ABSTRAK
Penegakan hukum terhadap pengendara kendaraan bermotor dalam kecelakaan lalu lintas yang
mengakibatkan korban meninggal dunia di Kota Balikpapan. Pertumbuhan jumlah penduduk
adalah salah satu faktor pendukung dan/atau yang mempengaruhi berkembangnya suatu
daerah perkotaan. Peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan
disebabkan urbanisasi dan tingkat kelahiran yang tinggi. Dalam penulisan jurnal ini akan di
jelaskan Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pengendara kendaraan bermotor dalam
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban meninggal dunia dengan metode yang di
gunakan berupa pendekatan penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data dan analisis
data sehingga penegakan hukum terhadap pengendara kendaraan dalam kecelakaan lalulintas
yang menyebabkan korban meninggal dunia di kota Balikpapan dilakukan dalam bentuk
penegakan hukum secara preventif yakni berupa melaksanakan patroli, penempatan dan
penambahan pos, memasang spanduk atau umbul-umbul yang memuat tentang himbauan dan/
peringatan mengenai bahaya dari kecelakaan lalu lintas, memasang rambu-rambu lalu lintas,
menyediakan alat pemotong pohon untuk mempersiapkan manakala terjadi pohon tumbang
yang mengganggu lalu lintas dan koordinasi dengan instansi terkait sementara untuk
penegakan hukum secara represif yakni dilakukan dalam bentuk penegakan hukum berupa
sanksi administrasi, sanksi perdata, dan sanksi pidana.
ABSTRACT
Law enforcement for motorcycle vehicles rider in traffic accidents which resulted in the death of the
victim in Balikpapan City. Population growth is one of the supporting factors and/or that affects the
development of an urban area. The increase in population growth in urban areas is due to
urbanization and high birth rates. In writing this journal will be explained how law enforcement for
motorcycle vehicles rider in traffic accidents which resulted in the victim died with with the method
used in the form of research approaches, data sources, data collection procedures and data analysis
so the law enforcement for motorcycle vehicles rider in traffic accidents which resulted in the victim
died in Balikpapan City conducted in the form of preventive law enforcement in the form of carrying
out patrols, placement and addition of post, installing banners or banners containing appeals and /
warnings about the dangers of traffic accidents, installing traffic signs, provide tree cutting tools to
prepare for when occur fallen tree that disrupt traffic and coordinate with relevant agencies while for
repressive law enforcement in the form of law enforcement in the form of administrative sanctions,
civil sanctions, and criminal sanctions.
15
Boy Nurdin, Op.Cit., hlm. 297
16
Raharjo Agus, “Problematika Asas Retroaktif
Dalam Pidana Indonesia,” Jurnal Dinamika Hukum
8, no. 1: hlm.60, accessed July 24, 2019,
17
http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JD J. E. Sahetapy and Agustinus Pohan, Hukum
H/article/view/36. 7
Pidana (Jakarta: Sinar Harapan, 1995), hlm.40.
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 1 Nomor II September 2019
Artikel
berupa ganti kerugian dengan sejumlah kecelakaan Lalu lintas yang diatur dalam
uang kepada pihak keluarga korban yang Pasal 63 berbunyi sebagai berikut :
langsung diberikan pada saat itu dan a. kewajiban mengganti kerugian terjadi
dengan dibuktikan adanya surat perjanjian kesepakatan damai antar para pihak
bermatrei yang telah di sepakati oleh kedua yang terlibat kecelakaan lalu lintas
belah pihak. untuk menyelesaikan perkaranya dapat
diselesaikan diluar sidang pengadilan;
3. Penegakan Hukum Pidana b. kesepakatan damai antara para pihak
Secara pidana, sebagaimana peristiwa yang terlibat kecelakaan lalu lintas
kecelakaan lalu lintas yang dimaksud dituangkan dalam surat pernyataan
dalam penelitian ini, Rosalin Dewata patut kesepakatan damai;
dituntut pidana terkait ketentuan-ketentuan c. penyelesaian perkara diluar sidang
yang diatur dalam Pasal 310 ayat (4) jo. pengadilan sebagaimana dimaksud
Pasal 229 ayat (1) dan ayat (4) UULLAJ pada ayat (2) dapat dilaksanakan
yang menyebutkan sebagai berikut: selama belum dibuat Laporan Polisi;
a. Pasal 229 ayat (1), Kecelakaan Lalu d. Dalam perkara kecelakaan Lalu lintas
Lintas digolongkan atas: ringan, apabila unsur-unsur tindak
1) Kecelakaan Lalu Lintas ringan; pidana terpenuhi dan tidak terjadi
2) Kecelakaan Lalu Lintas sedang; kesepakatan damai antara para pihak
atau yang terlibat kecelakaan lalu lintas,
3) Kecelakaan Lalu Lintas berat. maka penyelesaian perkaranya
b. Pasal 229 ayat (2) , “kecelakaan lalu diselesaikan dengan acara singkat;
lintas ringan sebagaimana dimaksud e. Penyelesaian perkara diluar sidang
pada ayat (1) huruf a merupakan pengadilan sebagaimana dimaksud
kecelakaan yang mengakibatkan dalam ayat (2) wajib di register dan
kerusakan kendaraan dan/atau surat pernyataan damai diarsipkan.
barang”; Dalam Peraturan Kapolri Nomor 15
c. Pasal 229 ayat (3), “Kecelakaan Lalu Tahun 2013 tentang Tata cara penanganan
lintas sedang sebagaimana dimaksud kecelakaan Lalu lintas yang diatur dalam
pada ayat (1) huruf d merupakan Pasal 64 berbunyi, “dalam perkara
kecelakaan yang mengakibatkan luka kecelakaan lalu lintas sedang, apabila
ringan dan kerusakan kendaraan unsur-unsur tindak pidana terpenuhi,
dan/atau barang”; penyelesaian perkaranya diselesaikan
d. Pasal 229 ayat (4), “Kecelakaan Lalu dengan acara singkat.” Dijelaskan juga
Lintas berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 mengenai penyelesaian
pada ayat (1) huruf c merupakan perkara kecelakaan Lalu lintas berat,
kecelakaan yang mengakibatkan apabila unsur-unsur tindak pidana
korban meninggal dunia atau luka terpenuhi penyelesaian perkaranya
berat”; diselesaikan dengan acara biasa.
e. Pasal 310 ayat (4), “Dalam hal Berdasarkan dalam Peraturan Kapolri
kecelakaan sebagaimana dimaksud Nomor 15 Tahun 2013 pada pasal 63 dan
pada ayat (3) yang mengakibatkan 64 mengenai penyelesaian diluar
orang lain meninggal dunia, dipidana pengadilan dengan adanya kesepakatan
dengan pidana penjara paling lama 6 damai dari kedua belah pihak yang hanya
(enam) tahun dan/atau denda paling berlaku pada perkara kecelakaan lalu lintas
banyak Rp12.000.000,00 (dua belas ringan dan sedang. Berdasarkan alasan
juta rupiah)”. penghapusan penuntutan yang di lakukan
Dalam Peraturan Kapolri Nomor 15 penyelesaian di luar pengadilan diatur di
Tahun 2013 tentang Tata cara penanganan dalam bab VIII KUHP terkait hapusnya 15
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 1 Nomor II September 2019
Artikel
hak menuntut dan kehilangan hak dunia di Kota Balikpapan dilakukan dalam
menjalankan pidana yang diatur dalam bentuk penegakan hukum secara preventif
pasal 76 sampai dengan 85. Dalam yakni berupa melaksanakan patroli,
penjelasan di Pasal 76 yaitu pembebasan penempatan dan penambahan pos,
dari tuntutan hukuman apabila peristiwa memasang spanduk atau umbul-umbul
yang di tuduhkan kepada terdakwa itu yang memuat tentang himbauan dan/
dapat di buktikan dengan cukup terang, peringatan mengenai bahaya dari
bahwa peristiwa pidana itu ternyata bukan kecelakaan lalu lintas, memasang rambu-
peristiwa pidana atau terdakwanya tidak rambu lalu lintas, menyediakan alat
dapat di hukum karena tidak dapat di pemotong pohon untuk mempersiapkan
pertanggungjawabkan atas perbuatannya manakala terjadi pohon tumbang yang
itu. Sedangkan denda dalam hal mengganggu lalu lintas dan koordinasi
pelanggaran di atur dalam Pasal 82 KUHP dengan instansi terkait sementara untuk
yang berbunyi: penegakan hukum secara represif yakni
“Hak menuntut pidana karena dilakukan dalam bentuk penegakan hukum
pelanggaran, yang atasnya tidak di berupa sanksi administrasi, sanksi perdata,
tentukan pidana pokok lain dari pada dan sanksi pidana. Berdasarkan
denda, hilang jika maksimum denda di kesimpulan ini penegakan telah di
bayar dengan rela hati, dan demikian laksanakan berupa penegakan perdatanya
juga di bayar biaya perkara, kalau yaitu berupa ganti kerugian. Berdasarkan
penuntutan telah di lakukan, dengan kenyataan di lapangan bahwa dalam
izin pegawai negeri yang di tunjuk penegakan hukum administratif tidak di
delam peraturan umum dalam waktu lakukannya pencabutan surat izin
yang ditetapkannya. pengemudi , dan dalam penegakan hukum
Kalau perbuatan itu di ancam dengan pidananya juga tidak di lakukan penahanan
pidana denda dan rampasan, maka terhadap pelaku yang menyebabkan korban
haruslah di serahkan juga barang yang meninggal dunia hanya di lakukan
dapat di rampas itu mau bayar penegakan hukum secara perdata berupa
harganya yang di taksir oleh pegawai ganti kerugian kepada keluarga yang telah
negeri yang tersebut dalam ayat di sepakati oleh kedua belah pihak melalui
pertama.” adanya bentuk perjanjian yang di buat.
Penegakan hukum secara pidana ini
seharusnya di lakukan jika mengacu B. SARAN
kepada pasal dalam 310 ayat (4) mengenai Saran Penulis untuk rumusan masalah
tindak pidana dalam kecelakaaan lalu yang disebutkan diatas adalah seharusnya
lintas yang menyebabkan meninggal duni dalam hal penegakan hukum yang
seharusnya di lakukan penahanan , tetapi berkaitan dengan terjadinya kecelakaan
dalam kenyataan yang ada tidak adanya di lalu lintas yang menyebabkan orang lain
lakukan penahanan dan pelanjutan proses meninggal dunia seharusnya dilakukan
yang telah melakukan tindak pidana sesuai dengan Undang-Undang Lalu Lintas
sehingga korban meninggal dunia. Dan Angkutan Jalan No 22 tahun 2009,
agar terciptanya kepastian hokum.
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan pembahasan diatas, Agus, Raharjo. “Problematika Asas Retroaktif
penulis menarik kesimpulan bahwa Dalam Pidana Indonesia.” Jurnal
penegakan hukum terhadap pengendara Dinamika Hukum 8, no. 1. Accessed
kendaraan dalam kecelakaan lalulintas July 24, 2019.
yang menyebabkan korban meninggal 16
Jurnal Lex Suprema
ISSN: 2656-6141 (online)
Volume 1 Nomor II September 2019
Artikel
http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/
index.php/JDH/article/view/36.
Arief, Barda Nawawi. Kebijakan Hukum
Pidana. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2002.
Asshiddiqie, Jimly. “Penegakan Hukum.”
Diakses Dari Http://Www. Jimly.
Com/Makalah/Namafile/56/Penegakan
_Hukum. Pdf Pada Tanggal 3 (2013).
Deni, Bram. Hukum Lingkungan Hidup.
Bekasi: Sinar Gramata Publishing,
2014.
Deni, Deni. Hukum Lingkungan Hidup.
Bekasi, Sinar Gramata Publishing,
2014.
Goesnadhi, Kusnu. “Perspektif Moral
Penegakan Hukum Yang Baik” 17, no.
2 (2010).
Joko, Subagyo P. Hukum Lingkungan. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Machmud, Syahrul. Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia: Penegakan
Hukum Administrasi, Hukum Perdata,
Dan Hukum Pidana Menurut Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Moeljatno, Moeljatno. Asas-Asas Hukum
Pidana. Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Nurdin, Boy. Kedudukan Dan Fungsi Hakim
Dalam Penegakan Hukum Di
Indonesia. Bandung: Alumni, 2012.
Sahetapy, J. E., and Agustinus Pohan. Hukum
Pidana. Jakarta: Sinar Harapan, 1995.
Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014.
Warpani, Suwardjoko Probonagoro.
Pengelolaan Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan. Bandung: Penerbit
ITB, 2002.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
17