ABSTRAK
Pertumbuhan transportasi di Indonesia sangatlah pesat, hal ini berpengaruh tehadap semakin banyaknya pengguna jalan raya dan
berpengaruh terhadap masalah lalulintas yang mencangkup kemacetan, polusi udara, pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan lalulintas.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diharapkan dapat menjadi pedoman
untuk menyelesaikan permasalahan mengenai transportasi tersebut. Penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris dengan kata lain
adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut juga dengan penelitian lapangan yaitu mengkaji ketentuan hukum yang
berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyelesaian
perkara mengenai kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban jiwa di Kepolisian Resort Jombang. Adapun bahan penelitian
adalah Satuan Lalulintas Kepolisian Resort Jombang dan berkas perkara kecelakaan lalul intas yang ada di Satuan Lalu lintas
Kepolisian Resot Jombang. Hasil penelitian menujukkan bahwa ada tiga jenis penyelesaian perkara kecelakaan lalulintas yakni pertama
melalui sistem penegakan hukum pidana dimana berkas perkara yang sudah lengkap akan diserahkan ke penuntut umum, kedua
Kepolisian Resort Jombang menerapkan diskresi dalam upaya penyelesaian kecelakaan lalulintas melalui jalur mediasi penal dengan
cara mengupayakan penyelesaian diantara pihak yang terlibat melalui mekanisme Alternative Dispute Resolution(ADR), dan yang
terakhir adalah penghentian perkara (SP3) dengan syarat dan ketentuan menurut Undang-Undang yang berlaku.
Kata Kunci : Kecelakaan lalulintas, ADR, Penyelesaian kasus kecelakaan.
ABSTRACT
The growth of transportation in Indonesia is very fast, this has an effect on the increasing number of road users and affects traffic
problems which include congestion, air pollution, traffic violations and traffic accidents. The Law of the Republic of Indonesia Number
22 of 2009 concerning Road Traffic and Transportation is expected to be a guideline for resolving these transportation problems. This
research is an empirical juridical research in other words, it is a type of sociological legal research and can also be called field
research, which examines the applicable legal provisions and what happens in reality in society. This study aims to determine how the
settlement of cases regarding traffic accidents that cause casualties at the Jombang Police. The research materials were the Jombang
Police Traffic Unit and the cross traffic accident case files in the Resot Jombang Police Traffic Unit. The results of the study show that
there are three types of traffic accident case resolution, first through the criminal law enforcement system where complete case files
will be submitted to the public prosecutor, the second Jombang Police Resort applies discretion in efforts to resolve traffic accidents
through penal mediation by seeking a settlement between the parties involved through the Alternative Dispute Resolution (ADR)
mechanism, and the last is the termination of the case (SP3) with terms and conditions according to the applicable law.
Keywords: traffic accidents, ADR, settlement.
Meningkatnya pengguna jalan sangat berpengaruh motor di Indonesia cukup tinggi. Bahkan jika dalam
terhadap masalah lalu-lintas. satu hari ada 1 juta insiden maka 2,76 persen terjadi
Pada perkembangannya, permasalahan di Indonesia dengan korban rata-rata berada di usia
yang dihadapi di Indonesia terkait lalulintas produktif antara 15 sampai 22 tahun. Kemudian jika
mencakup, kemacetan, polusi udara, pelanggaran dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang
lalu lintas dan kecelakaan. UU No.22 tahun 2009 mencapai 261 juta jiwa dan pertumbuhan kendaraan
yang mengatur lalu lintas dan angkutan jalan bermotor di angka 121,39 juta unit, termasuk angka
diharapkan dapat menyeimbangkan antara lakalantas di Indonesia yang menembus 105.374
peranan transportasi saat ini dengan adanya kasus, maka ada 55,6 persen usia produktif yang
permasalahan mengenai transportasi tersebut. menjadi korban lakalantasbaik yang mengalami
luka-luka atau pun meninggal.2
Dalam penyelenggraan berlalu-lintas ada Angka kecelakaan kecelakaan lalu lintas di
4 (empat) faktor utama yang harus diperhatikan, Kabupaten Jombang selama tahun 2017 sebanyak
1
yaitu : 1.120 kasus dengan korban meninggal dunia
1) Keamanan lalu-lintas dan angkutan jalan sebanyak 229 orang, korban luka berat berjumlah 3
adalah suatu keadaan terbebasnya setiap orang sedangkan dengan korban luka ringan
orang, barang, dan/atau kendaraan dari sebanyak 1.357 orang3.
gangguan perbuatan melawan hukum, Suatu kenyataan yang perlu kita simak
dan/atau rasa takut dalam berlalu-lintas. bersama bahwa hampir semua kejadian kecelakaan
2) Keselamatan lalu-lintas dan angkutan didahului dengan pelanggaran. Padahal pelanggaran
jalan adalah suatu keadaan terhindarnya lalu lintas kalau kita amati bersama semakin
setiap orang dari risiko kecelakaan menjadi-jadi yang tidak saja dilakukan oleh
selama berlalu-linta yang disebabkan oleh pesepeda motor tetapi juga pengguna mobil mewah
manusia, kendaraan, jalan, dan/atau artinya bahwa pelanggaran dilakukan oleh semua
lingkungan. golongan masyarakat. Beberapa jenis pelanggaran
3) Ketertiban lalu-lintas dan angkutan jalan yang berdampak langsung terhadap kecelakaan lalu
adalah suatu keadaan berlalu-lintas yang lintas sering dilakukan di antaranya 4:
berlangsung secara teratur sesuai 1) Pelanggaran di persimpangan, di antaranya
dengan hak dan kewajiban setiap melanggar perintah isyarat lampu APILL,
pengguna jalan. tidak memberikan kesempatan kepada
4) Kelancaran lalu-lintas dan angkutan kendaraan yang seharusnya mendapatkan
jalan adalah suatu keadaan berlalu-lintas hak terlebih dahulu.
dan penggunaan angkutan yang bebas
2
2) Pelanggaran kecepatan, terutama pada luas dibanding lembaga lain dalam hal penegakan
jalan luar kota/jalan tol, ataupun berjalan hukum pidana lalu lintas dan ketertiban di jalan
terlalu cepat di jalan untuk kondisi lalu raya.7
lintas yang ramai. Dengan demikian dalam menyelesaikan
3) Penggunaan jalur yang berlawanan arah, kasus kecelakaan lalulintas yang terjadi di
yang sering dilakukan oleh sepeda motor kabupaten Jombang Kepolisian Resot Jombang
bahkan mobil penumpang. selaku pihak yang bertanggung jawab dengan cara
4) Dan akhir-akhir ini banyak merebak yang profesional berupaya untuk menangani kasus
kecelakaan yang dikibat pengemudi tersebut sehingga pemeliharaan keamanan dan
berada di bawah pengaruh narkoba ketertiban masyarakat tetap terjamin. Dan peran
ataupun mabuk minuman keras. dalam penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat tetap
Setiap pengemudi yang karena terjamin.
kelalaianya mengakibatkan kecelakaan wajib Secara konsepsional, maka inti dan arti
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita penegakan hukum terletak pada kegiatan
5
korban . Kepolisian sebagai institusi terdepan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
dalam upaya penegakan hukum memiliki dijabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan
kewenangan antara lain serangkaian penyelidikan, mengejawantah dan sikap tindak sebagai
penggeledahan, penangkapan, pemeriksaan dan rangkuman penjabaran nilai tahap akhir, untuk
melimpahkan perkara ke kejaksaan untuk dapat menciptakan, memelihara dan mempertahankan
disidangkan di pengadilan. Salah satu tugas yang kedamaian pergaulan hidup. Penegakan Hukum
dibebankan kepada kepolisian adalah penanganan sebagai suatu proses yang pada hakekatnya
permasalahan lalulintas baik yang bersifat prefentif merupakan diskresi menyangkut pembuatan
maupun represif6. Kepolisian dituntut untuk keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh
menjaga ketertiban lalu lintas selain juga harus kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur
menegakkan hukum pidana lalu lintas. Lahirnya penilaian pribadi dan pada hakekatnya diskresi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 berada diantara hukum dan moral8.
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Tatacara penyelesaian perkara tindak
Jalan (selanjutnya disebut UULLAJ) sebagai ganti pidana oleh kepolisian dalam pelaksanaannya perlu
atas Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang mekanisme secara transparansi dan akuntabel,
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memberikan dengan syarat sebagai berikut : Diutamakan
peneguhan kepada aparat kepolisian sebagai melindungi kepentingan korban, agar tidak
lembaga negara yang memiliki kewenangan paling dirugikan;, Libatkan sistem sosial masyarakat atau
forum kemitraan polisi dan masyarakat (FKPM);,
5
Pasal 234 ayat (3) UU No.22 Tahun 2009 tentang
7
lalu lintas dan angkutan jalan Fachrizal Afandi, Diskresi Kepolisian Republik
6
Prasodjo, Romlan. "Pengaruh Operasi Patuh Dalam Indonesia Resot Malang Kota dalam Kasus Kecelakaan Lalu lintas
8
Usaha Mencegah Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas Kajian Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang
(Pasal 360 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana." Justicia Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja GrafindoPersada,
Journal 4.1 (2015): 14-14. Jakarta, 2007, hlm. 5.
Adanya partisipasi dan pengawasan yang ketat, yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat 11.
agar pelaksanaan penyelesaian perkara tindak Adapun Pendekatan Penelitian Pada penilitian ini
pidana tidak disalahgunakan. penulis menggunakan pendekatan yuridis
sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis adalah
Akan tetapi dalam prakteknya, perkara mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum
tindak kecelakaan lalulintas tidak selalu sebagai institusi sosial yang rill dan fungsional
diselesaikan melalui proses peradilan pidana, dalam sistem kehidupan yang nyata 12. Dan
kepolisian kadang-kadang tidak meneruskan Pendekatan perundang-undangan (statute approach)
perkara ke penuntut umum. dilakukan dengan menelaah semua regulasi atau
perundang-undangan yang bersangkut paut dengan
RUMUSAN MASALAH isu hukum yang sedang diteliti.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara melakukan sesuatu
dengan menggunakan pikiran secara seksama
untuk mencapai suatu tujuan dengan cara mencari,
mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai
menyusun laporan9. Istilah metodelogi berasal dari
kata metode yang berarti jalan, namun demikian
menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan
kemungkinan-kemungkinan suatu tipe yang
dipergunakan dalam penelitian dan penelitian10.
Adapun Jenis penelitian dalam penelitian ini
adalah yuridis empiris dengan kata lain adalah
jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat
disebut juga dengan penelitian lapangan yaitu
mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa
9 11
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek,
Penelitian, PT.Bumi Aksara , Jakarta,2003,hlm.1 Sinar Grafika, Jakarta, 2002,hlm.15
10 12
Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum,
Universitas Indonesia Press, Jakarta,2012,hlm.5 Universitas Indonesia Press, Jakarta,2012,hlm.51
13
pelapor dan dimana lokasi terjadinya kecelakaan
Alfitrah, Hapusnya Hak Menuntut & Menjalankan
Pidana edisi revisi, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2018, hlm.99 lalu lintas sebagai tanda bukti lapor.Setelah
menerima laporan anggota kepolisian dalam lalulintas untuk memperoleh data mengenai14:
pelaksanaannya segera mendatangi TKP 1) keadaan jalan berkaitan dengan sempit atau
kecelakaan lalulintas. Setibanya di tempat kejadian lebarnya jalan, kondisi tanjakan atau
perkara kecelakaan lalu lintas, berdasarkan turunan, kondisi tikungan atau simpangan
Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia jalan, atau berkaitan dengan lurus atau tidak
No.15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penanganan lurus jalan,
Kecelakaan Lalu lintas, tindakan yang harus 2) keadaan lingkungan berkaitan dengan ramai
dilakukan oleh anggota kepolisian antara lain: atau sepinya arus lalulintas, atau keadaan
Mengamankan TKP kecelakaan lalu, Memberikan bebas atau terhalangnya pandangan
pertolongan pertama kepada korban. pengemudi,
Mengamankan tersangka dan saksi serta 3) keadaan cuaca pada waktu terjadi kecelakaan
mengumpulkannya pada tempat di luar batas yang lalu lintas,
telah ditentukan. 4) kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu
1. Mengamankan barang bukti kecelakaan lalu lintasdan arah datangnya kendaraan yang
lintas. terlibat kecelakaan
2. Memisahkan saksi dan tersangka dengan
maksud untuk tidak saling mempengaruhi. Hasil pengamatan tersebut digunakan
3. Membuat tanda (penomoran) di TKP untuk kepentingan pembuktian,selain itu dilakukan
kecelakaan lalu lintas pula pengumpulanbukti-bukti yang meliputi
a) Terhadap kendaraan yang terlibat identitas pihak-pihak yang terlibat, baik pelaku,
kecelakaan lalu lintas. korban maupun saksi (KTP,SIM,Paspor,dll),
b) Terhadap korban kecelakaan lalu laporan hasil pemeriksaan kondisi pelaku atau
lintas. korbanvisum et repertum yang dilakukan dengan
c) Terhadap alat bukti lainnya. mengikut sertakan petugas medis, pemeriksaan
d) Terhadap titik tabrak. identitas dan kondisi kendaraan bermotor yang
e) Terhadap bekas rem. berupa kelengkapan surat-surat
f) Setelah alat bukti diberi tanda dan di kendaraan(STNK,STCK, Buku Kir), keadaan
foto, segera dipindahkan ke tepi jalan lampu-lampu kendaraan (apakah semua menyala
sehingga arus lalu lintas dapat lancar dengan baik dan bagaimana penyetelan tinggi
kembali. rendahnya sorot lampu), keadaan dan bunyi
Selanjutnya, petugas Polisi dalam klakson, keadaan alat penghapus kaca, kedudukan
rangka penyelidikan maupun penyidikan tindak perseneling pada gigi berapa, keadaan kemudi,
pidana kecelakaan lalu lintas melakukan olah penyetelan kaca spion, kondisi rem, kondisi ban
kejadian perkara dengan cara, melakukan kendaraan, kedudukan spido meter/ ukuran
pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dan kecepatan kendaraan, kondisi suspensi, dan muatan
melakukan dokumentasi. Pengamatan dilakukan
14
secara umum mengenai situasi kecelakaan Pasal 25 Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia No.15 Tahun 2013 tentang tata cara
penanganan kecelakaan lalulintas.
bertindak sesuai ketentuan tertulis. UU Kepolisian kedua belah pihak atau lebih15.
kewenangan atau otoritas yang dimiliki polisi Eksistensi penyelesaian perkara di luar
untuk melakukan tindakan yang menyimpang pengadilan melalui restoratif justice atau mediasi
sesuai dengan situasi dan pertimbangan hati penal merupakan dimensi baru dikaji dari aspek
nuraninya.Pasal 18 UU Kepolisian menyatakan: teoretis dan praktik. Dikaji dari dimensi praktik
1. Untuk kepentingan umum pejabat maka mediasi penal akan berkorelasi dengan
Kepolisian Negara Republik pencapaian dunia peradilan. Seiring berjalannya
Indonesia dalam melaksanakan tugas waktu dimana semakin hari terjadi peningkatan
dan wewenangnya dapat bertindak jumlah volume perkara dengan segala bentuk
menurut penilaiannya sendiri. maupun variasinya yang masuk ke pengadilan,
2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana sehingga konsekuensinya menjadi beban bagi
dimaksud dalam ayat (1) hanya pengadilan dalam memeriksa dan memutus
dapat dilakukan dalam keadaan yang perkara sesuai asas “peradilan sederhana, cepat
sangat perlu dengan memperhatikan dan biaya ringan” tanpa harus mengorbankan
peraturan perundang-undangan, serta pencapaian tujuan peradilan yaitu kepastian
kode etik profesi Kepolisian Negara hukum, kemanfaatan dan keadilan. Apakah
Republik Indonesia semua macam perkara pidana harus diajukan dan
diselesaikan dimuka pengadilan, ataukah ada
Pasa1 tersebut memberikan kewenangan perkara-perkara tertentu, yang memungkinkan
penuh kepada pejabat kepolisian untuk bertindak untuk diselesaikan melalui pola mediasi penal.
menurut penilaiannya sendiri, dalam kata lain Pada polarisasi dan mekanisme mediasi penal,
aparat kepolisian memiliki kewenangan untuk sepanjang hal tersebut sungguh-sungguh
melakukan diskresi. Diskresi adalah kebijakan dari dikehendaki bersama oleh para pihak (tersangka
pejabat negara dari pusat sampai daerah yang dan korban), serta untuk mencapai kepentingan
intinya membolehkan pejabat publik melakukan yang lebih luas, yaitu terpeliharanya harmonisasi
sebuah kebijakan yang melanggar undang-undang, sosial16.
dengan tiga syarat yakni : demi kepentingan Di lingkungan kepolisian (Polri)
umum, masih dalam batas wilayah penegakan hukum pidana berdasarkan pendekatan
kewenangannya, dan tidak melanggar asas-asas keadilan restoratif bukan hal baru karena telah
umum pemerintahan yang baik. Dengan dipraktikkan dan sedang dikembangkan dalam
kewenangan diskresi yang dimiliki tersebut, maka penanganan/penyelesaian tindak pidana. Sedangkan
bisa jadi ada satu persoalan hukum yang tidak dasar hukum atau payung hukum bagi Polri untuk
diselesaikan melalui jalur pengadilan melainkan penyelesaian perkara pidana diluar pengadilan
diserahkan penyelesaiannya pada keputusan Alternatif Dispute Resolution (ADR ) dengan cara
anggota polisi. Apalagi secara faktual tidak setiap
15
kasus kecelakaan lalu lintas selalu berakhir di Fachrizal Afandi, Diskresi Kepolisian Republik
Indonesia Resot Malang Kota dalam Kasus Kecelakaan
pengadilan. Kasus kecelakaan lalu lintas lebih Lalulintas, jurnal
16
Yuniar Ariefianto, Jurnal, Penerapan restorasi justice
sering berakhir dengan perjanjian damai di antara dalam penyelesaian kasus kecelakaan lalulintas
perdamaian adalah sebagai berikut: Dengan demikian dalam konsep keadilan restoratif
1) Pemolisian Masyarakat (Perkap Nomor 7 (restorative justice), penyekapan atau pemenjaraan
Tahun 2008) dibatasi hanya sebagai upaya terakhir. Masyarakat
a) Penguatan struktur masyarakat; dalam hal ini bertanggung jawab dan berperan aktif
(Pasal 15,16,17,18,dan 19) dalam mendukung terselenggaranya restorasi.
b) ADR yang difasilitasi oleh Polri dan Indikator tercapainya perlindungan
Polri sebagai pengendali sosial masyarakat apabila angka residivis turun, sementara
(Pasal 22 huruf b) pelaku berada dibawah pengawasan masyarakat,
2) Tata cara penanganan kecelakaan lalu masyarakat merasa aman dan yakin atas peran
lintas (Perkap No.15 tahun2013) Pasal 63 sistem peradilan yang bertumpu pada konsep
Keadilan Restoratif (Kesepekatan Damai) keadilan restoratif, pelibatan rekan dekat pelaku,
untuk kecelakaan lalulintas ringan. keluarga dan lembaga kemasyarakatan untuk
3) Surat Kapolri mencegah terjadinya kejahatan, ikatan sosial dan
No.Pol:B/3022/XII/2009/SDEOP reintegrasi dalam konsep ini senantiasa harus
Stanggal 04 Desember 2009 tentang ditingkatkan. Untuk meningkatkan perlindungan
Penanganan Kasus Melalui ADR. masyarakat, maka pelaku, korban, masyarakat, dan
4) ST Kabareskrim Polri No:ST/110/V/2011 para penegak hukum sangat diharapkan peranannya.
tanggal 18 Mei 2011 tentang Alternatif Pelaku harus terlibat secara konstruktif
Penyelesaian Perkara Di Luar Pengadilan. mengembangkan kompetensi dan kegiatan restoratif
Mengutip pendapat Gordon Bazemore, dalam progam yang dijalankan secara seimbang,
pokok-pokok pemikiran yang terdapat dalam mengembangkan kontrol intrnal dan komitmen
paradigma peradilan yang restoratif (restorative dalam kehidupan bermasyarakat.
17
paradigm) meliputi beberapa hal sebagai berikut : Korban memberikan masukan yang
a) Tujuan Penjatuhan Sanksi dalam Konsep berguna untuk melanjutkan misi perlindungan
Keadilan Restoratif masyarakat dari rasa takut dan kebutuhan akan
b) Rehabilitasi Pelaku Tindak Pidana dalam pengawasan pelaku serta melindungi korban
Konsep Keadilan Restoratif. kejahatan lain yang serupa. Masyarakat
c) Aspek Perlindungan Masyarakat dalam memberikan bmbingan pada pelaku dan berperan
Konsep Keadilan Restoratif sebagai mentor dan memberikan masukan bagi
Nilai dasar berikutnya yang terkandung peradilan tentang informasi latar belakang
dalam peradilan yang berbasis pada konsep terjadinya kejahatan atau tindak pidana. Dengan
keadilan restoratif (restorative justice) adalah demikian, diharapkan pelaku tindak pidana dapat
tercapainya perlindungan masyarakat dengan terintegrasi kembali dalam kehidupan
upaya kolaborasi sitem peradilan dan masyarakat bermasyarakat.
umum untuk mengembangkan pencegahan. Berdasarkan pendapat Gordon Bazemore
sebagaimana telah dipaparkan diatas, dapat dilihat
17
Edi Setiadi, Kristian, Sistem Peradilan Terpadu dan dengan jelas bahwa indikator peradilan yang
Sistem Penegakan Hukum di Indonesia, Prenadamedia Group,
Jakarta,2017,hlm.222-225 bertumpu pada konsep keadilan restoratif dapat
dilihat dari peran serta pelaku tindak pidana, group conferencing) merupakan lingkaran
korban, masyarakat, dan para profesional atau para partisipan yang lebih luas daripada mediasi
penegak hukum. Masing-masing pihak berperan pelaku-korban, yaitu menambah orang yang
18
sebagai berikut : Pelaku, Korban, Masyarakat, dikaitkan dengan pihak-pihak utama, seperti
Para profesional atau para aparat penegak melibatkan teman, keluarga, dan profesional.Teknik
hukum. ini merupakan sistem paling tepat untuk kasus-
Keadilan restoratif memiliki beberapa kasus kenakalan anak dan pelanggaran lalu
bentuk proses sebagaimana diterapkan lintas, seperti di Kolumbia, Australia dan·New
diberbagai negara, di antaranya: (1) mediasi Zealand.
pelaku-korban (victim-offender mediation), (2) Pertemuan restoratif(restorative
pertemuan kelompok keluarga (family group conferencing) juga melibatkan partisipan yang
conferencing), (3) pertemuan restoratif lebih luas ketimbang mediasi pelaku-korban,
(restorative conferencing), (4) dewan peradilan sebagai respon terhadap pelanggaran lalu lintas.
masyarakat (commnity restorative boards), (5) Teknik ini bersifat volunter (sukarela), yang
lingkaran restoratif atau sistem restoratif terdiri atas pelaku, korban, keluarga para pihak dan
19
(restorative circles or restorative systems) . ternan, untuk mencapai konsekuensidan restitusi
Mediasi pelaku-korban (victim- (ganti kerugian). Model ini dapat digunakan
offendermediation) atau disebut pada setiap tahap proses peradilan pidana, tetapi
dialog/pertemuan/rekonsiliasi pelaku-korban biasanya digunakan relatif awal. Sebagai contoh
biasanya dilakukan pertemuan antara pelaku dan pada beberapa yurisdiksi, polisi telah
korban, yang menghadirkan mediator terlatih. mengembangkan program ini sebagai alternatif
Dalam area perkara pidana, model atau teknik ini untuk penangkapan dan rujukan kesistem peradilan
digunakan baik kasus-kasus kecil untuk formal pidana.
mengurangi penumpukan perkara, maupun
kasus-kasus serius untuk memfasilitasi B. Mekanisme Penerapkan ADR (Alternatif
pengampunan dan proses penyembuhan yang lebih Dispute Resolution) dalam Penanganan
mendalam, baik untuk korban maupun pelaku. Perkara Kecelakaan Lalulintas di
Data internasional menunjukkan bahwa teknik Kepolisian Resot Jombang.
ini berhasil diterapkan di Australia, New Kepolisian Resot Jombang memiliki
Zealand, Kanada, dan Belanda dalam berbagai wewenang untuk bertindak menurut penilaian
konteks, yang meliputi sistem peradilan dalam mereka sendiri dan dilakukan berdasarkan keadaan
pelanggaran kecelakaan lalu lintas. yang sangat perlu dengan memperhatikan
Pertemuan kelompok keluarga (family perundang-undangan yang berlaku dan kode etik
profesi polri dalam upaya menegakkan hukum.
18
Angkasa,dkk. Model Peradilan Restoratif Dalam
Sistem Peradilan Anak (Kajian tentang Praktek Mediasi Pelaku Kepolisian menggunakan kewenangan
dan Korban dalam Proses Peradilan Anak di Wilayah Hukum diskresi dalam menyelesaikan perkara kecelakaan
Balai Pemasyarakatan Purwokerto), Jakarta: Jurnal Dinamika
Hukum, Vol.9,No.9 September 2009, hlm.189 lalullintas diluar pengadilan dengan syarat adanya
19
Yuniar Arifianto, Jurnal, Penerapan Restoratif
Justice dalam Penyelesaian kasus kecelakaan lalulintas kesepakatan damai dari kedua belah pihak
(tersangka dan korban/keluarga korban). Penyidik kecelakaan lalulintas tersebut dalam buku register.
kepolisian mempertemukan pelaku dan korban
terkait saran atau upaya untuk menyelesaikan 1. Perdamaian dalam Perkara Kecelakaan
kasus tersebut. Dalam hal ini diperlukan itikad Lalulintas yang Mengakibatkan Korban
baik dari kedua belah pihak untuk sama-sama Meninggal.
mencari jalan terbaik.Pihak korban bersedia Apabila dalam kasus kecelakaan lalu lintas
memberi maaf pada pelaku dan pihak pelaku yang mengakibatkan korban meninggal dunia dan
bersedia memberikan ganti kerugian berupa uang pelaku telah bertanggung jawab kepada keluarga
ataupun bentuk kesepakatan lainnya. Kesepakatan korban serta terjadi perdamaian, berdasarkan
dari masing-masing pihak yang terlibat dalam hukum positif yang berlaku di indonesia yakni
kecelakaan lalu lintas (pelaku, korban) tersebut ketentuan Pasal 235 ayat (1) UU LLAJ yang
diwujudkan dengan dibuatnya surat kesepakatan berbunyi “Jika korban meninggal dunia akibat
yang ditandatangani di atas segel dan diberi Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud
materai, diketahui/disetujui oleh ketua RT/RW dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, Pengemudi,
atau kepala lingkungan dan diketahui oleh para pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum
saksi-saksi lainnya. Penyelesaian menggunakan wajib memberikan bantuan kepada ahli waris
Alternative Dispute Resolusion harus berprinsip korban berupa biaya pengobatan dan/atau biaya
pada musyawarah mufakat dan harus diketahui pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan
oleh masyarakat sekitar serta harus menghormati perkara pidana.”
norma sosial/adat yang berlaku serta memenuhi Berdasarkan ketentuan di atas, dapat
asas keadilan. diketahui bahwa walaupun pengemudi telah
Penyidik kepolisian tetap melakukan bertanggung jawab atas kematian korban, tuntutan
penyidikan dan pemeriksaan baik terhadap pidana terhadap dirinya tidak menjadi hilang.Oleh
tersangka, korban maupun saksi, dan karena itu, seharusnya kepolisian tetap melakukan
mengumpulkan bukti,sampai berita acara penyidikan sesuai hukum acara pidana sesuai
permeriksaan lengkap kemudian dilakukan gelar peraturan perundang-undangan (Pasal 230 UU
perkara yang dipimpin oleh Wakapolresta dan LLAJ).Ancaman sanksi pidana untuk pengemudi
dihadiri oleh Kasat Lantas, Kasat Intel, Provos, kendaraan bermotor penyebab kecelakaan lalu lintas
Kanit Laka dan Penyidik Laka. Masing-masing yang mengakibatkan korban meninggal dunia
peserta gelar perkara menyampaikan pendapatnya adalah pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau
terkait dengan gelar perkara. Kemudian dilakukan denda paling banyak Rp12.000.000 (Pasal 310 Ayat
pelaporan atas hasil gelar perkara tersebut ke (4) UU LLAJ).
Kapolresta untuk mendapat keputusan apakah Walaupun pelaku telah bertanggung jawab
kasus tersebut mendapat persetujuan untuk serta adanya perdamaian dengan keluarga korban
diselesaikan diluar pengadilan atau tidak. Apabila tidak menghapuskan tuntutan pidana seperti yang
mendapat persetujuan maka penyidik tidak terdapat pada Putusan MA No. 1187 K/Pid/2011.
mengirimkan hasil pemeriksaan perkara ke Bahkan dalam Putusan MA No. 2174 K/Pid/2009,
penuntut umum dan penyidik mencatat perkara terdakwa tetap dikenakan hukuman walaupun telah
ada perdamaian dan terdakwa sendiri juga karena tuntutan untuk cepat tanggap terhadap
mengalami luka (retak tulang tangan kiri dan tak fenomena sosial dibandingkan secara rigid
sadarkan diri) dalam kecelakaan tersebut.Namun bertindak sesuai ketentuan tertulis. UU
pelaku tetap perlu mengusahakan perdamaian Kepolisian kewenangan atau otoritas yang
dengan keluarga korban karena hal itu dapat dimiliki polisi untuk melakukan tindakan yang
dipertimbangkan hakim untuk meringankan menyimpang sesuai dengan situasi dan
hukumannya apabila kasus kecelakaan tersebut pertimbangan hati nuraninya, dalam kata lain
telah dilimpahkan perkaranya ke penuntut umum. aparat kepolisian memiliki kewenangan untuk
melakukan diskresi. Diskresi adalah kebijakan
dari pejabat negara dari pusat sampai daerah
KESIMPULAN yang intinya membolehkan pejabat publik
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan melakukan sebuah kebijakan yang melanggar
maka dapat disimpulkan undang-undang, dengan tiga syarat yakni :
1. Pertanggungjawaban pidana pada kasus demi kepentingan umum, masih dalam batas
pengemudi kendaraan kecelakaan lalu lintas wilayah kewenangannya, dan tidak melanggar
yang mengakibatkan kematiansudah sangat asas-asas umum pemerintahan yang baik.
jelas diatur dalam Undang-Undang No. 22 Dengan kewenangan diskresi yang dimiliki
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan tersebut, maka bisa jadi ada satu persoalan
Angkutan Jalan. Adapun hukum yang tidak diselesaikan melalui jalur
pertanggungjawaban tersebut dapat juga pengadilan melainkan diserahkan
diberatkan dengan beberapa pasal yang penyelesaiannya pada keputusan anggota
terkandung didalam KUHP. Tetapi, adanya polisi. Demikian jugapenyelesaian kecelakaan
konsep Alternatif Dispute Resolution kasus lalu lintas yang dilakukan oleh
membuat peraturan tersebut dapat Kepolisian Resot Jombang, penyidik akan
dikesampingkan dengan adanya musyawarah mengusahakan menggunakan Alternatif
(kesepakatan damai) antara pihak-pihak yang Dispute Resolutionsebagai bentuk diskresi
terlibat. Karena dalam melaksanakan tugas penanganan kasus kecelakaan lalu lintas yakni
penegakan hukum pidana lalu lintas ini, memberikan kesempatan terhadap pihak-pihak
aparat Kepolisian tunduk pada aturan-aturan yang berperkara untuk melakukan kesepakatan
khusus untuk melakukan tindakan hukum. damai yang salah satu isi kesepakatan tersebut
Ketentuan ini tertuang dalam Kitab Undang- adalah pernyataan tidak menuntut dari korban
undang Hukum Acara Pidana, Undang- terhadap kasus yang dialaminya serta tidak
undang Nomor 2 tahun 2002 tentang menginginkan agar kasusnya tidak dilanjutkan
Kepolisian Negara Republik Indonesia ketahap berikutnya, akan tetapi apabila
(selanjutnya disebut UU Kepolisian), UU kesepakatan tidak tercapai kasus tersebut akan
LLAJ serta aturan moral yang menjadi tetap dilanjutkan ke tahap berikutnya yakni
pedoman yang harus ditaati. Oleh karenanya akan dilimpahkan ke penuntut umum.
tidak mungkin kerja polisi menjadi kaku
kewenangan diskresi yang dimiliki Leden Marpaung, 2005. Asas Teori Praktik
Hukum Pidana. Jakarta: Penerbit Sinar
kepolisian, maka bisa jadi kecelakaan Grafika.
lalulintas yang telah disepakati damai oleh Moelijatno, 2000. Asas-asas Hukum Pidana.
kedua belah pihak tidak diselesaikan melalui Jakarta: Rineka Cipta
jalur pengadilan melainkan diserahkan Prasetyo, Teguh, 2012.Hukum Pidana Edisi Revisi.
Jakarta:Rajawali Pers
penyelesaiannya pada keputusan anggota
Prasetyo, Teguh,2010.Hukum Pidana. Jakarta:Raja
polisi. Grafindo Persada
Prasodjo, Romlan. "Pengaruh Operasi Patuh Dalam
Usaha Mencegah Terjadinya Kecelakaan
Lalu Lintas Kajian (Pasal 360 (1) Kitab
Undang-Undang Hukum
Pidana." Justicia Journal 4.1 (2015): 14-
14.
Suwardjoko P. Warpani, 2002.Pengelolaan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
Bandung:Penerbit ITB
Sadjijono, 2008.Seri hukum Kepolisian, Polri dan
Good Governance, Surabaya, Laksbang
Mediatama.
Setiadi Edi, Kristian, 2017,Sistem Peradilan Pidana
Terpadu dan Sistem Penegakan Hukum
di Indonesia.Jakarta:Kencana Prenada
Media Group
Soerjono, Soekanto, 1990, Polisi dan Lalu
Lintas,Bandung:Mandar Maju.