di seluruh Indonesia,
terutama di Lingkungan Kepolisian Telah tersedia beberapa elemen
Daerah (POLDA) sebagai institusi untuk mendukung penanganan
yang bertanggung jawab mendata kecelakaan lalu-lintas diantaranya
kan kecelakaan lalu-lintas, sudah sistem data base dan tools analyses,
terpenuhi, kecuali dukungan model organisasi, pilot project.
teknologi untuk mensetupnya sampai Selanjutnya dibutuhkan kesiapan
sistem ini berjalan dengan baik. imple-mentasi sistem secara
Beberapa pelatihan telah dilakukan keseluruhan agar penanganan
oleh Departemen Perhubungan, masalah kecelakaan lalu-lintas ini
tetapi diperkirakan masih belum dapat terwujud dan berkesinam
cukup untuk memenuhi kebutuhan. bungan sehingga masyarakat
Perangkat lunak ini, kini tersedia di pengguna jalan tidak dirugikan lagi
Ditjen Perhubungan Darat, oleh terjadinya kecelakaan-kecelakaan
Departemen Perhubungan. lalu-lintas.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Landles JR (1979): “London’s Black-
diperlukan dukungan yang konsisten spot Program”. Transportation
dari institusi-institusi terkait yang Research News, No.82, pp.2-5.
terintegrasi dalam suatu sistem, dan Ross Silcock Partnership, TRRL, ODA
dilaksanakan berkesinam-bungan. (1991): “Towards Safer Roads in
Deveveloping Countries”.
Thomson NM dan Rudjito D (1992):
DAFTAR PUSTAKA : “Traffic Accident Investigation in
Indonesia”. Proceeding Vol.3, 7th
Hikmat Iskandar (2005): REAAA conference, Singapore.
“Pengembangan Data Base
Kecelakaan Lalu-lintas”. Jurnal
Puslitbang Jalan Balitbang Dept Penulis:
Pekerjaan Umum, Bandung. DR. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc.,
Institute of Road Engineering (1992): peneliti madya dalam bidang
“Interim Manual on Accident rekayasa lalu-lintas jalan. Penulis saat
Investigation Procedures and the ini menjabat sebagai Kepala Balai
development of low cost Teknik Lalu-lintas dan Lingkungan
Engineering Improvement Jalan, pada Puslitbang Jalan dan
Schemes”, Part I & II. Institute of Jembatan Badan Litbang Departemen
Road Engineering, Bandung. Pekerjaan Umum.
Lind BL, Peterson RG, Ramsay RI
(1985): “Accident black spot at
mid-block sites on New South
Wales Highways”. Special Report
SR 85/126, Traffic Authority of
New South Wales.

Anda mungkin juga menyukai